HUBUNGAN FAKTOR MATERNAL DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM SPONTAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG
Skripsi Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan pendidikan Tahap Akademik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang
Disusun oleh : Retno Suciana H2A013019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016
i
http://repository.unimus.ac.id
ii
http://repository.unimus.ac.id
iii
http://repository.unimus.ac.id
iv
http://repository.unimus.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat yang dilimpahkanNya,sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Hubungan Faktor Maternal dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan di RSUD Tugurejo Semarang “. Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi sebagian persyaratan tahap pendidikan akademik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. Skripsi ini dapat terlaksana berkat bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi - tingginya kepada : 1. Prof. DR. dr. Rifki Muslim, Sp.B, Sp.U selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan keahlian. 2. dr. Merry Tyas Anggraini, M.Kes selaku Ketua Tahap Pendidikan Akademik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan keahlian. 3. dr. Muhamad Taufiqy, Sp.OG(K), selaku pembimbing I dalam penelitian ini yang banyak memberikan dorongan, petunjuk dan koreksi mulai dari awal sampai akhir skripsi ini. 4. dr. M. Riza Setiawan selaku pembimbing II dalam penelitian ini yang banyak memberikan dorongan, petunjuk dan koreksi mulai dari awal sampai akhir skripsi ini. 5. dr. Muhammad Irsam, Sp.OG selaku penguji yang telah memberikan kritik dan saran selama penyusunan skripsi ini. 6. Tenaga Kesehatan RSUD Tugurejo Semarang yang telah membantu untuk mendapatkan data rekam medis pasien bersalin yang diperlukan dalam rancangan penelitian ini. 7. Suyudi dan Roanah selaku orang tua, keluarga serta sahabat tercinta yang telah mendukung dan mendoakan penulis.
v
http://repository.unimus.ac.id
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan propsal skripsi ini. Semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.
Semarang,5 Desember 2016 Penulis,
Retno Suciana
vi
http://repository.unimus.ac.id
Hubungan Faktor Maternal dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan di RSUD Tugurejo Semarang Retno Suciana(1) M. Taufiqy(2) M. Riza Setiawan(3) ABSTRAK Latar Belakang : Ruptur perineum merupakan robekan perineum atau perlukaan jalan lahir yang terjadi pada saat kelahiran bayi baik menggunakan alat maupun tidak. Prevalensi ibu bersalin yang mengalami ruptur perineum di Indonesia pada golongan umur 25-30 tahun yaitu 24%, dan pada ibu umur 32-39 tahun sebesar 62%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor maternal yang berhubungan dengan kejadian ruptur perineum spontan pada ibu bersalin di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016. Metode : Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasinya adalah seluruh ibu bersalin spontan di RSUD Tugurejo Semarang periode Agustus - Oktober 2016. Cara pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling diperoleh 304 sampel. Instrumen penelitian ini yaitu lembar observasi dan analisis data menggunakan uji ChiSquare yang meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariat. Hasil : Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh bahwa ada hubungan antara paritas (p = 0,009), jarak kelahiran (p = 0,002) dan lama persalinan kala II (p = 0,000) dengan kejadian ruptur perineum, serta tidak ada hubungan antara partus presipitatus (p = 0,141) dengan kejadian ruptur perineum. Lama persalinan kala II menjadi variabel bebas yang paling berpengaruh terhadap kejadian ruptur perineum spontan. Kesimpulan : Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa kejadian ruptur perineum spontan di RSUD Tugurejo Semarang lebih banyak dialami oleh ibu primipara dan lebih banyak persalinan dengan jarak kelahiran serta lama persalinan kala II yang beresiko sehingga rentan terjadinya ruptur perineum spontan pada persalinan normal. Kata kunci : Ruptur Perineum, Paritas, Jarak Kelahiran, Partus Presipitatus, Lama Persalinan Kala II 1)
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang Staf Pengajar Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang 3) Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang 2)
vii
http://repository.unimus.ac.id
Hubungan Faktor Maternal dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan di RSUD Tugurejo Semarang Retno Suciana(1) M. Taufiqy(2) M. Riza Setiawan(3)
ABSTRACT Background : Perineal rupture is perineal tears or injuries to the birth canal that occurs at the time of childbirth either use a tool or not. The prevalence of mothers experiencing perineal tears in Indonesia at the age group of 20-30 years old is 24% and on the mothers aged 32-39 years old is 62%. The purpose of this study to determine the maternal factor associated with the occurrence od spontaneous rupture of the perineum in women giving birth at Tugurejo Semarang Regional Hospital in 2016. Method : The research method used observational analytic with cross sectional approach. Whole population birth mothers spontaneously in Tugurejo Semarang Regional Hospital on periode August – October 2016. Sampling using total sampling technique was obtained 304 respondents. The instruments used sheets of observation and data analysis using Chi-Square test consist of univariate, bivariate and multivariate analysis. Result : Based on statistical tests showed that there is a correlation between parity (p = 0,009), birth spacing (p = 0,002) and long second stage of labor (p = 0,000) with spontaneous perineal rupture, and there was no correlation between precipitous labor (p = 0,141) with spontaneous of perineal rupture phenoment. Long second stage of labor become independent variabel the influence to spontaneous of perineal rupture. Conclusion : Spontaneous of perineal rupture in Tugurejo Semarang Regional Public Hospital more experienced by mother primiparity and the most of childbirth whith birth spacing and that risky long second stage of labor sovulnerable to the occurence of spontaneous perineal rupture in normal births. Keywords : Spontaneous Rupture Perineal, Parity, Birth Spacing, Precipitous Labor, Long Second Stage Labor
1)
Student of Faculty Muhammadiyah Semarang University The Lecture of Obstetrical Gynecology In Medical Faculty Muhammadiyah Semarang University 3) The Lecture of Medical Faculty Muhammadiyah Semarang University 2)
viii
http://repository.unimus.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................. iv KATA PENGANTAR ..................................................................................... v ABSTRAK...................................................................................................... vii DAFTAR ISI.................................................................................................... ix DAFTAR TABEL............................................................................................ xi BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang............................................................................ 1 B. Rumusan Masalah....................................................................... 2 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 2 D. Keaslian Penelitian ..................................................................... 3 E. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 5 A. Ruptur Perineum ......................................................................... 5 1. Pengertian Ruptur Perineum .................................................. 5 2. Pembagian Ruptur Perineum.................................................. 5 3. Risiko Ruptur Perineum......................................................... 5 4. Penanganan Ruptur Perineum ................................................ 6 5. Pengobatan Ruptur Perineum................................................. 6 6. Komplikasi ............................................................................. 7 B. Persalinan.................................................................................... 8 1. Pengertian Persalinan ............................................................. 8 2. Tahap – tahap Persalinan menurut JNPKR-2008................... 8 3. Sebab-sebab menimbulkan persalinan ................................... 10 4. Tanda-tanda Permulaan Persalinan ........................................ 11 5. Tanda Inpartu............................................ ............................. 11 ix
http://repository.unimus.ac.id
6. Faktor-faktor Penting dalam Persalinan................................. 11 C. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Ruptur Perineum Pada Ibu Bersalin ........................................................................ 12 1. Faktor Maternal...................................................................... 12 2. Faktor Janin............................................................................ 16 3. Faktor Penolong ..................................................................... 18 D. Kerangka Teori ........................................................................... 22 E. Kerangka Konsep........................................................................ 23 F. Hipotesis ..................................................................................... 23 BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................. 24 A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 24 B. Rancangan Penelitian.................................................................. 24 C. Populasi dan Sampel................................................................... 24 1. Populasi .................................................................................. 24 2. Sampel.................................................................................... 24 D. Variabel Penelitian...................................................................... 25 1. Variabel bebas........................................................................ 25 2. Variabel terikat....................................................................... 25 E. Definisi Operasional ................................................................... 26 F. Bahan dan Alat............................................................................ 27 G. Prosedur Penelitian ..................................................................... 27 H. Alur Penelitian ............................................................................ 28 I.
Pengolahan Data ......................................................................... 28
J.
Analisis Data............................................................................... 29
K. Jadwal Penelitian ........................................................................ 30 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 32 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................44 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 46 LAMPIRAN.....................................................................................................48
x
http://repository.unimus.ac.id
DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Tabel 15. Tabel 16.
