HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PENATALAKSANAAN PERTOLONGAN PERTAMA KECELAKAAN LALU LINTAS DI SATLANTAS POLRESTA SURAKARTA SKRIPSI “Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”
Oleh : ANISA LISTYANA NIM. S11006
PROGRAM STUDI S S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
HUBUNGAN PENGETAHUAN POLISI LALU LINTAS DENGAN PENATALAKSANAAN PERTOLONGAN PERTAMA KECELAKAAN LALU LINTAS DI SATLANTAS POLRESTA SURAKARTA SKRIPSI “Untuk memenuhi salah satu sy syarat arat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”
Oleh : ANISA LISTYANA NIM. S11006
PROGRAM STUDI S S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 i
LEMBAR PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
HUBUNGAN PENGETAHUAN POLISI LALU LINTAS TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA KECELAKAAN LALU LINTAS DENGAN PENATALAKSANAAN PERTOLONGAN PERTAMA KECELAKAAN LALU LINTAS DI SATLANTAS POLRESTA SURAKARTA
Oleh : Anisa Listyana NIM. S1006
Telah disetujui untuk dapat dipertahankan dihadapan Tim Penguji,
Pembimbing Utama,
Pembimbing Pendamping,
bc. Yeti Nurhayati, M.KesSURAT PERNYATAAN Ns. Arya Nurahman Hendra Kusuma, M. Kep NIK. 2013378115 NIK. 201387104
ii
SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Anisa Listyana
NIM
: S11006
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1) Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun di perguruan tinggi lain. 2) Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim Penguji. 3) Dalam Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Surakarta, 08 Juli 2015 Yang membuat pernyataan,
Anisa Listyana NIM. S11006
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, karunia, hidayah serta petunjuk yang telah dilimpahkan-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan pengetahuan polisi lalu lintas tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas dengan penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta” Sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan studi di program S-1 keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis banyak mendapatkan pengarahan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada: 1.
Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M. Si Selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2.
Ibu Wahyu Rima Agustin, S. Kep., Ns., M. Kep Selaku Ketua Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3.
Ibu bc. Yeti Nurhayati, M.Kes Selaku pembimbing utama yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan serta masukan selama proses penyusunan Skripsi ini hingga selesai.
4.
Bapak Arya Nurahman Hendra Kusuma, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu dan memberikan
iv
bimbingan, arahan serta masukan selama proses penyusunan Skripsi ini hingga selesai 5.
Ibu Yuana Dwi Anggraini, S.Kep., Ns selaku pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan serta masukan selama proses penyusunan Skripsi ini hingga selesai
6.
Segenap dosen Program Studi S-1 Keperawatan dan Staf pengajar STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberi ilmu dan bimbingan
7.
Kepala Kepolisian Resor Karanganyar yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan uji validitasdan reliabilitas di Satlantas Polres Karanganyar
8.
Kepala Satuan Lalu Lintas Polresta Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di unit laka dan unit patroli
9.
Seluruh responden yang telah berperan dalam penelitian ini dan telah berkenan untuk menjadi partisipan yang tidak dapat disebutkan satu-persatu
10. Orang tua tercinta Ayah Damis dan Ibu Tuminem, Mama, Bapak, Adik, Kakak yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat, serta kasih sayang selama ini. 11. Sahabat - sahabat Dwi Nugroho, Fikres, Umi, Tatik, Santi, Rini, Ambar, yang telah memberi bantuan, dukungan dan semangat dalam penyusunan Skripsi ini. 12. Teman-teman mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan angkatan 2011 STIKes Kusuma Husada Surakartayang telah senantiasa menjadi teman seperjuangan.
v
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan Skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangatlah penulis harapkan sehingga dapat menyempurnakan Skripsi ini.Harapan penulis semoga Skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan terutama bagi penulis serta bermanfaat bagi mahasiswa STIKes Kusuma Husada Surakarta khususnya bagi ilmu Keperawatan di Indonesia pada umumnya. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Surakarta, 08 Juli 2015 Peneliti
Anisa Listyana
vi
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
SURAT PERNYATAAN
iii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
ABSTRAK
xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1
1.2 Rumusan Masalah
4
1.3 Tujuan
4
1.4 Manfaat
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepolisian 1. Pengertian
7
2. Tugas Polisi
8
2.2 Pengetahuan a.
Pengertian
10
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan10 c.
Tingkat pengetahuan
13
vii
d. Kategori pengetahuan15 2.3 Penatalaksanaan Kecelakaan Lalu Lintas 1. Definisi pertolongan pertama kecelakaan15 2. Prinsip P3K
16
3. Pemberian pertolongan17 4. SOP Kecelakaan lalu lintas18 5. Penatalaksanaan kecelakaan lalu lintas18 6. Kategori penatalaksanaan19 2.4 Kerangka Teori
20
2.5 Kerangka Konsep
21
2.6 Hipotesis
21
2.7 Keaslian Penelitian
22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian23 3.2 Populasi Dan Sampel a. Populasi
23
b. Sampel
24
3.3 Tempat Dan Waktu Penelitian26 3.4 Variabel, Definisi Operasional Dan Skala Pengukuran26 3.5 Alat Penelitian Dan Pengumpulan Data a. Alat penelitian
27
b. Mengukur validitas dan reliabilitas28 c. Cara pengumpulan data31
viii
3.6 Pengolahan Data Dan Analisis Data31 a. Pengolahan data
32
b. Analisa data
32
3.7 Etika Penelitian 1. Informed Consent
34
2. Anonymity
35
3. Confidentiality
35
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Analisa Univariat 4.1.1 Karakteristik Responden36 4.1.1.1 Usia Responden36 4.1.1.2 Pendidikan Responden37 4.1.2 Tingkat
Pengetahuan
Polisi
tentang
Pertolongan
Pertama
Kecelakaan Lalu Lintas37 4.1.3 Penatalaksanaan Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu Lintas38 4.2
Analisa Bivariat 4.2.1 Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan Polisi Lalu Lintas Tentang Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu Lintas Dengan Penatalaksanaan Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu Lintas antara variabel dependen dan independen38
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pengetahuan Polisi Lalu Lintas Tentang Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu Lintas Di Satlantas Polresta Surakarta40
ix
5.2 Penatalaksanaan Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu Lintas Di Satlantas Polresta Surakarta
43
5.3 Hubungan Pengetahuan Polisi Lalu Lintas Tentang Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu Lintas Dengan Penatalaksanaan Kecelakaan Lalu Lintas Di Satlantas Polresta Surakarta45 BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan
48
6.2 Saran 49
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Keaslian Penelitian22 Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Operasional26 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden Di Satlantas Polresta Surakarta36 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden Di Satlantas Polresta Surakarta37 Tabel 4.3 Tingkat Pengetahuan tentang Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu Lintas di Satlantas Polresta Surakarta37 Tabel 4.4 Penatalaksanaan Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu Lintas di Satlantas Polresta Surakarta38 Tabel 4.5 Hasil Uji Korelasi Spearman Rank tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan penatalaksanaan polisi dalam melakukan tindakan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas38
xi
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Teori20 Gambar 2.2 kerangka Konsep21
xii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
: Lembar Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan
LAMPIRAN 2
: Lembar Pengajuan Ijin Penelitian
LAMPIRAN 3
: Lembar Surat Keterangan Penelitian
LAMPIRAN 4
: Surat Permohonan Calon Responden
LAMPIRAN 5
: Surat Pernyataan Persetujuan
LAMPIRAN 6
: Lembar Kuesioner
LAMPIRAN 7
: SPSS
LAMPIRAN 8
: Lembar Konsultasi
LAMPIRAN 9
: Jadwal Penelitian
xiii
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
ANISA LISTYANA HUBUNGAN PENGETAHUAN POLISI LALU LINTAS DENGAN PENATALAKSANAAN PERTOLONGAN PERTAMA KECELAKAAN LALU LINTAS DI SATLANTAS POLRESTA SURAKARTA ABSTRAK
