ISSN ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Hubungan Organisasi Belajar dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Fakultas Teknik dan Kejuruan Undiksha Ketut Ngurah Alit Keniten1, Ketut Agustini2, I Made Ardwi Pradnyana3 Pendidikan Teknik Informatika Universitas Pendidikan Ganesha Singraja, Bali Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak— Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) hubungan organisasi belajar terhadap kinerja fakultas teknik dan kejuruan Undiksha, (2) hubungan antara budaya organisasi terhadap kinerja fakultas tenik dan kejuruan Undiksha, dan (3) hubungan antara organisasi belajar dan budaya organisasi terhadap kinerja fakultas teknik dan kejuruan Undiksha. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode Ex Post Facto. Penelitian ini dilakukan pada seluruh tenaga pendidik dan kependidikan dilingkungan FTK Undiksha dengan jumlah sampel sebanyak 57 responden. Variabel yang diteliti adalah dua variabel bebas yaitu organisasi belajar dan budaya organisasi, serta satu variabel terikat yaitu Kinerja FTK Undiksha. Data organisasi belajar, budaya organisasi dan kinerja FTK Undiksha diperoleh melalui penyaberan angket, serta untuk mendapatkan penjelasan mengenai hubungan-hubungan yang terjadi antar variabel penelitian dilakukan analisa dengan teknik korelasi dan regresi dengan terlebih dahulu melakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas, uji linieritas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara organisasi belajar dengan kinerja fakultas teknik dan kejuruan Undiksha, terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara budaya organisasi dengan kinerja fakultas teknik dan kejuruan Undiksha, dan secara bersama-sama terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara organisasi belajar dan budaya organisasi dengan kinerja fakultas teknik dan kejuruan Undiksha.
organization on the performance of the faculty of technic and vocational Undiksha, and (3) the correlation between learning organization and culture organization on the performance of the faculty of technic and vocational Undiksha. This research is a quantitative research by Ex Post Facto method. This research was conducted on all educators in the faculty of technic and vocational Undiksha with a total sample of 57 respondents. The variables studied were two independent variables that are learning organization and culture organization, as well as the dependent variable is the performance of the faculty of technic and vocational Undiksha. The data of learning organization, culture organization and the performance of the faculty of technic and vocational Undiksha are obtained through questionnaire, as well as doing an analysis using correlation and regression technic to get an explanation of the correlation that occur between the research variables, by first do the prerequisite test analysis, such as the normality test, linearity test, test multicollinearity, heteroscedasticity test and autocorrelation test. The results show a positive and significant correlation between learning organization with the performance of the faculty of technic and vocational Undiksha, there is a positive and significant correlation between culture organization with the performance of the faculty of technic and vocational Undiksha, and there is a positive and significant correlation between both learning organization and culture organization culture with the performance of the faculty of technic and vocational Undiksha. Keywords: Learning Organization, Organization, Performance.
Kata kunci: Organisasi Belajar, Budaya Organisasi, Kinerja.
I.
Culture
PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengharuskan individu untuk belajar. Demikian pula organisasi harus siap menghadapi
Abstract— This study aims to determine (1) the correlation of learning organization on the performance of the faculty of technic and vocational Undiksha, (2) the correlation between culture
1
ISSN ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 adanya perubahan tersebut. Banyak hal yang harus disiapkan agar dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan dan menjaga kelangsungan organisasi agar tetap mampu bersaing dan bertahan. Definisi Organisasi Organisasi akan dapat menjadi “organisasai belajar” hanya dengan membelajarkan individuindividu di dalamnya dengan memberdayakan aspek pembelajaran, organisasi, manusia, pengetahuan dan teknologi [1]. Sebagai Organisasi Belajar hendaknya memberikan peluang kepada para pekerja atau pegawai agar dapat memperbaiki diri untuk meraih sukses. Dalam konteks Organisasi Belajar, setiap komponen dalam organisasi harus memiliki komitmen dan kapasitas untuk selalu belajar pada semua aspek sesuai peran dan fungsinya masingmasing. Dengan kata lain semua hal yang dilakukan dalam organisasi atau perusahaan harus ditekankan sebagai suatu proses pembelajaran yang sangat dinamis, dan semua unsur manusia pelaksananya harus melakukan pembelajaran yang aktif partisipatif. Konsep Organisasi Belajar telah dikaitkan dengan kinerja dalam organisasi, Organisasi Belajar dapat membantu meningkatkan keunggulan kompetitif organisasi serta tanggap terhadap perubahan, kemudian memicu minat untuk mengembangkan organisasi [2]. Sehingga mampu mendukung organisasi untuk dapat terus perkembang. Budaya organisasi merupakan normanorma dan nilai-nilai yang mengarahkan prilaku anggota organisasi. Setiap anggota akan berprilaku sesuai dengan budaya yang berlaku agar diterima oleh lingkungannya [3]. Budaya Organisasi seringkali di gambarkan dalam arti yang dimiliki bersama. Pola-pola dari kepercayaan, simbol-simbol, ritual-ritual dan mitos-mitos yang berkembang dari waktu ke waktu dan berfungsi sebagai perekat yang menyatukan organisasi. Kinerja (performance) adalah kuantitas dan atau kualitas hasil kerja individu atau sekelompok di dalam organisasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang berpedoman pada norma, standar operasional prosedur, kriteria dan ukuran yang telah ditetapkan atau berlaku dalam organisasi. Kinerja memiliki beberapa karakteristik antara lain: bertanggung jawab dalam pemecahan masalah, menetapkan tujuan, ada umpan balik dan dapat dikendalikan [4].
