HUBUNGAN PELAYANAN SPIRITUAL DENGAN KEPUASAN PASIEN DIRUMAH SAKIT MEURAXA KOTA BANDA ACEH RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL SERVICES AND PATIENT SATISFACTION AT MEURAXA HOSPITAL, BANDA ACEH Yesika Nurdina1 Ardia Putra2 1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Bagian Keilmuan Dasar-Dasar Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh e-mail:
[email protected];
[email protected]
2
ABSTRAK Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan meliputi bio-psiko-sosio-spiritual. Asuhan keperawatan tidak dapat dipisahkan dari aspek spiritual yang merupakan kebutuhan dasar manusia, jika tidak terpenuhi pasien akan mengalami distres spiritual. Pemenuhan kebutuhan spiritual secara baik akan meningkatkan kepuasan pada pasien. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pelayanan spiritual yang diberikan oleh perawat dengan kepuasan pasien. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif. Populasi penelitian adalah seluruh pasien rawat inap dalam tiga bulan terakhir terdapat 3.547 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, dengan jumlah responden sebanyak 97 orang. Alat pengumpul data berupa kuesioner, yang terdiri dari 16 item pernyataan pelayanan spiritual dalam bentuk likert dan 14 item pernyataan kepuasan pasien. Metode analisis data menggunakan uji statistik chi-square. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan pelayanan spiritual yang diberikan oleh perawat dengan kepuasan pasien (p-value=0,000) dan ada hubungan pelayanan spiritual yang diberikan oleh perawat ditinjau dari menetapkan kehadiran (p-value=0,001), berdoa (p-value=0,026), dukungan ibadah (pvalue=0,001), dan sistem dukungan (p-value=0,006) dengan kepuasan pasien. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa pelayanan spiritual telah mulai diterapkan sehingga mempengaruhi kepuasan pasien. Diharapkan perawat dapat menfasilitasi pelayanan berdoa dan membantu/membimbing ibadah dengan baik. Kata Kunci : Pelayanan Spiritual, Perawat, Kepuasan Pasien.
ABSTRACT Nursing is an integral part of health service involving bio-psycho-social-spiritual. Nursing cannot be separated from human need of spirituality. If patients do get this, they will likely to experience spiritual distress. Spiritual fulfillment will increase patient satisfaction. This study aims to learn the relationship between spiritual services provided by nurse and patient satisfaction. The descriptive correlative study used purposive sampling. The population was all 3.547 inpatients in the last three months, from which 96 patients were drawn. Questionnaires consisting of 16 spiritual health statements in likert scale and 14 items on patient satisfaction were distributed to obtain the data. The data were analyzed with chi-sqaure. The results show that there was a relationship between spiritual service given by the nurses and patient satisfaction (p-value=0.000). There was a relationship between spiritual services in term of attendance (p-value=0,001), praying (p-value=0.026), and worship support (pvalue=0.001) and patient satisfaction. The results indicates that nurses have provided spiritual services and they have improved patient satisfaction. Nurses are expected to help or guide patient with worship to enhance recovery. Keywords : Spiritual Service, Nurse, Patient Satisfaction.