Polisi lalu lintas adalah aparat yang bertugas untuk menjaga keselamatan pengguna jalan dan meminimalisasi korban kecelakaan.Menurut salah satu polisi yang telah mendapatkan pelatihan BHD belum sepenuhnya mengaplikasikan ilmu yang didapatkan ketika terjadi kecelakaan, polisi yang belum pernah mendapatkan pelatihan BHD belum sepenuhnya tau pertolongan pertama yang harus dilakukan ketika terjadi kecelakaan. Penelitian dilakukan di Satlantas Polresta Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan correlation studydengan pendekatan cross sectional. Tehnik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan populasi 162 polisi dan sampel pada 12 polisi dari unit laka dan 48 polisi dari unit patroli. Hasil penelitian dengan pengetahuan baik 24 respoden (49%), cukup 24 responden (49%), kurang 1 responden (2%). Untuk penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas 23 responden (46,9%) baik, 16 responden (32,7%) cukup, dan 10 responden (20,4%) kurang. Uji statistic menggunakan uji spearman rank dengan nilai korelasi 0,384 termasuk dalam kategori sedang dan nilai p= 0,006. Karena nila p < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga ada hubungan pengetahuan polisi lalu lintas tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas dengan penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta. Kata Kunci
: Polisi Lalu Lintas, Pengetahuan, Penatalaksanaan, Kecelakaan Lalu Lintas Daftar pustaka : 24 (2003-2014)
xiv
CORRELATION BETWEEN TRAFFIC POLICE’S KNOWLEDGE AND THE MANAGEMENT OF FIRST AID ON TRAFFIC ACCIDENT AT TRAFFIC UNIT OF POLICE DEPARTMENT OF SURAKARTA Anisa Listyana1, Yeti Nurhayati2, Arya Nurahman Hendra Kusuma3 1
Student of Bachelor Program in Nursing Science, Kusuma Husada Health Science College of Surakarta Lecturer of Bachelor Program in Nursing Science, Kusuma Husada Health Science College of Surakarta 3 Lecturer of Bachelor Program in Nursing Science, Kusuma Husada Health Science College of Surakarta 2
ABSTRACT Traffic police are officers responsible for maintaining the safety of road users and minimize the accident victims. According to one of the police who have received BSL, he still does not fully apply the knowledge when an accident occurs; police who have never received BSL training have not fully known what to do if an accident happens. This research used the qualitative correlation method with the cross sectional approach and was conducted at the Traffic Unit of Police Department of Surakarta. The population of research was 162 police, and the samples of research were 12 police of accident investigation squad and 48 police of patrol squad. They were taken by using purposive sampling technique. The result of the study shows that 24 respondents (49%) had good knowledge, 24 respondents (49%) had fair knowledge, and 1 respondent (2%) had poor knowledge. As for the management of the first aid on traffic accident, 23 respondents (46.9%) had good management, 16 respondents (32.7%) had fair management, and 10 respondents (20.4%) had poor management. The result of Spearman’s Rank analysis shows that the correlation value was 0.384 and was categorized as medium with the p-value= 0.006 which less than 0.05. Thus, Ho was rejected and Ha was accepted, meaning that there was a correlation between the traffic police’s knowledge and the management of the first aid on traffic accident at the Traffic Unit of Police Department of Surakarta.
Keywords: Traffic police, knowledge, management, traffic accident
xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi masyarakat selain menimbulkan hal yang positif, juga menimbulkan hal
yang negatif. Peningkatan perekonomian
menimbulkan peningkatan daya beli masyarakat terhadap barang-barang termasuk kendaraan bermotor yang dapat berujung pada peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang resmi teregistrasi(Lunera,2012). Menurut WHO, cidera akibat kecelakaan lalu lintas membunuh setidaknya 1,2 juta orang tiap tahunnya. Ini berarti rata-rata di seluruh dunia 3.242 orang terbunuh tiap harinya di jalan. Jika tindakan tidak segera dilakukan, jumlah cidera dan kematian akibat kendaraan meningkat. Cidera akibat kecelakaan lalu lintas diprediksikan meningkat dan menjadi penyebab kematian ketiga tertinggi di dunia tahun 2020, setelah kematian serangan jantung dan depresi. Kecelakaan lalu lintas akan terus meningkat dikebanyakan bagian di dunia(Lunera,2012). Di Indonesia berdasarkan data dari WHO (2007) jumlah kendaraan bermotor adalah 63.318.522 buah. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor merupakan salah satu penyebab terbesar tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas.Menurut Depkes (2006) kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab utama kematian dengan berbagai sebab, menempati urutan kesepuluh
penyebab semua kematian dan kesembilan sebagai
1
2
kontributor utama kematian global. Kejadian kecelakaan lalu lintas meningkat dalam jumlah maupun
jenisnya dengan perkiraan angka
kematian dari 5,1 juta pada tahun 1990 menjadi 8,4 juta pada tahun 2020 atau meningkat sebanyak 65%. Data direktorat lalu lintas (Ditlantas)Mabes Polri menyatakan setiap hari puluhan nyawa melayang sia-sia dijalan raya. Sejak 2003-2007 tercatat 258.374 kecelakaan telah merenggut 69.385 jiwa. Itu berarti setiap tahun rata rata sebanyak 13.877 nyawa hilang di jalan raya. Di Indonesia menurut data kepolisian kematian akibat kecelakaan lalu lintas pada tahun 2007 mencapai 16.548 jiwa. Artinya, setiap hari sedikitnya 45 orang tewas sia-sia di jalan raya (Sayekti, Rahadyan, Vitalis, et al. 2008). Sedangkan data dari Ditlantas Polda Jateng menyebutkanbahwa selama tahun 2009 telahterjadi 8909kasus. Di kota Surakarta angka kecelakaan masih cukup tinggi dari tahun ke tahun. Tindakan pencegahan yang telah dilakukan oleh Satlantas Polresta Surakarta adalah melakukan sosialisasi kepada masyarakat, memberikan rambu-rambu jalan sampai melakukan tindakan preventifseperti mengatur lalu lintas di daerah rawan kecelakaan dan kemacetan, melakukan pengawalan dan penjagaan serta penertiban SIM/STNK terhadap pengguna jalan yang melanggar peraturan berlalu lintas. Namun masih banyak terjadi kecelakaan terlebih lagi kurangnya kesadaran untuk melaporkan kecelakaan ke Kepolisian (Sayekti, Rahadyan, vitalis,et al. 2008).
3
Data kejadian kecelakaan di wilayah kota Surakarta pada tahun 2011 terdapat 610 kejadian kecelakaan. Pada tahun 2012 kejadian kecelakaan sebesar 583 kejadian kecelakaan. Pada tahun 2013 kejadian kecelakaan sebesar 533 kejadian. Pada tahun 2014 sepanjang bulan Januari sampai bulan November kejadian kecelakaan sebanyak 473 kejadian kecelakaan, (Satlantas Polresta Surakarta). Polisi lalu lintas adalah aparat yang bertugas untuk menjaga keselamatan pengguna jalan dan meminimalisasi korban kecelakaan. Menurut UndangUndang Negara Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Resor dan Kepolisian Sektor menjelaskan bahwa Tata Kerja ini mengatur tentang tugas polisi berkaitan dengan tanggung jawab polisi akan keselamatan pengguna jalan. Hasil penelitian tentang gambaran tingkat pengetahuan polisi lalu lintas tentang bantuan hidup dasar (BHD) di kota Depok menunjukkan bahwa 50% responden memiliki pengetahuan yang kurang, 30,4% responden memiliki pengetahuan cukup, 19,6% responden memiliki pengetahuan buruk, dan tidak ada responden yang memiliki pengetahuan yang baik (Lunera,2012). Pertolongan yang dilakukan polisi lalu lintas Satlantas Polresta Surakarta berdasarkan Standard Operasional Prosedur (SOP) pada pasal 3 polisi segera mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) dan segera memberikan pertolongan pertama pada korban kecelakaan misalnya ketika terjadi kecelakaan dan korban mengalami luka yang parah polisi langsung
4
membawa korban ke rumah sakit dan apabila korban hanya luka ringan polisi memberikan betadin atau plester. Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Satlantas Polresta Surakarta kepada 5 orang polisi lalu lintas didapatkan data 2 orang polisi mengatakan ketika terjadi kecelakaan lalu lintas dan ada laporan dari masyarakat polisi langsung menuju lokasi kecelakaan dan menolong korban kecelakaan dan 3 orang polisi mengatakan ketika terjadi kecelakaan langsung membawa ke rumah sakit karena menurut mereka nyawa pasien lebih penting dan polisi juga takut kalau pertolongan pertama yang di berikan dapat memperparah keadaan korban. Di Satlantas Polresta Surakarta ada 5 dari 49 orang polisi sudah mendapatkan pelatihan Bantuan Hidup Dasar, dan 44 lainnya belum pernah mengikuti pelatihan.Tetapi menurut salah satu polisi yang telah mendapatkan pelatihan BHD belum sepenuhnya mengaplikasikan ilmu yang didapatkan ketika terjadi kecelakaan, polisi yang belum pernah mendapatkan pelatihan BHD belum sepenuhnya tau pertolongan pertama yang harus dilakukan ketika terjadi kecelakaan.Pengetahuan tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas yang di lakukan oleh polisi perlu untuk diteliti apakah menggunakan tehnik dan sesuai SOP yang benar atau tidak.Dari fenomena tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan polisi lalu lintas dengan pelaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta.