mereka untuk menciptakan hasil yang benarbenar mereka inginkan, dimana pola baru dan ekspansi (perluasan) pemikiran diasuh, dimana aspirasi kolektif dibebaskan, dan dimana orang terus-menerus belajar melihat bersama-sama secara menyeluruh [5]. Alasan dasar untuk organisasi tersebut adalah bahwa dalam situasi perubahan yang cepat hanya mereka yang fleksibel, adaptif dan produktif yang dapat bertahan. Organisasi akan dapat menjadi organisasai belajar hanya dengan membelajarkan individu-individu di dalamnya dengan memberdayakan aspek pembelajaran, organisasi, manusia, pengetahuan dan teknologi. Sebagai Organisasi Belajar hendaknya memberikan peluang kepada para pekerja atau pegawai agar dapat memperbaiki diri untuk meraih sukses [6]. Dalam konteks Organisasi Belajar atau learning organization, setiap komponen dalam organisasi harus memiliki komitmen dan kapasitas untuk selalu belajar pada semua aspek sesuai peran dan fungsinya masing- masing. Dengan kata lain semua hal yang dilakukan dalam organisasi atau perusahaan harus ditekankan sebagai suatu proses pembelajaran yang sangat dinamis, dan semua unsur manusia pelaksananya harus melakukan pembelajaran yang aktif partisipatif. Selanjutnya bagian utama dari penelitian ini akan menggunakan dimensi Organisasi Belajar yang menjadi 5 hal penting, yaitu. 1.
Personal Mastery (Keahlian Pribadi) Dapat diartikan sebagai kemampuan untuk secara terus menerus dan sabra memperbaiki wawasan agar objektif dalam melihat realita dengan pemusatan energy pada hal-hal yang strategis. Pada bagian lain, Senge juga mengatakan bahwa “Personal mastery is a set of practices that support people – children and adult – in keeping thir dreams whole while cultivating an awareness of the current reality around them”. Dapat diartikan bahwa personal mastery merupakan serangkaian tindakan yang mendukung seseorang dalam mewujudkan impian dengan mengambil kesadaran dari kondisi nyata di sekitar mereka. Belajar untuk memperluas kapasitas personal dalam mencapai hasil kerja yang paling diinginkan, dan menciptakan lingkungan organisasi yang menumbuhkan seluruh anggotanya untuk mengembangkan diri mereka menuju pencapaian sasaran dan makna bekerja sesuai dengan harapan yang mereka pilih. Organisasi Belajar hanya terjadi melalui individu yang belajar. Pembelajaran individu tidak
II. A.
KAJIAN TEORI Organisasi Belajar Organisasi Belajar adalah organisasi dimana orang terus-menerus memperluas kapasitas
2
ISSN ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Lebih lanjut dapat definisakan sebagai “is the set of tools and techniques for bringing all of these disparate aspiration into alignment around the things” [5]. Lebih lanjut senge menjelaskan shared vision bukanlah sebuah ide, dan juga bukan merupakan ide penting seperti sebuah kebebasan, tetapi lebih menyerupai sebuah kekuatan dari dalam hati seseorang yang benarbenar kuat.
menjamin pembelajaran organisasi. Tapi tanpa itu tidak terjadi pembelajaran organisasi. Penguasaan pribadi adalah disiplin terus memperjelas dan memperdalam visi pribadi kita, memfokuskan energi kita, mengembangkan kesabaran, dan melihat realitas obyektif. Melampaui kompetensi dan keterampilan, meskipun melibatkan mereka. Melampaui pembukaan rohani, meskipun melibatkan pertumbuhan rohani. Penguasaan dipandang sebagai jenis khusus dari kemahiran. Ini bukan tentang dominasi, melainkan sebuah keterpanggilan. Visi adalah panggilan bukan hanya sekedar ide yang baik.
4.
Team Learning (Pembelajaran Tim) Jika ada satu lidi maka akan dengan mudah dipatahkan, tetapi jika lidi tersebut disatukan menjadi sebuah sapu lidi maka akan menjadi sebuah kekuatan yang dapat digunakan untuk membersihkan kotoran. Begitulah secara sederhana kerja sama tim dilakukan. Menurut senge, “team learning is the process of aligning and developing the capacity of team to create the result it’s members truly desire.” Dapat diartikan tim learning adalah proses menyelaraskan dan membangun kapasitas tim untuk menciptakan hasil yang diinginkan anggota organisasinya. Pembelajaran dapat dianggap sebagai proses menyelaraskan dan mengembangkan kapasitas tim untuk menciptakan hasil yang anggotanya sungguh-sungguh menginginkannya. Ini didasarkan pada penguasaan pribadi dan visi bersama, tetapi ini tidak cukup. Orang harus mampu untuk bertindak bersama-sama. Ketika tim belajar bersama, Peter Senge menunjukkan, tidak hanya akan ada hasil yang baik bagi organisasi, anggota akan tumbuh lebih cepat dari yang bisa saja terjadi sebaliknya. Disiplin belajar tim dimulai dengan dialog, kapasitas anggota tim untuk menangguhkan asumsi dan masuk ke dalam suatu kesatuan berpikir bersama. Bagi orang Yunani dialog artinya logos yang berarti bebas-mengalir jika makna melalui kelompok yang memungkinkan kelompok untuk menemukan wawasan dan tidak dicapai secara individual. Mentransformasikan pembicaraan dan keahlian berpikir (thinking skills) sehingga suatu kelompok dapat secara sah mengembangkan otak dan kemampuan yang lebih besar dibandingkan ketika masing-masing anggota kelompok bekerja sendiri.
