5
Hubungan kelebihan berat badan dengan dysmenorrhea primer pada mahasiswi Fakultas Kedokteran UNS Putri Utami Ningrum G.0005159 BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Dysmenorrhea a. Definisi Istilah dysmenorrhea berasal dari bahasa yunani, yang terdiri dari dys yang berarti gangguan atau nyeri hebat atau abnormalitas, meno yang berarti bulan, dan rhea yang berarti aliran. Jadi dysmenorrhea berarti gangguan aliran darah haid atau nyeri haid ( Bambang, 2006 ) Dysmenorrhea adalah nyeri siklis pada panggul atau perut bagian bawah rasa nyeri dapat menjalar ke arah punggung dan paha bagian
depan,
terjadi
sebelum
atau
selama
menstruasi
( Bambang, 2006 ). Nyeri tersebut dapat berlangsung dalam beberapa jam sampai 1 hari ( Price and Wilson, 1999 ). Beberapa faktor resiko terkait dengan kejadian dysmenorrhea primer diantaranya adalah ( Calis, 2006 ) : a) Usia menarche ( menstruasi pertama kali ) yang terlalu dini
6
b) Periode menstruasi yang lama c) Aliran darah menstruasi yang tidak lancar d) Merokok e) Alkohol f) Kafein g) Kurangnya exercise dan nutrisi h) Overweight dan obesitas i) Nuliparitas ( kehamilan pertama ) j) Riwayat keluarga b. Klasifikasi Menurut jenis nyeri yang dialami, dysmenorrhea dibagi menjadi 2, yaitu ( Syamsul, 2002 ) : 1) Dysmenorrhea spasmodik Nyeri terasa di perut bagian bawah dan berawal semasa haid atau segera setelah masa haid dimulai. Banyak wanita terpaksa harus berbaring dan tidak dapat mengerjakan aktivitas sehari-hari. Kadang dapat disertai mual, muntah, ataupun pingsan. Biasanya terjadi pada wanita muda. 2) Dysmenorrhea kongestif Gejala berupa pegal, sakit pada payudara, perut kembung tidak menentu, sakit kepala, sakit punggung, merasa lelah, mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan mengalami gangguan tidur atau muncul memar di paha atau lengan atas. Gejala ini berlangsung antara
7
2 hari sampai kurang dari 2 minggu. Proses menstruasi tidak terlalu menimbulkan nyeri jika sudah belangsung. Menurut ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Dysmenorrhea primer ( esensial, intrinsik, idiopatik ) Dysmenorrhea primer umumnya timbul 2-5 tahun setelah menarche , yaitu saat siklus mulai bersifat ovulatorik dan jarang pada tahun-tahun pertama setelah menarche ( Folin, 2004 ). Biasanya terjadi pada wanita usia muda dengan nyeri terasa sebagai kejang uterus dan spastik, sering pada nulipara ( kehamilan pertama ) dan timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur dan memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa ( Arif et al, 2005 ). Nyeri yang timbul karena ketidakseimbangan hormonal tanpa adanya kelainan ginekologik. Diduga berhubungan dengan siklus pelepasan di indung telur ( Harun, 2002 ). Nyeri dirasakan pada panggul atau perut bagian bawah yang dapat menjalar ke punggung dan sepanjang paha. Nyeri dapat disertai sakit kepala, diare, mual, muntah. Sedangkan pada pemeriksaan fisik tidak terdapat kelainan organik ( Bambang, 2006 ) 2) Dysmenorrhea sekunder ( intrinsik, diperoleh, acquired )
8
Dysmenorrhea sekunder umumnya usia lebih tua dibandingkan dengan dysmenorrhea primer, yaitu wanita berusia 30-45 tahun ( Arif et al, 2005 ) Nyeri yang timbul karena kelainan
ginekologik seperti
endometriosis, tumor jinak rahim, kista indung telur, polip dinding rahim dan lain sebagainya ( Harun, 2002 ). Nyeri sering terasa terus menerus, dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah. Berhubungan dengan kelainan pelvis dan sering memerlukan tindakan operasi ( Arif et al, 2005 ) c. Patofisiologi Banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab dysmenorrhea primer, tetapi patofisiologinya masih belum jelas dimengerti. Ada beberapa penyebab terjadinya dysmenorrhea primer, yaitu : 1) Peningkatan kadar prostaglandin, terutama prostaglandin F2: ( PGF2:) Kadar
PGF2:
akan
menstimulasi
atau
merangsang
kontraksi miometrium dan meningkatkan kepekaan serabut-serabut saraf terminal rangsang nyeri ( Coco, 1999 ). Kadar PGF2: ini ditemukan dalam jumlah yang besar, yaitu 5 kali lebih banyak pada wanita dengan ovulasi teratur dibanding wanita yang ovulasinya tidak teratur. Karena itu wanita yang ovulasinya teratur lebih sering mengalami dysmenorrhea primer ( Sheldon 1999 )
9
Di pihak lain Bambang ( 2006 ), bahwa kadar prostaglandin endometrium dari fase folikuler sampai fase lutheal meningkat 3 kali lipat dan semakin meningkat selama haid. Kenaikan
kadar
PGF2:
sesuai
dengan
penurunan
kadar
progesteron pada fase lutheal yang menyebabkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus berlebihan.
