HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PERSEPSI NYERI PADA PASIEN APENDISITIS DI RUANG BEDAH RUMAH SAKIT EMBUNG FATIMAH KOTA BATAM Mutia Amalia Lubis Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Batam ABSTRAK Kejadian apendisitis di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, appendesitis akut merupakan salah satu penyebab dari abdomen akut dan beberapa indikasi untuk dilakukan operasi kegawatdaruratan abdomen, insidens appendisitis di Indonesia merupakan menempati urutan tertinggi di antara kasus abdomen lainnya. Nyeri menjadi alasan yang paling banyak dan paling umum dikeluhkan seorang pasien untuk mencari perawatan kesehatan dibandingkan dengan keluhan lainnya. Meskipun umum yang diyakini bahwa kecemasan akan meningkatkan persepsi nyeri, namun tidak seluruhnya benar dalam semua keadaan. Tujuan penelitian ini diketahuinya hubungan tingkat kecemasan dangan persepsi nyeri pada pasien appendisitis di Ruang Bedah Rumah Sakit Embung Fatimah Kota Batam Tahun 2014. Penelitian ini menggunakan rancangan survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien apendisitis di ruang bedah RS Embung Fatimah. Sampel adalah pasien Appendisitis di Ruang Bedah. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan pada penelitian adalah purposive sampling, dengan kriteria inklusi semua pasien pre op apendiks dan pasien yang bersedia diteliti. Penelitian dilaksanakan pada bulan JanuariFebruari 2014. Pengumpulan data dengan lembar kuisioner dan lembar observasi. Penelitian ini menggunakan analisa chi square dan didapatkan hasil perhitungan bahwa nilai P value sebesar 0.001. Karena hasil dari P value < 0.05 berarti Ha diterima, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan tingkat kecemasan dengan persepsi nyeri pada pasien appendisitis diruang bedah rumah sakit kota batam tahun 2014. Diharapkan agar perawat Rumah Sakit Embung Fatimah, agar semakin meningkatkan pemberian pendidikan kesehatan pada setiap pelaksanaan tindakan keperawatan dan pendekatan lainnya dalam penatalaksanaan management nyeri dan cemas. Kata Kunci : Kecemasan dan persepsi nyeri
PENDAHULUAN melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal.
Latar Belakang Apendiks disebut juga umbai cacing, istilah usus buntu yang dikenal dalam masyarakat awam adalah kurang tepat karena usus buntu adalah sekum. Organ yang tidak diketahui fungsinya ini sering menimbulkan masalah kesehatan. Peradangan akut apendiks memerlukan tindakan pembedahan yaitu pengangkatan apendiks (Apendiktomi) segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya (Sjamsuhidajat, 2004). Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil kira-kira 10cm (4 inci),
Apendiks berisi makanan yang mengosongkan diri secara teratur kedalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif, dan lumennya kecil, cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi dan mengakibatkan apendisitis. Kira-kira 7% dari populasi mengalami apendisitis pada waktu bersamaan pada waktu bersamaan dalam hidup mereka, pria lebih sering dipengaruhi dari pada
45
perempuan, dan remaja lebih sering dari pada dewasa (Brunner & Suddarth, 2001).
menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun (Mansjor, 2000). Kecemasan merupakan hal yang akrab dalam diri manusia, cemas bukanlah hal yang aneh karena setiap orang pasti mangalami cemas dengan berbagai variannya, cemas sangat berhubungan dengan perasaan yang tidak pasti sebagai hasil penilaian terhadap suatu objek yang tidak jelas cemas bisa bersumber dari mana saja, bahkan bisa bersumber dari manusia itu sendiri (Asmadi, 2008).
Insidens appendisitis akut lebih tinggi di negara maju dari negara berkembang, namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara bermakna, yaitu 100 kasus dari 100.000 populasi menjadi 52 tiap 100.000 populasi, kejadian ini mungkin disebabkan perubahan pola makan. Negara yang berkembang berubah menjadi makanan kurang serat. Menurut data epidemiologi appendisitis akut jarang terjadi pada balita, meningkat pada pubertas, dan mencapai puncak pada saat remaja dan awal 20-an, sedangkan angka ini menurun pada menjelang dewasa. Apendisitis sama banyaknya antara perempuan dan lakilaki pada masa prapuber, sedangkan pada masa remaja dan dewasa muda rationya menjadi 3:2, kemudian angka yang tertinggi ini menurun pada pria (http://iloveunair.blogspot.com/2013/12/ appendicitis-tugas-makalah. html).
