HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUD TUGUREJO SEMARANG Nurul Chotimah*), Gipta Galih Widodo**), Faridah Aini***) *) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK Caring dalam keperawatan merupakan sebuah proses interpersonal yang bertujuan untuk memberikan rasa aman dan nyaman terhadap seseorang. Perawatan di ICU dapat menyebabkan kekhawatiran tidak terduga yang menyebabkan ketidaknyamanan pada keluarga, sehingga dengan adanya perilaku caring perawat yang baik maka ketidaknyamanan atau kecemasan yang dirasakan keluarga dapat berkurang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang intensive care unit (ICU). Desain penelitian ini adalah survey analitik. Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga pasien di ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD Tugurejo Semarang, dan sampel sebanyak 44 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, menggunakan alat ukur Caring Behaviors Assessment Tool (CBAT) dan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A), dengan analisa uji Kendall Tau. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden (54,5%) mempunyai persepsi perilaku caring perawat dalam kategori baik, dan responden (34,1%) mengalami tingkat kecemasan ringan. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD Tugurejo Semarang p value < 0,00001 (α = 0,05), dengan arah korelasi negatif dan tingkat kekuatan hubungan yang kuat (τ = -0,695), artinya semakin baik perilaku caring perawat maka semakin ringan tingkat kecemasan keluarga. Saran ditujukan kepada perawat untuk 100% menggunakan aspek caring dalam memberikan asuhan keperawatan agar kecemasan pada keluarga pasien di ruang ICU dapat teratasi.
ABSTRACT Caring in nursing is an interpersonal process which aims to provide the safe and comfort for people. Caring process in the ICU may cause unexpected worries that cause discomfort in the family, so that with the good caring behavior of the nurses, inconvenience or anxiety felt by the family can be reduced. This study aims to analyze the correlation between nurse’s caring behavior and anxiety levels of patient’s family in the intensive care unit (ICU). This was an analytical survey study. The population in this study was all families of patients at Intensive Care Unit (ICU) of RSUD Tugurejo Semarang, and the samples were 44 respondents. The data sampling used purposive sampling technique, and the instrument used the Caring Behaviors Assessment Tool (CBAT) and the Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A), and data analysis used Kendall Tau test. The results of this study indicate that most respondents (54.5%) have the perception of caring behavior in the category of good, and 34.1% of respondents experience mild anxiety. It means that there is a significant correlation between nurse’s caring behavior and anxiety level of patient’s family in the Intensive Care Unit (ICU) of RSUD Tugurejo Semarang with p value < 0.00001 (α = 0.05), with a negative direction of correlation and has a strong correlation (τ = -0.695), it means the better the nurse caring behavior, the more mild anxiety levels of the family. It is recommended for the nurses to completely use aspects of caring in providing nursing care in order that anxiety felt by families of patients in the ICU can be addressed. Keywords
: Caring, Anxiety, Family, ICU PENDAHULUAN
Latar Belakang Intensive Care Unit (ICU) adalah unit rumah sakit yang di dalamnya dipusatkan peralatan khusus dan personil yang terampil untuk merawat pasien yang memerlukan perhatian segera dan terus-menerus (Dorland, 2012). Perawatan di ruang ICU identik dengan efek kebisingan, cahaya, dan interupsi pada ruangan. Kebisingan merupakan salah satu faktor yang menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien maupun keluarga. Selama perawatan, isu mengenai distres spiritual, kematian, disfungsi keluarga, duka cita, putus asa, ketidakberdayaan, dan banyak perasaan emosi lainnya bisa muncul sebagai bagian dari mekanisme koping individual pasien, anggota tim perawatan kesehatan, dan keluarga atau orang terdekatnya (Morton, 2013). Menurut Morton (2013), kondisi sakit berat akan memisahkan pasien dari keluarganya. Peran anggota keluarga dalam
2
