Original Article Volume 2 Nomor 1: 17-21 Februari 2017
Hubungan Intensitas Nyeri dengan Status Fungsional Penderita Kanker Payudara Pasca Pembedahan di RSUDZA Banda Aceh Relationship of the intensity of pain and functional satus of post surgery breast cancer patients at RSUDZA, Banda Aceh Rahmi Eka Saputri*, Iskandar, Rima Novirianthy Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh-Indonesia *Email:
[email protected]
ABSTRAK Kanker payudara merupakan pertumbuhan abnormal pada jaringan payudara yang bersifat progresif. Pengobatan dapat menimbulkan rasa nyeri bagi penderita. Nyeri dapat menimbulkan keterbatasan fisik dan berdampak pada setiap aspek kehidupan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan intensitas nyeri dengan status fungsional penderita kanker payudara pasca pembedahan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Metode penelitian bersifat analitik observasional dengan menggunakan rancangan jenis cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dan wawancara terpimpin menggunakan Numerical Rating Scale (NRS) untuk menilai intensitas nyeri dan Barthel Index untuk menilai status fungsional. Penelitian ini dilakukan selama bulan Juni 2016-Oktober 2016 terhadap 32 orang subjek penelitian. Hasil penelitian didapatkan 12 orang (37,5%) nyeri ringan, 17 orang (53,1%) nyeri sedang, dan 3 orang (9,4%) nyeri berat. Status fungsional didapatkan 6 orang (18,8%) dependen ringan, 23 orang (71,9%) dependen sedang, dan 3 orang (9,4%) dependen berat. Analisa data dengan menggunakan uji Spearman diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05) dan nilai r=0,680. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara intensitas nyeri dengan status fungsional penderita kanker payudara pasca pembedahan dengan arah korelasi positif dan kekuatan korelasi yang kuat. Kata kunci: Kanker payudara, pasca pembedahan, intensitas nyeri, status fungsional
ABSTRACT Breast cancer is the abnormal progressive growth of breast tissue. The cancer treatment can cause pain to the patients. Pain can lead to physical that will impact every aspect of life. This research aimed to find out correlation between the intensity of pain and the functional status of post surgery breast cancer patients at Zainoel Abidin Hospital, Banda Aceh. This was an analytic observational study with cross sectional design. The data were obtained with purposive sampling technique and interviewing patients with Numerical Rating Scale (NRS) to assess the intensity of pain and Barthel Index to assess the functional status. The research was held in June-October 2016 and 32 people were enrolled in this study. The results showed that there were 12 people (37.5%) who had mild pain, 17 people (53.1%) who had moderate pain, and 3 people (9.4%) who had severe pain. Functional status also showed that were 6 people (18.8%) with mild dependent, 23 people (71.9%) with moderate dependent, and 3 people (9.4%) with severe dependent. The data were analyzed by using Spearman Test with p-value 0.000(p < 0.05) and r-value 0.680. The conclusion of this study was there is significant correlation between the intensity of pain and the functional status of post surgery breast cancer patients, with a positive correlation direction and the power of the correlation was strong. Keywords: Breast cancer, post sugery, intensity of pain, functional status
http://jim.unsyiah.ac/medisia
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia
17
Saputri et al. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia Vol.2 No. 1: 17-21