2.
Mental Models (Model Mental) Mental models merupakan cermin dari pemikiran anggota organisasi. Lebih lanjut Senge mengatakan “mental models are deeply ingrained assumptions, generalization or even pictures or image that influence how we understand the word and how we take action”. Dapat diartikan suatu proses menilai diri sendiri untuk memahami, asumsi, keyakinan, dan prasangka atas rangsangan yang muncul tentang bagaimana seseorang memahami lingkungan serta bertindak. Untuk lebih mudah memahami mental models dapat digambarkan seperti pada saat terjadi sebuah peristiwa, beberapa orang akan mempunyai cerita berbeda dari peristiwa tersebut, perbedaan itu mengacu pada persepsi, pemahaman, pemikiran dan pengalaman masingmasing individu. Ini adalah asumsi yang tertanam, generalisasi, atau bahkan gambar yang mempengaruhi bagaimana kita memahami dunia dan bagaimana kita mengambil tindakan. Kita sering tidak menyadari dampak dari asumsi seperti pada perilaku kita dan dengan demikian bagian mendasar dari tugas kita adalah untuk mengembangkan kemampuan untuk mencerminkan tindakan. Disiplin model mental dimulai dengan memutar cermin diri, belajar untuk menggali gambar internal kita dari dunia, untuk membawa mereka ke permukaan dan menahan mereka secara ketat untuk pemeriksaan. Hal ini juga termasuk kemampuan untuk melakukan ‘learningful’, di mana orang mengungkapkan pemikiran mereka sendiri secara efektif dan membuat berpikir terbuka terhadap pengaruh orang lain.
5.
System Thinking (Berfikir Sistem) Dapat diumpamakan sebagai sebuah kondisi iklim, dimana pada saat akan terjadi hujan deras akan selalu diawali oleh tiupan angina yang cukup kencang dan awan gelap di langit serta daun-daun yang berguguran tertiup angina. Dapat dikatakan sebuah system yang berkerja saling terkait satu sama lain. Cara pandang untuk
3.
Shared Vision (Visi Bersama) Merupakan sebuah komitmen anggota organisasi untuk menerapkan visi bersama-sama untuk meraih masa depan tanpa merasa terpaksa.
3
ISSN ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 menggambarkan dan memahami kekuatan dan hubungan yang menentukan perilaku dari suatu sistem. Suatu pandangan cemerlang adalah cara dimana ia menempatkan teori sistem untuk bekerja. Berpikir sistemik adalah landasan konseptual (The Fifth Discipline) dari pendekatannya. Ini merupakan disiplin yang mengintegrasikan orang lain, menggabungkan mereka menjadi suatu tubuh yang koheren antara teori dan praktek. Kemampuan sistem teori untuk memahami dan mengatasi keseluruhan, dan untuk memeriksa keterkaitan antara bagianbagian yang menyediakan, baik insentif dan sarana untuk mengintegrasikan disiplin ilmu. Senge berpendapat bahwa salah satu masalah utama yang banyak ditulis dan dilakukan atas nama manajemen adalah bahwa kerangka kerja yang agak sederhana diterapkan untuk sebuah sistem yang kompleks. Orang cenderung untuk berfokus pada bagian parsial daripada melihat keseluruhan dan gagal untuk melihat organisasi sebagai proses dinamis. Dengan demikian argumen tidak berjalan, apresiasi yang lebih baik dari sistem akan tidak mengarah pada tindakan yang lebih tepat.
