Hubungan Sikap Terhadap Metode E-Learning Dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Angkatan 2006 Dan 2007 Universitas Indonusa Esa Unggul
HUBUNGAN SIKAP TERHADAP METODE E-LEARNING DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA ANGKATAN 2006 DAN 2007 UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL Eric Hermawan Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul, Jakarta Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebon Jeruk, Jakarta 11510 ABSTRAK Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup yang sangat penting, mengingat keberhasilan pendidikan menjadi salah satu tolak ukur tingkat kesejahteraan manusia. Berkualitas tidaknya tingkat kesejahteraan seseorang dipengaruhi oleh kualitas pendidikan. Salah satu cara meningkatkan mutu pembelajaran adalah menyediakan sarana berbasis teknologi informatika yang dikenal dengan istilah elearning. Tujuan penggunaan metode ini untuk meningkatakan kualitas belajar dan mengajar juga mendapatkan pembelajaran yang lebih cepat dan up to date dengan cara yang lebih efektif dan efisien. Penerapan metode ini besar kemungkinan menimbulkan sikap positif dan negatif di kalangan mahasiswa Universitas Indonusa Esa Unggul. Mereka yang bersikap positif mereka akan menyukai metode elearning dan dapat menjadi motivasi mereka untuk menyelesaikan tugas perkuliahan sedangkan yang negatif cenderung akan menjadi malas dalam menyelesaikan tugas belajar mereka. Kata kunci : Sikap, Metode E-Learning, Prestasi Belajar
Pendahuluan Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup yang sangat penting, mengingat keberhasilan pendidikan menjadi salah satu tolok ukur tingkat kesejahteraan manusia. Berkualitas tidaknya tingkat kesejahteraan seseorang dipengaruhi oleh kualitas pendidikan yang didapatkannya dari bangku sekolah dengan indikator yang dapat dinilai melalui prestasi belajar siswa. Menurut Winkel (2004) prestasi belajar adalah suatu proses kegiatan terencana dan terorganisasi yang terdiri atas kegiatan mengajar dan belajar. Dengan demikian prestasi belajar adalah prestasi yang menunjukkan tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang karena telah melakukan usaha belajar yang optimal. Semakin tinggi prestasi belajar seseorang maka kesempatan yang dimilikinya akan semakin besar apabila ia nantinya terjun ke dunia kerja. Ia akan makin mampu bersaing untuk memperoleh kesempatan-kesempatan kerja yang lebih baik dan menjanjikan tingkat kesejahteraan hidup yang lebih tinggi. Untuk itu penting bagi pihak-pihak terkait khususnya di bidang pendidikan terus berupaya meningkatkan mutu pembelajaran kepada para siswa didiknya. Salah satu cara meningkatkan mutu pembelajaran adalah menyediakan sarana berbasis tek-nologi informatika yang dikenal dengan istilah e-learning. E-learning didefinisikan sebagai suatu metode pembelajaran yang difasilitasi dan didukung oleh suatu sistem berbasis teknologi informasi. Peneka14
nannya tetap pada proses pembelajaran dan bukan teknologi. Atas dasar tersebut e-learning juga boleh disebut sebagai suatu sistem pembelajaran jarak jauh (bukan kelas jauh), tidak dapat mengganti staff pengajar, tetapi secara bersama-sama dengan metode pembelajaran yang ada dapat meningkatkan kualitas dan tujuan pembelajaran (dikutip dari Pedoman Perancangan Pengembangan Teknologi Informasi untuk Proses Pembelajaran Universitas Tarumanegara yang bersumber pada: Towards a unified e-learning Strategy, DFES 2003). Secara umum tiap metode e-learning pastilah memiliki kelebihan dan kekurangan, tidak terkecuali dengan metode e-learning ini. Sejumlah kelebihan yang dimiliki oleh metode e-learning diantaranya tersedianya fasilitas e-moderating yang memudahkan mahasiswa dan pengajar berkomunikasi tanpa dibatasi ruang dan waktu, bahan ajar untuk mahasiswa yang terstruktur dan terjadwal dan dapat di review setiap saat dan kapan saja, perubahan peran siswa dari pasif ke aktif. Sedangkan sejumlah kekurangan dari metode e-learning ini diantaranya: siswa dan pengajar kurang berinteraksi, cenderung mengabaikan aspek akademis dan sosial, mendorong tumbuhnya aspek bisnis atau komersial, siswa bermotivasi rendah cenderung gagal, kurangnya fasilitas internet dan penguasaan keterampilan akan internet. Namun setelah mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan metode ini serta mengacu pada tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, ternyata sejumlah besar
Jurnal Psikologi Vol 7 No 1, Juni 2009
Hubungan Sikap Terhadap Metode E-Learning Dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Angkatan 2006 Dan 2007 Universitas Indonusa Esa Unggul
universitas lebih cenderung menerapkan metode ini karena dinilai lebih efisien dan efektif. Sebagai universitas yang juga memiliki misi dalam meningkatkan mutu pendidikan, UIEU tidak mau ketinggalan dalam peran sertanya. Untuk itu mulai tahun 2007 UIEU telah menetapkan metode pembelajaran berbasis teknologi informasi. Guna menunjang kelancaran pelaksanaan metode ini maka pihak kampus sudah memberikan fasilitas yang cukup memadai pada angkatan 2006 dan 2007. Melalui metode ini, mahasiswa di wajibkan untuk melihat atau mengakses materi perkuliahan dan menyelesaikan tugas perkuliahan melalui internet, baik melalui komputer di kampus maupun komputer pribadi. Penerapan metode ini besar kemungkinan menimbulkan sikap positif maupun negatif di kalangan mahasiswa UIEU. Mahasiswa yang bersikap positif terhadap metode ini, merasa bahwa metode tersebut lebih efektif dan efisien bagi dirinya dalam menyelesaikan perkuliahan yang di jalaninya. Hal ini di karenakan mahasiswa dapat mengikuti materi perkuliahan dan tugas yang di berikan dosen kapanpun dan dimanapun mereka dapat mengakses data. Tidak hanya di kampus saja melainkan mereka dapat mengaksesnya di warnet, di rumah dan di tempat lainnya. Sementara itu bagi yang berpendapat negatif, menganggap bahwa metode ini harus ditunjang oleh fasilitas teknologi informatika terkait secara lengkap dan itu berarti dibutuhkan biaya yang tidak sedikit dalam memfasilitasi metode ini. Selain itu mahasiswa juga dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan mengoperasikan teknologi informasi terkait. Akibatnya bagi mahasiswa yang tidak memiliki dana untuk memperoleh fasilitas tersebut, dan bagi mahasiswa yang tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengoperasikan teknologi informasi tersebut, mereka akan menemui banyak hambatan didalam proses belajar mereka.
