1.1.
HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN DENGAN SIKAP BERWIRAUSAHA
Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia saat ini sedang mengalami
keterpurukan, dimana krisis ekonomi yang berkepanjangan telah
Oleh : Nugraha Saefudin dan Restu Adtyawarman
menyebabkan beragam permasalahan yang kompleks, mulai dari ABSTRAK
pengurangan jumlah karyawan yang dilakukan oleh sejumlah
Perekonomian Indonesia saat ini sedang mengalami keterpurukan, dimana krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan beragam permasalahan yang kompleks, mulai dari pengurangan jumlah karyawan yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan berupa pemutusan hubungan kerja (PHK) sampai dengan penutupan usaha. Untuk mengatasi keadaan tersebut adalah dengan menumbuhkembangkan kewirausahaan dan sebagai salah satu cara untuk memiliki sikap berwirausaha adalah dengan mengikuti diklat kewirausahaan. Penelitian dilakukan dalam rangka penulisan skripsi yang berjudul : “Hubungan Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan dengan Sikap Berwirausaha Santri mukim Daarut Tauhiid Bandung”. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tersebut adalah untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dengan sikap berwirausaha santri mukim Daarut Tauhiid Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melalui penyebaran kuesioner pada santri mukim Daarut Tauhiid Bandung. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji statistik nonparametrik yaitu uji korelasi Rank Spearman. Dari hasil analisis rank spearman di peroleh rs sebesar 0,613 yang menunjukkan adanya hubungan yang cenderung kuat antara pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dan sikap berwirausaha santri mukim. Untuk menguji tingkat signifikan digunakan uji t, maka dihasilkan t hitung sebesar 5,028 lebih besar dari t tabel yaitu 1,682, maka hipotesis yang penulis ajukan yaitu : “Terdapat hubungan antara pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dengan sikap berwirausaha santri mukim”, dapat diterima.
dengan
penutupan
lapangan
133
usaha.
pekerjaan
Kondisi
menjadi
tersebut
semakin
menyebabkan
menyempit
dan
memperkecil kemungkinan penampungan tenaga kerja yang pada akhirnya akan berimplikasi pada jumlah pengangguran yang semakin
hari
semakin
bertambah.
Hal
ini
terjadi
karena
perusahaan tidak mampu mengelola berbagai peluang maupun sumber daya sekitarnya terutama sumber daya manusianya secara kreatif dalam menciptakan nilai tambah bagi dirinya maupun bagi perusahaannya secara berkelanjutan. Mengingat faktor sumber daya manusia merupakan suatu aset yang sangat penting di dalam pencapaian tujuan organisasi, maka diperlukan upaya dari perusahaan dalam membantu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para karyawannya. Salah satunya dengan menumbuhkan sikap berwirausaha. Sikap berwirausaha ini sebagai jalan alternatif untuk menekan angka kemiskinan dan pengangguran. Selama ini, masyarakat kita atau sebagian besar dari pengusaha-pengusaha
*) Dosen Tetap Prodi Manajemen STIESA
Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)
perusahaan berupa pemutusan hubungan kerja (PHK) sampai
Indonesia
tumbuh
dan
berkembang
134 Hubungan Pendidikan (Nugraha & Restu) Dimensia, Volume&5Pelatihan Nomor 3, September 2008
dengan jiwa kewirausahaan secara turun-temurun dan bukan
Apabila seseorang sudah mempunyai sikap tertentu
melalui suatu pendidikan, sehingga budaya wirausaha tumbuh
dalam pekerjaannya, maka orang tersebut akan berperilaku sesuai
dan berkembang hanya dalam keluarga atau masyarakat tertentu
dengan sikapnya. Kalau ia mempunyai sikap yang positif terhadap
saja. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suryana (2003:1)
pekerjaannya, maka akan bertingkah laku yang positif juga atau
bahwa “….sikap kewirausahaan (entrepreneurship) tidak hanya
dengan kata lain ia akan bertingkah laku sebagai seorang
dimiliki oleh usahawan akan tetapi dapat dimiliki oleh setiap
wirausaha, tetapi sebaliknya apabila ia mempunyai sikap negatif
orang yang berfikir kreatif dan bertindak inovatif baik kalangan
terhadap pekerjaannya, maka akan menghasilkan tingkah laku
usahawan maupun masyarakat umum seperti petani, pegawai
yang negatif dan mudah menyerah.
perusahaan, mahasiswa, guru, dan pimpinan organisasi lainnya”.
Disamping memiliki sikap berwirausaha, diperlukan juga
Sukses atau tidaknya seseorang berwirausaha pada
pendidikan dan pelatihan yang diarahkan untuk mencapai tujuan
dasarnya tidak tergantung pada besar kecilnya ukuran usaha,
organisasi usahanya. Penyelenggaraan program pendidikan dan
tetapi lebih karena bagaimana cara menyikapi setiap kendala yang
pelatihan yang diberikan dalam suatu organisasi, pada dasarnya
timbul dalam usahanya. Hal ini senada dengan pendapat Suryana
ditujukan untuk menjembatani kesenjangan atau gap antara
(Zimmerer 1996:51) bahwa “Sukses kewirausahaan akan tercapai
unsur-unsur individu, khususnya kemampuan yang dimiliki oleh
apabila berfikir dan melakukan sesuatu yang baru atau sesuatu
seorang tenaga kerja dengan unsur-unsur yang dikehendaki
yang lama dengan cara-cara yang baru (thing and doing new
organisasi
things or old thing in new way)”. Oleh karena itu, sikap dalam
keterampilan serta sikap-sikap kerja tertentu.
wirausahalah yang harus dimiliki oleh setiap orang yang ingin
sebagai
akibat
dari
kurangnya
pengetahuan,
Saat ini telah banyak berdiri sekolah-sekolah atau
memulai sebuah usaha. Sikap yang timbul dalam menghadapi
lembaga
pendidikan
sesuatu hal karena adanya kesiapan pengetahuan dan mental
kewirausahaan.
yang telah diolah melalui pendidikan dan pengalaman sehingga
pendidikan kewirausahaan adalah Departemen Pendidikan dan
orang mampu mengerti, memahami, dan menguasai sikap
Pelatihan Daarut Tauhiid Bandung yang menyelenggarakan suatu
berwirausaha.