karena diformulasikan secara formal ke dalam berbagai peraturan dan ketentuan perusahaan. Terdapat beberapa karakteristik yang apabila dicampur dan dicocokkan maka akan menjadi budaya internal yaitu: (1) Inisiatif individu yaitu sejauh mana organisasi memberikan kebebasan kepada setiap pegawai dalam mengemukakan pendapat atau ide-ide yang di dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. Inisiatif individu tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu organisasi sepanjang menyangkut ide untuk memajukan dan mengembangkan organisasi. (2) Pengarahan yaitu sejauh mana pimpinan suatu organisasi dapat menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan, sehingga para pegawai dapat memahaminya dan segala kegiatan yang dilakukan para pegawai mengarah pada pencapaian tujuan organisasi. Sasaran dan harapan tersebut jelas tercantum dalam visi dan misi. (3) Integrasi yaitu sejauh mana suatu organisasi dapat mendorong unit-unit organisasi untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi. Koordinasi merupakan proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada unitunit yang terpisah (departemen atau bidangbidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan. (4) Dukungan manajemen yaitu sejauhmana para pimpinan organisasi dapat memberikan komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap pegawai. Dukungan tersebut dapat berupa adanya upaya pengembangan kemampuan para pegawai seperti mengadakan pelatihan. (5) Kontrol yaitu adanya pengawasan dari para pimpinan terhadap para pegawai dengan menggunakan peraturanperaturan yang telah ditetapkan demi kelancaran organisasi. Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuantujuan organisasi tercapai. (6) Sistem imbalan yaitu sejauh mana alokasi imbalan (seperti kenaikan gaji, promosi, dan sebagainya) didasarkan atas prestasi kerja pegawai, bukan sebaliknya didasarkan atas senioritas, sikap pilih kasih, dan sebagainya. (7) Pola komunikasi yaitu sejauh mana komunikasi dalam organisasi yang dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal dapat berjalan baik. Komunikasi itu sendiri merupakan proses pemindahan pengertian atau informasi dari seseorang ke orang lain. Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang dapat memenuhi kebutuhan sasarannya, sehingga akhirnya dapat memberikan hasil yang lebih efektif [7].
B.
Budaya Organisasi Budaya organisasi merupakan sistem nilai yang diyakini dan dapat dipelajari, dapat diterapkan dan dikembangkan secara terusmenerus. Budaya organisasi juga berfungsi sebagai perekat, pemersatu, identitas, citra, brand, pemacu-pemacu (motivator), pengembangan yang berbeda dengan organisasi lain yang dapat dipelajari dan diwariskan kepada generasi berikutnya, dan dapat dijadikan acuan perilaku manusia organisasi yang berorientasi pada pencapaian tujuan atau hasil / target yang diterapkan [7]. Budaya organisasi memiliki fungsi yang cukup penting dalam meningkatkan kinerja dari organisasi tersebut. Lima fungsi budaya organisasi, yaitu: (1) Berperan menetapkan batasan, (2) Mengantarkan suatu perasaan identitas bagi anggota organisasi. (3) Mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas dari pada kepentingan individual seseorang, (4) Meningkatkan stabilitas system sosial karena merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi, (5) Sebagai mekanisme control dan menjadi rasional yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku para karyawan [7]. Dengan adanya budaya organisasi kuat dan sehat dapat difungsikan sebagi tuntutan yang mengikat para karyawan
4
ISSN ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 C.
Kinerja Kinerja merupakan hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target/sasaran atau kriteria yang telah disepakati bersama [8]. Kinerja pegawai adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi. Perbaikan kinerja baik untuk individu maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi [11]. Kinerja pegawai dapat dikatakan baik atau dapat dinilai dari beberapa hal, yaitu: (1) Kesetiaan, kinerja dapat diukur dari kesetiaan pegawai terhadap tugas dan tanggung jawabnya dalam organisasi. Kesetiaan adalah tekad dan kesanggupan, menaati, melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. (2) Prestasi Kerja, hasil prestasi kerja pegawai, baik kualitas maupun kuantitas dapat menjadi tolak ukur kinerja. Pada umumnya prestasi kerja seorang pegawai dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan, pengalaman, dan kesanggupan pegawai dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. (3) Kedisiplinan, sejauh mana pegawai dapat mematuhi peraturan -peraturan yang ada dan melaksanakan intruksi yang diberikan kepadanya. (4) Kreatifitas, merupakan kemampuan pegawai dalam mengembangkan kreatifitas dan mengeluarkan potensi yang dimiliki dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga bekerja lebih berdaya guna dan berhasil guna. (5) Kerjasama, dalam hal ini kerjasama diukur dari kemampuan pegawai untuk bekerja sama dengan pegawai lain dalam menyelesaikan suatu tugas yang ditentukan, sehingga hasil pekerjaannya akan semakin baik. (6) Kecakapan, dapat diukur dari tingkat pendidikan pegawai yang disesuaikan dengan pekerjaan yang menjadi tugasnya. (7) Tanggung jawab, yaitu kesanggupan seorang pegawai menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya serta berani memikul resiko pekerjaan yang dilakukan.