peran hidup-mati-sakit orang yang dicintai mengancam kesejahteraan keluarga dan dapat memicu respon stres pasien dan keluarga. Dalam kondisi ini peran keluarga terhadap pasien menjadi berkurang karena tidak banyak terlibat dalam perawatan pasien dan tidak dapat mendampingi pasien di ruang ICU setiap saat, sehingga keluarga akan mengalami kecemasan. Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2013). Kecemasan dapat menyebabkan respon kognitif, psikomotor, dan fisiologis yang tidak nyaman, misalnya sulit berpikir logis, peningkatan aktivitas motorik agitasi, dan peningkatan tanda-tanda vital (Videbeck, 2008). Keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan pasien dan merupakan perawat utama bagi pasien (Yosep, 2007). Menurut Baradero (2009), keluarga sangat berperan dalam memberikan dukungan moral terhadap kesembuhan pasien. Dalam kondisi cemas dan stres keluarga akan membutuhkan waktu
Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD Tugurejo Semarang
lama untuk pengambilan keputusan, sehingga dapat mempengaruhi dan menunda pemberian tindakan yang bersifat segera untuk pasien. Berdasarkan penelitian Sigalingging (2013) menunjukkan hasil bahwa tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang Intensif Rumah Sakit Columbia Asia Medan tergolong pada kategori berat yaitu 23 orang (76,6%), kategori ringan yaitu 2 orang (6,6%), artinya bahwa kecemasan pasien dan keluarga selama di ruang intensif banyak membutuhkan perhatian dan kepedulian perawat. Penelitian Farhan (2014) menyatakan bahwa prediktor paling tinggi untuk terjadinya stres pada keluarga saat anggota keluarganya dirawat di General Intensif Care Unit RS Dr.Hasan Sadikin Bandung adalah sikap petugas kesehatan dalam pemberian informasi yang tidak adekuat. Dukungan perawat dalam asuhan keperawatan dapat berupa perhatian, kasih sayang, pikiran yang cepat, dan caring (Morton, 2013). Caring adalah proses yang dilakukan perawat yang meliputi pengetahuan dan praktik keperawatan (Watson, 2008). Perilaku caring perawat terdiri dari elemen-elemen yang terdapat dalam 10 faktor karatif yaitu nilai-nilai kemanusiaan dan altruistik, keyakinan dan harapan, peka pada diri sendiri dan orang lain, membantu menumbuhkan kepercayaan, pengekspresian peran positif dan negatif, proses pemecahan masalah perawatan secara sistematis, pembelajaran secara interpersonal, dukungan fisik, mental, sosial, spiritual, memenuhi kebutuhan manusia dengan penuh penghargaan, dan eksistensi fenomena kekuatan spiritual (Watson, 2008). Perilaku caring dinyatakan sebagai suatu perasaan untuk memberikan keamanan, perubahan perilaku, dan bekerja sesuai standar (Kusmiran, 2015). Ketika perawat memberikan asuhan keperawatan dengan sentuhan kasih sayang, kepedulian, kebaikan, kehadiran, serta selalu mendengarkan, pasien maupun keluarga akan merasa nyaman dan percaya terhadap perawat. Perawat yang bersikap caring juga berdampak pada
peningkatan rasa percaya diri, sehingga kecemasan akan berkurang karena ada perawat yang dianggap lebih tahu dan lebih mampu dalam merawat pasien.. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di ruang ICU RSUD Tugurejo Semarang pada tanggal 20 Oktober 2015, didapatkan data perawatan pasien di ruang ICU yaitu antara bulan JanuariSeptember 2015 sebanyak 680 pasien, dengan rata-rata jumlah pasien sebanyak 76 pasien setiap bulan. Hasil observasi melalui pengamatan peneliti, ditemukan bahwa sebagian besar perawat sudah menunjukkan sikap caring dalam pelayanannya, perawat tampak ramah dan terbuka kepada pasien maupun keluarga, tetapi keluarga pasien di ruang ICU masih tampak mengalami kecemasan. Hal ini ditunjukkan dengan 5 keluarga dari 7 pasien yang dirawat menunjukkan gejala kecemasan, yaitu 2 orang keluarga tampak gelisah dan mondarmandir di depan pintu masuk ruang ICU, dengan melihat ke arah dalam ruangan. Selanjutnya 1 orang keluarga yaitu suami dari pasien tampak duduk menyendiri di pojok ruang tunggu dengan pandangan yang kosong atau melamun. Kemudian 2 orang keluarga yaitu istri dan anak pasien tampak lebih tenang dengan duduk di kursi dan sesekali melihat ke arah pintu masuk ruang ICU berharap diperbolehkan masuk bertemu dengan pasien. Sedangkan 2 orang keluarga mengatakan tidak cemas, dan memang tidak menunjukkan tanda–tanda kecemasan. Rumusan Masalah Adakah hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang Intensice Care Unit (ICU) RSUD Tugurejo Semarang? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang intensive care unit (ICU).
Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD Tugurejo Semarang
3
Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat membantu keluarga untuk mengurangi tingkat kecemasan saat menunggu anggota keluarga di ruang ICU, serta dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi perawat untuk lebih meningkatkan perilaku caring dalam memberikan asuhan keperawatan. Bagi institusi peneliti dapat dijadikan pertimbangan untuk menghasilkan caloncalon tenaga perawat profesional yang memiliki sikap caring dalam memberikan asuhan keperawatan. Serta bagi peneliti, yaitu dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang selama ini didapatkan dari institusi pendidikan.
Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan merupakan data primer. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner Caring Behaviors Assessment Tool (CBAT) yang telah dimodifikasi dan diuji validitas untuk mengukur perilaku caring, dan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) untuk mengukur tingkat kecemasan keluarga. Analisa Data Analisa Univariat Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel, baik variabel bebas maupun variabel terikat. Analisis ini berupa distribusi frekuensi dan prosentase pada setiap variabel.
METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain pada penelitian ini adalah survey analitik, dengan menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel perilaku caring perawat dan tingkat kecemasan keluarga pada satu saat tertentu. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD Tugurejo Semarang pada tanggal 20-29 Januari 2016. Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga pasien di ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD Tugurejo Semarang dengan jumlah rata-rata 76 pasien per bulan selama sembilan bulan terakhir dari bulan Januari sampai September 2015. Sampel Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan peneliti dengan karakteristik yang telah diketahui sebelumnya. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 44 responden.
4
Analisa Bivariat Analisis bivariat dalam penelitian menggunakan Kendall Tau yang dilakukan untuk mengetahui hubungan, arah hubungan, serta kekuatan hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD Tugurejo Semarang. HASIL PENELITIAN Analisa Univariat Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Caring Perawat Di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD Tugurejo Semarang, Januari 2016 Perilaku caring perawat Baik Cukup Kurang Total
Frekuensi
Persentas e (%)
24 19 1 44
54,5 43,2 2,3 100,0
Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD Tugurejo Semarang
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD Tugurejo Semarang, Januari 2016
Tingkat kecemasan Tidak cemas Ringan Sedang Berat Total
Frekuensi 12 15 14 3 44
Persentase (%) 27,3 34,1 31,8 6,8 100,0
Analisa Bivariat Tabel 4.3 Analisis Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD Tugurejo Semarang, Januari 2016
p value < 0,00001
τ = -0,695
PEMBAHASAN Perilaku Caring Perawat Hampir semua aspek perilaku caring sudah dilaksanakan oleh perawat di ruang ICU dengan baik. Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian Dedi (2008) yang menyatakan bahwa sebagian besar perawat pelaksana sudah melakukan sepuluh faktor caratif caring dari Watson, namun masih ada 3 faktor caratif yang belum dilakukan, yaitu komunikasi yang dilakukan tidak terapeutik, kurang tulus, dan kurang terampil. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Rika (2013) yang menyatakan bahwa (52,7%) responden menunjukkan perilaku caring baik. Serta penelitian
Yuliawati (2012) yang menyatakan bahwa (98,1%) responden menilai bahwa perilaku caring perawat dalam kategori sudah baik. Perilaku caring baik sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan karena dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal, sehingga kepuasan pasien maupun keluarga dapat tercapai. Potter & Perry (2009) menyatakan bahwa kehadiran, kontak mata, bahasa tubuh, nada suara, sikap mau mendengarkan, dan memiliki sikap positif akan membentuk suasana keterbukaan dan saling mengerti, serta perlakuan yang ramah dan cekatan akan memberikan rasa aman. Sesuai dengan penelitian Abdul (2013) yang didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kepuasan pasien rawat inap rumah sakit. Peneliti berpendapat bahwa perilaku caring perawat yang dilakukan oleh perawat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu kepribadian yang sudah melekat di dalam diri perawat. Pernyataan tersebut didukung oleh teori Watson (2008) bahwa caring adalah suatu proses yang disengaja yang membutuhkan kesadaran diri, proses memilih, pengetahuan, keterampilan khusus serta pertimbangan waktu. Selain kepribadian, pengalaman dan pembelajaran juga dapat mempengaruhi terlaksananya perilaku caring perawat, karena pembelajaran melalui pendidikan dan pelatihan merupakan sarana penting bagi perawat dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan. Skovholt (2005) dalam Kusmiran (2015) menyatakan bahwa aspek hubungan interpersonal caring meliputi pertukaran pengetahuan, pengalaman, kesabaran, kejujuran, rasa percaya, kerendahan hati, harapan dan keberanian. Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010). Teori
Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD Tugurejo Semarang
5
tersebut didukung oleh penelitian Prabowo (2014) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat kognitif perawat tentang caring dengan aplikasi praktek caring di ruang rawat inap RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso. Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Tingkat kecemasan keluarga kategori ringan menempati persentase terbesar. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Sigalingging (2013) yang menunjukkan bahwa tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang Intensif Rumah Sakit Columbia Asia Medan tergolong pada kategori berat yaitu 23 orang (76,6%), kategori ringan yaitu 2 orang (6,6%), artinya bahwa kecemasan pasien dan keluarga selama di ruang intensif banyak membutuhkan perhatian dan kepedulian perawat. Sehingga peneliti berpendapat bahwa peran perawat sangat berpengaruh terhadap tingkat kecemasan keluarga selama menunggu pasien di ruang intensif. Kecemasan ringan dapat disebabkan oleh ketegangan dalam kehidupan sehari-hari yang menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Cemas dapat menjadi motivasi untuk belajar dan menghasilkan kreativitas (Stuart, 2007). Selain itu berdasarkan hasil pengisian kuesioner didapatkan bahwa sebagian besar responden yang mengalami kecemasan ringan terjadi ketegangan yang terdiri dari beberapa gejala yang meliputi tidak dapat istirahat dengan tenang dan mudah menangis. Peneliti berpendapat bahwa kecemasan ringan banyak dialami sebagian besar responden kemungkinan karena keparahan penyakit pasien yang tidak terlalu berat dan biaya perawatan yang sudah ditanggung oleh jaminan kesehatan. Pernyataan tersebut didukung oleh teori Morton (2013) bahwa pernyataan mengenai isu seperti situasi selama masa rawat inap, kembali bekerja, implikasi keuangan, kesejahteraan keluarga, dan keterbatasan yang menetap akan muncul ketika pasien dirawat di ICU.
6
Stuart, Sundeen (2007) menjelaskan bahwa saat mengalami tingkat kecemasan sedang, seseorang akan lebih memusatkan pada hal-hal penting. Mereka mengesampingkan yang lain, sehingga perhatian pada hal yang selektif dan mampu melakukan sesuatu dengan lebih terarah. Terdapat 31,8% responden yang mengalami tingkat kecemasan sedang. Sedangkan untuk kecemasan berat terjadi pada 6,8% responden. Peneliti berpendapat bahwa kecemasan berat dapat dialami keluarga kemungkinan karena kondisi penyakit pasien. Menurut Videbeck (2012) kecemasan berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, yang memperlihatkan respon takut. Berdasarkan wawancara sederhana terhadap beberapa responden yang tidak mengalami kecemasan, didapatkan hasil bahwa keluarga yang menunggu pasien tidak mengalami kecemasan karena sudah percaya terhadap perawat, artinya keluarga sudah yakin bahwa pasien telah ditangani oleh orang yang lebih tau dan lebih mampu dalam mengatasi keadaan pasien. Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Hasil analisis terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD Tugurejo Semarang, dengan korelasi negatif dan kekuatan hubungan kuat yang artinya semakin baik perilaku caring perawat maka semakin ringan tingkat kecemasan keluarga pasien. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Setiyawan (2014), menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan ibu akibat hospitalisasi anak di ruang rawat inap RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang tahun 2014. Teori Anne Boykin menerangkan bahwa lingkungan caring yaitu membina hubungan keperawatan antara pasien maupun keluarga dan perawat dengan penuh perhatian, nilai, dan tindakan profesional (Kusmiran, 2016),
Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD Tugurejo Semarang
