JURNAL PSIKOLOGI TABULARASA VOLUME 8, NO.2, AGUSTUS 2013: 698-707 ________________________________________________
HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA PONDOK PESANTREN
Ahmad Isham Nadzir1 Fakultas Psikologi Universitas Merdeka Malang Nawang Warsi Wulandari2 Fakultas Psikologi Universitas Merdeka Malang
Abstract The purpose of this study was to examine the association of religiosity with the adjustment to the boarding school students. The hypothesis of this study was the relationship of religiosity on adjustment. The research samples are 132 students of Madrasah Aliyah boarding Rasyidiah Khalidiah Amuntai. Sampling technique use proportional stratified sample. Methods of data collection using the Likert method, the details as much as 60 item religiosity scale and scale adjustment of 60 items. The validity of the test results using the correlation of Pearson Product moment where religiosity scale showed a fall item 8 and 52 item valid with a correlation coefficient of 0.301 to 0.737 moving with a significance level of 5%, while the scale of adjustment showed a fall item 7 and 53 item valid with a correlation coefficient of 0.301 to 0.541 moving with a significance level of 5%, the results of reliability testing two variables using the formula of Cronbach Alpha coefficient indicates reliabilities of 0.884 to 0.935 for the adjustment and religiosity, which shows a second measurement scale is reliable and very reliable. The results of the data analysis using product moment correlation showed that the count r = 0.511 and r = 0.172 in table 5% significance level at which a count r 0.511> 0.172 r table means the hypothesis is accepted. Keywords: adjustment and religiosity.
1 2
Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilakukan dengan menghubungi:
[email protected] Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilakukan dengan menghubungi:
[email protected]
698
RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI
yang dipisahkan
Pengantar Pada
era
globalisasi
ini
perempuan. Pondok pesantren dikenal sebagai
diperlukan pendidikan yang berkualitas dan
suatu lembaga pendidikan Islam tertua di
mampu bersaing dengan pendidikan yang
Indonesia dan menjadi lembaga yang memiliki
berada di negara lain, dikarenakan pendidikan
kontribusi
merupakan
mencerdaskan
suatu
sekarang
antara laki - laki dan
aktifitas
untuk
penting
dalam
bangsa.
ikut
Banyaknya
serta jumlah
mengembangkan seluruh aspek kepribadian
pesantren
manusia yang berlangsung seumur hidup sesuai
diperhitungkan
dengan
dalam
pembangunan bangsa di bidang pendidikan dan
masyarakat dan kebudayaan. Jalur pendidikan
moral. Dalam pesantren, santri hidup dalam
meliputi pendidikan formal, nonformal dan
komunitas khas, dengan kyai, ustadz, santri dan
informal.
meliputi
pengurus pesantren, berlandaskan nilai–nilai
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
agama Islam lengkap dengan norma–norma dan
pendidikan tinggi.
kebiasaanya
nilai–nilai
Jenjang
Indonesia lembaga
yang
di
pendidikan
memiliki
pendidikan
ada
berbagai
yang
macam
memungkinkan
menjadikan
lembaga
dalam
tersendiri,
ini
kaitanya
yang
layak dengan
tidak
jarang
berbeda dengan masyarakat umumnya yang mengitarinya.
seseorang untuk memilih di lembaga pendidikan
Penyesuaian diri diartikan sebagai proses
mana yang layak bagi dirinya untuk menuntut
individu menuju keseimbangan antara keinginan
ilmu. Salah satu lembaga pendidikan yang ada
diri, stimulus yang ada dan kesempatan yang
di Indonesia adalah lembaga pendidikan Islam
ditawarkan oleh lingkungan Gilmer (dalam
atau sering disebut pondok pesantren. Sebagai
Wijaya, 2007). Keseimbangan tersebut ada
negara mayoritas penduduk beragama islam
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
terbesar di dunia, keberadaan pondok pesantren
pertama kondisi dan konstitusi fisik, kedua
di Indonesia cukup disegani dan menjadi pilihan
kematangan
utama
perkembangan ketiga determinan psikologis,
bagi
masyarakat
yang
ingin
taraf
pertumbuhan
dan
memperdalam ilmu agama khususnya agama
keempat
Islam.
keenam adalah faktor adat, norma sosial, religi
Pondok pesantren
yaitu suatu tempat
kondisi
lingkungan
sekitar,
dan
dan budaya (Kartono,2000).
