HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, SELF EFFICACY DENGAN PENERAPAN PERAN PERAWAT SEBAGAI HEALTH EDUCATOR DI RUANG INAP RSUD KAB.WAJO
CORRELATION OF KNOWLEDGE, MOTIVATION AND SELF EFFICACY WITH IMPLEMENTATION OF NURSE’S ROLE AS HEALTH EDUCATION IN WARD OF WAJO REGENCY GENERAL HOSPITAL 1
Zainab,2 Aryanti Saleh, 3 Irfan Idris
1
2
Dinas Kesehatan Kabupaten Majene Manajemen Keperawatan Fakultas Kedokteran Unversitas Hasanuddin ³Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Unversitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi: Zainab Wajo-Sulsel Hp: 082188137388 Email:
[email protected]
Abstrak Perawat adalah profesi kesehatan yang berfokus pada individu, keluarga dan masyarakat sehingga mereka bisa mencapai, mempertahankan atau memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas hidup sampai pada kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, motivasi, self efficacy dengan penerapan peran perawat sebagai health educator di ruang rawat inap RSUD Kab. Wajo. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 Juli s/d 24 Juli 2014. Pengambilan sampel menggunakan metode deskriptif dengan rancangan cross-sectional dengan jumlah sampel sebanyak 81 perawat. Hasil penelitian dengan menggunakan uji chi Square menunjukkan bahwa ada hubungan antar pengetahuan dengan penerapan peran perawat sebagai health educator ( α = 0,007) , ada hubungan antar motivasi dengan penerapan peran perawat sebagai health educator ( α = 0,002), dan ada hubungan antara self efficacy dengan penerapan peran perawat sebagai health educator ( α = 0,000). Kesimpulannya Terdapat hubungan pengetahuan, motivasi, self efficacy, dengan penerapan peran perawat sebagai health educator di RSUD Kab. Wajo. Karena pengetahuan, motivasi, self efficacy merupakan ujung tombak dalam melakukan health educasi pada pasien selain itu, perawat yakin akan kemampuannya dalam menggerakkan motivasi, dan kemampuan kognitif serta mampu mengontrol diri dan lingkungannya dalam melaksanakan health educator dengan baik. Kata Kunci : Health Educator, Pengetahuan, Motivasi, self efficacy
Abstract Nurse is a health profession that focuses on individuals, families and communities so they may attain, maintain, or recover optimal health and quality of life until death. This study aims to determine the Correlation Of Knowledge, Motivation And Self Efficacy With Implementation Of Nurse’s Role As Health Education In Ward Of Wajo Regency General Hospital. This study was conducted on July 11 s / d 24 July 2014 Sampling using descriptive method with cross-sectional design with a total sample of 81 nurses. The results using the chi-Square test indicates that there is a Correlation between knowledge of the application of the role of the nurse as a health educator (α = 0.007), there is a Correlation between motivation to the application of the role of the nurse as a health educator (α = 0.002), and there is a Correlation between self-efficacy with application of the role of the nurse as a health educator (α = 0.000). In conclusion There is a relationship of knowledge, motivation, self-efficacy, with the application of the role of the nurse as a health educator in the district hospitals. Wajo. Because of the knowledge, motivation, self-efficacy is spearheading the conduct of health education patiens addition, nurses confident in its ability to stimulate the motivation, and cognitive abilities and be able to control themselves and their environment in implementing health educator well. Key words : Health Education, Knowledge, Motivation And Self Efficacy
