Hubungan Karakteristik Penyuluh dengan Penggunaan Sumber Informasi.....Dini Rosidawanti
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PENYULUH DENGAN PENGGUNAAN MEDIA INFORMASI DAN TEKNOLOGI SEBAGAI SUMBER INFORMASI PENYULUHAN DI BIDANG PETERNAKAN THE CORRELATION BETWEEN EXTENTIONIST CHARACTERISTICS AND THE USE OF INFORMATION MEDIA AND TECHNOLOGY AS A SOURCE OF HUSBANDRY INFORMATION EXTENTION Dini Rosidawanti1]Unang Yunasaf2]Syahirul Alim2] Universitas Padjadjaran 1]
Alumni Program Sarjana Ilmu Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2010 2]
Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian mengenai hubungan karakteristik penyuluh dengan penggunaan media informasi dan teknologi sebagai sumber informasi penyuluhan di bidang peternakan (Kasus di UPTB P3K Tanjungsari Kecamatan Tanjungsari dan Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang), telah dilaksanakan pada bulan November 2014. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana karakteristik penyuluh di UPTB P3K Tanjungsari, mengkaji penggunaan media informasi dan teknologi sebagai sumber informasi oleh penyuluh, dan menganalisis hubungan antara karakteristik penyuluh dengan penggunaan media informasi dan teknologi sebagai sumber informasi penyuluhan di bidang peternakan. Metode penelitian yang digunakan adalah sensus. Jumlah responden yang diambil sebanyak 17 orang. Uji korelasi yang digunakan adalah Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik penyuluh yang berhubungan cukup berarti dengan penggunaan media informasi dan teknologi sebagai sumber informasi penyuluhan di bidang peternakan adalah pendidikan nonformal. Jabatan fungsional berhubungan rendah tapi pasti dengan penggunaan media informasi dan teknologi. Variabel umur, pendidikan formal, masa kerja, pendapatan, dan kekosmopolitanan berhubungan rendah sekali dengan penggunaan sumber informasi. Kata Kunci: karakteristik penyuluh, media informasi dan teknologi
ABSTRACT Research on the correlation between extentionist characteristics and the use of information media and technology as a source of extention information in livestock( Case in UPTB P3K Tanjungsari District of Tanjungsari and Sukasari Sumedang District ), was held in November 2014. This study aimed to analyze the characteristics of the extensionist at UPTB P3K Tanjungsari, examines the use of media and technology as a source of information by extensionist, and analyze the relationship between the characteristics of the extensionist and the use of media and technology as resources in animal husbandry extension. The method used census. The total number of respondents was 17 people. The correlation test used Rank Spearman. The results showed that the extentionist characteristics which had positive correlation to the use of information media and technology was informal education. While functional positions had low positive correlation to it. Age, formal education, employment,
Hubungan Karakteristik Penyuluh dengan Penggunaan Sumber Informasi.....Dini Rosidawanti income, and cosmopolitant had little correlation to the use of information media and technology. Keywords : extensionist characteristics, information media and technology PENDAHULUAN Penyuluhan peternakan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam menyukseskan pembangunan peternakan. Penyuluh peternakan mempunyai mandat untuk menyelenggarakan pendidikan luar sekolah (nonformal) bagi peternak dan anggota keluarganya serta masyarakat peternakan lainnya. Penyuluhan mempunyai misi pokok yang terdiri atas pengembangan sumber daya manusia dan alih teknologi. Kedua misi pokok ini merupakan
peranan-peranan
yang
perludilaksanakan
penyuluh
peternakan
untuk
mengembangkan sektor peternakan. Penyuluh pertanian yang sehari-hari berkomunikasi dan berinteraksi dengan peserta didik di pedesaan (yang biasa dikenal dengan nama PPL) berpangkal kerja di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dan melancarkan kegiatan penyuluhan pertanian sesuai dengan jabatan fungsional yang dipangkunya (Soedijanto, 1996; 109). Fungsi utama penyuluh pertanian lapangan adalah mengubah perilaku petani melalui pendidikan nonformal sehingga petani memiliki kehidupan yang lebih baik secara berkelanjutan. Unit Pelaksana Teknis Badan Penyuluhan Pertanian, Peternakan dan Kehutanan yang disingkat UPTB P3K Tanjungsari merupakan Balai Penyuluhan Pertanian yang ada di Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang dan merupakan cikal bakal kegiatan penyuluhan pertanian/ peternakan di wilayah Kecamatan Tanjungsari. Pada tahun 2010, UPTB P3K Tanjungsari terpilih sebagai lokasi UPTB P3K Model di Kabupaten Sumedang yang mana kegiatannya dibiayai oleh APBN. Selain itu, di wilayah UPTB P3K Tanjungsari cocok untuk kegiatan komoditi peternakan yang bernilai ekonomis cukup tinggi. Sehingga wilayah tersebut merupakan sentra pengembangan komoditas ternak terutama sapi perah. PPL di UPTB P3K Tanjungsari masih belum memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang cukup, dimana masih terbatasnya pengetahuan dan skill yang dimiliki para penyuluh karena latar belakang pendidikan yang berbeda. PPL dalam melaksanakan tugasnya dilapangan sering terbentur dengan sikap masyarakat terhadap inovasi yang disampaikannya. Beberapa masyarakat menyambut baik suatu perubahan, tetapi ada juga masyarakat yang justru menentang perubahan yang dilakukan oleh penyuluh. Berdasarkan hal tersebut, peningkatan kinerja PPL sangat penting dalam mempertahankan kelangsungan program penyuluhan ditingkat lapangan. Dalam mewujudkan