5
1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang dapat dirumuskan adakah hubungan pengetahuan polisi lalu lintas dengan penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta? 1.3 Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan polisi lalu lintas dengan penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta. b. Tujuan Khusus 1. Mengetahui
pengetahuan
polisi
lalu
lintas
mengenai
pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta. 2. Mengetahui penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas oleh polisi di Satlantas Polresta Surakarta. 3. Menganalisis hubungan pengetahuan polisi lalu lintasdengan penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta.
6
1.4 Manfaat Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini a. Bagi Kepolisian Dapat digunakan sebagai acuan untuk mengaplikasikan SOP polisi tentang penanganan kecelakaan lalu lintas di wilayah Satlantas Polresta Surakarta. b. Bagi Institusi Menambah pustaka bagi institusi pendidikan yang berhubungan dengan pengetahuan polisi lalu lintas tentang penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas. c. Bagi Peneliti Lain Dapat dijadikan acuan atau referensi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas. d. Bagi peneliti Dapat menambah wawasan mengenai pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN TEORI 2.1 Kepolisian 1. Pengertian Tentunya tidak seorang pun di Indonesia yang belum pernah mendengar dan mengetahui apa itu “Polisi”. Dimanapun orang berada, baik di kota maupun di pelosok-pelosok desa tentu pernah berjumpa dengan polisi. Dalam masa tenang, ketika polisi sedang menjalankan tugasnya, dan lebih-lebih dalam keadaan bahaya dan keributan, masyarakat kita hanya mengenal polisi, dan gambaran tentang polisi yang diperoleh amat tergantung dari pengetahuan masing-masing yang tidak selalu menyenangkan baginya. Malahan tidak sedikit yang menganggap bahwa polisi itu sebagai hantu yang harus di jauhi (Suriadi, 2013). Pengertian Kepolisian menurut Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya di sebut UU Kepolisian adalah segala sesuatu hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan
peraturan
Negara Republik
perundang-undangan.Anggota Indonesia adalah pegawai
Kepolisian negeri
pada
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang bertujuan mengawal 7
8
keamanan dan ketertiban masyarakat dalam hal ini suatu kondisi dinamis
masyarakat
sebagai
salah
satu
prasayarat
terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka terciptanya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketenteraman yang membangun kemampuan membina serta mengembangkan potensi
dan kekuatan masyarakat
dalam
menangkal, mencegah, dan menanggulangi segalah bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat (Undang-Undang RI No. 2, 2002). 2. Tugas polisi Polisi lalu lintas adalah unsur pelaksanaan yang bertugas menyelenggarakan
tugas
kepolisian
mencakup
penjagaan,
pengaturan, pengawalan dan patroli, pendidikan masyarakat dan rekayasa lalu lintas, registrasi dan identifikasi pengemudi atau kendaraan bermotor, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hokum dalam bidang lalu lintas, guna memelihara keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas. Pelayanan kepada masyarakat di bidang lalu lintas dilaksanakan juga untuk meningkatkan
kualitas
hidup
masyarakat,
karena
dalam
masyarakat yang modern, lalu lintas merupakan faktor utama pendukung produktivitasnya.
9
Kepolisian Republik Indonesia juga telah menetapkan secara spesifik tata kerja dari setiap bagian kepolisian. Tata kerja kepolisian lalu lintas tertera pada peraturan kepala kepolisian Negara Republik Indonesia mengeluarkan peraturan nomor 23 tahun 2010 pasal 59 butir tiga (3) yang berbunyi: “(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Satlantas menyelenggarakan fungsi: a. Pembinaan lalu lintas kepolisian. b. Pembinaan partisipan masyarakat melalui kerja sama lintas sektoral, dikmaslantas, dan pengkajian masyarakat di bidang lalu lintas. c. Pelaksanaan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka penegakan hokum dan keamanan, keselamatan, ketertiban, kelancaran lalu lintas (kamseltibcarlantas). d. Pelayanan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor serta pengemudi. e. Pelaksanaan patrol jalan raya dan penindakan pelanggaran serta penanganan kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan hokum, serta menjamin kamseltibcarlantas di jalan raya. f. Pengamanan dan penyelamatan masyarakat pengguna jalan, perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan.” (Lunera, 2012).
10
2.2 Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan
(Knowledge)
adalah
suatu
proses
dengan
menggunakan pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2007). Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan
terhadap
suatu
objek
tertentu,
pengetahuan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan
diperoleh
melalui
mata
dan
telinga
(Notoatmojo, 2007) Proses yang didasari oleh pengetahuan kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersikap langgeng. Sebaliknya
apabila
perilaku
tersebut
tidak
didasari
oleh
pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003) b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pengetahuan
menurut
Notoatmodjo (2003) adalah: 1. Umur Umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Semakin tinggi umur seseorang,
11
maka semakin bertambah pula ilmu atau pengetahuan yang dimiliki
karena
pengetahuan
seseorang diperoleh
dari
pengalaman sendiri maupun pengalaman yang diperoleh dari orang lain. 2. Pendidikan Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh
kemampuan
pengetahuan,
dan
sehingga
perilaku dalam
manusia pendidikan
melalui perlu
dipertimbangkan umur (proses perkembangan klien) dan hubungan dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide dan teknologi. Pendidikan memegang peranan penting dalam menentukan kualitas manusia. Semakin tinggi pendidikan, hidup manusia akan semakin berkualitas karena pendidikan yang tinggi akan membuahkan pengetahuan yang baik yang menjadikan hidup yang berkualitas. 3. Paparan media massa Melalui berbagai media massa baik cetak maupun elektronik maka berbagai ini berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa akan memperoleh informasi yang
12
lebih banyak dan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki. 4. Sosial ekonomi (pendapatan) Orang dengan status ekonomi yang baik akan lebih mudah mencukupi kebutuhan primer maupun sekunder dibanding orang dengan status ekonomi rendah, semakin tinggi status social ekonomi seseorang semakin mudah dalam mendapatkan pengetahuan, sehingga menjadikan hidup lebih berkualitas. 5. Hubungan sosial Faktor
hubungan
sosial
mempengaruhi
kemampuan
individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi media. Apabila hubungan sosial seseorang dengan individu baik maka pengetahuan yang dimiliki juga akan bertambah. 6. Pengalaman Pengalaman adalah suatu sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal biasanya diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses pengembangan misalnya sering mengikuti organisasi.
13
c. Tingkat pengetahuan Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan sebagai berikut: 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain:
menyebutkan,
menguraikan,
mendefinisikan,
menyatakan(Notoatmodjo, 2003). 2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan menyebutkan cotoh menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari, misalnya dapat menjelaskan bagaimana pertolongan pertama polisi lalu lintas apabila terjadi kecelakaan. (Notoatmodjo, 2003).