1
PENDAHULUAN Perkembangan peradaban manusia telah memicu peningkatan kebutuhan dan keinginan baik dalam jumlah, variasi jenis, dan tingkat mutu. Perkembangan ini menimbulkan tantangan untuk pelayanan kesehatan (Prihantoro, 2012, p.145). Salah satu upaya pelayanan kesehatan yaitu pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat. Perawat yang professional harus dibekali pengetahuan dasar termasuk pengetahuan nilai-nilai spiritual (Sudarma, 2008, p.68) Menurut World Health Organization (WHO), Keterkaitan antara dimensi agama dan kesehatan menjadi sesuatu yang sangat penting. WHO sejak tahun 1984 telah menambahkan, dimensi agama sebagai salah satu dari empat unsur penting kesehatan. (Priharjo, 2008 dalam Ilhamsyah, dkk, 2013). Perawat harus memahami tentang spritualitas dan bagaimana keyakinan spiritual mempengaruhi kehidupan setiap orang (Potter & Perry, 2005, p.564). Pemenuhan kebutuhan spiritual yang tidak terpenuhi akan menjadi suatu masalah seperti distres spiritual (Hidayat, 2009, p.256). namun, hal ini tidak terlaksana dengan baik dikarenakan perawat masih banyak melakukan pekerjaan yang sebetulnya bukan menjadi tanggung jawabnya yang berdampak pada pelayanan (Depkes, 2001). Pada penelitian Ilhamsyah, Elly, dan Veni (2013) tentang “Hubungan pelaksanaan keperawatan spiritual dengan kepuasan spiritual pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar” yaitu terdapat hubungan antara pelaksanaan keperawatan spiritual dengan kepuasan spiritual. Berbeda dari hasil penelitian Silfia (2015) secara umum menemukan bahwa Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di Ruang Rawat Inap kelas III Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Meuraxa yang dilihat dari perbandingan antara harapan dan kenyataan dari seluruh indikator menunjukkan bahwa
pasien belum puas dengan pelayanan kesehatan yang diberikan. Penelitian ini dilakukan pada 98 responden. RSUD Meuraxa merupakan salah satu rumah sakit yang mempunyai visi dan misi menjadi rumah sakit pusat pelayanan kesehatan Islami. Berdasarkan hasil wawancara peneliti, pada tanggal 8-10 Maret 2016 dengan 12 orang perawat kesehatan di ruang inap RSUD Meuraxa, terdapat 2 orang perawat mengatakan tidak semua pasien dapat diingatkan dan didampingi sholatnya karena banyaknya pekerjaan yang perawat harus lakukan serta adanya persepsi takut salah bila menasehati pasien, sedangkan untuk pershiftnya sendiri hanya terdiri 2-3 orang sehingga tidak semua terpenuhi kebutuhan spiritualitas pasien. Peneliti juga mewawancarai 5 pasien mengatakan bahwa perawat tidak pernah menanyakan/mengajak untuk sholat, berdoa bersama dan sedikitnya waktu untuk berbincang-bincang dengan perawat. Berdasarkan rendahnya angka persentase kepuasan pasien dan mulai diterapkan pelayanan Islami, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Pelayanan Spiritual Yang Diberikan Oleh Perawat Dengan Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Banda Aceh 2016”. Tujuan umum untuk mengetahui hubungan pelayanan spiritual yang diberikan oleh perawat dengan kepuasan pasien dan tujuan khusus untuk mengetahui hubungan pelayanan spiritual yang diberikan oleh perawat ditinjau dari menetapkan kehadiran, berdoa, dukungan ibadah, dan sistem dukungan dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Kota Banda Aceh. METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi, dan desain penelitian yang 2
digunakan adalah desain cross sectional study. Sampel berjumlah 97 responden dengan menggunakan rumus slovin dan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Alat pengumpulan data berupa kuesioner, yang terdiri dari 16 item pernyataan pelayanan spiritual dalam bentuk likert dan 14 item pernyataan kepuasan pasien Waktu penelitian tanggal 19 sampai 22 Juli 2016 di Ruang Inap RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh. Uji analisa yang dilakukakan adalah univariat dan bivariate. HASIL Tabel 1. Data Demografi Responden (n = 97) No 1.
2.
3.
4.
5.