tidak terdapat manipulasi variabel [9]. Penelitian ini menganalisis hubungan atau korelasi Organisasi Belajar dan Budaya Organisasi dengan Kinerja Fakultas Teknik dan Kejuruan. Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Teknik dan Kejuruan Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah rentangan waktu semester genap antara bulan Januari sampai dengan bulan Juli pada tahun ajaran 2015/2016. Untuk menentukan sampel penelitain, teknik penentuan subyek penelitian ini mengacu pada konsep yang menyatakan bahwa apabila subyeknya kurang dari 100, dapat lebih baik di ambil semua, sehingga penelitinya merupakan penelitian populasi [12]. Selanjutnya jika jumlah subyek lebih dari 100 dapat diambil 10-15% atau 20-25%atau tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti. Karena subyek penelitian ini tidak terlalu banyak serta mengacu pada pandangan di atas maka penelitian ini menggunakan sampling sensus yaitu seluruh anggota populasi menjadi sampel penelitian dengan jumlah sebanyak 57 sampel. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini meliputi variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas (X) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Sedangkan variabel terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi akibat adanya variabel bebas. dalam penelitian ini variabel bebas meliputi: Organisasi Belajar (X1) dan Budaya organisasi (X2). Sebagai variabel terikat adalah Kinerja Fakultas (Y). Tahapan-tahapan dari prosedur penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Memohon ijin kepada pimpinan fakultas dalam hal ini dekan fakultas teknik dan kejuruan untuk melakukan pengambilan data. (2) Menyusun instrumen Organisasi Belajar, budaya organisasi dan kinerja, penyusunan kuisioner didasarkan pada kajian teori yang telah dipaparkan. (3) Melakukan pengujian instrumen penelitian yang meliputi uji validitas dan uji reliabilitas instrumen penelitian. (4) Revisi dan perbaikan intrumen penelitian. (5) Memberikan angket Organisasi Belajar, budaya organisasi dan kinerja kepada seluruh tenaga pendidik dan non pendidik di lingkungan fakultas teknik dan kejuruan. (6) Menganalisis data. Hasil analisis digunakan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan, apakah diterima atau ditolak. (7) Membuat pembahasan mengenai hasil yang diperolah dalah penelitian.
III. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian survey korelasi atau korelasional. Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga
5
ISSN ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode angket dan observasi, metode angket dan obsevasi digunakan untuk mengetahui tingkat signifikan dari variabel organisasi belajar, budaya organisasi dan kinerja fakultas teknik dan kejuruan undiksha. Uji prasyarat yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa data yang dikumpulkan layak untuk dianalisis dengan statistik parametrik atau tidak. Uji prasyarat yang dilakukan adalah uji normalitas sebaran data dilakukan untuk menyajikan bahwa sampel benarbenar berasal dari populasi yang berdistribusi normal, uji linieritas dan keberaartian arah regresi dilakukan untuk mengetahui bantuk hubungan antara variabel terikat dengan masing-masing variabel bebas, uji multikoliniritas bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang cukup tinggi di antara variabel bebas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi yang bertujan untuk melihat apakah data eror independent atau tidak.
Hasil konversi skor organisasi belajar menunjukan bahwa organisasi belajar dengan kategori sangat tinggi sebanyak 54 orang (94,74%), kategori tinggi sebanyak 3 orang (5,26%) dan tidak ada respon yang memilih kategori sedang, kurang dan sangat kurang. Jadi pelaksanaan organisasi belajar sangat baik. Rangkuman distribusi frekunsi organisasi belajar dapat dilahat pada Tabel 2. Tabel 2 Distribusi Frekunsi Organisasi Belajar No. Interval X Fo fr 76 – 79 77,5 3 5,3% 2 80 – 83 81,5 12 21,0% 3 84 – 87 85,5 12 21,0% 4 88 – 91 89,5 16 28,1% 5 92- 95 93,5 10 17,5% 6 96 – 99 97,5 3 5,3 % 7 100 – 103 101,5 1 1,8% Jumlah 57 100% Hasil konversi skor budaya organisasi menunjukan bahwa budaya organisasi dengan kategori sangat tinggi sebanyak 46 orang (80,70%), kategori tinggi sebanyak 11 orang (19,30%) dan tidak ada respon yang memilih kategori sedang, kurang dan sangat kurang. Jadi sebagai besar tenaga pendidik dan kependidikan menilai pelaksanaan budaya organisasi sangat baik. Rangkuman distribusi frekunsi budaya organisasi dapat dilahat pada Tabel 3
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL Hasil analisis deskriptif data organisasi belajar menunjukkan bahwa skor rata-rata adalah 87,9 kategori tinggi. Hasil dekriptif data budaya organisasi menunjukkan bahwa skor rata-rata adalah 100,77 kategori tinggi. Hasil analisis deksriptif kinerja pada fakultas teknik dan kejuruan Undiksha menunjukkan bahwa skor rata-rata adalah 90,84 katagori tinggi. Rangkuman Statistik Deskriptif Variabel Organisasi Belajar, Budaya Organisasi dan Kinerja Fakultas Teknik dan Kejuruan Undiksha disajikan pada Tabel 1.