14
3. Analisis (analysis) Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan,
memisahkan,
mengelompokkan
(Notoatmodjo, 2003). 4. Aplikasi (Application) Aplikasi
diartikan
sebagai
kemampuan
untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, dan prinsip (Notoatmodjo, 2003). 5. Sintesis (synthesis). Sintesis
menunujuk
pada
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada (Notoatmodjo,2003).
15
6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi
ini
berkaitan
dengan
kemampuan
untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2003) d. Kategori Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003) kategori pengetahuan dibagi menjadi 3: 1. Kategori baik apabila mendapat nilai 76%-100% 2. Kategori cukup apabila mendapat nilai 56% - 75% 3. Kategori kurang apabila mendapat nilai <56% 2.3 Penatalaksanaan kecelakaan lalu lintas 1. Definisi Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah upaya pertolongan dan perawatan sementara terhadap korban kecelakaan sebelum mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari dokter atau paramedik. Ini berarti pertolongan tersebut bukan sebagai pengobatan atau penanganan yang sempurna, tetapi hanyalah berupa pertolongan sementara yang dilakukan oleh petugas P3K (petugas medik atau orang awam) yang pertama kali melihat korban (Cecep, 2014).
16
Pemberian pertolongan harus secara cepat dan tepat dengan menggunakan sarana dan prasarana yang ada di tempat kejadian. Tindakan P3K yang dilakukan dengan benar akan mengurangi cacat atau penderitaan dan bahkan menyelamatkan korban dari kematian, tetapi bila tindakan P3K dilakukan tidak baik malah bisa memperburuk akibat kecelakaan bahkan menimbulkan kematian ( Islami, 2009). 2. Prinsip P3K Prinsip yang harus ditanamkan pada Petugas P3K dalam melaksanakan tugas menurut Margareta (2012), Cecep (2014) adalah 1. Penolong mengamankan diri sendiri lebih dahulu sebelum menolong. a. Bersikaplah tenang, jangan pernah panik. b. Teliti, tanggap dan melakukan gerakan dengan tangkas dan tepat tanpa menambah kerusakan. 2. Amankan korban sehingga bebas dari bahaya. 3. Tandai tempat kejadian sehingga orang lain tahu ada kecelakaan disitu. 4. Usahakan menghubungi ambulan, petugas medis atau dokter, rumah sakit atau yang berwajib (polisi/keamanan setempat).
17
5. Tindakan pertolongan terhadap korban dalam urutan yang paling tepat. Perhatikan keadaan penderita apakah pingsan, ada perdarahan dan luka, patah tulang, merasa sangat kesakitan dll. 3. Pemberian pertolongan Menurut Cecep (2014), Titin (2010) dan Bastian (2008) pemberian pertolongan dapat dilakukan dengan: 1. Menilai situasi a. Mengenali bahaya diri sendiri dan orang lain b. Memperhatikan sumber bahaya c. Memperhatikan jenis pertolongan d. Memperhatikan adanya bahaya susulan 2. Mengamankan tempat kejadian a. Memperhatikan penyebab kecelakaan b. Utamakan keselamatan diri sendiri c. Singkirkan
korban
dengan
cara
aman
dan
memperhatikan keselamatan diri sendiri ( dengan alat pelindung ) 3. Memberikan pertolongan a. Menilai kondisi korban dan tentukan status korban dan prioritas tindakan b. Periksa kesadaran, pernafasan, sirkulasi, darah dan gangguan local
18
c. Berikan pertolongan sesuai status korban: 1) Baringkan korban dengan kepala lebih rendah dari tubuh 2) Bila ada tanda henti nafas dan jantung berikan resusitasi jantung paru 3) Bila luka ringan obati seperlunya 4) Bila luka berat carikan pertolongan ke rs 4. SOP kecelakaan lalu lintas 1. Mendatangi Tempat Kejadian Perkara (TKP) dengan segera. 2. Menolong korban kecelakaan lalu lintas. 3. Mengamankan barang bukti. 4. Melakukan olah TKP. 5. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai saksi atau tersangka. 6. Melakukan penyidikan perkara kecelakaan lalu lintas. 7. Menyerahkan berkas perkara ke penuntut umum. (Satlantas Polresta Surakarta). 5. Penatalaksanaan kecelakaan lalu lintas Penanganan TKP laka lantas. Setelah tiba di TKP 1. Tutup dan amankan TKP kecelakaan lalulintas dan diharapkan agar setiap orang yang berada di TKP tetap
19
tinggal di TKP, untuk kepentingan pengumpulan keterangan dan bukti-bukti. 2. Bila ada korban segera beri pertolongan (P3K) sesuai dengan kondisi lukanya dan segera dibawa ke Rumah sakit terdekat dengan ambulance tetap memperhatikan kondisi kesehatan agar tidak bertambah parah. 3. Segera bagi tim untuk penaganan TKP seperti mengambil keterangan dari korban, mencatat saksisaksi, mengadakan pemotretan, mengumpulkan barang bukti dan mencatat keadaan lingkunagan sekitar TKP (Satlantas Polresta Surakarta). 6. Kategori penatalaksanaan Menurut Riwidikdo (2009) kategori skor penatalaksanaan: 1. Kategori baik yaitu mendapat nilai (x)>mean+1 SD 2. Kategori cukup yaitu mendapat nilai mean-1 SD < x < mean + 1 SD 3. Kategori kurang yaitu mendapat nilai (x)< mean – 1 SD
20
2.4 Kerangka Teori
Tingkat pengetahuan Polisi lalu lintas
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Prinsip pertolongan pertama kecelakaan
Tahu Memahami Analisis Aplikasi Sintesis Evaluasi
SOP Kecelakaan lalu lintas 1. Mendatangi Tempat (TKP) dengan segera.
Kejadian
Perkara
2. Menolong korban kecelakaan lalu lintas. 3. Mengamankan barang bukti.
1. Penolong mengamankan diri sendiri 2. Amankan korban sehingga babas dari bahaya 3. Tandai tempat kejadian sehingga orang lain tahu 4. Usahakan menghubungi ambulan atau rumah sakit terdekat 5. Tindakan pertolongan terhadap korban dalam urutan yang paling tepat.
4. Melakukan olah TKP. 5. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai saksi atau tersangka. 6. Melakukan penyidikan perkara kecelakaan lalu lintas. 7. Menyerahkan berkas perkara ke penuntut umum.
Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber: Cecep (2014), Margareta (2012), Notoatmodjo, (2003), Satlantas Polresta Surakarta
21
2.5 Kerangka Konsep Variabel Dependent Pengetahuan polisi tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas
Variabel Independent
Penatalaksanaan kecelakaan lalu lintas
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
2.6 Hipotesis H0
:Tidak ada hubungan pengetahuan polisi lalu lintas dengan penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta.
Ha
:Ada hubungan pengetahuan polisi lalu lintas dengan penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas Satlantas Polresta Surakarta.
22
2.7 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian yang akan diteliti yaitu: Table 2.1 Keaslian Penelitian NO 1.
2
NAMA PENELITI Elda Lunera Hutapea (2012)
JUDUL
METODE
Gambaran tingkat pengetahuan polisi lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) di kota Depok
Desain penelitian deskriptif sederhana, pengambilan sampel menggunakan total sampling,
HASIL
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 50% responden memiliki pengetahuan kurang, 30,4% responden memiliki pengetahuan cukup, 19,6% responden memiliki pengetahuan buruk, dan tidak ada responden yang memiliki kemampuan yang baik. Desain Tidak terdapat Lumangkun, Hubungan penelitiandeskriptif hubungan yang P.A.,Kumaat,L.T., karakteristik korelatif dengan signifikan dari Rompas Selfi polisi lalu pendekatan cross masing-masing (2014) lintas sectional. Sampel karakteristik dengan menggunakan total polisi lalu lintas tingkat pengetahuan sampling tehnik uji dengan tingkat data yang pengetahuan bantuan digunakan BHD di hidup dasar menggunakan uji Direktorat Lalu (bhd) chi-square. Lintas Polda Di Sulawesi Utara. direktorat lalu lintas polda Sulawesi Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif yaitu lebih menekankan analisisnya pada data-data numerik (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian
interensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan
menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Pada umumnya, penelitian kuantitatif merupakan penelitian sampel besar (Azwar, 2012). Jenis penelitian ini adalah correlation study yang memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan polisi lalu lintas tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas dengan penatalaksanaan kecelakaan lalu lintas. Penelitian ini menggunakanpendekatancross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. (Nursalam, 2013). 3.2. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2010).