2) Vasopresin Vasopresin
diproduksi
oleh
hipofise
posterior.
Hormon ini diduga menyebabkan hipersensitivitas miometrium, penurunan aliran darah uterus serta rasa nyeri pada pasien dysmenorrhea primer. Peranan vasopresin pada endometrium berhubungan
dengan
sintesis
dan
sekresi
prostaglandin
( Bambang, 2006 ). 3) Faktor endokrin Pada umumnya ada yang beranggapan bahwa kejang yang terjadi pada dysmenorrhea primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan masalah tonus dan kontraktilitas uterus. Novak dan Reynold
yang
melakukan
penelitian
pada
uterus
kelinci
berkesimpulan bahwa hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus ( Sarwono, 1999 ).
10
4) Sistem saraf Karena terjadi perangsangan yang berlebihan oleh saraf simpatis, serabut-serabut sirkuler pada istmus dan ostium uteri
internum
menjadi
hipertonik.
Ketidakseimbangan
pengendalian sistem saraf otonom terhadap miometrium akan mengakibatkan dysmenorrhea primer ( Galya et al, 2001 ).
5) Obstruksi kanalis servikalis Obstruksi kanalis servikalis disebabkan oleh karena stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis. ( Sarwono, 1999 ). 6) Faktor psikis Faktor psikis dapat membangkitkan atau memperberat nyeri haid ( Sarwono, 1999 ). Psikis ( cekaman ) akan meningkatkan katekolamin, yang mengakibatkan peningkatan prostaglandin
sehingga
nyeri
terasa
semakin
berat
( Arif et al, 2005 ). 7) Merokok Nyeri haid lebih sering dijumpai pada wanita perokok dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok ( Ginna, 2006 ). Bahkan asap rokok dapat memperpanjang durasi dysmenorrhea primer ( Hornsby et al, 1998 ).
11
8) Faktor konstitusi Faktor konstitusi mempengaruhi ketahanan penderita terhadap
nyeri.
Penyakit
anemia,
penyakit
menahun
dan
sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dysmenorrhea primer ( Sarwono, 1999 ).
9) Faktor genetik Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial. Salah satu penyebab timbulnya nyeri adalah faktor genetik ( Suroto, 2004 ). d. Penatalaksanaan Untuk penatalaksanaan terapi dysmenorrhea primer dapat dilakukan hal berikut : 1) Psikoterapi Terapi ini dilakukan apabila dysmenorrhea terjadi karena terkait dengan stress yang dialami ( Liedman et al, 2006 ). Sebaiknya diberikan penjelasan bahwa nyeri haid dapat sembuh spontan, baik melalui perubahan suasana, penemuan kausal atau setelah pencapaian kematangan psikoseksual. Pengobatannya sederhana dan keluhan berkurang setelah melahirkan anak pertama ( Jacoeb, 1999 ).
12
Apabila situasi konflik psikis dapat terselesaikan maka pemeriksaan psikosomatik dan penanganannya akan menghasilkan perbaikan bagi penderita. 2) Medikamentosa ( Galya et al, 2001 ) •
Analgetika Nyeri ringan : aspirin, asetaminofen, propoksifen. Nyeri berat : prometazin, oksikodon, butalbital.
•
Sediaan hormonal Progestin, pil kontrasepsi ( estrogen rendah dan progesteron tinggi)
•
Antiprostaglandin
•
Antispasmodik Antispasmodik dapat meredakan kram dan spasme yang timbul pada perut, misalnya papaverin.
2.
Kelebihan Berat Badan Kelebihan berat badan atau yang biasa dikenal dengan istilah overweight berarti berat badan yang melebihi berat badan ideal, sedangkan obesitas yang berasal dari bahasa latin mempunyai arti berlebihan saat ini didefinisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak atau jaringan non lemak ( Weaver dan Piatek , 1999 ).