sehingga perilaku caring perawat tidak hanya ditujukan untuk pasien yang dirawat tetapi juga harus dilakukan pada keluarga pasien. Menurut Potter & Perry (2009) caring merupakan tindakan yang diarahkan untuk membimbing, mendukung individu lain atau kelompok dengan antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan seseorang. Tujuan dari caring adalah memberikan rasa aman dan nyaman terhadap seseorang, sehingga peneliti berpendapat bahwa dengan adanya perilaku caring perawat yang baik maka kecemasan yang dirasakan keluarga dapat berkurang. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2013) didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat terhadap tingkat kecemasan pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Hasil penelitian tersebut didukung oleh teori menurut Hawari (2011), bahwa penatalaksanaan kecemasan dapat dilakukan dengan psikoterapi, yang meliputi Suportif, re-edukatif, re-konstruksi, kognitif, psiko-dinamik, perilaku, keluarga, dan psikoreligius. Perilaku caring dapat dinyatakan sebagai suatu perasaan untuk memberikan keamanan, perubahan perilaku dan bekerja sesuai standar. Interaksi caring merupakan harapan dari penerima pelayanan kesehatan dalam proses perawatan (Duffy, 2009). Peneliti berpendapat bahwa perilaku caring perawat dapat menurunkan tingkat kecemasan keluarga. Keluarga akan merasa aman dan nyaman terhadap perawat karena keluarga percaya bahwa ada orang yang dianggap lebih tau dan lebih mampu untuk mengatasi kondisi pasien yaitu kehadiran perawat. Pernyataan tersebut didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Potter & Perry (2009) tentang caring perawat yang meliputi aspek kehadiran, sentuhan kasih sayang, dan selalu mendengarkan. Hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat responden yang menyatakan perilaku caring perawat dalam kategori baik namun mengalami tingkat kecemasan sedang, yaitu sebanyak 4,2%. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor
lain yang dapat menyebabkan kecemasan keluarga. Menurut Morton (2013) terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan keluarga selama masa rawat inap pasien, yaitu situasi selama masa rawat inap, kembali bekerja, implikasi keuangan, kesejahteraan keluarga, dan keterbatasan yang menetap. Dari keseluruhan responden hanya terdapat 1 responden yang menyatakan bahwa perilaku caring perawat dalam kategori kurang dan mengalami tingkat kecemasan berat. Peneliti berpendapat bahwa kemungkinan persepsi responden terhadap perilaku caring perawat dalam kategori kurang disebabkan karena pengalaman negatif terhadap perawat, sehingga keluarga merasa tidak percaya terhadap perawat dan mengalami tingkat kecemasan berat. Pernyataan tersebut didukung oleh teori Morton (2013) bahwa pengalaman negatif pasien maupun keluarga dihubungkan dengan rasa takut, kecemasan, gangguan tidur, kerusakan kognitif, dan nyeri atau ketidaknyamanan. Hal ini sesuai dengan penelitian Meeboon (2006) bahwa pengalaman masa lalu akan memberikan pengaruh terhadap penilaian terhadap pelayanan yang akan diterima. Gunarsa (2007) menjelaskan bahwa tempat dan kondisi tertentu akan mempengaruhi suasana tertentu, dan suasana akan mempengaruhi kehidupan dan fungsional psikis seseorang. Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa perawat sebagi pemberi asuhan keperawatan sangat penting untuk dapat mengembangkan aspek caring dalam memberikan asuhan keperawatan, agar tercipta suasana yang baik agar kenyamanan dapat dirasakan oleh pasien dan keluarga. Peneliti berpendapat bahwa aspek caring perawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) sangat penting untuk dilakukan, mengingat bahwa ICU merupakan ruang untuk merawat pasien dalam kondisi kritis yang memerlukan perhatian segera dan terusmenerus. Dewi (2014) menyatakan bahwa perawat sangat memegang peranan penting dalam memberikan asuhan keperawatan pada
Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD Tugurejo Semarang
7
pasien yang sakit kritis atau keluarga secara menyeluruh baik biologi, psikologi, sosial, dan spiritual. Hasil penelitian ini dapat menjawab dan membuktikan pertanyaan dalam rumusan masalah penelitian, yaitu ada hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD Tugurejo Semarang. Hasil analisis menyatakan terdapat arah korelasi yang negatif dan kuat, yang berarti semakin baik perilaku caring perawat maka semakin ringan tingkat kecemasan yang terjadi pada keluarga pasien. Peneliti menyadari bahwa terdapat keterbatasan dan kelemahan dalam melakukan penelitian, yaitu peneliti hanya menilai perilaku caring perawat berdasarkan persepsi keluarga, dan tidak mengobservasi perilaku caring perawat secara langsung, serta peneliti tidak memperhatikan tingkat keparahan penyakit dan banyaknya alat yang dipasang pada pasien KESIMPULAN Ada hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD Tugurejo Semarang, arah korelasi negatif dengan tingkat kekuatan hubungan kuat (τ=-0,695 ). Nilai p value < 0,00001. SARAN Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk penelitian selanjutnya. Diharapkan perlu adanya penelitian lanjutan dengan mengobservasi perilaku caring perawat secara langsung serta memperhatikan tingkat keparahan penyakit dan banyaknya alat yang dipasang pada pasien. Bagi keluarga pasien penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk keluarga agar lebih percaya kepada perawat dalam menangani pasien, untuk mengurangi tingkat kecemasan keluarga selama menunggu pasien di ruang ICU.