Nyeri mungkin suatu hal yang tidak asing bagi kita.Nyeri menjadi alasan yang paling banyak dan paling umum dikeluhkan seorang pasien untuk mencari perawatan kesehatan dibandingkan dengan keluhan lainnya dan nyeri juga sebagai pengalaman sensori dibawa oleh stimulus sebagai akibat adanya ancaman dan kerusakan aktual dan potensial (Prasetyo, 2010). Meskipun umum yang diyakini bahwa kecemasan akan meningkatkan persepsi nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaan. Namun kecemasan yang relevan atau berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri (Brunner & Suddarth, 2001).
Pada tahun 2008 angka kejadian apendisitis di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di indonesia jumlah pasien yang menjalani apendisitis berjumlah sekitar 7% dari jumlah penduduk di Indonesia atau sekitar 179.000 orang. Dan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, appendesitis akut merupakan salah satu penyebab dari abdomen akut dan beberapa indikasi untuk dilakukan operasi kegawatdaruratan abdomen, insidens appendisitis di Indonesia merupakan menempati urutan tertinggi di antara kasus abdomen lainnya (http;//www.Depkes RI.ac.id).
Berdasarkan hasil presurvei tanggal 21 bulan desember 2013 dengan wawancara dari 7 pasien yang mengalami appendicitis memiliki karakteristik persepsi terhadap nyeri yang berbeda-beda, yang mana diantaranya 4 pasien merasakan nyeri berat dan 3 pasien merasakan nyeri sedang. Namun dari pasien yang merasakan nyeri berat, 3 pasien diantaranya tidak begitu cemas akan penyakitnya, sedangkan 2 pasien yang merasakan nyeri sedang menghadapi cemas akan kondisi penyakit yang dialaminya. Adanya fenomena yang ditemukan dilapangan dengan teori yang berkaitan tentang cemas dan nyeri, maka penulis bermaksud untuk
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering, penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering
46
mengadakan penelitian mengenai hubungan tingkat kecemasan dangan persepsi nyeri pada pasien appendisitis di Ruang Bedah Rumah Sakit Embung Fatimah Kota Batam.
pasien apendisitis di ruang Bedah Rumah Sakit Embung Fatimah Kota Batam tahun 2014 dan Tujuan Khusus diketahuinya tingkat kecemasan pasien apendisitis, tingkat nyeri pasien apendisitis dan hubungan antara tingkat kecemasan dengan persepsi nyeri pada pasien apendisitis.
Tujuan Umum penelitian adalah diketahuinya hubungan tingkat kecemasan dengan persepsi nyeri pada
METODE Kerangka Konsep Penelitian
Tingkat Kecemasan
Persepsi nyeri pada pasien apendisitis
Penelitian ini menggunakan rancangan peneliti survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien apendisitis diruang bedah RS Embung Fatimah Batam tahun 2014.
Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Ruang Bedah Rumah Sakit Embung Fatimah Kota Batam dan waktu saat melaksanakan penelitian pada tanggal 15 Januari - 4 Februari 2014. Jenis alat pengumpulan data yaitu lembar kuisioner dan lembar observasi serta Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah dengan teknik observasi dan wawancara
Sampel yang diambil peneliti adalah pasien Appendisitis di Ruang Bedah Rumah Sakit Embung Fatimah Kota Batam. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan pada penelitian adalah purposive sampling, dimana purposive sampling yaitu teknik penentu sampel dengan pertimbangan peneliti. Menurut Setiadi (2007), ada kriteria yang prlu dicantumkan yaitu: a. Kriteria inklusi (kriteria yang layak diteliti) adalah karakteristik umum Subjek penelitian yang akan diteliti (Nursalam dan Parani, 2001). Dengan kriteria inklusi pada sampel sebagai berikut: 1. Semua pasien pre op apendiks 2. Pasien yang bersedia diteliti b. Kriteria eksklusi pada sampel ini adalah Responden yang harus segera dilakukan tindakan operasi, maka responden ini dianggap tidak layak untuk dijadikan responden.
Analisa Data 1. Analisa Univariat Analisa yang dilakukan untuk menganalisa satu variabel. Untuk melihat distribusi frekuensi variabel tingkat kecemasan dangan persepsi nyeri pada pasien apendisitis. 2. Analisa Bivariat Analisa yang digunakan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berpengaruh pada tingkat kecemasan dengan persepsi nyeri pada pasien appendisitis. Dalam analisa ini dapat dilakukan dengan pengujian statistik menggunakan chi square dari program Statistical Product and Service Solution (SPSS) dengan nilai ketepatan yang dinyatakan bermakna apabila P value < 0,05.