Tabel 3 Distribusi Frekunsi Budaya Organisasi No. Interval X fo fr 1 82 – 87 84,5 2 3,5% 2 88 – 93 90,5 6 10,5% 3 94 – 99 96,5 19 33,3% 4 100 – 105 102,5 14 24,6% 5 106 – 111 108,5 11 19,3% 6 112 – 117 114,5 4 7% 7 118 - 123 120,5 1 1,8% Jumlah 57 100%
Tabel 1 Rangkuman Statistik Deskriptif Variabel Organisasi Belajar (X1) dan Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja Fakultas Teknik dan Kejuruan Undiksha (Y) Organinasi Budaya Statistik Kinerja Belajar Organisasi N 57 57 57 Rata-rata 87.39 100.77 90.84 Median 88.00 100.00 91.00 Modus 88 96 84 S. Baku 5.417 7.644 5.961 Varian 29.348 58.429 35.528 Rentangan 24 37 23 Minimum 76 82 81 Maksimum 100 119 104
Hasil konversi skor kinerja pada fakultas teknik dan kejuruuan Undiksha menunjukan bahwa kinerja pada fakultas teknik dan kejuruan Undiksha dengan kategori sangat tinggi sebanyak 52 orang (91,23%), kategori tinggi sebanyak 5 orang (8,77%) dan tidak ada respon yang memilih kategori sedang, kurang dan sangat kurang. Jadi sebagai besar tenaga pendidik dan kependidikan kinerja yang tergolong baik. Rangkuman distribusi frekunsi kinerja pada fakultas teknik dan kejuruan Undiksha dapat dilahat pada Tabel 4
6
ISSN ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 nilai korelasi organisasi belajar terhadap kinerja pada fakultas tenkin kajuruan Undiksha sebesar 0,765 dengan angka signifikansi 0,000. Angka signifikansi kurang dari α (0,00<0,05) sehingga terdapat pengaruh yang signifikan organisai belajar terhadap kinerja pada fakultas teknik dan kejuruan Undiksha, (2) nilai korelasi budaya organisasi terhadap kinerja pada fakultas teknik dan kajuruan Undiksha sebesar 0,408 dengan angka signifikansi 0,002. Angka signifikansi kurang dari α (0,002<0,05) sehingga terdapat pengaruh yang signifikan budaya organisai terhadap kinerja pada fakultas teknik dan kejuruan Undiksha, (3) nilai korelasi organisasi belajar dan budaya organisasi terhadap kinerja pada fakultas tenkin kajuruan Undiksha sebesar 0,767 dengan angka signifikansi 0,000. Angka signifikansi kurang dari α (0,00<0,05) sehingga terdapat pengaruh yang signifikan organisai belajar dan budaya organisasi terhadap kinerja pada fakultas teknik dan kejuruan Undiksha. Uji regresi sederhana dan berganda dilakukan dengan bantuan program SPSS 21 for windows. Rangkuman uji regresi sederhana dan berganda dengan product moment disajikan pada Tabel 5.
Tabel 4 Distribusi Frekunsi Kinerja FTK No. Interval X fo fr 1 81 – 84 82,5 11 19,3% 2 85 – 88 86,5 13 22,8% 3 89 – 92 90,5 7 12,3% 4 93 – 96 94,5 17 29,8% 5 97 – 100 98,5 6 10,5% 6 101 – 104 102,5 3 5,3% Jumlah 57 100% Hasil uji prasyarat analisis menunjukkan data berdistribusi normal, hubungan organisasi belajar, budaya organisasi dan kinerja mempunyai hubungan yang linier serta koefisien arah regresi berarti, data bebas dari gejala multikolineritas, data bebas dari gejala heteroskedastisitas, dan bebas dari gejala autokorelasi sehingga uji hipotesi bisa dilanjutkan. Merujuk dari uji prasyarat analisis tersebut, uji hipotesi dengan regresi sederhana dan berganda yang dilanjutkan dengan product moment dapat dilakukan. Hasil uji regresi sederhana dan berganda dengan product moment menunjukan bahwa (1)
Tabel 5 Hasil Uji Hipotesi Penelitian Hubungan Variabel X1 dengan Y X2 dengan Y
r-hitung
KON (%)
Ry
Ry ^2
SE%
Ket
0,765
58,5
-
-
3,87
Sig
0,408
16,6
-
-
5,49
Sig
0,767
0,588
3,89
Sig
X1 dan X2 dengan Y Keterangan: X1 = Organisasi Belajar X2 = Budaya Organisasi Y = Kinerja
organisasi belajar terhadap kinerja fakultas teknik dan kejuruan Undiksha sebesar 3,87%. Pengujian korelasi hipotesi satu bisa dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Uji Korelasi X1 dengan Y R
4.2 PEMBAHASAN Hasil uji hipotesi I telah berhasil menunjukan fakta bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara organisasi belajar dengan kinerja pada fakultas teknik dan kejuruan Undiksha sebesar 0,765, dengan besar kontribusi 58,5%. Ini berarti bahwa semakin tinggi organisasi belajar makan semakin tinggi pula kinerja instansi yang bersangkutan. Hal ini mengindikasikan organisasi belajar dapat dipakai sebagai predikator kinerja fakultas tenkik dan kejuruan Undiksha atau dengan kata lain organisasi belajar berfungsi determinan terhadap kinerja fakultas teknik dan kejuruan Undiksha. Dari analisis ditemukan bahwa Sumbangan Efektif (SE) variabel
.765a
R
Adjusted R
Std. Error of
Square
Square
the Estimate
.585
.578
3.873
Organisasi belajar ini timbul karena adanya interaksi dari lima dimensi organisasi belajar yang dikemukankan oleh Senge (1996) yakni (1) personal mastery (keahlian pribadi), (2) mental models (model mental), (3) shared vision (visi bersama), (4) team learning (pembelajaran tim), dan (5) system thinking (berfikir sistem). Berdasarkan interaksi dari lima diminsi tersebut akan lahir suatau organisasi belajar yang baik
7