23
24
Populasi pada penelitian ini adalah semua anggota polisi lalu lintas yang ada di Satlantas Polresta Surakarta berjumlah 162 orang.
b. Sampel Sampeladalahbagiandarijumlahdankarakteristik
yang
dimilikiolehpopulasitersebut. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakanteknik purposive sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki
peneliti,
sehingga
sampel
tersebut
dapat
mewakili
karekteristik populasi yang telah dikehendaki sebelumnya (Sugiono, 2009). Sampel penelitian ini adalah polisi unit laka berjumlah 12 orang dan polisi unit patroli 48 orang.Peneliti mengambil dua unit tersebut karena kedua unit tersebut bertugas langsung ke lapangan dan menangani langsung apabila terjadi kecelakaan lalu lintas.Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 49 polisi. Penentuan jumlah sampel digunakan perhitungan dengan rumus sebagai berikut : Rumuspenentuanbesarsampel (Nursalam, 2009) : N.z2.p.q n = d2(N-1) + z2.p.q 60.(1,96)2. 0,5. 0,5 =
(0,05)2. 59 + (1,96)2. 0,5. 0,5 57,624
=
25
1,1829 = 48,7 = 49 responden Keterangan : n = perkiraan besar sampel N = perkiraan besar populasi z = nilaistandar normal untuk α = 0,05 (1,96) p = perkiraan proporsi jika tidak diketahui dianggap 50% q = 1 - p (100% - p) d = tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05) 1. Kriteria Inklusi Menurut Notoatmojo (2005) kriteria inklusi adalah kriteria atau ciriciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. a. Polisi yang bertugas di unit Laka dan unit Patroli b. Polisi yang terjun langsung ke jalan 2. Kriteria Ekslusi Menurut Notoatmojo (2005) kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel. a. Polisi yang sedang menjalani cuti. b. Polisi yang ditugaskan di luar kota 9.3 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Satlantas Polresta Surakarta. Penelitian ini dilakukan pada 27 Februari 2015 – 21 Maret 2015.
26
9.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran Table 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran N o 1
Variabel
Definisi Operasional Pengetahuan Merupakan polisi lalu pemahaman lintas tentang polisi dalam pertolongan melaksanakan pertama pertolongan kecelakaan pertama lalu lintas kecelakaan (Variabel Independen)
Skala Ukur Alat ukur yang 1. Kategori baik Ordinal digunakan yaitu mendapat adalah kuesioner nilai antara dengan 20 (≥15) dari yang pernyataan, diharapkan dengan 2. Kategori cukup menggunakan yaitu mendapat skala Guttmann, nilai (11-14) dengan dari yang pertanyaan benar diharapkan salah, jawaban 3. Kategori nilai benar skor 1 dan (<11) jawaban salah skor 0.
2
Penatalaksan aan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas (Variabel Dependen)
Alat ukur yang 1. Kategori baik Ordinal digunakan yaitu mendapat adalah kuesioner nilai (≥16) dengan 20 2. Kategori cukup pernyataan, yaitu mendapat dengan nilai mean-1 SD menggunakan <x< mean + 1 skala Guttmann, SD (13-15) dengan 3. Kategori kurang pertanyaan benar yaitu mendapat salah, jawaban nilai (x)< mean benar skor 1 dan – 1 SD (< 13) jawaban salah skor 0.
Merupakan tindakan polisi dalam memberikan pertolongan pertama
Alat Ukur
Skor
27
3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data a. Alat Penelitian Instrumen penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti
laporan tentang hal-hal
yang ia ketahui
(Arikunto,2010). Kuesioner yang digunakan adalah keusioner tertutup dimana sudah disediakan
jawabannya
sehingga
responden
tinggal
memilih
(Arikunto,2010). Dalam penelitian ini keusioner yang digunakan adalah: a. Kuesioner A Kuesioner tingkat pengetahuan yaitu dengan 20 soal dengan tipe pernyataan benar salah dengan pernyataan positif (favorable) pada nomor
1,4,5,8,10,11,12,13,14,15,16,19,20
dan
negative
(unfavorable)pada nomor 2,3,6,7,9,17,18 dengan soal prinsip P3K (1,3,4,5,6,7,8,9,12,15,16)
dan
soal
pemberian
pertolongan
(2,10,11,13,14,17,18,19,20), skala ukur yang digunakan adalah skala guttman cara pengisian kuesioner dengan memberikan tanda centang (√) , apabila responden menjawab benar mendapat skor 1 dan menjawab salah skor 0, jika responden mampu mendapat nilai 15-20 dikategorikan baik, bila mendapat nilai 11-14 dikategorikan cukup, dan apabila mendapat nilai kurang dari 11 maka dikategorikan kurang.
28
b. Kuesioner B Kuesioner penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas tipe pernyataan benar salah dengan pernyataan positif (favorable) pada
nomor
(unfavorable)pada
1,2,3,5,6,10,12,15,16,17,18,19,20 nomor
3,4,7,8,9,11,12,14
dan
dengan
negative soal
SOP
kecelakaan (6,10,11,12) dan penatalaksanaan kecelakaan (1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 13,14, 15, 16, 17, 18, 19, 20), dengan menggunakan skala guttman, cara pengisian kuesioner dengan memberikan tanda centang (√), apabila mendapat nilai baik yaitu mendapat nilai 16-20, nilai cukup yaitu mendapat nilai 13-16, nilai kurang yaitu mendapat nilai <13. b. Mengukur Validitas dan reliabilitas instrumen 1) Validitas Menurut Nursalam (2013) validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrument harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas menggunakan rumus product moment, setelah itu diuji dengan menggunakan uji t dan baru dilihat penafsiran dari indeks korelasi. Untuk ta = 0,05 derajat kebebasan. Jika nilai t hitung > t tabel berarti valid dan jika t hitung
< t tabel maka tidak valid
(Hidayat,2007). Uji validitas menggunakan 30 responden dan
29
dilakukan di Satlantas Polresta Karanganyar yang memiliki kriteria inklusi yang sama dengan sampel penelitian.