47
HASIL Analisa Univariat Analisa yang dilakukan untuk menganalisa satu variabel. Untuk melihat distribusi frekuensi variabel. Dibawah ini merupakan hasil gambaran
No 1 2 3 4
dari tingkat kecemasan dan persepsi nyeri pada pasien appendicitis di ruang bedah RS Embung Fatimah.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kecemasan pada Pasien Appendisitis di Ruang Bedah Rumah Sakit Embung Fatimah Kota Batam Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase (%) Kecemasan Ringan 2 11.1 Kecemasan sedang 9 50.0 Kecemasan Berat 7 38.9 Panik 0 0 Total 18 100.0
Berdasarkan tabel 1. dapat dijelaskan bahwa dari 18 responden, ada 2 (11.1%) responden yang mempunyai kecemasan ringan, 9 (50.0%) responden mengalami kecemasan sedang, 7 (38.9%) responden
mengalami kecemasan berat dan tidak ada responden yang mengalami panik, di Ruang Bedah Rumah Sakit Embung Fatimah Kota Batam.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Nyeri pada Pasien Appendisitis di Ruang Bedah Rumah Sakit Embung Fatimah Kota Batam No Tingkat Nyeri Frekuensi Persentase (%) 1 Tidak Nyeri 0 0 2 Nyeri Ringan 2 11.1 3 Nyeri Sedang 10 55.6 4 Nyeri Berat 6 33.3 5 Nyeri Berat Sekali 0 0 Total 18 100.0 Berdasarkan tabel 2. dapat dijelaskan dari 18 responden ada 2 (11.1%) responden yang mengalami tingkat nyeri ringan, 10 (55.6%) responden yang mengalami tingkat nyeri sedang, 6 (33.3%) responden yang mengalami tingkat nyeri berat dan tidak ada yang mengalami tingkat nyeri berat sekali.
dilakukan dengan pengujian statistik menggunakan uji chi square dari program Statistical Product and Service Solution (SPSS) dengan nilai ketepatan yang dinyatakan bermakna apabila P value < 0,05. Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan persepsi nyeri pada pasien appendisitis di Ruang Bedah Rumah Sakit Embung Fatimah Kota Batam.
Analisa Bivariat Menurut Notoatmomodjo (2010). Analisa yang digunakan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan, melihat hasil dalam analisa ini dapat
48
Tabel 3 Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Persepsi Nyeri Pada Pasien Appendisitis di Ruang Bedah Rumah Sakit Embung Fatimah Kota Batam. No 1 2 3 4
Tingkat kecemasan Kecemasan ringan Kecemasan sedang Kecemasan berat Kecemasan berat sekali Total
Nyeri Nyeri sedang 0
Total
Pv
Nyeri Ringan 2
Nyeri berat 0
2
0.001
0
6
3
9
0
4
3
7
0
0
0
0
2
10
8
18
Dari tabel 3. menunjukkan bahwa dari hasil penelitian, yang mengalami yang mengalami kecemasan ringan ada nyeri ringan sebayak 2 responden, tidak ada yang mengalami kecemasan sedang dengan nyeri ringan, tidak ada yang mengalami kecemasan berat dengan nyeri ringan, tidak ada yang mengalami panik dengan nyeri ringan, tidak ada yang mengalami kecemasan ringan dengan nyeri sedang, yang mengalami kecemasan sedang ada nyeri sedang sebanyak 6 responden, yang mengalami kecemasan berat ada nyeri sedang sebanyak 4 responden, tidak ada yang mengalami panik dengan nyeri sedang, tidak ada yang mengalami kecemasan ringan dengan nyeri berat, yang mengalami kecemasan ringan ada nyeri berat sebanyak 3 responden, yang mengalami kecemasan berat ada nyeri berat sebanyak 3 responden, dan tidak ada yang mengalami panik dengan nyeri berat.
PEMBAHASAN Tingkat Kecemasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan seperti di lihat pada tabel 1. distribusi frekuensi dapat dijelaskan bahwa dari 18 responden, ada 2 (11.1%) responden yang mempunyai kecemasan ringan, 9 (50.0%) responden mengalami kecemasan sedang, 7 (38.9%) responden mengalami kecemasan berat dan tidak ada responden yang mengalami kecemasan berat sekali. Dari hasil penelitian ini didapat banyak responden yang memiliki kecemasan ringan terhadap tindakan pre operasi apendiks di Ruang Bedah Rumah Sakit Embung Fatimah Kota Batam. Menurut Asmadi 2008, kecemasan menjadi suatu beban berat yang menyebabkan individu hidupnya tersebut terbayang-bayang cemas berkepanjangan, cemas berkaitan dengan stres, oleh karena itu cemas timbul sebagai respons fisiologis maupun psikologis, artinya kecemasan terjadi ketika seseorang merasa terancam baik secara fisik maupun psikologi, dan dapat pula Kecemasan (ansietas/anxiety) merupakan hal yang akrab dalam diri manusia, cemas bukanlah hal yang aneh kerena setiap orang pasti mengalami cemas dengan
Dari hasil perhitungan chi-square di dapat nilai P value sebesar 0.001 karena hasil dari P value < 0.05 berarti Ha diterima, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan tingkat kecemasan dengan persepsi nyeri pada pasien appendisitis diruang bedah Rumah Sakit Embung Fatimah.
49
berbagi variannya tingkat kecemasan ringan sampai kecemasan berat sekali.
Dapat dijelaskan bahwa tingkat nyeri bersifat individu, dan tidak bisa disamakan dengan yang lainnya, pada pasien appendisitis terdapat tingkat nyeri sedang yang paling banyak yang dirasakan oleh responden. Tingkat nyeri dapat kita terima dengan akal logika yang sama sekali tidak bisa secara nalar, hal tersebut jelas menggambarkan bahwa nyeri itu dapat diselesaikan tanpa medikasi misalnya dengan masase kulit, kompres, distraksi dan relaksasi.
Hal ini dapat dijelaskan, bahwa kecemasan merupakan suatu perasaan seseorang terhadap suatu masalah yang dihadapinya, yang menyebabkan terganggu baik secara perasaan maupun pikiran hingga merasa terancam, dan kecemasan itu bersifat individu, Tingkat kecemasan ini terdapat berbagai variannya, dari tingkat kecemasan ringan sampai kecemasan berat sekali dan tingkat kecemasan sedang ini lebih banyak yang dirasakan oleh responden tergantung dari koping individu. Karena setiap individu memiliki cara untuk mengatasi kecemasan, memusatkan pengalihan dari perhatiannya dan mengkesampingkan yang lain.
Hubungan Tingkat kecemasan pada pasien appendicitis Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan yang terlihat pada tabel 3. menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan persepsi nyeri pada pasien appendisitis di Rumah Sakit Embung Fatimah Kota Batam. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probalitas adalah P value sebesar 0.001, dimana sig (2-tailed) 0.001 < 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan tingkat kecemasan dengan persepsi nyeri pada pasien appendisitis.
Tingkat Nyeri Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan seperti yang terlihat pada tabel 2. dapat dijelaskan dari 18 responden, tidak ada yang mengalami tidak nyeri, 2 (11.1%) responden yang mengalami tingkat nyeri ringan, 10 (55.6%) responden yang mengalami tingkat nyeri sedang, 6 (33.3%) responden yang mengalami tingkat nyeri berat dan tidak ada yang mengalami tingkat nyeri berat sekali, Dari hasil penelitian ini didapat banyak responden yang memiliki tingkat nyeri sedang terkait penyakit appendisitis di Ruang Bedah Rumah Sakit Embung Fatimah Kota Batam.
Menurut Brunner & Suddarth 2001, meskipun umum diyakini bahwa kecemasan akan meningkatkan persepsi nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaan. Namun kecemasan yang relevan atau berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri.
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat individual. Dikatakan individual terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan lainnya dan nyeri juga berbeda-beda antar individu, tergantung pada persepsi nyeri (Asmadi, 2008). Rasa nyeri yang dirasakan pasien appendisitis berbeda-beda dari tingkat nyeri sampai dengan nyeri berat sekali, tergantung bagaimana pasien menanggapinya (Potter Patricia A, 2005).
Menurut Potter Patricia A, 2005. Hubungan antara nyeri dengan kecemasan bersifat konfleks, kecemasan seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan cemas.Bahwa stimulus nyeri mengaktifkan bagian system limbik yang mengendalikan emosi seseorang, khususnya kecemasan. Individu yang sehat secara emosional, lebih mampu mentoleransikan nyeri sedang hingga beratdaripada seseorang
50
yang memiliki status emosional yang kurang stabil. Klien yang yang mengalami cedera atau menderita penyakit kritis, seringkali mengalami kesulitan mengontrol lingkungan dan perawatan diri dapat menimbulkan tingkat nyeri yang tinggi, maka rasa cemas tersebut dapat menimbulkan suatu masalah penetalaksanaan nyeri. Nyeri yang tak kunjung hilang seringkali menyebabkan psikosis dan gangguan kepribadian.