pendidikan dan pengajaran yang menekankan
Kehidupan religiusitas yaitu kehidupan
pelajaran agama Islam dan didukung asrama
kerohanian yang tercermin dalam kehidupan
sebagai tempat tinggal santri yang bersifat
keagamaan.
permanen (Qomar, 2006). Pelajar di pondok
religiusitas tinggi biasanya menggunakan agama
pesantren dikenal dengan sebutan santri. Para
sebagai referensi semua prilakunya, termasuk
santri ini tinggal dalam pondok atau asrama
juga dalam penyesuaian dirinya. Menurut
Seseorang
yang
memiliki
JURNAL PSIKOLOGI ________________________________________________________________ 699
NADZIR & WULANDARI
Jalaluddin (2007), religiusitas adalah suatu
tuntutan dari berbagai pihak. Semua
keadaan yang ada dalam diri individu yang
merupakan suatu runtutan atau rangkaian dari
mendorongnya untuk bertingkah laku dalam
berbagai tugas perkembangan yang memang
kehidupan sehari – hari sesuai dengan kadar
harus
ketaatannya terhadap agama atau religi.
mereka, dilewati dan dipenuhi. Masa yang
dijalankan
oleh
individu
itu
seumuran
Nilai religius sendiri merupakan sistem
semacam ini yang sedang santri tersebut alami
nilai yang terbentuk dan dianggap bermakna
yaitu masa remaja, dimana kebanyakan dari
bagi manusia. Sistem ini dibentuk melalui
mereka
belajar
tanpa adanya tanggungan lain kecuali belajar.
dan
bersosialisasi,
hal
tersebut
hanya
mengenal
bersenang-senang
dipengaruhi oleh keluarga, teman, institusi
Fenomena ketidak mampuan santri dalam
pendidikan dan masyarakat luas. Yusuf (2004)
menyeseuaikan diri peneliti temukan di pondok
menjelaskan pada dasarnya manusia adalah
pesantren
makhluk
(homoreligius).
informasi dari guru bimbingan kesiswaan dan
Homoreligius adalah makhluk yang memiliki
guru bagian kesiswaan yang mana dikatakan
rasa
untuk
mereka bahwa ada beberapa kondisi dan situasi
memahami serta mengamalkan nilai–nilai religi,
yang sedang dihadapi oleh Santri pondok
baik yang bersifat ritual personal maupun
pesantren Rasyidiah Khalidiah yang mungkin
ibadah sosial, seperti menjalin hubungan antara
menjadi
manusia dan lingkungan yang bermanfaat bagi
hambatan dalam penyesuaian diri dengan
kesejahteraan umat.
dirinya sendiri, teman sebaya atau lingkungan
beragama
keagamaan
dan
kemampuan
Kehidupan di pondok pesantren yang sangat
berbeda
dengan
kehidupan
Rasyidiyah
pemicu
Khalidiyah
adanya
melalui
gangguan
atau
sekitar. Hambatan penyesuaian diri ini terjadi
santri
baik di sekolah ataupun di asrama mereka
sebelumnya membuat santri harus melakukan
tinggal, seperti santri belum bisa menyesuaikan
penyesuaian diri agar bisa bertahan hingga bisa
diri
menyelesaikan pendidikan di pondok pesantren
menggunakan waktu luang, mereka masih ikut-
tersebut. Padatnya jadwal yang diterima para
ikutan
santri kemudian memberikan dampak lain pada
walaupun itu dalam hal negatif. Kemudian
kehidupannya. Setiap harinya santri mempunyai
hambatan berikutnya yaitu adanya santri yang
jadwal kegiatan yang sudah tersusun, mulai dari
sering tidak bertanggung jawab yaitu ketika
bangun tidur hingga tidur kembali diatur
diberikan tugas baik itu dari guru maupun
sedemikian rupa sehingga tidak ada waktu yang
pembina asrama sering tidak dilaksanakan dan
terbuang percuma. Secara khusus kondisi santri
diabaikan, kemudian sikap sangat agresif yaitu
pondok pesantren Rasyidiah Khalidiah relatif,
sering berkelahi dengan teman seasramanya
mereka itu penuh dengan adanya tantangan dan
atau sekelas ,mencuri barang punya teman
terhadap dengan
dirinya temannya
sendiri
dalam
sekelompoknya
700 ________________________________________________________________ JURNAL PSIKOLOGI
RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI
lainya, memalak teman sekelas maupun teman
pesantren Rasyidiah Khalidiah, tidak semuanya
seasramanya, menghamburkan uangnya untuk
mempunyai
sesuatu yang tidak menjadi kebutuhan penting,
kebanyakan santri menunjukkan kecondongan
memilah-milih dalam berteman, berhubungan
pada sikap yang positif. Karena santri pondok
dengan
lainnya
ini masih mempunyai anggapan dan pemikiran
diantaranya sulitnya penyesuaian diri terhadap
yang masih murni dan belum banyak tercampur
kurikulum yang ditetapkan madrasah yang
pada hal-hal yang negatif.