Hubungan Karakteristik Penyuluh dengan Penggunaan Sumber Informasi.....Dini Rosidawanti kinerjanya, penyuluh dihadapkan pada berbagai masalah internal. Masalah internal dalam hal ini terkait dengan karakteristik penyuluh. Karakteristik penyuluh terdiri dari umur, tingkat pendidikan, masa kerja, penghasilan, jabatan fungsional, ketersediaan sarana dan prasarana, dan kekosmopolitanan. Karakteristik tersebut dapat menunjukkan kemampuan seseorang untuk berkomunikasi, memilih media, dan memanfaatkan informasi yang diperolehnya. Penyuluh yang memiliki karakteristik demografis yang berbeda akan berbeda pula dalam pemanfaatan sumber informasi. Dalam era baru peternakan, penyuluh lapangan dituntut untuk memiliki fungsi paling tidak dalam tiga hal yaitu transfer teknologi (technology transfer), fasilitasi (facilitation), dan penasehat (advisory work). Untuk mendukung fungsi-fungsi tersebut, penyuluh pertanian lapangan mestinya juga menguasai dan memanfaatkan media informasi dan teknologi sebagai sumber informasinya. Pada umumnya penyuluh mendapatkan informasi dari beragam media baik itu media cetak maupun media elektronik. Penyuluh juga mendapatkan informasi dari sumber informasi berupa publikasi ilmiah, pertemuan ilmiah, dan sumber informasi interpersonal. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji lebih dalam bagaimana penggunaan media informasi dan teknologi oleh penyuluh di bidang peternakan. Selain itu perlu juga dikaji bagaimana “Hubungan karakteristik penyuluh dengan penggunaan media informasi dan teknologi sebagai sumber informasi penyuluhan di bidang peternakan” di UPTB P3K Tanjungsari, Kabupaten Sumedang.
BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di wilayah Kabupaten Sumedang pada bulan November 2014. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Populasi penelitian adalah seluruh penyuluh peternakan (17 orang) yang ada di wilayah Kabupaten Sumedang, yang satuan administrasi pangkalnya berada pada kantor UPTB P3K. Pengambilan sampel dilakukan secara sensus, dimana seluruh penyuluh di UPTB P3K Tanjungsari menjadi sampel. Pengertian dari sensus merupakan metode yang dikenal sebagai pencacahan lengkap, artinya semua individu yang ada dalam populasi dicacah sebagai responden, dicacah artinya diselidiki atau diwawancarai (Daniel, 2002). Variabel yang diteliti yaitu karakteristik penyuluh dan penggunaan media informasi dan teknologi oleh penyuluh. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari keterangan yang diberikan penyuluh selaku responden
Hubungan Karakteristik Penyuluh dengan Penggunaan Sumber Informasi.....Dini Rosidawanti dengan menggunakan daftar kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya dan dari peternak atau kelompok ternak sebagai informan untuk memastikan kebenaran data yang diperoleh dari responden. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber, seperti dokumen dari UPTB P3K Tanjungsari, bahan literatur, dan artikel ilmiah yang berhubungan dengan tema penelitian. Instrumen pengukuran berupa kuesioner telah dikalibrasi dengan validitas isi (content validity). Data dan hasil penelitian yang bersifat kualitatif ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif, sedangkan data kuantitatif diuji dengan uji statistik nonparametrik. Untuk melihat hubungan antar variabel digunakan uji statistik Rank Spearman Correlation (rs).
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Karakteristik Penyuluh Peternakan Karakteristik penyuluh peternakan adalah ciri-ciri atau sifat yang ada dalam diri
penyuluh dalam melaksanakan tugas, tanggung jawab, hak dan wewenangnya (Setiabudi, 2004). Beberapa faktor karakteristik penyuluh yang diteliti adalah : 1) Umur, 2) Pendidikan Formal, 3) Pendidikan nonformal, 4) Masa Kerja, 5) Jabatan Fungsional, 6) Pendapatan, dan 7) Kekosmopolitanan. Hasil pengamatan terhadap karakteristik penyuluh selengkapnya disajikan pada Tabel 1. a. Umur Penyuluh Tabel 1, memperlihatkan bahwa sebagian besar (71%) penyuluh di UPTB P3K Tanjungsari termasuk dalam kategori dewasa awal. Sebanyak 5 responden (29%) berada dalam kategori dewasa madya. Berdasarkan batasan usia produktif yang diberikan oleh Abdussamad (1993) yang berkisar antara 22 sampai 60 tahun, keseluruhan (100%) responden berada pada usia produktif. Banyaknya penyuluh yang berusia produktif merupakan sumberdaya manusia yang tentunya berdampak positif dalam pengembangan penyuluhan peternakan di UPTB P3K tersebut (Suryantini, 2001). Tabel 1. Distribusi Karaktertistik Penyuluh Peternakan Kelas Kategori No Karakteristik Jumlah Tinggi Jumlah Sedang Jumlah (orang) (%) (orang) (%) (orang) 1. Umur 12 70,59 5 29,41 2. Pendidikan Formal 7 41,18 5 29,41 5 3. Pendidikan Nonformal 4 23,53 9 52,94 4 4. Masa Kerja 4 23,53 8 47,06 5 5. Penghasilan 5 29,41 7 41,18 5 6. Jabatan Fungsional 1 5,88 3 17,65 14
Rendah (%) 29,41 23,53 29,41 29,41 82,35
Hubungan Karakteristik Penyuluh dengan Penggunaan Sumber Informasi.....Dini Rosidawanti 7.