program santri mukim “Akhlaq Plus Wirausaha“. Para santri yang
Salah
yang
menyelenggarakan
satu
lembaga
yang
pendidikan
melaksanakan
mengikuti program pendidikan ini memiliki masalah mengenai
Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)
135
136 Hubungan Pendidikan (Nugraha & Restu) Dimensia, Volume&5Pelatihan Nomor 3, September 2008
karakter atau sikap yang belum optimal dalam mengemban
Berkenaan
dengan
pendidikan
dan
pelatihan
tanggung jawab sebagai organisator peradaban dunia. Masalah
kewirausahaan tersebut diatas, penulis merasa tertarik untuk
karakter atau sikap seperti rasa rendah diri, kurang percaya diri,
meneliti
tidak mandiri, malas, berpikiran dangkal merupakan karakter yang
pendidikan dan pelatihan kewirausahaan yang dilakukan Daarut
lemah yang dapat mengubur potensi yang ada, sehingga menjadi
Tauhiid
kurang berguna bagi kesehariannya dan menyebabkan jumlah
berwirausaha. Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis bermaksud
pengangguran semakin bertambah.
untuk melakukan penelitian dan memfokuskan masalah pada
Sesuai dengan visi dari Daarut Tauhiid yaitu Dzikir, Fikir, dan
Ikhtiar,
maka
program
pendidikan
santri
mukim
ini
lebih
untuk
jauh
dan
mendalam
menghasilkan
lulusan
tentang
yang
sejauhmana
memiliki
sikap
“Hubungan Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan dengan Sikap Berwirausaha Santri Mukim Daarut Tauhiid”.
diharapkan menghasilkan seorang wirausaha yang memiliki pandangan ke atas dalam berdzikir, dan memiliki pandangan ke
1.2.
depan dalam berikhtiar. Program pendidikan yang dilaksanakan
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka
Daarut Tauhiid tersebut mencakup pendidikan akhlaq untuk
penulis memilih identifikasi masalah sebagai berikut :
membina mental yang lebih kuat yang dilandasi oleh keimanan
1.
Bagaimanakah gambaran tentang pelaksanaan pendidikan
kepada Allah SWT, juga pendidikan dan pelatihan kewirausahaan,
dan pelatihan kewirausahaan santri mukim Daarut Tauhiid
yang meliputi pendidikan tentang tata cara berwirausaha dengan
Bandung ?
menjual produk-produk yang ada di Daarut Tauhiid sehingga para
2.
Bagaimanakah sikap berwirausaha yang dimiliki oleh orang
wirausaha yang dihasilkannya memiliki sikap mental berwirausaha
yang
yang baik dengan berlandaskan keimanan. Apabila pendidikan
kewirausahaan santri mukim Daarut Tauhiid Bandung ?
dan pelatihan yang dilakukan secara tepat, maka kemungkinan
3.
telah
melakukan
pendidikan
dan
pelatihan
Sejauhmanakah hubungan antara pendidikan dan pelatihan
akan mempengaruhi sikap mental yang tinggi, tetapi sebaliknya
kewirausahaan dengan sikap berwirausaha santri mukim
apabila pendidikan dan pelatihan yang dilakukan tidak dapat
Daarut Tauhiid Bandung ?
meningkatkan kebutuhan karyawan, maka sikap mental dari
.
karyawan kemungkinan akan rendah.
Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)
137
138 Hubungan Pendidikan (Nugraha & Restu) Dimensia, Volume&5Pelatihan Nomor 3, September 2008
1.5.
Kerangka Pemikiran
Dengan
program
pendidikan
dan
pelatihan
ini,
Dalam menghadapi persaingan dunia kerja, aspek sumber
diharapkan pekerjaan akan dapat dilakukan secara lebih efektif
daya manusia harus memiliki keahlian agar dapat bersaing di
dan efisien, sebab dengan pendidikan dan pelatihan tersebut
dunia kerja. Salah satunya melalui proses pembinaan dalam
diharapkan dapat memperbaiki dan mengembangkan sikap,
bidang pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan seperti
tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dari para santri
membina moral, karakter, intelek dan keterampilan individu
sesuai dengan keinginan.
sehingga pada akhirnya diharapkan individu tersebut mampu berdiri sendiri. Pendidikan
Setiap santri yang melakukan kegiatan pendidikan dan pelatihan akan mengalami perubahan sikap. Untuk melihat
dan
pelatihan
yang
menekankan
pada
seberapa besar perubahan yang dihasilkan melalui suatu program
kemandirian adalah pendidikan dan pelatihan kewirausahaan.
pendidikan
Pendidikan dan pelatihan kewirausahaan berarti isi dan materi
disampaikannya, metode yang digunakannya, dan tahap evaluasi
yang disampaikan dalam proses pendidikan dan pelatihannya
yang digunakannya sehingga dapat dilihat ada tidaknya suatu
harus disesuaikan dan diselenggarakan dengan maksud dan
perubahan dari setiap pegawai. Meskipun setiap pegawai memiliki
pengertian dari konsep kewirausahaan itu sendiri. Pendidikan dan
perwatakan yang unik, dan tujuan yang berbeda satu sama
pelatihan kewirausahaan merupakan pendidikan dan pelatihan
lainnya, dengan adanya program pendidikan dan pelatihan
yang mengajarkan agar orang mampu menciptakan kegiatan
kewirausahaan
usaha dan kesempatannya secara mandiri. Program pendidikan
menentukan suatu sikap berwirausaha. Seperti yang dikemukakan
dan pelatihan ini akan tercapai apabila :
oleh Hasibuan (2002:69) bahwa “Pendidikan meningkatkan
“Tujuan dan sasaran dari program pendidikan dan pelatihan ini jelas dan dapat diukur, para pelatih memiliki kualifikasi yang memadai, materi pelatihan disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, metode-metode dalam pelatihan sesuai dengan tingkat kemampuan peserta, peserta pelatihan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan (Mangkunegara, 2002:44)”.
Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)
139
dan
pelatihan
akan
tergantung
membantu
setiap
dari
materi
pegawai
yang
dalam
keahlian teoritis, konseptual dan moral karyawan, sedangkan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan teknis pelaksanaan pekerjaan karyawan”. Untuk mengukur berhasil atau tidaknya suatu usaha yang akan dijalankannya, Suryana (2003:20) mengemukakan bahwa
140 Hubungan Pendidikan (Nugraha & Restu) Dimensia, Volume&5Pelatihan Nomor 3, September 2008
seorang pegawai harus memiliki ciri-ciri dan watak profil
5.
Sifat kepemimpinan, Setiap orang mempunyai potensi untuk
wirausaha, antara lain :
mempengaruhi
1.
Sifat percaya diri, seseorang yang memiliki kepercayaan diri
Kepemimpinan terjadi atau terdapat dalam segala situasi
cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk
dimana seseorang mencoba untuk mempengaruhi seseorang
mencapai keberhasilan. Seseorang yang memiliki kepercayaan
atau kelompok. Jadi, sebenarnya setiap individu terlibat dalam
diri yang tinggi, relatif lebih mampu menghadapi dan
suatu kegiatan kepemimpinan oleh, dari atau bersama
menyelesaikan masalah sendiri tanpa menunggu bantuan
individu yang lain.
orang lain. 2.