lawan
jenis,
hambatan
banyak mengacu pada pelajaran pondok, sekian
relegiusitas
Santri
pondok
positif,
pesantren
tetapi
Rasyidiah
lama mereka tidak ada progam pelajaran di
khalidiah ini, masih mempunyai kemauan kuat
pondok kemudian ditetapkan adanya pelajaran
menuruti atau mentaati peraturan yang telah
pondok, jadi mereka merasa berat karena
ditetapkan di asrama, seperti peraturan untuk
adanya
Adanya
shalat berjama’ah di mesjid setiap waktu shalat.
hambatan penyesuaian diri dengan teman
Banyak dari mereka yang datang terlebih dahulu
sebayanya.
kemudian melakukan shalat qabliyah. Santri
tambahan
Dalam
tanggungan.
pandangan
Islam
hambatan
pondok
ini
juga
lebih
mudah
dalam
penyesuaian diri sebagai gangguan emosioanal
menyetorkan
atau
pembimbingnya. Kalau dibedakan antara santri
kepribadian,
keinginan
kuat
ini
dikarenakan
manusia
kepada
pondok dengan santri non pondok, maka santri
kenyataan hidup yang ada. Timbulnya stres,
pondok inilah setidaknya yang lebih baik dari
rasa cemas, kecewa, frustasi, semua itu terjadi
pada santri non pondok. Berdasarkan uraian
karena aturan yang telah ditetapkan oleh Allah
yang telah dikemukakan di atas, peneliti tertarik
swt banyak yang dilanggar oleh manusia. Tidak
untuk
sedikit manusia yang bersifat sombong, merasa
“Hubungan religiusitas dengan penyesuaian diri
dirinya
siswa pondok pesantren”
segalanya
lari
tahfidz
dari
mempunyai
untuk
karena
hafalan
dan
bisa
melakukan
penelitian
mengenai
melakukan apa saja sehingga tidak mampu lagi mengontrol atau mengendalikan dirinya sendiri.
Penyesuaian Diri
Akibat perbuatan-perbuatan yang negatif,
Penyesuaian diri adalah interaksi yang
yang dilakukan oleh manusia. Mereka selalu
berlangsung secara terus menerus dengan diri
merasa tidak nyaman, tidak tentram di mana
sendiri, orang lain dan Tuhannya. Penyesuaian
saja dan kapan saja mereka berada. Manusia
diri dengan ilmu jiwa adalah proses dinamika
tidak bisa bangkit dengan caranya sendiri
yang bertujuan untuk mengubah kelakuan agar
karena adanya kesalahan yang diperbuat oleh
terjadinya
manusia itu sendiri dalam menginterprestasikan
lingkungannya (Musthafa, 1982). Pendapat lain
ayat-ayat Allah swt. Relegiusitas Santri pondok
juga dikemukakan oleh Gerungan (2004) yang
hubungan
yang
sesuai
dengan
JURNAL PSIKOLOGI ________________________________________________________________ 701
NADZIR & WULANDARI
menyatakan bahwa penyesuaian diri berarti
Kemampuan mengekspresikan emosi dengan
mengubah
keadaan
baik berarti individu memiliki ekspresi emosi
mengubah
dan kontrol emosi yang baik. 5) Hubungan
lingkungan lingkungan
diri
sesuai
dengan
(autoplastis)
diri
interpersonal yang baik yaitu berkaitan dengan
(alloplastis). Berdasarkan kedua pendapat ini
hakekat individu sebagai makhluk sosial, yang
dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri
sejak lahir tergantung pada orang lain. Individu
merupakan suatu proses dinamik terus menerus
yang memiliki penyesuaian diri yang baik
yang mencakup respon mental dan tingkah laku
mampu membentuk hubungan dengan cara
dalam mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam
berkualitas dan bermanfaat.