Kekosmopolitanan
4
23,53
9
52,94
4
52,94
b. Pendidikan Formal Penyuluh Tabel 1, menunjukkan bahwa pendidikan formal yang pernah ditempuh penyuluh sebagian besar (42%) berpendidikan sarjana atau berada dalam kategori tinggi, dimana di UPTB P3K Tanjungsari terdapat 6 responden (36%) berpendidikan sarjana (S1) dan 1 penyuluh peternakan (6 %) berpendidikan S2. Data juga menunjukkan bahwa 5 responden (29%) berpendidikan sarjana muda (D3) atau berada dalam kategori sedang. Begitu juga yang berpendidikan SMA/sederajat sebanyak 5 responden (29%) atau berada dalam kategori rendah. Menurut Setyorini (2000), pendidikan untuk penyuluh pertanian/peternakan diharuskan minimal D3 karena adanya peraturan dari pemerintah bahwa pemangku jabatan fungsional penyuluh paling rendah harus berpendidikan D3, sehingga sebagian besar penyuluh di UPTB P3K Tanjungsari sudah memenuhi syarat pendidikan minimal tersebut. c. Pendidikan Nonformal Penyuluh Hasil penelitian Suryantini (2001) menyatakan hampir semua responden pernah mengikuti pelatihan 1 – 10 kali dengan rataan 4,05 kali. Sama halnya dengan penelitian ini, pada Tabel 1 terlihat bahwa persentase responden yang mengikuti pelatihan lebih dari 7 kali adalah 23,5%, dan ini termasuk dalam kategori tinggi. Lebih dari separuh (53%) responden mengikuti pelatihan 4 – 7 kali, dan sisanya 23,5% responden mengikuti pelatihan kurang dari 4 kali. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar penyuluh mengikuti pendidikan nonformal dalam kategori sedang. Lama pelatihan/kursus yang pernah diikuti bervariasi, mulai 1 hari hingga 3 bulan. Berdasarkan lamanya pelatihan yang diikuti, sebagian besar responden (94%) mengikuti pelatihan 1 minggu sampai 1,5 bulan. Pelatihan yang pernah diikuti responden meliputi 3 jenis pelatihan yang berkaitan dengan manajemen penyelenggaraan penyuluhan. Pelatihan yang berkaitan dengan peternakan meliputi 12 jenis, teknologi komoditas 8 jenis, perkebunan 8 jenis, manajemen umum 6 jenis, holtikultura 3 jenis, agribisnis 3 jenis, serta perikanan 1 jenis. Berdasarkan banyaknya kesempatan untuk mengikuti pendidikan nonformal, dapat dikatakan bahwa walaupun ada sebagian penyuluh yang mempunyai tingkat pendidikan rendah, kondisi ini dapat diatasi dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penyuluh melalui pelatihan/kursus. d. Masa Kerja Penyuluh
Hubungan Karakteristik Penyuluh dengan Penggunaan Sumber Informasi.....Dini Rosidawanti Tabel 1, memperlihatkan sebagian besar (47%) responden memiliki masa kerja 6 - 8 tahun atau berada dalam kategori sedang. Responden yang mempunyai masa kerja kurang dari 6 tahun sebanyak 29%, dan hanya 23,5% responden yang memiliki masa kerja lebih dari 8 tahun. Masa kerja yang semakin lama menunjukkan lebih seringnya terjadi interaksi, baik di antara sesama penyuluh maupun antara penyuluh dengan personel yang berada di unit kerja yang berkaitan dengan kegiatan penyuluhan. Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar penyuluh memiliki pengalaman bekerja yang cukup di bidang penyuluhan peternakan. e. Pendapatan Penyuluh Tabel 1, memperlihatkan bahwa 7 responden (41%) memiliki penghasilan sebesar 1.200.000,- – 2.000.000,-, 5 responden (29%) memiliki penghasilan lebih dari 2.000.000,-, dan sisanya 5 responden (29%) memiliki penghasilan kurang dari 1.200.000,-. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar (41%) penyuluh di UPTB P3K Tanjungsari memiliki penghasilan yang tergolong sedang. Jumlah penghasilan penyuluh berbanding lurus dengan jenjang jabatan fungsional yang dimilikinya. f. Jabatan Fungsional Penyuluh Tabel 1, memperlihatkan bahwa sebagian besar responden di UPTB P3K Tanjungsari (82%) memiliki jenjang jabatan fungsional Penyuluh Pertanian/Peternakan Pelaksana (II b) atau Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian/Peternakan yang berada dalam kategori rendah. Sedangkan jabatan fungsional Penyuluh Pertanian/Peternakan yang terkecil adalah Penyuluh Pertanian/Peternakan Penyelia (IIId) yang hanya 6% dan Penyuluh Pertanian/Peternakan Pelaksana Lanjutan (III a) 18%. Hasil penelitian Suryantini (2001) menyatakan sebagian besar penyuluh berada pada jenjang jabatan fungsional Penyuluh Pertanian/Peternakan Terampil, yaitu Penyuluh Pertanian/Peternakan Pelaksana sampai Penyuluh Pertanian/Peternakan Penyelia. Sama halnya dengan penelitian ini, berdasarkan jenjang jabatan di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (82%) penyuluh berada pada jenjang jabatan fungsional Penyuluh Pertanian/Peternakan Terampil, yaitu Penyuluh Pertanian/Peternakan Pelaksana. Hal ini berkaitan dengan pendidikan formal responden yang sebagian besar tamatan SMA dan D3/Sarjana Muda. g. Kekosmopolitanan