13
Menurut World Health Organization obesitas adalah suatu keadaan dimana terjadi penimbunan lemak tubuh yang berlebihan ( WHO, 1999 ). Kegemukan merupakan suatu kelainan yang bersifat multifaktorial. Banyak faktor yang mempengaruhi antara lain : faktor keturunan, asupan makanan, aktivitas fisik, ligkungan keluarga, sosial ekonomi, psikologi atau perilaku ( Anonim, 1998). Obesitas dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih banyak daripada jumlah energi yang keluar ( Guyton and Hall, 1997 ). Kelebihan energi akan disimpan dalam bentuk jaringan lemak ( Maffeis, 2001 ). Kelebihan lemak yang ada di dalam tubuh akan memperburuk kesehatan seseorang. Hal ini dipengaruhi dari distribusi lemak yang tersebar dalam tubuh. Lemak tubuh yang berada pada abdomen, dada, lengan, leher, dan muka lebih membahayakan dibanding dengan lemak yang
menumpuk
disekitar
pinggul,
paha,
pantat,
perut
( Emma, 1997 ). Berdasarkan distribusi lemak dalam tubuh, ada dua tipe kegemukan, yaitu : ( Emma, 1997 ) 1) Tipe android ( Tipe buah apel ) Tipe kegemukan ini, terdapat tumpukan lemak di sekitar perut. Umunya terdapat pada pria dan wanita yang telah mengalami menopause. Resiko kesehatan pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe yang lain, karena sel-sel lemak di sekitar perut siap melepaskan lemaknya ke pembuluh darah dibandingkan
14
dengan sel-sel lemak di tempat yang lain. Lemak yang masuk dalam pembuluh darah dapat menyebabkan penyempitan arteri ( hipertensi ), diabetes, stroke dan jenis kanker tertentu. 2) Tipe gynoid ( Tipe buah peer ) Tipe kegemukan ini terdapat tumpukan lemak di sekitar pinggul dan bokong. Tipe ini cendeerung dimiliki oleh wanita. Resiko terhadap penyakit pada tipe ini lebih kecil, kecuali resiko terhadap penyakit arthritis dan varises vena. Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor, yaitu ( Zainun, 2002 ) : 1) Faktor genetik Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. 2) Faktor lingkungan Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku atau pola gaya hidup, misalnya apa yang dimakan dan berapa kali makannya serta bagaimana aktivitasnya. 3) Faktor psikis
15
Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makanan. 4) Faktor kesehatan Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya : •
Hipotiroidisme
•
Sindrom chusing
•
Sindroma prader-willi
•
Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.
5) Obat-obatan Obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti depresi ) bisa menyebabkan penambahan berat badan. 6) Faktor perkembangan Penambahan
ukuran
atau
jumlah
sel-sel
lemak
atau keduanya menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. 7) Aktivitas fisik Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya kejadian obesitas di tengah masyarakat. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Kebanyakan orang cenderung mengkonsumsi
16
makanan kaya lemak dan tidak mengalami aktivitas fisik yang seimbang. Untuk mendiagnosa kegemukan biasa digunakan Body Mass Index ( BMI ) atau Indeks Massa Tubuh ( IMT ). IMT mrupakan suatu pengukuran yang menghubungkan ( membandingkan ) berat badan dengan tinggi badan. IMT merupakan rumus matematika dimana berat badan ( dalam kilogram ) dibagi dengan tinggi badan ( dalam meter ) pangkat dua ( Zainun, 2002 ).
Berdasarkan WHO, klasifikasi kegemukan berdasar indeks massa tubuh untuk asia yaitu ( WHO, 1999 ):
3.
No IMT (kg/m²)
Klasifikasi
1
<18,5
Underweight
2
18,5-22,9
Normal
3
23-24,9
Overweight
4
25-29,9
Obese I
5
>30
Obese II
Hubungan Kelebihan Berat Badan dengan Dysmenorrhea Primer Kelebihan
berat
badan
merupakan
salah
satu
faktor
resiko
dysmenorrhea primer ( Calis, 2006 ). Hal ini disebabkan oleh
17
meningkatnya produksi estrogen akibat adanya kelebihan kolesterol, dimana
kolesterol
merupakan
prekursor
dari
estrogen
( Pritchar et al, 1991 ). Perubahan hormonal bisa terjadi akibat timbunan lemak pada pereempuan yang mengalami obesitas. Timbunan lemak memicu pembuatan hormon, terutama estrogen. Pada perempuan obesitas, estrogen tidak hanya diproduksi dari ovarium, tetapi juga diproduksi oleh lemak yang berada dibawah kulit ( Yanto, 2007 ). Estrogen ini menyebabkan
peningkatan
kontraktilitas
uterus,
menyebabkan dysmenorrhea primer ( Sarwono, 1999 ).
B. Kerangka Pemikiran Mahasiswi Fakultas Kedokteran usia 18-25 tahun
Kelebihan berat badan (overweight dan obesitas) Lemak tubuh berlebih Ada gangguan hormonal 1. Konversi androgen H estrogen 2. Estrogen berasal dari ovarium dan lemak di bawah kulit
I Estrogen Kontraktilitas uterus meningkat
Timbul dysmenorrhea
dimana
akan
18
C. Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka hipotesis dari penelitian ini adalah: “ Ada hubungan kelebihan berat badan dengan dysmenorrhea primer pada mahasiswi fakultas kedokteran UNS “