diri
sesuai
dan
individu,
dengan
sehingga
keinginan
tercapai
tingkat
keselarasan atau harmoni antara dari dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan
Penyesuaian diri dalam perspektif Islam Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamik terus menerus yang mencakup respon
dimana individu tinggal. Aspek – aspek penyesuaian diri Menurut
mental dan tingkah laku dalam mengatasi
Runyon dan Haber (dalam Wijaya, 2007)
kebutuhan-kebutuhan
menyebutkan bahwa penyesuaian diri yang
sehingga tercapai tingkat keselarasan atau
dilakukan individu memiliki lima aspek sebagai
harmoni antara dari dalam diri dengan apa yang
berikut: 1) Persepsi terhadap realitas yaitu
diharapkan oleh lingkungan dimana individu
individu
tentang
tinggal. Penyesuaian diri terdiri dari beberapa
kenyataan hidup dan menginterprestasikannya,
aspek. Berikut ini beberapa ayat menyebutkan
sehingga mampu menentukan tujuan yang
tentang aspek-aspek tersebut : Kematangan
realistik sesuai dengan kemampuannya serta
emosional mencakup aspek-aspek; kemantapan
mampu mengenali konsekuensi dan tindakannya
suasana
agar menuntun pada perilaku yang sesuai. 2)
suasana kehidupan kebersamaan dengan orang
Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan
lain, kemampuan untuk santai, gembira dan
yaitu mempunyai kemampuan mengatasi stres
menyatakan kejengkelan, Sikap dan perasaan
dan
terhadap kemampuan dan kenyataan diri sendiri.
mengubah
kecemasan
persepsinya
berarti
individu
mampu
dalam
diri
kehidupan emosional,
individu,
kemantapan
3)
Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman dalam
Gambaran diri yang positif yaitu berkaitan
Al-Quran surat Al-Qashash 13 :Artinya : Dan
dengan penilaian individu tentang dirinya
carilah pada apa yang Telah dianugerahkan
sendiri. Individu mempunyai gambaran diri
Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
yang positif baik melalui penilaian pribadi
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
maupun melalui orang lain, sehingga individu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
dapat merasakan kenyamanan psikologis. 4)
(kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah
menerima
kegagalan
yang
dialami.
702 ________________________________________________________________ JURNAL PSIKOLOGI
RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI
berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
tentang menolong orang yang menganiaya?
berbuat
bumi.
(Nabi menjawab): kau cegah ia. (Shohih
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
bukhori) Sebagai mana pada hadist diatas,
orang yang berbuat kerusakan.
bahwa kita dianjurkan untuk dapat saling tolong
kerusakan
di
(muka)
Kematangan intelektual mencakup aspek-
menolong kepada orang yang menganiaya
aspek: kemampuan mencapai wawasan diri
maupun
sendiri, kemampuan memahami orang lain dan
mencegahnya
keberagamaannya,
dalam bersosial. Tanggung jawab mencakup
keputusan,
kemampuan
keterbukaan
dalam
mengambil mengenal
yang
aspek-aspek;
teraniayah. sebagai Sikap
Dalam
bentuk
artian
kematangan
produktif
dalam
lingkungan. Dalam Al-Quran Allah SWT
mengembangkan diri, Melakukan perencanaan
berfirman dalam Al-Quran surat Al-Hujurat 13
dan pelaksanaannya secara fleksibel, Sikap
Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya kami
altruisme, empati, bersahabat dalam hubungan
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
interpersonal, Kesadaran akan etika dan hidup
seorang perempuan dan menjadikan kamu
jujur, Melihat perilaku dari segi konsekuensi
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya
atas dasar sistem nilai, kemampuan bertindak
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
independen.seperti hadist berikut ini yang
orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Artinya : Allah telah mewahyukan kepadaku
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
supaya hendaklah kamu hormat-menghormati
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
satu sama lain, agar jangan ada sesorang yang
lagi Maha Mengenal. Dari teks ayat diatas
menganiaya yang lain. Dan agar jangan ada
mengisyaratkan
sesorang yang sombong terhadap yang lain.