Hubungan Karakteristik Penyuluh dengan Penggunaan Sumber Informasi.....Dini Rosidawanti Tabel 1, memperlihatkan bahwa persentase penyuluh yang mengunjungi sumber informasi dalam satu bulan terakhir adalah 9 responden (53%) mempunyai frekuensi 6 - 12 kali, 4 responden (23,5%) mempunyai frekuensi lebih dari 12 kali, dan 4 responden (23,5%) mempunyai frekuensi kurang dari 6 kali. Secara keseluruhan, frekuensi kunjungan responden ke berbagai sumber informasi tergolong sedang. Lebih dari separuh (53%) responden mengunjungi sumber informasi 6 - 12 kali dalam satu bulan terakhir. Hal ini antara lain disebabkan oleh
motivasi yang dimiliki responden untuk mencari informasi di luar
lingkungan kerjanya cukup baik. Namun, masih terdapat responden yang frekuensi kunjungannya terhadap sumber informasi tergolong rendah. Semakin rendah frekuensi kunjungan penyuluh ke sumber-sumber informasi, semakin berkurang pula pengetahuan mereka mengenai informasi baru. 2. Penggunaan Media Informasi dan Teknologi Penyuluh Peternakan dalam melaksanakan berbagai kegiatan tersebut memerlukan dukungan informasi yang dapat diperoleh dari berbagai sumber informasi. Sumber informasi yang diteliti diantaranya sumber informasi interpersonal, media cetak, media elektronik, publikasi ilmiah, dan pertemuan ilmiah. Secara umum, penggunaan media informasi dan teknologi oleh penyuluh di UPTB P3K Tanjungsari dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Penggunaan Media Informasi dan Teknologi oleh Penyuluh di UPTB P3K Tanjungsari Kategori Jumlah Persen Tinggi 6 35,29 Sedang 5 29,41 Rendah 6 35,29 Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa persentase penyuluh di UPTB P3K Tanjungsari yang menggunakan media informasi dan teknologi dalam kategori rendah sama dengan kategori tinggi sebanyak 35%. Sedangkan penggunaan dalam kategori sedang sebanyak 29%. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar penyuluh menggunakan media informasi dan teknologi sebagai sumber informasinya dalam kategori rendah dan tinggi. Hasil pengamatan terhadap penggunaan sumber informasi oleh penyuluh selengkapnya disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Distribusi Penggunaan Sumber-sumber Informasi oleh Penyuluh di UPTB P3K Tanjungsari Kelas Kategori
Hubungan Karakteristik Penyuluh dengan Penggunaan Sumber Informasi.....Dini Rosidawanti No
Uraian
Jumlah (orang)
Tinggi (%)
Jumlah (orang)
Sedang (%)
Jumlah (orang)
Rendah (%)
1. 2. 3.
Interpersonal Media Cetak Media Elektronik Publikasi Ilmiah Pertemuan Ilmiah
4 5 1
23,53 29,41 5,88
11 10 12
64,70 58,82 70,59
2 2 4
11,76 11,76 23,53
4 1
23,53 5,88
10 11
58,82 64,70
3 5
17,65 29,41
4. 5.
a. Sumber Informasi Interpersonal Sumber informasi interpersonal terdiri dari kontak dengan peneliti, teman sesama penyuluh, peternak maju, dosen, Kepala Dinas, Kepala UPTB P3K, dan penyalur saprodi. Tabel 3, menunjukkan bahwa rata-rata penyuluh di UPTB P3K Tanjungsari menggunakan sumber informasi interpersonal dalam kategori sedang. Terdapat 11 responden (65%) menggunakan 3 – 5 sumber informasi interpersonal, 4 responden (23,5%) menggunakan lebih dari 5 sumber informasi, dan 2 responden (12%) menggunakan kurang dari 3sumber informasi interpersonal. Hasil penelitian mengenai persentase responden dalam penggunaan sumber-sumber informasi dapat dilihat pada Tabel 4. Seluruh responden (100%) menggunakan sumber informasi interpersonal penyuluh. Dalam hal ini 41,18% responden menyatakan sering menggunakan sumber informasi interpersonal penyuluh. Tingginya frekuensi penggunaan sumber informasi ini berkaitan dengan akses terhadap teman sesama penyuluh yang tergolong mudah. Selain itu lebih dari separuh (59%) responden menyatakan bahwa informasi yang diperoleh dari sumber informasi tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan oleh penyuluh. Tingginya penggunaan sumber informasi interpersonal ini juga disebabkan adanya faktor kedekatan emosional antara responden, karena tingginya frekuensi interaksi tatap muka antar mereka dalam pelaksanaan tugas (Suryantini, 2001). Persentase responden yang menggunakan sumber informasi interpersonal kontak tani/peternak maju dan Kepala Dinas adalah sama sebanyak 71%. Responden juga menyatakan bahwa akses terhadap kontak tani/peternak maju cukup mudah. Selanjutnya untuk kunjungan ke Kepala Dinas sesuai dengan tugas yang diberikan oleh Kepala UPTB P3K terhadap penyuluh dalam kurun waktu tertentu. Persentase responden yang menggunakan sumber informasi interpersonal Kepala UPTB P3K sebanyak 65%, penyalur saprodi 59%, dan terhadap peneliti serta dosen sebanyak 35%.
