HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWA AKBID TINGKAT I STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh: Inna Antriana, S.SiT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YPIB MAJALENGKA
ABSTRAK Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) merupakan salah satu langkah deteksi dini untuk menemukan kanker payudara stadium awal yang akan lebih efektif jika dilakukan sedini mungkin, sebab 85% kelainan di payudara justru pertama kali dikenali oleh penderita bila tidak dilakukan penapisan secara massal. Hasil studi pendahuluan 40% mahasiswa tidak pernah melakukan SADARI dengan rutin setelah haid. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada Mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka. Jenis penelitian yang digunakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel penelitiannya yaitu seluruh Mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka sebanyak 51 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah (56,9%) perilaku mahasiswa dalam pemeriksaan payudara sendiri berkategori baik, lebih dari setengah (60,8%) pengetahuan mahasiswa baik dan lebih dari setengah (54,9%) sikap mahasiswa positif. Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada Mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka. Disarankan perlu adanya upaya dari pihak kampus selain pemberian mata kuliah juga perlu adanya kegiatan seminar atau diskusi ilmiah mengenai kesehatan reproduksi pada remaja khususnya mengenai SADARI sebagai upaya mendeteksi dini kanker payudara. Kata kunci Literatur
: Pengetahuan, Sikap, SADARI : 19 Sumber
A. PENDAHULUAN
Pembangunan nasional pada hakikatnya bertujuan untuk menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) guna mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin yang lebih selaras. Untuk mencapai tujuan tersebut, bangsa Indonesia telah melakukan berbagai upaya salah satunya adalah upaya dalam pembangunan kesehatan. Salah satu sasaran pembangunan kesehatan adalah mewujudkan generasi muda yang sehat sebagai SDM yang produktif dan berkualitas. Upaya untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan meningkatkan kesehatan remaja (Ikatan Dokter Indonesia, 2012). Kesehatan remaja merupakan salah satu parameter penentu keberhasilan pembangunan bangsa. Remaja termasuk salah satu kelompok masyarakat yang hampir selalu diasumsikan dalam keadaan sehat. Padahal banyak remaja yang meninggal sebelum waktunya, salah satunya akibat penyakit yang sebenarnya bisa dicegah atau diobati. Pada masa remaja terjadi perubahan baik fisik maupun psikis yang menyebabkan remaja dalam kondisi rawan pada proses pertumbuhan dan perkembangannya. Masa ini merupakan masa terjadinya proses awal pematangan organ reproduksi dan perubahan hormonal yang nyata. Remaja menghadapi berbagai masalah yang kompleks terkait dengan perubahan fisik, kecukupan gizi, perkembangan psikososial, emosi dan kecerdasan yang akhirnya menimbulkan konflik dalam dirinya yang kemudian memengaruhi kesehatannya. Salah satu penyakit yang dapat mempengaruhi kualitas hidup remaja khususnya perempuan adalah 2008).