Data Usia Remaja Akhir Dewasa Awal Dewasa Akhir Lansia Awal Lansia Akhir Manula Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan Dasar Menengah Perguruan Tinggi Pekerjaan Tidak Bekerja Wiraswasta PNS Karyawan Petani Pelajar Pensiunan Hari Rawatan <Seminggu >Seminggu Jumlah
f
%
9 26 18 21 17 6
9,3 26,8 18,6 21,6 17,5 6,2
40 57
41,2 58,8
18 51 28
18,6 52,6 28,9
20 36 5 13 14 5 4 77 20 97
20,6 37,1 5,2 13,4 14,4 5,2 4,1 79,4 20,6 100
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa dari 97 orang responden, frekuensi tertinggi pada usia dewasa awal (26-35 tahun) sebanyak 26 orang (26,8%). Ditinjau dari jenis kelamin, frekuensi tertinggi adalah perempuan sebanyak 57 orang (58,8%). Ditinjau dari tingkat pendidikan, frekuensi tertinggi pada SMA sebanyak 51 orang (52,6%). Sedangkan, distribusi tertinggi pada pekerjaan adalah wiraswasta sebanyak 36 orang (37,1%) dan frekuensi tertinggi pada lamanya perawatan yaitu kurang dari 7 hari sebanyak 77 orang (79,4%). Tabel 2. Analisa Pelayanan Spiritual di tinjau dari Menetapkan Kehadiran dengan kepuasan pasien (n=97) Kepuasan Pasien Kehad Puas Kurang Tidak Puas Puas iran f % f % f % Baik Kurang
46 71,9 16 25,0 2 16 48,5 8 24,2 9
Total f
α
p
%
31,1 64 100 0,05 0,001 27,3 33 100
Berdasarkan tabel 2. menunjukkan bahwa Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pelayanan spiritual yang diberikan oleh perawat ditinjau dari menetapkan kehadiran dengan kepuasan pasien (p-value=0001) Tabel 3. Analisa Pelayanan Spiritual di tinjau dari berdoa dengan kepuasan pasien (n=97) Kepuasan Pasien Total Kurang Tidak Puas Puas f % f % f % f % Baik 33 73,3 11 24,4 1 2,2 45 100 Kurang 29 55,8 13 25,0 10 19,2 52 100 Ber doa
Puas
α
p
0,05 0,026
Berdasarkan tabel 3. menunjukkan bahwa nilai p-value 0.026 < (α=0.05), Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pelayanan spiritual yang diberikan oleh perawat ditinjau dari berdoa dengan kepuasan pasien.
3
Tabel 4. Analisa Pelayanan Spiritual di tinjau dari mendukung ibadah dengan kepuasan pasien (n=97) Menduk ung Ibadah Baik Kurang
Kepuasan Pasien Total Kurang Tidak α p Puas Puas f % f % f % f % 38 80,9 8 17,0 1 2,1 47 100 0,05 0,001 24 48,0 16 32,0 10 20,0 50 100 Puas
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa nilai p-value 0.001 < (α=0.05), Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pelayanan spiritual yang diberikan oleh perawat ditinjau dari mendukung ritual/ibadah dengan kepuasan pasien. Tabel 5. Analisa Pelayanan Spiritual di tinjau dari sistem dukungan dengan kepuasan pasien (n=97) Kepuasan Pasien Total Kuran Tidak g Puas Puas f % f % f % f % Baik 47 72,3 15 23,1 3 4,6 65 100 Kurang 15 46,9 9 28,1 8 25,0 32 100 Duku ngan
Puas
α
p
0,05 0,006
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa nilai p-value 0.006 < (α=0.05), Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pelayanan spiritual yang diberikan oleh perawat ditinjau dari sistem dukungan dengan kepuasan pasien. Tabel 6. Analisa Pelayanan Spiritual di dengan kepuasan pasien (n=97) Kepuasan Pasien Total Kurang Tidak α p Puas Puas f % f % f % f % Baik 42 68,9 18 29,5 1 1,6 61 100 0,05 0,000 Kurang 20 55,6 6 16,7 10 27,8 36 100 Pelaya nan
Puas
Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa dari nilai p-value 0.000 < (α=0.05), hal ini Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pelayanan spiritual yang diberikan oleh perawat dengan kepuasan pasien.