PENDAHULUAN Kanker merupakan pertumbuhan abnormal, cepat, dan tidak terkendali dari sel. Berdasarkan data Global Burden Cancer, International Agency for Research on Cancer (IARC), diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker dengan posisi tertinggi pada wanita adalah kanker payudara sebanyak 25,2 % kasus baru.1 Pada tahun 2013, kejadian kanker payudara di Indonesia berkisar 61.882 penduduk. Prevalensi tertinggi berada pada provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 11.511 penduduk. Pada provinsi Aceh didapatkan 1.869 kasus kanker payudara.2 Modalitas pengobatan utama untuk kanker meliputi operasi, kemoterapi, radioterapi, dan terapi hormonal yang dapat digunakan sediri atau dalam bentuk kombinasi.3 Walaupun setelah pengobatan yang memadai, beberapa penderita mengalami nyeri yang berat dikarenakan perkembangan penyakit atau efek samping dari pengobatan yang dilakukan. 4 Pada penderita kanker payudara, nyeri kronis mempengaruhi 25 % dari 60 % pasien yang sedang mengalami pengobatan.5,6 Nyeri otot dan kekakuan menjadi keluhan utama pengobatan primer kanker payudara. Penelitian Fernandez-Lao et al pada 42 wanita setelah mendaptkan tindakan bedah menujukkan bahwa penderita tersebut memiliki hipersensitivitas yang melibatkan gejala nyeri leher, ketiak, dan bahu. 7 Rasa nyeri terus menerus menyebabkan dampak fisik dan status fungsional bagi penderita kanker payudara.4 Pengobatan kanker payudara juga sering mengakibatkan gangguan fisik yang menyebabkan keterbatasan aktivitas dan pembatasan partisipasi. Oleh karena itu, diperlukan pengkajian dalam menilai status fungsional penderita kanker payudara yang berfungsi untuk melihat tingkat ketergantungan penderita dan merupakan bagian penting dari perawatan kualitas hidup penderita.8 Bedasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan intensitas nyeri dengan status fungsional penderita kanker payudara pasca tindakan pembedahan.
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara intensitas nyeri dengan status fungsional penderita kanker payudara pasca pembedahan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional di mana penelitian mempelajari hubungan antara faktor resiko dengan efekmelelui pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Penelitian ini dilakukan di poliknlinik bedah dan ruang mamplam III Rumah Sakit Umum dr. Zaioel Abidin pada bulan Juni-Oktober 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita kanker payudara pasca pembedahan. Besar sampel dalam penelitian adalah sebanyak 32 orang penderita yang memenuhi kriteria inklusi. Teknik pengambilan sampel dengan metode non random sampling, yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling yang merupakan cara pemilihan sampel dengan mengambil responden yang memenuhu kriteria penelitian sesuia dengan karakteristik yang ditentukan peneliti. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah: Penderita kanker payudra yang belum mendapatkan siklus kemoterapi pasca pembedahan di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin, penderiata knker payudara yang datang ke poliklinik untuk melakukan control pasca pembedahan dalam rentang wakty lebih dari 2 minggu setelah tindakan pembehadah, dan bersedia menjadi responden penelitian. Kriteria ekslusi adalah: Penderita kanker payudara yang mempunyai penyakit kronik lain seperti gagal ginjal kronik dan jantung koroner.
HASIL Pengambilan sampel yang dilakukan dari bulan Juni-Oktober 2016 di Poliklinik Bedah dan Ruang Mamplam 3 di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh didapatkan 32 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi variabel yang diteliti dikelompokkan dalam tabel 1 sebagai berikut:
http://jim.unsyiah.ac/medisia
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia
18
Saputri et al. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia Vol.2 No. 1: 17-21
Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden penelitian Karakteristik Pasien Ras Aceh Bukan Aceh Alamat Banda Aceh Luar Banda Aceh Usia (tahun) < 40 > 40 Pekerjaan IRT PNS Swasta Gambaran Histopatologi Invasive Ductal Cell Ca Infiltrating Ductal Cell Ca Jenis Pembedahan Modified Radical Mastectomy Simple Mastectomy
Frekuensi (n)
Persentase (%)
26 6
81,3 % 18,8 %
9 23
28,12 % 71,88 %
6 26
18,8 % 81,3 %
26 2 4
81,3 % 6,3 % 12,5 %
22 10
68,8 % 31,3 %
27 5
84.4 % 15.6 %
Distribusi sampel berdasarkan karakteristik responden penelitian pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa penderita kanker payudara yang melakukan tindakan pembedahan di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh lebih banyak berasal dari ras aceh dibanding bukan dari ras aceh dengan persentase 81,3 %. Penderita kanker payudara pasca pembedahan yang paling banyak diwawancarai berasal dari kelompok umur > 40 tahun sebesar 81,3 % dengan pekerjaan terbanyak sebagai ibu rumah tangga sebesar 81,3 %. Gambaran Histopatologi penderita kanker payudara yang melakukan pembedahan lebih banyak dengan gambaran Invasive Ductal Cell Ca sebesar 68,8 % dibanding Infiltrating Ductal Cell Ca. Jenis pembedahan dengan teknik Modified Radical Mastectomy sebesar 84,4 % lebih banyak dilakukan dibanding teknik Simple Mastectomy. Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan uji Spearman untuk melihat hubungan intensitas nyeri dengan status fungsional penderita kanker payudara pasca pembedahan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 2. Hasil analisis statistik Status Fungsional
Intensitas Nyeri
N
P
Koefisien Korelasi
32
0,000
0,680
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai korelasi 0,000 yang menunjukkan terdapat korelasi yang bermakna antara intensitas nyeri dengan status fungsional penderita kanker payudara setelah mendapatkan tindakan pembedahan, hal ini berdasarkan uji statistik korelasi Spearman (p < 0,05) dan menunjukkan arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang kuat (r = 0,680).
http://jim.unsyiah.ac/medisia
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia
19
Saputri et al. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia Vol.2 No. 1: 17-21
PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Bedah dan Ruang Mamplam 3 RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dengan jumlah responden kanker payudara yang telah mendapatkan tindakan pembedahan sebanyak 32 orang. Berdasarkan data karakteristik responden dari kategori tempat tinggal didapatkan pasien yang bertempat tinggal di Banda Aceh yaitu 9 orang (28,12 %), sedangkan di luar Banda Aceh sebanyak 23 orang (71,88 %). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Oemiati et al (2011) mengenai prevalensi tumor di Indonesia didapatkan kasus tumor lebih tinggi di daerah pedesaan dibandingkan perkotaan dikarenakan masyarakat perkotaan memiliki akses yang lebih tinggi untuk kesehatan dibanding masyarakat pedesaan.9 Responden kanker payudara yang mendapatkan tindakan pembedahan dengan rentang usia > 40 tahun lebih banyak yaitu sebanyak 26 orang (81,3 %). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Yahya et al (2014) pada 30 responden penderita kanker payudara didapatkan 19 orang (63,3 %) yang berusia di atas 40 tahun didiagnosis kanker payudara.10 Insiden kanker payudara tertinggi secara keseluruhan berada pada wanita yang lebih tua. Laporan dari SEER menyebutkan bahwa angka resiko seorang wanita di Amerika akan didiagnosis dengan kanker payudara selama 10 tahun ke depan meningkat pada usia di atas 40 tahun yaitu 1,47% atau 1 dari 68 wanita mendapat diagnosis kanker payudara.11 Jenis pembedahan yang lebih dominan dilakukan berdasarkan data karakteristik adalah dengan metode Modified Radical Mastectomy sebanyak 27 orang (84,4 %) dibandingkan dengan metode Simple Mastectomy. Teknik pembedahan mastektomi lebih banyak dipilih dibandingkan teknik lainnya seperti lumpektomi atau breast conserving surgery. Pedoman NHSBSP merekomendasikan pasien dengan ukuran tumor > 40 mm atau gambaran histopatologi non invasiv seharusnya menjalani mastektomi. NHSBSP 2015 telah mendemonstrasikan pemeriksaan yang menunjukkan bahwa 88 % dari pasien yang menjalani operasi untuk kanker invasiv > 5 cm telah mendapatkan tindakan mastektomi. Mastektomi menjadi pilihan yang lebih baik bagi penderita dikarenakan jenis kanker payudara, ukuran besar tumor, sejarah pengobatan sebelumnya, atau faktor-faktor tertentu lainnya12 Berdasarkan hasil penelitian ini, sebagian besar penderita kanker payudara memiliki intensitas nyeri sedang yang memiliki nilai 4-6 dengan persentase sebesar 53,1 %. Penelitian yang dilakukan oleh Langford et al (2014) pada 398 penderita kanker payudara didapatkan perbedaan signifikan karakteristik pasca pembedahan yang ditemukan diantara tiga kelas nyeri. Penderita dengan nyeri sedang memiliki komplikasi yang lebih tinggi pasca operasi, skor intensitas nyeri semakin buruk dan rata-rata intensitas nyeri semakin tinggi. Selain itu, dibandingan dengan kelas tanpa nyeri, didapatkan persentase jumlah lebih tinggi pada penderita dengan nyeri sedang yang telah menerima terapi fisik selama 6 bulan setelah operasi. 13 Hasil penelitian pada 32 penderita kanker payudara pasca pembedahan didapatkan sebanyak 23 orang (71,9 %) memiliki status fungsional dependen sedang dengan rerata status fungsional keseluruhan penderita kanker payudara pasca pembedahan adalah 81,71 dan memiliki standar deviasi + 11,18. Rerata status fungsional penderita yang berasal dari ras Aceh lebih tinggi daripada penderita bukan ras Aceh yaitu sebesar 82,5 dengan standar deviasi + 10,51. Hasil penelitian oleh Huijer (2012) pada 89 penderita kanker payudara di Lebanon didapatkan rerata status fungsional yaitu 97,78 dan memiliki standar deviasi + 5,96. Hal ini dapat disimpulkan bahwa status fungsional penderita kanker payudara di Aceh lebih rendah dibandingkan status fungsional penderita di Lebanon. Kemampuan fungsional yang sangat baik pada penderita kanker payudara di Lebanon dikarenakan terdapatnya mekanisme copping di mana penderita memaksakan diri untuk terus memiliki kemampuan fungsional yang normal agar tidak dianggap sebagai penderita kanker yang lemah dan tidak ingin dikasihani orang lain. Sebagian besar perempuan di Lebanon masih diharapkan menjadi ibu rumah tangga dan mengurusi kebutuhan keluarga mereka, meskipun faktanya banyak yang bekerja diluar rumah tangga dan sebagai pencari nafkah sama seperti suaminya. Oleh karena itu, wanita dengan kanker payudara di Lebanon juga dibutuhkan pikirannya dalam menunjukkan kemampuan fungsional yang baik untuk memenuhi ekspektasi masyarakat.14 Beradasarkan hasil uji Spearman pada penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara intensitas nyeri dengan status fungsional penderita kanker payudara pasca pembedahan karena p value = 0,000 (p <0,05) dengan kekuatan korelasi kuat (r = 0,686) dan arah korelasi positif. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat intensitas nyeri yang dirasakan penderita kanker payudara pasca pembedahan maka nilai status fungsional akan semakin dependen atau memburuk karena lebih banyak bergantung pada orang lain. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Langford et al tahun 2014 pada 398 penderita kanker payudara pasca pembedahan didapatkan wanita dengan intensitas nyeri yang tinggi memiliki gangguan yang lebih besar dibandingkan nyeri sedang dan nyeri ringan. Dari penelitian tersebut juga didapatkan perbandingan wanita dengan intensitas nyeri tinggi mendapatkan gangguan yang lebih signifikan pada kekuatan genggaman, sedangkan gangguan fleksi dan abduksi juga dirasakan oleh penderita dengan intensitas nyeri sedang dan nyeri berat.13 Nyeri sering terjadi pasca tindakan pembedahan pada kanker payudara termasuk pengangkatan kelenjar getah bening di daerah aksila, 25% sampai 70% dari penderita tersebut memiliki beberapa tingkatan nyeri. Kontrol nyeri pasca pembedahan masih menjadi masalah umum bagi pasien yang menjalani operasi payudara. Sebuah survei terbaru menunjukkan bahwa perhatian utama pasien pada operasi adalah nyeri yang ditimbulkan. Rasa nyeri yang terus menerus dapat mengakibatkan dampak fisik serta status fungsional penderita kanker payudara pasca tindakan pembedahan.15
http://jim.unsyiah.ac/medisia
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia
20
Saputri et al. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia Vol.2 No. 1: 17-21
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 32 orang sampel didapatkan adanya hubungan antara intensitas nyeri dengan status fungsional penderita kanker payudara di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Penderita dengan intensitas nyeri yang tinggi mengalami ketergantungan status fungsional yang lebih berat dibandingkan dengan penderita dengan intensitas nyeri yang rendah. Hal ini menyebabkan nyeri berdampak pada gangguan status fungsional penderita kanker payudara yang dapat menjadi hambatan dalam melaksanakan fungsi kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
8. 9. 10. 11. 12. 13.
14. 15.
Ferlay JS , Ervik M, Dikshit R, Eser S, Mathers C, Rebelo M, et al. Cancer Incidence and Mortality Worldwide: IARC Cancer Base. International Agency for Research on Cancer. 2013;1.0. Kementrian Kesehatan RI. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. 2015:2-11. Cancer in Norway (2009) Cancer incidence, mortality, survival and prevalence in Norway. 2012. Satija A, Ahmed SM, Rahul Gupta AA, Rana SPS, Singh SP, Mishra S, et al. Breast cancer pain management - A Review of Current and Novel Therapies. 2014;139(2):216. K. G. Andersen, H. Kehlet. Persistent pain after breast cancer treatment: a critical review of risk factors and strategies for prevention. The Journal of Pain. 2011;12. Langford DJ, Paul SM, West C, Abrams G, Elboim C, Levine JD, et al. Persistent Arm Pain Is Distinct From Persistent Breast Pain Following Breast Cancer Surgery. The Journal of Pain. 2014;15(12):1238-47. Fernández-Lao C, Cantarero-Villanueva I, Fernández-De-Las-Peñas C, Del-Moral-Ávila R, Menjón-Beltrán S, Arroyo-Morales M. Widespread mechanical pain hypersensitivity as a sign of central sensitization after breast cancer surgery: comparison between mastectomy and lumpectomy. The Journal of Breast Cancer. 2011;12(1):72-8. Mary Insana Fisher, Jeannette Lee, Claire Davies, Hannah Geyer, Genevieve Colon. Oncology Section EDGE Task Force on Breast Cancer Outcomes: A Systematic Review of Outcome Measures for Functional Mobility. Physical Therapy Faculty Publications. 2015:1-3. Oemiati R, Rahajeng E, Kristanto AY. Prevalensi Tumor dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhi di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan . 2011; 39 (4):190-204. Yahya TS, Erlita V, Dewi YI. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Gambaran Diri pada Wanita Pasca Mastektomi Kanker Payudara. Jurnal Online Mahasiswa. 2014; 1(1): 1-9. National Cancer Institute. Breast Cancer Treatment- Health Professional Version 2016 [updated February 2, 2016; cited 2016]. Available from: http://www.cancer.gov/types/breast/hp/breast-treatment-pdq. Critchley AC, Cain HJ. Surgical Techniques in Breast Cancer: An Overview. Surgery Journal. 2015: 1-11. Langford DJ, Paul SM, West C, Levine JD, Hamolsky D, Elboim C, et al. Persistent Breast Pain Following Breast Cancer Surgery Is Associated With Persistent Sensory Changes, Pin Interfence, and Functional Impairments. The Journal of Pain. 2014;15(12):1227-1237. Huijer HA, Abboud S. Health-related Quality of Life among Breast Cancer Patients in Lebanon. European Journal of Oncology Nursing. 2012;16:491-497. Salwa A. M. Effects of Exercise Intervention on Pain, Shoulder Movement, and Functional Status in Women after Breast Cancer Surgery: A randomized Controlled Trial. Journal of Education and Practice. 2016;7(8):97-108.
http://jim.unsyiah.ac/medisia
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia
21