Metode Penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian kuantitatif yang sifatnya non-eksperimental, karena penelitian ini tidak melakukan manipulasi pada variabel bebas (Arikunto, dalam Pancarida, 2007). Sedangkan berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini termasuk dalam penelitian kausalitas yang biasanya dilakukan untuk mengkaji kemungkinan hubungan sebab akibat antra faktor tertentu yang memungkinkan menjadi penyebab gejala yang diselidiki (Zuriah, dalam Pancarida, 2007). Pe-nelitian ini ingin mengetahui pengaruh sikap mengenai metode pem-
belajaran e-learning terhadap prestasi belajar mahasiswa Universitas Indonusa Esa Unggul.
Sampel Penelitian Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2006 dan 2007 Universitas Indonusa Esa Unggul dalam penggunaan e-learning yang memenuhi kriteria berikut ini: 1. Berstatus aktif sebagai mahasiswa angkatan 2006 dan 2007 Universitas Indonusa Esa Unggul 2. Mahasiswa reguler Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. (Riduwan, 2005). Teknik purposive sampling ini digunakan kerena sampel yang akan diambil adalah mereka yang menuntut ilmu di Universitas Indonusa Esa Unggul dan berstatus mahasiswa aktif pada setiap program studi semester yang berjalan.
Instrumen Penelitian Definisi Operasional Sikap terhadap metode e-learning merupakan predisposisi evaluatif yang menentukan bagaimana individu bertindak dan bersifat pribadi. Dimana didalamnya terkandung 3 komponen, yaitu: komponen kognitif mencakup persepsi, kepercayaan dan stereotipi yang dimiliki individu mengenai sesuatu, komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap obyek sikap dan menyangkut masalah emosi, komponen konatif merupakan kecenderungan bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Persepsi belajar menggambarkan penguasaan siswa terhadap hal-hal tertentu yang sudah didengarkan, meliputi kemampuan kognitif, sensori, psikomotorik, maupun afektif. Pengukuran diperlukan untuk mengetahui perkembangan siswa dalam belajar dan penguasaannya terhadap hal-hal yang pernah diajarkan. Dalam penelitian ini prestasi belajar diambil dari nilai IPK mahasiswa UIEU angkatan 2006 dan 2007 per semester ganjil tahun ajaran 2008/2009
Alat ukur yang digunakan Skala likert digunakan untuk mengukur sikap mahasiswa terhadap penggunaan e-learning. Dalam penelitian, skala ini digunakan untuk menilai sikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh peneliti dengan cara mengajukan beberapa pernyataan kepada responden. Kemudian responden diminta memberikan
Jurnal Psikologi Vol 7 No 1, Juni 2009
15
Hubungan Sikap Terhadap Metode E-Learning Dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Angkatan 2006 Dan 2007 Universitas Indonusa Esa Unggul
pilihan jawaban atau respon dalam skala ukur yang telah disediakan, misalnya sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Skala ukur yang tersedia terdiri dari sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang cocok.
Teknik Analisa Data Validitas Validitas suatu tes berkaitan dengan apa yang diukur oleh tes dan seberapa baik tes mengukurnya (Anastasi & Urbina, 2003). Penghitungan validitas alat ukur dukungan sosial ini menggunakan validitas konstruk. Validitas konstruk. Teknik yang digunakan untuk mendapatkan validitas konstruk adalah konsistensi internal. Cara yang digunakan untuk mendapatkan konsistensi internal adalah dengan rumus pearson’s product moment correlation. Reliabilitas Instrumen yang digunakan pada penelitian ini akan dihitung menggunakan program komputer SPSS 12 dengan teknik Cronbach alpha. Data penelitian yang didapat kemudiaan dianalisa dengan menggunakan teknik uji statistik menggunakan program SPSS 12 dengan perincian berikut ini: Realibilitas alat ukur diuji dengan menggunakan metode perhitungan koefisien Alpha Cronbach. Validitas alat ukur diuji dengan menggunakan metode internal consistency dengan mengkorelasikan setiap item dengan skor total.
Analisis Data Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji statisti Pearson Product Moment. Korelasi digunakan pertama kali oleh Karl Pearson pada tahun 1990 merupakan istilah statistik yang menyatakan derajat hubungan linier antara dua variabel atau lebih. Koefisien ( r ) memiliki besaran -1 < r < 1. Derajat hubungan linear antara 2 variabel atau lebih dikelompokan dan dikategorikan. Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas item skala sikap terhadap metode e-learning, dari 57 item didapatkan 36 item yang dinyatakan valid dan 21 item gugur (4,8,10,12,16,18,20,21,24,26,28,29,36,38,45,47,50,51, 55,56,57).