rxy
N.∑XY - ∑Y.∑Y
=
√{N ∑X2 – (∑X)2 }{N∑Y2 – (∑Y)2} Keterangan : N : Jumlah responden rxy :Koefisien korelasi product moment x
: Skor pertanyaan
y : Skor total xy
: Skor pertanyaan dikalikan skor total Pada uji validitas dari 25 pernyataan didapatkan hasil 20 pernyataan
valid untuk kuesioner pertolongan pertama kecelakaan (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 15, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25) dan untuk penatalaksanaan kecelakaan dari 25 pernyataan didapatkan 20 pernyataan valid (1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 24, 25) dengan nilai >0,361. Item pernyataan yang tidak
valid dengan rata-rata nilai tidak valid pada kuesioner A adalah 0,195 dan rata-rata nilai tidak valid pada kuesioner B adalah 0,40 selanjutnya tidak diikutsertakan dalam item pernyataan kuesioner ini. 2) Reliabilitas Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
30
karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawabanjawaban tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan keyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2006). Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha Chronbach. Rumus Alpha Chronbach :
r11 =
K
K-1
1-
∑σb2 σ2t
Keterangan : r11 : Reliabilitas instrumen k
: Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σb2 : Jumlah varian butir σ2t : Varian total Hasil uji validitas kemudian diuji reliabilitas menggunakan alpha cronbach.Pernyataan yang tidak valid di uji validitas dan hanya pertanyaan yang valid yang diuji reliabilitas.Hasil uji reliabilitas pada pernyataan tingkat pengetahuan dengan jumlah 20 pernyataan didapatkan nilai alpha cronbach 0,863 yang berarti kuesioner tingkat pengetahuan
31
layak untuk digunakan.Dan pada hasil uji reliabilitas pada kuesioner penatalaksanaan dengan jumlah 20 pernyataan didapatkan nilai alpha cronbach 0,700 yang berarti kuesioner penatalaksanaan layak untuk digunakan. c. Cara Pengumpulan Data Tahap Pengumpulan Data 1. Tahap pertama, peneliti mengajukan surat permohonan penelitian kepada prodi S1 keperawatan 2. Tahap kedua, setelah mendapatkan surat ijin penelitian dari prodi peneliti mengajukan permohonan ijin penelitian kepada Satlantas Polresta Surakarta 3. Tahap ketiga, peneliti menyampaikan surat ijin penelitian dari Kasatlantas kepada unit Laka dan unit Patrolidi Satlantas Polresta Surakarta 4. Tahap keempat, peneliti melakukan survei kepada responden berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi 5. Tahap kelima, peneliti melakukan pendekatan kepada polisi dan memberikan inform consent untuk bersedia menjadi responden 6. Tahap keenam, peneliti membagikan kuesioner pengetahuan lalu dilanjutkan dengan memberikan kuesioer penatalaksanaan kepada responden 7. Tahap ketujuh, peneliti mengambil kembali kuesioner yang telah di bagikan dan diisi oleh responden di Satlantas Polresta Surakarta
32
8. Tahap kedelapan, peneliti mengolah data hasil kuesioner yang telah diisi oleh responden.
3.6. Pengolahan Data dan Analisa Data a. Pengolahan Data Menurut Notoatmojo (2003), setelah data terkumpul, maka langkah yang
dilakukan
berikutnya
adalah
pengolahan
data.
Sebelum
melaksanakan analisa data beberapa tahapan harus dilakukan terlebih dahulu guna mendapatkan data yang valid sehingga saat menganalisa data tidak mendapat kendala. Langkah-langkah pengolahan yaitu : 1. Editing atau mengedit data merupakan memeriksa pernyataan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data. Tujuan dari editing adalah untuk mengurangi kesalahan dan kekurangan yang ada dalam lembar pernyataan. Dalam penelitian ini peneliti akan memeriksa data tentang hasil dari kuesioner tentang pengetahuan dan penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas 2. Coding atau menkode data merupakan suatu metode untuk mengobservasi data yang dikumpulkan selama penelitian kedalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis terhadap hasil observasi yang dilakukan. Dalam penelitian ini data yang sudah melalui proses
33
editing diberikan kode data, dengan cara masing-masing responden setelah
mengisi
kuesioner
pengetahuan
dan
penatalaksanaan
pertolongan pertama kecelakaan pada saat itu juga diberi kode angka 1, 2, 3 dan seterusnya. 3. Entri data merupakan proses memasukkan data jawaban responden dalam bentuk kode kedalam software komputer. 4. Tabulasi merupakan proses mengklasifikasikan data menurut kriteria tertentu sehingga frekuensi dari masing-masing item.Dalam penelitian ini peneliti memasukkan semua jawaban (tingkat pengetahuan dengan penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas) yang sudah diberi skor kedalam tabel (skoring). b. Analisa Data 1. Analisa Univariat Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk distribusi yang dinarasikan (Notoatmojo, 2005).Analisa Univariat digunakan untuk menggambarkan pengetahuaan dan penatalaksanaan kecelakaan lalu lintas dijelaskan menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran persentase dan proporsi. 2. Analisa Bivariat Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui keterkaitan dua variabel, untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan penatalaksanaan dalam melakukan tindakan
34
pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas dilakukan uji Spearman Rank Correlatin karena skala data yang digunakan adalah ordinal dan ordinal. Jika nilai p value > 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak sehingga tidak ada hubungan pengetahuan polisi lalu lintas tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas dengan penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta. Jika nilai p value < 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga ada hubungan pengetahuan polisi lalu lintas tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas dengan penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta.
3.7. Etika Penelitian Menurut Nursalam (2009) masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut: 1. Informed Consent (persetujuan) Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menanda tangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus
35
menghormati hak responden. Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain: partisipai polisi, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dll. 2. Anonymity (tanpa nama) Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. 3. Confidentiality (kerahasiaan) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
Semua
informasi
yang
telah
dikumpulkan
dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan penatalaksanaan polisi lalu lintas dalam melakukan tindakan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta. Berdasarkan data yang diambil selama 23 hari pengambilan data yaitu pada tanggal 27 Februari 2015 sampai 21 Maret 2015 dengan 49 responden yang telah memenuhi kriteria. Dari kegiatan penelitian, didapatkan hasil sebagai berikut : 4.1 Analisis Univariat 4.1.1 Karakteristik responden Responden dalam penelitian ini adalah polisi yang ada di Satlantas Polresta Surakarta pada unit Patroli dan unit Laka yang telah sesuai dengan kriteria peneliti dan memiliki karakteristik yang beragam. Sesuai dengan hasil penelitian, diperoleh data karakteristik responden sebagai berikut: 4.1.1.1 Usia responden Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden Di Satlantas Polresta Surakarta (N=49) NO 1 2
Usia Responden 20 – 40 41 – 65 Total
Frekuensi 29 20 49
36
Persentase (%) 59 41 100
37
Pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa responden berusia 20 – 40 tahun, yaitu 59%. Responden berusia 41 – 65 tahun yaitu 41%, dan tidak ada responden yang berusia >65 tahun 4.1.1.2 Pendidikan responden Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden Di Satlantas Polresta Surakarta (N=49) No 1 2
Pendidikan SMA Perguruan Tinggi Total
Frekuensi 44 5 49
Presentase (%) 88 12 100
Pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa responden berpendidikan SMA, yaitu 88%.Responden yang berpendidikan Perguruan Tinggi yaitu 12%. 4.1.2 Tingkat Pengetahuan Polisi tentang Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu Lintas 4.1.3 Penatalaksanaan Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu Lintas Tabel 4.4 Penatalaksanaan Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu Lintas di Satlantas Polresta Surakarta (N=49) No 1 2 3
Kategori penatalaksanaan Baik Cukup Kurang Total
Pada
tabel
penatalaksanaan
4.4 baik,
dapat yaitu
Frekuensi
Persentase (%)
23 16 10 49
46,9 32,7 20,4 100
diketahui 46,9
%.
bahwa
responden
Responden
yang
memiliki memiliki
penatalaksanaan cukup yaitu 32,7%. Dan responden yang memiliki penatalaksanaan kurang yaitu 20,4%.
38
4.2 Analisa Bivariat 4.2.2 Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan Polisi Lalu Lintas Tentang Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu Lintas Dengan Penatalaksanaan Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu Lintas antara variabel dependen dan independen. Tabel 4.5 Hasil Uji Korelasi Spearman Rank tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan penatalaksanaan polisi dalam melakukan tindakan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas (N=49) No 1 2 3
Pengetahuan
Total
Baik Cukup Kurang
Penatalaksanaan Baik Cukup Kurang 15 8 1 8 7 9 0 1 0 23 16 10
Total 24 24 1 49
R
P
0,384
0,006
Pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa responden mempunyai pengetahuan baik dan penatalaksanaan baik, yaitu 15 responden.Responden yang memiliki pengetahuan cukup dan penatalaksanaan kurang yaitu 9 responden, dan responden yang memiliki pengetahuan kurang dan penatalaksanaan cukup yaitu 1 responden. Berdasarkan hasil pengolahan data yang menggunakan perhitungan korelasi Spearman Rank dengan bantuan program komputer menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0,006 lebih kecil dari nilai α=0,05 didapatkan nilai korelasi spearman rank = 0,384 termasuk dalam kategori sedang dengan arah korelasi positif maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan pengetahuan polisi lalu lintas tentang
39
pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas dengan penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta.