Orisinalitas penelitian Perbedaan fase pada Primipara dan Multipara Lamanya persalinan pada primi dan Multi Definisi Operasional Variabel Coding Jadwal Penelitian Distribusi frekuensi berdasarkan kejadian ruptur perineum spontan Distribusi frekuensi berdasarkan paritas Distribusi frekuensi berdasarkan jarak kelahiran Distribusi frekuensi berdasarkan partus presipitatus Distribusi frekuensi berdasarkan Lama persalinan kala II Hubungan Paritas dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan Hubungan Jarak Kelahiran pada Multipara dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan Hubungan Partus Presipitatus dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan Hubungan Lama Kala II dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan Uji Regresi Logistik
xi
http://repository.unimus.ac.id
1.1 Hal 3 9 10 26 29
32 32 32 33 33 34 34 35 36 37
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Ruptur perineum merupakan robekan perineum atau perlukaan jalan lahir yang terjadi pada saat kelahiran bayi baik menggunakan alat maupun tidak. Robekan yang terjadi bisa luka episiotomi, robekan perineum spontan derajat ringan sampai ruptur perinei totalis (sfingter ani terputus). Ruptur perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Proses persalinan normal hampir 90% yang mengalami robekan perineum, baik dengan atau tanpa episiotomi.1 Di Asia masalah robekan perineum cukup banyak dalam masyarakat, 50% dari kejadian robekan perineum di dunia terjadi di Asia. Ruptur perineum dialami oleh 85% wanita yang melahirkan pervaginam. Prevalensi ibu bersalin yang mengalami robekan perineum di Indonesia pada golongan umur 25-30 tahun yaitu 24%, dan pada ibu umur 32-39 tahun sebesar 62%. Ruptur perineum perlu mendapatkan perhatian karena dapat menyebabkan disfungsi organ reproduksi wanita, sebagai sumber perdarahan, dan sumber atau jalan keluar masuknya infeksi, yang kemudian dapat menyebabkan kematian karena perdarahan atau sepsis.2,3 Menurut Dwi Mayang Puspasari, dalam studi pendahuluannya di BPS Cristin Sulastri daerah Lamper Krajan Semarang tahun 2010 mengatakan bahwa dari 121 ibu bersalin normal didapatkan yang tidak mengalami ruptur perineum (32,2%), ruptur derajat I (24,8%), derajat II (33,9%), derajat III (6,6%), derajat IV (2,5%). Ruptur perineum derajat III dan IV didapatkan pada 0,6% – 0,9% dari semua persalinan pervaginam dimana dilakukan episiotomi mediolateralis.4 Data dari Bidan Praktek Swasta Hj. Sri Wahyuni, S.SiT pada bulan November-Desember 2011 ditemukan ibu bersalin normal yang mengalami laserasi perineum sebanyak 56 orang (80%) dan yang tidak mengalami laserasi perineum 14 orang (20%) dari 70 pasien. Laserasi perineum dapat mengakibatkan perdarahan sesuai derajat laserasi yang terjadi, pada laserasi perineum derajat I
1
http://repository.unimus.ac.id
dan II jarang terjadi perdarahan, namun pada laserasi perineum derajat III dan IV sering menyebabkan perdarahan postpartum.4 Menurut Lysa Destiati dan Fitria Prabandari dalam penelitiannya di RSIA Bunda Arif Porwokerto menyatakan bahwa dari 252 ibu bersalin spontan yang mengalami ruptur perineum sebanyak 169 orang (67,1%) dan yang tidak mengalami ruptur perineum sebanyak 83 orang (32,9 %).5 Dari data diatas menunjukkan bahwa kejadian ruptur perineum dapat disebabkan oleh berbagai faktor terutama faktor maternal dan menjadi salah satu masalah yang dialami oleh sebagian besar ibu bersalin spontan. Maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan faktor maternal dengan kejadian ruptur perineum spontan di RSUD Tugurejo Semarang. B. Rumusan Masalah Adakah hubungan faktor maternal dengan kejadian ruptur perineum spontan di RSUD Tugurejo Semarang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan faktor maternal dengan kejadian ruptur perineum spontan di RSUD Tugurejo Semarang selama periode Januari - Juni 2016. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan jumlah ibu bersalin yang mengalami ruptur perineum pada persalinan spontan. b. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan kejadian ruptur perineum spontan. c. Untuk mengetahui hubungan partus presipitatus dengan kejadian ruptur perineum spontan. d. Untuk mengetahui hubungan jarak kelahiran dengan kejadian ruptur perineum spontan. e. Untuk mengetahui hubungan lama persalinan kala II dengan kejadian ruptur perineum spontan.
2
http://repository.unimus.ac.id
f. Menganalisis faktor maternal (paritas, partus presipitatus, jarak kelahiran, lama persalinan kala II) yang paling berpengaruh terhadap kejadian ruptur perineum spontan di RSUD Tugurejo Semarang.
D. Keaslian Penelitian Tabel 1.1. Keaslian Penelitian Nama, Judul, Tahun
Tujuan
Metode
Trisnasari,Anggun Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ruptur perineum spontan di RSUD Kebumen tahun 2013
untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ruptur perineum spontan pada ibu bersalin di RSUD Kebumen Tahun 2013.
Rusmawar,Cut Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya laserasi pada persalinan normal di Puskesmas Tanah Jambo Aye Panton Labu
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya laserasi pada persalinan normal di Puskesmas Tanah Jambo Aye Panton Labu
Survey analitik dengan pendekatan cross sectional
Survey analitik dengan pendekatan cross sectional
Hasil ada hubungan antara paritas (p = 0,049, OR = 1,532), berat badan lahir (p = 0,028, OR = 1,682), lama persalinan kala II (p = 0,000, OR = 9,937) dengan kejadian ruptur perineum spontan, serta tidak ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian ruptur perineum spontan (p = 0,912). menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 (0,000) yang artinya ada pengaruh antara terjadinya laserasi pada persalinan dengan berat badan bayi. Nilai p < 0,05 (0,004) yang artinya ada pengaruh antara terjadinya laserasi pada persalinan dengan paritas. Nilai p < 0,05 (1,000) yang artinya tidak ada pengaruh antara terjadinya laserasi pada persalinan dengan jarak kelahiran.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel penelitian, analisis data hingga multivariat, waktu penelitian dan sampel penelitian yang diambil di RSUD Tugurejo Semarang sehingga terdapat perbedaan karakteristik demografis dan individu.
3
http://repository.unimus.ac.id
E. Manfaat 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan faktor maternal dengan kejadian ruptur perineum spontan yang berdampak pada perdarahan pasca persalinan. 2. Manfaat praktis a. Bagi Tenaga Kesehatan Dengan adanya penelitian ini ,diharapkan tenaga kesehatan dapat mengurangi angka kejadian ruptur perineum spontan pada persalinan pervaginam. b. Bagi Institusi Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam proses pembelajaran dan dalam rangka meningkatkan upaya-upaya untuk pencegahan kejadian ruptur perineum spontan serta menjadi referensi pada penelitian selanjutnya. c. Bagi Masyarakat Memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian ruptur perineum spontan pada persalinan pervaginam dalam usaha mengurangi dampak risiko perdarahan pasca persalinan.
4
http://repository.unimus.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ruptur Perineum 1. Pengertian Ruptur Perineum Ruptur perineum adalah robekan perineum yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan maupun dengan menggunakan alat atau tindakan. Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat. Robekan perineum terjadi pada hampir semua primipara dan tidak jarang pada persalinan berikutnya.1 2. Pembagian Ruptur Perineum Ruptur perineum dibagi dalam tingkatan-tingkatan sebagai berikut:6 1) Tingkat I : Ruptur hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perineum. 2) Tingkat II : Ruptur mengenai selaput lendir vagina dan otot perinea transversalis, tetapi tidak mengenai springter ani. 3) Tingkat III : Ruptur mengenai seluruh perineum dan otot springter ani. 4) Tingkat IV : Ruptur sampai mukosa rektum. 3. Risiko Ruptur Perineum Keluarnya bayi melalui jalan lahir sebagian besar menyebabkan robekan pada vagina dan perineum. Meski tidak tertutup kemungkinan robekan itu memang sengaja dilakukan untuk memperlebar jalan lahir. Risiko yang ditimbulkan karena robekan perineum adalah perdarahan, dengan perdarahan yang hebat ibu akan mengalami kondisi tidak berdaya, lemah, tekanan darah turun, anemia dan berat badan turun.7
5
http://repository.unimus.ac.id
4. Penanganan Ruptur Perineum Bila dijumpai robekan perineum segera dilakukan penjahitan luka dengan baik lapis demi lapis, dengan menghindari robekan terbuka ke arah vagina karena dapat tersumbat oleh bekuan darah yang akan menyebabkan kesembuhan luka menjadi lebih lama. Tujuan penjahitan robekan perineum adalah untuk menyatukan kembali jaringan tubuh dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu. Penjahitan dilakukan dengan cara jelujur menggunakan benang catgut kromik. Dengan memberikan anastesi lokal pada ibu saat penjahitan laserasi, dan mengulangi pemberian anestesi jika masih terasa sakit. Penjahitan dimulai satu cm dari puncak luka. Jahit sebelah dalam ke arah luar, dari atas hingga mencapai bawah laserasi. Pastikan jarak setiap jahitan sama dan otot yang terluka telah dijahit. Ikat benang dengan membuat simpul dalam vagina. Potong ujung benang dan sisakan 1,5 cm. Kemudian melakukan pemeriksaan ulang pada vagina dan anus untuk mengetahui terabanya jahitan pada rectum karena bisa menyebabkan fistula dan bahkan infeksi.7 5. Pengobatan Ruptur Perineum Pengobatan yang dapat dilakukan untuk ruptur perineum adalah dengan memberikan antibiotik yang cukup. Perawatan luka perineum pada ibu setelah melahirkan berguna untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan, menjaga kebersihan, mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan luka. Perawatan perineum umumnya bersamaan
dengan
perawatan
vulva.