Batam, dengan jumlah 18 responden dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Setengah responden yang di rawat di ruangan bedah Rumah Sakit Embung Fatimah Kota Batam, sebagian besar mengalami tingkat kecemasan sedang yaitu (50%) sebanyak 9 orang. 2. Setengah responden yang di rawat di ruangan bedah Rumah Sakit Embung Fatimah Kota Batam, sebagian besar mengalami tingkat nyeri sedang yaitu (55,6%) sebanyak 10 orang. 3. Adanya hubungan yang signifikan antara hubungan tingkat kecemasan dengan persepsi nyeri pada pasien appendisitis di Ruang Bedah Rumah Sakit Embung Fatimah Kota Batam, terlihat dari hasil penelitian responden diperoleh P value sebesar 0.001 < 0.05.
Sesuai teori diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat kecemasan dapat mempengaruhi persepsi nyeri, apabila seseorang merasa cemas akan berfokus pada penyakitnya. Pada saat terjadinya nyeri yang di alami banyak perilaku yang dapat diungkapkan oleh seseorang yang mengalaminya seperti menangis, meringis dan masih banyak yang lain, dan akan dapat menambah rasa nyeri, pada penatalaksanaan nyeri ada beberapa teknik untuk mengurangi nyeri meliputi masase kulit, imobilisasi, kompres, distraksi dan relaksasi. Kehadiran keluarga yang dicintai atau teman untuk mengalihkanperhatian sehingga dapat mengurangi rasa nyeri meraka terhadap penyakitnya. Dan apabila pengalihan perhatian ini dilakukan maka kemungkinan besar tingkat kecemasan dengan persepsi nyeri yang dirasakan akan berkurang.
REKOMENDASI Dari hasil penelitian ini maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: Bagi Perawat Rumah Sakit Embung Fatimah Kota Batam Sebagai masukan bagi perawat rumah sakit, bahwa agar semakin meningkatkan pemberian pendidikan kesehatan pada setiap pelaksanaan tindakan keperawatan dan pendekatan lainnya dalam penatalaksanaan management nyeri dan cemas.
Dari hasil analisa chi-scuare didapat nilai P value 0.001<0.05 dengan taraf kesalahan 5% maka dapat disimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan persepsi nyeri pada pasien Appendisitis di Ruang Bedah Rumah Sakit Embung Fatimah Kota Batam.
Bagi Instansi Pendidikan Dapat dijadikan sebagai salah satu referensi yang bisa dijadikan bahan informasi untuk acuan penelitian selanjutnya agar bisa lebih baik lagi.
KESIMPULAN
Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai masukan dan bahan informasi perbandingan untuk penelitian selanjutnya dengan melakukan penelitian tentang persepsi nyeri dengan karakteristik individu atau beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri.
Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai hubungan tingkat kecemasan dengan persepsi nyeri pada pasien appendisitis di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Embung Fatimah Kota
51
DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth.2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Buku Kedokteran EGC Jakarta. DepKes.RI, 2011. Artikel Kecemasan (Online) (http://www.DepKes.RI.ac.id/w eb-site/artikel/kecemasan) Diakses pada tanggal 20 Desember 2013 jam 15.00 wib Hawari, Dadang. 2001. Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta : FakultasKedokteran Universitas Indonesia. Medlinux, 2008. Apendisitis-akut (online) (http://medlinux.blogspot.com/2 008/12/ appendisitisakut.html).Diakses pada tanggal 15 Januari 2014 jam 15.00 wib Nair, 2010. Apendisitis(Online)(http://ilove unair.blogspot. com/2010/12/ appendicitis). Diakses pada tanggal 27 Desember 2013, jam 13.00 wib
Notoadmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nurmalasari, 2012. Apendisitis (Online) (http;//nindanurmalasari.blogspo t.com/2012 /02/apendisitis.html). Diakses pada tanggal 11 Januari 2014 jam 17.00 wib Potter Patricia A. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4.Jakarta : Buku Kedokteran, EGC Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu Sigit Nian Prasetyo, 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : Graha Ilmu Sosanto Priyo dan Luknis Sabri, 2010.Statistik Kesehatan. Jakarta : Rajawali Pers Stuart. 2006. Buku Saku Keperawatn Jiwa. Jakarta : EGC Tamsuri Anas, Ns. S.Kep. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : Buku Kedokteran, EGC
52