PENDAHULUAN Perawat adalah profesi kesehatan yang berfokus pada individu, keluarga dan masyarakat sehingga mereka bisa mencapai, mempertahankan atau memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas hidup sampai pada kematian. Sedangkan peran perawat adalah tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukannya dalam suatu sistem. Ketika seseorang menjalankan perannya, seseorang diharapkan memiliki pemahaman dasar yang diperlukan mengenai prinsip, dalam menjalankan tanggung jawab secara efisien dan efektif dalam suatu sistem tertentu (Bastable, 2002). Perawat dalam menjalankan perannya, dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan. Peran perawat sebagai health educator ada 7 yaitu sebagai peran pelaksana (Care Giver), peran Health educator, pengamat kesehatan, role model, peran koordinator pelayanan kesehatan, peran koordinasi , peran pembaharu, peran pengorganisir pelayanan kesehatan, peran fasilitator, memodifikasi lingkungan, dan peneliti. Salah satu peran perawat yang sangat penting bagi pasien dan keluarga adalah peran sebagai Health edukator. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi peran perawat dalam
melakukan peranya sebagai Health educator bagi individu, keluarga dan masyarakat yaitu pengetahuan, motivasi dan self efficacy, (Bandura A., 1997). Dimana pengetahuan yang dimiliki perawat sangat berpengaruh dalam pelaksanaan Health educator kepada pasien, kelompok dan masyarakat, karena pada saat pelaksanaan health educator, perawat memberikan informasi, pendidikan kesehatan kepada pasien. Pengetahuan itu menjadi dasar dalam bertindak, atau pengetahuan itu menjadikan seorang individu atau suatu institusi memiliki kecakapan dalam melakukan tindakan yang benar. Pengetahuan memiliki dua fungsi utama, pertama sebagai latar belakang dalam menganalisa sesuatu hal, mempersepsikan dan menginterpretasikannya, yang kemudian dilanjutkan dengan keputusan tindakan yang dianggap perlu adalah menjadi latar belakang dalam mengartikulasikan beberapa pilihan tindakan yang mungkin dapat dilakukan memiliki salah satu dari beberapa kemungkinan tersebut dan mengimplementasikan pilihan tersebut. Faktor lain yang mempengaruhi Health educator adalah motivasi. Meskipun fasilitas memadai, organisasi dan manajemen baik, tanpa adanya motivasi tinggi, maka sulit untuk melakukan Health educator dengan baik. Health educator dapat terlaksana dengan baik jika motivasi kerja yang tinggi, sehingga apa yang menjadi tujuan tercapai. Untuk prestasi kerja
manusia 80-90 % tergantung kepada motivasinya untuk bekerja dan 10-20 % tergantung kepada kemampuan. Menurut hasil penelitian Health Service Medical Corporation, Inc, diperkirakan bahwa sekitar 80 % dari semua kebutuhan dan masalah kesehatan dapat diatasi di rumah, oleh sebab itu, kebutuhan untuk mendidik masyarakat mengenai cara merawat diri mereka sendiri perlu ditingkatkan lagi. Selain itu, berbagai studi mencatat bahwa pasien yang dibekali informasi memiliki kemungkinan lebih besar untuk mematuhi rencana pengobatan medis dan mendapatkan cara inovatif untuk mengatasi penyakit, menjadi lebih mampu mengatasi gejala penyakit, serta kemungkinan mengalami komplikasi lebih kecil. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk membantu meningkatkan
derajat kesehatan yang optimal (Bastable,
2002). Namun pada kenyataannya, pelaksanaan Health educator dan hasilnya tidak memuaskan. Hanya seperlima dari 1500 perawat yang melakukan persiapan dalam melakukan health educator dengan hasil yang memuaskan. Survai pada 1230 perawat di posisi staf, administrasi dan health educator mengenai persepsi mereka terhadap sejauh mana tanggung jawab perawat pada health educator dan pencapaiannya didapatkan bahwa mereka sangat yakin bahwa health educator pasien pada dasarnya tanggung jawab 10 perawat, sebaliknya peneliti juga menemukan bahwa aktivitas health educator yang dilakukan perawat secara keseluruhan hasilnya tidak memuaskan (Bastable, 2002). Di RSUD Kab. Wajo jumlah perawat pelaksana tahun 2013 adalah 243 orang dengan presentase tenaga keperawatan yaitu SPK 1 %, D3 Keperawatan 74 %, D4 Keperawatan 2 %, S1 Keperawatan 17 %, S1 Keperawatan + Ners 5 %, S2 keperawatan 1 %. Maka dapat dilihat tenaga keperawatan di RSUD Kab. Wajo mayoritas berpendidikan D3. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, motivasi, self efficacy dengan penerapan peran perawat sebagai Health educator di ruang rawat inap RSUD Kab. Wajo.
METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang dipakai pada penelitian ini yaitu observasi analitik dengan pendekatan cross sectional dimana data yang menyangkut variable bebas dan variabel terikat, akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2007). Umur, jenis kelamin,
status perkawinan, pengalaman kerja, penghasilan, jarak dari rumah ke rumah sakit merupakan variabel perancu. Populasi Dan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan di teliti. Populasi dalam penelitian adalah seluruh perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap (Interna Umum, Interna Sayrah, Bedah Umum, Bedah sayrah,Anak Umum, Anak Sayrah atau Perinatologi) RSUD Kab.Wajo berjumlah 101 orang. Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimilki oleh populasi (Sugiyono, 2012). Sampel dalam penelitian ini adalah perawat yang bertugas di ruang rawat inap RSUD Kab.Wajo dengan kriteria penelitian sebagai berikut : Kriteria inklusi, Pendidikan minimal DIII Keperawatan, Masa kerja minimal 1 tahun, Bersedia menjadi responden, Kriteria ekslusi, Sedang tidak hadir saat penelitian dilaksanakan. Tehnik Pengambilan Sampel Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan cara Proporsionate Random Sampling, adalah tehnik penentuan sampel bila populasi mempunyai anggota / unsure yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiyono, 2012). Analisis Data Pengolahan data dengan menggunakan bantuan perangkat lunak computer. Kegiatan ini dilakukan melalui beberapa tahapan. Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Coding merupakan kegiatan pembagian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting karena pengolahan dan analisa data dalam penelitian ini menggunakan komputer. Tabulating, Mengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian kemudian dimasukan dalam tabel yang sudah disiapkan. Data entry adalah kegiatan memasukkan data dengan memberikan skor untuk pertanyaan-pertanyaan. Analisa data, Pengolahan data ini hasilnya disajikan dalam bentuk tabel dan narasi dimana menampilkan hubungan sesuai uji statistik serta kategori dari peran perawat sebagai health educator yaitu : Kategori 4 = sangat baik, Kategori 3 = Baik, Kategori 2 = kurang baik, kategori 1= tidak baik.
HASIL Analisis Univariat Tabel 1. menunjukkan bahwa dari 81 perawat yang diteliti yang melakukan penerapan peran perawat sebagai
Health Educator rendah sebanyak 27 orang (33.3 %) dan yang
melakukan penerapan peran perawat sebagai Health Educator tinggi sebanyak 54 orang (66.7 %). Berdasarkan pengetahuan, yang mempunyai pengetahuan kurang baik sebanyak 30 orang ( 37.0 %) dan yang mempunyai pengetahuan baik
sebanyak 51 orang ( 63.0 %). Berdasarkan
motivasi, yang mempunyai motivasi rendah sebanyak 37 orang (45.7 %) dan yang mempunyai motivasi tinggi
sebanyak 44 orang ( 54.3 %.). Dan yang berdasarkan self efficacy, yang
mempunyai self efficacy rendah 30 orang (37.0) dan yang mempunyai self efficacy tinggi 51 orang (63.0 %). Analisis Bivariat Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 27 perawat yang melakukan penerapan perannya sebagai health educator rendah berdasarkan faktor motivasi tinggi sebanyak 9.9% dan yang mempunyai motivasi rendah 23.5 %, sedangkan yang melakukan penerapan peran perawat sebagai health educator tinggi dengan motivasi tinggi 44.4 % dan yang mempunyai motivasi rendah 22.2 %. Hasil pengujian statistik dengan menggunakan Chi-Square Test menunjukkan bahwa nilai p (0.002)<0.05, ini berarti bahwa ada hubungan antara faktor motivasi dengan penerapan peran perawat sebagai health educator pada perawat di RSUD Kab. Wajo tahun 2014 Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 27 perawat yang melakukan penerapan peran perawat sebagai health educator rendah mempunyai Self Efficacy baik sebanyak 4.9% dan yang mempunyai Self Efficacy kurang baik 28.4 %, sedangkan yang melakukan penerapan peran perawat sebagai health educator tinggi dengan Self Efficacy baik 58.0% dan yang mempunyai Self Efficacy kurang baik 8.6%. Hasil pengujian statistik dengan menggunakan uji alternative Chi-Square Test dengan menggunakan Fisher’s Exact Test menunjukkan bahwa nilai p (0.000)<0.05, ini berarti bahwa ada hubungan antara factor Self Efficacy dengan penerapan peran perawat sebagai health educator pada perawat di RSUD Kab. Wajo tahun 2014.