bahwasannya
manusia
diciptakan dari berbagai suku dan bangsa
(Sunan Abu Dawud)
supaya untuk saling mengenal satu sama
Sebagai mana penyesuaian diri pada
lainnya, sehingga sampai pada tujuannya yaitu
dimensi tanggung jawab. Pada hadist diatas
sebagai wawasan diri sendiri.
menganjurkan pada kita semua untuk dapat aspek-
saling hormat-menghormati satu sama lainnya,
aspek: keterlibatan dalam partisipasi sosial,
agar tidak ada seseorang yang menganiaya yang
kesediaan
lain. Hal ini sebagai bentuk tanggung jawab kita
Kematangan
sosial
kerja
kepemimpinan.
sikap
mencakup
sama, toleransi,
Kemampaun keakraban
dalam pergaulan seperti yang dikatakan di
dalam
bersahabat
dalam
hubungan
interpersonal.
dalam sebuah hadist yang.Artinya : Tolonglah
Religiusitas adalah suatu keadaan yang
saudaramu, baik ia orang yang menganiaya
ada dalam diri individu yang mendorong untuk
maupun yang dianiaya. Bertanya sesorang
bertingkah laku dalam kehidupan sehari – hari
(sahabat): Ya Rasulullah! Kami mengerti
sesuai dengan kadar ketaatanya terhadap agama.
JURNAL PSIKOLOGI ________________________________________________________________ 703
NADZIR & WULANDARI
Selanjutnya dikatakan bahwa religiusitas juga
dan sikap yang disepakati oleh lingkungan.
dapat diartikan sebagai keadaan yang ada dalam
Faktor lain yaitu pengalaman pribadi atau
diri manusia dalam merasakan dan mengakui
kelompok pemeluk agama. Pengalaman konflik
adanya kekuasaan tertinggi yang menaungi
moral
kehidupan manusia dengan cara melaksanakan
emosional yang terikat secara langsung dengan
semua
dengan
Tuhan atau dengan sejumlah wujud lain pada
semua
sikap keberagamaan juga dapat membantu
perintah
kemampuannya
Tuhan dan
sesuai
meninggalkan
dan
seperangkat
pengalaman
batin
larangan – Nya, sehingga hal ini akan membawa
dalam
ketentraman dan ketenangan pada dirinya.
Faktor ketiga adalah kebutuhan-kebutuhan yang
(Jalaluddin, 2007)
tidak dapat dipenuhi secara sempurna, sehingga
perkembangan
sikap
keberagaman.
Religiusitas bukan hanya yang berkaitan
mengakibatkan terasa adanya kebutuhan akan
dengan aktifitas yang tampak dan dapat dilihat
kepuasan agama. Kebutuhan-kebutuhan tersebut
mata, tapi juga aktifitas yang tak tampak yang
dapat dikelompokkan dalam empat bagian:
terjadi
sehingga
pertama kebutuhan akan keselamatan, kedua
religiusitas meliputi berbagai macam sisi atau
kebutuhan akan cinta, ketiga kebutuhan untuk
dimensi (Ancok & Suroso,2005)
memperoleh harga diri dan keempat kebutuhan
dalam
hati
seseorang,
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan
yang timbul karena adanya kematian. Daradjat
bahwa religiusitas sebagai suatu keadaan yang
(dalam Jalaluddin, 2007), mengatakan ada enam
ada dalam diri individu yang mendorong untuk
kebutuhan
bertingkah laku dalam kehidupan sehari – hari
membutuhkan agama. Melalui agama kebutuhan
sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap
–
agama atau religinya.
Kebutuhan tersebut ialah: pertama kebutuhan
Faktor–faktor
kebutuhan
menyebabkan
tersebut
dapat
orang
disalurkan.