Hubungan Karakteristik Penyuluh dengan Penggunaan Sumber Informasi.....Dini Rosidawanti Tabel 4. Persentase Responden dalam Penggunaan Sumber-sumber Informasi Responden yang Menggunakan Sumber Informasi Sumber Informasi Persen Interpersonal Peneliti 6 35,29 Penyuluh 17 100,00 Dosen 6 35,29 Kontak tani/Peternak maju 12 70,59 Kepala Dinas 12 70,59 Kepala UPTB P3K 11 64,70 Penyalur Saprodi 10 58,82 Media Cetak Surat kabar 13 76,47 Majalah 9 52,94 Buku 15 88,24 Media Elektronik Radio 1 5,88 Televisi 13 76,47 Internet 17 100,00 Publikasi Ilmiah Balai penelitian 10 58,82 Perguruan tinggi 5 29,41 Dinas lingkup peternakan 11 64,70 Brosur 17 100,00 Leaflet 15 88,24 Folder 17 100,00 Pertemuan Ilmiah Seminar 10 58,82 Lokakarya 7 29,41 Temu teknis 15 88,24 Temu tugas 15 88,24 Mimbar saresehan 3 17,65 Temu informasi 13 76,47 Tabel 4 ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan (100%) responden menggunakan penyuluh lain sebagai sumber informasi interpersonal yang disebabkan oleh aksesibilitas yang tinggi. Hasil ini sesuai dengan pendapat Suryantini (2003) yang menyatakan secara keseluruhan penyuluh menggunakan sumber informasi interpersonal penyuluh dan kontak tani/petani maju, sedangkan persentase terkecil (35%) penggunaan responden adalah terhadap peneliti dan dosen. Berdasarkan data di atas, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (65%) penyuluh menggunakan sumber informasi interpersonal dalam kategori sedang terhadap teman sesama penyuluh, kontak tani/peternak maju, dan Kepala Dinas. b. Media Cetak
Hubungan Karakteristik Penyuluh dengan Penggunaan Sumber Informasi.....Dini Rosidawanti Responden umumnya menggunakan media cetak seperti surat kabar, majalah, dan buku untuk menambah pengetahuan tentang peternakan. Tabel 3, memperlihatkan bahwa sebagian besar (59%) responden menggunakan dua sumber informasi media cetak. Responden yang menggunakan tiga media cetak sebanyak 29%, dan responden yang menggunakan satu media cetak sebanyak 12%. Rata-rata sumber informasi media cetak yang digunakan oleh responden adalah buku dan surat kabar yang dapat dilihat pada Tabel 4. Semua responden menggunakan buku dengan tingkat penggunaan yang tinggi, dimana 88% responden menyatakan sering menggunakan media cetak buku. Selain itu penggunaan media cetak surat kabar juga cukup tinggi, yakni dengan persentase responden sebanyak 76% yang menyatakan sering menggunakan media cetak tersebut. Sisanya 53% responden menggunakan media cetak majalah. Berdasarkan data di atas,hasil penelitian menunjukkan bahwasebagian besar penggunaan sumber informasi berupa media cetak oleh responden tergolong dalam kategori sedang terhadap surat kabar dan buku. c.