ISSN ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 karena adanya interaksi yang positif dalam menunjang penyelesain pekerjaan. Dari hasil penelitian ini semakin menguatakan teori bahwa organisasi belajar sangat berperan signifikan terhadap kinerja suatu instansi. Hal ini sesuai dengan pendapat Konsep Organisasi Belajar telah dikaitkan dengan kinerja dalam organisasi, Organisasi Belajar dapat membantu meningkatkan keunggulan kompetitif organisasi serta tanggap terhadap perubahan, kemudian memicu minat untuk mengembangkan organisasi [2]. Sehingga mampu mendukung organisasi untuk dapat terus perkembang. Kinerja organisasi tidak hanya dilihat dari kemampuan kerja yang sempurna, tetapi juga kemampuan menguasai dan mengelola diri sendiri serta kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain. Organisasi belajar diperlukan bagi manajemen untuk mengembangkan kapasitas organisasi secara bersinambungan untuk menyesuaikan diri dan melakukan perubahan [7]. Pada dasarnya semua organisasi itu belajar, baik secara sadar atau tidak sadar, maka itulah persyaratan yang mendasar untuk mempertahankan eksistensi. Organisasi belajar dapat membantu para manajer dalam proses pengambilan keputusan manajemen, khususnya membuat keputusan-keputusan yang tidak terprogram secara lebih kreatif. Dalam hal ini, organisasi belajar mendorong para pegawai terus berupaya meningkatkan kemampuan baik individual maupun kelompok, untuk berpikir dan berperilaku kreatif dan mengoptimalkan potensinya melalui pembelajaran. Dengan terjadinya proses pembelajaran berarti para manajer memotivasi dan memampukan para karyawan untuk mengambil keputusan serta terus menerus guna meningkatkan efektifitas organisasi. Hasil uji hipotesis II ditemukan fakta bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara budaya organisasi dengan kinerja pada fakultas teknik dan kejuruan sebesar 0,408, dengan besar kontribusi 16,6%. Ini berarti bahwa semakin tinggi organisasi belajar makan semakin tinggi pula kinerja instansi yang bersangkutan. Hal ini mengindikasikan budaya organisasi dapat dipakai sebagai predikator kinerja fakultas tenkik dan kejuruan Undiksha atau dengan kata lain budaya organisasi berfungsi determinan terhadap kinerja fakultas teknik dan kejuruan Undiksha. Dari analisis ditemukan bahwa Sumbangan Efektif (SE) variabel budaya organisasi terhadap kinerja fakultas teknik dan kejuruan Undiksha sebesar 5,49%. Pengujian korelasi hipotesi dua bisa dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Uji Korelasi X2 dengan Y R
.408a
R Square
.166
Adjusted R
Std. Error of
Square
the Estimate
.151
5.491
Budaya organisasi berkenan dengan keyakinan asumsi, nilai, norma-norma, prilaku, ideologi, sikap, kebiasaan, dan harapan-harapan yang dimiliki oleh organisasi atau instansi. Budaya organisasi menunjukan kepada anggota tentang cara mereka berperilaku dan menetapkan pilihan, perilaku mana yang harus mereka pilih. Jadi, kultur organisasi mendeskripsikan bagaimana orang-orang di dalam berpikir (cipta), berperasaan (rasa), dan bertindak (karsa). Atau kultur organisasi ialah keyakianan dan nilai bersama yang mengikat kebersamaan seluruh anggota organisasi. Budaya organisasi melekat disetiap organisasi baik yang besar maupun kecil. Dengan adanya budaya organisasi yang baik akan memotivasi secara eksternal para tenaga pendidik dan kependidikan untuk berkinerja dengan lebik baik, namum sebaliknya jika budaya organisasinya tidak baik maka tentu akan mempengarui kinerja fakultas tersebut seperti yang telah dibuktikan secara empiris oleh penelitian ini. Kinerja sebagai perluasan dari bertemunya individu dan harapan tentang apa yang seharusnya dilakukan individu terkait dengan suatu peran, dan kinerja tersebut merupakan evaluasi terhadap berbagai kebiasaan dalam organisasi, yang membutuhkan standardisasi yang jelas [10]. Adanya kebiasaan-kebiasanan dalam suatu organisasi akan membentuk budaya organisasi yang berkenan dengan keyakinan, asumsi, nilai, norma-norma, prilaku, ideologi, sikap, kebiasaan, dan harapan-harapan yang dimiliki oleh organisasi atau instansi. Budaya organisasi menunjukkan kepada anggota tentang bagaimana mereka berprilaku dan menetapkan pilihan, prilaku mana yang harus mereka pilih. Jadi, kultur organisasi mendeskripsikan bagaimana orangorang di dalam berfikir (cipta), berperasaan (rasa), dan bertindak (karsa). Atau kultur organisasi ialah keyakianan dan nilai bersama yang mengikat kebersamaan seluruh anggota organisasi. Untuk meciptakan budaya organisasi yang baik tentu tidak terlepas dengan adanya pemebelajaran dalam sebuah organisasi atau instansi, karena dengan adanya organisasi belajar yang baik, akan menentukan budaya organisasi yang baik pula,
8
ISSN ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 sehingga melalui organisasi belajar dan budaya organisasi yang baik akan tercipta sebuah kondisi yang ideal dan nyaman dalam proses pelaksanan pembelajaan yang barang tentu akan berimplikasi pada kinerja (performance) suatau organisasi atau instansi. V.
