HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN KEJADIAN GANGREN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT ISLAM SAKINAH MOJOKERTO Rendy Septian, Iis Fatimawati, Anndy Prastya Prodi S1 Keperawatan, STIKES Majapahit Mojokerto ABSTRAK Diabetes mellitus merupakan penyakit yang paling banyak menyebabkan terjadinya penyakit lain (komplikasi) salah satunya adalh gangren. Dengan itu Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) sangat berperan dalam pengendalian gangren. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan gangren pada pasien diabetes mellitus. Peneliti mengunakan metode analitik karena bertujuan menganalisis, menjelaskan suatu hubungan, menguji berdasarkan teori yang ada dan sedangkan rancangan bangun penelitian ini adalah penelitian korelasional. Dengan pendekatan crossectional. Variabel independent perilaku hidup bersih dan sehat pada pasien diabetes. Variabel dependen kejadian gangren. Penelitian dilakukan pada tanggal 22 Mei – 07 Juni bulan Juni 2014 dengan populasi seluruh pasien diabetes mellitus di ruang rawat inap RSI Sakinah. teknik sampling nonprobability sampling dilakukan pengambilan sampel secara consecutive sampling, Analisa data menggunakan uji statistik chi square (x²) Hasil penelitian bahwa perilaku hidup bersih dan sehat responden masih dalam kategori negatif yaitu sebanyak 14 responden (56%). Responden terjadi gangren sebanyak 11 responden (44%). Ada hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kejadian gangren pada pasien diabetes mellitus di ruang rawat inap RSI Sakinah Mojokerto. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh signifikan 0,02 < α 0,05 Dapat memberikan masukan pada Rumah Sakit untuk meningkatkan kinerja perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan. Sebagai bahan masukan bagi pasien diabetes mellitus, bahwa perilaku hidup bersih dan sehat sangat penting agar mampu mempertahankan kesehatan dan tidak terjadi komplikasi. Kata Kunci : Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat, Gangren ABSTRACT Diabetes mellitus is a disease that causes most other diseases (complications) one adalh gangrene. With the Behavior Clean And Healthy (PHBs) plays an important role in the control of gangrene. This study aims to determine the relationship clean and healthy behaviors with gangrene in patients with diabetes mellitus. Researchers using analytic methods as it aims to analyze, explain the relationship, the existing test based on the theory and design while waking up this study is correlational research. With cross sectional approach. Independent variable of clean and healthy behaviors in patients with diabetes. The dependent variable incidence of gangrene. The study was conducted on May 22-June 7 June 2014 with the entire population of patients with diabetes in the inpatient ward Sakinah RSI.
nonprobability sampling is a sampling technique sampling consecutive sampling, statistical analysis of the data using the chi square test (x ²) The results of that study hygiene behavior and healthy respondents still in the negative category, namely a total of 14 respondents (56%). Respondents gangrene occur as many as 11 respondents (44%). There is a relationship between the Clean and Healthy Behaviors (PHBs) in the incidence of gangrene in diabetes mellitus patients in inpatient wards RSI Sakinah Mojokerto. Based on the results obtained chi square test significant at 0.02 <α 0.05 To provide input to the Hospital to improve the performance of nurses in providing nursing care. As an input for patients with diabetes mellitus, that the behavior of a clean and healthy life is very important to be able to maintain a healthy and no complications. Keywords: Behavior Clean And Healthy, Gangrene PENDAHULUAN Diabetes mellitus sangat erat kaitannya dengan mekanisme pengaturan gula normal. Peningkatan kadar gula darah ini akan memicu produksi hormon insulin oleh kelenjar pankreas. Diabetes mellitus merupakan penyakit yang paling banyak menyebabkan terjadinya penyakit lain (komplikasi). Komplikasi gangren adalah salah satu yang sangat mencemaskan bukan saja bagi penderita melainkan tenaga kesehatan yang merawat. Dari hasil pengobatan buruk baik berupa angka amputasi maupun angka kematian yang cukup tinggi di serta biaya yang mahal (Kristiana, 2012). Karena adanya kelainan pada saraf, kelainan pembuluh darah dan