3.
6.
lain
atau
menjadi
pemimpin.
Berorientasi pada masa depan, orang yang berorientasi ke
Berorientasi pada tugas dan hasil, seorang wirausaha akan
masa depan selalu berusaha untuk berkarya. Kuncinya pada
memiliki nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba,
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai
berbeda dengan yang sudah ada sekarang. Pandangan yang
dorongan yang kuat, energik, dan mempunyai inisiatif.
jauh ke depan membuat wirausaha tidak cepat puas dengan
Berani mengambil resiko, seringkali kita dihadapkan pada
karya yang sudah ada sekarang. Oleh sebab itu, ia selalu
suatu
mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang.
masalah
yang
menuntut
adanya
pengambilan
keputusan dengan situasi yang penuh ketidakpastian. Situasi
Dari penjelasan tersebut di atas, tidak semuanya dapat
beresiko terjadi bila kita diminta membuat pilihan dari dua
dimiliki oleh seorang wirausaha namun makin banyak sifat yang
alternatif atau lebih, sedangkan situasi ini mengandung
dimiliki
potensi kegagalan dan potensi kesuksesan sehingga banyak
kesuksesan sebagai wirausaha.
orang takut mengambil resiko karena ingin aman dan
4.
orang
maka
semakin
besar
kemungkinan
dapat
meraih
Berdasarkan pada uraian diatas, maka dapat dirumuskan
mengelak dari kegagalan.
kerangka pemikiran yang menunjukkan hubungan pendidikan dan
Memiliki unsur-unsur keorisinilan, setiap pegawai diharapkan
pelatihan kewirausahaan (variabel X) dengan sikap berwirausaha
memiliki nilai inovatif, kreatif dan fleksibel dalam menjalankan
(variabel Y) sebagai berikut :
usahanya. Dengan demikian usaha yang dijalankannya akan semakin berkembang.
Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)
141
142 Hubungan Pendidikan (Nugraha & Restu) Dimensia, Volume&5Pelatihan Nomor 3, September 2008
Dari hasil penelitian selama kurang lebih satu bulan di Daarut
Sikap
Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan
Berwirausaha
Bandung,
penulis
mengetahui
berbagai
karakteristik responden berikut tanggapan-tanggapan mengenai program santri mukim APW 6.
1. Percaya Diri 2. Berorientasi pada tugas dan hasil 3. Berani mengambil resiko 4. Keorisinilan 5. Kepemimpinan 6. Berorientasi pada masa depan
1. Perubahan Kemampuan 2. Materi yang disampaikan 3. Metode yang digunakan 4. Evaluasi
Tauhiid
2.1.1.
Gambaran Umum Responden Untuk memperoleh gambaran umum responden, berikut
ini
dikemukakan
karakteristik
responden
masing-masing
berdasarkan usia, dan pendidikan terakhir. Dari data yang penulis peroleh, usia santri yang termuda adalah 18 tahun dan santri yang tertua adalah 30 tahun dari 44 orang santri yang menjadi responden. Untuk mengetahui usia
Gambar 1.1 Model Kerangka Berpikir Hubungan Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan dengan Sikap Berwirausaha
santri mukim Daarut Tauhiid Bandung, dapat diketahui dari tabel berikut ini : Tabel 2.1
2.1 Hasil Penelitian Dari
hasil
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia wawancara
dengan
bagian
Departemen
Pendidikan Daarut Tauhiid sebagai salah satu sumber informasi dalam penelitian, maka penulis mengetahui jumlah populasi dalam rentang waktu tertentu yang akan dijadikan acuan untuk penarikan sampel (responden). Responden yang dijadikan sampel
Usia Frekuensi Persentase (%) 18 – 21 27 61 22 – 25 13 30 26 – 29 3 7 30 – 33 1 2 Jumlah 44 100 Sumber : Data Primer yang telah diolah
dalam penelitian ini sebanyak 44 orang, yaitu santri mukim Daarut
Dari tabel 4.1 dapat kita lihat bahwa 61% (27 orang) dari
Tauhiid Bandung yang mengikuti program santri mukim Akhlaq
responden yang diamati berusia antara 18 sampai dengan 21
Plus Wirausaha (APW) 6.
tahun. Sebanyak 30% (13 orang) dari responden berusia antara 22
Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)
143
144 Hubungan Pendidikan (Nugraha & Restu) Dimensia, Volume&5Pelatihan Nomor 3, September 2008
sampai dengan 25 tahun, 7% (3 orang) berusia antara 26 sampai
2.2.
Pembahasan
dengan 29 tahun dan responden yang diamati berusia antara 30
2.2.1
Tanggapan Responden mengenai Pendidikan dan
tahun sebanyak 1 orang.
Pelatihan Kewirausahaan yang dilaksanakan oleh
Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagian besar responden yang mengikuti program santri mukim APW 6 ini
Daarut Tauhiid Bandung. Untuk
mengetahui tanggapan responden
mengenai
adalah santri yang memiliki usia produktif yaitu antara usia 18
pendidikan dan pelatihan kewirausahaan yang dilaksanakan oleh
sampai dengan 21 tahun.
Daarut Tauhiid Bandung, ditentukan berdasarkan peningkatan Tabel 2.2
kemampuan santri setelah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Frekuensi Persentase (%) Pendidikan SMU 29 66 Diploma 9 20 Sarjana 6 14 Jumlah 44 100 Sumber : Data Primer yang telah diolah Dari
tabel
diatas
dapat
diketahui
bahwa
tingkat
pendidikan formal sebelum menjadi santri mukim Daarut Tauhiid, sebagian besar berpendidikan SMU yang berjumlah 29 orang atau 66%. Sedangkan yang berpendidikan Diploma sebanyak 9 orang atau 20%, dan Sarjana sebanyak 6 orang atau 14%.
Kewirausahaan seperti yang disajikan dalam tabel berikut : Tabel 2.3 Tanggapan Responden mengenai Peningkatan Kemampuan setelah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan
Bobot
Frekuensi
Persentase (%)
1 2 3 4 5
2 6 4 13 19
4,54 13,64 9,09 29,54 43,19
Jumlah
44
100
Jadi dapat disimpulkan bahwa responden yang menjadi santri mukim paling banyak telah menyelesaikan pendidikan formal SMU yang merupakan syarat minimal untuk mengikuti program santri mukim akhlaq plus wirausaha di Daarut Tauhiid
tidak berpengaruh, dan sisanya sebanyak 72,73% responden memberikan pendapatnya bahwa pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan sangat berpengaruh dalam peningkatan
Bandung.
Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)
Terlihat bahwa sebanyak 27,27% responden berpendapat
145
146 Hubungan Pendidikan (Nugraha & Restu) Dimensia, Volume&5Pelatihan Nomor 3, September 2008
kemampuan
santri.
Hal
ini
berarti
setelah
melaksanakan
pendidikan dan pelatihan kewirausahaan, sebagian besar santri
mengikuti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan mengalami peningkatan akhlaq.
kemampuannya mengalami peningkatan. Selanjutnya,
pelaksanaan
pendidikan
dan
pelatihan
Selain
itu,
pelaksanaan
pendidikan
dan
pelatihan
kewirausahaan di Daarut Tauhiid Bandung dapat ditentukan
kewirausahaan di Daarut Tauhiid Bandung dapat ditentukan
berdasarkan
berdasarkan
peningkatan
akhlaq
santri
setelah
mengikuti
Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan seperti yang disajikan
teori
dan
praktek
pendidikan
dan
pelatihan
kewirausahaan seperti yang disajikan dalam tabel berikut :
dalam tabel berikut : Tabel 2.4
Tabel 2.5
Tanggapan Responden mengenai Peningkatan Akhlaq setelah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan
Bobot 1 2 3 4 5 Jumlah
Frekuensi 7 3 2 10 22 44
Persentase (%) 15,91 6,82 4,54 22,73 50 100
Tanggapan Responden mengenai Teori dan Praktek Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan
Bobot 1 2 3 4 5 Jumlah
Frekuensi 1 5 7 25 6 44
Persentase (%) 2,27 11,36 15,91 56,82 13,64 100
Terlihat bahwa sebanyak 27,27% responden berpendapat
Terlihat bahwa sebanyak 29,54% responden berpendapat
tidak berpengaruh, dan sisanya sebanyak 72,73% responden
sangat tidak sesuai, dan sisanya sebanyak 70,46% responden
berpendapat bahwa pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
berpendapat bahwa antara teori dan praktek dari pendidikan dan
kewirausahaan sangat berpengaruh dalam peningkatan akhlaq
pelatihan kewirausahaan sangat sesuai. Hal ini berarti sebagian
santri. Hal ini berarti bahwa sebagian besar santri setelah
besar santri menganggap bahwa materi yang diberikan baik itu
Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)
147
148 Hubungan Pendidikan (Nugraha & Restu) Dimensia, Volume&5Pelatihan Nomor 3, September 2008
secara teori dan praktek berjalan selaras dan disampaikan dengan
berdasarkan pelaksanaan evaluasi pendidikan dan pelatihan
jelas sehingga mudah diserap oleh santri.
kewirausahaan seperti yang disajikan dalam tabel berikut :
Disamping itu, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan di Daarut Tauhiid juga dapat ditentukan melalui metode pengajaran kewirausahaan seperti yang disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 2.6 Tanggapan Responden mengenai Metode Pengajaran Kewirausahaan Bobot 1 2 3 4 5 Jumlah
Frekuensi 1 6 3 19 15 44
Persentase (%) 2,27 13,64 6,82 43,18 34,09 100
Tabel 2.7 Tanggapan Responden mengenai Pelaksanaan Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan Bobot Frekuensi Persentase (%) 1 1 2,27 2 5 11,36 3 7 15,91 25 56,82 4 5 6 13,64 Jumlah 44 100 Terlihat bahwa sebanyak 29,54% responden berpendapat bahwa
pelaksanaan
evaluasi
pendidikan
dan
pelatihan
kewirausahaan dilakukan sangat tidak objektif dan sisanya sebanyak 70,46% responden berpendapat sangat objektif. Hal ini berarti
bahwa
sebagian
besar
santri
menganggap
bahwa
pelaksanaan evaluasi pendidikan dan pelatihan kewirausahaan Terlihat bahwa sebanyak 22,73% responden berpendapat
dilakukan sangat objektif.
bahwa metode pengajaran kewirausahaan yang diberikan tidak bervariasi, dan sisanya sebanyak 77,27% responden berpendapat bahwa metode pengajaran kewirausahaan yang diberikan sangat bervariasi. Hal ini berarti sebagian besar santri setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dapat menerima metode
Sama
halnya
dengan
pelaksanaan
pendidikan
pelatihan kewirausahaan yang dilaksanakan di Daarut Tauhiid Bandung, ditentukan berdasarkan hasil evaluasi pendidikan dan pelatihan kewirausahaan seperti yang disajikan dalam tabel berikut :
pengajaran yang diberikan. Demikian halnya dengan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan di Daarut Tauhiid, dapat ditentukan Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)
149
dan
150 Hubungan Pendidikan (Nugraha & Restu) Dimensia, Volume&5Pelatihan Nomor 3, September 2008
Tabel 2.8 Tanggapan Responden mengenai Hasil Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan Bobot Frekuensi Persentase (%) 1 2 4,55 2 11 25 3 5 11,36 4 20 45,45 5 6 13,64 Jumlah 44 100
Tabel 2.9 Tanggapan Responden Mengenai Kepribadian yang Mantap/Matang Bobot Frekuensi Persentase (%) 1 1 2,27 2 6 13,64 3 13 29,54 4 18 40,91 5 6 13,64 Jumlah 44 100
Terlihat bahwa sebanyak 40,91% responden berpendapat
Terlihat bahwa sebanyak 45,45% responden memberikan
sangat tidak sesuai, dan sisanya sebanyak 59,09% responden yang
jawaban sangat tidak setuju dan sisanya sebanyak 54,55%
menyatakan sangat sesuai. Hal ini berarti bahwa sebagian besar
responden memberikan jawaban sangat setuju. Hal ini berarti
santri berpendapat bahwa hasil evaluasi dari pendidikan dan
sebagian besar setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan
pelatihan kewirausahaan sangat sesuai.
kewirausahaan
santri
telah
memiliki
kepribadian
yang
mantap/matang. 2.2.2
Tanggapan Responden mengenai Sikap Berwirausaha setelah
mengikuti
Pendidikan
dan
Pelatihan
Kewirausahaan.