Media Elektronik Media elektronik merupakan salah satu sumber informasi yang diteliti diantaranya
radio, televisi, dan internet. Tabel 3, memperlihatkan bahwa sebagian besar (71%) responden menggunakan dua sumber informasi media elektronik. Responden yang menggunakan satu media elektronik sebanyak 23%, dan responden yang menggunakan tiga media cetak sebanyak 6%. Rata-rata sumber informasi media elektronik yang digunakan oleh responden adalah televisi dan internet yang dapat dilihat pada Tabel 4. Semua responden menggunakan internet dengan tingkat penggunaan yang tinggi, dimana 100% responden menyatakan sering menggunakan media elektronik internet. Selain itu penggunaan media elektronik televisi juga cukup tinggi, yakni dengan persentase responden sebanyak 76% yang menyatakan sering menggunakan media cetak tersebut. Sisanya hanya 6% responden yang menggunakan media elektronik radio. Berdasarkan data di atas, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar penggunaan sumber informasi berupa media elektronik oleh responden tergolong dalam kategori sedang terhadap televisi dan internet. d. Publikasi Ilmiah Pada umumnya penyuluh menggunakan sumber informasi berupa publikasi ilmiah yang terdiri dari balai penelitian, perguruan tinggi, dinas lingkup peternakan, brosur, leaflet,
Hubungan Karakteristik Penyuluh dengan Penggunaan Sumber Informasi.....Dini Rosidawanti dan folder. Tabel 3, menunjukkan bahwa rata-rata penyuluh di UPTB P3K Tanjungsari menggunakan sumber informasi publikasi ilmiah dalam kategori sedang. Terdapat 10 responden (59%) menggunakan 4 – 5 sumber informasi, 4 responden (23,5%) menggunakan sumber informasi lebih dari 5, dan 3 responden (18%) menggunakan sumber informasi kurang dari 4. Seluruh responden (100%) menggunakan sumber informasi publikasi ilmiah brosur dan folder seperti yang terlihat pada Tabel 4. Tingginya frekuensi penggunaan sumber informasi ini berkaitan dengan tugas rutin penyuluh untuk mempublikasikannya setiap bulan. Selain itu hampir semua (88%) responden menggunakan sumber informasi publikasi ilmiah leaflet. Hal ini juga disebabkan karena tugas rutin masing-masing penyuluh. Persentase responden yang menggunakan sumber informasi publikasi ilmiah dinas lingkup peternakan sebanyak 65%, balai penelitian 59%, dan terhadap perguruan tinggi sebanyak 29%. Data ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan (100%) responden menggunakan sumber informasi publikasi ilmiah brosur dan folder yang disebabkan oleh tuntutan setiap penyuluh untuk menyebarkan sumber informasi tersebut kepada kelompok binaannya, sedangkan persentase terkecil (29%) terhadap penggunaan sumber informasi publikasi ilmiah oleh responden adalah perguruan tinggi. Berdasarkan data di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar (59%) penyuluh menggunakan sumber informasi publikasi ilmiah dalam kategori sedang terhadap brosur, leaflet dan folder. e.
Pertemuan Ilmiah Sumber informasi berupa pertemuan ilmiah yang biasa digunakan oleh penyuluh
diantaranya seminar, lokakarya, temu teknis, temu tugas, mimbar saresehan, dan temu informasi. Tabel 3, menunjukkan bahwa rata-rata penyuluh di UPTB P3K Tanjungsari menggunakan sumber informasi pertemuan ilmiah dalam kategori sedang. Terdapat 11 responden (65%) menggunakan 3
– 5
sumber informasi, 5
responden (29%)
menggunakansumber informasi kurang dari 3, dan 1 responden (6%) menggunakan sumber informasi lebih dari 5. Sebagian besar (88%) responden menggunakan sumber informasi pertemuan ilmiah temu teknis dan temu tugas seperti yang terlihat pada Tabel 4. Selain itu, responden juga menggunakan sumber informasi pertemuan ilmiah temu informasi cukup tinggi dengan persentase 76%. Responden yang menggunakan sumber informasi pertemuan ilmiah seminar sebanyak 59%, lokakarya 29%, dan terhadap mimbar saresehan sebanyak 18%. Data ini menunjukkan
Hubungan Karakteristik Penyuluh dengan Penggunaan Sumber Informasi.....Dini Rosidawanti bahwa sebagian besar (88%) responden menggunakan sumber informasi pertemuan ilmiah temu teknis dan temu tugas. Tingginya frekuensi penggunaan sumber informasi ini disebabkan karena setiap dua minggu sekali penyuluh melakukan pertemuan teknis dan pertemuan tugas di aula UPTB P3K Tanjungsari, sedangkan persentase terkecil (18%) terhadap penggunaan sumber informasi pertemuan ilmiah oleh responden adalah mimbar saresehan. Berdasarkan data di atas, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (65%) penyuluh menggunakan sumber informasi pertemuan ilmiah dalam kategori sedang terhadap temu teknis dan temu tugas. 3.