Hasil Gambaran Responden Penelitian 16
Jenis Kelamin Responden penelitian ini berjumlah 317 orang mahasiswa Universitas Indonusa Esa Unggul. Berdasarkan jenis kelamin diperoleh profil responden penelitian yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki 170 orang dan perempuan 147 orang. Dari hasil tersebut terlihat bahwa persentase terbesar dari jenis kelamin adalah laki-laki sebanyak 170 responden yaitu 54% dari seluruh responden sedangkan perempuan sebanyak 147 responden yaitu 46% dari seluruh responden. Responden penelitian ini terdiri atas laki-laki 170 responden dan perempuan 147 responden. Hasil perhitungan gambaran sikap terhadap e-learning berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa yaitu 87 mahasiswa memiliki sikap positif terhadap e-learning. Bahwa laki-laki lebih banyak yang bersikap positif terhadap metode elearning, sebaliknya perempuan lebih banyak yang bersikap negatif terhadap metode e-learning. Dilihat dari hasil uji beda diatas terlihat bahwa nilai signifikansinya adalah sebesar 0,103 (p>0,05). Hal ini menunjukan tidak ada perbedaan sikap terhadap metode e-learning antara laki-laki dan perempuan.
Usia Dari 317 responden penelitian, mereka memiliki usia berkisar antara 18 sampai 23 tahun. Dari hasil diatas terlihat bahwa responden terbanyak berusia 20 tahun dengan jumlah 138 orang yaitu (43%) dari seluruh responden. Sedangkan yang paling sedikit berusia 23 tahun dengan jumlah 3 orang yaitu (1%) dari seluruh responden penelitian. Dilihat dari hasil uji beda diatas terlihat bahwa nilai signifikansinya adalah sebesar 0.181 (p>0,05). Hal ini menunjukan sikap terhadap metode e-learning tidak berbeda ditinjau dari usia.
Fasilitas Komputer Dirumah Dari 317 responden, ternyata responden yang memiliki komputer dirumah sebanyak 306 responden (97%) dan responden yang tidak memiliki komputer dirumah sebanyak 11 responden saja (3%). Responden penelitian ini terdiri dari yang memiliki fasilitas komputer dirumah 306 responden dan yang tidak memiliki fasilitas komputer dirumah 11 responden. Hasil perhitungan gambaran sikap terhadap e-learning berdasarkan fasilitas komputer dirumah diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa yaitu 153 mahasiswa memiliki sikap positif dan negatif terhadap e-learning.
Jurnal Psikologi Vol 7 No 1, Juni 2009
Hubungan Sikap Terhadap Metode E-Learning Dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Angkatan 2006 Dan 2007 Universitas Indonusa Esa Unggul
Bagi mahasiswa yang memiliki fasilitas komputer dirumah tidak memiliki perbedaan sikap. Sebaliknya bagi mahasiswa yang tidak memiliki fasilitas komputer dirumah lebih banyak yang bersikap negatif terhadap metode e-learning Dilihat dari hasil uji beda yang ditinjau dari ada atau tidaknya fasilitas komputer dirumah, maka nilai signifikansi dari mahasiswa yang memiliki fasilitas komputer dirumah adalah sebesar 0.993 (p>0.05). Hal ini menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara yang punya komputer dan tidak punya komputer. Untuk mahasiswa yang tidak memiliki fasilitas komputer dirumah nilai signifikansi sebesar 0.989 (p>0.05), hal ini juga menunjukan tidak ada perbedaan sikap yang signifikan terhadap metode e-learning.
Fasilitas Internet Dirumah Dari 317 responden yang memiliki fasilitas internet dirumah yaitu sebanyak 144 responden (45%). Sedangkan responden yang tidak memiliki fasilitas internet dirumah sebanyak 173 responden (55%). Responden penelitian ini terdiri dari yang memiliki fasilitas internet dirumah sebesar 144 responden dan yang tidak memiliki fasilitas internet dirumah sebesar 173 responden. Hasil perhitungan gambaran sikap terhadap e-learning berdasarkan fasilitas komputer dirumah diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa yaitu 93 mahasiswa memiliki sikap negatif terhadap e-learning. Bagi mahasiswa yang memiliki fasilitas internet dirumah lebih banyak yang bersikap positif terhadap metode e-learning sebaliknya yang tidak memiliki fasilitas internet dirumah lebih banyak yang bersikap negatif terhadap metode e-learning. Dilihat dari hasil uji beda yang ditinjau dari ada atau tidaknya fasilitas internet dirumah, ternyata baik yang memiliki fasilitas internet dirumah maupun yang tidak memiliki fasilitas internet tidak menunjukan adanya perbedaan sikap yang signifikan terhadap metode e-learning. Hal ini ditunjukan melalui nilai signifikansi dari sebesar 0,22 (p>0.05).
Sarana Komputer yang Sering Digunakan Sarana komputer yang sering digunakan untuk mengakses materi dalam penelitian ini difokuskan pada lima peralatan yaitu: PDA, Laptop, Komputer warnet, Komputer kampus, dan Lain-lain. Dari diagram diatas terlihat bahwa dari 317 responden, peralatan komputer yang paling banyak digunakan sebagai alat akses materi perkuliahan terbanyak adalah laptop dengan jumlah 213 responden (67%) sedang-
kan peralatan komputer yang paling sedikit digunakan sebagai alat akses adalah PDA dengan jumlah 1 responden (0%). Dilihat dari hasil uji beda yang ditinjau dari sarana komputer yang digunakan tidak menunjukan adanya perbedaan sikap yang signifikan terhadap metode e-learning. Hal ini ditunjukan melalui nilai signifikansi dari sebesar 0,448 (p>0.05).