Selain itu, pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dapat menumbuhkan sikap optimisme santri dalam berwirausaha seperti yang disajikan dalam tabel berikut :
Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai sikap berwirausaha kewirausahaan,
setelah
mengikuti
ditentukan
pendidikan
berdasarkan
dan
pelatihan
kepribadian
yang
mantap/matang seperti yang disajikan dalam tabel berikut :
Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)
151
Tabel 2.10 Tanggapan Responden mengenai Sikap Optimisme dalam Berwirausaha Bobot Frekuensi Persentase (%) 1 2 1 2,27 3 4 9,09 4 20 45,45 5 19 43,19 Jumlah 44 100
152 Hubungan Pendidikan & Pelatihan & Restu) Dimensia, Volume 5 Nomor(Nugraha 3, September 2008
Terlihat bahwa sebanyak 11,36% responden berpendapat
Selain itu, sikap berwirausaha santri setelah mengikuti
kurang optimis dalam berwirausaha, dan sisanya sebanyak 88,64%
pendidikan dan pelatihan kewirausahaan ditentukan berdasarkan
responden berpendapat sangat optimis dalam berwirausaha. Ini
kebutuhan untuk berprestasi seperti yang disajikan dalam tabel
berarti bahwa setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan
berikut :
kewirausahaan, sebagian besar santri telah memiliki sikap optimisme dalam berwirausaha. Disamping itu, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan belum sepenuhnya dapat menumbuhkan sikap ketidaktergantungan pada orang lain seperti yang disajikan dalam tabel berikut : Tabel 2.11 Tanggapan Responden mengenai Sikap Ketidaktergantungan pada orang lain Bobot Frekuensi Persentase (%) 1 2 4,55 2 11 25 3 11 25 4 16 36,36 5 4 9,09 Jumlah 44 100
Tabel 2.12 Tanggapan Responden mengenai kebutuhan untuk berprestasi Bobot Frekuensi Persentase (%) 1 2 3 4 21 47,73 5 23 52,27 Jumlah 44 100 Terlihat menyatakan
bahwa
sebanyak
pendapatnya
bahwa
44
orang
keinginan
responden
santri
untuk
berprestasi dalam berwirausaha sangat tinggi sekali. Hal ini terlihat dari jawaban santri sebanyak 44 orang atau 100 % menyatakan sangat setuju. Hal lainnya yang dapat menentukan sikap santri dalam
Terlihat bahwa sebanyak 54,55% responden berpendapat
berwirausaha
setelah
mengikuti
pendidikan
dan
pelatihan
sangat tidak setuju, dan sebanyak 45,45% responden berpendapat
kewirausahaan yaitu ketekunan dan ketabahan santri seperti yang
sangat setuju. Ini berarti sebagian besar santri setelah mengikuti
disajikan dalam tabel berikut :
pendidikan dan pelatihan kewirausahaan masih memiliki sikap ketergantungan terhadap orang lain dalam berwirausaha.
Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)
153
154 Hubungan Pendidikan (Nugraha & Restu) Dimensia, Volume&5Pelatihan Nomor 3, September 2008
Tabel 2.13 Tanggapan Responden mengenai Ketekunan dan Ketabahan dalam Berwirausaha Bobot Frekuensi Persentase (%) 1 2 4,54 2 10 22,73 3 6 13,64 4 15 34,09 5 11 25 Jumlah 44 100
Terlihat bahwa sebanyak 29,54% responden berpendapat sangat tidak setuju, dan sebanyak 70,46% responden berpendapat sangat setuju. Hal ini berarti setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan, sebagian besar santri telah memiliki sikap suka terhadap tantangan dalam berwirausaha yang sangat tinggi sekali. Hal lainnya yang dapat menentukan sikap santri dalam berwirausaha
Terlihat bahwa sebanyak 40,91% responden berpendapat sangat tidak setuju, dan sisanya sebanyak 59,09% responden berpendapat sangat setuju. Hal ini berarti bahwa setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan, sebagian besar santri menyatakan telah memiliki sikap tekun dan tabah dalam berwirausaha. Selanjutnya, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dapat menumbuhkan sikap suka terhadap tantangan dalam berwirausaha seperti yang disajikan dalam tabel berikut : Tabel 2.14 Tanggapan Responden mengenai Sikap suka terhadap tantangan dalam Berwirausaha Bobot Frekuensi Persentase (%) 1 1 2,27 2 7 15,91 3 5 11,36 4 18 40,91 5 13 29,55 Jumlah 44 100
setelah
mengikuti
pendidikan
dan
pelatihan
kewirausahaan yaitu kemampuan santri dalam mengambil resiko seperti yang disajikan dalam tabel berikut : Tabel 2.15 Tanggapan Responden mengenai Kemampuan mengambil Resiko dalam Berwirausaha Bobot 1 2 3 4 5 Jumlah
Frekuensi 2 17 25 44
Persentase (%) 4,54 38,64 56,82 100
Terlihat bahwa sebanyak 4,54% responden memberikan pendapat ragu-ragu, sedangkan sebanyak 95,46% responden memberikan pendapat sangat mampu. Hal ini berarti setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan, sebagian besar santri memiliki keberanian dalam mengambil resiko dalam berwirausaha sangat tinggi.
Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)
155
156 Hubungan Pendidikan (Nugraha & Restu) Dimensia, Volume&5Pelatihan Nomor 3, September 2008
Demikian juga melalui pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dapat menumbuhkan daya imajinasi dan daya cipta dalam berwirausaha seperti yang disajikan dalam tabel berikut : Tabel 2.16 Tanggapan Responden mengenai Daya Imajinasi dan Daya Cipta dalam Berwirausaha Bobot Frekuensi Persentase (%) 1 2 4,55 2 7 15,91 3 5 11,36 4 18 40,91 5 12 27,27 Jumlah 44 100
Tabel 2.17 Tanggapan Responden mengenai Sikap Kreatif dan Inovatif dalam Berwirausaha Bobot Frekuensi Persentase (%) 1 2 1 2,27 3 2 4,55 4 23 52,27 5 18 40,91 Jumlah 44 100 Terlihat bahwa sebanyak 6,82% responden berpendapat sangat tidak setuju, dan sebanyak 93,18% responden berpendapat sangat setuju. Hal ini berarti bahwa sebagian besar santri setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan telah memiliki
Terlihat bahwa sebanyak 31,82% responden berpendapat sangat tidak setuju, dan sebanyak 68,18% responden berpendapat sangat setuju. Hal ini berarti bahwa sebagian besar santri setelah mengikuti
pendidikan
dan
pelatihan
kewirausahaan
lebih
menyukai daya imajinasi dan daya cipta santri sendiri dalam berwirausaha. Selain itu, pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dapat menumbuhkan
sikap
kreatif
dan
inovatif
santri
dalam
berwirausaha seperti yang disajikan dalam tabel berikut :
Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)
157
ide-ide kreatif dan inovatif dalam berwirausaha yang beragam. Selanjutnya, pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dapat menumbuhkan sikap bertanggung jawab santri dalam berwirausaha seperti yang disajikan dalam tabel berikut : Tabel 2.18 Tanggapan Responden mengenai Sikap Bertanggung Jawab dalam Berwirausaha Bobot 1 2 3 4 5 Jumlah
Frekuensi 23 21 44
Persentase (%) 52,27 47,73 100
158 Hubungan Pendidikan (Nugraha & Restu) Dimensia, Volume&5Pelatihan Nomor 3, September 2008
Terlihat bahwa sebanyak 100% responden berpendapat sangat setuju. Hal ini berarti bahwa setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan, seluruh santri memiliki sikap bertanggung jawab dalam berwirausaha yang sangat tinggi.
