HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016
Karina AS 1) Nurlina dan Siti Novianti 2) Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Epidemiologi 1) Universitas Siliwangi Dosen Pembimbing Bagian Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan 2) Universitas Siliwangi ABSTRAK Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari 2 minggu. Penyakit saluran pencernaan yang sering diderita oleh anak sekolah dasar salah satunya adalah diare. Frekuensi jajan merupakan salah satu faktor yang dapat berpengaruh pada kejadian dan kegawat daruratan kejadian diare. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan frekuensi jajan dengan kejadian diare akut pada anak sekolah dasar. Metode penelitian menggunakan survei dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan systematic random sampling. Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Jumlah sampel yang di analisis sebanyak 47 dari populasi sebanyak 93. Analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 47 sampel, 48,9% responden menderita diare akut dan 51,1% tidak mengalami diare akut. Sebanyak 55,3% memiliki frekuensi jajan sering dan 44,7 mempunyai frekuensi jajan jarang. Analisis menggunakan chi-square ada terdapat hubungan antara frekuensi jajan dengan kejadian diare akut pada anakp value = 0,05 (OR = 7,200 ; 95% CI = 1,958 – 26,541). Nilai p value <0,05. Disarankan pedagang di sekitar sekolah lebih menerapkan hygiene personal yang baik agar kualitas jajanan lebih baik. Kepustakaan : 38 (2007-2015) Kata kunci : Frekuensi jajan, diare akut, siswa
1
RELATED OF FREKUENCY’S SNACKING BEHAVIOR OF ELEMENTARY SCOOL WITH DIARRHEA ACUTE AT ELEMENTARY STUDENTS IN CIBEUREUM 1 ELEMENTARY SCHOOL TASIKMALAYA 2016 ABSTRACT Acute diarrhea is defecate more than 3 times per day, with a change in stool consistency to a liquid with or without mucus and blood, which lasted less than two weeks. Gastrointestinal disease that is often suffered by children of primary school one of them is diarrhea. Snack frequency is one factor that can influence the occurrence and incidence of diarrhea emergencies. The purpose of this study was to determine the frequency relationship with the incidence of acute diarrhea snacks on elementary school children. Menggunakansurvei research method with cross sectional approach. The sampling technique using sampling systematicrandom. The instrument used was questionnaire. The number of samples in the analysis of as many as 47 out of a population of 93. Univariate analysis using frequency distribution and bivariate analysis using chi-square test. The results showed that of the 47 samples, 48.9% of respondents suffered from acute diarrhea and 51.1% did not experience acute diarrhea. A total of 55.3% had frequent snack frequency and has a frequency of 44.7 snack sparse. Chi-square analysis using no correlation between the frequency of the incidence of acute diarrhea snack on anakp value = 0.05 (OR = 7.200; 95% CI = 1.958 to 26.541). P value <0.05. Suggested traders around schools better implement good personal hygiene in order to better quality snacks. Bibliography: 38 (2007-2015) Keywords: Frequency snacks, acute diarrhea, students
2
1. PENDAHULUAN Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari 2 minggu (Subagyo B dan Nurtjahjo BS, 2010). Penyakit saluran pencernaan yang sering diderita oleh anak sekolah dasar salah satunya adalah diare. Hal itu dimungkinkan karena anak-anak banyak yang membeli makanan jajanan yang sembarangan. Anak usia sekolah dasar cenderung memilih jenis jajanan yang murah, biasanya makin rendah harga satu barang atau jajanan makin rendah pula kualitasnya seperti digunakannya bahan-bahan makanan yang kurang baik dan biasanya sudah tercemar oleh kuman. Pengawasan terhadap keamanan pangan di Indonesia yang dijalankan oleh pemerintah hingga saat ini belum berjalan maksimal. Hal ini dibuktikan dengan masih beredarnya makan yang tidak layak konsumsi oleh masyarakat. Dikatakan tidak layak konsumsi karena makan tersebut masih mengandung zat berbahaya untuk tubuh. Zat berbahaya tersebut dapat berupa bahan tambahan pangan yang tidak diperbolehkan dan kontaminasi mikroorganisme (Ayuningtyas, 2012). Salah satu jenis makan yang belum mendapat pengawasan maksimal dari pemerintah adalah jajanan anak sekolah. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya bahan pewarna berbahaya, pemanis yang tidak diperbolehkan atau kontaminasi oleh mikroorganisme. Perilaku dan frekuensi jajan merupakan salah satu faktor yang dapat berpengaruh pada kejadian dan kegawatdaruratan kejadian diare. Presepsi masyarakat mengenai perilaku makan atau minum data dilihat dari kebiasaan makanan, jenis makanan yang sering dikonsumsi, tempat memperoleh makanan atau minuman (kaki lima, masakan sendiri, dan lain-lain),kesukaan terhadap jenis makanan atau minuman (manis, pedas, dingin, dan lain-lain), kondisi sosial fisik tempat penjual makanan atau minuman, keamanan atau minuman yang dijual, dan tingkat hygiene sanitasi makanan yang dijual. Frekuensi konsumsi jajan yang mengakibatkan diare yaitu perilaku anak yang jajan lebih dari 3 kali dalam sehari, seperti makanan yang digoreng, minuman es, kue, keringan asin. Rata-rata 8-10 siswa absen dari kegiatan belajar mengajar di sekolah disebabkan karena diare (Sarbini, 2005). Adapun berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti kepada siswa SD Cibeureum I tanggal 15 Juni 2016 menunujukan bahwa siswa mempunyai rata-rata jajan lebih dari 3 kali sehari di sekitar sekolah SD. Menurut data dari Puskesmas Kota Baru menunjukan sebanyak 23% anak umur 5-14 mengalami diare (Puskesmas Cibeureum, 2015) Berdasarkan uraian tersebut peneliti bermaksud melakukan penelitian mengenai “Hubungan Frekuensi Jajan Anak dengan Kejadian Diare Akut studi pada SD Cibeureum I Kota Tasikmalaya”.
3
2. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pendekatan cross sectional, karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan frekuensi jajan anak dengan kejadian diare akut pada anak sekolah dasar. 3. HASIL PENELITIAN a. Analisis Univariat 1. Kejadian Diare Akut Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Kejadian Diare Akut di SDN Cibeureum 1 Kota Tasikmalaya Tahun 2016 No 1. 2.
Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase (%)
Diare Akut Tidak Diare Total
23 24 47
48,9 51,1 100,0
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui dari 47 responden terdapat responden dengan Kejadian diare akut sebanyak 23 orang (48,9%) sedangkan tidak diare sebanyak 24 orang (51,1%). 2. Frekuensi Jajan Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Frekuensi Jajanan di SDN Cibeureum 1 Kota Tasikmalaya Tahun 2016 No
Frekuensi Jajanan
1. Sering ≥ median (2,3) 2. Jarang > median (2,3) Total
Frekuensi
Persentase (%)
26 21 47
55,3 44,7 100,0
Berdasarkan tabel 4.7 diketahui dari 47 responden sebagian banyak mempunyai frekuensi jajan yang sering yaitu sebanyak 26 orang (55,3%). Hasil frekuensi tersebut dilihat dari setiap responden apakah lebih atau kurang dari median sehingga dapat dikategorikan jajanan yang sering dikonsumsi oleh siswa SDN Cibeureum 1 adalah tahu bulat.
4
b. Analisis Bivariat Hubungan Frekuensi Jajan Dengan Kejadian Diare Akut Berdasarkan pengujian hubungan frekuensi jajan dengan kejadian diare akut dengan menggunakan uji chi-square diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.8 Hubungan Frekuensi Jajan Dengan Kejadian Diare Akut Di SDN Cibeureum 1 Kota Tasikmalaya Tahun 2016 Kejadian Diare Akut Diare Tidak Diare
Frekuensi Jajanan Sering ≥ median (2,3) Jarang > median (2,3)
18 (69,2%)
8 (30,8)
5 (23,8)
16 (76,2%)
Total
23 (48,9%)
24 (51,1%)
Total 26 (100,0%) 21 (100,0%) 47 (100,0%)
p value
OR
95% CI
0,05
7,200
1,95326,541
Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa proporsi responden yang mengalami diare akut lebih banyak diperoleh dari anak yang memiliki frekuensi jajan yang sering (69,2%) dibandingkan yang jarang (23,8%). Hasil analisis pada tabel 4.8 diperoleh p value = 0,05 (OR = 7,200 ; 95% CI = 1,958 – 26,541). Nilai p value <0,05 sehingga dikatakan bahwa ada hubungan antara frekuensi jajan dengan kejadian diare akut. Nilai Odds Ratio adalah 7,200 yang artinya bahwa siswa mempunyai frekuensi jajan sering berisiko menderita diare 7,2 kali lebih besar dibandingkan dengan yang jarang jajan. 4. PEMBAHASAN Hubungan Frekuensi Jajan Dengan Kejadian Diare Akut Pada Anak Sekolah Dasar Analisis bivariat diperoleh (OR = 7,200 ; 95% CI = 1,958 – 26,541). Ada hubungan antara frekuensi jajan dengan kejadian diare akut. Penelitian yang dilakukan di SDN Sukatani 4 dan SDN Sukatani 7 yang melibatkan 124 siswa diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara frekuensi jajan dengan kejadian diare akut (P=0,009) (Ayuningtyas, 2012). Penelitian lain dari Ruchiyat, 2007 menunjukkan ada hubungan antara frekuensi konsumsi makanan jajanan dengan kejadian diare pada anak SD. Penelitian ini juga sejalan dengan Sri, 2007 yang dilakukan di Kecamatan Mustikajaya, Bekasi menunjukkan bahwa kontaminasi jajanan anak sekolah dasar oleh bakteri E. coli erat hubungannya dengan kejadian diare dengan nilai p = 0,04 dan nilai RR = 3,4 (95% CI : 1,395-8,395). Anak usia sekolah dasar cenderung memilih jenis jajanan yang murah, biasanya makin rendah harga satu barang atau jajanan makin rendah pula kualitasnya seperti digunakannya bahan-bahan makanan yang kurang baik dan biasanya sudah tercemar oleh kuman (Nurina, 2012).