kanker
payudara
(Wong,
Kanker payudara merupakan kanker yang paling sering pada perempuan dan merupakan penyebab kematian kedua akibat kanker pada wanita, setelah kanker leher rahim. Menurut WHO, diperkirakan sekitar 519.000 wanita meninggal di tahun 2010 karena kanker payudara. Sedangkan data dari American Cancer Society, sekitar 1,3 juta wanita terdiagnosis kanker payudara, dan tiap tahunnya di seluruh dunia kurang lebih 465.000 wanita meninggal karena penyakit ini (American Cancer Society, 2013). Insidens kanker di Indonesia masih belum diketahui secara pasti, karena belum ada registrasi kanker berbasis populasi yang dilaksanakan. Data dari International Agency Research on Cancer (IARC) Globocan 2011, didapatkan estimasi insidens kanker payudara di Indonesia sebesar 36 per 100.000 perempuan. Sedangkan data dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia pada tahun 2012 diketahui bahwa kanker payudara menempati urutan pertama pasien rawat inap (16,85%) dan pasien rawat jalan (21,69%) atau lebih tinggi dibandingkan dengan kanker leher rahim (17%) (Kementerian Kesehatan RI, 2012). Kasus kanker payudara di beberapa rumah sakit di Jawa Barat juga terus meningkat, pada tahun 2005 tercatat ada 221 kasus, lalu pada tahun 2011 naik tiga kali lipat menjadi 812 kasus. Penatalaksanaan keganasan kanker payudara telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, walaupun demikian angka kematian dan angka keganasan kanker payudara masih tetap tinggi, hal ini disebabkan penderita ditemukan pada stadium lanjut, maka dalam hal ini deteksi dini dan diagnosis keganasan memegang peranan sangat penting untuk memperbaiki prognosis disamping faktor klinis lainnya (Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2012). Survei yang dilakukan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta pada tahun 2008 menunjukkan 80% masyarakat tidak mengerti pentingnya pemeriksaan dini payudara. Sebanyak 70% kasus kanker payudara ditemukan dalam stadium lanjut sehingga angka kesintasannya rendah. Hal ini dikarenakan masih rendahnya kesadaran, pengertian, dan pengetahuan masyarakat tentang kanker payudara, sementara penanganan kanker payudara secara lintas sektoral belum mendapat prioritas dari pemerintah (Soejipto, 2008). Prognosis kanker payudara tergantung pada tingkat pertumbuhan. Pada tumor ukuran kecil tindakan bedah kuratif dapat diharapkan, sekalipun kemungkinan sifat unpredictable tidak dapat diabaikan. Oleh sebab itu, penanggulangan kanker payudara dititikberatkan pada deteksi tumor stadium dini yang biasanya berukuran kecil (Manuaba, 2010). SADARI merupakan salah satu langkah deteksi dini untuk menemukan kanker payudara stadium awal yang akan lebih efektif jika dilakukan sedini mungkin, sebab 85% kelainan di payudara justru pertama kali dikenali oleh penderita bila tidak dilakukan penapisan secara massal (Suririnah, 2009). SADARI sebaiknya dilakukan setiap kali selesai menstruasi yaitu hari ke-7 sampai ke-10 terhitung hari pertama haid, karena pada saat ini pengaruh hormonal estrogen dan progesteron sangat rendah dan jaringan kelenjar payudara saat itu tidak membengkak sehingga lebih mudah meraba adanya tumor ataupun kelainan pada payudara (Dwi, 2009). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada mahasiswa Akbid
Tingkat I STIKes YPIB Majalengka dari 10 orang diketahui bahwa yang menyatakan tidak pernah melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dengan rutin sebanyak 4 (40%) dan yang kadang-kadang sebanyak 4 orang (40%) dan 3 orang (30%) sering melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Berdasarkan hal tersebut penulis melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada Mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka. Sehingga diharapkan dengan pengetahuan yang baik, terutama bagi usia remaja bisa melakukan pencegahan dan deteksi dini kanker payudara dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Pendekatan cross sectional yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktorfaktor dengan efek dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja (Notoatmodjo, 2010:86). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka tahun ajaran 2013/2014 berjumlah sebanyak 55 orang. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling. Namun, pada saat pengumpulan data jumlah mahasiswa yang hadir hanya ada 51 orang. Analisis bivariat menggunakan uji hipotesis yaitu uji chi square pada nilai α = 0,05.
C. HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat a. Gambaran Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka No 1 2
Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Baik Kurang Jumlah
Berdasarkan tabel 4.1, diketahui bahwa perilaku mahasiswa dalam pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dengan kategori baik sebanyak 29 orang (56,9%) dan mahasiswa yang berperilaku kurang sebanyak 22 orang (43,1%).
f
%
29 22 51
56.9 43.1 100,0
Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah (56,9%) perilaku mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka dalam pemeriksaan payudara sendiri berkategori baik.
b. Gambaran Pengetahuan tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka No 1 2
Pengetahuan tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Baik Kurang Jumlah
Berdasarkan tabel 4.2, diketahui bahwa pengetahuan mahasiswa tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dengan kategori baik sebanyak 31 orang (60,8%) dan mahasiswa yang berpengetahuan kurang sebanyak
f
%
31 20 51
60.8 39.2 100,0
20 orang (39,2%). Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah (60,8%) pengetahuan mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka tentang pemeriksaan payudara sendiri berkategori baik.