depan santri dalam berwirausaha seperti yang disajikan dalam tabel berikut : Tabel 2.20 Tanggapan Responden mengenai Sikap memiliki Pandangan ke Depan dalam Berwirausaha
Demikian pula melalui pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dapat menumbuhkan sikap kerja keras santri dalam berwirausaha seperti yang disajikan dalam tabel berikut : Tabel 2.19 Tanggapan Responden mengenai Sikap Kerja Keras dalam Berwirausaha Bobot 1 2 3 4 5 Jumlah
Frekuensi 2 5 5 17 15 44
Persentase (%) 4,55 11,36 11,36 38,64 34,09 100
Bobot 1 2 3 4 5 Jumlah
Frekuensi 7 4 3 15 15 44
Persentase (%) 15,91 9,09 6,82 34,09 34,09 100
Terlihat bahwa sebanyak 31,82% responden berpendapat sangat tidak setuju dan sebanyak 68,18% responden berpendapat sangat setuju. Hal ini berarti bahwa setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan, sebagian besar santri memiliki pandangan ke depan dalam berwirausaha yang sangat tinggi. Selain
itu,
melalui
pendidikan
dan
pelatihan
kewirausahaan dapat menumbuhkan sikap memikirkan masa Terlihat bahwa sebanyak 27,27% responden berpendapat sangat tidak setuju dan sebanyak 72,73% responden berpendapat
depan santri dalam berwirausaha seperti yang disajikan dalam tabel berikut :
sangat setuju. Hal ini berarti bahwa setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan, sebagian besar santri memiliki sikap kerja keras dalam berwirausaha yang sangat tinggi. Selanjutnya,
melalui
pendidikan
dan
pelatihan
kewirausahaan akan menumbuhkan sikap memiliki pandangan ke
Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)
159
160 Hubungan Pendidikan (Nugraha & Restu) Dimensia, Volume&5Pelatihan Nomor 3, September 2008
Tabel 2.21 Tanggapan Responden mengenai Sikap Memikirkan Masa Depan dalam Berwirausaha
2.2.3.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Salah satu instrumen yang sering dipakai dalam penelitian
Bobot 1 2 3 4 5 Jumlah
Frekuensi 3 17 24 44
Persentase (%) 6,82 38,64 54,54 100
Terlihat bahwa sebanyak 6,82% responden berpendapat ragu-ragu dan sebanyak 93,18% responden berpendapat sangat setuju. Hal ini berarti bahwa setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan, sebagian besar santri telah memikirkan
ilmiah
adalah
mengedarkan
angket. kuesioner
Angket yang
dilakukan
bertujuan
dengan
untuk
cara
mengambil
pendapat seseorang mengeani sesuatu hal. Ada dua syarat penting yang berlaku pada sebuah angket atau kuesioner, yaitu keharusan untuk valid dan reliabel. Suatu angket dikatakan valid (sah), jika pernyataan atau pertanyaan pada suatu angket mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh angket tersebut. Sedangkan suatu angket dikatakan reliabel (andal), apabila jawaban seseorang terhadap pernyataan atau pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
masa depan dalam berwirausaha.
Angket pada pengertian ini, disebarkan kepada 44 santri 2.2.3. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas serta Hubungan Pendidikan dan Pelatihan
Kewirausahaan dengan
mukim APW VI Daarut Tauhiid Bandung. Banyaknya pertanyaan yang diajukan ini adalah sebanyak 37 butir, yang terdiri dari 18 pertanyaan mengenai pendidikan dan pelatihan kewirausahaan
Sikap Berwirausaha Santri Mukim. Uji validitas yaitu suatu pengujian instrumen penelitian sebagai alat ukur pengumpul data mengenai ketepatan dalam suatu pernyataan. Uji validitas ini dilakukan dengan rumus rank spearman, dimana hasil r hitung tersebut jika lebih besar dari r tabel maka instrumen penelitian dinyatakan Valid, dan sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel maka instrumen penelitian
(variabel X) dan 19 pertanyaan mengenai sikap berwirausaha (variabel Y). Pengujian
validitas
dan
reliabilitas
dari
butir-butir
pernyataan tersebut dilakukan dengan menggunakan SPSS for Window version 11.5. Suatu item dinyatakan valid (Wahyono, 2004:18), apabila :
tersebut dinyatakan tidak valid. Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)
161
162 Hubungan Pendidikan (Nugraha & Restu) Dimensia, Volume&5Pelatihan Nomor 3, September 2008
1.
r hitung bernilai positif
dari r tabel. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kuesioner
2.
r hitung uji validitas dan uji reliabilitas > r tabel,
pendidikan dan pelatihan kewirausahaan sudah reliabel atau
dimana untuk r tabel jumlah responden sebanyak 44
memiliki reliabilitas tinggi (lihat lampiran).
orang adalah 0,1925.
Kedua, dilakukan pengujian validitas untuk kuesioner
Pada uji validitas terdapat item-item kuesioner tersebut
sikap berwirausaha yang terdiri dari 19 item. Pengujian validitas
lebih besar dari r tabel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sikap berwirausaha dilakukan melalui 2 putaran, karena pada
diatas, menunjukkan hasil dari item-item kuesioner tersebut sudah
putaran pertama ada kuesioner yang tidak valid yaitu No. 1 (lihat
valid.
lampiran), dan selanjutnya pengujian dilakukan pada putaran Pertama, dilakukan pengujian validitas untuk kuesioner
kedua, berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tersebut diatas
pendidikan dan pelatihan kewirausahaan yang terdiri dari 18 item.
pada putaran kedua kuesioner sikap berwirausaha terdiri dari 18
Pengujian dilakukan melalui 2 putaran, karena pada putaran
item dinyatakan valid (lihat lampiran), menunjukkan hasil dengan
pertama ada kuesioner yang tidak valid yaitu No. 1, 3, 6, 9, dan 11
nilai alpha 0,6309 atau 63,09%. Artinya r alpha lebih besar dari r
nilainya dibawah r tabel yaitu 0,1925 (lihat lampiran), selanjutnya
tabel. Dengan demikian berdasarkan kriteria reliabilitas yang telah
dilakukan putaran kedua dan pada putaran kedua semua
ditetapkan dapat dinyatakan sudah reliabel (lihat lampiran).
kuesioner pendidikan dan pelatihan kewirausahaan yang terdiri dari 13 item semua valid (lihat lampiran). Selanjutnya
dilakukan
pengujian
2.2.3.2 Hubungan Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan reliabilitas
untuk
dengan Sikap Berwirausaha Santri Mukim Daarut
kuesioner pendidikan dan pelatihan kewirausahaan pada santri
Tauhiid
mukim Daarut Tauhiid Bandung. Uji keandalan (reliabilitas)
Untuk mencari ada atau tidaknya hubungan antara
dimaksudkan untuk melihat kemampuan variabel dependen
pendidikan
dalam mencapai apa yang akan di ukur. Reliabilitas kuesioner
berwirausaha, maka akan menggunakan rumus korelasi (Rank
pendidikan
telah
Spearman). Dari hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS
menghasilkan alpha sebesar 0,8692 atau 86,92% yang berarti
Versi 11.5. bahwa hubungannya kuat, ini ditunjukkan dengan hasil
dan
pelatihan
kewirausahaan
ternyata
dan
pelatihan
kewirausahaan
dengan
sikap
semua r alpha untuk semua pernyataan positif dan lebih besar
Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)
163
164 Hubungan Pendidikan (Nugraha & Restu) Dimensia, Volume&5Pelatihan Nomor 3, September 2008
0,613 yang berpedoman pada ketentuan interprestasi korelasi
membuktikan hipotesis yang diajukan pada bab 1, serta
sebagai berikut :
melakukan pengujian untuk mengetahui apakah korelasi antara Tabel 3.3
pendidikan
Koefisien Korelasi dan Tafsirannya
dan
pelatihan
kewirausahaan
dengan
sikap
berwirausaha tersebut cukup sempurna. Data yang diolah penulis menggunakan data yang
Koefisien Korelasi Tafsiran Korelasi 0,00 - 0,19 Sangat Rendah Rendah 0,20 - 0,39 0,40 - 0,59 Sedang 0,60 - 0,79 Kuat 0,80 - 1,00 Sangat Kuat Sumber : Sugiyono (2003 : 183)
berukuran ordinal, karena dalam bobot penelitian bukanlah angka yang mutlak, artinya bahwa nilai 5 untuk jawaban sangat setuju, bukan berarti sama dengan 2 untuk jawaban tidak setuju ditambah dengan nilai 3 untuk jawaban ragu-ragu.
Jadi ada korelasi positif sebesar 0,613 antara pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dengan sikap berwirausaha santri mukim. Hal ini berarti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan mempunyai arti yang cukup bernilai bagi responden. Semakin bagus pendidikan dan pelatihan kewirausahaan maka akan semakin bagus pula sikap berwirausaha yang dilakukan oleh santri
Jadi karena angka-angka tersebut tidak dapat diukur secara langsung, maka penulis menggunakan pengolahan data skala ordinal dengan analisa median. Dengan skala ordinal hipotesis dapat di uji dengan menggunakan sejumlah besar tes statistik nonparametris yang kadang-kadang disebut “statistik berurut” (order statistics) atau “statistik ranking” (ranking statistics). Koefisien berdasarkan ranking yang cocok digunakan adalah Rank
mukim.
Spearman. Koefisien korelasi yang dipakai untuk penelitian ini adalah koefisien korelasi rank spearman, dimana nilai rs berkisar
2.2.3.3 Uji Hipotesis Berdasarkan data yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada 44
responden, maka selanjutnya
akan
dilakukan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif ini dilakukan untuk
mengetahui
apakah
pendidikan
dan
pelatihan
kewirausahaan mempunyai hubungan dengan sikap berwirausaha. Selanjutnya penulis juga akan melakukan pengujian untuk Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)
165
antara – 1
≤ rs ≤ +1.
Kemudian setelah didapat nilai median dari setiap jawaban responden, penulis akan meranking median dari pendidikan dan pelatihan kewirausahaan (variabel X) dan sikap berwirausaha (variabel Y) seperti dapat dilihat pada tabel perhitungan koefisien korelasi Rank Spearman (lampiran).
166 Hubungan Pendidikan (Nugraha & Restu) Dimensia, Volume&5Pelatihan Nomor 3, September 2008
Perhitungan Uji t
Perhitungan Koefisien Korelasi Rank Spearman
Untuk mengetahui tingkat signifikansi, digunakan statistik
Karena terdapat nilai yang sama, maka rumus yang
uji t sebagai berikut :
digunakan adalah :
6Σbi 2 ρ = 1− n n2 − 1
(
t=
)
Maka diperoleh :
ρ = 1− = 1−
t=
6.5497,25 44 44 2 − 1
(
)
rs n − 2 1 − rs 2 0,613 44 − 2 1 − 0,613 2
= 5,028
32983,5 85140
Dari perhitungan uji t diatas, dapat dilihat bahwa t hitung = 5,028 lebih besar dari t tabel df = 42 (44 – 2) = 1,682 yang
= 1− 0,387
berarti terdapat hubungan yang positif antara pendidikan dan
= 0,613
pelatihan kewirausahaan dengan sikap berwirausaha santri mukim
Dari perhitungan di atas diperoleh korelasi antara pendidikan
dan
pelatihan
kewirausahaan
dengan
Daarut Tauhiid Bandung, artinya Ho ditolak dan Ha diterima.
sikap
berwirausaha adalah 0,613 sedangkan berdasarkan tabel harga kritis rs koefisien korelasi rank spearman n = 44 dan
α = 0,05
3.1 Kesimpulan
adalah 0,1925 karena rs hitung lebih besar dari rs tabel, maka Ho
Setelah
penulis
melakukan
penelitian
dan
analisis
ditolak dan Ha diterima. Dengan kata lain terdapat korelasi positif
mengenai hubungan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan
antara variabel X dan variabel Y. Dengan demikian, hubungan
dengan sikap berwirausaha santri mukim Daarut Tauhiid Bandung,
pendidikan
maka penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
dan
pelatihan
kewirausahaan
dengan
sikap
berwirausaha adalah cenderung kuat dan keduanya mempunyai hubungan yang searah.
1.
Tanggapan responden terhadap pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan di Daarut Tauhiid Bandung adalah sangat menunjang. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil analisa tanggapan responden secara umum yang merasa puas
Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)
167
168 Hubungan Pendidikan (Nugraha & Restu) Dimensia, Volume&5Pelatihan Nomor 3, September 2008
atas pendidikan dan pelatihan kewirausahaan yang diberikan
berada pada daerah penolakan Ho. Hal ini menunjukkan
oleh Departemen Pendidikan Daarut Tauhiid sebagai upaya
bahwa pendidikan dan pelatihan kewirausahaan mempunyai
untuk meningkatkan kualitas para santrinya baik dari segi
hubungan yang berarti dengan sikap berwirausaha santri
akhlaknya maupun dalam berwirausahanya.
mukim.
2. Sikap berwirausaha santri mukim Daarut Tauhiid setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan yang
3.2 Saran
diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Daarut Tauhiid
Adapun saran-saran yang penulis ajukan berdasarkan
sudah mencapai tingkat yang lebih baik, walaupun belum
tanggapan responden dan analisis dari penelitian mengenai
pada tingkatan yang maksimal. Hal ini dapat terlihat dari rata-
hubungan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dengan sikap
rata tanggapan responden yang mengatakan setuju atas
berwirausaha santri mukim adalah sebagai berikut :
upaya
1.
Departemen
meningkatkan
sikap
Pendidikan
Daarut
berwirausaha
Tauhiid
santrinya
dalam melalui
Pada umumnya, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan yang diselenggarakan Daarut Tauhiid Bandung
pendidikan dan pelatihan kewirausahaan, sehingga setiap
telah terlaksana dengan
baik.
Namun
masih terdapat
santri memiliki kepercayaan diri dalam menjalankan usahanya.
beberapa kekurangan diantaranya dalam pelaksanaan evaluasi kegiatan. Evaluasi dapat berjalan dengan objektif, apabila
3.
Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi Rank Spearman,
Daarut Tauhiid sebagai pelaksana pendidikan dan pelatihan
hasil yang diperoleh yaitu nilai rs sebesar 0,613. Hal ini
kewirausahaan melakukan evaluasi dengan menggunakan
menunjukkan adanya hubungan yang cenderung kuat antara
evaluasi belajar (learning) yaitu evaluasi untuk mengetahui
variabel X dan variabel Y. Dengan demikian, hubungan antara
seberapa jauh para santri mengetahui konsep, pengetahuan
pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dengan sikap
dan keterampilan yang diberikan ustad yang dilakukan
berwirausaha santri mukim adalah kuat dan keduanya
dengan tes tertulis dan latihan-latihan simulasi. Ditambah lagi
mempunyai hubungan yang positif. Demikian juga melalui
dengan
pengujian hipotesis satu arah, ternyata t hitung sebesar 5,028
membandingkan perubahan perilaku santri sebelum dan
lebih besar dari t tabel sebesar 1,682 yang berarti t hitung
setelah pendidikan dan pelatihan kewirausahaan. Kedua
Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)
169
metode
evaluasi
perilaku
(behaviour)
170 Hubungan Pendidikan (Nugraha & Restu) Dimensia, Volume&5Pelatihan Nomor 3, September 2008
yang
metode tersebut tidak hanya dilakukan pada pertengahan
terhadap penciptaan perubahan sikap berwirausaha santri,
atau di akhir pelaksanaan pendidikan dan pelatihan saja,
metode
tetapi disarankan dilakukan pada setiap akhir pembelajaran
pelaksanaan evaluasi yang masih ada yang merasakan kurang
agar evaluasi pendidikan dan pelatihan tersebut dapat
objektif.
berjalan secara objektif. 2.
4.
yang
disampaikan
kepada
santri,
dan
Fasilitas yang disediakan oleh Departemen Pendidikan Daarut
Secara umum, para santri mukim Daarut Tauhiid Bandung
Tauhiid pada umumnya sudah baik, untuk itu diharapkan
memiliki
terdapat
fasilitas tersebut dapat dipertahankan dan ditingkatkan lagi
kekurangan pada permasalahan kepercayaan diri mereka yang
manfaat atau fungsinya agar dapat menunjang aktivitas santri
menyebabkan masih memiliki sikap ketergantungan pada
sehingga
orang lain dalam meraih kesuksesan dalam berwirausaha.
kewirausahaan di Daarut Tauhiid Bandung dapat terlaksana
Upaya yang dilakukan para santri untuk meningkatkan
dengan baik serta dapat menciptakan kepuasan dari para
kepercayaan
santrinya.
sikap
menumbuhkan
berwirausaha,
dirinya, motivasi
dapat dari
namun
masih
diupayakan internal
santri
dengan
pelaksanaan
pendidikan
dan
pelatihan
dengan
memberanikan diri untuk mencoba membuka usaha sendiri. Selain itu, para Ustad dapat mengupayakan penumbuhan kepercayaan diri para santri dalam berwirausaha dengan memberikan gambaran terhadap masalah wirausaha yang nyata setiap saat serta pemecahan solusinya, yang pada akhirnya akan membentuk santri tersebut menjadi seorang wirausaha. 3.
juga
Departemen Pendidikan Daarut Tauhiid Bandung diharapkan meninjau kembali faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan belum mencapai hasil yang maksimal seperti materi yang kurang mendukung
Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)
171
172 Hubungan Pendidikan (Nugraha & Restu) Dimensia, Volume&5Pelatihan Nomor 3, September 2008
DAFTAR PUSTAKA A. A. Anwar Prabu Mangkunegara. 2002. Manajeman Sumber Daya Manusia Perusahaan. Remaja Rosdakarya. Bandung. Abdurrahmat Fathoni. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Rineka Cipta. Jakarta. Bambang Wahyudi. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Sulita. Bandung. Buchari Alma. 2004. Kewirausahaan. Alfabeta. Bandung. Husein Umar. 2005. Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Gramedia. Jakarta. Jiwo Wungu & Hartanto Brotoharsojo. 2003. Tingkatkan Kinerja Perusahaan Anda dengan Merit System. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Malayu S.P. Hasibuan. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi Bumi Aksara. Jakarta. Manurung, Adler Haymans. 2005. Wirausaha : Bisnis UKM. Kompas. Jakarta. Meredith, Geoffrey G. 1996. Kewirausahaan Teori dan Praktek. PT.Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. Moh. Nazir. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Soebagio Atmodiwirio. 2002. Manajemen Pelatihan. Ardadizya Jaya. Jakarta. Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung. Suharsimi Arikunto. 1996. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi 3. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Suryana. 2003. Kewirausahaan : Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Salemba Empat. Jakarta. Teguh Wahyono. 2004. SPSS versi 11.5. Gava Media. Yogyakarta.
Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)
173
174 Hubungan Pendidikan (Nugraha & Restu) Dimensia, Volume&5Pelatihan Nomor 3, September 2008