8
Bagi perawat dan rumah sakit, hasil penelitian ini dapat diterapkan agar 100% perawat menggunakan aspek caring dalam memberikan asuhan keperawatan baik pada pasien mapun keluarga, serta untuk lebih meningkatkan pelayanan rumah sakit kepada pasien maupun keluarga yang mendampingi. DAFTAR PUSTAKA [1] Abdul, Ariyanti Saleh & Elly L.Sjattar. (2013). Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap RSUD Kota Baubau. Sulawesi Utara: Akper Kabupaten Buton [2] Baradero, Mary dkk. (2009). Prinsip dan Praktik Keperawatan Perioperatif. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. [3] Dedi, Blacius Dkk. (2008). Perilaku Caring Perawat Pelaksana di Sebuah Rumah Sakit di Bandung: Studi Grounded Theory. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 12, No. 1, Hal 40-46. Bandung [4] Dewi, Aliana. (2014). Modul Pelatihan Keperawatan Intensif Dasar. Bogor: In Media. [5] Duffy, J.R. (2009). Quality Caring in Nursing: Applying Theory to Clinical Practice, Education and Leadership. New York: Springer Publishing Company. [6] Farhan, Zahara, dkk. (2014). Prediktor Stres Keluarga Akibat Anggota Keluarganya Dirawat di General Intensive Care Unit. MKB. 46.3. Ciamis: Fakultas Ilmu Kesehatan Galuh [7] Gunarsa, S.D. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia. [8] Hawari. (2011). Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. [9] Hidayati, N. (2013). Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kecemasan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Skripsi. Surakarta: Univesitas Muhammadiyah Surakarta.
Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD Tugurejo Semarang
[10] Kozier, Barbara et al. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC. [11] Kusmiran, Eny. (2015). Soft Skills Caring Dalam Pelayanan Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media. [12] Meeboon, S. (2006). The Effect of Patient and Nursing Unit Characteristics on Outcomes Among Hospitalized Patients with Chronic Illness in Thailand. A dissertation. Faculty of the college of nursing: The University of Arizona [13] Morton, P.G. et.al. (2013). Keperawatan Kritis, Pendekatan Asuhan Holistik, Vol.1. Jakarta: EGC. [14] Notoatmodjo, S. (2010). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta [15] Potter & Perry. (2009). Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. [16] Prabowo, Bagus S. Dkk. (2014). Hubungan Tingkat Kognitif Perawat Tentang Caring dengan Aplikasi Praktik Caring di Ruang Rawat Inap RSU dr.H.Koesnadi Bandowoso. E-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol 2. (no. 1). Jember: Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember [17] Rika. (2013). Perilaku Caring Perawat dalam Melakukan Asuhan Keperawatan pada Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr.Tengku MansyurTanjungbalai. Sumatera Utara: Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. [18] Setiyawan, Dhika. (2014). Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Akibat Hospitalisasi Anak (Usia 0- 12 Tahun) Di Ruang Rawat Inap Anak Rsud Ambarawa Kabupaten Semarang. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan. STIKES Ngudi Waluyo. Ungaran. [19] Sigalingging, Ganda. (2013). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Di Ruang intensif Rumah Sakit Columbia Asia Medan. Medan: Darma Agung.
[20] Stuart, Gail, W. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5. Jakarta: EGC. [21] Videbeck, S.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. [22] Watson, Jean. (2008). Nursing The Philosophy and Science of Caring, Revised Edition. Colorado: University Press of Colorado. [23] Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama. [24] Yudianto, Y. (2014). Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada Anak Usia Sekolah di Ruang Perawatan Anak RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo. Ungaran. [25] Yuliawati, Ade L. (2012). Gambaran Perilaku caring perawat terhadap pasien di Ruang Rawat Inap Umum RS.Dr.H. Marzoeki Mahdi Bogor. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD Tugurejo Semarang
9