PEMBAHASAN Hubungan pelayanan spiritual yang ditinjau dari menetapkan kehadiran dengan kepuasan pasien. Menurut Harnilawati (2013,p.54), Kehadiran perawat merupakan suatu langkah dalam membangun hubungan saling percaya kepada pasien dengan menyakinkan pasien atau keluarga bahwa kehadiran perawat untuk membantu dalam menyelesaikan masalah kesehatan. Selain itu, hal yang terpenting lainnya adalah diawali dengan memperkenalkan diri secara sopan dan ramah, menjelaskan tujuan kunjungan dan menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan. Kehadiran perawat dalam pelaksanaan praktik keperawatan berkaitan dengan perawatan spiritual yang dilakukan oleh perawat seperti menunjukkan empati dan kasih sayang untuk menginspirasi keinginan untuk hidup, menghadiri untuk aspek fisik, emosional dan spiritual pasien, mendengarkan kekhawatiran pasien, refleksi dan kisah spiritualnya serta membantu pasien untuk melaksanakan praktik agama mereka dan bekerja sama dengan anggota kesehatan interdisipliner tim (Baldacchino 2006; Pulchalski 2001 dalam Cetinkaya, Azak & Dundar, 2011) Pada penelitian dari Sugiyanto dan Warsiti (2014) menyatakan bahwa ada pengaruh konseling spiritual perawat terhadap tingkat kecemasan pada keluarga yang dirawat di ruang ICU RSUD Sleman. Dengan hasil Tingkat kecemasan keluarga pasien yang dirawat di ruang ICU sebagian besar tingkat panik (70%) pada kelompok eksperimen dan 80% kelompok kontrol. Setelah tindakan konseling spiritual tingkat kecemasan keluarga pasien yang dirawat di ruang ICU (100%) kecemasan sedang dan pada kelompok kontrol 70 % kecemasan berat. Yang artinya peran perawat spiritual dengan menetapkan 4
kehadiran sebagai communicator, dapat memberikan dukungan dan ketenangan jiwa pada keluarga maupun pada pasien. Menurut pendapat peneliti, hasil penelitian dengan person chi-square (0,001) menunjukkan bahwa adanya hubungan dan hasil dari subvariabel menetapkan kehadiran baik sebanyak 64 responden, terdapat 46 reponden 74,2% dengan kepuasan pasien puas dikarenakan menetapkan kehadiran pelayanan yang sudah baik didukung oleh pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat yang tidak terlepas dari standar operasional yang telah ditentukan oleh pihak rumah sakit. Komunikasi yang terjalin baik akan menimbulkan kepercayaan sehingga terjadi hubungan yang lebih hangat dan mendalam. Kehangatan suatu hubungan akan mendorong pengungkapan beban perasaan dan pikiran yang dirasakan selama hospitalisasasi. Tujuan dari interaksi ini adalah untuk dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan spiritual pasien sehingga pasien merasa puas terhadap pelayanan yang telah diberikan. Hubungan pelayanan spiritual yang ditinjau dari Berdoa dengan kepuasan pasien. Doa didefinisikan sebagai permintaan atau permohonan dari pihak yang berkedudukan rendah kepada pihak yang berkedudukan lebih tinggi. Pihak yang berkedudukan rendah itu, ialah manusia dan pihak yang berkedudukan lebih tinggi itu ialah Allah (Noor, 2008,p.21). Berdoa merupakan salah satu implementasi dari asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien dapat dilakukan antara lain dengan pengkajian pemahaman pasien tentang spiritual, pengkajian tentang kebiasaan berdoa pada pasien, memberikan kesempatan dan membantu pasien untuk dapat menjalankan kewajiban agamanya, membantu pasien melakukan rutinitas peribadatannya, mendengarkan keluhan atau perasaan pasien serta berdiskusi dengan pasien tentang