PEMABAHASAN Pada penelitian ini menunjukkan bahwa Terdapat hubungan pengetahuan, motivasi, self efficacy, dengan penerapan peran perawat sebagai health educator di RSUD Kab. Wajo. Karena pengetahuan, motivasi, self efficacy merupakan ujung tombak dalam melakukan health educasi pada pasie selain itu,
menjadikan health educator memiliki kecakapan dalam melakukan
tindakan yang benar dalam melakukan health educasi, tanpa pengetahuan yang cukup, perawat sulit melakukan health educacy pada pasien, dan perawat yakin akan kemampuannya dalam menggerakkan motivasi, dan kemampuan kognitif serta mampu mengontrol diri dan lingkungannya dalam melaksanakan health educator dengan baik, (Pribadi, 2009). Menurut Staton dalam Notoadmodjo (2007), menyebutkan bahwa pengetahuan atau knowledge adalah individu yang tahu apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya. Sehubungan dengan itu pengetahuan merupakan salah satu aspek perilaku yang menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengerti dan menggunakan kemampuan (dengan pikiran) segala sesuatu yang telah dipelajari. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior),( Kozier et al., 1991). Selain itu pengetahuan merupakan hasil tahu yang di dapatkan dari lima penginderaan individu seperti indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan perasa terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan dalam penelitian ini merupakan apa yang diketahui perawat mengenai helath educator. Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan sebanyak 13.6 % perawat yang mempunyai pengetahuan baik tetapi tidak melakukan health educator . Menurut analisis dan observasi yang dilakukan oleh peneliti disebabkan karena kurangnya dorongan secara terus menerus kepada staf untuk melakukan health educator sebagai bagian penting dari penerapan peran perawat. Selain itu kurangnya waktu yang disediakan kepada staf untuk melakukan health educator dan tidak adanya kemudahan-kemudahan yang diberikan kepada staf untuk penerapan peran perawat sebagai health educator. Pengetahuan dengan pelaksanaan peran perawat sebagai health educator. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa pengetahuan yang dimiliki perawat merupakan ujung tombak dalam melakukan health educasi melakukan health educasi
kepada pasien. Tampa pengetahuan yang cukup, perawat sulit pada pasien, (Waluyo, 2010).
Hasil penelitian ini juga dapat didukung penelitian yang dilakukan oleh Nugroho, dkk. (2008), yang mengatakan bahwa pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kematangan intelektual seseorang dalam hal ini perawat, dimana merupakan faktor terpenting dalam proses penyerapan informasi. Semakin baik tingkat pengetahuan maka semakin mudah memenuhi serta mengembangkan diri dalam melakukan Health educator. Meningkatnya wawasan dan cara berfikir selanjutnya akan memberikan dampak salah satunya persepsi perawat dalam mengambil keputusan untuk berperilaku. Perawat dalam menjalankan perannya sebagai health educator membutuhkan motivasi yang merupakan faktor utama untuk menentukan keberhasilannya. Menurut Suarli (2009), mengatakan bahwa motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja. Kinerja dalam hal ini merupakan peran perawat sebagai health educator. Semakin tinggi motivasi kerja seseorang maka akan semakin baik dalam melakukan perannya sebagai health educator. Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan sebanyak 9.9 % motivasi tinggi
perawat yang mempunyai
tetapi melakukan health educator rendah karena waktu perawat dalam
menjalankan perannya sebagai health educator terbatas, terlalu banyak pekerjaan dan kuranganya tenaga. Hasil penelitian juga di dapatkan sebanyak 22.2 % perawat yang mempunyai motivasi rendah tetapi melakukan health educator tinggi karena perawat tersebut mendapatkan dukungan dari rekan-rekan dalam penerapan peran perawat sebagai health educator. Keberhasilan pelaksanaan Health Educasi
tidak lepas dari peran aktif dari health