hal tersebut dalam penelitian ini juga ditemukan hubungan yang signifikan budaya organisasi terhadap kinerja fakultas teknik dan kejuruan Undiksha, maka dari itu pihak organisasi atau instansi dalam hal ini fakultas teknik dan kejuruan Undiksha harus mampu menjaga dan meningkatkan budaya organisasi yang kuat, dengan adanya budaya organisasi kuat dan sehat dapat difungsikan sebagai tuntunan yang mengikat para tenaga pendidik dan kependidikan karena diformulasikan secara formal ke dalam berbagai peraturan dan ketentuan isntansi. Dengan demikian budaya organisasi akan menciptakan peningkatan produktifitas dan kinerja untuk mencapai hasil yang optimal dalam pelaksanaan program pendidikan.
SIMPULAN
A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasaan dapat ditarik simpulan hasil penelitian sebagai berikut. 1. Terdapat hubungan yang signifikan organisasi belajar terhadap kinerja pada Fakultas Teknik dan Kejuruan Undiksha, dengan koefisien korelasi R sebesar 0,765 dan kontribusi sebesar 58,5%. 2. Terdapat hubungan yang signifikan budaya organisasi terhadap kinerja pada Fakultas Teknik dan Kejuruan Undiksha, dengan koefisien korelasi R sebesar 0,408 dan kontribusi sebesar 16.6%. 3. Terdapat hubungan yang signifikan secara bersama-sama organisasi belajar dan budaya organisasi terhadap kinerja pada Fakultas Teknik dan Kejuruan Undiksha, dengan koefisien korelasi R sebesar 0,767 dan kontribusi sebesar 58,8%.
2.
Para Peneliti atau Akademisi Karena variabel yang diteliti hanya organisasi belajar dan budaya organisasi, maka perlu penelitian lainya untuk mengivestigasi beberapa faktor lain yang kemungkinan mampu mempengaruhi kinerja fakultas teknik dan kejuruuan Undiksha. Dengan adanya penelitian tersebut makan akan tersedia masukan yang komprehensif mengenai faktor yang mempengaruhi kinerja fakultas teknik dan kejuruuan Undiksha, sehingga nantinya stakeholder pendidkan akan mampu mengelurkan kebijakan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja untuk mencapai hasil yang optimal dalam pelaksanaan program pendidikan.
B. SARAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara organisasi belajar dan budaya organisasi terhadap kinerja Fakultas Teknik dan Kejuruan Undiksha. Hal ini berarti bahwa variable organisasi belajar dan budaya organisasi dapat memprediksi kinerja Fakultas Teknik dan Kejuruan Undiksha. Melihat kuatnya hubungan organisasi belajar dan budaya organisasi terhadap kinerja Fakultas Teknik dan Kejuruan Undiksha, maka dapat diajukan saran sebagai berikut. 1. Fakultas Teknik dan Kejuruan Melihat kuatnya atau signifikanya hubungan antara organisasi belajar terhadap kinerja fakultas teknik dan kejuruan Undiksha, diharapkan tenaga pendidik dan kependidikan dilingkungan fakultas teknik dan kejuruan Undiksha tetap memotivasi diri sendiri untuk lebih meningkatkan organisasi belajar baik dari segi personal mastery (keahlian pribadi), mental models (pola mental), shared vision (visi bersama), team learning (pembelajar tim), dan systems thinking (berpikir system) dalam rangka meningkatkan kinerja fakultas untuk mencapai hasil yang optimal dalam pelaksanaan program pendidikan. Sejalan dengan
REFERENSI [1] Marquardt, M.J. 1997. Building The Organisasi Belajar: A System Approach to Quantum Improvement and Global Success. New York: McGraw-Hill [2] Hussein, N. 2013. “Organisasi Belajar and its Effect on Organizational Performance and Organizational Innovativeness”. Faculty of Business Management Universiti Teknologi MARA. Malaysia Maret 2013 [3] Mardiyah, W. 2014. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Bagian Administrasi pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Ekonomi Universitas Tamasnsiswa. [4] Soedjono. 2005. “Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Organisasi dan Kepuasan Kerja Karyawan pada Terminal Penumpang Umum di Surabaya”. Fakultas
9
ISSN ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Ekonomi Universitas Kristen Petra. Surabaya 2005 [5] Senge, P. 1996. The Fifth Discipline: The Art and Practice of the Organisasi Belajar. London: Century. [6] Sari, F.P. 2012.” Penerapan Organisasi Belajar di PT XL Axiata Tbk”. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Depok Juli 2012 [7] Robbins, S. P. 2006. Organizational Behaviour. New Jersey, New York: Prentice Hall International Inc. [8] Pratiwi, R. 2012. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Makassar. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Hasanuddin. [9] Nasution. S. 2009. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara [10] Makrufah, S. 2011. “Pengaruh Budaya, Pembelajaran Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Hotel Bumi Surabaya”. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia, Surabaya Oktober 2011 [11] Pratiwi, R. 2012. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Makassar. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Hasanuddin. [12] Arikunto, S.2003. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
10