kemudian adanya infeksi. Bila infeksi tidak diatasi dengan baik, hal itu akan berlanjut menjadi pembusukan bahkan dapat diamputasi (Prabowo, 2007). Dengan itu Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) sangat berperan dalam pengendalian gangren yang meliputi semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat (Promkes, 2012). World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penduduk dunia yang menderita diabetes melitus pada tahun 2030 diperkirakan akan meningkat paling sedikit menjadi 366 juta. Indonesia menduduki peringkat keempat dunia dengan jumlah diabetes terbanyak dibawah India 31,7 juta jiwa, China 20,8 juta jiwa, Amerika Serikat 17,7 juta jiwa. Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) memberi gambaran terjadinya peningkatan prevalensi DM dari tahun 2001 sebesar 7,5%
menjadi 10,4% pada tahun 2004, Diperkirakan menjadi 21,3 juta jiwa pada tahun 2020 ( Dhania, 2009 ). Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia, penyakit diabetes mellitus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius. Namun perhatian terhadap penanganan diabetes melitus di negara berkembang masih kurang, terutama tentang komplikasi yang ditimbulkan akibat diabetes mellitus (Suyono, 2006). Dari hasil studi pendahuluan di ruang rawat inap rumah sakit islam sakinah mojokerto di temukan penderita diabetes mellitus pada tahun 2012 dengan jumlah penderita sebanyak 766 orang, dan terjadi penurunan jumlah penderita pada tahun 2013 dengan jumlah penderita 425 orang dengan rata-rata 35 orang per bulan, dengan jumlah penderita terendah pada bulan Maret dan Mei dengan jumlah 27 penderita sedangkan jumlah penderita tertinggi pada bulan November dengan jumlah 48 penderita dan komplikasi gangren diperkirakan setengah persen dari penderita diabetes mellitus di rumah sakit islam sakinah mojokerto. Penderita diabetes mellitus terjadi gangguan berupa kerusakan sistem saraf, kerusakan sistem saraf (neurophati) dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kerusakan sistem saraf perifer, kerusakan sistem saraf otonom dan kerusakan sistem saraf motorik. Kerusakan sistem saraf perifer pada umumnya dapat menyebabkan kesemutan, nyeri pada tangan dan kaki, serta berkurangnya sensitivitas atau mati rasa. Kaki yang mati rasa (insensitivity) akan berbahaya karena penderita tidak dapat merasakan apa-apa sekalipun kakinya terluka, sehingga pada umumnya penderita diabetes mellitus terlambat untuk menyadari bahwa telah terjadi luka pada kakinya, hal ini semakin diperparah karena kaki yang terluka tersebut tidak dirawat dan mendapat perhatian serius, serta ditambah dengan adanya gangguan aliran darah ke perifer kaki yang disebabkan karena komplikasi makrovaskular, mengakibatkan luka tersebut sukar untuk sembuh dan akan menjadi borok / ulkus (Soebardi, 2006). Untuk mengatasi ketidakpatuhan tersebut, penyuluhan bagi penyandang DM beserta keluarganya mutlak diperlukan. Penyuluhan diperlukan karena penyakit diabetes adalah penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup. Pengaturan jumlah serta jenis makanan dan olahraga merupakan pengobatan yang tidak dapat ditinggalkan, walaupun ternyata banyak diabaikan oleh penyandang serta keluarganya. Berhasilnya pengobatan diabetes bergantung pada kerjasama antara petugas kesehatan dengan penyandang diabetes dan keluarganya. Penyandang
diabetes yang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang diabetes, kemudian selanjutnya mengubah perilakunya, akan dapat mengendalikan kondisi penyakitnya sehingga dapat hidup lebih berkualitas (Basuki, 2005). Edukasi merupakan dasar utama untuk pengobatan dan pencegahan DM yang sempurna. Pengetahuan yang minim tentang DM akan lebih cepat menjurus ke arah timbulnya komplikasi dan hal ini merupakan beban bagi keluarga dan masyarakat (Agustina, 2009). Dengan itu perilaku hidup bersih dan sehat sangat tergantung pada diri sendiri bagaimana seseorang dapat melindungi dirinya, kesembuhan dan pencegahan tergantung pada kesadaran dirinya sendiri dalam meningkatkan kualitas perilaku hidup bersih dan sehat. Luka gangren itu sendiri dapat di cegah untuk menggurangi resiko yang dapat terjadi akibat diabetes millitus. Dari uraian di atas maka peneliti ingin mengetahui hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian gangren pada pasien diabetes mellitus di ruang rawat inap RSI Sakinah Mojokerto.