educator yang mampu memberikan motivasi atau dorongan pada pasien. Menurut Bandura (Ghufron, 2010), self efficacy merupakan keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu. Self efficacy ini dapat menggerakkan motivasi, kemampuan kognitif dan tindakan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan situasi sehingga meskipun memiliki beban kerja yang berat dan dihadapkan dengan permasalahan yang berat, perawat masih memiliki semangat kerja yang tinggi. Menurut Octary (2007), seseorang yang memiliki self efficacy tinggi akan cenderung takut akan kegagalan, meningkatkan aspirasi, meningkatkan cara penyelesaian masalah dan kemampuan berfikir analitik. Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan sebanyak 4.9 % perawat yang mempunyai self efficacy baik tapi tidak melakukan health educator . Hal ini disebabkan karena kurangnya
pengawasan
yang diberikan kepada perawat dalam melaksanakan perannya sebagai health
educator selain itu kurangnya fasilitas yang diberikan kepada perawat untuk memudahkan pelaksanaan peran sebagai health educator. Perawat yang memiliki self efficacy tinggi yakin akan kemampuan yang dimilikinya dalam melaksanakan tugasnya, mampu menjalankan tugas dengan baik meskipun tuntutan dan beban kerja
yang tinggi. Dalam hal ini,
perawat
menjalankan perannya sebagai Health Educator dengan baik.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, Terdapat hubungan pengetahuan, motivasi, self efficacy, dengan penerapan
peran
perawat sebagai health educator di RSUD Kab. Wajo. Karena pengetahuan, motivasi, self efficacy merupakan ujung tombak dalam melakukan health educasi
pada pasie selain itu,
menjadikan health educator memiliki kecakapan dalam melakukan tindakan yang benar dalam melakukan health educasi, tanpa pengetahuan yang cukup, perawat sulit melakukan health educacy pada pasien, dan perawat yakin akan kemampuannya dalam menggerakkan motivasi, dan kemampuan kognitif serta mampu mengontrol diri dan lingkungannya dalam melaksanakan health educator
dengan baik. Memberikan pelatihan-pelatihan khususnya health educator
dimulai dari kepala ruangan yang selanjutnya mereka menerapkan pada klien sehingga memberikan masukan tentang standar health educator
DAFTAR PUSTAKA Bastable, Susan, B. (2002). Perawat Sebagai Pendidik : Prinsip-Prinsip Pengajan pembelajaran. Jakarta : EGC. Bandura, A. (1997). Self efficacy the exercise of control. United States of America: W.H. Freeman and company. Ghufron,M.Nur & Rini Risnawwita,S. (2010). Teori-teori Psikologi. Jogyakarta : Ar-ruzz. Media Kozier, et al. (1991). Knowledge. Addison Wesey Publishing Company. Inc, California Notoadmodjo,S. (2007). Pengantar Health educator dan Ilmu Perilaku. Yogyakarta : Andi Offset. Nugroho Adi, dkk. (2008). Studi Korelasi Karakteristik dengan Perilaku Keluarga dalam Upaya Penanggulangan Malaria di Kec. Kintap, Kab. Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. Vol.3/no.1/Januari 2008. Octary,M.Anton . (2007). Hubungan Antara Self Efficacy Dengan Kecemasan Pada Mahasiswa Yang Sedang Mengerjakan Skripsi. Depok : FPUI Pribadi Agung. ( 2009). Analisis Pengaruh Faktor Pengetahuan, Motivasi dan Persepsi Perawat Terhadap Supervisi Kepala Ruangan Terhadap Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah di Jepara. Tesis. Suarli, M & Bahtiar. (2009). Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis. Penerbit Erlangga. Jakarta. Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta. Waluyo Gaguk Eko. (2010). Pengaruh health educator terhadap kepuasan pasien di ruang rawat inap RSUD Kota Madium .Tesis
Tabel 1. Distribusi penerapan peran perawat sebagai Health Educator, Pengetahuan, Motivasi dan Self efficacy menurut Responden di ruang rawat inap RSUD Kab. Wajo Tahun 2014 Variabel yang diteliti Health
n
%
Educator Rendah Tinggi
27 54
33.3 66.7
Kurang Baik Baik
30 51
37.0 63.0
Rendah Tinggi
37 44
45.7 54.3
Rendah Tinggi
30 51
37.0 63.0
Pengetahuan
Motivasi
Self efficacy
Sumber : Data Primer,2014
Tabel 2. Hubungan faktor motivasi dengan penerapan peran perawat sebagai Health Educator pada perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kab. Wajo Tahun 2014 Motivasi Rendah Tinggi Total
n 19 8 27
Health Educator Rendah Tinggi % n % 23.5 18 22.2 9.9 36 44.4 33.3 54 66.7
n 37 44 81
Total % 45.7 54.3 100
p 0.002
Uji Statistik : Chi-Square Test.
Tabel 3. Hubungan faktor Self Efficacy dengan penerapan peran perawat sebagai Health Educator pada perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kab. Wajo Tahun 2014 Self Efficacy Kurang Baik Baik Total
n 23 4 27
Health Educator Rendah Tinggi % n % 28.4 7 8.6 4.9 47 58.0 33.3 54 66.7
Uji Statistik : Chi-Square Test.
n 30 51 81
Total % 37.0 63.0 100
p 0.000