BAB V PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada polisi di Satlantas Polresta Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan penatalaksanaan kecelakaan lalu lintas. Penelitian ini seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan polisi lalu lintas
tentang
pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas dengan penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta. Hasil penelitian ini menguraikan pengetahuan polisi lalu lintas tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta, penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta, dan hubungan pengetahuan polisi lalu lintas tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas dengan penatalaksanaan kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta. Pembahasan dalam penelitian ini dapat kita lihat di bawah ini: 5.4 Pengetahuan
Polisi
Lalu
Lintas
Tentang
Pertolongan
Pertama
Kecelakaan Lalu Lintas Di Satlantas Polresta Surakarta Tingkat pengetahuan polisi lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta, responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 24 respoden atau sebesar 49%, responden yang mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 24
40
41
responden atau sebesar 49%, dan responden dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 1 responden atau sebesar 2%. Berdasarkan teori dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh polisi lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas memiliki kategori baik, cukup, dan kurang. Tetapi sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik dan cukup tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas, hal ini dikarenakan sebagian besar polisi mengetahui pertolongan pertama yang harus dilakukan ketika terjadi kecelakaan dan menurut salah satu responden ada pula 5 polisi yang telah mengikuti pelatihan pertolongan pertama kecelakaan yang diselenggarakan oleh dinas kesehatan. Di Satlantas Polresta Surakarta responden yang memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 24 responden atau 49% hal ini dipengaruhi oleh sudah terpaparnya informasi mengenai pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas dari pelatihan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas dan SOP pertolongan pertama kecelakaan. Responden yang memiliki pengetahuan cukup yaitu sebanyak 24 responden atau sebesar 49% hal ini dipengaruhi oleh informasi dari sesama polisi yang sudah melakukan pelatihan pertolongan pertama kecelakaan dan SOP pertolongan pertama kecelakaan, dan responden yang memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 1 responden atau sebesar 2% hal ini dipengaruhi karena responden malas mempelajari SOP kecelakaan lalu lintas.
42
Ketika dilakukan wawancara kepada salah satu anggota polisi di Satlantas Polresta Surakarta mengatakan bahwa “ketika terjadi kecelakaan dan korban tidak sadar polisi memeriksa pernafasan dan denyut nadi korban, dan apabila memungkinkan polisi melakukan pemberian nafas buatan dan segera di larikan ke rumah sakit terdekat.Pada korban dengan luka ringan polisi hanya memberikan pertolongan, misal dengan memberikan betadine dan membalut luka korban”. Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2007) Pengetahuan tentang pertolongan pertama kecelakaan diperoleh polisi di Satlantas Polresta Surakarta dari SOP kecelakaan lalu lintas, selain itu juga diperoleh dari pelatihan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas dan juga informasi dari teman yang sudah mengikuti pelatihan pertolongan pertama kecelakaan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahardyan dan Murdeani (2006)
yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat
pengetahuan responden tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas maka semakin baik dalam melakukan tindakan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas. Karena itu dari pengalaman dan penelitian terbukti
43
perilaku yang didasaripengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari ilmu pengetahuan.
5.5 Penatalaksanaan Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu Lintas Di Satlantas Polresta Surakarta Pada penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas di dapatkan hasil bahwa 23 responden atau sebesar 46,9 % memiliki kemampuan penatalaksanaan baik, 16 responden atau sebesar 32,7 % memiliki kemampuan penatalaksanaan cukup, dan 10 responden atau sebesar 20,4 % memiliki kemampuan penatalaksanaan kurang. Berdasarkan teori dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta memiliki kategori baik, cukup dan kurang. Tetapi sebagian besar responden memiliki kemampuan baik tentang penatalaksanaan kecelakaan lalu lintas , Hal ini ditandai dengan rata-rata polisi mampu menjawab soal dengan score ≥ 15 dari klasifikasi dan sebagian besar responden sudah mengetahui bagaimana penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas dan setiap polisi lalu lintas telah dibekali dengan SOP kecelakaan lalu lintas, sehingga ketika terjadi kecelakaan polisi dapat menolong korban sesuai dengan SOP. Sebanyak 23 responden atau sebesar 46,9% memiliki penatalaksanaan baik hal ini dikarenakan oleh responden memahami, dan mempelajari SOP kecelakaan yang berlaku dan ketika terjadi kecelakaan polisi menjalankan
44
SOP tersebut. Polisi yang memiliki penatalaksanaan cukup yaitu sebanyak 16 responden atau sebesar 32,7%, hal ini dipengaruhi oleh pemahaman polisi tentang SOP kecelakaan dan ketika terjadi kecelakaan polisi melaksanakan apa yang ada di SOP tersebut. Sedangkan polisi yang memiliki penatalaksanaan kurang yaitu sebanyak 10 responden atau sebesar 20,4%, polisi dengan penatalaksanaan cukup hanya menjalankan SOP saja tanpa memahami SOP yang harus dilaksanakan ketika terjadi kecelakaan. Menurut Cecep (2014) Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah upaya pertolongan dan perawatan sementara terhadap korban kecelakaan sebelum mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari dokter atau paramedik. Ini berarti pertolongan tersebut bukan sebagai pengobatan atau penanganan yang sempurna, tetapi hanyalah berupa pertolongan sementara yang dilakukan oleh petugas P3K (petugas medik atau orang awam) yang pertama kali melihat korban. Pemberian pertolongan harus secara cepat dan tepat dengan menggunakan sarana dan prasarana yang ada di tempat kejadian. Tindakan P3K yang dilakukan dengan benar akan mengurangi cacat atau penderitaan dan bahkan menyelamatkan korban dari kematian, tetapi bila tindakan P3K dilakukan tidak baik malah bisa memperburuk akibat kecelakaan bahkan menimbulkan kematian ( Islami, 2009). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Damping (2012), bahwa adapengaruh penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan terhadaptingkat kepuasan korban kecelakaan lalu lintas. Pelayanansuatu jasa
45
yang berhubungan dengan berbagaiaspek diantaranya mutu pelayanan yang diberikan,kecepatan pemberian pelayanan, prosedur sertasikap yang diberikan oleh pemberi pelayanankesehatan dalam penelitian ini adalah polisi itu sendiri.
5.6 Hubungan Pengetahuan Polisi Lalu Lintas Tentang Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu Lintas Dengan Penatalaksanaan Kecelakaan Lalu Lintas Di Satlantas Polresta Surakarta Adanya hubungan pada kedua variabel ditujukkan dari hasil uji spearman rank dengan tingkat kesalahan 0,05 didapatkan nilai korelasi spearman rank = 0,384 termasuk dalam kategori sedang dengan arah korelasi positif dan nilai p= 0,006. Karena nila p < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga ada hubungan pengetahuan polisi lalu lintas tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas dengan penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta. Polisi yang memiliki pengetahuan baik tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas dan penatalaksanaan lalu lintas sebanyak 15 orang, hal ini dikarenakan sebagian besar responden mengetahuai cara menolong korban ketika terjadi kecelakaan dan setiap polisi lalu lintas telah dibekali SOP kecelakaan lalu lintas, sehingga ketika terjadi kecelakaan lalu lintas polisi dapat melaksanakan SOP yang telah ditentukan. Penelitian ini diperkuat oleh penelitian Lupy (2014), yang mengatakan pengetahuan polisi lalu lintas dalam pertolongan pertama kecelakaan lalu
46
lintas dapat dikatakan semakin baik, maka semakin baik pula dalam penatalaksanaaan
pada
korban
atau
dalam
melaksanakan
tindakan
pertolongan pertama kecelakaan. Polisi di Satlantas Polresta Surakarta sudah memahami dengan baik tentang pertolongan pertama kecelakaan.Hal ini ditujukkan dalam pengisian kuesioner tingkat pengetahuan dengan benar sebanyak 88%, sehingga pengetahuan yang baik mempengaruhi penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakan.Sedangkan penatalaksanaan pertolongan pertama yang dilakukan oleh polisi menunjukkan dalam kategori baik. Hal ini dapat diketahui pada pengisian kuesioner terbanyak masuk pada kategori baik, yaitu sebesar 23 responden atau 46,9 %. Pada penelitian ini kekuatan hubungan menurut Colton mengenai pengetahuan polisi lalu lalu lintas tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas dengan penatalaksanaan kecelakaan lalu lintas dikatakan dalam kategori sedang. Hal ini dikarenakan oleh responden sudah terpapar informasi mengenai pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas dan 5 orang responden telah mengikuti pelatihan pertolongan pertama kecelakaan, selain itu setiap polisi juga telah dibekali SOP pertolongan kecelakaan lalu lintas. Baiknya pengetahuan dan penatalaksanaan kecelakaan diakibatkan oleh polisi lalu lintas telah dibekali dengan SOP penanganan kecelakaan lalu lintas, sehingga polisi lalu lintas dapat mengaplikasikan SOP tersebut ketika terjadi kecelakaan dan pelatihan yang dilakukan oleh dinas kesehatan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Silitonga (2012), Pengetahuan
47
yang baik diharapkan dapat mempengaruhi penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas. Menurut Herwindasari (2014) menyatakan bahwa semakin baik pengetahuan ibu maka penatalaksanaan awal diare yang akan dilakukan oleh ibu akan semakin baik pula. Dalam penelitian Ali (2003) menyebutkan menyebutkan adanya hubungan antara pengetahuan dengan praktek penatalaksanaan penderita diare. Menurut Herman (2014) sebagian besar perawat yang memiliki pengetahuan baik tentang kejang demam, maka baik pula penanganan kejang demam yang dilakukan. Sehingga dapat dikatakan pengetahuan perawat tentang kejang demam berhubungan dengan penanganan kejang demam pada anak.