Mempengaruhi
akan rasa kasih sayang, kedua kebutuhan akan
Religiusitas menurut Robet H. Thouless (dalam
rasa aman, ketiga kebutuhan akan rasa harga
Sururin, 2004), mengemukakan empat faktor
diri, keempat kebutuhan akan rasa bebas, kelima
religiusitas yang dimasukkan dalam kelompok
kebutuhan rasa sukses, dan keenam kebutuhan
utama
rasa ingin tahu.
yaitu
:
yang
yang
pengaruh–pengaruh
sosial,
berbagai pengalaman, kebutuhan dan proses pemikiran. Faktor sosial mencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan sikap keberagaman
Berdasarkan
uraian
pendapat-pendapat
diatas, penulis mengajukan hipotesis sebagai beriku: Ada hubungan religiusitas dengan penyesuaian diri siswa pondok pesantren.
yaitu: pendidikan orang tua, tradisi-tradisi sosial dan tekanan-tekanan lingkungan sosial untuk menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat 704 ________________________________________________________________ JURNAL PSIKOLOGI
RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI
Validitas yang digunakan dalam penelitian
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. pondok
Penelitian
ini
pesantren
dilaksanakan
Rasyidiah
di
ini menggunakan content validity, merupakan validitas
yang diestimasi lewat
pengujian
Khalidiah
terhadap isi tes dengan analisis rasional atau uku
Amuntai. Penelitian ini mengambil sampel
menggunakan uji kesahihan butir dengan teknik
santri yang tinggal di pondok sebagai subjek
korelasi Product Moment. Reliabilitas dalam
penelitian. Populasi penelitian berjumlah 132
penelitian ini menggunakan Koefisien Alpha
siswa. Variabel bebas penelitian ini adalah
Cronbach melalui pengukuran SPSS. Data yang
religiusitas.
diperoleh dianalisis dengan teknik Product
Variabel
terikatnya
adalah
Moment.
penyesuaian diri. Metode
pengumpulan
Data
dalam
penelitian ini dengan menggunakan skala
Hasil dan Diskusi Penelitian dilakukan di Pondok Pesantren
religiusitas dan skala penyesuaian diri. Skala religiusitas dan skala penyesuaian diri disusun
Rasyidiah
Khalidiyah
dengan menggunakan
model skala Likert
Kalimantan Selatan. Alat ukur yang digunakan
dengan empat alternatif jawaban, yaitu Sangat
terdiri dari dua buah skala, yaitu skala
Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan
Religiusitas
Sangat Tidak Sesuai (STS).
Penelitian dilakukan selama tiga hari, yaitu
dan
skala
(Rakha)
Amuntai
Penyesuaian
diri.
dari
mulai tanggal 1-3 Juni 2012, penyebaran skala
dimensi keyakinan, dimensi ritualistik atau
dilakukan peneliti sendiri dengan dibantu oleh
peribadatan,
atau
beberapa pihak pengurus asrama untuk meminta
pengalaman
data mengenai siswa – siswa Madrasah Aliyah
pengamalan
yang tinggal di asrama. Pelaksanaan skoring
Komponen
relegiusitas
dimensi
pengetahuan,
terdiri
intelektual
dimensi
(eksperiensial),
dimensi
berlangsung selama 2 hari yang dibuat dalam
(konsekuensi). Skala Religiusitas ini dibuat oleh peneliti sebelumnya (Affandi, 2008). Penggunaan skala tersebut dapat digunakan dengan meminta ijin terlebih dahulu pada peneliti sebelumnya. Komponen penyesuaian diri terdiri dari:
bentuk tabulasi kemudian dilakukan analisis data. Validitas aitem skala religiusitas terhadap penyesuaian diri. Aitem skala religiusitas 60 butir, diperoleh 52 aitem yang sahih dan 8 aitem
kemampuan
yang gugur dengan korelasi bergerak antara
mengatasi stres dan kecemasan, gambaran diri
0,301 - 0,737 koefisien korelasi antara 0,106 -
yang positif, Kemampuan mengekspresikan
0,145. Reliabilitas untuk skala religiusitas
emosi
diperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar
persepsi
terhadap
dengan
baik,
interpersonal yang baik
realitas,
memiliki
hubungan
0,935. Aitem skala penyesuaian diri 60 butir,
JURNAL PSIKOLOGI ________________________________________________________________ 705
NADZIR & WULANDARI
diperoleh 53 aitem yang sahih dan 7 aitem yang
maupun dalam penyesuaian diri di asrama
gugur Koefisien korelasi untuk aitem-aitem
ataupun
yang valid bergerak 0,301 - 0,541. Reliabilitas
konseling
skala penyesuaian diri koefisien reliabilitas
counseling) dan dibatasi paling banyak 10-15
sebesar 0,884. Data penelitian “Normal” pada
orang tiap kelompok sehingga guru juga
kedua
dapat lebih berinteraksi dengan santri dan
skala,
skala
religiusitas
(0,901)
penyesuaian diri (1,078). Adanya garis linier dengan persamaan Y = 105,21 + 0,34X. Garis dengan
penyesuaian
diri
ada
hubungan linier positif antara kedua variabel.
dibuat
sosial.