Hubungan antara Karakteristik Penyuluh dengan Penggunaan Media Informasi dan Teknologi Hubungan antara karakteristik penyuluh yang terdiri dari umur, pendidikan formal dan
nonformal, masa kerja, pendapatan, jabatan fungsional, dan kekosmopolitanan dengan penggunaan media informasi dan teknologi diuji dengan menggunakan analisis korelasi rank Spearman yang dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Nilai Koefisien Korelasi Rank Spearman dari Hubungan Karakteristik Penyuluh dengan Penggunaan Media Informasi dan Teknologi Karakteristik Penyuluh Penggunaan Media Informasi dan Teknologi 1. Umur 0,000 2. Pendidikan Formal 0,015 3. Pendidikan Nonformal 0,612** 4. Masa Kerja 0,085 5. Pendapatan 0,000 6. Jabatan Fungsional 0,206 7. Kekosmopolitanan 0,102 Keterangan : * Terdapat hubungan yang nyata pada p < 0,05 ** Terdapat hubungan yang nyata pada p < 0,01 Analisis korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa umur penyuluh memiliki hubungan rendah sekali (rs < 0,20) dengan penggunaan media informasi dan teknologi sebagai sumber informasi penyuluhan. Hasil koefisien korelasi untuk umur adalah 0,000. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi umur responden tidak disertai dengan meningkatnya penggunaan media informasi dan teknologi dalam mendukung kegiatan penyuluhan peternakan. Hasil penelitian Wardhani (1994), menunjukkan bahwa tingkat pendidikan baik formal maupun nonformal berhubungan dengan penggunaan sumber informasi. Pendidikan formal pada penelitian ini berhubungan rendah sekali (rs < 0,20) dengan penggunaan media
Hubungan Karakteristik Penyuluh dengan Penggunaan Sumber Informasi.....Dini Rosidawanti informasi dan teknologi, sedangkan pendidikan nonformal berhubungan cukup berarti (0,40 ≤ rs< 0,70) dengan penggunaan media informasi dan teknologi sebagai sumber informasi penyuluhan dengan arah hubungan positif yang berhubungan nyata pada (p < 0,01). Hal ini disebabkan karena banyaknya kesempatan untuk mengikuti pendidikan nonformal, sehingga responden dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan melalui pelatihan/kursus. Menurut Suryantini (2001), pendidikan baik formal maupun nonformal pada hakikatnya berfungsi
sebagai
sarana pemberdayaan individu
untuk
meningkatkan
pengetahuan dan dan keterampilan dalam rangka pengembangan potensi diri. Pada umumnya seseorang yang berpendidikan lebih baik dan berpengetahuan teknis yang lebih banyak akan lebih mudah dan mampu berkomunikasi dengan baik. Selain itu kemampuan untuk menerima, menyaring, dan menerapkan hal-hal baru akan semakin baik. Sehingga makin tinggi pendidikan seseorang, maka dia akan lebih banyak melakukan komunikasi dua arah secara intensif dengan berbagai sumber informasi. Masa kerja mempunyai hubungan rendah sekali (rs < 0,20) dengan penggunaan media informasi dan teknologi sebagai sumber informasi penyuluhan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa masa kerja berkaitan dengan pengalaman seseorang dalam melaksanakan kegiatannya. Secara umum sebagian besar responden mempunyai masa kerja yang belum lama, artinya bahwa mereka belum mempunyai pengalaman yang cukup dalam melaksanakan bidang tugasnya. Hal ini menyebabkan mereka cenderung mencari berbagai informasi dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Pendapatan yang diperoleh responden memiliki hubungan rendah sekali (rs < 0,20) dengan penggunaan media informasi dan teknologi sebagai sumber informasi penyuluhan. Hasil koefisien korelasi untuk pendapatan adalah 0,000. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi pendapatan responden tidak disertai dengan meningkatnya penggunaan media informasi dan teknologi dalam mendukung kegiatan penyuluhan peternakan. Kemungkinan dikarenakan sebagian besar responden menggunakan sumber informasi (media cetak dan publikasi ilmiah/ilmiah populer) tanpa membeli. Artinya bahwa mereka lebih banyak memperoleh media cetak atau publikasi ilmiah/ilmiah populer dari berbagai instansi atau diperoleh melalui berbagai pertemuan, dan kadang-kadang meminjam dari sesama penyuluh. Jabatan fungsional mempunyai hubungan rendah tapi pasti (0,20 ≤ rs< 0,40) dengan penggunaan media informasi dan teknologi sebagai sumber informasi penyuluhan. Semakin tinggi jabatan fungsional penyuluh, semakin banyak dituntut untuk terlibat dalam berbagai kegiatan teknis maupun nonteknis. Dalam hal ini penyuluh peternakan dengan jabatan fungsional yang tinggi dituntut banyak terlibat dalam kegiatan merencanakan berbagai
Hubungan Karakteristik Penyuluh dengan Penggunaan Sumber Informasi.....Dini Rosidawanti pertemuan, misalnya temu tugas, temu teknis, atau mimbar saresehan. Selain itu, mereka juga dituntut untuk menjadi narasumber atau moderator dalam berbagai pertemuan tersebut (Suryantini, 2001). Kekosmopolitanan mempunyai hubungan rendah sekali (rs < 0,20) dengan penggunaan media informasi dan teknologi sebagai sumber informasi penyuluhan. Kekosmopolitanan merupakan keterbukaan seseorang pada informasi, melalui hubungannya dengan berbagai sumber informasi. Rogers (1969) mengemukakan bahwa seseorang dengan sifat kosmopolit yang tinggi biasanya akan mencari informasi dari sumber di luar lingkungannya, sedangkan yang rendah sifat kosmopolitnya cenderung mempunyai ketergantungan yang tinggi pada sumber informasi yang ada di lingkungannya. Rendahnya frekuensi kunjungan responden ke berbagai sumber informasi kemungkinan disebabkan kurangnya kepercayaan penyuluh terhadap sumber informasi tersebut (Setyorini, 2000). Hal ini sejalan dengan pendapat Palmgreen dan Rayburn (1985). Dinyatakan penilaian yang positif terhadap sumber informasi (media) akan menumbuhkan kepercayaan yang selanjutnya akan mendorong khalayak untuk mengkonsumsi media (sumber) yang dipercayai tersebut. Uraian hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas membuktikan bahwa hipotesis penelitian diterima. Hipotesis tersebut menyatakan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik penyuluh dengan penggunaan media informasi dan teknologi sebagai sumber informasi penyuluhan di bidang peternakan. Karakteristik penyuluh yang berhubungan cukup erat dengan penggunaan media informasi dan teknologi adalah pendidikan nonformal. KESIMPULAN 1) Karakteristik penyuluh di UPTB P3K Tanjungsari yang paling dominan berhubungan dengan penggunaan media informasi dan teknologi adalah pendidikan nonformal. Sebagian besar penyuluh mengikuti kursus/pelatihan dalam kategori sedang (4 – 7 kali). 2) Sumber informasi yang dominan digunakan oleh responden adalah sumber informasi interpersonal, terutama teman sesama penyuluh, kontak tani/peternak maju, dan Kepala Dinas. Sumber informasi yang tingkat penggunaannya rendah antara lain konsultasi dengan peneliti dan dosen, media elektronik berupa radio, dan pertemuan ilmiah berupa mimbar saresehan. 3) Karakteristik penyuluh yang berhubungan cukup berarti dengan penggunaan media informasi dan teknologi sebagai sumber informasi penyuluhan di bidang peternakan adalah pendidikan nonformal. Jabatan fungsional memiliki hubungan rendah tapi pasti
Hubungan Karakteristik Penyuluh dengan Penggunaan Sumber Informasi.....Dini Rosidawanti dengan penggunaan media informasi dan teknologi. Untuk umur, pendidikan formal, masa kerja, penghasilan dan kekosmopolitanan memiliki hubungan rendah sekali dengan penggunaan sumber informasi.