5
Perilaku dan frekuensi jajan merupakan salah satu faktor yang dapat berpengaruh pada kejadian dan kegawatdaruratan kejadian diare. Presepsi masyarakat mengenai perilaku makan atau minum data dilihat dari kebiasaan makanan, jenis makanan yang sering dikonsumsi, tempat memperoleh makanan atau minuman (kaki lima, masakan sendiri, dan lain-lain),kesukaan terhadap jenis makanan atau minuman (manis, pedas, dingin, dan lain-lain), kondisi sosial fisik tempat penjual makanan atau minuman, keamanan atau minuman yang dijual, dan tingkat hygiene sanitasi makanan yang dijual (Sarbini, 2005). Frekuensi konsumsi jajan yang mengakibatkan diare yaitu perilaku anak yang jajan lebih dari 3 kali dalam sehari, seperti makanan yang digoreng, minuman es, kue, keringan asin. Rata-rata 8-10 siswa absen dari kegiatan belajar mengajar di sekolah disebabkan karena diare. Makanan jajanan memegang peranan yang cukup penting dalam memberikan asupan energi dan zat gizi lain bagi anak-anak usia sekolah. Konsumsi makanan jajanan anak sekolah perlu diperhatikan karena aktivitas anak yang tinggi. Konsumsi makanan jajanan anak diharapkan dapat memberikan kontribusi energi dan zat gizi lain yang berguna untuk pertumbuhan anak (Khairuna Hamida, 2012). Dari hasil penelitian didapatkan ada hubungan yang signifikan antara frekuensi jajan dengan kejadian diare. Jajanan yang dijualbelikan biasanya tidak mengindahkan pedoman dalam kesehatan. Kurangnya penutupan dan keterbukaan makanan terhadap lalat, serangga dan hama tidak hanya akan menyebabkan penyakit tetapi juga pertimbangan nilai-nilai estetika. 5. SIMPULAN a. Penelitian yang dilakukan pada anak sekolah dasar di SDN Cibeureum 1 Kota Tasikmalaya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: b. Ada hubungan antara frekuensi jajan anak dengan kejadian diare akut dengan nilai p value = 0,05 (OR = 7,200 ; 95% CI = 1,958 – 26,541). 6. SARAN a. Saran Bagi SDN Cibeureum 1 SDN Cibeureum 1 bekerja sama dengan dinkes memberikan penyuluhan kepada pedagang setempat untuk lebih menerapkan personal hygiene personal atau kebersihan perorangan agar kualitas jajanan lebih baik. Hal ini dilakukan karena jajanan tersebut merupakan jajanan yang banyak diminati oleh anak SD. b. Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat dilakukannya penelitian lebih lanjut dengan jenis desain penelitian yang berbeda mengenai faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan diare pada anak sekolah dasar.
6
DAFTAR PUSTAKA Ayuningtyas, Nurina. 2012. Hubungan Frekuensi Jajan Anak Dengan Kejadian Diare Akut Pada Anak Sekolah Di SDN Sukatani 4 Dan SDN Sukatani 7 Kelurahan Sukatani. Skripsi Universitas. Indonesia. Ruchiyat, A. 2007. Hubungan Antara Higiene Perorangan, Frekuensi Konsumsi Dan Sumber Makanan Jajanan Dengan Kejadian Diare. Skripsi Universitas Gadjah Mada Yoyakarta. Puskesmas Kota Baru. 2015. Profil Puskesmas Kota Baru Kota Tasikmalaya.
7