BAB VI PENUTUP
6.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 6.1.1 Tingkat pengetahuan polisi lalu lintas tentang pertolongan pertama kecelakaan di Satlantas Polresta Surakarta sebagian besar memiliki pengetahuan baik sebanyak 24 polisi dan cukup sebanyak 24 polisi tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas yaitu sebanyak 49,0%. 6.1.2 Penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas oleh polisi lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta sebagian besar polisi memilikin penatalaksanaan baik tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas yaitu sebesar 46,9% atau sebanyak 23 polisi. 6.1.3 Ada hubungan pengetahuan polisi lalu lintas tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas dengan penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta. 6.2
Saran
6.2.1 Satlantas Polresta Surakarta Satlantas Polresta Surakarta diharapkan dapat bekerja sama dengan instansi kesehatan di wilayahnya untuk melakukan pelatihan tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas kepada semua anggota polisi yang bertugas di Satlantas Polresta Surakarta. Diharapkan semua polisi
48
49
lalu lintas mempunyai pengetahuan dan penatalaksanaan yang baik tentang pertolongan pertama kecelakaan. Dan bagi polisi yang masih dalam pendidikan diharapkan dapat meningkatkan skill atau ketrampilan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas sehingga ketika terjadi kecelakaan dapat berpartisipasi dalam menolong korban kecelakaan lalu lintas. 6.2.2 Pelayanan Kesehatan Perawat dapat melakukan primery survey secara komprehensif dan petugas kesehatan lain dapat melanjutkan pemberian pelayanan pertolongan pertama kecelakaan di instansi kesehatan dengan cepat. 6.2.3 Peneliti lain Peneliti lain dapat melakukan penelitian yang sama tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas dengan mengubah metode yang digunakan, supaya dapat menggali informasi lebih dalam tentang penatalaksanaan kecelakaan lalu lintas. Peneliti lain juga dapat menambahkan ketrampilan polisi tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas dalam hal ambulasi ataupun pemberian bantuan nafas, sehingga peneliti dapat mengetahui ketrampilan yang dimiliki polisi lalu lintas tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. (2003). Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Praktik Ibu Balita dalam Penatalaksanaan Penderita Diare di Puskesmas Siwalan Kabupaten Pekalongan. Skripsi Arikunto, S. (2010).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Azwar, S. (2012).Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bahrami, M.A., Maleki, A., Ezzatabadi, M.R., Askari, R., dan Tehrani, G.H. (2011). Pre-hospital emergency medical services in developing countries: a case study about EMS response time in Yazd, Iran. Iranian Red Cresent Medical Journal, 13(10):735-738. Bastian, Travilla A. (2008).Hubungan Pengetahuan Dengan PraktikPencegahan Kecelakaan Pada Orang Tua Yang Mempunyai Anak Usia Sekolah Di SD Negeri Pandeyan Yogyakarta. Skripsi . Cecep D. S .(2014). Keselamatan dan kesehatan kerja.Yogyakarta. Gosyen publishing Damping , Hendrik .H. (2012). Pengaruh Penatalaksanaan Terapi Latihan Terhadap
Kepuasan Pasien Fraktur Di Irina A Blu Rsup Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Manado.VOL 1 NO. 1
Hidayat.(2007). Metodologi penelitian kesehatan.Jakarta : Bineka cipta. Herman , Mulyadi, Amatus. (2014). Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Kejang Demam Dengan Penanganan Kejang Demam Pada Anak Di Instalasi Rawat Darurat Anak (Irda) Dan Ruang Perawatan Intensif (Rpi) Irina E Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Universitas Sam Ratulangi Manado Herwindasari ,E. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Penatalaksanaan Awal Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II Pontianak Tahun 2013. Universitas Tanjuungpura. Pontianak Islami.(2009). Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pertolongan Pertama Kecelakaan Anak Di Rumah Desa Sumber Girang RW 1 Lasem Rembang.(diakses 31 desember 2014).
http://ejournal.stikesmuhkudus.ac.id/index.php/karakter/article/view/ 38. Lunera,E.H. (2012). Gambaran tingkat pengetahuan polisi lalu lintas tentang bantuan hidup dasar (BHD) di kota Depok. Skripsi.Universitas Indonesia.Depok. Lumangkun, P. E., Kumaat ,L. T. &Rompas Sefti. (2014). hubungan karakteristik polisi lalu lintas dengan tingkat pengetahuan Bantuan Hidup Dasar.E-Jurnal Keperawatan.Vol 2.No.2. Lupy, Ivon Kristi. (2014). Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Hipovolemik Dengan Penatalaksanaan Pasien Di Instalasi Gawat Darurat Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Universitas Sam Ratulangi Manado.
Margareta, Shinta. (2012). Buku Cerdas P3K: 101 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.Yogyakarta : Niaga Swadaya. Notoatmojo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta. Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Ilmu kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Rineka Cipta. Jakarta. Notoatmojo, S. (2005).Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmojo, S. (2010). Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi (Edisi Revisi 2011). Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika. Priyatno, Duwi. (2012). Belajar Praktis Analisis Parametrik Dan Non Paramedik Dengan Spss Dan Prediksi Pertanyaan Pendadaran Skripsi Dan Tesis. Yogyakarta: Gaya Medika. Rahardyan & Murdechi. (2006). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Teknik Perawatan Luka Post Operasi Dengan Pencegahan Infeksi Nosokomial Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Soekanto. Artikel Ilmiah.
Riwidikdo, H. (2009). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Media Cendekia Press. Sayekti, Rahadyan & vitalis.(2008). Estimasi Prevalensi Kecelakaan Lalu Lintas Dengan Metode Capture-Recapture.Berita Kedokteran masyarakat. 24,16-24. Diakses 25 November 2014. Silitonga E, Lufthiani. (2012). Pengetahuan Ibu Dalam Penatalaksanaan Gizi Seimbang Pada Keluarga Di Desa Siborboron Kabupaten Humbang Hasundutan.Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Sugiono.(2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Edisi 12. Bandung: Alfabeta. Suriadi, Awaludin.(2013). Membangun Citra Polisi Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Pelanggaran Lalu Lintas di Polres Wajo (Suatu Kajian Sosiologi Hukum.Skripsi. Universitas Hasanudin. Makasar. Titin, silvia. (2010). Buku Pintar P3K.Yogyakarta : Tiara Pustaka.