METODOLOGI PENELITIAN Peneliti mengunakan metode analitik karena bertujuan menganalisis, menjelaskan suatu hubungan, menguji berdasarkan teori yang ada dan sedangkan rancangan bangun penelitian ini adalah penelitian korelasional di mana penelitian ini pada hakekatnya merupakan penelitian atau penelaan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau kelompok subjek (Notoatmodjo, 2010). Desain dalam penelitian ini adalah Cross sectional karna mempelajari hubungan penyakit dan paparan, pada sekali waktu. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Islam Sakinah Mojokerto, mulai tanggal 1 Mei sampai 30 Mei 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien diabetes yang rawat inap di Rumah Sakit Islam Sakinah Mojokerto. Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah metode nonprobability sampling dilakukan pengambilan sampel secara consecutive sampling, yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu sampai jumlah sampel terpenuhi (Nursalam, 2008). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus dan kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah pasien yang mengalami gangguan jiwa. Sampel pada penelitian
ini adalah pasien diabetes mellitus yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang berjumlah 20 orang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir setengahnya responden berusia < 50 tahun sebanyak 10 responden (40%), sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 13 responden (52%), hampir setengahnya resnponden berpendidikan SD yaitu sebanyak 11 responden (44%), dan hampir setengahnya responden bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 11 responden (44%).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tabel 1
No 1 2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di ruang rawat inap RSI Sakinah Mojokerto. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Jumlah Prosentase (%) Positif 11 44 Negatif 14 56 Jumlah 25 100
Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar perilaku hidup bersih dan sehat responden masih dalam kategori negatif yaitu sebanyak 14 responden (56%). Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatankegiatan kesehatan di masyarakat(Promkes, 2012). Berdasarkan fakta diatas sebagaimana yang terdapat pada tinjauan pustaka bahwa perilaku hidup bersih dan sehat sangat penting dilakukan untuk menjaga kesehatan baik pada diri sendiri maupun keluarga, untuk itu dalam penelitian ini terdapat banyak responden yang perilaku kesehatanya negatif. Perilaku negatif dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor usia, pendidikan, pekerjaan, sementara dalam penelitian ini perilaku negatif ditemukan pada respondenyang
berusia < 50 tahun yaitu sebanyak 9 responden (36%) sementara perilaku positif terhadap kesehatan ditemukan pada responden dengan usia 51-60 tahun. Umur Adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat beberapa tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih percaya dari pada orang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa (Nursalam, 2001). Menurut Hanafi (2002) umur dibedakan menjadi : a. Umur ± 30 tahun menghentikan atau mengakhiri kehamilan. Sementara menurut Arsandi (2012) usia merupakan umur seseorang terhitung mulai lahir sampai meninggal, sementara usia akan berpengaruh terhadap kelangsung hidup seseorang, semakin bertambahnya usia maka akan semakin bertambah kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seseorang, terutama kebutuhan tentang kesehatan. Hal ini terjadi karena pada usia 35 tahun seseorang lebih mementingkan kesenangan dan kurang memperhatikan kesehatan, namun ketika mereka sudah menginjak lansia maka kesehatan dianggap sangat penting, oleh karena itu perilaku responden yang