Layanan
berkelompok
(group
juga memudahkan santri untuk berdiskusi. 2. Bagi subjek penelitian Dari riset ini didapat bahwa ada
linier tersebut dapat diartikan bahwa antara religiusitas
lingkungan
keterkaitan
antara
religiusitas
terhadap
penyesuaian diri. Oleh karena itu, diharapkan penelitian ini akan memberikan pengetahuan baru bagi santri atau guru untuk menghadapi
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan
kemunduran– kemunduran yang dialami
Berdasarkan hasil pengumpulan data dan
pada masa remaja baik secara fisik maupun
analisa data penelitian, serta diperkuat dengan
psikis dengan melakukan kegiatan positif,
dasar
maka
salah satunya dengan mengikuti kegiatan
diperoleh suatu kesimpulan yaitu ada hubungan
religius untuk lebih mendalami nilai–nilai
religiusitas dengan penyesuaian diri siswa
agama yang diyakini dalam hati maupun
pondok pesantren.
dalam
teori
yang
telahdijabarkan,
ucapan
yang
kemudian
diaktualisasikan dalam perbuatan dan tingkah Saran
laku sehari-hari. Dengan demikian santri
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis ingin memberikan saran sebagai berikut:
akan lebih dapat menyesuaikan diri. 3. Saran untuk penelitian
1. Bagi Institusi (Pondok Pesantren Rasyidiah Khalidiyah)
Dalam
penelitian
selanjutnya,
khususnya bagi peneliti yang tertarik dengan
Disarankan untuk menyediakan layanan
permasalahan yang sama, diharapkan dapat
bimbingan konseling khusus bagi santri yang
lebih memperkaya penelitian ini, yaitu
tinggal di pondok pesantren dan layanan
dengan melihat faktor – faktor lain yang
bimbingan konseling harus di isi oleh guru
berhubungan terhadap keadaan psikologis
yang berkompeten dibidangnya. Bimbingan
santri pondok pesantren. Faktor – faktor
konseling ini diperlukan karena selama santri
tersebut misalnya konsep diri dan dukungan
tinggal
sosial
di
asrama
mengalami
banyak
masalah, baik dalam pengajaran di madrasah
orang
penelitian
tua. yang
Diharapkan
melalui
dilakukan
dapat
706 ________________________________________________________________ JURNAL PSIKOLOGI
RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI
mengungkapkan lebih banyak tentang faktor –
faktor
tersebut
dalam
optimalisasi
kemampuan penyesuaian diri santri pondok pesantren.
Popilasi
penelitian
tentang
penyesuaian diri santri pondok pesantren dapat diperluas, yaitu pada santri yang tinggal di luar asrama atau pondok. Kepustakaan Ancok, D., Suroso, F.N. 2005. Psikologi Islam: Solusi Islam atas problem–problem psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Affandi, G.R. 2008. Pengaruh religiusitas terhadap kesehatan mental. Skripsi: Fakultas Psikologi Universitas Merdeka Malang. Gerungan. 2004. Psikologi sosial. Bandung : PT Refika Aditama. Jalaluddin. R. 2007. Psikologi agama: Memahami perilaku keagamaan dengan mengaplikasikan prinsip–prinsip psikologi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada Kartono, K. 2000. Hygiene mental. Bandung: Mandar Maju. Musthafa, F. 1982. Penyesuaian diri, pengertian dan perananya dalam kesehatan mental. Jakarta: Bulan Bintang. Qomar, M. 2006. Pesantren religius. Jakarta: Penerbit Erlangga. Sururin. 2004. Ilmu jiwa agama. Jakarta: Grafindo Persada. Wijaya, N. 2007. Hubungan antara keyakinan diri akademik dengan penyesuaian diri siswa tahun pertama sekolah asrama SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan. Skripsi. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Yusuf, S. 2004. Mental hygiene. Bandung: Pustaka Bani Quraisy JURNAL PSIKOLOGI ________________________________________________________________ 707