spiritual. Sedangkan pada kondisi pasien yang tidak sadar maka prioritas pemenuhan kebutuhan spiritual pada memperdengarkan doa-doa kepada pasien, mendoakan pasien, menyiapkan kondisi yang tenang untuk pasien (Munjirin, 2008 dalam Saputra & Kurniawati 2014). Pada penelitian Jauhari (2014) tentang ”Pengaruh terapi psikoreligius: doa dan dzikir terhadap penurunan tingkat depresi pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodalisa di ruang hemodalisa rumah sakit Kota Semarang”, dengan sampel 15 responden sebagai kelompok perlakuan dan 15 responden sebagai kelompok kontrol menunjukkan bahwa mean pada post perlakuan 9,47, sedangkan pada kelompok kontrol 12,53 didapatkan hasil p-value 0,003. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan salah satu upaya mengatasi depresi adalah dengan terapi psikoreligius dengan doa dan dzikir. Menurut pendapat peneliti, hasil penelitian dengan pelayanan spiritual berdoa dengan baik sebanyak 45 responden, terdapat 11 responden yang merasa kurang puas terhadap pelayanan dikarenakan tidak terlaksananya berdoa dengan baik ketika berinteraksi dengan pasien seperti memulai sesuatu dan mengakhiri dengan doa yang seharusnya menandakan bahwa perawat bersungguh-sungguh dalam memberikan perawatan, mengajak berdoa bersama untuk kesembuhan pasien hingga memberi ketenagan jiwa. Hal tersebut, juga dapat dilihat dari jawaban responden yang menjawab frekuensi berdoa “jarang” atau “kadang-kadang” dilakukan oleh perawat. Diharapkan Perawat dapat memperdengarkan pengucapan bismillah dan Alhamdulillah sehingga menambahkan keyakinan pada pasien akan kesembuhan penyakitnya. Sedangkan hasil penelitian berdasarkan pelayanan berdoa dengan kurang baik sebanyak 52 responden, terdapat 29 responden 5
(46,8%) merasakan puas akan pelayanan berdoa dikarenakan setiap mendekati waktu sholat diperdengarkan suara pengajian yang dapat mengingatkan akan pencipta, penguatan dan penurunan kecemasan. Hubungan pelayanan spiritual ditinjau dari Mendukung ritual/ibadah dengan kepuasan pasien. Ibadah dalam agama islam sangat banyak dan bila dilaksanakan dapat memberikan dampak pada proses penyembuhan. Salah satunya adalah sholat, yang memiliki banyak manfaat positif dan kekuatan yang tidak dimiliki ibadah lain dalam hal membuat kondisi kejiwaan seseorang lebih baik. Berbagai penelitian menyatakan bahwa shalat dapat membantu mengatasi depresi, terutama bagi orang sakit. Para ilmuwan berkesimpulan bahwa patuh dalam melaksanakan ibadah-ibadah yang diperintahkan agama dapat mengurangi kekhawatiran dan tingkat depresi orang-orang yang terjangkit penyakit (Baduweilan, 2007, p.48) Setelah melakukan penelitian terhadap 156 pasangan suami istri yang terjangkit penyakit kanker paru-paru dengan tingkat stadium dan usia yang berbeda-beda, yaitu antara usia 2685 tahun dengan memperhatikan tingkat kepatuhan beribadah dan tingkat depresinya, maka dapat disimpulkan bahwa para suami istri yang rajin beribadah dan melaksanakan sholat memiliki tingkat depresi yang lebih rendah (Baduweilan, 2007, p.48) Pada penelitian Medya dan Miswah (2011) tentang “pengaruh bimbingan spiritual terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operatif di ruang rawat inap rsud kajen kabupaten pekalongan” dengan populasi sebanyak 20 orang, Hasilnya diketahui 18 orang (90%) kecemasan sedang dan 2 orang (10%) kecemasan berat sebelum diberikan bimbingan spiritual, sedangkan setelah diberikan bimbingan spiritual diketahui 19 orang (95%) kecemasan ringan dan 1 orang