berusia 51-60 tahun lebih memperhatikan kesehatan sehingga PHBSnya positif. Selain usia, PHBS juga dapat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pada faktor pendidikan responden yang mempunyai pendidikan dasar justru perilaku hidup bersih dan sehatnya positif, hal ini bisa terjadi karena denganPendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan. (Wikipedia, 2014). Hal ini dilakukan atas dasar pengalaman karena responden yang berpendidikan rendah ditemukan pada responden yang berusia 51-60 tahun. Faktor pekerjaan juga dapat mempengaruhi perilaku hidup bersih dan sehat, pengaruh negatif ditunjukkan pada responden yang status pekerjaanya sebagai ibu rumah tangga, banyak ibu rumah tangga yang berperilaku negatif tentang
kesehatan, sehingga tidak sedikit anggota keluarga yang sering terkena penyakit, oleh karena itu pekerjaan cukup membawa perubahan bagi kehidupan seseorang, karena dengan bekerja maka dapat mencukupi keperluan hidup yang tentunya pada hidup yang bersih dan sehat. Pekerjaan secara umum didefinisikan sebagai sebuah kegiatan aktif yang dilakukan oleh manusia.Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan sebuah karya bernilai imbalan dalam bentuk uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah pekerjaan dianggap sama dengan profesi.Pekerjaan yang dijalani seseorang dalam kurun waktu yang lama disebut sebagai karier. Seseorang mungkin bekerja pada beberapa perusahaan selama kariernya tapi tetap dengan pekerjaan yang sama (Santoso, 2013).
Kejadian Gangren pada pasien diabetes melitus Tabel 2
No 1 2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian Gangren pada pasien diabetes mellitus di ruang rawat inap RSI Sakinah Mojokerto. Kejadian Gangren pada pasien diabetes mellitus Jumlah Prosentase (%) Tidak gangren 14 56 Gangren 11 44 Jumlah 25 100
Berdasarkan tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden terjadi tidak gangren sebanyak 14 responden (56%).Dan hampir setengahnya gangren sebanyak 11 responden (44%) Gangren atau dikenal dengan luka diabetik merupakan luka yang terjadi pada pasien diabetik yang melibatkan gangguan pada saraf peripheral dan autonomik (Suriadi, 2004). Gangren diabetik sering dijumpai pada luka yang sudah membusuk dan bisa melebar, ditandai dengan jaringan yang mati berwarna kehitaman dan membau karena diseratai pembusukan oleh bakteri (Ismayanti, 2007). Pada tinjauan pustaka disebutkan bahwa terjadinya gangren sering dijumpai pada pasen yang usianya mencapai lebih dari 40 tahun, hal ini
terjadinya gangren pada responden dalam penelitian ini ditemukan pada responden yang berusia sekitar < 50 tahun, hal ini sesuai dengan hasil penelitian pada tabulasi silang antara usia dengan kejadian gangren yaitu sebagian besar responden berusia <50 tahun sebanyak 10 orang 7 diantaranya terjadi gangren yaitu (28.0%). Hal ini menunjukkan bahwa usia merupakan salah satu faktor terjadinya gangren. Selain faktor usia pendidikan juga berpengaruh terhadap terjadinya gangren. Ketidak tahuan responden tentang gangren menjadi faktor pemicu terhadap terjadinya gangren itu sendiri, sementara pengetahuan seseorang sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikanya. Berdasarkan tabulasi silang antara pendidikan dengan kejadian gangren diketahui bahwa responden yang terjadi gangren terdapat pada responden dengan pendidikan SMA sebanyak (20%). Menurut Notoatmodjo, (2009) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin tinnggi pula pengetahuanya, pengetahuan merupakan faktor utama dari perubahan perilaku seseorang, dengan pengetahuan yang tinggi maka perilakunya akan semakin baik. Pada penelitian ini justru yang terjadi gangren pada responden yang tingkat pendidikanya cukup tinggi, namun masih terjadi gangren.
Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kejadian gangren pada pasien diabetes mellitus Tabel 3
Perilaku Hidup Bersih dan sehat (PHBS)
Tabulasi silang hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kejadian gangren pada pasien diabetes mellitus di ruang rawat inap RSI Sakinah Mojokerto. Kejadian Gangren pada pasien diabetes mellitus Tidak Gangren Gangren
Total
F
%
F
%
F
%
Positif
9
81,8
2
18,2
11
100
Negatif
5
35,7
9
64,3
14
100
Total
14
56.0%
11
44.0%
25
100.0%
Berdasarkan tabulasi silang diketahui bahwa responden yang mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat negatif yaitu sebanyak 14 orang (100%) mempunyai kecenderungan untuk terjadi gangren yaitu ditemukan terdapat 9 responden (64,3%). Berdasarkan hasil uji chi squarediperoleh signifikan 0,02 <α 0,05 sehingga Ho di tolak dan H1 diterima berarti ada hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kejadian gangren pada pasien diabetes mellitus di ruang rawat inap RSI Sakinah Mojokerto. Berdasarkan tabulasi silang diketahui bahwa responden yang mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat negatif yaitu sebanyak 14 orang (100%) mempunyai kecenderungan untuk terjadi gangren yaitu ditemukan terdapat 9 responden (64,3%). Berdasarkan hasil uji chi squarediperoleh signifikan 0,02 <α 0,05 sehingga Ho di tolak dan H1 diterima berarti ada hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kejadian gangren pada pasien diabetes mellitus di ruang rawat inap RSI Sakinah Mojokerto. Diabetes mellitus merupakan penyakit yang paling banyak menyebabkan terjadinya penyakit lain (komplikasi).Komplikasi gangren adalah salah satu yang sangat mencemaskan bukan saja bagi penderita melainkan tenaga kesehatan yang merawat.Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) sangat berperan dalam pengendalian gangren yang meliputi semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif.Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya gangren adalah dengan berolah raga.Bagi penderita diabetes melitus, baik yang terkontrol maupun belum terkontrol, manfaat yang didapat dari berolah raga bahkan lebih banyak lagi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa olah raga atau aktivitas fisik dapat:Meningkatkan sensitivitas sel-sel tubuh terhadap insulin sehingga membantu menurunkan kadar gula dan kadar lemak darah.Menurunkan tekanan darah dan kadar kolesterol jahat darah (LDL), meningkatkan kolesterol baik (HDL) sehingga menurunkan risiko penyakit jantung.Mengontrol berat
badan, Menurunkan risiko komplikasi penyakit DM, Menguatkan jantung, otot dan tulang, Menurunkan tingkat stress (Hermawati, 2007). Terjadinya gangren banyak ditemukan pada responden yang perilaku PHBS nya negatif. Hal ini karena dengan tidak membiasakan hidup bersih dan sehat maka kondisi fisik akan semakin lemah dan mempermudah masuknya segala penyakit, sementara penderita diabetes mellitus sangat rentan terjadinya komplikasi karena penyakit ini behubungan dengan kestabilan kadar gula. Sedangkan pada responden yang PHBS nya positif ditemukan tidak terjadi gangren.Hal ini menunjukkan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat sangat penting bagi penderita diabetes melitus untuk mencegah terjadinya gangren atau luka kaki diabetik.
KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pembahasan tentang hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian gangren pada pasien diabetes mellitus dapat diambil simpulan bahwa Perilaku hidup bersih dan sehat responden masih dalam kategori negatif yaitu sebanyak 14 responden (56%) dan Responden terjadi gangren sebanyak 11 responden (44%).
Dalam penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kejadian gangren pada pasien diabetes mellitus di ruang rawat inap RSI Sakinah Mojokerto. Berdasarkan hasil uji chi squarediperoleh signifikan 0,02 <α 0,05 .
Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan penulis dan pembaca lebih memahami keterkaitan hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan gangren pada pasien diabetes mellitus. Serta dapat memberikan masukan pada Rumah Sakit untuk meningkatkan kinerja perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan.Dan juga dapat sebagai bahan masukan bagi pasien diabetes mellitus, bahwa perilaku hidup bersih dan sehat sangat penting agar mampumempertahankan kesehatan dan tidak terjadi komplikasi. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan baru dan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang ilmu keperawatan. Bisa dikembangkan alternatif intervensi lain pada penderita diabetes mellitus.