c. Gambaran Sikap tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka No 1 2
Sikap tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Positif Negatif Jumlah
f
%
28 23 51
54.9 45.1 100,0
Berdasarkan tabel 4.3, diketahui bahwa sikap mahasiswa tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dengan kategori positif sebanyak 28 orang (54,9%) dan mahasiswa yang bersikap negatif sebanyak 23 orang (45,1%). Hal ini
menunjukkan bahwa lebih dari setengah (54,9%) sikap mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka tentang pemeriksaan payudara sendiri berkategori positif.
2. Analisis Bivariat a. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka
No
1 2
Pengetahuan mahasiswa Baik Kurang Jumlah
Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Baik Kurang n % n % 22 71,0 9 29,0 7 35,0 13 65,0 29 56,9 22 43,1
Berdasarkan tabel 4.4, dapat diketahui bahwa proporsi mahasiswa yang berpengetahuan baik dengan perilaku baik dalam pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sebesar 71,0%, sementara proporsi mahasiswa yang berpengetahuan baik dengan perilaku kurang dalam pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sebesar 35,0%. Hal tersebut menunjukkan bahwa proporsi mahasiswa yang berpengetahuan baik dengan perilaku baik dalam pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) lebih
Jumlah n 31 20 51
% 100 100 100
value
0.025
tinggi dibanding proporsi mahasiswa yang berpengetahuan baik dengan perilaku kurang dalam pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Perbedaan proporsi tersebut menunjukkan hubungan yang bermakna yang terbukti dari value = 0,025 ( value < α) sehingga hipotesis nol ditolak yang berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada Mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka.
b. Hubungan Sikap dengan Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri Jumlah Sikap (SADARI) No mahasiswa value Baik Kurang n % n % n % 1 Positif 20 71.4 8 28.6 28 100 2 Negatif 9 39.1 14 60.9 23 100 0.042 Jumlah 29 56.9 22 43.1 51 100 Berdasarkan tabel 4.4, dapat mahasiswa yang bersikap positif diketahui bahwa proporsi dengan perilaku baik dalam
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sebesar 71,4%, sementara proporsi mahasiswa yang bersikap positif dengan perilaku kurang dalam pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sebesar 39,1%. Hal tersebut menunjukkan bahwa proporsi mahasiswa yang bersikap positif dengan perilaku baik dalam pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) lebih tinggi dibanding proporsi mahasiswa yang bersikap positif dengan perilaku kurang dalam pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Perbedaan proporsi tersebut menunjukkan hubungan yang bermakna yang terbukti dari value = 0,042 ( value < α) sehingga hipotesis nol ditolak yang berarti ada hubungan antara sikap dengan perilaku pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada Mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka.
D. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada Mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka. Adanya hubungan hal ini dapat dikarenakan bahwa semakin baik pengetahuan mahasiswa maka dia akan melakukan cara SADARI sesuai dengan teori. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Notoatmodjo (2003:127) yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang penting akan terbentuknya tindakan seseorang. Demikian pula menurut teori Sudarma (2008:29) yang menyatakan bahwa pengetahuan mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal bagi seseorang dalam berperilaku. Namun perlu diperhatikan bahwa perubahan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku, walaupun hubungan positif antara variabel pengetahuan dan variabel perilaku telah banyak diperlihatkan. Menurut Bambang (2008) bahwa pengetahuan merupakan justified true believe. Seorang individu membenarkan (justifies) kebenaran atas kepercayaannya berdasarkan
hasil observasinya. Hasil pengetahuannya tersebut akan menjadi dasar bagi tindakannya.Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Handayani (2008) mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan perilaku para wanita dewasa awal dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri di Kelurahan Kalangan Kecamatan Pedan Klaten yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku para wanita dewasa awal dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Putri (2011) mengenai hubungan pengetahuan dan sikap remaja putri tentang sadari terhadap perilaku SADARI di MA KMI Diniyyah Puteri Padang Panjang Bulan FebruarI 2011 menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku SADARI. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Nugrahini (2011) mengenai hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku SADARI pada mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak berhubungan dengan perilaku SADARI pada mahasiswa. Adanya kaitan pengetahuan dengan perilaku SADARI, maka penting setiap mahasiswamempunyai pengetahuan yang baik tentang SADARI. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan informasi secara informal melalui diskusi atau seminar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan perilaku pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada Mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka. Hal ini dapat dikarenakan semakin positif sikap mahasiswa tentang SADARI maka semakin besar kecenderungan mahasiswa untuk melakukan SADARI. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Azwar (2010) bahwa sikap seseorang tentang sesuatu hal akan mempengaruhi tindakannya. Sikap baik positif maupun negatif tergantung dari pemahaman individu tentang suatu hal tersebut, sehingga sikap ini selanjutnya akan mendorong individu melakukan perilaku tertentu pada saat dibutuhkan, tetapi kalau sikapnya negatif, justru akan menghindari untuk melakukan perilaku tersebut. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Septiani (2012) mengenai faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada siswa SMAN 62 Jakarta 2012 yang menyatakan bahwa ada hubungan sikap dengan perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Handayani (2008) mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan perilaku para wanita dewasa awal dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri di Kelurahan Kalangan Kecamatan Pedan Klaten yang menyatakan bahwa ada hubungan antara sikap dengan perilaku para wanita dewasa awal dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri.
Sikap yang positif terhadap SADARI sangat penting karena akan mempengaruhi tindakan SADARI oleh mahasiswa, sehingga upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara memberikan informasi yang baik pada mahasiswa dengan cara-cara yang efektif seperti diskusi kelompok remaja dan sebagainya. E. KESIMPULAN 1. Lebih dari setengah (56,9%) perilaku mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka dalam pemeriksaan payudara sendiri berkategori baik. 2. Lebih dari setengah (60,8%) pengetahuan mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka tentang pemeriksaan payudara sendiri berkategori baik. 3. Lebih dari setengah (54,9%) sikap mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka tentang pemeriksaan payudara sendiri berkategori positif. 4. Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada Mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka. 5. Ada hubungan antara sikap dengan perilaku pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada Mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka.
B. SARAN Profesi kebidanan diharapkan dapat memberikan perhatian kepada pendidikan kesehatan wanita khususnya mengenai deteksi dini kanker payudara. Pemberian informasi atau pendidikan kesehatan tentang metode deteksi dini kanker payudara dan manfaatnya kepada bidan dalam membantu memajukan keterampilan mereka dalam melakukan pemeriksaan payduara sendiri serta memperluas peran mereka sebagai pendidikan klien, dan untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa mengenai SADARI maka perlu adanya upaya dari pihak kampus selain pemberian mata kuliah juga perlu adanya kegiatan seminar atau diskusi ilmiah mengenai kesehatan reproduksi pada remaja khususnya mengenai SADARI sebagai upaya mendeteksi dini kanker payudara.
DAFTAR PUSTAKA American Cancer Sociaty. (2013). Breast cancer : Statistic of breast cancer 2013. Available at: http://www.cancer.org/cancer/detailuide/breast-cancer-statistic-2013. Arikunto, (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar. (2010). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta. Pustaka Setia. Bambang. (2008). Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi. Dwi, dkk. (2009). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Medika. Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2012). Pembangunan Remaja sebagai Sumber Daya Manusia. http://www.idai.or.id/saripediatri/abstrak.asp?q=678, Kementerian Kesehatan RI. (2012). Menuju Indonesia Sehat. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Maulana. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan Teori dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Intan, dkk (2012). Kesehatan Reproduksi untuk Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Suririnah. (2009). Faktor Yang Mempengaruhi remaja dalam SADARI. Sutjipto. (2008). Permasalah Deteksi Dini dan Pengobatan Kanker Payudara. Varney (2007). Asuhan Kebidanan Buku 2 Volume 4. Jakarta:EGC Wawan, A. dan Dewi, M. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Jakarta. Nuha Medika. Yani, dkk. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya