MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 1
Januari 2016
HUBUNGAN PEMBERIAN IMUNISASI DPT DAN CAMPAK TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK USIA 10 BULAN - 5 TAHUN DI PUSKESMAS SANGURARA KOTA PALU TAHUN 2015 Puspita Sari*,Vitawati** * **
Departemen Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako Mahasiswi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako
ABSTRACT Background: Pneumonia is one of the largest contributors to health problems and causes of death of children under five years old. Pneumonia kills approximately 935,000 children under the age of five in 2013, accounting for 15% of all deaths in children under five years of age. Pneumonia in children most commonly found in children with incomplete immunization status. Immunizations are associated with the incidence of pneumonia is the pertussis immunization in DPT, measles, Haemophilus influenza, and pneumococcal. Objective: To determine the correlation of DPT and measles immunization on the incidence of pneumonia in children aged 10 months-5 years in the city of Palu Sangurara health centers in 2015. Methods: This study is a non-experimental study with cross sectional approach. The population is all pediatric patients who came to the Sangurara clinic which were as many as 1,782 children. The sample was 95 children aged 10 months-5 years, obtained by purposive sampling. Results: The results of the data analysis conducted with chi-square test to find out the correlation between DPT immunization towards pneumonia showed p value was 0,011 so that H1 is accepted. The value of phi test showed 0,260 that indicate negative correlation with the strength of the correlation is weak. Furthermore, the results of data analysis with chi square test about the correlation between measles immunization towards pneumonia found that value of p <0.05 is 0,002 so that H1 is accepted. Phi test values was 0,319 indicates that the negative correlation with the strength of the correlation was intermediate. Conclusion: There is a significant correlation between DPT and measles immunization in reducing the incidence of pneumonia in children aged 10 months-5 years in the city of Palu Sangurara health centers in 2015. Keywords: Pneumonia, DPT and measles immunization
42
Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 1
Januari 2016
ABSTRAK Latar Belakang : Pneumonia membunuh kira-kira 935.000 anak di bawah usia lima tahun pada tahun 2013, terhitung untuk 15% dari seluruh kematian anak di bawah usia lima tahun. Pneumonia pada anak paling banyak ditemukan pada anak dengan status imunisasi yang belum lengkap. Imunisasi yang berhubungan dengan kejadian penyakit pneumonia adalah imunisasi pertusis dalam DPT, campak, Haemophilus influenza, dan pneumokokus. Tujuan : Untuk mengetahui hubungan pemberian imunisasi DPT dan campak terhadap kejadian pneumonia pada anak usia 10 bulan-5 tahun di puskesmas Sangurara kota Palu tahun 2015. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah semua pasien anak usia 10 bulan-5 tahun yang datang ke puskesmas Sangurara berjumlah 1.782 anak. Sampel yang digunakan berjumlah 95 anak yang berusia 10 bulan-5 tahun, diperoleh dengan cara purposive sampling. Hasil : Hasil analisa data uji chi square mengenai hubungan antara pemberian imunisasi DPT terhadap kejadian pneumonia diperoleh nilai p < 0,05 yaitu 0,011 sehingga H1 diterima. Nilai uji Phi 0,260 menunjukkan bahwa korelasi negatif dengan kekuatan korelasi lemah. Selanjutnya hasil analisis data uji chi square mengenai hubungan antara pemberian imunisasi campak terhadap kejadian pneumonia diperoleh nilai p < 0,05 yaitu 0,002 sehingga H1 diterima. Nilai uji Phi 0,319 menunjukkan bahwa korelasi negatif dengan kekuatan korelasi sedang. Kesimpulan : Terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian imunisasi DPT dan campak dalam menurunkan kejadian pneumonia pada anak usia 10 bulan-5 tahun di puskesmas Sangurara kota Palu tahun 2015. Kata Kunci : Pneumonia, Imunisasi DPT dan campak sebagian
PENDAHULUAN
besar
terjadi
di
negara
berkembang. Oleh karena itu pneumonia Pneumonia merupakan salah satu masalah
kesehatan
dan
penyumbang
terbesar penyebab kematian anak usia di
disebut sebagai pembunuh anak no 1 (the number one killer of children). Di negara berkembang
pneumonia
merupakan
bawah lima tahun. Pneumonia membunuh
penyakit “yang terabaikan” (the neglegted
anak lebih banyak daripada penyakit lain
disease) atau “penyakit yang terlupakan”
apapun, mencakup hampir 1 dari 5 kematian anak-balita, membunuh lebih dari 2 juta anak-balita setiap tahun yang 43
(the forgotten disease) karena begitu banyak anak yang meninggal karena pneumonia namun sangat sedikit perhatian
Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 1
yang
diberikan
kepada
Januari 2016
masalah
Sedangkan angka kejadian pneumonia
pneumonia[1]. Pneumonia membunuh kira-
pada anak di kota Palu pada tahun 2014
kira 935.000 anak di bawah usia lima
mencapai 4.050 kasus. Dimana wilayah
tahun pada tahun 2013, terhitung untuk
kerja
15% dari seluruh kematian anak di bawah
merupakan salah satu wilayah dengan
usia lima tahun[2].
jumlah penderita pneumonia terbanyak
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan
puskesmas
Sangurara
sendiri
pada tahun 2014 yaitu mencapai 468 kasus dari 5.143 anak di puskesmas
seseorang secara aktif terhadap suatu
Sangurara.
penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan
imunisasi DPT di kota Palu tahun 2014
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit
mencapai 3.596 anak dan anak yang
atau hanya mengalami sakit ringan[3].
memperoleh
Pneumonia pada anak paling banyak
mencapai
Anak
yang
memperoleh
imunisasi
7804 anak.
campak
di
Sedangkan di
ditemukan pada anak dengan status
peskesmas Sangurara sendiri pada tahun
imunisasi yang belum lengkap. Anak yang
2014, anak yang memperoleh imunisasi
belum
DPT mencapai 594 anak dan imunisasi
mendapatkan
imunisasi
lebih
rentan terkena pneumonia. Imunisasi yang berhubungan dengan kejadian penyakit pneumonia dalam
adalah
DPT,
imunisasi
campak,
pertusis
Haemophilus
pneumokokus[4].
influenza,
dan
penelitian
terdahulu
campak sebesar 1052 anak[6]. Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian pneumonia salah satunya ialah imunisasi,
yang
kemudian
dapat
Pada
meningkatkan angka kejadian pneumonia.
2009)
Hal inilah yang mendasari penulis untuk
mengemukakan bahwa dengan imunisasi
melakukan penelitian mengenai hubungan
campak yang efektif sekitar 11% kematian
pemberian imunisasi DPT dan campak
pneumonia balita dapat dicegah dan
terhadap kejadian pneumonia pada anak
dengan imunisasi pertusis (DPT) 6%
usia 10 bulan-5 tahun di Puskesmas
kematian pneumonia dapat dicegah[5].
Sangurara kota Palu tahun 2015.
(Anonim,
Jumlah anak pada tahun 2014 di kota Palu adalah sebanyak 38.538 anak. 44
Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 1
METODE PENELITIAN
Januari 2016
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen dengan pendekatan Cross Sectional. Lokasi penelitian ini adalah di Puskesmas Sangurara Kota Palu dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015- Februari 2016. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
Berdasarkan
penelitian
diperoleh
data yang telah dianalisis yaitu sebagai berikut: 1. Analisis Univariat a. Distribusi sampel berdasarkan usia Tabel 4.1 Distribusi sampel berdasarkan usia
adalah semua pasien anak yang datang ke puskesmas Sangurara periode JanuariDesember 2015 yang berjumlah 1.782 anak. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah dengan cara
Purposive
Sampling,
sedangkan
jumlah sampel yang di teliti sesuai dengan rancangan penelitian ini adalah 95 anak. Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan
karakteristik
masing-
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan jumlah pasien anak yang datang
di
puskesmas Sangurara kota Palu usia 10-12 bulan sebanyak
27 anak (28,4%) yang
masing variabel yang diteliti. Analisis data
terdiri
bivariat
uji
mengalami pneumonia dan 13 anak
statistik Chi Square untuk mengetahui
(25,5%) mengalami pneumonia, jumlah
hubungan antara 2 variabel. Jika H1
pasien usia 13-24 bulan adalah sebanyak
diterima, selanjutnya dilakukan uji
Phi
38 anak (40%) yang terdiri dari 17 anak
untuk mengetahui kekuatan hubungan
(38,6%) tidak mengalami pneumonia dan
antara kedua variabel.
21 anak (41,2%) mengalami pneumonia,
yang
digunakan
adalah
dari 14 anak
(31,8%) tidak
jumlah pasien usia 25-36 bulan adalah sebanyak 23 anak (24,2%) yang terdiri dari 12 anak (27,3%) tidak mengalami
45
Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 1
pneumonia
dan
11
anak
(21,6%)
mengalami pneumonia, dan jumlah pasien usia 37-60 bulan adalah 7 anak (7,3%) yang terdiri dari 1 anak (2,3%) tidak mengalami
pneumonia
dan
6
c. Distribusi
sampel
Tabel 4.3 Distribusi sampel berdasarkan pemberian imunisasi campak
anak
Jum lah
Persentase (%)
Ya
38
40
Tidak
57
60
95
100
Imunisasi sampel
berdasarkan
berdasarkan
pemberian imunisasi campak
(11,7%) mengalami pneumonia.
b. Distribusi
Januari 2016
Campak
pemberian imunisasi DPT Total Tabel 4.2 Distribusi sampel berdasarkan pemberian imunisasi DPT
Sumber : Data sekunder (KMS, 2015) Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat
Imunisasi
Ya
Jum
Persentase
lah
(%)
45
47,4
sebanyak 38 anak (40%) memperoleh imunisasi campak dan 57 anak (60%) tidak memperoleh imunisasi campak. d. Distribusi
DPT
Tidak Total
50
52,6
95
100
Sumber : Data sekunder (KMS, 2015)
Tabel 4.4 Distribusi sampel berdasarkan pneumonia
Ya
Jum lah 51
Persentase (%) 53,7
Tidak
44
46,3
Total
95
100
sebanyak 45 anak (47,4%) memperoleh
memperoleh imunisasi DPT.
berdasarkan
pneumonia
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat
imunisasi DPT dan 50 anak (52,6%) tidak
sampel
Pneum onia
Sumber : Data sekunder (RekamMedik, 2015)
46
Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 1
Januari 2016
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui ada
berisiko mengalami pneumonia. Hal ini
sebanyak 51 anak (53,7%) yang menderita
juga didukung dengan hasil uji Chi-
pneumonia dan 44 anak (46,3%) tidak
Square dimana nilai p < nilai α yaitu p =
menderita pneumonia.
0,011
yang
berarti
H1
diterima.
Selanjutnya untuk mengetahui kekuatan 2. Analisis Bivariat
hubungan kedua variabel maka dilakukan
a. Hubungan Imunisasi DPT dengan
uji Phi, dari hasil statistik ditemukan nilai Phi sebesar 0,260. Hal ini berarti,
Kejadian Pneumonia
kekuatan hubungan antara pemberian Tabel 4.5 Hubungan Imunisasi DPT dengan Kejadian Pneumonia
imunisasi
DPT
dengan
kejadian
pneumonia yaitu lemah.
b. Hubungan
Imunisasi
Campak
dengan Kejadian Pneumonia
Dari tabel 4.5 diketahui bahwa anak yang tidak mengalami pneumonia dan
Tabel 4.6 Hubungan Imunisasi Campak dengan Kejadian Pneumonia
tidak mendapatkan imunisasi DPT adalah sebanyak 17 anak (38,6%) sedangkan yang tidak mendapat imunisasi DPT dan mengalami pneumonia adalah 33 anak (64,7%). Pasien anak yang memperoleh imunisasi DPT dan tidak mengalami pneumonia adalah 27 anak (61,4%) sedangkan
anak
yang
mengalami
pneumonia dan memperoleh imunisasi DPT adalah sebanyak 18 anak (35,3%). Dari data tersebut terlihat bahwa anak yang tidak diberikan imunisasi DPT lebih 47
Dari tabel 4.6 diketahui bahwa anak yang tidak mengalami pneumonia dan tidak mendapatkan imunisasi campak adalah
sebanyak
19
anak
(43,2%)
sedangkan yang tidak mendapat imunisasi campak dan mengalami pneumonia adalah 38 anak (74,5%). Pasien anak yang memperoleh imunisasi campak dan tidak
Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 1
Januari 2016
mengalami pneumonia adalah 25 anak
balita masuk dalam kelompok yang rawan
(56,8%) sedangkan anak yang mengalami
terhadap infeksi seperti influenza dan
pneumonia dan memperoleh imunisasi
pneumonia. Hal ini disebabkan imunitas
campak adalah sebanyak 13 anak (25,5%).
yang
Dari data tersebut terlihat bahwa anak
pernapasan yang relatif sempit.
belum
sempurna
dan
saluran
yang tidak diberikan imunisasi campak
Hasil analisa univariat menunjukkan
lebih berisiko mengalami pneumonia. Hal
bahwa sebagian besar balita mengalami
ini juga didukung dengan hasil uji Chi-
pneumonia. Pemberian imunisasi lengkap
Square dimana nilai p < nilai α yaitu p =
sebelum anak mencapai usia 1 tahun, anak
0,002
diterima.
akan terlindung dari beberapa penyebab
Selanjutnya untuk mengetahui kekuatan
yang paling utama dari infeksi pernafasan
hubungan kedua variabel maka dilakukan
termasuk batuk rejan, difteri, tuberkulosa
uji Phi, dari hasil statistik ditemukan nilai
dan campak. Dengan pemberian imunisasi
Phi sebesar 0,319. Hal ini berarti,
berarti mencegah kematian pneumonia
kekuatan hubungan antara pemberian
yang
imunisasi
penyakit campak dan pertusis[7].
yang
berarti
campak
H1
dengan
kejadian
pneumonia yaitu sedang.
diakibatkan
oleh
Anak yang telah mendapat imunisasi
PEMBAHASAN Distribusi sampel berdasarkan usia
campak
diharapkan
penyakit
campak
anak usia 13-24 bulan yaitu 38 (40%).
penyakit
Hasil ini sesuai dengan Hartati (2012)
imunisasi
bahwa anak-anak berusia 0-24 bulan lebih
membantu
rentan
penyakit pneumonia[7].
pneumonia
dibanding anak-anak berusia diatas 2 tahun.
dan
balita
pneumonia
pada
anak
campak.
yang Oleh
campak
Imunisasi
karena
sangat
pencegahan
DPT
mengalami
dapat
itu,
penting terjadinya
mencegah
memiliki
terjadinya penyakit difteri, pertusi, dan
mekanisme pertahanan tubuh yang masih
tetanus. Dimana pemberian imunisasi
rendah dibanding orang dewasa, sehingga
dapat
48
Bayi
dari
merupakan komplikasi yang paling sering terjadi
penyakit
terhindar dan
diperoleh jumlah pasien terbanyak pada
terhadap
komplikasi
mencegah
infeksi
yang
dapat
Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 1
menyebabkan
sebagai
pada anak. Begitu pula hasil perhitungan
komplikasi penyakit pertusi. Pertusi dapat
uji statistik antara pemberian imunisasi
diderita oleh semua orang tetapi penyakit
campak dengan kejadian pneumonia pada
ini lebih serius bila terjadi pada bayi. Oleh
anak, diperoleh nilai p < 0,05 yaitu 0,002
karena
DPT
yang artinya terdapat hubungan yang
sangatlah tepat untuk mencegah anak
bermakna antara pemberian imunisasi
terhindar dari penyakit pneumonia[8].
campak
dengan
Dimana
hipotesis
Uji
pneumonia
Januari 2016
pemberian
statistik
imunisasi
yang
dipilih
untuk
kejadian kerja
pneumonia. (H1)
pada
mengetahui hubungan antara pemberian
penelitian ini dapat diterima. Selanjutnya
imunisasi DPT dan campak terhadap
untuk mengetahui kekuatan hubungan
kejadian pneumonia adalah uji Chi-
maka dilakukan uji Phi, dari hasil statistik
Square. Berdasarkan hasil perhitungan uji
ditemukan nilai Phi sebesar 0,319. Hal ini
antara pemberian imunisasi DPT dengan
berarti,
kejadian pneumonia, diperoleh bahwa
pemberian
nilai p < 0,05 yaitu 0,011 yang artinya
kejadian pneumonia yaitu sedang dan
terdapat
korelasinya kearah negatif.
kekuatan imunisasi
hubungan
antara
campak
dengan
hubungan
antara
pemberian
DPT
dengan
kejadian
Tambunan S, et al (2013) melaporkan
pneumonia. Oleh karena itu, hipotesis
bahwa riwayat status imunisasi memiliki
kerja (H1) pada penelitian ini dapat
hubungan yang bermakna dengan kejadian
diterima. Selanjutnya untuk mengetahui
pneumonia pada balita. Jika dilihat dari
kekuatan hubungan kedua variabel maka
nilai p = 0,009; OR = 3,839 berarti balita
dilakukan uji Phi, dari hasil statistik
yang tidak mendapatkan imunisasi dapat
ditemukan nilai Phi sebesar 0,260. Hal ini
meningkatkan kejadian pneumonia 3,839
berarti,
antara
kali. Hasil penelitian ini didukung oleh
dengan
teori yang menyatakan bahwa bayi dan
kejadian pneumonia yaitu lemah dan
balita yang mempunyai status imunisasi
korelasinya
lengkap
imunisasi
kekuatan
pemberian
hubungan
imunisasi
kearah
DPT
negatif
dimana
bila
menderita
ISPA
dapat
semakin tinggi pemberian imunisasi DPT
diharapkan perkembangan penyakitnya
maka semakin rendah kejadian pneumonia
tidak akan menjadi lebih berat. Cara yang
49
Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 1
Januari 2016
terbukti paling efektif saat ini adalah
pemberian imunisasi DPT dan campak
dengan pemberian imunisasi campak dan
melalui data sekunder pada rekam medis
pertusis (DPT). Dengan imunisasi campak
dan KMS, sehingga hasilnya kurang
yang
maksimal[1].
efektif
sekitar
11%
kematian
pneumonia balita dapat dicegah dan dengan imunisasi pertusis (DPT) 6% kematian pneumonia dapat dicegah. Hasil penelitian
ini
juga
Berdasarkan
penelitian
ini
dengan
dipeoleh kesimpulan yaitu terdapat
penelitian yang dilakukan oleh Fanada M
hubungan antara pemberian imunisasi
& Widyaiswara M, yang menunjukkan
DPT dan campak dalam menurunkan
adanya hubungan yang bermakna antara
kejadian
riwayat stastus imunisasi dengan kejadian
Berdasarkan
pneumonia pada balita (p value = 0,000; α
diperoleh,
= 0,05)[9].
pneumonia paling banyak pada usia 13-
Berbagai
sejalan
KESIMPULAN DAN SARAN
faktor
meningkatkan
resiko
kejadian,
yang beratnya
pneumonia tingkat anak
yang
pada
anak.
usia
yang
mengalami
24 bulan yaitu 21 anak (41,2%). Peneliti
mengharapkan
penyakit, dan kematian karena pneumonia
petugas
yaitu status gizi (gizi kurang dan gizi
Sangurara
buruk memperbesar resiko), pemberian
berperan
ASI (ASI eksklusif mengurangi resiko),
pemberian imunisasi DPT dan campak
suplementasi
(mengurangi
dan bagi masyarakat terutama orang
resiko), suplementasi Zinc (mengurangi
tua diharapkan dapat meningkatkan
resiko), bayi dengan berat badan lahir
pemahaman
rendah (meningkatkan resiko), vaksinasi
pemberian imunisasi DPT dan campak
(mengurangi resiko), dan polusi udara
dalam
dalam kamar terutama asap rokok dan
balita serta untuk peneliti selanjutnya
asap bakaran dari dapur (meningkatkan
sekiranya perlu melakukan penelitian
resiko). Namun dalam penelitian ini
yang menyangkut semua faktor-faktor
peneliti 50
vitamin A
hanya
meneliti
kesehatan agar
di
kepada
termotivasi
dalam
tentang
mencegah
puskesmas untuk
meningkatkan
pentingnya
pneumonia
pada
pengaruh
Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 1
lain
yang
dapat
menyebabkan
terjadinya penyakit pneumonia.
Januari 2016
6. Dinkes Kota Palu. Profil Kesehatan Kota Palu. Palu: Dinas Kesehatan Kota Palu. 2015. 7. Agussalim. Hubungan Pengetahuan,
DAFTAR PUSTAKA 1. Kemenkes
RI.
Pneumonia
Balita.
Status
Imunisasi
Keberadaan
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Perokok
2010
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan
2. WHO. Pneumonia.
2014. [cited 28
Dalam
dan
Rumah
dengan
Akut pada Balita Di Puskesmas Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar”. Jurnal
April 2015]. 3. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Ilmiah STIKES U’Budiyah. 2012; 1 (2): 7-8. [cited 23 April 2016].
Indonesia Nomor 42 Tahun 2013
8. Hartati, S., Nani N., Dewi G. Faktor
tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Risiko terjadinya Pneumonia pada
2013. [cited 14 Mei 2015].
Anak
4. Monita, O., Finny F.Y.,Yuniar L. Profil Pasien
Pneumonia
Komunitas
di
sBagian Anak RSUP DR. M. Djamil Padang
Sumatera
Jurnal
Keperawatan
Indonesia. 2012; 15 (1): 18-19. [cited 04 Mei 2016]. 9. Tambunan, S., Suharyo., Kriswiharsi,
Jurnal
K.S. Faktor-Faktor Risiko Kejadian
Kesehatan Andalas. 2015; 4 (1): 220.
Pneumonia pada Balita di Wilayah
[cited 20 Agustus 2015].
Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota
5. Sukmawati.,
Sri,
Barat.
Balita.
D.A.
Hubungan
Status Gizi, Berat Badan Lahir (BBL),
Semarang Tahun 2013. 2013; [cited 04 Mei 2016].
Imunisasi dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tunikamaseang
Kabupaten
Maros.
Media Gizi Pangan. 2010; 10 (2): 20. [ cited 20Agustus 2015].
51
Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ...