PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun Oleh: Cicilia Agnes Oktavia Pastora 029114132
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Cicilia Agnes Oktavia Pastora (2008). Hubungan Frekuensi Menonton Sinetron Dengan Sikap Konsumtif Pada Remaja Putri. Yogyakarta; Fakultas Psikologi; Jurusan Psikologi: Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara frekuensi menonton sinetron dengan sikap konsumtif pada remaja putri. Latar belakang penelitian ini adalah bahwa sinetron saat ini disiarkan sepanjang hari oleh hampir semua stasiun televisi, padahal sinetron banyak mendapat kritik. Kritik tersebut diantaranya adalah sinetron selalu menampilkan kemewahan duniawi, mengandung unsur kapitalis, dan mengajarkan gaya hidup konsumtif. Hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan yang positif antara frekuensi menonton sinetron dengan sikap konsumtif pada remaja putri. Definisi sikap konsumtif yang digunakan adalah keadaan internal yang dapat mempengaruhi pilihan seseorang untuk bersikap boros dan berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan daripada kebutuhan, serta tidak ada skala prioritas, juga dapat diartikan sebagai gaya hidup yang bermewah-mewah. Frekuensi menonton sinetron sendiri dapat dimaknai sebagai tingkatan seberapa sering seseorang itu menonton acara sinetron yang ditayangkan di televisi. Subyek penelitian adalah 60 orang remaja putri berusia antara 15 sampai dengan 20 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran angket frekuensi menonton sinetron dan skala sikap konsumtif. Koefisien reliabilitas skala sikap konsumtif adalah sebesar 0,962. Analisis data penelitian dilakukan menggunakan statistik nonparametik karena data yang diperoleh tidak berdistribusi normal. Analisis dilakukan dengan bantuan SPSS 15.0 for Windows menggunakan koefisien korelasi Spearman. Hasil analisis data penelitian diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,354 pada taraf signfikansi (p) 0,01. Nilai koefisien korelasi yang positif menunjukkan bahwa frekuensi menonton sinetron mempunyai hubungan yang positif dengan sikap konsumtif, sehingga semakin tinggi frekuensi menonton sinetronnya maka sikap konsuntif juga akan semakin tinggi. Kata kunci: frekuensi menonton sinetron, sikap konsumtif, remaja putri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Cicilia Agnes Oktavia Pastora (2008). The Correlation between Frequency of Watching Sinetron and Consumptive Attitude on Female Teenagers. Yogyakarta: Faculty of Psychology; Department of Psychology: Sanata Dharma University.
The aim of this research was to find out the correlation between frequency of watching sinetron and consumptive attitude on female teenagers. The background of this research was the fact that now sinetron is broadcasted by almost all of the TV station everyday, although it also receives many criticisms. Some of the critics say that sinetron only conveys the luxury of the world. It has capitalist aspects, and it teaches a consumptive lifestyle. The hypothesis presented in this thesis was that there was a positive correlation between frequency of watching sinetron and consumptive attitude on female teenagers. The definition of consumptive attitude used in this thesis is the attitude to consume everything unwisely, to put the will before the need, and not to have a priority scale. It also can be defined as a luxurious lifestyle. The frequency of watching sinetron can be defined in terms of how often someone watches sinetron on television. The subjects of this research were fifteen-year-old through twenty-yearold female teenagers. The numbers of the subjects were sixty teenagers. The data gathering method was by distributing watching sinetron frequency questioners and consumptive attitude scale. The consumptive attitude scale reliability coefficient was 0.960. The data analysis was done using statistics non-parametric method because the data gathered was not distributed normally. The analysis was conducted using SPSS 15.0 for Windows. Spearman correlation coefficient was used. The result of the data research analysis was the correlation coefficient (r) was 0.354 at the level of significant (p) 0.01. Because of the correlation coefficient was positive, it meant that there was a positive correlation between the frequency of watching sinetron and consumptive attitude on female teenagers. The higher the frequency of watching sinetron, the higher consumptive attitude on female teenagers would be. Keywords: frequency of watching sinetron, consumptive attitude, female teenagers.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, karena tanpa anugerah dan pertolongan-Nya skripsi ini tidak akan dapat saya selesaikan. Mulai dari merencanakan sampai dengan menyelesaikan skripsi ini, saya telah mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak, baik langsung ataupun tidak langsung. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati saya ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak P. Edy Suhartanto, S.Psi., M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, atas ijin dan kesempatan yang diberikan kepada saya untuk melakukan penelitian. 2. Ibu Sylvia Carolina Maria Yuniarti Murtisari, S.Psi., M.Psi., selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, atas bimbingan dan saran yang diberikan selama saya menempuh pendidikan dan selama proses penyelesaian skripsi ini. 3. Ibu Maria Magdalena Nimas Eki Suprawati, S.Psi., Psi., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik, atas segala perhatian dan dorongan semangat yang tidak pernah henti. 4. Bapak Y. Heri Widodo, S.Psi., M.Psi., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan sabar memberikan banyak petunjuk serta bimbingan dan juga mengajarkan kedisiplinan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani, M.Si, atas saran yang diberikan selama proses penyelesaian skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah mengasuh, mendampingi serta memberikan bekal ilmu selama saya menempuh masa perkuliahan. 7. Para karyawan dan staf Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Mas Muji, Mas Gandung, Mas Doni, Mbak Nani, dan Pak Gik, untuk keramahan dan semua bantuannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8. Papa dan Mama tersayang, Bapak Yohannes Pastora dan Ibu Sri Lestari, untuk segala kepercayaan, kesabaran, pengertian, dukungan, dorongan semangat, dan doa yang tidak pernah berhenti. 9. Kak Monik-ku yang paling cantik, terima kasih buat abstract-nya, juga Adri yang sudah membantu selama proses pengambilan data. Terima kasih juga atas semua yang telah kita bagi dan lewati selama ini. 10. Mbak Fajar dan Mas Ncop yang sudah membantu selama proses pengambilan data dan selama persiapan ujian, terima kasih juga Mbak buat semua cerita-ceritanya. 11. Sahabat-sahabatku yang cerewet, Delia dan Ririn untuk dorongan semangatnya, Iban (Kapan mau SMS dan telepon lagi???), Mia juga Dewi untuk persahabatannya. 12. Kembaranku Friska, Winda (miss you..), Sutrie untuk segala kesabarannya membantu selama ini, Katrin, Ohaq (Mana traktirannya?), Ayu dan jagoan kecilnya, juga teman-teman dan sahabat yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, atas segala pengalaman, dan suka duka yang telah kita lewati. 13. Ana dan Kowok yang selalu memberi semangat lewat telepon dan SMSnya. 14. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, juga semua subjek yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan berkatNya kepada semua pihak yang telah memberikan semua bantuan tersebut di atas. Skripsi ini tentu saja masih jauh dari sempurna, sehingga dengan senang hati saya menerima saran demi perbaikan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Yogyakarta, 10 Oktober 2008
Cicilia Agnes Oktavia Pastora
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul .................................................................................................... i Halaman Persetujuan .......................................................................................... ii Halaman Pengesahan .......................................................................................... iii Halaman Pernyataan Keaslian Karya.................................................................. iv Abstrak ................................................................................................................ v Abstract ............................................................................................................... vi Halaman Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah .................... vii Kata Pengantar .................................................................................................... viii Daftar Isi ............................................................................................................. x Daftar Tabel ........................................................................................................ xii Daftar Lampiran.................................................................................................. xiii BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1 A. Latar Belakang........................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................. 10 C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 10 D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 12 A. Sikap Konsumtif ..................................................................................... 12 1. Definisi Sikap Konsumtif................................................................. 12 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif .................. 14 3. Aspek-aspek Sikap Konsumtif ......................................................... 21 4. Perilaku Konsumtif pada Remaja..................................................... 22 B. Sinetron ................................................................................................... 24 1. Definisi Sinetron............................................................................... 24 2. Sejarah Perkembangan Sinetron....................................................... 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Tema Sinetron .................................................................................. 26 4. Kritik Terhadap Sinetron ..................................................................27 5. Perilaku Menonton Sinetron pada Remaja .......................................29 C. Hubungan Antara Frekuensi Menonton Sinetron dengan Sikap Konsumtif Pada Remaja Putri.................................................................................. 30 D. Hipotesis ................................................................................................. 34 BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 35 A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 35 B. Variabel Penelitian.................................................................................. 35 C. Definisi Operasional ............................................................................... 35 D. Subjek Penelitian .................................................................................... 38 E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ...................................................... 39 F. Pengujian Alat Ukur................................................................................ 42 G. Metode Analisis Data ............................................................................. 45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................... 46 A. Pelaksanaan Penelitian............................................................................ 46 B. Hasil Penelitian ....................................................................................... 46 1. Deskripsi Data Penelitian................................................................ 46 2. Uji Asumsi ...................................................................................... 49 3. Uji Hipotesis ................................................................................... 51 C. Pembahasan ............................................................................................ 53 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 58 A. Kesimpulan ............................................................................................. 58 B. Saran ....................................................................................................... 58 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 59 LAMPIRAN.......................................................................................................... 63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel I Blue Print Skala Sikap Konsumtif ........................................................... 41 Tabel II Blue Print Skala Sikap Konsumtif Pada Saat Uji Coba.......................... 44 Tabel III Blue Print Nomor Aitem Baru Setelah Uji Coba................................... 44 Tabel IV Deskripsi Data Skor Skala Sikap Konsumtif......................................... 46 Tabel V Deskripsi Data Frekuensi Menonton Sinetron ........................................ 47 Tabel VI Deskripsi Sekolah Subjek...................................................................... 48 Tabel VII Hasil Uji Normalitas .............................................................................49 Tabel VIII Hasil Uji Linearitas ............................................................................. 50 Tabel IX Hasil Uji Hipotesis................................................................................. 51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Penelitian ............................................................ 66 Lampiran 2. Skala Uji Coba................................................................................. 67 Lampiran 3. Reliability dan Aitem Total Statistik (Sebelum Pengguguran Item 78 Lampiran 4. Item Total Statistics (Setelah Pengguguran Item) ........................... 80 Lampiran 4. Skala Penelitian ............................................................................... 82 Lampiran 6. Data Penelitian ................................................................................ 91 Lampiran 7. Uji Normalitas dan Linearitas ......................................................... 93 Lampiran 8. Uji Nonparametric Correlations ...................................................... 94 Lampiran 9. Deskripsi Data ................................................................................. 95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kehidupan remaja Indonesia saat ini tidak terpisahkan dari media massa. Mereka mendengarkan radio dalam perjalanan menuju sekolah. Mereka juga mengakses internet, membaca tabloid, majalah, koran, serta novel, dan komik. Sepulang dari sekolah mereka menyaksikan beragam acara yang disiarkan di televisi seperti sinetron, reality show, kuis, ataupun infotainment. Terkadamg sambil belajar di kamarnya remaja juga mendengarkan radio dan di akhir pekan mereka pergi menonton film di bioskop bersama teman-teman sebaya mereka. Menggunakan dan menikmati beragam media massa memang sudah menjadi bagian hidup sehari-hari para remaja. Mereka takut dikatakan kurang pergaulan apabila tidak mengikuti tren dan beragam informasi yang disajikan oleh media massa. Remaja juga menjadikan media massa sebagai sarana mencari hiburan atau sekedar untuk mengisi waktu senggang sambil mengusir rasa jenuh setelah belajar di sekolah, sehingga tidaklah mengherankan apabila disebagian besar waktunya remaja melaluinya bersama atau dekat dengan beragam media. Data yang disampaikan Bauer (2005) mendukung hal tersebut. Ia menulis bahwa di Kanada aktivitas anak-anak dan remaja yang berhubungan dengan media (termasuk TV, radio, internet, dan permainan komputer), mencapai 5,5 jam per hari. Sementara itu menurut data yang dimiliki Dr Sigman, anak-anak di Inggris berusia 11 hingga 15 tahun kini banyak yang menghabiskan hampir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dari setengah waktunya dengan menonton TV dan bermain komputer (‘Televisi dan komputer”, 2008). Selanjutnya Santrock (2003) dengan lebih jelas menyatakan bahwa remaja menghabiskan sepertiga atau lebih waktu terjaga mereka dengan beberapa bentuk media massa, baik sebagai fokus utama atau sebagai latar belakang melakukan kegiatan lain. Televisi dan radio merupakan media massa yang murah meriah. Remaja tidak perlu mengeluarkan banyak uang, bahkan sama sekali tidak perlu mengeluarkan uang untuk dapat menikmati televisi dan radio. Ini tentu berbeda dengan media massa yang lainnya. Majalah dan tabloid harus dibeli setiap jangka waktu tertentu agar dapat dinikmati, begitu pula dengan novel ataupun menonton film di bioskop. Televisi dan radio juga menyuguhkan informasi dan acara yang cukup beragam, seperti acara musik, kuis, film, drama seri, reality show, berita, sampai infotainment;
meskipun begitu
televisi
tampaknya
tetap
lebih
populer
dibandingkan radio. Penyebabnya sudah pasti karena sifat televisi yang dapat menyajikan informasi secara audio visual. Bentuk informasi audio visual inilah yang menjadi daya tarik khas yang hanya dimiliki oleh televisi. Hal ini sejalan dengan pendapat Wirodono (2006) yang menulis bahwa televisi adalah media yang paling luas dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Jenis media ini, sebagai media audio-visual, tidak membebani banyak syarat bagi masyarakat untuk menikmatinya. Remaja sendiri dapat menghabiskan waktu berjam-jam menonton televisi, bahkan Santrock (2003) menyatakan bahwa remaja menonton televisi antara 2 sampai 4 jam, dengan variasi yang cukup besar sekitar rata-rata tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Beberapa remaja sedikit atau sama sekali tidak menonton televisi, yang lain menonton selama 8 jam sehari. Sementara itu, riset yang dilakukan oleh Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), waktu menonton TV pada anak Indonesia sangat tinggi, mencapai 30-35 jam seminggu (“Sayang Anak, Sayang Anak….”, 2005). Lebih lanjut data Badan Pusat Statistik tahun 2003 yang dimuat dalam majalah Reader’s Digest Indonesia edisi September 2005, memberikan persentase jumlah anak usia 10 tahun keatas yang menonton TV. Data tersebut menyebutkan bahwa persentase anak usia 10 tahun keatas yang menonton TV pada tahun 1998 mencapai 88,72% dan pada tahun 2000 mencapai 87,97%. Penelitian lain yang meneliti kebiasaan menonton pada remaja dilakukan oleh Muizzudin pada tahun 1997. Hasil penelitian yang dapat diakses dari perpustakaan digital ITB ini, memang subjeknya baru terbatas pada 70 orang remaja yang bertempat tinggal di Kabupaten Dati II Blitar. Hasilnya sebanyak 31.43% responden menghabiskan waktu sekitar 2 - 3 jam/hari untuk menonton TV, sebagian besar menonton dalam waktu tak menentu (tergantung acara yang diminati). Pada waktu hari libur lebih dari separuh responden (57.14%) menghabiskan waktu 3 - 4 jam/hari, dengan motif menonton untuk memperoleh hiburan (58.9%). Lembaga survei AGB Nielsen memberi data yang mendukung hasil penelitian Muizzudin. Hasil survei lembaga tersebut yang dapat dilihat dalam AGB Nielsen Newsletter edisi Agustus 2008, dilakukan pada April – Juni 2008 di 10 kota besar di Indonesia dan memperoleh hasil bahwa waktu menonton TV remaja usia 15-19 tahun rata-rata 2 jam 47 menit per harinya, padahal menurut Teresa Orange dan Louise O’Flynn (”Saatnya Diet”, 2008), keduanya praktisi komunikasi, merekomendasikan dengan berbagai alasan bahwa waktu untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menikmati hiburan layar kaca maksimal dua jam sebagai batasan rata-rata per hari. Siaran televisi di Indonesia saat ini diisi oleh TVRI dan 10 stasiun televisi swasta yang mengudara secara nasional. Jumlah tersebut belum temasuk stasiun televisi lokal, seperti Jogja TV dan TATV yang mengudara di wilayah Yogyakarta, Solo, dan sekitarnya, juga Jak-TV dan O-Channel di Jakarta, dan masih banyak lagi yang lainnya. Selama sekitar 20 jam mengudara, sebuah stasiun televisi setidaknya membutuhkan sekitar 25 hingga 30 program acara, di luar acara-acara tayang ulang (Wirodono, 2006). Acara-acara yang disiarkan biasanya terdiri dari acara berita yang bermaksud memenuhi kebutuhan penontonnya akan berbagai informasi, dan acara-acara yang bermaksud menghibur penontonnya, seperti kuis, infotainment, sinetron, film, reality dan talk show, serta acara musik. Selanjutnya Wirodono (2006) menjelaskan bahwa acara film (sinetron, film kartun, film impor, maupun drama komedi) mencapai antara 50-60%, jauh lebih tinggi dari lainnya (kecuali di Metro TV, komposisi berita mencapai 5060%, dan selebihnya adalah film dokumenter dan talk-show. Penayangan film, khususnya impor, hanya sekitar 3%). Sementara itu survei yang dilakukan oleh AGB Nielsen pada periode 10-16 Desember 2006 untuk mendata 100 program televisi dengan rating tertinggi di Indonesia, menghasilkan temuan bahwa sepuluh peringkat teratas ternyata dihuni oleh tayangan sinetron. Tayangan sinetron (drama series) mendominasi daftar tersebut dengan 43%, sedangkan tayangan berita hanya 2% (“Sinetron Indonesia”, 2006). Data tersebut didukung oleh Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo), seperti yang dilansir oleh Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Seto Mulyadi, bahwa sinetron
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mendominasi tayangan televisi, sedangkan, tayangan yang mengandung edukasi hanya 0,07 persen (Nainggolan, 2008). Banyaknya stasiun televisi di Indonesia seperti yang telah disebutkan sebelumnya, tidak menjamin akan munculnya banyak acara yang berkualitas dan beragam. Acara-acara yang saat ini disiarkan oleh stasiun televisi umumnya menggarap tema yang seragam, sehingga menimbulkan kesan bahwa setiap stasiun televisi tidak memiliki ciri khas yang benar-benar membedakannya dari stasiun televisi yang lainnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Wirodono (2006) yang menyatakan bahwa salah satu ciri khas televisi sebagai media adalah persoalan ketidakmatangan media ini. Selanjutnya ia juga menulis tidak adanya karakter yang jelas dan matang pada akhirnya tercermin pada masing-masing stasiun televisi. Salah satu contohnya adalah acara reality show yang bertujuan mengorbitkan seseorang menjadi bintang. Sebut saja AFI yang dibuat oleh Indosiar, kemudian diikuti oleh Indonesian Idol dan Saatnya Jadi Idola di RCTI, serta KDI di TPI, Sing Like A Star di Global TV, dan masih banyak lagi acaraacara reality show sejenis yang mengajak pemirsanya untuk berpartisipasi melalui SMS. Begitu pula dengan sinetron. Keberhasilan sebuah sinetron yang ditayangkan di satu stasiun televisi, kemudian akan diikuti oleh stasiun-stasiun televisi lainnya yang ikut menyiarkan sinetron-sinetron bertema sama. Tren sinetron remaja misalnya, saat muncul sebuah sinetron yang mengangkat tema dari rubrik-rubrik majalah remaja atau memakai judul lagu yang sudah lebih dulu tren, maka hampir semua stasiun televisi kemudian akan menayangkan sinetron yang serupa. Begitu pula saat sebuah stasiun televisi sukses menyiarkan sinetron
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bertema religi, cerita rakyat, ataupun menyadur dari drama seri luar negeri, maka hampir disetiap stasiun televisi kita dapat menyaksikan sinetron yang juga mengangkat tema-tema tersebut. Sinetron Indonesia saat ini menuai banyak kritik dari berbagai kalangan. Salah satu hal yang seringkali dikritik adalah bahwa sinetron seringkali tidak realistis dan berlebihan. Misalnya anak-anak sekolah dalam sinetron seringkali digambarkan menggunakan berbagai aksesoris yang tidak sepantasnya digunakan di sekolah atau berdandan berlebihan seperti akan pergi ke pesta. Anak-anak SMP dan SMA tidak jarang digambarkan membawa mobil mewah atau diantar sopir pribadi ke sekolah. Memang
sebagian
besar
sinetron
Indonesia
menyoroti
atau
mengangkat tema kehidupan masyarakat kota. Wirodono (2006) juga berpendapat demikian, menurutnya kita bisa melihat problem-problem sosial ataupun kejiwaan yang dimunculkan lewat film-film seri, drama seri, atau sinetron-sinetron (meski yang unggulan sekalipun) lebih sering merupakan problem sosial-psikologis masyarakat kota. Problema masyarakat kota yang sering diangkat oleh sinetron Indonesia selanjutnya memang lebih banyak menyoroti kehidupan masyarakat kelas sosial atas. Ada juga beberapa judul sinetron yang sukses menggarap tema kehidupan masyarakat sosial kelas bawah, seperti ‘Si Doel Anak Sekolahan’ dan ‘Bajaj Bajuri’, tetapi pada akhirnya keduanya harus menyerah ketika berbenturan dengan keterbatasan kreativitas sehingga penonton menjadi bosan atau produksinya dihentikan. Menurut Wirodono (2006) hal ini disebabkan setting
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sosial kelas bawah cenderung dihindari karena tidak diminati oleh pemasang iklan. Akibat sering menggarap kehidupan masyarakat kota dan kelas sosial atas, sinetron Indonesia cenderung menampilkan kemewahan. Tokoh dalam sinetron biasanya digambarkan tinggal di rumah atau apartemen mewah, memiliki mobil yang juga mewah, dan mempunyai perusahaan sendiri. Tokoh yang menggunakan pakaian, sepatu, dan tas serba mahal, serta perhiasan berlebihan sudah
menjadi
pemandangan
yang
biasa
dalam
sinetron.
Tampaknya
memperlihatkan dan mengumbar kemewahan duniawi sudah menjadi salah satu ciri khas sinetron (“Sinetron Berseri”, 2007). Di tengah krisis ekonomi dan politik yang melanda, kemewahan dalam sinetron menjadi hal yang biasa (“Sinetron: rating”, 2001). Kehidupan keluarga dalam sinetron digambarkan sebagai keluarga yang kaya raya, figur cantik dan tampan, perusahaan milik keluarga, rumah mewah, mobil mewah, baju mahal, belanja berlebihan, restoran mewah, handphone, merupakan atribut visual yang seolah menjadi keharusan (“Sinetron: rating”, 2001). Nina M Armando, Sekretaris Utama Yayasan Pengembangan Media
Anak
(YPMA)
dan
Dosen
Universitas
Indonesia
dalam
www.entertainment.kompas.com bahkan mengatakan bahwa kapitalistik masih menjadi unsur yang tak pernah lepas dari sinetron. Kenyataan tersebut membuat sinetron seringkali dinilai kurang berkualitas. Sugiyatma dan Wahyuni (2006) mengatakan bahwa tayangan film/sinetron sebagai hiburan kosong dan kurang makna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Remaja pun terkena imbasnya. Mereka menjadi terbiasa menyaksikan kehidupan kota besar beserta hingar-bingar dan kemewahannya lewat sinetron, padahal menurut Sinta Indra Astuti, MSi, dosen Unisba Bandung, para remaja dan anak-anak masih sangat rentan terhadap siaran berbagai media, terutama sinetron (”Sinetron Remaja”, 2008). Menurutnya mereka belum memiliki bekal yang cukup untuk mengkritisi sebuah produk seperti sinetron dan gampang meniru setiap adegan yang ada didalam sinetron. Sugiyatma dan Wahyuni (2006) mendukung pendapat tersebut dengan menyatakan bahwa tidak mengherankan kalau anak-anak dan remaja sangat mudah meniru apa yang ditayangkan televisi, karena itulah yang disebut modern menurut pandangannya. Begitu pula dengan Lina dan Rosyid (1997), mereka mengatakan bahwa pada kenyataannya banyak dijumpai kecenderungan di kalangan remaja Indonesia untuk meniru gaya hidup mewah, dan sikap yang sedang mewabah di Negara-negara maju. Ketika seorang remaja menonton sinetron dan menyaksikan salah satu tokohnya menggunakan handphone keluaran terbaru misalnya, ia mungkin saja menjadi ingin memiliki handphone tersebut dan meminta kepada orang tuanya untuk membelikan, padahal handphone milik remaja itu sendiri masih bisa berfungsi baik. Contoh lainnya ketika remaja menyaksikan tokoh dalam sinetron mengenakan tas dan sepatu mahal model terbaru, maka ia kemudian juga membeli tas dan sepatu yang sama dengan yang dipakai tokoh tersebut agar tidak dikatakan ketinggalan jaman oleh teman-temannya, padahal di rumah ia sudah memiliki 10 buah tas dan 10 pasang sepatu yang masih bagus. Hal ini bisa berlangsung terus menerus hingga menyebabkan remaja semakin terjerat dalam perilaku konsumtif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perilaku konsumtif seringkali dialami oleh remaja putri. Wahyono (dalam Lina dan Rosyid, 1997) mendukung pernyataan tersebut dengan mengatakan kenyataan menunjukkan bahwa gerakan gaya hidup mewah atau konsumtif ini juga dilakukan oleh kaum muda dan remaja putri. Hasil penelitian Yuliana
pada
tahun
2006
yang
dapat
diakses
melalui
www.library.gunadarma.ac.id juga mendukung hal tersebut. Penelitian tersebut memperoleh hasil bahwa remaja putri memiliki perilaku konsumtif terhadap barang yang berdiskon. Perilaku konsumtif yang berlebihan pada remaja bisa mendatangkan berbagai permasalahan. Remaja dapat tumbuh menjadi pribadi yang terbiasa hidup boros dan jauh dari kebiasaan menabung. Perilaku konsumtif juga dapat membuat remaja menjadi materialistik sehingga mereka selalu melihat segala sesuatu dari segi materi saja. Dampak lainnya yang dapat timbul dari perilaku konsumtif disampaikan oleh Tambunan (2008) yang mengatakan bahwa terkadang orang tua sebagai sumber dana, tidak mampu memenuhi tuntutan remaja sehingga masalah ini dapat menjadi masalah ekonomi keluarga. Selanjutnya ia juga mengatakan bahwa perilaku konsumtif ini akan terus mengakar dan berkembang menjadi gaya hidup, tetapi bila kemudian tingkat finansial kurang mendukung, maka seseorang tersebut dapat menggunakan caracara yang tidak sehat seperti bekerja berlebihan sampai melakukan korupsi. Masih menurut Tambunan (2008) pada akhirnya perilaku konsumtif bukan saja memiliki dampak ekonomi, tapi juga dampak psikologis, sosial, dan etika. Salah satu contohnya adalah meningkatnya angka kriminalitas. Memang menurut Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri Komisaris Jendral Bambang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hendarsono Danuri, kecenderungan motif ekonomi dan budaya konsumtifisme memang saling bertautan memancing praktik kriminal (Kompas, 2008). Anggarasari (1997) bahkan mengatakan bahwa sikap hidup konsumtif merupakan salah satu masalah sosial yang cukup serius, sebab akan membawa dampak negatif bagi masyarakat Indonesia. Dampak perilaku konsumtif yang demikian kompleks membuat peneliti tertarik untuk meneliti masalah konsumtifitas ini di kalangan remaja dan membuat masalah ini menjadi penting untuk diteliti. Berdasarkan latar belakang tersebut dan melihat makin maraknya perilaku konsumtif di kalangan remaja, maka peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan antara frekuensi menonton sinetron dengan sikap konsumtif pada remaja.
B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan antara frekuensi menonton sinetron dengan sikap konsumtif pada remaja?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara frekuensi menonton sinetron dengan sikap konsumtif pada remaja.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai dua manfaat, yaitu manfaat yang bersifat teoritis dan manfaat yang bersifat praktis. Kedua manfaat yang dimaksud adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Manfaat Teoritis Bagi
para
peneliti,
penelitian
ini
diharapkan
dapat
merangsang penelitian baru yang hendak mengkaji topik yang berkaitan dengan media massa televisi dan sikap konsumtif pada remaja, sehingga dapat menambah khasanah ilmu Psikologi terutama Psikologi Media Massa dan Psikologi Konsumen. 2. Manfaat Praktis Bagi subjek penelitian, hasil penelitian ini kiranya berguna sebagai sumber informasi dan refleksi untuk lebih kritis dalam menyaksikan
acara
televisi
khususnya
sinetron,
sehingga
diharapkan dapat lebih mengontrol sikap konsumtifnya. Bagi orang tua dan pendidik, hasil penelitian ini kiranya berguna sebagai sumber informasi untuk membantu mereka lebih memahami dan mendampingi remaja dalam menghadapi berbagai informasi yang disampaikan media massa dan dalam pergaulan remaja sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
A. SIKAP KONSUMTIF 1. Definisi Sikap, menurut Gagne dan Briggs (dalam Aiken, 2002) adalah sebuah keadaan internal yang dapat mempengaruhi pilihan seseorang untuk bereaksi mengenai sesuatu, baik itu objek, orang, maupun kejadian tertentu. Konsumtif sendiri menurut Retno Widiastuti (2003), anggota Pengurus Harian YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) adalah sebuah perilaku yang boros, yang mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan. Dalam arti yang lebih luas konsumtif adalah perilaku bekonsumsi yang boros dan berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan daripada kebutuhan, serta tidak ada skala prioritas, juga dapat diartikan sebagai gaya hidup yang bermewah-mewah (Widiastuti, 2003). Selanjutnya Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia juga memberikan batasan konsumtivisme, yaitu kecenderungan manusia untuk menggunakan konsumsi tanpa batas, dan manusia lebih mementingkan faktor keinginan daripada kebutuhan (Mahdalela, dalam Lina dan Rosyid, 1997). Sembiring
(2007)
mendukung
pendapat
tersebut,
menurutnya
konsumtivisme merupakan paham untuk hidup secara konsumtif, sehingga orang yang konsumtif dapat dikatakan tidak lagi mempertimbangkan fungsi atau kegunaan ketika membeli barang melainkan membertimbangkan prestise yang melekat pada barang tersebut, oleh karena itu arti kata konsumtif (consumtive) adalah boros atau perilaku yang boros yang mengkonsumsi barang atau jasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
secara berlebihan. Evanita, Afnidarti, dan Armida (tanpa tahun) dalam penelitian mereka
yang
dipublikasikan
melalui
situs
resmi
Kementrian
Negara
Pemberdayaan Perempuan, menulis bahwa seseorang yang melakukan tindakan dalam bentuk pembelian barang atau jasa tanpa pertimbangan rasional dapat digolongkan orang yang konsumtif dan tindakannya disebut dengan perilaku konsumtif. Tambunan (2007) juga memberikan definisi konsumtif. Menurutnya konsumtif lebih khusus menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barangbarang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal. Ia lebih jauh menerangkan bahwa konsumtif biasanya digunakan untuk menunjuk pada perilaku konsumen yang memanfaatkan nilai uang lebih besar dari nilai produksinya untuk barang dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan pokok. Hal senada juga dikemukakan oleh Lina dan Rosyid (1997). Mereka menulis bahwa predikat konsumtif biasanya melekat pada seseorang bila orang tersebut membeli sesuatu diluar kebutuhan yang rasional, sebab pembelian tidak lagi didasarkan pada faktor kebutuhan, tetapi sudah pada taraf keinginan yang berlebihan. Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa sikap konsumtif adalah keadaan internal yang dapat mempengaruhi pilihan seseorang untuk berperilaku yang boros dalam arti mengkonsumsi barang atau jasa yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan cenderung tanpa batas dan didasarkan pada pertimbangan yang tidak rasional, yaitu untuk memenuhi keinginan dan prestise yang tergambar dari sebuah barang daripada pertimbangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kebutuhan dan kegunaannya, serta tidak ada skala prioritas, juga dapat diartikan sebagai gaya hidup yang bermewah-mewah.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif Tinjauan mengenai perilaku konsumtif perlu ditelusuri melalui pemahaman mengenai perilaku konsumen (Lina dan Rosyid, 1997). Perilaku konsumen sendiri dalam membeli barang sebenarnya dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut menurut Dharmmesta dan Handoko (2000) dapat dibedakan menjadi dua yaitu: I. Faktor-faktor lingkungan eksternal faktor-faktor ini terdiri dari: a. Kebudayaan Kebudayaan menurut Stanton (dalam Dharmmesta dan Handoko, 2000) adalah simbol dan fakta yang komplek, yang diciptakan oleh manusia, diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur perilaku manusia dalam masyarakat yang ada. Kebudayaan yang tercermin dalam cara hidup, kebiasaan, dan tindakan dalam permintaan bermacam-macam barang di pasar sangat mempengaruhi perilaku konsumen (Engel, Kollet, dan Blackwell, 1994). Tidak adanya homogenitas dalam kebudayaan suatu daerah, misal karena banyaknya kolompok etnis, akan membentuk pasar dan peilaku konsumen yang berbeda-beda (Dharmmesta dan Handoko, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Kebudayaan khusus Kebudayaan yang khusus ada pada suatu golongan masyarakat yang berbeda
dari
kebudayaan
golongan
masyarakat
lain
maupun
kebudayaan seluruh masyarakat, tentu saja mengenai beberapa bagian yang tidak pokok, hal ini dinamakan kebudayaan khusus (subculture) (Dharmmesta dan Handoko, 2000). Menurut Dharmmesta dan Handoko (2000) kebudayaan-kebudayaan khusus ini memainkan peranan penting dalam pembentukan sikap konsumen dan merupakan petunjuk penting mengenai nilai-nilai yang akan dianut oleh seseorang konsumen. Kebudayaan khusus yang berbeda dengan kebudayaan khusus
lain
akan
menyebabkan
berbedanya
pula
perilaku
konsumennya. c. Kelas sosial Pengertian kelas sosial dalam hal ini adalah sama dengan istilah lapisan sosial, sedangkan lapisan sosial sendiri menurut ahli sosiologi Pitirim A. Sorokin, adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (secara hirarki) (Dharmmesta dan Handoko, 2000). Engel, Kollet, dan Blackwell (1994) mengatakan bahwa keanggotaan seseorang dalam suatu kelas dapat mempengaruhi pola konsumsinya dan sifat kepemilikan produk yang membedakan dengan kelas sosial yang lain. Dharmmesta dan Handoko (2000) mendukung pendapat tersebut, menurut mereka keanggotaan seseorang dalam suatu kelas dapat mempengaruhi perilaku pembeliannya. Lebih jauh lagi Dharmmesta dan Handoko (2000) juga menyatakan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perilaku konsumen antara kelas sosial yang satu akan sangat berbeda dengan kelas lain, karena golongan sosial ini menyangkut aspek-aspek sikap yang berbeda-beda. d. Kelompok sosial dan kelompok referensi Kelompok-kelompok sosial tersebut adalah kesatuan sosial yang menjadi tempat individu-individu berinteraksi satu sama lain, karena adanya hubungan diantara mereka (Dharmmesta dan Handoko, 2000). Bentuk-bentuk kelompok sosial yang terjadi di dalam masyarakat terdiri dari: 1) Kelompok yang berhubungan langsung (face to face group) Yaitu kelompok yang anggotanya saling kenal-mengenal secara erat, seperti misalnya keluarga, teman dekat, tetangga, kawan sekerja dan sebagainya, keanggotaannya untuk sebagian besar dipengaruhi oleh jabatannya, tempat kediamannya, dan usia (Dharmmesta dan Handoko, 2000). Menurut Dharmmesta dan Handoko (2000) kelompok ini mempunyai pengaruh langsung terhadap pendapat dan selera orang. 2) Kelompok primer dan kelompok sekunder (primary groups dan secondary groups) Kelompok-kelompok primer adalah kelompok-kelompok yang ditandai dengan ciri-ciri adanya saling mengenal antara anggota-anggota serta kerja sama yang erat yang bersifat pribadi (Dharmmesta dan Handoko, 2000). Kelompok primer ini sangat mempengaruhi perilaku dan sikap individu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menjadi anggotanya, sedangkan pada kelompok sekunder anggotanya tidak perlu mengenal secara pribadi, meski begitu kelompok sekunder akan tetap memiliki ciri kelompok primer (Dharmmesta dan Handoko, 2000). 3) Kelompok formal dan informal (formal group dan informal group) Kelompok
formal
adalah
kelompok-kelompok
yang
mempunyai peraturan-peraturan yang tegas dan dengan sengaja diciptakan untuk mengatur hubungan antar anggota-anggotanya (Dharmmesta dan Handoko, 2000). Sebaliknya kelompok informal tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu (Dharmmesta dan Handoko, 2000). Kelompok referensi (reference group) adalah kelompok sosial yang menjadi ukuran seseorang (bukan anggota kelompok tersebut) untuk membentuk kepribadian dan perilakunya (Dharmmesta dan Handoko, 2000). Menurut Dharmmesta dan Handoko (2000) kelompok referensi ini juga mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembeliannya, dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku. Engel, Kollet, dan Blackwell (1994) sendiri berpendapat bahwa kelompok referensi remaja salah satunya adalah kelompok teman sebaya, dimana tekanan konformitas dari kelompok benar-benar dapat menimbulkan dampak pada keputusan pembelian produk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e. Keluarga Setiap anggota keluarga memiliki selera dan keinginan yang berbeda, meskipun begitu keluarga memainkan peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku manusia (Dharmmesta dan Handoko, 2000).
II. Faktor-faktor internal. a. Motivasi Dharmmesta dan Handoko (2000) mengemukakan bahwa motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Motif-motif manusia dalam melakukan pembelian terdiri dari: 1) Motif pembelian primer dan selektif Motif pembelian primer (primary buying motive) adalah motif yang menimbulkan perilaku pembelian terhadap kategorikategori umum (biasa) pada suatu produk, seperti membeli televisi atau pakaian (Dharmmesta dan Handoko, 2000). Sedangkan motif pembelian selektif (selective buying motive) adalah motif yang mempengaruhi keputusan tentang model dan merek dari kelas-kelas produk, atau macam penjual yang dipilih untuk suatu pembelian (Dharmmesta dan Handoko, 2000). 2) Motif rasional dan emosional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Motif rasional menurut Dharmmesta dan Handoko (2000) adalah motif yang didasarkan pada kenyataan-kenyataan seperti yang ditunjukkan oleh suatu produk kepada konsumen. Berbeda dengan motif rasional, motif emosional adalah motif pembelian yang berkaitan dengan perasaan atau emosi individu, seperti pengungkapan rasa cinta, kebanggaan, kenyamanan,
kesehatan,
keamanan,
dan
kepraktisan
(Dharmmesta dan Handoko, 2000). b. Proses belajar Belajar menurut Dharmmesta dan Handoko (2000) dapat didefinisikan sebagai perubahan-perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil akibat adanya pengalaman. Proses belajar pada suatu pembelian terjadi apabila konsumen ingin menanggapi dan memperoleh suatu kepuasan, atau sebaliknya, tidak terjadi apabila konsumen merasa dikecewakan oleh produk yang kurang baik (Dharmmesta dan Handoko, 2000). c. Kepribadian dan konsep diri Dharmmesta dan Handoko (2000) mendefinisikan kepribadian sebagai organisasi dari faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari perilaku individu. Menurut Hawkin, Coney, dan Bert (1980) kepribadian sangat berpengaruh pada perilaku pengambilan keputusan untuk membeli produk: minuman, mobil, warna pakaian, dan kegiatan yang bersifat rekreasional. Sedangkan konsep diri menurut Theodore M.
New
Combe
(dalam
Dharmmesta
dan Handoko,
2000)
didefinisikan sebagai individu yang diterima oleh individu itu sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam kerangka kehidupannya dalam suatu masyarakat yang menentukan. Dharmmesta dan Handoko (2000) berpendapat konsep diri mempunyai implikasi dan aplikasi (penerapan) yang luas pada perilaku konsumen. d. Sikap William G. Nickels (dalam Dharmmesta dan Handoko, 2000) memberikan definisi dari sikap yang diterapkan pada pemasaran sebagai suatu kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk dalam masalah-masalah yang baik ataupun kurang baik secara konsekuen. Lebih jauh Engel, Kollet, dan Blackwell (1994) menyatakan bahwa sikap merupakan keseluruhan evaluasi atau reaksi perasaan positif dan negatif terhadap suatu produk yang didasarkan pada pengalaman masa lalu, keadaan sekarang, dan harapan di masa datang. Faktor lain yang mempengaruhi perilaku konsumtif disampaikan oleh Tuti Indra Fauziansyah (dalam Herawati, 2008) seorang Psikolog dari Iradat Konsultan, yang mengungkapkan bahwa beberapa tahun belakangan ini, yang dibangun oleh pemerintah adalah karakter masyarakat yang materialistis. Menurutnya menjamurnya pusat perbelanjaan, kafe, dan tempat hiburan, membuat orang jadi konsumtif, begitu pula perlakuan orang-orang yang terlibat didalamnya. Perlakuan terhadap orang yang dipandang kaya akan berbeda dengan perlakuan yang didapat oleh orang-orang kalangan menengah ataupun bawah. Fauziansyah (dalam Herawati, 2008) menambahkan bahwa orang kaya atau kalangan elite, sepertinya memang dianggap layak mendapatkan perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
istimewa, maka tak heran jika orang berlomba-lomba agar bisa masuk kalangan tersebut, atau paling tidak terlihat demikian.
3. Aspek-Aspek Sikap Konsumtif Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa sikap konsumtif adalah keadaan internal yang dapat mempengaruhi pilihan seseorang untuk berperilaku yang boros dalam arti mengkonsumsi barang atau jasa yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan cenderung tanpa batas dan didasarkan pada pertimbangan yang tidak rasional, yaitu untuk memenuhi keinginan dan prestise yang tergambar dari sebuah barang daripada pertimbangan kebutuhan dan kegunaannya, serta tidak ada skala prioritas, juga dapat diartikan sebagai gaya hidup yang bermewah-mewah. Berdasarkan definisi tersebut maka dapat terungkap mengenai aspek-aspek sikap konsumtif yang terdiri dari: a. Boros Perilaku konsumtif selalu ditandai dengan perilaku boros. Boros dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) didefinisikan sebagai berlebihan memakai, mengeluarkan uang atau barang, tidak hemat. Intinya boros adalah berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi barang atau jasa yang sebenarnya kurang dibutuhkan atau bahkan tidak dibutuhkan. b. Tidak ada skala prioritas Skala prioritas berarti kita mendahulukan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih mendesak terlebih dahulu. Gilarso (2004) menyatakan bahwa kebutuhan pokok mesti dinomorsatukan karena perlu untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mempertahankan
hidup. Ia juga menambahkan bahwa untuk
kesejahteraan hidup, pemenuhan kebutuhan sekunder kerap kali tidak kalah pentingnya dengan kebutuhan hidup dasar. Mendahulukan kebutuhan sekunder hingga menyebabkan kebutuhan pokok menjadi terabaikan atau tidak dapat terpenuhi berarti tidak adanya skala prioritas. c. Gaya hidup bermewah-mewah Gaya hidup bermewah-mewah dapat diartikan sebagai gaya hidup yang mementingkan kemewahan diatas segalanya. Misalnya saja lebih mementingkan merek-merek mahal dan ternama dalam membeli barang. Gaya hidup bermewah-mewah biasanya hanya bertujuan agar dipandang oleh orang lain. Samuel Mulia (dalam Herawati, 2008) seorang pengamat gaya hidup bahkan mengatakan bahwa orang kaya zaman sekarang tidak ragu menyebut dirinya kaya raya. Menurutnya hal ini berbeda dengan zaman dulu, orang enggan disebut kaya, karena saat itu belum umum jika sebuah media mengekspos harta seseorang.
4. Perilaku Konsumtif Pada Remaja Pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja (Tambunan, 2007), padahal pada usia tersebut seorang remaja cenderung berperilaku konsumtif. Hal ini disebabkan karena remaja menurut Lina dan Rosyid (1997) memiliki kecenderungan untuk meniru gaya hidup mewah dan perilaku yang sedang mewabah di negara-negara maju. Selanjutnya menurut Tambunan (2007)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
remaja juga memiliki sifat suka ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Pendapat tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Munandar (2001). Menurutnya sifat remaja antara lain tidak berpikir hemat, kurang realistis, dan juga impulsif. Remaja juga sangat memperhatikan trend mode dan perkembangan teknologi sebab mereka tidak ingin dikatakan ketinggalan jaman oleh teman-teman sebayanya. Munandar (2001) menulis remaja lebih banyak tertarik pada ‘gejala mode’, terutama pada remaja putri dan bahkan belakangan ini remaja putra pun mulai tertarik. Sifat-sifat remaja tersebut membuat mereka memiliki kecenderungan untuk berperilaku konsumtif. Tidaklah mengherankan apabila kemudian remaja banyak membeli barang hanya demi gengsi agar tidak dikatakan kuno ataupun agar dipandang eksklusif oleh teman-temannya. Wanita biasanya cenderung lebih konsumtif daripada pria. Lina dan Rosyid (1997) menulis hal ini disebabkan konsumen wanita cenderung lebih emosional, sedang konsumen pria lebih nalar. Remaja putri sendiri menurut Munandar (2001) tidak mudah terbujuk penjual, lebih tertarik pada warna dan bentuk bukan pada kegunaannya, mementingkan status sosial, senang hal-hal romantis, mudah minta pendapat orang lain, kurang tertarik pada hal teknis sebuah barang, senang belanja hingga sulit menentukan pilihan, dan cepat merasakan suasana toko. Sifat-sifat remaja putri tersebut membuat banyak orang yang menilai bahwa mereka lebih cenderung konsumtif daripada remaja putra.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. SINETRON 1. Definisi Sinetron adalah kependekan dari sinema elektronik (Wirodono, 2006). Sinetron kerap kali disamakan dengan soap opera atau di Indonesia lebih dikenal dengan opera sabun ataupun drama seri. Nama sinema elektronik sendiri diberikan sebab sinetron memang ditayangkan di televisi yang merupakan salah satu perangkat elektronik rumah tangga. Wirodono (2006) berpendapat bahwa secara prinsip, sinetron tidak berbeda dengan sinema celleluoid, layar lebar, atau bioskop, namun karena dari segi teknis dan karakter media peralatannya berbeda, keduanya mesti dibedakan. Masih menurut Wirodono (2006) keterbatasan lebar monitor televisi beserta penempatannya di dalam rumah, membuat efek gambar yang dinikmati harus pula mendapatkan penyiasatan tertentu, dari segi penikmatannya pun, baik di rumah sendiri, di ruang tamu, maupun di ruang keluarga menonton sinetron bisa jadi hanyalah salah satu dari sekian banyak perhatian dan peristiwa yang berlangsung di sekitarnya. Sinetron juga diselingi oleh iklan, sedangkan film layar lebar tentu saja ditayangkan tanpa iklan. Menurut Wirodono (2006) iklan bisa menjadi faktor pengganggu dalam proses penikmatan program (dalam hal ini sinetron). Kecuali, jika iklan memang hanya berfungsi untuk memberi kesempatan pada penonton untuk mengalihkan saluran sembari menunggu tayangan iklan lewat (Wirodono, 2006). Iklan pada sinetron biasanya akan dimanfaatkan oleh penonton untuk melakukan kegiatan lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Sejarah Perkembangan Sinetron Sinetron lahir tahun 1980-an di TVRI (Televisi Republik Indonesia). Stasiun televisi milik pemerintah yang tidak menerima iklan ini adalah satusatunya stasiun televisi yang ada saat itu (“Sinetron: Rating”, 2001). TVRI pada awalnya selain memutar paksa film-film layar lebar nasional, juga meproduksi drama televisi (Wirodono, 2006). Menurut pendapat Wirodono (2006) migrasi orang-orang film layar lebar ke dunia sinetron disebabkan oleh ketidaksiapan dalam awal pertumbuhan dunia televisi kita. Inilah yang menyebabkan besarnya pengaruh layar lebar terhadap sinetron, bukan hanya pada style atau gaya ungkap dan pola penulisan skenario, melainkan juga pada penyutradaraan serta akting pemerannya (Wirodono, 2006). Sinetron semakin berkembang bersamaan dengan hadirnya lima stasiun televisi swasta di Indonesia : RCTI, SCTV, TPI, ANTV dan Indosiar awal tahun 1990-an, dimana saat itu terdapat regulasi yang mengharuskan setiap stasiun televisi memproduksi program lokal lebih banyak dibandingkan program non lokal (Sinetron: Rating, 2001). Sinetron menjadi unggulan program lokal dan merajai prime time hampir semua stasiun televisi (“Sinetron: Rating”, 2001). Selain regulasi tersebut pernah juga pada jaman Menteri Penerangan Harmoko, ada banyak syarat untuk meluluskan sinetron yang berhak tayang karena harus melalui izin prinsip yang dikeluarkan Deppen untuk skenario sinetron, seperti tidak menunjukkan kekumuhan, perkelahian remaja, narkoba, dan larangan prinsip seperti SARA dan politik (Wirodono, 2006). Sinetron dalam perkembangan selanjutnya bukan hanya ditayangkan saat prime time, tetapi banyak juga ditayangkan pada jam-jam diluar itu, misalnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pada pagi hari, siang, bahkan ada yang menayangkan sinetron saat hampir tengah malam. Selain itu pernah juga berkembang trend sinetron yang ditayangkan ulang sebanyak dua kali dalam sehari, yaitu pada pagi dan sore atau malam hari, sepertinya hal ini termasuk strategi stasiun televisi untuk menghemat anggaran. Strategi lainnya adalah memproduksi sendiri sinetron yang akan ditayangkan. Strategi ini contohnya dilakukan oleh Indosiar, sehingga tidak perku membayar mahal untuk membeli sinetron dari production house.
3. Tema Sinetron Latar belakang sejarah sinetron yang mengungkap banyaknya peraturan yang diberlakukan pada skenario sinetron, menurut Wirodono (2006) menjadi penyebab dan pembenar alasan masing-masing PH untuk menggarap tema-tema klasik, seperti cinta dengan pernik-perniknya, sehingga tema cinta sejati, perselingkuhan, kesetiaan, dan penghianatan menjadi tema yang dominan. Dilihat dari ceritanya sendiri, kebanyakan sinetron menggunakan resep yang hampir sama yaitu persoalan cinta yang ruwet dengan intrik keluarga dan perselingkuhan (Sinetron: Rating, 2001). Keadaan ini agak memprihatinkan sebab menurut Budi Adji, yang juga Ketua Kompetisi (Komunitas Peduli Tayangan Televisi), tayangan yang tergolong buruk diantaranya adalah sinetron bertema selingkuhan dan khayalan belaka (Ikawati 2008). Sinetron juga kerap kali menyoroti kehidupan masyarakat kota. Hal tersebut dibenarkan oleh Wirodono (2006) yang menulis bahwa problem-problem sosial ataupun kejiwaan yang dimunculkan lewat film-film seri, drama seri, atau sinetron-sinetron (meski yang unggulan sekalipun) lebih sering merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
problem sosial-psikologis masyarakat kota. Problema masyarakat kota yang sering diangkat oleh sinetron Indonesia selanjutnya memang lebih banyak menyoroti kehidupan masyarakat kelas sosial atas yang seringkali menampilkan kemewahan dan gaya hidup konsumtif. Sinetron sebenarnya mengajarkan kita dengan hedonisme dan mengajak kita untuk bermimpi tentang gaya hidup yang serba wah (“Sinetron Indonesia”, 2006). Di tengah krisis ekonomi dan politik yang melanda, kemewahan dalam sinetron menjadi hal yang biasa (“Sinetron: rating”, 2001). Selanjutnya kehidupan keluarga dalam sinetron digambarkan sebagai keluarga yang kaya raya, figur cantik dan tampan, perusahaan milik keluarga, rumah mewah, mobil mewah, baju mahal, belanja berlebihan, restoran mewah, handphone,
merupakan
atribut
visual
yang
seolah
menjadi
keharusan
tanpa perduli dengan karakter tokoh yang dimainkan. (“Sinetron: rating”, 2001).
4. Kritik Terhadap Sinetron Banyak sekali kritik yang ditujukan bagi sinetrron Indonesia. Salah satunya mengenai orisinalitas ide cerita dan skenario sinetron. Entah disadari atau tidak, sinetron yang mendominasi layar kaca di Indonesia sebenarnya merupakan adaptasi (baca: jiplakan) dari berbagai tayangan drama yang populer di negeri asalnya seperti Korea, Jepang, Taiwan, dan sebagainya (“Sinetron Indonesia”, 2006). Adaptasi tersebut ada yang memang mendapat lisensi sah dari pemilik cerita aslinya, tetapi kebanyakan sama sekali tidak mengantongi ijin. Adaptasi ini sepertinya dilakukan untuk menghemat dana dan tenaga, sebab menjiplak tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
melibatkan unsur kreativitas, idealisme, risiko pasar, dan pengorbanan waktu dan tenaga yang begitu besar (“Sinetron Indonesia”, 2006). Sinetron juga seringkali dinilai tidak realistik dan berlebihan. Maksudnya sinetron seringkali dianggap menampilkan kemewahan dan gaya hidup konsumtif yang tidak masuk akal sehingga seringkali tampak berlebihan. Selanjutnya sinetron juga mendapat kritik sebab dinilai menampilkan stereotip bias gender dalam ceritanya. Perempuan digambarkan sebagai sosok yang lemah, cengeng, tertindas, tidak mandiri dan tergantung laki-laki, sementara laki-laki digambarkan sebagai sosok yang kuat, tegar, mempunyai kekuasaan, mandiri dan melindungi (“Sinetron: Rating, 2001). Lukmantoro (2007) bahkan menyebut bahwa sinetron cenderung merendahkan martabat perempuan. Terakhir sinetron Indonesia juga menuai kritik mengenai bahasa Indonesia yang digunakan. Sinetron seringkali dinilai tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik. Tokohnya kadang dianggap terlalu sering menggunakan kata umpatan atau makian. Sinetron juga dinilai masih banyak menampilkan adegan kekerasan, baik itu kekerasan fisik maupun kekerasan psikologis, sehingga dikhawatirkan memberi dampak negatif bagi penontonnya terutama remaja dan anak-anak. Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Meutia Farida Hatta Swasono (dalam Lukmantoro, 2007) bahkan menyesalkan sinetron dan film yang dia anggap tidak membuat perempuan menjadi lebih pintar. Selanjutnya Ia juga menilai sinetron dan film yang kebanyakan ditonton oleh perempuan, ibu, dan anak, seringkali menampilkan kriminalitas dan tingkah laku yang kurang sopan serta licik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Perilaku Menonton Sinetron Pada Remaja Remaja saat ini menghabiskan hampir sebagian besar waktunya di depan televisi sebab televisi merupakan media massa audio visual yang paling murah dan mudah dijangkau, padahal acara televisi saat ini didominasi oleh sinetron. Sinetron ditayangkan hampir disetiap stasiun televisi. Waktu penayangan sinetron pun saat ini bukan hanya pada jam-jam tertentu saja, tetapi hampir di setiap waktu baik pada pagi hari, siang, sore, maupun malam. Keadaan ini membuat remaja Indonesia tidak memiliki alternatif tontonan lain yang beragam. Hal tersebut membuat remaja menjadi penonton sinetron. Mereka dapat mengikuti lebih dari satu judul sinetron setiap harinya. Remaja juga berusaha untuk menonton sinetron setiap hari agar mereka tidak tertinggal untuk mengetahui jalan ceritanya. Jalan cerita sinetron biasanya sangat panjang. Menurut Lukmantoro (2007) sinetron selalu dibuat berdasarkan alur cerita berseri yang sangat panjang. Lukmantoro (2007) juga menyebutkan bahwa penyelesaian masalah dalam sinetron selalu ditunda-tunda. Hal tersebut selanjutnya akan membuat emosi penonton menjadi bercampur antara apakah permasalahan dalam cerita akan segera berakhir atau akan timbul permasalahan baru lagi (Lukmantoro, 2007). Perilaku menonton sinetron ini menjadi diperkuat bila lingkungan sekitar remaja juga melakukannya. Misalnya saja ketika sampai di sekolah ternyata teman-temannya sedang membicarakan kelanjutan cerita suatu judul sinetron. Ini akan membuat remaja menjadi lebih setia menonton sinetron, bahkan yang tidak menonton pun bisa saja menjadi menonton agar tidak merasa tersisih dari teman-temannya. Contoh lain misalnya bila anggota keluarga remaja juga ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang menonton sinetron, maka ini juga dapat memicu remaja untuk menjadi penonton sinetron. Selanjutnya remaja akan memperhatikan tokoh-tokoh dalam sinetron tersebut. Tidak menutup kemungkinan apabila remaja kemudian mengidolakan tokoh tadi. Mereka kemudian membandingkan perilaku mereka dengan tokoh tadi dan mulai meniru perilaku tokoh idola mereka. Apalagi bila teman-teman sebaya mereka pun melakukan hal yang sama, maka remaja akan merasa tertinggal bila tidak meniru tokoh sinetron idolanya. Sinetron kebanyakan ditonton oleh remaja putri. Lukmantoro (2007) menyebutkan bahwa sinetron sangat disukai oleh kaum perempuan, sehingga sinetron memang sangat populer dikalangan perempuan. Selanjutnya Modleski (dalam Lukmantoro, 2007) mengatakan perempuan sangat tertarik untuk menonton opera sabun karena perempuan lebih dapat mengikuti narasi dengan pola feminim daripada pria. Menurutnya opera sabun memang dibuat berdasarkan cara berpikir dan perasaan yang dimiliki oleh perempuan.
C. HUBUNGAN
ANTARA
FREKUENSI
MENONTON
SINETRON
DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA Sinetron seperti telah dijelaskan sebelumnya, umumnya menggarap tema yang sama yaitu seputar percintaan, intrik keluarga, maupun perselingkuhan. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan sinetron remaja yang belakangan semakin banyak beredar di televisi. Sinetron remaja tersebut biasanya merupakan hasil adaptasi dari film seri luar negeri, maupun hasil adaptasi dari rubik-rubrik majalah remaja. Sinetron remaja, seperti juga sinetron lainnya juga tetap menggarap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
konflik kehidupan masyarakat perkotaan kelas atas. Keadaan itu membuat kebanyakan sinetron selalu menampilkan kemewahan dan gaya hidup kelas atas yang cenderung konsumtif dan tidak masuk akal. Fenomena sinetron yang demikian dapat menjadi contoh yang kurang baik bagi remaja yang menontonnya. Apalagi sifat sinetron yang ditayangkan setiap hari bahkan ada yang diulang dua kali dalam sehari, tentu saja membuat remaja cenderung ingin menonton sinetron setiap hari untuk mengetahui kelanjutan ceritanya. Padahal menurut Rakhmat (2001) perulangan pesan yang berkali-kali ini dapat memperkokoh dampak media massa. Ia juga menulis dampak ini diperkuat dengan keseragaman para wartawan (consonance of journalist), yang menyebabkan siaran berita cenderung sama, sehingga dunia yang disajikan pada khalayak juga dunia yang sama. Rakhmat (2001) melanjutkan bahwa pada akhirnya khalayak tidak mempunyai alternatif yang lain, sehingga mereka membentuk persepsinya berdasarkan informasi yang diterimanya dari media massa. Hal yang sama juga berlaku pada sinetron. Keseragaman tema sinetron membuat penonton tidak memiliki alternatif tontonan lain. Sinetron juga disiarkan hampir setiap hari, maka tidak mengherankan apabila kemudian remaja menjadi terbiasa melihat kemewahan dan barang-barang mahal yang digunakan tokoh dalam sinetron, seperti tas dan sepatu bermerek yang tentu saja tidak murah, handphone keluaran terbaru dengan berbagai teknologinya, mobil-mobil mewah, dan aksesoris mahal yang dikenakan oleh pemain dalam sinetron. Fenomena ini menjadi makin memprihatinkan karena sinetron-sinetron saat ini lebih banyak menggunakan aktris-aktris muda yang tentu saja juga berusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
remaja. Aktris-aktris muda tersebut dengan kemewahan dan gaya hidup kelas atas yang ditampilkan, dapat membuat remaja kemudian berpikir bahwa barangbarang mewah dan gaya hidup kelas ataslah yang saat ini sedang tren. Hal ini menjadi masalah ketika kemudian remaja menjadi ingin meniru gaya hidup mewah yang ditampilkan aktris-aktris tersebut dalam sinetron, sebab remaja pada dasarnya selalu ingin mengikuti perkembangan tren dan mudah meniru adegan dalam sinetron yang menampilkan gaya hidup mewah tadi. Tidak menutup kemungkinan apabila kemudian remaja menganggap tren dan gaya hidup mewah yang ditampilkan dalam sinetron sebagai suatu hal yang penting, sebab menurut Rakhmat (2001) media massa dapat mempengaruhi persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting. Remaja juga dapat menjadikan aktris-aktris sinetron tadi menjadi kelompok referensinya yang tentu saja akan mempengaruhi perilaku remaja terutama perilaku membelinya, sebab kelompok referensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku membeli seseorang. Remaja yang ingin mengikuti perkembangan tren dan meniru perilaku aktris-aktris dalam sinetron tadi, tentu saja menjadi ingin memiliki apa yang dimiliki oleh para aktris tersebut. Misalnya, ketika ia melihat tokoh remaja dalam sinetron pergi ke sekolah dengan membawa motor atau mobil mewah keluaran terbaru, maka mereka akan meminta kepada orang tua mereka untuk dibelikan motor atau mobil seperti yang digunakan tokoh dalam sinetron. Contoh lain ketika tokoh tersebut menggunakan handphone keluaran terbaru sehingga membuat teman-temannya kagum, maka remaja juga akan minta dibelikan handphone yang sama padahal handphonenya sendiri juga masih bagus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Keadaan tersebut dapat dijelaskan menggunakan teori peniruan. Teori ini memandang seseorang sebagai individu yang secara otomatis cenderung berempati dengan perasaan orang-orang yang diamatinya dan meniru perilakunya (Rakhmat, 2001). Pertama kita membandingkan perilaku kita dengan orang yang kita amati yang berfungi sebagai model (Rakhmat, 2001), kemudian kita mulai meniru perilakunya. Rakhmat (2001) bahkan menulis bahwa melalui televisi, orang meniru perilaku idola mereka, apalagi menurutnya televisi, film, dan komik secara dramatis mempertontonkan perilaku fisik yang mudah dicontoh. Hal tersebut didukung oleh Sinta Indra Astuti, MSi, dosen Unisba Bandung, dalam www.entertainment.kompas.com, yang mengatakan bahwa remaja gampang meniru setiap adegan yang ada didalam sinetron. Remaja kemudian dapat menjadi boros demi memiliki barang-barang yang mereka inginkan agar terlihat mirip tokoh sinetron idolanya. Remaja juga dapat menjadi terbiasa hidup bemewah-mewah serta cenderung mudah membeli barang karena keinginan dan mengesampingkan membeli barang yang sebenarnya ia butuhkan. Saat inilah remaja menjadi terjebak dalan perilaku konsumtif. Tidak menutup kemungkinan apabila kemudian orang tua sebagai sumber dana tidak memiliki cukup dana untuk mewujudkan keinginan remaja. Hal inilah yang menjadi masalah sehingga dapat menimbulkan konflik dalam keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. HIPOTESIS Berdasarkan uraian sebelumnya maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: Ada hubungan yang positif antara frekuensi menonton sinetron dengan sikap konsumtif pada remaja putri. Semakin tinggi frekuensi menonton sinetron pada remaja putri, maka sikap konsumtifnya juga akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah frekuensi menonton sinetron, maka sikap konsumtifnya juga akan semakin rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian korelasional yang bertujuan untuk menemukan bagaimana hubungan antara dua variabel.
B. VARIABEL PENELITIAN 1. Variabel bebas
: frekuensi menonton sinetron
2. Variabel tergantung
: sikap konsumtif
C. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL 1. Frekuensi Menonton Sinetron Frekuensi menonton sinetron adalah tingkatan seberapa tinggi atau seberapa sering seseorang itu menonton acara sinetron yang ditayangkan di televisi. Frekuensi menonton sinetron ini akan diukur dengan menggunakan angket. Agket akan berisi pertanyaan mengenai berapa jam subjek menonton sinetron dalam seminggu. Subjek diminta untuk memilih salah satu dari alternatif jawaban yang telah disediakan. Setiap alternatif jawaban berisi kisaran atau rentang jumlah jam. Semakin tinggi jumlah jam menonton sinetron yang dipilih subjek berarti frekuensi menonton sinetronnya semakin tinggi, dan sebaliknya semakin rendah jumlah jam yang dipilih subjek berarti frekuensi menonton sinetronnya juga semakin rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Sikap Konsumtif Sikap konsumtif remaja adalah sikap remaja yang cenderung boros dalam mengkonsumsi, tidak mempertimbangkan skala prioritas, dan lebih mengutamakan
kemewahan.
Sikap
konsumtif
ini
akan
diukur
dengan
menggunakan skala yang dibuat berdasarkan aspek-aspek sikap konsumtif, yaitu: a. Boros Boros adalah perilaku remaja yang berlebih-lebihan dalam hal jumlah, baik itu dalam membeli maupun dalam menggunakan suatu barang, misalnya tercermin dari keinginan remaja untuk membeli banyak barang hanya sekedar untuk menambah koleksi, atau membeli banyak barang hanya karena ada potongan harga, ataupun mengkonsumsi barang dalam jumlah banyak melebihi jumlah yang ia butuhkan. b. Tidak ada skala prioritas Skala prioritas berarti selalu mendahulukan memenuhi kebutuhan yang sifatnya merupakan kebutuhan pokok dan lebih mendesak untuk segera dipenuhi, daripada memenuhi kebutuhan lain yang sifatnya kurang dibutuhkan atau yang pemenuhannya bisa ditunda. Tidak adanya skala prioritas berarti remaja tidak mempertimbangkan bahwa ia memang sangat membutuhkan barang tersebut, tetapi lebih berdasarkan pertimbangan karena ia menyukainya atau menginginkannya meskipun ia tidak atau kurang membutuhkannya. Tidak adanya skala prioritas juga dapat membuat remaja memutuskan untuk menunda untuk membeli barang yang memang ia butuhkan atau menunda memenuhi kebutuhan yang lebih penting. Perilaku ini tercermin ketika remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
misalnya menomorduakan untuk membeli barang-barang yang dapat menunjang kuliahnya dan mendahulukan membeli barang yang kurang ia butuhkan. Contoh lainnya adalah ketika remaja menunda membeli sepatu yang dibutuhkannya dan lebih memilih membeli asesoris yang kurang ia perlukan tetapi sangat disukainya. c. Gaya hidup bermewah-mewah Gaya
hidup
bermewah-mewah
maksudnya
remaja
dalam
kehidupannya sehari-hari selalu ingin kelihatan mewah didepan orang lain. Hal tersebut diwujudkan remaja dengan menjaga penampilannya seperti menggunakan barang-barang yang kelihatan mewah, bermerek, ataupun kelihatan mahal, dan juga dengan membeli barang hanya karena barang tersebut terlihat mewah bukan karena mutu atau kegunaannya. Skor yang akan didapat dari skala sikap konsumtif akan menunjukkan tinggi rendahnya sikap konsumtif remaja. Semakin tinggi skor yang didapat dari skala, berarti remaja tersebut sikap konsumtifnya semakin tinggi, dan sebaliknya semakin rendah skor yang didapat, berarti remaja tersebut semakin rendah sikap konsumtifnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. SUBJEK PENELITIAN Peneliti memilih subjek remaja putri yang bertempat tinggal dan bersekolah di propinsi DI Yogyakarta dan berada pada usia remaja akhir. Batasan usia remaja akhir yang digunakan dalam penelitian ini adalah batasan usia remaja akhir menurut Santrock (2003), yaitu diatas 15 tahun sampai dengan akhir usia belasan atau awal usia 20 tahun. Remaja yang berada pada usia tersebut biasanya telah dipercayai oleh orang tua mereka untuk mengelola sendiri keuangan mereka, meskipun sumber dananya masih berasal dari orang tua. Keadaan tersebut membuat remaja memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengatur sendiri keuangannya tanpa banyak campur tangan dari orang tua. Karakteristik lain adalah perilaku menonton iklan yang ditayangkan selama acara sinetron berlangsung. Subjek yang digunakan adalah subjek yang tidak memberi perhatian pada iklan atau tidak menonton iklan. Informasi mengenai hal ini akan digali dari subjek dengan angket yang menanyakan apa yang dilakukan subjek saat iklan muncul disela-sela sinetron. Subjek yang datanya akan digunakan dalam penelitian ini adalah subjek yang memilih jawaban memindahkan saluran televisi sampai iklan selesai atau memilih melakukan kegiatan lain sambil menunggu iklan selesai. Subjek yang menjawab bahwa ia menonton iklan sampai selesai, datanya tidak akan disertakan dalam proses analisis. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan pengaruh iklan terhadap sikap konsumtif subjek, sehingga sikap konsumtif yang akan diukur benar-benar hanya dihubungkan dengan frekuensi menonton sinetron saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Metode pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan memilih secara sengaja menyesuaikan dengan tujuan penelitian (Purwanto, 2008). Subjek sebagai sampel dalam penelitian ini dipilih remaja putri yang bertempat tinggal dan bersekolah di Yogyakarta dan berusia diatas 15 tahun sampai dengan awal 20 tahun, yang biasanya duduk di bangku SMA atau kuliah semester awal. Subjek juga merupakan penonton sinetron, tetapi tidak menonton iklan yang ditayangkan selama sinetron berlangsung.
E. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket frekuensi menonton sinetron dan skala sikap konsumtif. Angket frekuensi menonton sinetron terdiri dari dua buah pertanyaan. Pertanyaan pertama menanyakan jumlah jam atau berapa lama subjek menonton sinetron dalam satu minggu. Pertanyaan dalam angket frekuensi menonton sinetron tadi ditanyakan dalam kurun waktu satu minggu, bertujuan untuk mengantisipasi apabila ada subjek yang tidak menonton sinetron setiap hari, sehingga diharapkan dapat mempermudah subjek ketika mengisi angket. Subjek diminta untuk memilih salah satu dari 9 alternatif jawaban yang telah disediakan. Setiap alternatif jawaban berisi kisaran atau rentang jumlah jam. Pilihan jawaban tersebut yaitu:
kurang dari 1 jam
1 – 3 jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4 – 6 jam
7 – 9 jam
10 – 12 jam
13 – 15 jam
16 – 18 jam
19 – 21 jam
Lebih dari 21 jam Semakin tinggi jumlah jam menonton sinetron yang dilakukan oleh
subjek, berarti semakin tinggi pula frekuensi menonton sinetronnya. Sebaliknya semakin rendah jumlah jam menonton sinetron yang dilakukan oleh subjek, berarti semakin rendah pula frekuensi menonton sinetronnya. Pertanyaan kedua menanyakan apakah subjek menonton iklan yang muncul pada saat sinetron berlangsung atau tidak. Subjek juga diminta untuk memilih salah satu dari tiga alternatif jawaban. Pilihan jawaban tersebut terdiri dari:
Menonton iklan tersebut.
Memindahkan saluran televisi ke stasiun lain sampai iklan selesai.
Melakukan kegiatan lain sambil menunggu iklan selesai. Sikap konsumtif akan diukur dengan menggunakan skala sikap
konsumtif yang dibuat berdasarkan aspek-aspek yang telah dijelaskan sebelumnya. Semakin tinggi skor yang didapat, berarti remaja tersebut memiliki sikap konsumtif yang semakin tinggi pula, dan sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh, berarti sikap konsumtif remaja tersebut juga semakin rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Aitem-aitem pernyataan dalam skala sikap konsumtif dibagi menjadi dua kelompok, yaitu favorable dan unfavorable. Atem-aitem favorable akan dibuat berdasarkan aspek-aspek yang menunjukkan ciri perilaku konsumtif, sedangkan aitem-aitem unfavorable akan dibuat berdasarkan aspek-aspek yang tidak mencirikan perilaku konsumtif. Distribusi aitem-aitem dalam skala perilaku konsumtif dapat dilihat pada blue print skala berikut ini: Tabel I Blue Print Skala Sikap Konsumtif No. 1
Aspek Boros
Nomor Aitem Favorable
3, 8, 10, 14, 16,
Jml
Total
10
20
20, 23, 26, 32, 37 Unfavorable
2, 6, 12, 18, 34,
10
42, 46, 47, 51, 59 2
Tidak ada skala
Favorable
9, 11, 17, 27, 28,
10
20
38, 41, 45, 49, 50 prioritas
Unfavorable
1, 4, 22, 30, 40,
10
43, 52, 53, 55, 58, 3
Gaya hidup
Favorable
7, 13, 19, 21, 31,
10
20
33, 39, 48, 57, 60 Bermewah-mewah
Unfavorable
5, 15, 24, 25, 29,
10
35, 36, 44, 54, 56, Total
60
60
Skala yang digunakan adalah model skala likert dengan dua jenis pernyataan, favorabel dan unfavorabel dan pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. PENGUJIAN ALAT UKUR 1. Pelaksanaan Uji Coba Uji coba alat ukur yaitu angket frekuensi menonton sinetron dan skala sikap konsumtif, dilaksanakan pada tanggal 21 sampai dengan tanggal 27 Agustus 2008. Pada saat uji coba ini peneliti meminta kepada 40 orang responden untuk mengisi angket frekuensi menonton sinetron dan skala sikap konsumtif. Responden pada uji coba ini sebagian besar merupakan mahasiswi berbagai jurusan di Universitas Sanata Dharma dan beberapa orang pelajar SMA dan SMK di Yogyakarta. Responden yang dipilih untuk uji coba adalah responden remaja putri yang berusia 15 sampai dengan awal 20 tahun. Uji coba ini dilaksanakan di lingkungan Kampus Universitas Sanata Dharma dan di kediaman responden.
2. Validitas Skala sikap konsumtif diuji validitasnya sebelum digunakan dalam proses pengambilan data. Validitas sendiri menurut Azwar (2000) adalah ketepatan dan kecermatan skala dalam menjalankan fungsi ukurnya. Azwar (2000) selanjutnya mengatakan bahwa validitas berarti sejauh mana skala itu mampu mengukur atribut yang ia dirancang untuk mengukurnya. Pertama, dilakukan pengujian terhadap validitas isi skala sikap konsumtif dengan cara mengkonsultasikannya kepada dosen pembimbing. Isi setiap aitem dicermati agar maknanya sesuai dengan definisi operasional aspekaspek sikap konsumtif dan juga dengan mengecek ulang agar tidak tumpang tindih dengan aitem dari aspek lain. Kalimat pada setiap aitem juga dibuat dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bahasa sederhana serta menghindari istilah-istilah asing agar mudah dimengerti oleh responden. Kedua, pengujian dilakukan terhadap validitas tampang skala. Kondisi penampilan skala dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dibaca dan agar pengisiannya tidak menyulitkan responden. Pengujian validitas skala sikap konsumtif menghasilkan skala dengan blue print seperti yang terlihat pada tabel I. 3. Reliabilitas Reliabilitas
sebenarnya
mengacu
kepada
konsistensi
atau
keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2000). Reliabilitas skala sikap konsumtif akan diuji menggunakan bantuan perangkat lunak komputer SPSS 15.0 for Windows dengan memakai model koefisien Alpha Cronbach. Uji reliabilitas skala sikap konsumtif menghasilkan nilai koefisien Cronbach's Alpha sebesar 0,962. Nilai koefisien relibilitas tersebut mendekati 0,9 sehingga skala perilaku konsumtif dapat dinyatakan reliabel. 4. Daya Diskriminasi Aitem Pengujian skala sikap konsumtif menghasilkan koefisien korelasi aitem total yang bernilai antara 0,247 sampai dengan 0,759. Kemudian dengan menggunakan nilai kritis untuk n=60 sebesar 0,312 ditentukan aitem-aitem yang gugur. Hasilnya ada 6 butir aitem yang gugur dari 60 butir aitem yang diujicobakan sehingga menyisakan 54 butir aitem yang sahih. Uji ini kemudian dilanjutkan dengan menyeimbangkan jumlah aitem pada setiap aspek dengan mengeluarkan 2 butir aitem dari aspek boros yang memiliki koefisien korelasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terendah yaitu aitem nomor 18 dan 51. Nomor butir-butir aitem yang gugur dan dikeluarkan serta nomor aitem baru dapat dilihat pada tabel II dan III berikut ini: Tabel II Blue Print Skala Sikap Konsumtif Pada Saat Uji Coba No. 1
2
Aspek Boros
Tidak ada skala prioritas
3
Gaya hidup Bermewah-mewah
Nomor Aitem Favorable 3, 8, 10, 14, 16, 20, 23, 26, 32, 37 Unfavorable 2, 6, 12, 18**, 34, 42, 46, 47, 51**, 59 Favorable 9*, 11, 17, 27, 28, 38, 41, 45*, 49, 50 Unfavorable 1, 4, 22, 30, 40, 43, 52, 53, 55, 58, Favorable 7, 13*, 19, 21, 31, 33, 39, 48, 57*, 60 Unfavorable 5, 15*, 24, 25, 29, 35, 36, 44*, 54, 56, Total
Jml 10
Total 20
10 10
20
10 10
20
10 60
60
Jml 10
Total 18
Keterangan: Tanda * = Nomor aitem yang gugur pada saat uji coba ** = Nomor aitem yang dikeluarkan
Tabel III Blue Print Nomor Aitem Baru Setelah Uji Coba No. 1
2
Aspek Boros
Tidak ada skala prioritas
3
Gaya hidup Bermewah-mewah
Nomor Aitem Favorable 3, 8, 9, 12, 13, 16, 19, 22, 28, 33 Unfavorable 2, 6, 11, 30, 38, 40, 41, 51 Favorable 10, 14, 23, 24, 34, 37, 43, 44 Unfavorable 1, 4, 18, 26, 36, 39, 45, 46, 48, 50 Favorable 7, 15, 17, 27, 29, 35, 42, 52 Unfavorable 5, 20, 21, 25, 31, 32, 47, 49 Total
8 8
18
10 8
16
8 52
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
G. METODE ANALISIS DATA Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data metode kuantitatif yang dilakukan dengan penghitungan statistik. Sebelumnya akan dilakukan uji normalitas dan linearitas terhadap data penelitian, kemudian baru akan diputuskan metode pengujian hipotesisnya apakah menggunakan statistik parametrik atau nonparametrik. Semua analisis akan dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS 15.00 for Windows.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada tanggal 4 sampai dengan tanggal 13 September 2008 di lingkungan Kampus Universitas Sanata Dharma dan di kediaman subjek. Sebanyak 66 orang subjek diminta untuk mengisi angket dan skala. Hasilnya ada 6 orang subjek yang memilih untuk menonton iklan yang ditayangkan selama sinetron berlangsung. Data keenam subjek tersebut tidak diikutsertakan dalam proses analisis, sebab seperti yang telah dijelaskan pada bab III subjek yang digunakan dalam penelitian adalah subjek yang tidak menonton iklan atau memilih untuk memindahkan stasiun televisi sampai iklan selesai. Sisanya sebanyak 60 orang subjek datanya digunakan dalam proses analisis.
B. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Data Penelitian Deskripsi data penelitian yang mencakup mean, standar deviasi, nilai maksimal dan minimal ditampilkan pada tabel berikut: Tabel IV Deskripsi Data Skor Skala Sikap Konsumtif Variabel skor skala sikap konsumtif
N 60
Min 60
Max 148
Mean SD Empiris Empiris 104.03 16.070
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skala sikap konsumtif memiliki 52 aitem yang setiap aitemnya diberi nilai 1, 2, 3, dan 4. Berdasarkan nilai tersebut diperoleh skor minimal sebesar 52 (1×52) dan skor maksimal sebesar 208 (4×52). Skor mean teoritisnya diperoleh 130 (52+208/2). Berdasarkan skor tersebut maka dapat disimpulkan bahwa nilai mean empiris lebih kecil daripada nilai mean teoritis (104,03<130). Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata subjek penelitian memiliki tingkat sikap konsumtif yang rendah. Deskripsi data frekuensi menonton sinetron pada remaja putri dapat dilihat pada tabel V berikut ini: Tabel V Deskripsi Data Frekuensi Menonton Sinetron
kurang dari 1 jam 1-3 jam 4-6 jam 7-9 jam 10-12 jam 13-15 jam 16-18 jam lebih dari 21 jam Total
Frekuensi Persentase 12 20 18 30 12 20 6 10 2 3.3 6 10 1 1.7 3 5 60 100
Persentase Komulatif 20 50 70 80 83.3 93.3 95 100
Tabel V menunjukkan bahwa sebagian besar subjek yaitu sebanyak 30% menonton sinetron selama 1-3 jam per minggunya, sedangkan 12 orang subjek (20%) menonton sinetron selama 4-6 jam per minggu dan 12 orang (20%) lagi menonton kurang dari 1 jam per minggunya. Jumlah subjek yang persentasenya paling sedikit yaitu 1,7% menonton sinetron selama 16-18 jam per minggu. Subjek yang frekuensi menonton sinetronnya paling tinggi yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lebih dari 21 jam perminggu sebanyak 3 orang atau 5% dari keseluruhan subjek. Deskripsi jenis dan lokasi sekolah dan universitas tempat subjek menuntut ilmu dapat disaksikan pada tabel VI berikut ini: Tabel VI Deskripsi Sekolah Subjek Sekolah Akper Bethesda SMA Muhamadiyah Yk SMA Swasta Bantul SMA Swasta Yk SMAN Bantul SMAN Sleman SMAN Yk SMKN Yk USD Total
Frekuensi Persentase Persentase Subjek Komulatif 2 3.3 3.3 3 5 8.3 1 1.7 10 2 3.3 13.3 1 1.7 15 3 5 20 23 38.3 58.3 1 1.7 60 24 40 100 60 100
Subjek yang berasal dari Universitas Sanata Dharma berjumlah 24 orang atau 40% dari keseluruhan subjek, kemudian 23 orang atau 38,3% subjek bersekolah diberbagai SMA Negeri yang berada di kota Yogyakarta. Sisanya yaitu sebanyak 5% bersekolah di beberapa SMA Negeri yang berlokasi di Sleman dan 5% lagi bersekolah di SMA Muhamadiyah yang terletak di kota Yogyakarta. Subjek-subjek lain yaitu sebanyak 2 orang (3,3%) bersekolah di Akper Bethesda dan di sebuah SMA Swasta di kota Yogyakarta, sedangkan sisanya bersekolah di SMA Negeri dan swasta yang berlokasi di Bantul serta di sebuah SMK Negeri di Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Uji Asumsi Uji asumsi yang dilakukan terhadap data pada penelitian ini terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Hasil pengujian asumsi akan menjadi dasar untuk memutuskan apakah pengujian hipotesis menggunakan statistik parametrik atau nonparametrik (Purwanto 2008). Pelaksanaan kedua uji tersebut dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 15.0 for Windows. a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode analisis Kolmogorov-Smirnov. Hasil pengujian normalitas dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel VII Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov(a) Statistic df Sig. jumlah jam menonton sinetron per minggu skor skala sikap konsumtif
.225
60
.000
.134
60
.009
Nilai signifikansi untuk jumlah jam menonton sinetron per minggu sebesar 0,000 dan untuk skor skala sikap konsumtif sebesar 0,009. Keduanya bernilai lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data tidak berdistribusi normal. Menurut Purwanto (2008) bila pengujian asumsi atas data sampel tidak dapat dipenuhi maka pengolahan
data
tidak
menggunakan
statistika
parametrik
tapi
menggunakan statistika nonparametrik, oleh karena itu pengujian hipotesis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
nantinya akan dilakukan dengan menggunakan metode statistika nonparametrik. b. Uji Linearitas Uji linearitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah kedua variabel dalam penelitian ini memiliki hubungan yang linear atau tidak. Hasil pengujian linearitas pada penelitian ini dapat disimak pada tabel VIII berikut ini: Tabel VIII Hasil Uji Linearitas Sum of Squares skor skala sikap konsumtif * jumlah jam menonton sinetron per minggu
Between Groups
df
Mean Square
F
Sig.
(Combined)
Linearity Deviation from Linearity Within Groups Total
4107.350
7
586.764
2.742
.017
1339.865
1 1339.865
6.261
.016
2767.485
6
461.247
2.155
.062
11128.583 15235.933
52 59
214.011
Nilai signifikansi linearity sebesar 0,016, karena nilai signifikansi lebih kecil daripada 0,05 (0,016<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel sikap konsumtif dan frekuensi menonton sinetron terdapat hubungan yang linear.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Uji Hipotesis Seperti yang telah disampaikan sebelumnya pengujian hipotesis pada penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan statistika nonparametrik. Hal ini disebabkan uji normalitas data menghasilkan kesimpulan bahwa data tidak berdistribusi normal, padahal syarat menggunakan statistika parametrik adalah datanya berdistribusi normal, oleh karena itu penelitian ini menggunakan statistika nonparametrik. Menurut Singgih (2005) hal ini adalah kelebihan statistika nonparametrik yaitu bisa digunakan pada data yang tidak bisa diproses dengan prosedur parametrik. Penggunaan statistika nonparametrik dalam penelitian korelasi dapat dilakukan menggunakan beberapa cara: koefisien kontingensi, koefisien korelasi rank spearman, atau koefisien korelasi rank Kendall (Siegel, dalam Purwanto, 2008). Penelitian ini akan menggunakan uji hipotesis dengan koefisien korelasi Spearman. Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel IX berikut: Tabel IX Hasil Uji Hipotesis jumlah jam menonton sinetron per minggu Spearman's rho
jumlah jam menonton sinetron per minggu
skor skala sikap konsumtif
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
skor skala sikap konsumtif
1.000
.354(**)
. 60
.006 60
.354(**)
1.000
.006 60
. 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada tabel IX terlihat bahwa nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,354 dengan signifikansi 0,006. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil daripada 0,05 (0,006<0,05) yang berarti hipotesis penelitian ini diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kedua variabel, atau dengan kata lain ada hubungan antara frekuensi menonton sinetron dengan sikap konsumtif. Koefisien korelasi hasil uji hipotesis bernilai positif. Hal ini berarti hubungan diantara kedua variabel, yaitu variabel frekuensi menonton sinetron dan variabel sikap konsumtif memiliki hubungan yang positif. Semakin tinggi frekuensi menonton sinetron maka sikap konsumtif juga akan semakin tinggi dan sebaliknya. Koefisien korelasi sebesar 0,354 berada diantara 0,2 – 0,4, menurut Young (dalam Trihendradi, 2008) berarti juga menunjukkan derajat hubungan yang rendah. Koefisien determinasi (r2) diperoleh dengan mengkuadratkan nilai r yang menghasilkan skor sebesar 0,125 (0,354²). Koefisien determinasi ini menunjukkan besarnya sumbangan yang diberikan variabel bebas terhadap variabel tergantung, maka dapat disimpulkan bahwa frekuensi menonton sinetron memberikan sumbangan sebesar 0,125 atau 12,5% terhadap sikap konsumtif remaja putri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. PEMBAHASAN Uji hipotesis yang telah dilakukan sebelumnya, menghasilkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,354. Berdasarkan nilai koefisien korelasi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis yang diajukan pada penelitian ini diterima. Hal ini berarti memang ada hubungan yang positif antara variabel frekuensi menonton sinetron dengan variabel sikap konsumtif pada remaja putri. Semakin tinggi frekuensi menonton sinetron maka sikap konsumtif juga akan semakin tinggi dan sebaliknya, semakin rendah frekuensi menonton sinetron pada remaja putri maka sikap konsumtifnya juga akan semakin rendah. Hasil ini sejalan dengan teori peniruan (modeling theories) yang telah disampaikan sebelumnya. Teori peniruan ini memandang seseorang sebagai individu yang secara otomatis cenderung berempati dengan perasaan orang-orang yang diamatinya dan meniru sikapnya (Rakhmat, 2001). Pertama kita membandingkan sikap kita dengan orang yang kita amati yang berfungi sebagai model (Rakhmat, 2001), kemudian kita mulai meniru sikapnya. Rakhmat (2001) bahkan menyatakan bahwa melalui televisi, orang meniru sikap idola mereka, apalagi menurutnya televisi, film, dan komik secara dramatis mempertontonkan sikap fisik yang mudah ditiru. Televisi yang dalam penelitian ini diamati melalui sinetron, selalu mempertontonkan tema yang seragam, yaitu lebih sering menggarap tema kehidupan masyarakat kota dan kelas sosial atas, selalu mengumbar kemewahan duniawi, dan mengandung unsur kapitalis. Tema-tema itulah yang ditonton dan ditiru oleh remaja sehingga tidak menutup kemungkinan dapat membuat remaja menjadi konsumtif. Pertama remaja akan mengamati sikap konsumtif yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ditampilkan oleh tokoh-tokoh dalam sinetron, kemudian mereka mulai meniru sikap konsumtif tokoh sinetron idola mereka tadi. Keadaan tersebut juga didukung oleh sifat remaja yang menurut Sinta Indra Astuti, MSi, dosen Unisba Bandung, masih sangat rentan terhadap siaran berbagai media, terutama sinetron, apalagi mereka belum memiliki bekal yang cukup untuk mengkritisi sebuah produk seperti sinetron dan gampang meniru setiap adegan yang ada didalam sinetron (”Sinetron Remaja”, 2008). Data pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian yaitu sebanyak 70% hanya menonton sinetron dibawah 6 jam setiap minggunya. Data penelitian juga menunjukkan bahwa rata-rata frekuensi menonton sinetron pada subjek yang sudah kuliah (3,25) lebih tinggi daripada rata-rata menonton sinetron pada subjek yang masih duduk di bangku sekolah menengah (3,05). Hal tersebut mengindikasikan bahwa subjek remaja putri yang sudah kuliah menonton sinetron lebih sering daripada remaja putri yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Data penelitian juga mendukung kesimpulan yang telah disampaikan sebelumnya bahwa ada hubungan yang positif antara variabel frekuensi menonton sinetron dengan variabel sikap konsumtif, yang berarti semakin rendah frekuensi menonton sinetron pada remaja putri maka sikap konsumtifnya juga akan semakin rendah. Data penelitian menunjukkan bahwa frekuensi menonton sinetron pada subjek tergolong cukup rendah, yaitu hanya dibawah 6 jam setiap minggunya. Hal tersebut tampaknya menjadi penyebab rendahnya sikap konsumtif subjek. Rendahnya sikap konsumtif tersebut tercermin dari hasil nilai mean empiris yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lebih kecil daripada nilai mean teoritis (104,03<130), yang berarti bahwa rata-rata subjek penelitian memiliki tingkat sikap konsumtif yang rendah. Skor koefisien korelasi yang dihasilkan dari penelitian ini sebesar 0,354 menunjukkan derajat hubungan yang rendah antara variabel frekuensi menonton sinetron dan variabel sikap konsumtif. Sumbangan yang diberikan oleh variabel frekuensi menonton sinetron terhadap sikap konsumtif remaja putri pun tergolong cukup rendah, yaitu hanya sebesar 0,125 atau 12,5%. Hal ini berarti frekuensi menonton sinetron hanya memberi sedikit sumbangan terhadap sikap konsumtif remaja. Sumbangan frekuensi menonton sinetron yang cukup rendah tadi dan derajat korelasi yang juga tergolong rendah, dapat menggambarkan bahwa frekuensi menonton sinetron hanya merupakan sebagian kecil saja dari berbagai hal yang mempengaruhi sikap konsumtif. Selain itu frekuensi menonton sinetron pada penelitian ini hanya dilihat dari lamanya subjek menonton sinetron setiap minggunya. Hal ini merupakan salah satu keterbatasan penelitian. Data mengenai jenis sinetron apa yang ditonton oleh subjek, kapan saja waktu menonton, serta apakah subjek benar-benar mengikuti jalan cerita sinetron yang ia tonton belum diungkap pada penelitian ini. Pilihan jawaban frekuensi menonton sinetron pada angket pun hanya terbatas sampai diatas 21 jam. Data-data tersebut sangat penting untuk mengungkap mengenai intensitas menonton sinetron, sebab data frekuensi saja kurang dapat mengungkap seberapa intens subjek menonton sinetron. Oleh sebab itu data-data tersebut harus diungkap apabila ingin mengetahui seberapa jauh intensitas menonton sinetron mempengaruhi sikap konsumtif. Data mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
frekuensi saja, belum cukup memadai untuk mengetahui indikator yang kemungkinan mempengaruhi sikap konsumtif. Berdasarkan uraian sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa frekuensi menonton sinetron bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi sikap konsumtif, tetapi masih banyak faktor lain yang juga mempengaruhi sikap konsumtif dan perlu untuk dipertimbangkan seperti kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial, dan kelompok referensi, keluarga, motivasi, proses belajar, kepribadian, serta konsep diri. Oleh karena itu sebaiknya dalam membahas sikap konsumtif perlu juga untuk mempertimbangkan keseluruhan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap konsumtif dan bukan hanya menyorotinya dari salah satu faktor saja. Kesimpulan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Evanita, Afnidarti, dan Armida. Mereka meneliti pengaruh terpaaan iklan televisi terhadap sikap konsumtif ibu rumah tangga di kota Padang. Penelitian tersebut berkesimpulan bahwa sikap konsumtif ibu rumah tangga tidak hanya dipengaruhi oleh variabel iklan saja, melainkan juga dipengaruhi oleh variabel diluar iklan yang melekat pada pemirsa. Lebih jelas lagi penelitian ini mencapai kesimpulan bahwa iklan televisi, model iklan televisi, repetisi iklan televisi, motivasi, umur, pendidikan, pendapatan, dan kelompok acuan secara bersama-sama berpengaruh terhadap sikap konsumtif ibu rumah tangga. Faktor-faktor lain yang belum dipertimbangkan di dalam penelitian ini juga merupakan salah satu keterbatasan penelitian. Subjek penelitian yang hanya diambil di kota Yogyakarta dan adanya heterogenitas sekolah subjek juga merupakan keterbatasan penelitian ini. Seperti yang dapat dilihat pada tabel VI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
subjek berasal dari jenis sekolah yang berbeda-beda, ada yang berasal dari SMK, Akper, maupun sekolah swasta dan negeri. Meskipun sama-sama berasal dari kota Yogyakarta, tetapi heterogenitas sekolah subjek menyebabkan subjek memiliki latar belakang yang berbeda-beda, baik itu dalam hal pergaulan, pendidikan, dan juga motivasi belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara frekuensi menonton sinetron dengan sikap konsumtif pada remaja putri.
B. SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas dapat diberikan beberapa saran bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti mengenai konsumtivitas, yaitu untuk lebih memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif ketika melakukan penelitian dengan menggali informasi sebanyak mungkin dari subjek. Disarankan juga untuk meneliti faktor lain yang mempengaruhi perilaku konsumtif, tetapi belum pernah diteliti sebelumnya. Sebaiknya peneliti selanjutnya mempertimbangkan untuk menggunakan alat ukur maupun metode penelitian lain selain yang digunakan dalam penelitian ini ketika ingin meneliti mengenai sikap maupun perilaku konsumtif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Aiken, Lewis R. (2002). Attitudes and Related Psychosocial Constructs: Theories, Assessment, and Research. London: Sage Publications. Anggarasari, Rina Ekaningdyah. (1997). Hubungan tingkat religiusitas dengan sikap konsumtif pada ibu rumah tangga. Psikologika, 4, 15-20. Azwar, Saifuddin. (2000). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bauer, Gabrielle. (2005, September). Awas serangan iklan!. Reader’s Digest Indonesia, 57-62. Dewasa muda menonton paling sedikit. (2008, Agustus). AGB Nielsen Newsletter, 24, 1-2. Dipungut 18 November, 2008 dari http://cs.agbnmr.com. Dharmmesta, Drs. Basu Swastha & Handoko, Drs. T. Hani. (2000). Manajemen Pemasaran Analisis Perilaku Konsumen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Evanita, S., Afnidarti, A. R., Armida. S. (tanpa tahun). Pengaruh Terpaan Iklan Televisi Terhadap Perilaku Konsumtif Ibu Rumah Tangga di Kota Padang Sumatera Barat. Dipungut Juli, 2008, dari http://menegpp.go.id. Gilarso, T. (1986). Ekonomi Indonesia Sebuah Pengantar jilid I. Yogyakarta: Kanisius. Gilarso, T. (2004). Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Yogyakarta: Kanisius. Herawati, Prillia. (2008, 28 Februari-5 Maret). Rela ngutang demi tampil gaya. Femina, No. 09/XXXVI, 42-46. Ikawati, Yuni. (2008, Agustus 6). Menangkal “racun” di TV anda. Kompas, 14. Konsumtifisme Memancing Kriminalitas. (2008, Agustus 6). Kompas. 1, 15. Lina & Rosyid, Haryanto F. (1997). Perilaku konsumtif berdasar locus of control pada remaja putri. Psikologika, 4, 5-13. Lukmantoro, Triyono. (2007, Oktober 29). Sinetron, Market Disciplining, And Women Utopia. Dipungut 16 Agustus, 2008, dari http://www.menegpp.go.id. Muizzudin. (1997). Studi diskriptif frekuensi tayangan erotis siaran televisi sebagai simulator erotika dan penggunaan durasi waktu menonton televisi pada pemuda dan pemudi di pedesaan: Studi kasus di Kabupaten Dati II Blitar. Dipungut 15 November, 2008, dari http://digilib.itb.ac.id.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Munandar, Ashar Sunyoto. (2001). Psikologi Industri Dan Organisasi. Tangerang: Universitas Indonesia (UI-Press). Nainggolan, Nancy. (2008). Mencermati Pola Menonton TV Anak Dan Remaja. Dipungut 15 November, 2008, dari http://indonesiabreakingnewsonline.blogspot.com Purwanto, M.Pd. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Psikologi Dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Saatnya Diet Menonton Televisi. (2008, Mei). Dipungut 15 November, 2008, dari http://buntomijanto.wordpress.com. Santrock, John W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Sarwono, Sarlito W. (2005). Psikologi Remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Sayang Anak, Sayang Anak!. (2005, September). Reader’s Digest Indonesia, 6061. Sembiring, JJ Amstrong. (2007, Juli 19). Budaya Konsumerisme. Dipungut Juli, 2008, dari http://indowarta.com. Sinetron Berseri TV Indonesia Banyak Yang Tidak Mendidik Bikin Ketagihan. (2007, Agustus 17). Dipungut 16 Agustus, 2008, dari http://organisasi.org. Sinetron Indonesia Dan Pembodohan. (2006, Desember 27). Dipungut 16 Juli, 2008, dari http://nofieiman.com/2006/12/sinetron-indonesia-danpembodohan/. Sinetron: Rating, Mimpi Dan Perempuan. (2001, April-Juni). Dipungut 16 Juli, 2008, dari http://www.insideindonesia.org/edit66/sinetron.htm. Sinetron Remaja Masih Tetap Buram. (2008, Februari 20). Dipungut 16 Agustus, 2008, dari http://entertainment.kompas.com. Singgih, Santoso. (2005). Seri Solusi Bisnis Berbasis Teknologi Informasi: Menggunakan SPSS Untuk Statistika Nonparametrik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sugiyatma & Wahyuni, Sri. (2006). Pencegahan perilaku anak dan remaja dari pengaruh negatif tayangan televisi. Media Informasi Penelitian, 188, 389400. Rakhmat, Drs. Jalaluddin. (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tambunan S. Psi, Raymond. (2007, April 6). Remaja Dan Perilaku Konsumtif. Dipungut 16 Juli, 2008, dari http://kajiangemanusa.blogspot.com. Team Pustaka Phoenix. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Media Pustaka Phoenix. Televisi Dan Komputer Ganggu Perkembangan Anak. (2008, 18 Februari). Dipungut 16 Juli, 2008, dari www.kompas.com Trihendradi, C. (2008). Langkah Mudah Menguasai Menggunakan SPSS 15. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Analisis
Statistik
Widiastuti, Retno. (2003, Maret 17). Konsumerisme Vs Konsumtivisme Martabat Perempuan Sebagai Konsumen. Dipungut Juli, 2008, dari http://www2.kompas.com. Wirodono, Sunardian. (2006). Matikan TV-Mu. Yogyakarta: Resist Book. Yuliana, Fitri. (2006). Perilaku konsumtif terhadap barang yang berdiskon pada remaja putri. Abstrak dipungut 18 November, 2008, dari http://library.gunadarma.ac.id.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKALA UJI COBA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Informasi Pribadi: Usia
: ________ tahun.
Sekolah/Universitas : ________________ Petunjuk Pengisian: Jawablah pertanyaan berikut dengan memberi tanda silang (×) pada kotak jawaban yang tersedia: Dalam satu minggu, berapa jam Anda menonton sinetron yang ditayangkan di televisi? kurang dari 1 jam
13 – 15 jam
1 – 3 jam
16 – 18 jam
4 – 6 jam
19 - 21 jam
7 – 9 jam
lebih dari 21 jam
10 – 12 jam Ketika Anda sedang menonton sinetron dan kemudian muncul tayangan iklan, apa yang biasanya Anda lakukan? Menonton iklan tersebut. Memindahkan saluran televisi ke stasiun lain sampai iklan selesai. Melakukan kegiatan lain sambil menunggu iklan selesai. Petunjuk Pengisian: Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama. Anda diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan diri Anda, dengan cara memberi tanda silang (×) pada salah satu jawaban yang tersedia. Pilihan jawaban yang dapat Anda pilih yaitu: SS,
apabila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan keadaan diri Anda.
S,
apabila pernyataan tersebut Sesuai dengan keadaan diri Anda.
TS,
apabila pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan keadaan diri Anda.
STS,
apabila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan diri Anda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Setiap jawaban yang Anda berikan akan dianggap benar, maka jawablah setiap pernyataan sesuai dengan keadaan diri Anda yang sebenarnya. Identitas yang Anda berikan akan dirahasiakan.
1. Saya
lebih
memilih
menabung
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
daripada membelanjakan uang saya untuk membeli sesuatu yang kurang saya butuhkan. 2. Ketika saya berbelanja, saya selalu membatasi jumlah barang yang saya beli. 3. Saya
suka
macam
membeli
barang
berbagai
sekedar
untuk
menambah koleksi saya. 4. Saya lebih memilih membeli buku yang
dapat
menunjang
kuliah/sekolah daripada membeli sebuah novel. 5. Barang-barang
yang
terkesan
mewah menurut saya tidak penting, yang lebih penting adalah mutu dan fungsinya. 6. Saya
selalu
membatasi
jumlah
pembelian yang saya lakukan setiap bulannya. 7. Saya tidak keberatan membeli
STS
sepatu mahal yang sedang trend saat ini. 8. Seringkali
saya
kembali
ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sebuah
toko
yang
sedang
mengadakan cuci gudang untuk membeli lebih banyak barang. 9. Saya
sering
menggunakan
berbelanja uang
SS
S
yang
seharusnya saya gunakan untuk membayar kuliah/sekolah. 10. Saya sudah memiliki banyak tas, tetapi saya sering tidak bisa menahan diri untuk tidak membeli beberapa tas lagi yang sangat saya sukai. 11. Saya
sering
membeli
diluar
rencana seperti membeli baju, tas, atau sepatu yang sedang turun harga.
12. Ketika menemukan beberapa baju
TS STS
yang sangat saya sukai, saya dapat menahan diri untuk tidak membeli semuanya sekalipun ada potongan harga di toko tersebut. 13. Saya
selalu
ingin
mengganti
handphone saya dengan seri yang lebih baru agar saya tidak terlihat kuno. 14. Ketika saya pergi ke pameran buku, saya akan membeli banyak buku yang menarik meskipun saya
tidak
membacanya.
tahu
kapan
akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15. Jika saya membeli laptop, itu
SS
S
SS
S
TS
STS
dikarenakan saya memang sangat membutuhkannya
untuk
mengerjakan
tugas
kuliah/sekolah. 16. Saya senang membeli barang dalam jumlah banyak. 17. Seringkali uang yang diberikan
TS STS
orang tua untuk membeli buku teks kuliah/sekolah saya gunakan untuk
keperluan
lain
yang
sebenarnya kurang saya butuhkan. 18. Saya
tidak
pernah
membeli
barang dalam jumlah berlebih sekali pun saya sangat menyukai barang tersebut. 19. Memiliki laptop itu penting sebab membuat penampilan saya terlihat lebih keren. 20. Ketika
menemukan
beberapa
barang yang saya sukai, saya akan membelinya dalam jumlah lebih, sebab jika tidak terpakai saya bisa memberikannya
kepada
teman
atau saudara. 21. Saya merasa senang saat ada teman
yang
memuji
barang-
barang yang saya kenakan. 22. Setiap menerima uang dari orang tua, saya akan menggunakannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
untuk
membeli
perlengkapan
kuliah/sekolah dulu sebelum saya membelanjakannya
untuk
membeli barang lain. 23. Saya
senang
menyimpan
membeli banyak
dan
SS
S
TS
STS
barang,
karena saya senang mempunyai banyak pilihan. 24. Menurut saya untuk menunjung penampilan
cukup
menjaga
kerapihan
dengan dan
kebersihan,
tidak
perlu
menggunakan
barang
yang
terkesan mahal. 25. Saya malas membeli sepatu mahal yang sedang trend saat ini sebab saya belum membutuhkan sepatu baru.
26. Saya tidak pernah membatasi pembelian yang saya lakukan dalam satu bulan. 27. Ketika mendapat uang dari orang tua,
saya
langsung
membeli
barang-barang yang saya sukai, sehingga seringkali saya harus meminta uang lagi kepada orang tua
untuk
kuliah/sekolah
membeli yang
buku saya
perlukan. 28. Saya tetap akan membeli sepatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang sangat saya sukai, meskipun saya tahu uang saya sebenarnya hanya tersisa untuk membeli buku teks kuliah/sekolah yang saya butuhkan. 29. Saya tetap percaya diri meskipun
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
barang-barang yang saya kenakan tampak sederhana.
30. Menurut saya, saya selalu bisa mendahulukan membeli barangbarang
yang
saya
butuhkan
sebelum membeli barang lainnya. 31. Penampilan sebuah barang sangat penting
bagi
saya,
sehingga
meskipun harganya mahal saya tetap akan membelinya. 32. Semakin banyak barang yang saya
beli
saat
berbelanja,
membuat saya merasa semakin puas. 33. Ketika
mengenakan
barang-
barang bermerek terkenal, saya merasa lebih percaya diri. 34. Setiap mau belanja biasanya saya membuat daftar barang yang saya butuhkan, sehingga saya terhindar dari
membeli
terlalu
banyak
barang yang tak perlu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35. Saya tidak memerlukan barang-
SS
S
TS
STS
barang tertentu untuk membuat saya
percaya
diri
dengan
penampilan saya. 36. Bagi saya yang paling penting dari
sebuah
barang
adalah
fungsinya bukan penampilannya. 37. Ketika ada potongan harga di sebuah toko, saya akan membeli sebanyak mungkin barang yang saya inginkan. 38. Saya membutuhkan sepatu untuk kuliah/sekolah,
tetapi
sesampainya di toko ternyata ada celana panjang yang turun harga sehingga saya memutuskan untuk membeli celana saja. 39. Membeli perhiasan penting bagi saya, sebab perhiasan membuat penampilan saya menjadi lebih menarik. 40. Alasan saya membeli sesuatu biasanya
karena
saya
membutuhkannya, bukan hanya karena saya menginginkannya. 41. Seringkali saya membeli baju, tas, atau sepatu untuk menambah koleksi, membeli
padahal barang
saya
belum
keperluan
kuliah/sekolah. 42. Menurut saya, saya tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berlebihan dalam membeli sebuah barang. 43. Saya
selalu
mendahulukan
kebutuhan-kebutuhan
SS
S
TS
STS
yang
mendesak sebelum menggunakan uang saya untuk keperluan yang lain yang kurang penting. 44. Saya tidak pernah memaksakan diri
untuk
tertentu
membeli
hanya
barang
sekedar untuk
membuat teman saya kagum. 45. Ketika barang yang sangat saya sukai turun harga, saya akan tetap membelinya
meskipun
menggunakan
harus
uang
yang
seharusnya saya gunakan untuk membayar kuliah/sekolah. 46. Saya selalu bisa menahan diri untuk tidak membeli barang yang saya sukai dalam jumlah yang terlalu banyak. 47. Ketika ada potongan harga di sebuah toko, saya tidak pernah membeli barang terlalu banyak. 48. Membeli mahal penampilan
asesoris demi tidak
yang
agak
menunjang menjadi
masalah bagi saya. 49. Saya lebih memilih mengganti handphone saya dengan seri yang lebih baru daripada membeli buku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
teks kuliah/sekolah. 50. Saya lebih senang menggunakan
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
uang saya untuk membeli sepatu yang saya sukai daripada untuk memperbaiki komputer yang saya perlukan untuk membuat tugas. 51. Saya
tidak
pernah
membeli
barang melebihi jumlah yang saya butuhkan setiap bulannya. 52. Ketika berbelanja saya selalu mendahulukan membeli barangbarang yang saya butuhkan. 53. Saya lebih memilih menggunakan uang saya untuk memperbaiki komputer yang saya perlukan untuk membuat tugas, daripada menggunakannya
untuk
menambah koleksi sepatu saya. 54. Meskipun
saya
menggunakan bermerek
tidak
barang-barang
terkenal
saya
tetap
percaya diri. 55. Saya tidak keberatan menunda membeli baju baru, sebab bulan ini saya harus membeli buku teks kuliah/sekolah. 56. Ketika
teman
saya
membanggakan
handphone
barunya
yang
dilengkapi
teknologi
terkini,
saya
tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terpengaruh
untuk
ikut
membelinya. 57. Saya merasa kurang percaya diri
SS
S
TS
apabila barang-barang yang saya kenakan
tampak
terlalu
sederhana. 58. Saya selalu membuat anggaran belanja setiap bulan agar semua kebutuhan saya dapat terpenuhi. 59. Saya
tidak
senang
membeli
barang dalam jumlah banyak.
60. Saya tidak keberatan membeli tas
STS
bermerek demi untuk menunjang penampilan saya. Periksa kembali semua jawaban Anda jangan sampai ada yang terlewat.
-
Terima kasih Anda telah mengisi kuesioner ini –
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Reliability Case Processing Summary N % Valid 40 100.0 Excluded(a) 0 .0 Total 40 100.0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Cases
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach' Standardiz s Alpha ed Items .962 .964
N of Items 52
Item-Total Statistics (sebelum pengguguran item)
item1 item2 item3 item4 item5 item6 item7 item8 item9 item10 item11 item12 item13 item14 item15 item16
Scale Scale Corrected Squared Cronbach' Mean if Variance if Item-Total Multiple s Alpha if Item Item Correlatio Correlatio Item Deleted Deleted n n Deleted 112.75 571.167 .490 . .960 112.73 572.666 .543 . .960 112.53 565.948 .490 . .960 112.73 574.563 .369 . .960 113.10 564.092 .741 . .959 112.58 565.430 .669 . .959 112.68 565.507 .561 . .959 112.38 570.446 .437 . .960 113.33 580.840 .247 . .960 112.65 566.900 .607 . .959 112.20 565.344 .512 . .960 112.65 575.977 .418 . .960 112.73 578.922 .269 . .961 112.65 569.054 .547 . .959 113.03 580.743 .250 . .960 112.85 572.438 .593 . .959
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
item17 item18 item19 item20 item21 item22 item23 item24 item25 item26 item27 item28 item29 item30 item31 item32 item33 item34 item35 item36 item37 item38 item39 item40 item41 item42 item43 item44 item45 item46 item47 item48 item49 item50 item51 item52 item53 item54 item55 item56 item57 item58 item59 item60
112.98 112.68 112.88 112.88 111.88 112.83 112.33 113.03 112.78 112.48 112.58 112.95 113.05 112.95 112.78 112.90 112.30 112.60 112.48 113.03 112.63 112.80 112.98 113.10 112.83 112.68 113.05 112.70 112.73 112.75 112.75 112.80 113.10 112.90 112.73 113.03 113.18 112.95 112.93 112.90 112.73 112.25 112.83 112.73
572.794 580.840 578.317 574.625 573.753 564.661 575.661 571.410 560.846 572.410 566.969 573.946 572.408 571.177 566.179 565.477 565.497 565.323 568.461 569.256 564.958 567.241 566.743 571.887 562.456 567.199 572.767 579.241 577.999 570.397 576.910 564.010 568.964 573.067 576.615 568.743 569.276 573.331 567.148 571.272 579.487 562.859 570.866 559.743
.411 .351 .407 .544 .403 .700 .402 .601 .734 .511 .596 .535 .603 .591 .569 .757 .567 .539 .633 .632 .597 .636 .619 .571 .646 .612 .590 .254 .259 .512 .391 .574 .718 .436 .365 .692 .654 .519 .737 .537 .298 .587 .580 .759
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.960 .960 .960 .960 .960 .959 .960 .959 .959 .960 .959 .960 .959 .959 .959 .959 .959 .960 .959 .959 .959 .959 .959 .959 .959 .959 .959 .961 .961 .960 .960 .959 .959 .960 .960 .959 .959 .960 .959 .960 .960 .959 .959 .959
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Item-Total Statistics (setelah pengguguran item)
item1 item2 item3 item4 item5 item6 item7 item8 item10 item11 item12 item14 item16 item17 item19 item20 item21 item22 item23 item24 item25 item26 item27 item28 item29 item30 item31 item32 item33 item34 item35 item36 item37 item38 item39 item40 item41 item42 item43 item46 item47
Scale Scale Corrected Squared Cronbach' Mean if Variance if Item-Total Multiple s Alpha if Item Item Correlatio Correlatio Item Deleted Deleted n n Deleted 97.98 491.512 .502 . .962 97.95 493.074 .551 . .962 97.75 486.859 .495 . .962 97.95 494.459 .386 . .962 98.33 485.302 .743 . .961 97.80 486.677 .667 . .961 97.90 486.297 .570 . .961 97.60 491.118 .440 . .962 97.88 487.856 .610 . .961 97.43 486.661 .508 . .962 97.88 496.215 .424 . .962 97.88 490.061 .543 . .962 98.08 493.148 .592 . .961 98.20 494.113 .392 . .962 98.10 498.656 .403 . .962 98.10 495.323 .537 . .962 97.10 493.938 .414 . .962 98.05 485.587 .709 . .961 97.55 495.792 .412 . .962 98.25 491.628 .620 . .961 98.00 482.513 .729 . .961 97.70 493.087 .510 . .962 97.80 488.010 .597 . .961 98.18 494.917 .520 . .962 98.28 493.025 .606 . .961 98.18 491.789 .596 . .961 98.00 487.436 .565 . .961 98.13 486.728 .754 . .961 97.53 486.717 .565 . .961 97.83 485.533 .563 . .962 97.70 489.651 .625 . .961 98.25 490.244 .629 . .961 97.85 486.438 .589 . .961 98.03 488.846 .618 . .961 98.20 487.600 .626 . .961 98.33 492.430 .577 . .961 98.05 483.997 .641 . .961 97.90 488.195 .613 . .961 98.28 493.384 .592 . .961 97.98 490.897 .521 . .962 97.98 498.281 .355 . .962
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
item48 item49 item50 item52 item53 item54 item55 item56 item58 item59 item60
98.03 98.33 98.13 98.25 98.40 98.18 98.15 98.13 97.48 98.05 97.95
485.717 489.969 493.394 489.526 489.785 494.097 488.746 492.215 483.692 491.792 481.638
.562 .714 .444 .697 .667 .514 .717 .530 .600 .575 .750
. . . . . . . . . . .
.962 .961 .962 .961 .961 .962 .961 .962 .961 .961 .961
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKALA PENELITIAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Informasi Pribadi: Usia
: ________ tahun.
Sekolah/Universitas : ________________ Petunjuk Pengisian: Jawablah pertanyaan berikut dengan memberi tanda silang (×) pada kotak jawaban yang tersedia: Dalam satu minggu, berapa jam Anda menonton sinetron yang ditayangkan di televisi? kurang dari 1 jam
13 – 15 jam
1 – 3 jam
16 – 18 jam
4 – 6 jam
19 - 21 jam
7 – 9 jam
lebih dari 21 jam
10 – 12 jam Ketika Anda sedang menonton sinetron dan kemudian muncul tayangan iklan, apa yang biasanya Anda lakukan? Menonton iklan tersebut. Memindahkan saluran televisi ke stasiun lain sampai iklan selesai. Melakukan kegiatan lain sambil menunggu iklan selesai. Petunjuk Pengisian: Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama. Anda diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan diri Anda, dengan cara memberi tanda silang (×) pada salah satu jawaban yang tersedia. Pilihan jawaban yang dapat Anda pilih yaitu: SS,
apabila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan keadaan diri Anda.
S,
apabila pernyataan tersebut Sesuai dengan keadaan diri Anda.
TS,
apabila pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan keadaan diri Anda.
STS,
apabila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan diri Anda.
Setiap jawaban yang Anda berikan akan dianggap benar, maka jawablah setiap pernyataan sesuai dengan keadaan diri Anda yang sebenarnya. Identitas yang Anda berikan akan dirahasiakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Saya lebih memilih menabung daripada
membelanjakan
uang
saya
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
untuk
membeli sesuatu yang kurang saya butuhkan. 2. Ketika saya berbelanja, saya selalu
membatasi jumlah barang yang saya beli. 3. Saya suka membeli berbagai macam
barang
sekedar
untuk
menambah
koleksi saya. 4. Saya lebih memilih membeli buku yang
dapat
menunjang
kuliah/sekolah
daripada membeli sebuah novel. 5. Barang-barang yang terkesan mewah
menurut saya tidak penting, yang lebih penting adalah mutu dan fungsinya. 6. Saya
selalu
membatasi
jumlah
pembelian yang saya lakukan setiap bulannya. 7. Saya tidak keberatan membeli sepatu
mahal yang sedang trend saat ini. 8. Seringkali saya kembali ke sebuah toko
yang sedang mengadakan cuci gudang untuk membeli lebih banyak barang.
9. Saya sudah memiliki banyak tas, tetapi
saya sering tidak bisa menahan diri untuk tidak membeli beberapa tas lagi yang sangat saya sukai.
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10. Saya sering membeli diluar rencana
11. Ketika menemukan beberapa baju yang
SS
S
TS
seperti membeli baju, tas, atau sepatu yang sedang turun harga.
sangat saya sukai, saya dapat menahan diri untuk tidak membeli semuanya sekalipun ada potongan harga di toko tersebut. 12. Ketika saya pergi ke pameran buku,
saya akan membeli banyak buku yang menarik meskipun saya tidak tahu kapan akan membacanya. 13. Saya senang membeli barang dalam
jumlah banyak. 14. Seringkali uang yang diberikan orang
tua
untuk
membeli
buku
teks
kuliah/sekolah saya gunakan untuk keperluan lain yang sebenarnya kurang saya butuhkan.
15. Memiliki
laptop itu penting sebab
STS
membuat penampilan saya terlihat lebih keren. 16. Ketika menemukan beberapa barang
yang saya sukai, saya akan membelinya dalam jumlah lebih, sebab jika tidak terpakai
saya bisa
memberikannya
kepada teman atau saudara. 17. Saya merasa senang saat ada teman
yang memuji barang-barang yang saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kenakan. 18. Setiap menerima uang dari orang tua,
saya
akan
menggunakannya
SS
S
TS
STS
untuk
membeli perlengkapan kuliah/sekolah dulu sebelum saya membelanjakannya untuk membeli barang lain. 19. Saya senang membeli dan menyimpan
banyak barang, karena saya senang mempunyai banyak pilihan.
20. Menurut
saya
untuk
menunjung
penampilan cukup dengan menjaga kerapihan dan kebersihan, tidak perlu menggunakan barang yang terkesan mahal. 21. Saya malas membeli sepatu mahal yang
sedang trend saat ini sebab saya belum membutuhkan sepatu baru. 22. Saya
tidak
pernah
membatasi
pembelian yang saya lakukan dalam satu bulan. 23. Ketika mendapat uang dari orang tua,
saya langsung membeli barang-barang yang saya sukai, sehingga seringkali saya harus meminta uang lagi kepada orang
tua
untuk
membeli
buku
kuliah/sekolah yang saya perlukan. 24. Saya tetap akan membeli sepatu yang
sangat saya sukai, meskipun saya tahu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
uang saya sebenarnya hanya tersisa untuk
membeli
buku
teks
kuliah/sekolah yang saya butuhkan.
25. Saya
tetap percaya diri meskipun
barang-barang
yang
saya
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
kenakan
tampak sederhana. 26. Menurut
saya,
saya
selalu
bisa
mendahulukan membeli barang-barang yang saya butuhkan sebelum membeli barang lainnya. 27. Penampilan
sebuah
barang
sangat
penting bagi saya, sehingga meskipun harganya
mahal
saya
tetap
akan
membelinya. 28. Semakin banyak barang yang saya beli
saat berbelanja, membuat saya merasa semakin puas. 29. Ketika
mengenakan
barang-barang
bermerek terkenal, saya merasa lebih percaya diri. 30. Setiap mau
belanja biasanya saya
membuat daftar barang yang saya butuhkan, sehingga saya terhindar dari membeli terlalu banyak barang yang tak perlu.
31. Saya tidak memerlukan barang-barang
tertentu untuk membuat saya percaya diri dengan penampilan saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32. Bagi saya yang paling penting dari
SS
S
sebuah barang adalah fungsinya bukan penampilannya. 33. Ketika ada potongan harga di sebuah
toko, saya akan membeli sebanyak mungkin barang yang saya inginkan. 34. Saya
membutuhkan
sepatu
untuk
kuliah/sekolah, tetapi sesampainya di toko ternyata ada celana panjang yang turun harga sehingga saya memutuskan untuk membeli celana saja. 35. Membeli perhiasan penting bagi saya,
sebab perhiasan membuat penampilan saya menjadi lebih menarik. 36. Alasan saya membeli sesuatu biasanya
karena saya membutuhkannya, bukan hanya karena saya menginginkannya. 37. Menurut
saya,
berlebihan
saya
dalam
tidak
pernah
membeli
sebuah
barang. 38. Seringkali saya membeli baju, tas, atau
sepatu
untuk
menambah
TS
STS
koleksi,
padahal saya belum membeli barang keperluan kuliah/sekolah. 39. Saya selalu mendahulukan kebutuhan-
kebutuhan yang mendesak sebelum menggunakan
uang
saya
untuk
keperluan yang lain yang kurang penting. 40. Saya selalu bisa menahan diri untuk
tidak membeli barang yang saya sukai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam jumlah yang terlalu banyak. 41. Ketika ada potongan harga di sebuah
SS
S
toko, saya tidak pernah membeli barang terlalu banyak. 42. Membeli asesoris yang agak mahal
demi menunjang penampilan tidak menjadi masalah bagi saya. 43. Saya
lebih
memilih
mengganti
handphone saya dengan seri yang lebih baru daripada membeli buku teks kuliah/sekolah.
44. Saya lebih senang menggunakan uang
TS
STS
saya untuk membeli sepatu yang saya sukai daripada untuk memperbaiki komputer yang saya perlukan untuk membuat tugas. 45. Ketika
berbelanja
saya
selalu
mendahulukan membeli barang-barang yang saya butuhkan. 46. Saya lebih memilih menggunakan uang
saya untuk memperbaiki komputer yang saya perlukan untuk membuat tugas, daripada menggunakannya untuk menambah koleksi sepatu saya. 47. Meskipun saya tidak menggunakan
barang-barang bermerek terkenal saya tetap percaya diri. 48. Saya tidak keberatan menunda membeli
baju baru, sebab bulan ini saya harus membeli buku teks kuliah/sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49. Saat
teman
saya
membanggakan
SS
S
TS
handphone barunya yang dilengkapi teknologi
terkini,
saya
tidak
terpengaruh untuk ikut membelinya. 50. Saya selalu membuat anggaran belanja
STS
setiap bulan agar semua kebutuhan saya dapat terpenuhi. 51. Saya tidak senang membeli barang
dalam jumlah banyak. 52. Saya tidak keberatan membeli tas
bermerek
demi
untuk
menunjang
penampilan saya. Periksa kembali semua jawaban Anda jangan sampai ada yang terlewat.
-
Terima kasih Anda telah mengisi kuesioner ini –
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
data penelitian
jam 1
lebih dari 21 jam
2
skor
iklan
usia
99
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
18
4-6 jam
110
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
19
3
13-15 jam
108
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
19
4
kurang dari 1 jam
96
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
18
5
1-3 jam
108
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
18
6
1-3 jam
85
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
18
7
1-3 jam
109
melakukan kegiatan lain
19
8
4-6 jam
112
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
17
9
4-6 jam
86
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
19
10
4-6 jam
109
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
19
11
7-9 jam
103
melakukan kegiatan lain
18
12
kurang dari 1 jam
99
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
19
13
7-9 jam
110
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
19
14
4-6 jam
111
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
19
15
4-6 jam
109
melakukan kegiatan lain
18
16
13-15 jam
106
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
18
17
4-6 jam
139
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
18
18
1-3 jam
127
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
18
19
kurang dari 1 jam
72
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
20
20
13-15 jam
94
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
19
21
1-3 jam
114
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
20
22
7-9 jam
111
melakukan kegiatan lain
19
23
1-3 jam
100
melakukan kegiatan lain
16
24
4-6 jam
102
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
20
25
4-6 jam
119
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
13-15 jam
109
melakukan kegiatan lain
16
27
lebih dari 21 jam
142
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
15
28
13-15 jam
109
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
15
29
10-12 jam
93
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
16
30
lebih dari 21 jam
102
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
15
31
1-3 jam
92
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
16
32
1-3 jam
82
melakukan kegiatan lain
16
33
1-3 jam
92
melakukan kegiatan lain
16
34
1-3 jam
100
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
16
35
16-18 jam
114
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
20
36
1-3 jam
101
melakukan kegiatan lain
17
37
1-3 jam
127
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
15
38
kurang dari 1 jam
88
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
16
39
4-6 jam
98
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
17
40
kurang dari 1 jam
86
melakukan kegiatan lain
16
41
kurang dari 1 jam
112
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
15
42
kurang dari 1 jam
60
melakukan kegiatan lain
17
43
10-12 jam
100
melakukan kegiatan lain
20
44
1-3 jam
118
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
16
45
kurang dari 1 jam
90
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
20
46
7-9 jam
110
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
16
47
1-3 jam
108
melakukan kegiatan lain
20
48
1-3 jam
108
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
15
49
7-9 jam
114
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
16
50
1-3 jam
93
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
15
51
4-6 jam
110
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
15
52
1-3 jam
108
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
1-3 jam
82
melakukan kegiatan lain
16
54
kurang dari 1 jam
68
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
15
55
kurang dari 1 jam
97
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
17
56
7-9 jam
128
melakukan kegiatan lain
15
57
kurang dari 1 jam
106
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
17
58
4-6 jam
148
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
15
59
13-15 jam
melakukan kegiatan lain
18
60
kurang dari 1 jam
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
15
97 112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov(a) Statistic
df
Sig.
jumlah jam menonton sinetron per minggu
.225
60
.000
skor skala perilaku konsumtif
.134
60
.009
a Lilliefors Significance Correction
Nilai signifikansi untuk jumlah jam menonton sinetron per minggu sebesar 0,000 dan untuk skor skala perilaku konsumtif sebesar 0,009. Keduanya bernilai lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data tidak berdistribusi normal, sehingga analisis korelasi digunakan statistik nonparametrik dengan model Spearman.
ANOVA Table Sum of Squares skor skala perilaku konsumtif * jumlah jam menonton sinetron per minggu
Between Groups
df
Mean Square
F
Sig.
(Combined) 4107.350
7
586.764
2.742
.017
Linearity
1339.865
1
1339.865
6.261
.016
Deviation from Linearity
2767.485
6
461.247
2.155
.062
Within Groups
11128.583
52
214.011
Total
15235.933
59
Nilai signifikansi linearity sebesar 0,016, karena signifikansi < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel perilaku konsumtif dan intensitas menonton sinetron terdapat hubungan yang linear.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Nonparametric Correlations Correlations
Spearman's rho
jumlah jam menonton sinetron per minggu
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
skor skala perilaku konsumtif
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
jumlah jam menonton sinetron per minggu 1.000
skor skala perilaku konsumtif .354(**)
.
.003
60
60
.354(**)
1.000
.003
.
60
60
** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Signifikansi (0,003) < α (0,05), maka Ho ditolak. Jadi ada hubungan antara kedua variabel. Nilai r positif berarti ada hubungan yang positif diantara kedua variabel. Semakin tinggi intensitas menonton sinetron, maka tingkat perilaku konsumtif juga semakin tinggi. Nilai r (0,354) menunjukkan derajat hubungan yang rendah antara kedua variabel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
jumlah jam menonton sinetron per minggu
60
1
9
3.13
2.087
skor skala perilaku konsumtif
60
60
148
104.03
16.070
Valid N (listwise)
60
jumlah jam menonton sinetron per minggu
Valid
Frequency 12
Percent 20.0
Valid Percent 20.0
Cumulative Percent 20.0
1-3 jam
18
30.0
30.0
50.0
4-6 jam
12
20.0
20.0
70.0
7-9 jam
6
10.0
10.0
80.0
10-12 jam
2
3.3
3.3
83.3
13-15 jam
6
10.0
10.0
93.3
16-18 jam
1
1.7
1.7
95.0
lebih dari 21 jam
3
5.0
5.0
100.0
60
100.0
100.0
kurang dari 1 jam
Total
perilaku menonton iklan
Frequency Valid
memindahkan saluran televisi ke stasiun lain
44
melakukan kegiatan lain
16
Total
60
Percent
Valid Percent
73.3
73.3
73.3
26.7
26.7
100.0
100.0
100.0
usia subjek
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
15
13
21.7
21.7
21.7
16
14
23.3
23.3
45.0
17
6
10.0
10.0
55.0
18
10
16.7
16.7
71.7
19
10
16.7
16.7
88.3
20
7
11.7
11.7
100.0
60
100.0
100.0
Total
Cumulative Percent