(5%) kecemasan sedang. Hasil uji wilcoxon diperoleh ρ-value sebesar 0,000 < 0,05, berarti ada pengaruh bimbingan spiritual terhadap tingkat kecemasan pasien pre operatif di Rawat Inap RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan. Hal tersebut membuktikan bahwa bimbingan spiritual sangat dibutuhkan oleh pasien dalam mendukung ibadahnya sehingga tercapainya kepuasan pada pasien. Menurut pendapat peneliti, Hasil penelitian dalam pelayanan spiritual dengan mendukung ibadah kurang baik sebanyak 50 responden didapatkan 48,0% responden merasa puas terhadap pelayanan, dikarenakan adanya pihak kelompok da‟i atau daiyah yang hanya berinteraksi 10-15 menit dapat memotivasi dan membimbing ibadah pasien diruangan rawat inap dan didapati 16 reponden (32,0%) merasakan kurang puas terhadap pelayanan spiritual oleh perawat dikarenakan adanya dua faktor yang mempengaruhi yaitu pertama; diketahui perawat dapat berinteraksi dengan pasien selama 24 jam tetapi perawat belum sepenuhnya melakukan perawatan spiritual dengan membantu pasien dalam beribadah seperti membimbing atau membantu dalam tayamum/wudhu dan sholat. Hubungan pelayanan spiritual ditinjau dari sistem dukungan dengan kepuasan pasien. Perawat dalam memberikan dukungan pada pasien, langkah pertama yang dilakukan perawat menganalisa pola perubahan perilaku pasien tentang ketidakefektifan respons atau respons adaptif (Nursalan, 2008). Dukungan perawat bertujuan untuk memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh perawat yang berkaitan dengan tindakan asuhan yang diberikan (Justam, 2011) Melakukan perawatan pada pasien yang dirawat dalam jangka panjang, diharapkan perawat bersedia menjadi pendengar aktif, memberi dukungan, dan membantu 6
menvasilidasi perasaan dan pengalaman pasien yang selanjutnya akan menfasilitasi penggalian pengalaman pasien arti kehidupan dan kematian pasien. Pada saat yang bersamaan, perawat juga perlu tetap menjalin hubungan ini juga akan memberi arti tertentu dalam kehidupan pasien (Hamid, 2008,p.30). Didukung oleh penelitian Madadeta dan Widyaninggsih (2016) tentang “gambaran dukungan spiritual perawat dan keluarga terhadap pemenuhan kebutuhan spriritual pada pasien kanker serviks di rsud Dr. moewardi”, sampel penelitian adalah 93 responden dan hanya sekitar setengah dari responden (n=51, 54,8%) menyatakan bahwa pasien telah menerima dukungan spiritual yang baik dari perawat. Di antara dukungan ini, komunikasi terapeutik 97% dan dukungan motivasi 87,1% mendapatkan hasil tertinggi. Selain itu, sebagian besar responden (n = 77, 82,8%) menyatakan juga bahwa pasien telah memperoleh dukungan spiritual yang baik dari keluarga pasien. Pada penelitian Justam (2011) tentang “hubungan dukungan perawat dengan kecemasan pasien pre-operasi di rumah sakit bhakti wira tamtama semarang”, menunjukkan bahwa bahwa skor rata-rata dukungan perawat adalah 35,00, skor rata-rata kecemasan adalah 5,167. Hasil korelasi dengan menggunakan korelasi Rank Spearman didapatkan nilai r sebesar -0,510 dengan nilai p sebesar 0,004 (P < 0,05), sehingga dinyatakan adanya hubungan yang bermakna, sehingga dapat menunjukkan bahwa dukungan perawat sangat dibutuhkan oleh pasien. Menurut pendapat peneliti, diketahui bahwa sebagian besar 67% responden mendapatkan pelayanan spiritual yang baik dan merespon puas terhadap pelayanan sebesar 75,8%. Kepuasan pasien ini sendiri disebabkan karena perawat mulai memperhatikan aspek Islami ketika melakukan tindakan dengan memberi penjelasan terlebih dahulu. Kemudian