Lama Waktu Mengakses E-learning Tiap responden melakukan akses dengan lama waktu yang berbeda-beda. Untuk itu peneliti memfokuskan lama waktu mengkases menjadi tiga yaitu: kurang dari 1 jam, berkisar antara 1 jam hingga 2 jam, dan lebih dari 2 jam. Dari diagram terlihat bahwa responden yang paling banyak menghabiskan waktu untuk mengakses e-learning dalam seminggu dengan lama waktu kurang dari 1 jam sebanyak 168 responden (53%) dan yang paling sedikit dengan lama waktu lebih dari 2 jam sebanyak 57 responden (18%). Dilihat dari hasil uji beda yang ditinjau dari lamanya mengakses e-learning tidak menunjukan adanya perbedaan sikap yang signifikan terhadap metode e-learning. Hal ini ditunjukan melalui nilai signifikansi dari sebesar 0,236 (p>0.05).
Tes Kecerdasan Karakteristik penelitian ini diambil berdasarkan informasi dari subyek yang bersangkutan mengenai tingkat kecerdasan yang dimilikinya pada saat responden duduk di bangku SLTA. Tingkat kecerdasan responden dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi yaitu: superior, diatas rata-rata, rata-rata, dan dibawah rata-rata. Dari 317 responden, data responden yang memiliki tingkat kecerdasan rata-rata adalah yang terbanyak dengan jumlah 236 responden (74%). Sedangkan yang memiliki tingkat kecerdasan superior dan dibawah rata-rata adalah yang paling sedikit dengan jumlah masing-masing 2 responden saja (1%). Bagi mahasiswa yang memiliki tingkat kecerdasan superior dan diatas rata-rata lebih banyak yang bersikap positif terhadap metode e-learning. Sebaliknya yang memiliki tingkat kecerdasan rata-rata dan di bawah rata-rata lebih banyak yang bersikap negatif terhadap metode e-learning. Dari hasil uji beda yang ditinjau dari tingkat kecerdasan, ternyata nilai signifikansinya 0.978 (p>0.05). hal ini menunjukan bahwa perbedaan sikap tidak dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan mahasiswa.
Jurnal Psikologi Vol 7 No 1, Juni 2009
17
Hubungan Sikap Terhadap Metode E-Learning Dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Angkatan 2006 Dan 2007 Universitas Indonusa Esa Unggul
Angkatan Profil responden penelitian di Universitas Indonusa Esa Unggul terdiri dari mahasiswa angkatan 2006 dan 2007. Terlihat bahwa responden angkatan 2006 sedikit lebih banyak dari angkatan 2007 yaitu untuk angkatan 2006 terdapat 167 responden (53%) dan angkatan 2007 terdapat 150 responden (47%)
Tabel 2 Sikap positif dan negative Terhadap metode elearning SIKAP Positif 157
negatif 160
Indeks Prestasi Kumulatif Karakteristik penelitian ini diambil berdasarkan data IPK. Data didapat dari BAA (Badan Administrasi Akademik). IPK responden dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga yaitu: kurang dari 2, lebih dari 2 sampai dengan 2.75, dan diatas 2.75. Dari 317 responden, data responden terendah adalah responden yang memiliki IPK dibawah 2 sebanyak 25 orang (8%) dan yang tertinggi adalah responden yang memiliki IPK diatas 2.75 sebanyak 190 orang (60%) Dari tabel diatas, bagi mahasiswa yang memiliki IPK dibawah 2 lebih banyak bersikap negatif terhadap metode e-learning, yang memiliki IPK diatas 2 dan dibawah 2.75 lebih banyak bersikap positif terhadap metode e-learning, dan untuk mahasiswa yang memiliki IPK diatas 2.75 lebih banyak bersikap negatif terhadap metode e-learning. Dari hasil uji beda yang ditinjau dari nilai IPK, ternyata nilai signifikansinya 0.553 (p>0.05). hal ini menunjukan bahwa nilai IPK tidak mempengaruhi sikap mahasiswa terhadap metode e-learning. Dengan kata lain tidak ada perbedaan sikap dari para mahasiswa dengan nilai IPK terhadap metode e-learning
Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui syarat keterwakilan responden terpenuhi atau tidak, sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan terhadap populasi (Arikunto, 2002). Dalam penelitian ini, uji normalitas hanya dilakukan terhadap variabel dependen, yaitu variabel sikap terhadap metode elearning. Jadi dapat disimpulkan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Triton (2005) yang mengatakan bahwa data yang diwakili dengan titik akan tersebar disekitar garis acuan normalitas apabila distribusi datanya memang normal. Analisis Data Utama Untuk melihat sikap positif dan negatif terhadap metode e-learning dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini 18
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa sikap sikap positif cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan sikap yang negatif. Analisis hubungan Sikap metode e-learning dengan prestasi belajar dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi antara skor total responden pada skala sikap dan prestasi belajar. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh koefisien korelasi sebesar 0.009 yang artinya terdapat hubungan yang sangat rendah. Dari nilai signifikansi sebesar 0.878 (lebih besar dari 0.05). maka dapat dikatakan hubungan yang ada sangat rendah dan tidak signifikan. Dengan kata lain dapat disimpulkan terdapat hubungan yang sangat rendah dan tidak signifikan.
Hasil dan Pembahasan Menunjukkan bahwa mahasiswa yang bersikap positif terhadap penggunaan e-learning lebih sedikit dibandingkan dengan mahasiswa yang bersikap negatif, dengan perbandingan 49,53% yang bersikap positif dan 50,47% yang bersikap negatif. Mengacu pada apa yang dikemukakan oleh Gagne (dalam winkle,2004) dan hasil wawancara pada sejumlah mahasiswa maka dapat disimpulkan, bahwa mahasiswa bersikap positif, mereka cenderung lebih sering mencari dan mengakses materi/bahan ajar melalui internet karena merasa jauh lebih efektif dan efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan. Sebaliknya mahasiswa yang bersikap negatif, mereka cenderung malas untuk mencari dan mengakses materi/bahan ajar melalui e-learning, merasa kurang antusias dengan adanya fasilitas e-learning serta merasa kurang efektif dan efisien. Berdasarkan analisis statistik korelasi Pearson product moment., diperoleh koefisien korelasi sebesar 0.009 dengan signifikansi atau probabilitas 0.878 >0.05. Meskipun r = 0.009 menunjukkan adanya hubungan sangat rendah namun tidaklah signifikan. Dari data itu, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi prestasi belajar mahasiswa bukan berarti semakin positif sikapnya terhadap metode e-learning. Demikian juga semakin rendah prestasi belajar maha-
Jurnal Psikologi Vol 7 No 1, Juni 2009
Hubungan Sikap Terhadap Metode E-Learning Dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Angkatan 2006 Dan 2007 Universitas Indonusa Esa Unggul
siswa bukan berarti bahwa ia telah bersikap negatif terhadap metode e-learning. Untuk menguatkan hasil uji hubungan di atas, maka peneliti melakukan uji atas variansi kedua variabel penelitian dengan melakukan uji koefisien korelasi (coefisien correlation). r2 = 0.000081, hasil menunjukkan variance share < 1 %. Melalui hasil tes ini maka dapat disimpulkan bahwa IPK mahasiswa tidak hanya dipengaruhi oleh sikapnya terhadap e-learning saja. Dengan demikian dapat dikatakan masih ada sejumlah faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa terkait. Menurut Winkel (2004) ada faktor internal (bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa) dan faktor eksternal berupa lingkungan sosial (metode mengajar, kurikulum, hubungan dosen dengan mahasiswa) dan lingkungan non sosial (gedung kampus, tempat tinggal, dan fasilitas belajar mengajar) yang dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa. Faktor internal seperti inteligensi memang mempengaruhi prestasi belajar seseorang. Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data tingkat inteligensi berdasarkan informasi yang diberikan mahasiswa terkait, dan bukan dari hasil tes intelligensi yang dilakukan atas siswa terkait. Umumnya informasi yang diberikan berdasarkan hasil tes IQ pada masa SMA. Peneliti tidak dapat mengkonfirmasikan data tingkat intelligensi mahasiswa secara absah, namun sejumlah jurnal penelitian menunjukkan adanya hubungan antara tingkat IQ dengan prestasi belajar seseorang (Angela, L., 2005). Untuk memperjelas penjelasan ini maka peneliti melakukan uji hubungan antara tingkat IQ dan IPK mahasiswa yang menjadi responden penelitian ini. Dari tabel di atas, nilai Pearson Chi-Square = 18.956 dengan nilai signifikansi atau propabilitas 0.04 (< 0.05). Ini berarti memang ada hubungan yang signifikan antara tingkat IQ dengan nilai IPK. Faktor lain yang bisa menjadi pendorong tapi juga bisa menghambat mahasiswa dalam berprestasi adalah motivasi. Menurut Gagne, motivasi yang baik akan mendorong mahasiswa untuk berprestasi sementara itu tanpa adanya motivasi cenderung menghambat mahasiswa untuk berprestasi. Namun dalam penelitian ini, peneliti tidak meneliti tingkat motivasi dari para mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini namun hanya berfokus pada sikap. Ada ungkapan dalam dunia organisasi tentang ”the right man in the right place” untuk menunjukkan apabila seseorang ingin berhasil maka ia harus berada pada tempat yang tepat. Ungkapan ini mengacu pada
faktor minat dan bakat. Apabila mahasiswa mengambil jurusan kuliah dengan tepat sesuai dengan bakat dan minatnya maka tingkat keberhasilan belajar yang diraihnya akan sesuai dengan bakat dan minatnya. Sebaliknya apabila tidak sesuai dengan bakat dan minatnya maka ia akan cenderung gagal atau berprestasi belajar rendah. Peneliti tidak melakukan tes bakat minat pada para mahasiswa yang menjadi responden penelitian ini maka untuk menegaskan pernyataan di atas, peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui alasan pengambilan jurusan kuliah para mahasiswa yang menjadi responden penelitian ini. Dari hasil wawancara didapat sejumlah alasan diantaranya : karena ikut-ikutan teman, dipaksa oleh orang tua, sesuai dengan minatnya, mengikuti pacar, jurusannya paling populer, kalau kerja nantinya akan punya gaji yang besar, sekedar ada gelar, ingin punya status sosial yang lebih baik, supaya tidak membuat malu keluarga. Dari sejumlah mahasiswa yang kuliah memang sesuai dengan minatnya, mereka umumnya memiliki IPK yang cukup tinggi (> 2,5), sedangkan untuk mereka yang kuliah dengan alasan lain memiliki IPK yang bervariasi. Ada yang tinggi tapi ada juga yang rendah. Lingkungan sosial dalam kampus bisa pula mempengaruhi mahasiswa dalam belajar. Metode belajar yang kondusif, kurikulum yang sesuai, dan hubungan dengan pengajar atau rekan kuliah yang baik, serta tempat kuliah yang nyaman dalam hal ini tersedianya sarana dan prasarana perkuliahan yang memadai dalam menunjang proses belajar mengajar. Hal-hal ini dapat mempengaruhi para mahasiswa dalam proses belajar mengajar. Situasi dan kondisi yang baik akan dapat mendorong mereka untuk berprestasi baik pula. Sementara itu kondisi sebaliknya justru cenderung membuat mahasiswa malas untuk hadir dalam perkuliahan atau menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan sehingga dapat menurunkan prestasi belajarnya. Lingkungan sosial bisa juga mengacu pada ada atau tidak adanya fasilitas komputer dan internet yang dimiliki mahasiswa di rumah. Ini menunjukkan bahwa umumnya mahasiswa memiliki fasilitas komputer di rumah (96,5%) namun belum tentu dilengkapi dengan fasilitas internet (hanya 45,4 % yang memiliki fasilitas internet). Hal ini juga menunjukkan bahwa pada umumnya maha-siswa dapat mengoperasikan komputer. Sementara itu bagi mahasiswa yang tinggal di tempat kos, meskipun memiliki komputer tetapi umumnya tidak dilengkapi dengan fasilitas internet. Terkecuali apabila di tempat kos mahasiswa terkait
Jurnal Psikologi Vol 7 No 1, Juni 2009
19
Hubungan Sikap Terhadap Metode E-Learning Dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Angkatan 2006 Dan 2007 Universitas Indonusa Esa Unggul
disediakan dengan dikenakan biaya tambahan. Apabila tidak ada fasilitas internet di rumah atau di tempat kos mereka cenderung untuk memperoleh bahan ajar dari rekan kuliah dengan mengkopi atau mengakses melalui warung internet. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa secara umum mahasiswa dapat mengoperasikan komputer, yang berarti juga seharusnya mereka dapat mengakses materi kuliah dengan baik. Dari hasil wawancara terhadap sejumlah mahasiswa, diketahui bahwa umumnya hambatan terbesar mereka dalam mengakses materi kuliah adalah lamanya waktu untuk mengakses dan seringnya terjadi error dalam mengakses. Terlalu lama menunggu membuat mereka pada akhirnya cenderung untuk mengakses hal-hal lain atau main game. Kondisi-kondisi inilah yang lebih mempengaruhi sikap mereka terhadap metode elearning. Untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan sikap mereka terhadap metode e-learning maka peneliti melakukan uji beda sikap terkait dengan fasilitas komputer dan internet di rumah. Hasil uji beda sikap terkait dengan fasilitas komputer di rumah diperoleh nilai t = -0,014 dengan signifikansi 0,989 yang berarti tidak ada perbedaan sikap yang signifikan terhadap metode e-learning terkait dengan kepemilikan komputer di rumah. Hasil uji beda sikap terkait dengan fasilitas internet di rumah diperoleh nilai t = 2,296 dengan signifikansi 0,22 yang berarti tidak ada perbedaan sikap yang signifikan terhadap metode e-learning terkait dengan kepemilikan internet di rumah. Dengan demikian meskipun para mahasiswa memiliki fasilitas komputer dan internet di rumah, mereka bisa saja bersikap positif atau bersikap negatif terhadap metode e-learning. Demikian juga bagi mereka yang tidak memiliki fasilitas komputer dan internet di rumah, mereka bisa saja bersikap positif atau bersikap negatif terhadap metode e-learning. Sarana komputer terbanyak yang digunakan oleh mahasiswa universitas Indonusa Esa Unggul adalah laptop. laptop menjadi sarana untuk memudahkan mereka dalam proses pembelajaran atau mengakses materi melalui e-learning. Penggunaan laptop oleh mahasiswa Indonusa Esa Unggul sudah menjadi pemandangan yang umum di kampus. Mayoritas mahasiswa UIEU telah memiliki laptop dan umumnya pada saat kuliah mereka juga menggunakannya. Saat mendaftar ke UIEU pada mahasiswa fakultas teknik, ekonomi, dan komunikasi, pembayaran biaya masuk kuliah sudah termasuk pembelian laptop. Sementara itu untuk fakultas lainnya, pembayaran biaya masuk 20
kuliah tidak termasuk pembelian laptop. Di kampus sendiri juga disediakan laboratorium komputer yang dapat digunakan oleh seluruh mahasiswa UIEU. Sebenarnya program pembelian laptop yang termasuk dalam biaya kuliah kepada mahasiswa dijalankan karena pihak kampus akan menjalankan program elearning guna meningkatkan kualitas belajar mengajar di kampus. Menunjukkan jumlah waktu atau lamanya para mahasiswa dalam mengakses e-learning. Mahasiswa yang mengakses e-learning rata-rata kurang dari 1 jam/minggu didominasi oleh mahasiswa fakultas fisioterapi (68,8%). Hal ini mungkin karena dalam perkuliahan mereka jarang digunakan komputer melainkan lebih kepada terapan ilmu secara langsung dalam bentuk praktek nyata berupa pelayanan kepada manusia. Sementara itu mahasiswa yang mengakses e-learning lebih dari 2 jam didominasi oleh mahasiswa fakultas komputer (33,3%). Hal ini dikarenakan hampir untuk seluruh materi diberikan dengan komputer sehingga mau tidak mau mereka harus lebih sering mengakses e-learning. Dari pengamatan sepintas pada para mahasiswa, meskipun mereka memiliki komputer banyak diantara mereka yang cenderung untuk mengakses hal-hal lain di luar materi kuliah. Jadi dapat dikatakan bahwa lama waktu dalam mengakses materi kuliah sangatlah sedikit dibandingkan dengan lama waktu untuk mengakses hal-hal lain, seperti buka blog, main game. Bahkan apabila dapat mengkopi pada teman mereka lebih baik mengkopi daripada mengakses sendiri. Menggambarkan indeks prestasi mahasiswa UIEU. Dari data tersebut, mahasiswa terbanyak yang memiliki IPK > 2,75 adalah mahasiswa dari fakultas ilmu gizi(92,3%). Sementara itu mahasiswa dari fakultas komunikasi (20%) justru paling sedikit yang memiliki IPK > 2,75. Apabila dilihat dari fasilitas yang diberikan kepada para mahasiswa, seharusnya mahasiswa dari fakultas komputer dan fakultas komunikasi yang memiliki IPK > 2,75 lebih banyak daripada mahasiswa fakultas ilmu gizi. Namun ternyata data menunjukkan hal yang sebaliknya. Ini berarti bahwa IPK mahasiswa tidak saja dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya fasilitas komputer namun bisa dikarenakan hal-hal lain. Menurut Winkle, ada faktor internal dan eksternal (yang telah disebutkan oleh peneliti di atas) yang dapat memperngaruhi prestasi belajar mahasiswa dalam hal ini nilai IPKnya. Untuk melihat apakah tingkat IPK juga membuat mahasiswa berbeda sikap terhadap metode e-
Jurnal Psikologi Vol 7 No 1, Juni 2009
Hubungan Sikap Terhadap Metode E-Learning Dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Angkatan 2006 Dan 2007 Universitas Indonusa Esa Unggul
learning, maka peneliti melakukan uji beda atas sikap terhadap e-learning terkait dengan tingkat IPK. Tabel 4.22 menunjukkan hasil uji beda sikap dengan IPK dengan nilai F=0.593 sig=0.553 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan sikap yang signifikan terhadap metode e-learning terkait dengan tingkat IPK. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi IPK mahasiswa bukan berarti sikapnya semakin lebih positif terhadap e-learning. Sebaliknya mahasiswa yang IPK bukan berarti sikapnya lebih negatif. Mengacu pada penjelasan di awal materi pembahasan ini, sejumlah jurnal penelitian jelas menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan mempengaruhi prestasi belajar seseorang. Data dari tabel 4.7 menunjukkan tingkat kecerdasan mahasiswa yang menjadi responden penelitian ini. Tingkat kecerdasan para mahasiswa UIEU mayoritas berada pada tingkat ratarata (74,4%). Bahkan mahasiswa fakultas Disain Industri dan fakultas komunikasi periklanan yang menjadi responden penelitian ini semuanya memiliki tingkat kecerdasan rata-rata. Untuk melihat apakah tingkat kecerdasan juga membuat mahasiswa memiliki sikap yang berbeda terhadap metode e-learning maka peneliti melakukan uji statistik untuk melihat apakah ada perbedaan sikap tersebut. Terlihat ada 2 mahasiswa yang menjadi responden memiliki tingkat kecerdasan superior dan keduanya bersikap positif terhadap metode e-learning. Untuk mahasiswa yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata, 40 orang bersikap positif dan 37 orang bersikap negatif terhadap metode e-learning. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat kecerdasan mahasiswa maka ia akan bersikap positif terhadap metode e-learning. Sebaliknya untuk mahasiswa yang memiliki kecerdasan rata-rata, 115 orang bersikap positif dan 121 orang bersikap negatif terhadap metode e-learning, sedangkan untuk mahasiswa dengan tingkat kecerdasan di bawah rata-rata ada 2 orang dan keduanya bersikap negatif. Hal ini berarti bahwa semakin rendah tingkat kecerdasan mahasiswa maka ia akan bersikap negatif terhadap metode e-learning. Kondisi ini berbeda dengan hasil uji beda sikap secara keseluruhan yang dilakukan dengan menggunakan uji anova dengan nilai F= 0.066 sig. = 0.978 yang berarti tidak ada perbedaan sikap yang signifikan terhadap metode e-learning terkait dengan tingkat kecerdasan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat kecerdasaan mahasiswa bukan berarti ia akan bersikap lebih posistif terhadap metode e-learning. Sebaliknya mahasiswa yang tingkat kecerdasan-
nya rendah bukan berarti ia akan bersikap negatif terhadap metode e-learning. Dari jenis kelamin secara keseluruhan nampak bahwa responden dari fakultas kesehatan meliputi ilmu gizi, reka medik, dan kesehatan masyarakat lebih didominasi oleh perempuan. Pada UIEU, bidang-bidang perkuliahan yang ditujukan untuk pelayanan kepada masyarakat memang didominasi oleh mahasiswi. Sebaliknya dari fakultas komputer dan teknik lebih didominasi oleh laki-laki. Dalam hal ini mahasiswa memang lebih berminat pada bidang keteknisan. Namun hal ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan peran gender yang umum ada dalam masyarakat. Terlihat bahwa nilai t = 1.636, sig. = 0.103 yang berarti tidak adanya perbedaan sikap terhadap metode e-learning antara laki-laki dan perempuan. Dalam pengertian ini jenis kelamin tidaklah mempengaruhi sikap seseorang terhadap metode terkait. Di era globalisasi ini semua orang dapat belajar menggunakan teknologi komputer yang berarti penggunaan program komputer tidak identik dengan kaum laki – laki atau kaum perempuan melainkan bagi siapa saja yang mau untuk juga mempelajarinya. Kemauan dan keinginannya untuk mempelajari itulah yang nantinya akan mempengaruhi hasil belajarnya. Dari apa yang telah dijelaskan diatas maka secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa memang tidak ada hubungan antara sikap terhadap metode e-learning dengan prestasi belajar mahasiswa. Hal ini bisa dikarenakan banyak faktor. Kurangnya antusiasme para mahasiswa terhadap penerapan metode e-learning adalah salah satu faktor yang dapat berpengaruh. Saat metode ini dijalankan, mahasiswa menanggapinya sebagai kewajibannya selaku siswa yang memang harus belajar dan mendapatkan bahan ajar melalui metode e-learning. Bagi mereka ada atau tidak adanya metode ini sama sekali tidak berpengaruh apapun. Mengakses atau tidak mengakses juga tidak menjadi masalah bagi mereka. Hal ini dikarenakan meskipun tidak mengakses mereka tetap dapat mendapatkan bahan ajar dengan cara mengkopi lewat rekan mahasiswa. Jika harus menyerahkan tugas melalui internet, mereka juga bisa meminta tolong teman kuliah atau titip kepada teman kuliah untuk mengirimkan kepada dosen pengajar. Pemakaian e-learning juga tidak memicu para mahasiswa agar mereka lebih mengenal e-learning dengan lebih baik. Hal ini karena penerapan metode e-learning belumlah terlalu jelas. Tidak ada acuan baku dari pihak kampus yang dapat dijadikan pedoman bagi para mahasiswa. Demikian juga tidak ada-
Jurnal Psikologi Vol 7 No 1, Juni 2009
21
Hubungan Sikap Terhadap Metode E-Learning Dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Angkatan 2006 Dan 2007 Universitas Indonusa Esa Unggul
nya dorongan dari pihak UIEU untuk membuat para mahasiswanya antusias dalam mengakses metode ini. Banyak dari mahasiswa mengaksesnya hanya karena kewajibannya selaku mahasiswa yang harus menyelesaikan tugas perkuliahannya. Seperti dikatakan Winkle, selain sikap, prestasi belajar dipengaruhi sejumlah hal. Hal utama dalam belajar adalah adanya motivasi. Dengan motivasi, mahasiswa akan terdorong untuk meraih prestasi dengan baik. Dengan motivasi pula, mahasiswa akan lebih mengenal metode e-learning dengan lebih detil sehingga ia akan dapat memperoleh manfaatnya. Sebaliknya tanpa motivasi sulit bagi mahasiswa untuk memperoleh prestasi. Dewasa ini penggunaan komputer sudah mencakup seluruh bidang kehidupan. Itu sebabnya mahasiswa pun diharuskan untuk belajar dengan metode yang modern sejalan dengan perkembangan teknologi. Suka atau tidak suka tetap harus dijalankan agar dapat berkompetisi dalam kehidupan bermasyarakat baik itu di kampus maupun di luar kampus. Meskipun metode e-learning adalah hal yang positif di dalam dunia pendidikan tetap saja kemajuan dalam proses belajar adalah berpulang kepada individu masing-masing Untuk dapat mensuskseskan metode e-learning maka pihak UIEU hendaknya dapat mengkaji lebih dalam sistem tersebut. Penting bagi pihak UIEU untuk memiliki acuan baku dalam penerapan program tersebut sehingga dapat dilakukan evaluasi atas program terkait apakah telah tepat guna dan tepat sasarannya dalam meningkatkan kualitas belajar mengajar di kampur UIEU.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan bahwa sikap terhadap metode e-learning berhubungan sangat lemah dan tidak signifikan yang sangat rendah tapi tidak signifikansi terhadap metode e-learning dengan prestasi belajar mahasiswa. Ini berarti bahwa meskipun memiliki sikap yang positif bukan berarti prestasi belajarnya akan bagus, sebaliknya yang memiliki sikap yang negatif bukan berarti prestasi belajarnya pasti rendah. Berdasarkan analisis data tambahan, diperoleh sejumlah analisa sebagai berikut: Ada korelasi yang rendah antara kecepatan recovery dengan usia. Tidak ada perbedaan sikap terhadap e-learning antara laki-laki dan perempuan. Tidak ada perbedaan sikap e-learning berdasarkan usia. Tidak ada perbedaan sikap terhadap metode e-learning berdasarkan ada atau tidaknya fasilitas komputer dirumah. Tidak ada per22
bedaan sikap terhadap metode e-learning berdasarkan ada atau tidaknya fasilitas internet dirumah. Tidak ada perbedaan sikap e-learning dilihat berdasarkan tingkat kecerdasan
Daftar Pustaka Azwar, Syaifuddin “Penyusunan Skala Psikologi”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004 BAA, Jakarta: Universitas Indonusa Esa Unggul Brandon, B, “Using RSS and Weblogs for e-Learning: An Overview”, The e-Learning Developers Journal, 2003 Duckworth, A,L, 2005, “Self- Discipline Outdoes IQ in Predicting Academic Performance of adolescents”, Psychological science, 2005 Effendi, K, “Hubungan Antara Konsep Diri dan Kemampuan Verbal dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas Lima Sekolah Dasar Muhammadiyah Sukonandi Yogyakarta”, Indonesian Psychological Journal, Yogyakarta, 2004 Ganez, 2007, Universitas yang berhasil menggunakan E-learning, Available: http://ganez.wordpress. com/2007/12/13/universitas-yang-berhasilmenggunakan-e-learning/ ditarik tanggal: 16 juli 2008 Munandar, Utami, “Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Grasindo, Jakarta, 1992 Pancarida, Septina, “Pengaruh sikap siswa SMA kelas XII A mengenai Mata Pelajaran Matematika,” Skripsi, Universitas Indonusa Esa Unggul, Jakarta, 2007 Riduwan, “Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula”, Alfabeta, Bandung, 2005 Santoso, L,W, “Evolusi Sistem Informasi Pendidikan: Pembuatan Template e-Learning untuk Pendidikan Tinggi”, Surabaya: Fakultas Teknologi Informatika
Jurnal Psikologi Vol 7 No 1, Juni 2009
Hubungan Sikap Terhadap Metode E-Learning Dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Angkatan 2006 Dan 2007 Universitas Indonusa Esa Unggul
Sarlito Wirawan, 1997, “Psikologi Remaja, PT, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1997 Shank, P, “An End of Year Conversation with eLearning leaders,,what’s on Their Minds These Days”, The e-Learning Developers Journal, 2004 Simamora, B, “Panduan Riset Perilaku Konsumen”, PT Gramedia Pustaka Umum, Jakarta, 2004 Soegandi, A, “Analisis Sistem Pengajaran Jarak Jauh Sistem Digital Menggunakan Metode Distance Learning, 2002 Sugiyono, “Statistika untuk Penelitian”, Alfabeta, Bandung, 2004 Sukmadinata, Syaodih, Nana, “Landasan Psikologi Proses Pendidikan”, PT, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005 Yulianto, Aries, “Diktat Psikometri”, Jakarta: Fakultas Psikologi, Universitas Indonusa Esa Unggul, Tidak diterbitkan, Jakarta, 2005 Wahyuningsih, Sawitri, Amalia, “Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar pada Siswa Kelas II SMU LAB SCHOOL Jakarta Timur”, Universitas Persada Indonesia Y.A.I, Jakarta, 2004. Winkel, W,S, “Psikologi Pengajaran (edisi revisi)”, Media Abadi, Yogyakarta, 2004. www.dikti.org
Jurnal Psikologi Vol 7 No 1, Juni 2009
23