DAFTAR PUSTAKA Agustina, T. (2009). Gambaran Sikap Pasien Diabetes Mellitus di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta Terhadap Kunjungan Ulang Konsultasi Gizi. Jurnal KTI D3. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Akhmad, F. (2013). Olah raga bagi penderita diabetes mellitus. Diakses dari http://diskesklungkung.net/?p=7322 pada tanggal 26 januari 2014. Badawi, 2009. Melawan Dan Mencegah Diabetes. Araskah. Jogjakarta. Basuki, E. (2005). Teknik Penyuluhan Diabetes Mellitus. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : FKUI. Damayanti. (2013). Sembuh Total Diabetes Asam Urat Hipertensi Tanpa Obat. Cetakan 1. Yogyakarta : Pinang Merah Publisher. Deassy,
A.
(2012).
Komplikasi
diabetes
mellitus.
Diakses
dari
http://komplikasidiabetik.blogspot.nl/ pada tanggal 26 januari 2014. Dhania, (2009). Pengaruh Tingkat Pengetahuan Tentang Diabetes Melitus Terhadap Kontrol Diri Pada Pasien Rawat Jalan Penderita Diabetes Melitus, ( Online ),( http://one.indoskripsi.com, Diakses 3 November 2013 ). Dokita.
(2014).
12
tips
menghindari
komplikasi
diabetes.
Diakses
http://dokita.co/blog/12-tips-menghindari-komplikasi-diabetes/
dari pada
tanggal 26 januari 2014. Hasdianah, H.R. (2012). Mengenal Diabetes Mellitus pada Orang Dewasa dan Anak-anak dengan Solusi Herbal. Cetakan 1. Yogyakarta : Nuha Medika. Hermawati.
(2007).
Luka
Gangren
pada
Diabetik.
Diakses
dari
http://ismadiary.blogspot.com/2007/02/luka-gangrene-pada-diabetik.html pada tanggal 3 november 2013. Hidayat Alimul Aziz A (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.
Hiswani. (2010). Peranan gizi dalam Diabetes Mellitus. USU Repository, 2006. Available from: http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani4.pdf. [Accessed 15 April 2010]. Ismayanti.
(2007).
Luka
Gangren
pada
Diabetik.
Diakses
dari
http://ismadiary.blogspot.com/2007/02/luka-gangrene-pada-diabetik.html pada tanggal 3 november 2013. Kristiana, F. (2012). Awas Pangkreas Rusak Penyebab Diabetes. Cetakan 1. Jakarta : Penerbit Cerdas Sehat. Notoadmojo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Asdi Mahasatya. Notoatmodjo, (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta. Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Nursalam.
(2011).
Konsep
Dan
Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Prabowo.
(2007).
Mengenal
dan
Merawat
Kaki
Diabetik.
Diakses
dari
http://www.pikiran-rakyat.com. pada tanggal 18 Oktober 2009. Promkes. (2013). Prilaku Hidup Bersih Dan Sehat. Diakses dari (Online), www.promkes.depkes.go.id. Rinne.
(2006).
Gangren
dan
Perawatannya.
Diakses
dari
www.thewhitepublisher.blogspot.com. pada tanggal 3 november 2013. Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu Soegondo, S, dkk, (2009). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terapadu. Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Suharko Soebardi. (2006). Terapi non farmakologi pada diabetes mellitus. Dalam : Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. h. 1886-88. Suriadi. 2004. Perawatan Luka Edisi 1. Jakarta : Agung Setyo. Suyono S. Diabetes Melitus di Indonesia. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. FKUI Jakarta 2006 :1852-56.
Yumizone.
(2008).
Kaki
Diabetik.
Diakses
dari
http://yumizone.wordpress.com/2008/12/01/kaki-diabetik/ pada tanggal 3 november 2013.