SARAN 1) Melihat sebagian besar jabatan fungsional penyuluh berada pada kategori rendah, maka penyuluh perlu meningkatkan aktivitas penyuluhan peternakan guna mendapatkan angka kredit tertentu, sehingga pada jumlah tertentu akan naik jabatan fungsionalnya setingkat lebih tinggi dari semula. 2) Sumber informasi interpersonal, terutama penyuluh peternakan, kontak tani/peternak maju, dan Kepala Dinas merupakan media yang strategis untuk menyampaikan informasi. Peningkatan kualitas dan kinerjanya perlu diarahkan pada peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan, dan profesionalisme kerja. 3) Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan penyuluhan, diperlukan upaya peningkatan motivasi penyuluh dalam penggunaan media informasi dan teknologi sebagai sumber informasinya.
DAFTAR PUSTAKA Abdussamad, S. 1993. Hubungan Karakteristik Petani Kerjasama dengan Persepsi dan Tingkat Partisipasi Mereka dalam Penelitian Sistem Usahatani di Kalimantan Selatan. Thesis Fakultas Pascasarjana, IPB. Bogor. Daniel. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta. Palmgreen, P., L.A. Wenner, and K.E. Rosengren. 1985. Uses and Gratifications Research. The Past Ten Years. In Media Gratification Research, Current Perspectives. K.E. Rosengren, L.A. Wenner, dan Palmgreen P. (Editors). Sage Publication, Beverly Hills. Roger, Everett M. 1969. Modernization Among Peasants: The Impact of Communication; New York-Sydney: Holt, Rinehart and Winston, Inc. Setiabudi, D. 2004. Pemanfaatan Media Informasi Teknologi Pertanian oleh Penyuluh Pertanian di Jakarta. Tesis Pasca Sarjana, IPB. Bogor. Setyorini, E. 2000. Hubungan Karakteristik Penyuluh dengan Motif serta Penggunaan Mereka Terhadap “Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian” di Kabupaten Bogor. Tesis Pasca Sarjana, IPB. Bogor. Soedijanto. 1996. Administrasi Penyuluhan Pertanian. Universitas Terbuka. Jakarta Suryantini, H. 2001. Pemanfaatan Informasi Teknologi Pertanian oleh Penyuluh Pertanian, Kabupaten Bogor. Tesis Pasca Sarjana, IPB. Bogor. Suryantini, H. 2003. Kebutuhan Informasi dan Motivasi Kognitif Penyuluh Pertanian serta Hubungannya dengan Penggunaan Sumber Informasi, Kabupaten Bogor. Jurnal Perpustakaan Pertanian, IPB. Bogor. Wardhani, A.C. 1994. Hubungan Karakteristik Demografis dan Motivasi Peternak dengan Pengguna Sumber-sumber Informasi tentang Ayam Buras di Desa Cisontrol, Kabupaten Ciamis. Tesis Pasca Sarjana, IPB. Bogor.
Hubungan Karakteristik Penyuluh dengan Penggunaan Sumber Informasi.....Dini Rosidawanti
LEMBAR PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIASI Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama
: DINI ROSIDAWANTI
NPM
: 200110100267
JUDUL SKRIPSI
: Hubungan Karakteristik Penyuluh Dengan Penggunaan Media Informasi dan Teknologi sebagai Sumber Informasi Penyuluhan di Bidang Peternakan (Kasus di UPTB P3K TanjungsariKecamatan Tanjungsari dan Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang)
Menyatakan bahwa artikel ini merupakan hasil penelitian penulis, data dan tulisan ini bukan hasil karya orang lain, ditulis dengan kaidah-kaidah ilmiah dan belum pernah dipublikasikan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya, tanpa tekanan dari pihak manapun.Penulis bersedia menanggung konsekuensi hukum apabila ditemukan kesalahan dalam pernyatan ini.
Menyetujui,
Sumedang, tanggal: 06 Februari 2015
Dr.Ir. Unang Yunasaf, M.Si. Pembimbing Utama
Dini Rosidawanti
Syahirul Alim, S.Pt. M.Si. Pembimbing Anggota