terlihat perawat memberikan dukungan kepada keluarga maupun teman dengan terus mendoakan pasien dengan harapan dipercepat penyembuhan oleh Allah swt dan menyesuaikan diri dengan kondisi pasien yang sedang menderita penyakit. Mendukung spiritual pasien juga bertujuan untuk membantu pasien untuk merasakan keseimbangan dalam kehidupan dan hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan pelayanan spiritual dengan kepuasan pasien. Pelayanan spiritual telah ditemukan efektif dalam mengembangkan strategi koping untuk pasien di saat krisis, di dalamnya menjadi damai dengan diri mereka sendiri dan dalam menciptakan pandangan positif dari kehidupan (Kociszewski 2003; Baldacchino dan Draper 2001) dan menurut Lind et al, (2011) menyebutkan bahwa jika kebutuhan rohani dan emosional pasien terpenuhi, kepuasan pasien terhadap pelayanan akan meningkat. Menurut Cockell dan McSherry (2012); Wong dan Yau (2010) dalam Cetinkaya, Azak & Dundar, (2011), mengemukakan Di antara faktor-faktor yang menghambat praktek perawatan spiritual adalah manajemen tidak cukup dukungan, tenaga kerja dan sumber daya, faktor budaya, peningkatan beban kerja, dan pertimbangan perawat bahwa pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk mengelola penyembuhan spiritual. Menurut Hidayat, (2009, p.255) tahap perkembangan juga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi spiritualitas. Usia perkembangan ini, menentukan proses pemenuhan kebutuhan spiritual, karena setiap tahap perkembangan memiliki cara menyakini kepercayaan terhadap Tuhan yang berbeda. Pada penelitian Saputra dan Kurniawati (2014) menunjukkan adanya “hubungan antara penerapan asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di ruang rawat inap kelas III RS PKU Muhammadiyah 7
Yogyakarta” dengan menggunakan kendall tau yang hasilnya adalah nilai signifikasi sebesar 0,042 (> 0,05). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Stevano, dkk (2013) tentang “Hubungan antara status demografi dengan kepuasan dalam pelayanan pasien jamkesmas di wilayah kerja puskesmas ratahan Kabupaten Minahasa Tenggara”, menunjukkan bahwa data demografi seperti Umur (p=0,003), Jenis Kelamin (p=0,008), Pekerjaan (p=0,009) mempunyai hubungan dengan kepuasan pelayanan pasien Jamkesmas. Sedangkan Pendidikan (0,296) tidak memiliki hubungan dengan kepuasan pelayanan pasien Jamkesmas. Menurut pendapat peneliti, adanya hubungan pelayanan spiritual dengan kepuasan pasien dikarenakan banyak faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pasien, seperti adanya sistem dukungan dari pihak kelompok rohaniwan, dukungan dari pihak rumah sakit yang memfasilitasi pelaksanaan ibadah serta karakteristik pasien yang turut mempengaruhi. Dengan adanya pelayanan Islami membuat perawat menggali kembali pengetahuan dan ketrampilan untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien sehingga pasien merasakan perbedaan pelayanan dahulu dengan pelayanan keperawatan yang prima. KESIMPULAN Adanya hubungan pelayanan spiritual yang diberikan oleh perawat dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Kota Banda Aceh (P-value = 0,000). Adanya hubungan pelayanan spiritual yang diberikan oleh perawat ditinjau dari menetapkan kehadiran (p-value=0,001), berdoa (p-value=0,026), dukungan ibadah (pvalue=0,001), dan sistem dukungan (pvalue=0,006) dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Kota Banda Aceh.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dan telah disimpulkan, maka peneliti memberikan saran untuk meningkatkan manajemen pelayanan kesehatan : Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Banda Aceh, diharapkan pihak rumah sakit dapat memberikan leaflet pada pasien dan keluarga pasien untuk pemahaman lebih lanjut terhadap pelayanan apa saja yang dapat diberikan. Bagi Fakultas Keperawatan, diharapkan bagi pihak Fakultas Keperawatan agar dapat memberikan pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan pelayanan spiritual kepada mahasiswa. Bagi Ruang Rawat Inap, diharapkan kepada tenaga kesehatan di ruang rawat inap dapat sepenuhnya menjalankan standar operasional prosedur pelayanan berbasis Islami dan kebutuhan pasien harus cepat ditanggapi sehingga tingkat kepuasan pasien terpenuhi. Bagi Peneliti Selanjutnya, diharapkan penelitian selanjutnya dapat dikembangkan dengan desain penelitian lainnya. REFERENSI Baduweilan, A. (2007) Sholat Itu Obat (Mengungkap Rahasia Pengobatan Dan Kesehatan Dalam Ibadah Sholat). Buku online di Akses tanggal 2 Agustus 2016 di http://books.google.co.id/books?isb n=9791234183 Centikaya, B., Azak, A., & Dundar, S.A., (2011). Persepsi perawat „spiritualitas‟ dan perawatan spiritual. Australian Jurnal Advenced Keperawatan, Volume 31 Nomor 1. Retrieved from http;//www.ajan.com.au/vol31 /issue1/1Azak. pdf. Terjemahan.
8
Hamid, A.Y. (2008). Bunga Rampai; Asuhan Keperawatan Jiwa.Jakarta: EGC Harnilawati (2013). Konsep dan proses keperawatan keluarga. Sulawesi selatan: Pustaka as-salam Hidayat,
A. A. A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia (Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Keperawatan Halaman 1-8. Universitas Ponegoro. Diaskes tanggal 2 Agustus 2016 di http//ejournal-s1-undip.ac.id/ Meyda,P.B.U. & Niswah,Z. (2011). Pengaruh Bimbingan Spiritual Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre-Operatif Diruang Rawat Inap Rsud Kajen Kabupaten Pekalogan. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Noor, S. (2008). Dasyatnya Doa Ibu. Jakarta Selatan; Pustaka Al-mawardi
Ilhamsyah, Elly, S.J., & Veni, H. (2013). Hubungan Pelaksanaan Keperawatan Spiritual Dengan Kepuasan Spiritual Pasien Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar. Jurnal. Di akses pada http://pasca.unhas.ac.id/jurnal. Jauhari,
J. (2014). Pengaruh Terapi Psikoreligius: Doa Dan Dzikir Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodalisa Di Ruang Hemodalisa Rumah Sakit Kota Semarang. Skripsi. PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran. Semarang.
Justam (2011). Hubungan dukungan perawat dengan kecemasan pasien pra operasi di rumah sakit tingkat III bhakti wira tamtama Semarang. Universitas Muhammadiyah. Madadeta, G. & Widyaninggsih, S. (2015). Gambaran Dukungan Spiritual Perawat Dan Keluarga Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Spriritual Pada Pasien Kanker Kanker Serviks di RSUD Dr. Moewardi. Jurnal
Nursalam. (2013). Management Keperawatan (Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional). Jakarta: Salemba Medika. Potter, P. A. & Perry A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Ed.4 Vol.1.Jakarta: EGC. Prihantoro, R. (2012). Konsep Pengendalian Mutu. Bandung: PT. Remaja Rosdadarya. Saputra,H. & Kurniawati,T. (2014). Hubungan penerapan Asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di ruang rawat inap kelas III RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. PSIK aisyiyah. Yogyakarta. Silfia, S. (2015). Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Di Ruang Rawat Inap kelas III Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Meuraxa Banda Aceh. Skripsi. Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala dari http://etd.unsyiah.ac.id. 9
Stevano, A.M, Franckie, R.R.M, & Sulaemana, E., (2013). Hubungan antara status demografi dengan kepuasan dalam pelayanan pasien jamkesmas di wilayah kerja puskesmas ratahan kabupaten minahasa tenggara. Jurnal. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Diakses pada http://fkm.unsrat.ac.id.
10