Hal-hal
yang
perlu
diperhatikan adalah : a. Mencegah kontaminasi dengan rectum b. Menangani dengan lembut jaringan luka c. Membersihkan darah yang menjadi sumber infeksi dan bau.7
6
http://repository.unimus.ac.id
6. Komplikasi Risiko komplikasi yang mungkin terjadi jika rupture perineum tidak segera diatas, yaitu : a) Perdarahan Seorang wanita dapat meninggal karena perdarahan pasca persalinan dalam waktu satu jam setelah melahirkan. Penilaian dan penatalaksanaan yang cermat selama kala satu dan kala empat persalinan sangat penting. Menilai kehilangan darah yaitu dengan cara memantau tanda vital, mengevaluasi asal perdarahan, serta memperkirakan jumlah perdarahan lanjutan dan menilai tonus otot.8 b) Fistula Fistula dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya karena perlukaan pada vagina menembus kandung kencing atau rectum. Jika kandung kencing luka, maka air kencing akan segera keluar melalui vagina. Fistula dapat menekan kandung kencing atau rectum yang lama antara kepala janin dan panggul, sehingga terjadi iskemia.8 c) Hematoma Hematoma dapat terjadi akibat trauma partus pada persalinan karena adanya penekanan kepala janin serta tindakan persalinan yang ditandai dengan rasa nyeri pada perineum dan vulva berwarna biru dan merah. Hematoma dibagian pelvis bisa terjadi dalam vulva perineum dan fosa iskiorektalis. Biasanya karena trauma perineum tetapi bisa juga dengan varikositas vulva yang timbul bersamaan dengan gejala peningkatan nyeri. Kesalahan yang menyebabkan diagnosis tidak diketahui dan memungkinkan banyak darah yang hilang. Dalam waktu yang singkat, adanya pembengkakan biru yang tegang pada salah satu sisi introitus di daerah rupture perineum.8
7
http://repository.unimus.ac.id
d) Infeksi Infeksi pada masa nifas adalah peradangan di sekitar alat genetalia pada kala
nifas. Perlukaan pada
persalinan
merupakan tempat masuknya kuman ke dalam tubuh sehingga menimbulkan infeksi.8 B. Persalinan 1.
Pengertian Persalinan Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri), yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.6 Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).9
2.
Tahap-tahap persalinan menurut JNPKR, 2008: 1) Kala 1 (Kala Pembukaan) Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show), karena servik mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (affacemen) darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika servik mendatar dan terbuka. Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase yaitu : a. Fase Laten : dimana pembukaan servik berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7 – 8 jam b. Fase aktif berlangsung selama 6 jam dan dibagi 3 fase :
Periode Akselerasi : berlangsung 2 jam menjadi 4 cm
Periode dilaktasi Maksimal : selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm
8
http://repository.unimus.ac.id
Periode deselerasi : berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap
Fase – fase yang dikemukakan diatas dijumpai pada primigravida, dan perbedaan dengan multigravida adalah : Tabel 1.2 Perbedaan fase pada Primipara dan Multipara PRIMI Servik
MULTI mendatar Mendatar
(effacement) Berlangsung
dan
membuka
bisa
bersamaan Berlangsung 6 – 7 jam 13-14
jam
2) Kala II (kala pengeluaran janin) Pada kala pengeluaran janin his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin turun masuk keruang panggul sehingga terjadilah tekanan otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu merasakan seperti mau buang air besar,dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum merenggang. Dengan his mengedan yang terpimpin, akan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primipara 11/2-2 jam, pada multipara ½-1 jam. 3) Kala III Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang berisi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat
9
http://repository.unimus.ac.id
kemudian, timbul his pelepasan danpengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit, setelah plasenta terlepas. Terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc. 4) Kala IV Adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi lahir untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya post
partum Tabel 1.3 Lamanya persalinan pada primi dan Multi
3.
Primi
Multi
Kala I
13 jam
7 jam
Kala II
1 jam
½ jam
Kala III
½ jam
¾ jam
Lama Persalinan
141/2 jam
73/4 jam
Sebab – sebab yang menimbulkan persalinan 1.
Teori Penurunan Hormon 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormone estrogen dan progesterone. Progesteron bekerja sebagai
penenang
otot-otot
polos
rahim
dan
akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesterone turun. 2.
Teori Plasenta menjadi tua Akan
menyebabkan
turunnya
kadar
estrogen
dan
progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan
10
http://repository.unimus.ac.id
kontraksi rahim. 3.
Teori distensi rahim Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga menganggu sirkulasi utero plasenta.7
4.
Tanda-tanda Permulaan Persalinann 1) Lightening atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. 2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. 3) Perasaan sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin 4) Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi kontraksi lemah dari uterus. 5) Servik menjadi lebih lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah, bisa bercampur darah (bloody show)9
5. Tanda Inpartu a. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek. b. Dapat terjadi pengeluaran lendir atau lendir bercampur darah c. Dapat disertai ketuban pecah dini d. Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan servik : pelunakan, pendataran maupun pembukaan servik10
6. Faktor-faktor Penting Dalam Persalinan 1) Power 2) Pasanger 3) Passage11
11
http://repository.unimus.ac.id
C. Faktor-faktor yang berhubungan dengan ruptur perineum pada ibu bersalin. Faktor maternal 1) Partus presipitatus Partus presipitatus merupakan partus yang sudah selesai kurang dari tiga jam. His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan menyebabkan persalinan selesai dalam waktu yang sangat singkat. His yang terlalu kuat atau juga disebut hypertonic uterine contraction.12 Partus presipitatus ditandai dengan adanya sifat his normal, tonus otot di luar his juga biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. Bahaya partus presipitatus bagi ibu adalah terjadinya perlukaan jalan lahir, khususnya serviks uteri, vagina dan perineum, sedangkan bahaya untuk bayi adalah mengalami perdarahan dalam tengkorak karena bagian tersebut mengalami tekanan kuat dalam waktu yang singkat. Pada partus presipitatus keadaan diawasi dengan cermat, dan episiotomi dilakukan pada waktu yang tepat untuk menghindarkan terjadi ruptur perineum tingkat ketiga.12 2) Edema dan kerapuhan pada perineum. Pada proses persalinan jika terjadi oedem pada perineum maka perlu dihindarkan persalinan pervaginam karena dapat dipastikan akan terjadi laserasi perineum.3 3) Paritas Seorang Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan satu kali dengan janin yang telah mencapai batas viabilitas, tanpa mengingat janinnya hidup atau mati pada waktu lahir. Pada primipara perineum utuh dan elastis, sedang pada multipara tidak utuh, longgar dan lembek.4 12
http://repository.unimus.ac.id
Pada saat akan melahirkan kepala janin perineum harus ditahan, bila
tidak
ditahan
perineum
akan
robek
terutama
pada
primigravida. Dianjurkan untuk melakukan episiotomi pada primigravida atau pada perineum yang kaku. Dengan perineum yang masih utuh pada primi akan mudah terjadi robekan perineum.12 Klasifikasi Paritas adalah : a.
Primipara untuk hidup diluar adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak yang cukup besar untuk hidup didunia luar
b.
Multipara adalah wanita yang telah melahirkan anak lebih dari satu kali atau 2 anak atau lebih
c.
Grande Multipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebihdan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan.12
4) Umur Ibu Umur adalah dihitung berdasarkan tahun kelahiran yaitu lamanya hidup sejak lahir. Remaja wanita merupakan populasi risiko tinggi terhadap komplikasi kehamilan, penyulit ini terjadi karena pada remaja biasanya masih tumbuh dan berkembang sehingga memiliki kebutuhan kalori yang lebih besar dari wanita yang lebih tua. Sehingga akibatnya, mortalitas, perinatal, dan morbilitas meternal sangat tinggi pada remaja wanita hamil dibanding dengan wanita dalam usia 20-an. Wanita usia subur disebut sebagai masa dewasa dan disebut juga masa reproduksi, dimana pada masa itu diharapkan orang telah mampu untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan tenang secara emosional, dalam merawat kesehatan reproduksinya. Wanita usia subur dikategorikan menjadi: a.
Usia < 20 tahun adalah usia sebelum produktif
13
http://repository.unimus.ac.id
b.
Usia 20-35 tahun adalah periode usia produktif
c.
Usia >35 tahun adalah usia post produktif
Reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Wanita hamil pada umur muda (<
20
tahun)
dari
segi
biologis
perkembangan
alat-alat
reproduksinya belum sepenuhnya optimal. Dari segi psikis belum matang dalam mengahadapi tuntutan beban moril, dan emosional, dan dari segi medis sering mendapat gangguan. Sedangkan pada usia lebih dari 45 tahun, elastisitas dari otot-otot panggul dan sekitarnya serta alat-alat reproduksi pada umumnya mengalami kemunduran, juga wanita pada usia ini besar kemungkinan akan mengalami kelelahan.12,13 5) Kesempitan panggul dan CPD (chepalo pelvic disproportional) Merupakan disproporsi antara ukuran janin dengan ukuran panggul, dimana bentuk panggul tidak cukup lebar untuk mengakomodasi keluarnya janin pada kelahiran per vaginam. Jika tidak ada disproporsi (ketidaksesuaian) antara pelvis dan janin normal serta letak anak tidak patologis, maka persalinan dapat ditunggu spontan. Apabila dipaksakan mungkin janin dapat lahir namun akan terjadi trauma persalinan salah satunya adalah laserasi perineum.6,13 6) Jaringan parut pada perineum dan vagina. Pemeriksaan pada daerah perineum bertujuan untuk menemukan adanya jaringan parut akibat laserasi yang pernah terjadi sebelumnya atau bekas episiotomi, juga periksa adanya penipisan, fistula, massa, lesi, dan peradangan. Kadang-kadang setelah mengalami suatu persalinan traumatik disertai laserasi yang mengenai sfingter anus, otot belum benar-benar pulih. Jaringan parut pada jalan lahir akan menghalangi atau menghambat
14
http://repository.unimus.ac.id
kemajuan persalinan, sehingga episiotomi pada kasus ini dapat dipertimbangkan.5 7) Persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, ekstraksi forseps) Persalinan dengan tindakan menggunakan forcep menambah peningkatan cedera perineum ibu, trauma yang paling besar dengan menggunakan forsep rotasional. Persalinan dengan tindakan embriotomi harusmempertimbangkan keuntungan dan risiko komplikasi yang mungkin terjadi yaitu : perlukaan jalan lahir, cedera saluran kemih/ cerna, ruptura uteri, atonia uteri dan infeksi.16 8) Jarak kelahiran Jarak kelahiran adalah rentang waktu antara kelahiran anak sekarang dengan kelahiran anak sebelumnya. Jarak kelahiran kurang dari dua tahun tergolong risiko tinggi karena dapat menimbulkan komplikasi pada persalinan. Jarak kelahiran 2-3 tahun merupakan jarak kelahiran yang lebih aman bagi ibu dan janin. Begitu juga dengan keadaan jalan lahir yang mungkin pada persalinan terdahulu mengalami robekan perineum derajat tiga atau empat, sehingga proses pemulihan belum sempurna dan robekan perineum dapat terjadi.12 Adapun pembagian jarak kelahiran menurut Depkes, 2004 adalah a. Kurang dari 2 tahun b. Lebih dari 2 tahun Sejumlah sumber mengatakan bahwa jarak ideal kehamilan sekurang-kurangnya 2 tahun. Proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu dengan prioritas 1-3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata jarak kurang dari 2 tahun menunjukan proporsi kematian maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu yang singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa ke kondisi sebelumnya.17
15
http://repository.unimus.ac.id
9) Lama Persalinan kala II Lama persalinan kala II adalah
rentang waktu dari
pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi yang berlangsung < 2 jam pada primigravida dan < 1 jam pada multigravida. Pada primigravida, menghadapi kelahiran merupakan suatu pengalaman baru yang akan dialaminya tanpa mengetahui apa yang akan terjadi nantinya
sehingga
membuat
merasa
tertekan
dan
dapat
menimbulkan perasaan cemas dan khawatir sehingga menyebabkan partus lama.13
Faktor janin 1) Lingkar kepala janin Kepala janin merupakan bagian yang paling besar dan keras dari pada bagian-bagian lain yang akan dilahirkan. Janin dapat mempengaruhi jalannya persalinan dengan besarnya dan posisi kepala tersebut.6,13 Kepala janin besar dan janin besar dapat menyebabkan laserasi perineum. Kepala janin merupakan bagian yang terpenting dalam persalinan yang berpengaruh terhadap peregangan perineum pada saat kepala di dasar panggul dan membuka jalan lahir dengan diameter 5-6 cm akan terjadi penipisan perineum, sehingga pada perineum yang kaku dapat terjadi laserasi perineum. Pengendalian kecepatan dan pengaturan diameter kepala saat melalui introitus vagina dan perineum dapat mengurangi kemungkinan terjadinya robekan.6,19 2) Berat badan bayi Berat badan janin dapat mempengaruhi proses persalinan kala II. Berat neonatus pada umumnya < 4000 gr dan jarang mebihi 5000 gr. Kriteria janin cukup bulan yang lama kandungannya 40
16
http://repository.unimus.ac.id
pekan mempunyai panjang 48-50 cm dan berat badan 2750 – 3000 gram. Klasifikasi berat badan bayi lahir dapat dibedakan atas : 1. Bayi dengan berat normal yaitu 2500-4000 gram 2. Bayi dengan berat lebih yaitu ≥ 4000 gram 3. Bayi dengan berat rendah yaitu kurang dari 2500 gram Pada janin yang mempunyai berat lebih dari 4000 gram memiliki kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan adalah karena besarnya kepala atau besarnya bahu. Kepala janin besar dan janin besar dapat menyebabkan laserasi perineum.14 3) Presentasi defleksi Presentasi defleksi dibagi menjadi 3 yaitu defleksi ringan (presentasi puncak kepala), defleksi sedang (presentasi dahi), dan defleksi maksimal (presentasi muka). Pada sikap defleksi sedang, janin dengan ukuran normal tidak mungkin dapat dilahirkan secara pervaginam.6 4) Letak sungsang dengan after coming head Apabila terjadi kesukaran melahirkan kepala janin dengan cara mauriceau, dapat digunakan cunam piper (Wiknjosastro, 2007). Ekstraksi cunam adalah tindakan obstetric yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan jalan menarik bagian terbawah janin (kepala) dengan alat cunam. Komplikasi dapat timbul pada janin dan ibu, komplikasi pada janin adalah hematom pada kepala, perdarahan dalam tengkorak (intracranial hemorrhage), fraktur cranium, luka-luka lecet pada kepala. Sedangkan komplikasi yang terjadi pada ibu adalah rupture uteri, robekan pada portio uteri, vagina dan peritoneum, syok serta perdarahan postpartum.7,12
17
http://repository.unimus.ac.id
5) Distosia bahu Distosia bahu merupakan penyulit yang berat karena sering kali baru diketahui saat kepala sudah lahir dan tali pusat sudah terjepit antara panggul dan badan anak. Angka kejadian pada bayi dengan berat badan >2500 gram adalah 0,15%, sedangkan pada bayi dengan berat badan >4000 gram 1,7%. Distosia bahu umumnya terjadi pada makrosomia, yakni suatu keadaan yang ditandai oleh ukuran badan bayi yang relatif lebih besar dari ukuran kepalanya bukan semata-mata berat badan lebih >4000 gram. Kemungkinan makrosomia perlu dipikirkan bila dalam kehamilan terdapat penyulit-penyulit obesitas, diabetes melitus, kehamilan lewat waktu, atau bila dalam persalinan pemanjangan kala II. Distosia bahu juga dapat terjadi pada bayi anensefalus yang disertai kehamilan serotinus.15
Faktor penolong persalinan 1) Cara berkomunikasi dengan ibu Jalin kerjasama dengan ibu dan dapat mengatur kecepatan kelahiran bayi dan mencegah terjadinya laserasi. Kerjasama sangat bermanfaat saat kepala bayi pada diameter 5-6 cm tengah membuka vulva (crowning) karena pengendalian kecepatan dan pengaturan diameter kepala saat melewati introitus dan perineum dapat mengurangi kemungkinan robekan.6,8 2) Cara memimpin mengejan dan dorongan pada fundus uteri Setelah terjadi pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran apabila ada dorongan kuat dan spontan untuk meneran. Jangan menganjurkan untuk meneran berkepanjangan dan menahan nafas, anjurkan ibu beristirahat diantara kontraksi. Beritahukan pada ibu bahwa hanya dorongan alamiahnya yang mengisyaratkan ia untuk meneran dan kemudian beristirahat 18
http://repository.unimus.ac.id
diantara kontraksi. Penolong persalinan hanya memberikan bimbingan tentang cara meneran yang efektif dan benar.14 Ibu dipimpin mengejan saat ada his atau kontraksi rahim, dan istirahat bila tidak ada his. Setelah subocciput di bawah simfisis, ibu dianjurkan untuk berhenti mengejan karena lahirnya kepala harus pelan-pelan agar perineum tidak robek. Pimpinan mengejan pada ibu bersalin yang tidak sesuai dengan munculnya his dan lahirnya kepala dapat mengakibatkan laserasi perineum hingga derajat III dan IV.14,20 3) Anjuran posisi meneran Sebagai penolong persalinan harus membantu ibu untuk memilih posisi yang paling nyaman. Posisi meneran yang dianjurkan pada saat proses persalinan diantaranya adalah posisi duduk, setengah duduk, jongkok, berdiri, merangkak, dan berbaring miring ke kiri. Ibu dapat mengubah-ubah posisi secara teratur selama kala II karena hal ini dapat membantu kemajuan persalinan, mencari posisi meneran yang paling efektif dan menjaga sirkulasi utero-plasenter tetap baik. Keuntungan posisi duduk dan setengah duduk dapat memberikan rasa nyaman bagi ibu dan memberikan kemudahan baginya untuk beristirahat diantara kontraksi, dan gaya gravitasi mempercepat penurunan bagian terbawah janin sehingga berperan dalam kemajuan persalinan. Sedangkan untuk posisi jongkok dan berdiri membantu mempercepat kemajuan kala II persalinan dan mengurangi rasa nyeri. Beberapa ibu merasa bahwa merangkak atau berbaring miring ke kiri membuat mereka lebih nyaman dan efektif untuk meneran. Kedua posisi tersebut juga akan membantu perbaikan posisi occiput yang melintang untuk berputar menjadi posisi occiput anterior. Posisi merangkak dapat membantu ibu mengurangi rasa nyeri punggung saat persalinan. Posisi berbaring
19
http://repository.unimus.ac.id
miring ke kiri memudahkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi jika ibu kelelahan dan juga dapat mengurangi risiko terjadinya laserasi perineum.14,16 4) Ketrampilan menahan perineum pada saat ekspulsi kepala Saat kepala membuka vulva (5-6 cm), letakkan kain yang bersih dan kering yang dilipat 1/3 nya di bawah bokong ibu dan siapkan kain atau handuk bersih di atas perut ibu (untuk mengeringkan bayi segera setelah lahir). Lindungi perineum dengan satu tangan ( dibawah kain bersih dan kering), ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum. Melindungi perineum dan mengendalikan keluarnya kepala bayi secara bertahap dan hatihati dapat mengurangi regangan berlebihan (robekan) pada vagina dan perineum.14,20 5) Episiotomi Episiotomi adalah bedah yang dibuat di perineum untuk memudahkan proses kelahiran. Perineum harus dievaluasi sebelum waktu pelahiran untuk mengetahui
panjangnya,
ketebalan,
dan
distensibilitasnya.
Evaluasi ini membantu menentukan apakah episiotomi dilakukan atau tidak. Perineum yang sangat tebal dan kaku serta resisten terhadap distensi, sehingga memerlukan episiotomi. Indikasi utama episiotomi adalah gawat janin. Episiotoimi yang cepat sebelum saat crowning mungkin dilakukan dan dapat mencegah robekan yang tidak beraturan.18 Salah satu cara untuk mengurangi robekan pada vagina dan perineum yang tidak beraturan dan lebar adalah dengan cara melakukan episiotomi. Episiotomi dapat membuat luka atau 20
http://repository.unimus.ac.id
robekan yang beraturan dan sejajar, sehingga luka mudah untuk dijahit.19,21 Indikasi untuk melakukan episiotomi untuk mempercepat kelahiran bayi bila didapatkan: Gawat janin dan bayi akan segera dilahirkan dengan tindakan, penyulit kelahiran pervaginam ; sungsang, distosia bahu, ekstraksi cunam, Janin prematur untuk melindungi kepala janin dari perineum yang ketat, Jaringan parut pada perineum atau vagina yang memperlambat kemajuan persalinan.8,20
21
http://repository.unimus.ac.id
D. Kerangka Teori Faktor Maternal : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Paritas Umur ibu Jarak kelahiran Partus presipitatus Edema dan kerapuhan pada perineum CPD (Chepalo Pelvic Disproportional) Jaringan parut pada perineum Persalinan dengan tindakan Lama persalinan kala II
Faktor Penolong : Faktor Janin : 1. Lingkar kepala janin 2. Berat badan janin 3. Presentasi defleksi 4. Letak sungsang 5. Distosia bahu
Ibu bersalin dengan Ruptur Perineum
Robekan Jalan Lahir
Perdarahan Postpartum
22
http://repository.unimus.ac.id
1. Cara memimpin mengejan 2. Cara berkomunikasi 3. Ketrampilan menahan perineum saat ekspulsi kepala 4. Anjuran posisi meneran 5. Episiotomi
D. Kerangka Konsep Kecil kemungkinan untuk mengetahui penyebab ruptur perineum spontan secara
rinci.
Pada
faktor
maternal
seperti
CPD
(Chepalo
Pelvic
Disproportional), edema perineum, dan faktor janin dinilai sedikit jumlahnya, karena sebagian besar melalui persalinan sectio cesarea, sedangkan faktor penolong dianggap sudah berkompeten dan tidak tercatat, disamping itu terdapat keterbatasan waktu penelitian, sehingga diperoleh kerangka konsep sebagai berikut :
Faktor Maternal : Paritas Jarak Kelahiran Partus Presipitatus Lama Persalinan Kala II
Kejadian Ruptur Perineum Spontan
F. Hipotesis a. Ada hubungan antara faktor paritas dengan kejadian ruptur perineum spontan b. Ada hubungan antara faktor jarak kelahiran dengan kejadian ruptur perineum spontan c. Ada hubungan antara faktor partus presipitatus dengan kejadian ruptur perineum spontan d. Ada hubungan antara faktor lama persalinan kala II dengan kejadian ruptur perineum spontan
23
http://repository.unimus.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup 1. Ruang Lingkup Pengetahuan Penelitian ini menggunakan disiplin ilmu Obstetri dan Ginekologi 2. Ruang Lingkup Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di RSUD Tugurejo Semarang 3. Ruang Lingkup Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan pada peride Agustus – Oktober 2016
B. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan atau desain cross sectional.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi a. Populasi target Populasi target penelitian adalah semua persalinan spontan. b. Populasi terjangkau Populasi terjangkau penelitian ini adalah semua persalinan spontan yang tercatat di RSUD Tugurejo Semarang pada bulan Agustus – Oktober 2016. 2. Sampel Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Dalam penelitian ini digunakan perhitungan dengan rumus krejcie and morgan sebagai berikut:
=(
).
. . (
)
. (
)
24
http://repository.unimus.ac.id
Keterangan : n = besar sampel N = jumlah populasi x2 = asumsi tingkat keandalan (3,841) P = asumsi keragaman populasi (0,5) d = derajat kepercayaan yang diinginkan (0,05) 3,841 326 0,5(1−0,5)
= (326−1)
(0,05)2 +3,841 0,5(1−0,5)
n = 187 Dari penelitian ini didapatkan sampel minimal adalah 187 kasus yang memenuhi kriteria inklusi. a.
Kriteria inklusi a) Persalinan spontan b) Usia 20 - 35 tahun
b. Kriteria eksklusi a) Faktor janin meliputi berat badan bayi lahir > 4000 gram, letak sungsang, distosia bahu,dan kelainan kongenital. b) Persalinan dengan tindakan (Ekstraksi vakum,ekstraksi forseps) c) Pasien yang rekam mediknya tidak lengkap
D. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas Variabel bebas dari penelitian ini adalah faktor maternal yaitu paritas, jarak kelahiran, partus presipitatus dan lama persalinan kala II. 2. Variabel terikat Variabel terikat dari penelitian ini adalah ruptur perineum spontan.
25
http://repository.unimus.ac.id
E. Definisi Operasional Tabel 3.1 Tabel definisi operasioanal Variabel Variabel bebas Faktor maternal Paritas
Jarak Kelahiran
Partus Presipitatus
Lama persalinan kala II
Variabel terikat Ruptur perineum spontan
Definisi operasional
Kategori
Skala pengukuran
Frekuensi proses persalinan yang telah dialami pasien yang tercatat pada rekam medik di Bagian Kandungan RSUD Tugurejo periode JanuariDesember 2015. Rentang waktu antara kelahiran anak sekarang dengan kelahiran anak sebelumnya yang tercatat pada rekam medik RSUD Tugurejo Semarang. Persalinan yang terlalu cepat yakni kurang dari 3 jam yang tercatat pada rekam medik RSUD Tugurejo Semarang. Rentang waktu dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi yang berlangsung < 2jam pada primigravida dan < 1jam pada multigravida yang tercatat dalam rekam medik RSUD Tugurejo Semarang.
Primipara (melahirkan bayi aterm 1 kali) Multipara (melahirkan bayi aterm > 1 kali)
Nominal
> 2 tahun ≤ 2 tahun
Nominal
Ya Tidak
Nominal
Resiko Rendah : Primipara 1 ½-2 jam Multipara ½ -1 jam
Nominal
Robekan perineum yang terjadi pada saat bayi lahir secara spontan yang tercatat di rekam medik RSUD Tugurejo Semarang.
Ya Tidak
Resiko Tinggi : Primipara > 2 jam Multipara > 1jam
26
http://repository.unimus.ac.id
Nominal
F. Bahan dan Alat Pada penelitian ini bahan diambil dari data primer yaitu lembar observasi ibu bersalin spontan dan data sekunder berupa rekam medik bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD Tugurejo Semarang. G. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan Persiapan penelitian dimulai pada bulan Mei dengan pencarian informasi,
penentuan
tempat
pengambilan
sampel
dan
mengumpulkan data-data pendukung dari RSUD Tugurejo Semarang. 2. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Juni dengan melakukan penentuan sampel, pendataan dan pengkajian pasien dilihat dari rekam medis. 3. Tahap Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan pada penelitian ini merupakan data primer yang berasal dari observasi ibu bersalin spontan dan data sekunder yang berasal dari rekam medik pasien ibu bersalin dengan riwayat ruptur perineum pada persalinan normal di RSUD Tugurejo Semarang periode Agustus – Oktober 2016. Data yang dikumpulkan meliputi
identitas
pasien,riwayat
persalinan,paritas,
kelahiran,lama persalinan kala I dan II.
27
http://repository.unimus.ac.id
jarak
H. Alur Penelitian Ibu Bersalin Spontan
Kriteria eksklusi
Kriteria inklusi Ruptur Perineum Spontan (+)
Faktor risiko (+)
Ruptur Perineum Spontan (-)
Faktor risiko (-)
Faktor risiko (+)
Faktor risiko (-)
Pengumpulan data
Analisis data
Kesimpulan
I. Pengolahan Data dan Analisis Data Data yang terkumpul diperiksa kelengkapannya kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan bantuan komputer. Langkah-langkah pengolahan data meliputi: 1. Editing Merupakan kegiatan untuk mengetahui kelengkapan,ketepatan dan kesinambungan data pada lembar observasi yang akan diolah.
28
http://repository.unimus.ac.id
2. Coding
Merupakan kegiatan untuk mengklasifikasikan data berdasarkan kategorinya masing-masing. Pemberian kode dilakukan setelah data diedit untuk mempermudah pengolahan data, yaitu: Variabel Kejadian ruptur perineum spontan
Kategori Tidak Ya
Kode 2 1
Paritas
Kelahiran >1 Kelahiran 1
2 (risiko rendah) 1 (risiko tinggi)
Jarak kelahiran
> 2 tahun ≤ 2 tahun
2 (risiko rendah) 1 (risiko tinggi)
Partus presipitatus
> 3 jam < 3 jam
2 (risiko rendah) 1 (risiko tinggi)
Lama persalinan kala II
Primipara 1 ½-2 jam Multipara ½ -1 jam Primipara > 2 jam Multipara > 1jam
2 (risiko rendah) 1 (risiko tinggi)
3. Processing Merupakan kegiatan memproses data yang dilakukan dengan cara mengentry (memasukan data) ke dalam program komputer. 4. Cleaning Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak. J. Analisis Data Analisis data yang dilakukan meliputi analisis univariat, analisis bivariat dan dilanjutkan dengan analisis multivariat. 1. Analisis univariat Analisis univariat adalah analisis data yang dilakukan secara deskriptif untuk memperoleh gambaran nilai minimal, maksimal, rata-rata, simpangan baku dan distribusi frekuensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti.
29
http://repository.unimus.ac.id
2. Analisis bivariat Analisis bivariat adalah analisis data yang dilakukan untuk melihat hubungan antara faktor maternal sebagai variabel bebas dan kejadian ruptur perineum sebagai variabel terikat. Teknik yang digunakan adalah uji chi-square. Dengan tingkat kepercayaan 95% (α ≤ 0,05), jika p ≤ 0,05 maka terdapat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. 3. Analisais multivariat
Analisis multivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel bebas dengan variabel terikat dan variabel bebas mana yang paling besar pengaruhnya terhadap variabel terikat. Analisis multivariat dilakukan dengan cara menghubungkan beberapa variabel bebas dengan variabel terikat secara bersamaan. Karena variabel bebas bersifat dikotomis (kategorik), maka analisis yang digunakan regresi logistik ganda. Semua variabel kandidat dimasukkan bersama-sama untuk dipertimbangkan menjadi model dengan nilai signifikan (p < 0,05). Variabel terpilih dimasukkan kedalam model dan nilai p yang tidak signifikan dikeluarkan dari model, berurutan dari nilai p tertinggi.
30
http://repository.unimus.ac.id
1 . 3 . 4 . 5 . 6 8 . 9 .
Pembuatan proposal Ujian proposal Sampling Mengumpulkan data Pengolahan dan Analisis data Menulis laporan Ujian skripsi
31
http://repository.unimus.ac.id
DESEMBER
NOVEMBER
OKTOBER
SEPTEMBER
AGUSTUS
JULI
Kegiatan
JUNI
N o
MEI
K. Jadwal Penelitian Tabel 3.3 Jadwal Penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUD Tugurejo Semarang pada bulan Agustus – Oktober tahun 2016. Hasil penelitian mengenai hubungan faktor maternal dengan kejadian ruptur perineum spontan, didapatkan jumlah populasi sebanyak 326 sampel dengan ekslusi 18 sampel usia risiko tinggi dan 4 sampel tidak memiliki data yang lengkap, sehingga diperoleh 304 sampel yang memenuhi kriteria inklusi, dimana faktor maternal yang dimaksud dalam penelitian adalah paritas, jarak kelahiran, partus presipitatus dan lama persalinan kala II. 1. Analisis Univariat Berdasarkan data yang diperoleh dari 304 sampel penelitian, setelah dilakukan pengolahan data statistik di dapatkan hasil distribusi dan frekuensi sampel sebagai berikut : a. Ruptur Perineum Spontan Tabel 7. Distribusi frekuensi berdasarkan kejadian ruptur perineum spontan Variabel Frekuensi Persentase Ruptur perineum spontan Ya 72 23,7 Tidak 232 76,3 Jumlah
304
100
Dari data diatas menunjukkan frekuensi ibu bersalin dengan ruptur perineum spontan yaitu sebanyak 72 sampel (23,7%). b. Paritas Tabel 8. Distribusi frekuensi berdasarkan paritas Variabel Frekuensi Paritas Primipara 139 Multipara 165 Jumlah
304
Persentase 45,7 54,3 100
32
http://repository.unimus.ac.id
Data penelitian
menunjukkan
ibu bersalin yang termasuk dalam
kategori primipara sebanyak 139 sampel (45,7%) dan kategori multipara (54,3%). c. Jarak kelahiran
Data yang digunakan merupakan keseluruhan dari sampel kategori multipara sebanyak 165 sampel. Tabel 9. Distribusi frekuensi berdasarkan jarak kelahiran Variabel Frekuensi Persentase Jarak kelahiran Risiko Tinggi 44 26,6 Risiko Rendah 121 73,4 Jumlah
Data penelitian
165
100
menunjukkan ibu bersalin dengan kategori risiko
tinggi berdasarkan jarak kelahiran sebesar (26,6%). d. Partus Presipitatus Tabel 10. Distribusi frekuensi berdasarkan partus presipitatus
Variabel Partus presipitatus Ya Tidak
Frekuensi
Persentase
3 301
0,9 99,1
Jumlah 304 100 Data penelitian menunjukkan ibu bersalin yang mengalami partus presipitatus hanya 3 sampel (0,9%). e. Lama Persalinan Kala II Tabel 11. Distribusi frekuensi berdasarkan Lama persalinan kala II
Variabel Lama persalinan kala II Risiko Tinggi Risiko Rendah
Frekuensi
Persentase
53 251
17,4 82,6
Jumlah 304 100 Data di atas menunjukkan jumlah ibu bersalin yang memiliki lama persalinan kala II kategori risiko tinggi sebanyak 53 sampel (32,2%).
33
http://repository.unimus.ac.id
2. Analisis Bivariat a. Hubungan Paritas dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan di
RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016 Tabel 12. Hubungan Paritas dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016 Kejadian Ruptur Jumlah Paritas Perineum Spontan Ya Tidak
Primipara Multipara Jumlah p-value = 0,009 OR = 3.974
f
%
f
%
f
%
51 21 72
36,7 12,7 23,7
88 144 232
63,3 87,3 76,3
139 165 304
100,0 100,0 100,0
Tabel 6. Menunjukkan bahwa ibu bersalin yang mengalami ruptur perineum spontan terbanyak adalah primipara yaitu 36,7%. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p-value = 0,009 artinya ada hubungan antara paritas dengan kejadian ruptur perineum spontan pada ibu bersalin di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016. Nilai Odds Ratio = 3,974 diartikan bahwa ibu primipara memiliki risiko 3,974 kali mengalami ruptur perineum spontan. b. Hubungan Jarak Kelahiran dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016 Tabel 13. Hubungan Jarak Kelahiran pada Multipara dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016 Kejadian Ruptur Jumlah Jarak Kelahiran Perineum Spontan Ya Tidak
Risiko Tinggi Risiko Rendah Jumlah p-value = 0,002 OR = 4.840
F
%
f
%
19 2 21
43,2 1,7 12,7
25 119 144
56,8 89,3 87,3
f 44 121 165
% 100,0 100,0 100,0
Tabel 7. Menunjukkan bahwa dari 165 responden multipara terdapat 19 orang (43,2%) dengan jarak kelahiran risiko tinggi yang mengalami ruptur perineum spontan dan jarak kelahiran yang memiliki resiko rendah
34
http://repository.unimus.ac.id
terdapat 2 orang (1,7%) yang mengalami ruptur perineum spontan. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p-value = 0,002 artinya ada hubungan antara jarak kelahiran dengan kejadian ruptur perineum spontan pada ibu bersalin di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016. Nilai Odds Ratio = 4,840 diartikan bahwa ibu multipara dengan jarak kelahiran risiko tinggi memiliki risiko 4,840 kali mengalami ruptur perineum spontan. c. Hubungan Partus Presipitatus dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016 Tabel 14. Hubungan Partus Presipitatus dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016 Kejadian Ruptur Jumlah Partus Presipitatus Perineum Spontan Ya Tidak
Ya Tidak Jumlah p-value = 0,141
f
%
f
%
f
%
2 70 72
66,7 23,3 23,7
1 231 232
33,3 76,7 76,3
3 301 304
100,0 100,0 100,0
Tabel 8. Menunjukkan bahwa sebagian besar ibu bersalin yang mengalami ruptur perineum spontan adalah tidak partus presipitatus sebanyak 70 sampel. Secara statistik antara kejadian perineum spontan dengan partus presipitatus tidak ada pengaruh (signifikan) dengan nilai pvalue = 0,141, hipotesa yang ditegakkan hubungan antara terjadinya ruptur perineum dengan partus presipitatus ditolak, namun ruptur perineum spontan dapat terjadi karena his yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu yang sangat singkat yaitu kurang dari tiga jam.13
35
http://repository.unimus.ac.id
d. Hubungan Lama Kala II dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016 Tabel 15. Hubungan Lama Kala II dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016 Kejadian Ruptur Jumlah Lama Kala II Perineum Spontan Ya Tidak
Risiko Tinggi Risiko Rendah Jumlah p-value = 0,000 OR = 6.933
f
%
f
%
f
%
47 25 72
88,7 10,0 23,7
6 226 273
11,3 90,0 76,3
53 251 304
100,0 100,0 100,0
Tabel 9. Menunjukkan bahwa sebagian besar yang mengalami ruptur perineum spontan adalah ibu bersalin yang melahirkan dengan lama persalinan kala II berisiko tinggi sebanyak 47 orang (88,7%). Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p-value = 0,000 artinya ada hubungan antara lama persalinan kala II dengan kejadian ruptur perineum spontan pada ibu bersalin di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016. Nilai Odds Ratio = 6,933 diartikan bahwa ibu yang melahirkan dengan lama persalinan kala II risiko tinggi memiliki risiko 6,933 kali mengalami ruptur perineum spontan.
3.
Analisis Multivariat Analisis multivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel bebas dengan variabel terikat dan variabel bebas mana yang paling besar pengaruhnya terhadap variabel terikat. Analisis multivariat yang digunakan adalah uji regresi logistik. Berdasarkan analisis bivariat terdapat tiga variabel bebas yang diduga berhubungan dengan kejadian ruptur perineum spontan di RSUD Tugurejo Semarang tahun 2016,yaitu paritas, jarak kelahiran, dan lama kala II. Kemudian variabel tersebut dimasukkan kedalam analisis multivariat.
36
http://repository.unimus.ac.id
Tabel 16. Uji Regresi Logistik
Variabel
B
p
CI 95%
Exp(B)
Bawah
Atas
Paritas
1,599
0,009
4,950
2,131
11,502
Jarak Kelahiran
2,959
0,002
8,189
2,152
31,166
Lama Kala II
2,103
0,000
19,277
3,738
99,418
Konstan
-5,985
0,000
,003
Dapat disimpulkan bahwa dari ketiga variabel bebas yang diduga mempengaruhi kejadian ruptur perineum spontan di RSUD Tugurejo Semarang tahun 2016 terdapat satu variabel yang paling berpengaruh yaitu lama persalinan kala II dengan p-value = 0,000. Nilai Exp(B)/OR terbesar yang diperoleh yaitu 19,277 artinya lama kala II kategori resiko tinggi mempunyai peluang 19,277 kali menyebabkan ruptur perineum spontan. B. Pembahasan Analisis Univariat 1. Kejadian Ruptur Perineum Spontan Ruptur perineum spontan adalah robekan yang terjadi pada daerah perineum pada saat bayi lahir yang terjadi karena sebab-sebab tertentu tanpa dilakukan tindakan perobekan atau disengaja. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa ibu bersalin yang mengalami ruptur perineum spontan yaitu 23,7%. Ruptur perineum dialami oleh 85% wanita yang bersalin dengan persalinan pervaginam. Hal ini perlu ditangani karena ruptur perineum merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya perdarahan pasca persalinan yang dapat meningkatkan angka kematian pada ibu bersalin.13,21
37
http://repository.unimus.ac.id
2. Paritas Paritas merupakan jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh ibu, baik hidup ataupun mati, tetapi bukan aborsi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden yang melahirkan adalah responden ibu multipara yaitu 54,3%. Besarnyaa responden ibu multipara, menggambarkan bahwa masyarakat sudah melaksanakan program KB secara baik. Hal ini ditandai dengan rata-rata responden melahirkan anak ke-2 dan ke-3. Kecenderungan tingkat kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik daripada ibu yang berparitas tinggi. Seorang wanita yang sudah mempunyai 3 orang anak dan terjadi kehamilan lagi keadaan kesehatannya akan mulai menurun. Paritas 2-3 merupakan paritas yang paling aman ditinjau dari terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan yang dapat meningkatkan angka kematian ibu.18,21,24 3. Jarak Kelahiran Jarak kelahiran adalah rentang waktu antara kelahiran anak sekarang dengan kelahiran anak sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 165 responden multipara terdapat 44 dengan jarak kelahiran yang berisiko tinggi (26,6%) dan 121 responden dengan jarak kelahiran yang berisiko rendah (73,4%). Jarak kelahiran yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu yang singkat untuk memulihkan kondisi rahim hingga perineumnya agar bisa ke kondisi sebelumnya.11,18,28 4. Partus Presipitatus Partus presipitatus merupakan partus yang sudah selesai kurang dari tiga jam. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar ibu bersalin spontan tidak mengalami partus presipitatus yaitu sebanyak 301 (99,1%). Partus presipitatus ditandai dengan adanya sifat his normal, tonus otot di luar his juga biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu yang sangat singkat.21,22,17
38
http://repository.unimus.ac.id
5. Lama Persalinan Kala II Lama persalinan kala II adalah rentang waktu dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi yang berlangsung < 2 jam pada primigravida dan < 1 jam pada multigravida. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden melahirkan dengan lama persalinan kala II kategori risiko rendah, yaitu 82,6%.3,18 Besarnya responden yang melahirkan dengan lama persalinan kala II normal, sebanding dengan besarnya responden multipara. Hal ini berkaitan dengan tingkat kecemasan pada seorang yang sudah mempunyai pengalaman melahirkan berbeda dengan seorang yang baru pertama kali melahirkan. Pada primigravida, menghadapi kelahiran merupakan suatu pengalaman baru yang akan dialaminya tanpa mengetahui apa yang akan terjadi nantinya sehingga membuat ibu merasa tertekan dan dapat menimbulkan perasaan cemas dan khawatir sehingga menyebabkan partus lama.11,18,23
Analisis Bivariat
1. Hubungan Paritas dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016 Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu bersalin yang mengalami ruptur perineum spontan terbanyak adalah primipara yaitu 36,7%. Berdasarkan hasil uji statistik kejadian ruptur perineum spontan dengan paritas sangat bermakna (signifikan) didapatkan p-value = 0,009 artinya ada hubungan antara paritas dengan kejadian ruptur perineum spontan pada ibu bersalin di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016, sehingga hipotesa yang ditegakkan adanya pengaruh antara terjadinya ruptur perineum spontan dengan paritas diterima. Nilai Odds Ratio = 3,974 diartikan bahwa ibu primipara memiliki risiko 3,974 kali mengalami ruptur perineum spontan. Menurut (BKKBN, 2006) paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita, sedangkan menurut (JHPIEGO, 2008) 39
http://repository.unimus.ac.id
paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup di luar rahim (28 minggu). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rusmawar (2011) menunjukkan bahwa ada hubungan laserasi pada jalan lahir dengan paritas. Hasil penelitian ini diperoleh laserasi pada perineum spontan pada primigravida sebanyak 64 orang (51,6%) dan pada multigravida sebanyak 60 orang (48,4%). Dari total sampel 230 orang kejadian laserasi spontan pada perineum ditemukan sebanyak 124 orang (53,9%) dan tidak terjadi laserasi spontan pada persalinan ditemukan sebanyak 106 (46,1%). Secara statistik diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan terjadinya laserasi (p = 0,03). Dari nilai OR nya dapat disimpulkan bahwa ibu yang melahirkan pertama kali mempunyai risiko terjadi ruptur perineum dibandingkan dengan seorang ibu yang melahirkan lebih dari 1 kali. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Anggun (2010), yang menyatakan bahwa ada hubungan antara paritas dengan kejadian ruptur perineum pada persalinan spontan.4,18,26 Pada primipara perineum utuh dan kaku. Pada saat kepala janin lahir primipara tidak dapat menahan regangan yang kuat sehingga robek pada pinggir depannya. Luka-luka biasanya ringan tetapi kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya. Sebagai akibat persalinan terutama pada seorang primipara, biasa timbul luka pada vulva di sekitar introitus vagina yang biasanya tidak dalam akan tetapi kadang-kadang bisa timbul perdarahan banyak.7,20,29,30 Berdasarkan teori dan hasil penelitian diatas, maka asumsi penelitian bahwa ibu primipara dapat mempengaruhi terjadinya ruptur perineum spontan, hal ini mencerminkan bahwa pada ibu dengan paritas satu atau ibu primipara memiliki risiko lebih besar untuk mengalami ruptur perineum daripada ibu dengan paritas lebih dari satu.22,30
40
http://repository.unimus.ac.id
2. Hubungan Jarak Kelahiran dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016 Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 165 responden multipara terdapat 19 orang (43,2%) dengan jarak kelahiran risiko tinggi yang mengalami ruptur perineum spontan dan jarak kelahiran risiko rendah terdapat 2 orang (1,7%) yang mengalami ruptur perineum spontan. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p-value = 0,002 artinya ada hubungan antara jarak kelahiran dengan kejadian ruptur perineum spontan pada ibu bersalin di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016. Nilai Odds Ratio = 4,840 diartikan bahwa ibu primipara memiliki risiko 4,840 kali mengalami ruptur perineum spontan. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Depkes (2004) bahwa jarak kelahiran kurang dari dua tahun tergolong risiko tinggi karena dapat menimbulkan komplikasi pada persalinan. Jarak kelahiran 2-3 tahun merupakan jarak kelahiran yang lebih aman bagi ibu dan janin. Begitu juga dengan keadaan jalan lahir yang mungkin pada persalinan terdahulu mengalami robekan perineum derajat tiga atau empat, sehingga pemulihan belum sempurna dan robekan perineum dapat terjadi.9,21,28 Hasil
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Rusmawar
(2011)
menunjukkan bahwa dari 21 responden yang mengalami ruptur perineum terdapat pada ibu yang beresiko yaitu sebanyak 12 orang. Berdasarkan teori dan hasil penelitian diatas, maka asumsi penelitian bahwa ada pengaruh (signifikan) antara kejadian ruptur perineum spontan dengan jarak kelahiran. Sejumlah sumber mengatakan bahwa jarak ideal kehamilan sekurang-kurangnya 2 tahun. Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu yang singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa ke kondisi sebelumnya sehingga menyebabkan perineum menjadi rapuh dan mudah ruptur.5,18,27
41
http://repository.unimus.ac.id
3. Hubungan Partus Presipitatus dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016 Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu bersalin yang mengalami ruptur perineum spontan adalah tidak partus presipitatus sebanyak 70 sampel. Secara statistik antara kejadian perineum spontan dengan partus presipitatus tidak ada pengaruh (signifikan) dengan nilai p-value = 0,141, hipotesa yang ditegakkan hubungan antara terjadinya ruptur perineum spontan dengan partus presipitatus ditolak. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori bahwa his yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu kurang dari tiga jam. Partus presipitatus ditandai dengan adanya sifat his normal, tonus otot di luar his juga biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. Bahaya partus presipitatus bagi ibu adalah salah satunya terjadi ruptur perineum spontan. Ketidaksesuaian ini kemungkinan diakibatkan oleh kurangnya jumlah sampel yang didapat dan sampel yang memang sebagian besar tidak mengalami partus presipitatus, sehingga dari hasil penelitian diatas menunjukkan asumsi bahwa partus presipitatus tidak dapat mempengaruhi terjadinya ruptur perineum spontan.16,22,26
4. Hubungan Lama Kala II dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan di RSUD Tugurejo Tahun 2016 Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar yang mengalami ruptur perineum spontan adalah ibu bersalin yang melahirkan dengan lama persalinan kala II beresiko tinggi sebanyak 47 orang (88,7%). Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p-value = 0,000 artinya ada hubungan antara lama persalinan kala II dengan kejadian ruptur perineum spontan pada ibu bersalin di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016. Nilai Odds Ratio = 6,933 diartikan bahwa ibu yang melahirkan dengan lama persalinan kala II berisiko tinggi memiliki risiko 6,933 kali mengalami ruptur perineum spontan. Ini sejalan dengan penelitian Anggun Trisnasari (2013) hasil uji statistik diperoleh bahwa ada
42
http://repository.unimus.ac.id
hubungan antara lama kala II dengan kejadian ruptur perineum spontan (p = 0,000, OR = 9,937). Partus lama akan mengakibatkan kelelahan serta kecemasan pada ibu yang berakibat pada cara meneran ibu yang tidak terkoordinasi. Kala II atau kala pengeluaran janin identik dengan waktu di mana seorang ibu bersalin memulai meneran. Apabila cara meneran tidak terkoordinasi maka akan mengakibatkan kejadian ruptur perineum spontan yang tidak beraturan. Selain itu perlukaan jalan lahir juga bisa diakibatkan karena adanya tekanan yang terlalu lama pada jalan lahir serta adanya dorongan dari penolong.21,25,26,30
43
http://repository.unimus.ac.id
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Ada hubungan antara paritas dengan kejadian ruptur perineum spontan 2. Ada hubungan antara jarak kelahiran dengan kejadian ruptur perineum spontan 3. Tidak ada hubungan antara partus presipitatus dengan kejadian ruptur perineum spontan 4. Ada hubungan antara lama persalinan kala II dengan kejadian ruptur perineum spontan 5. Lama persalinan kala II menjadi variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian ruptur perineum spontan
B. Saran 1. Bagi Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan dapat bekerjasama dengan ibu dalam proses persalinan dengan lebih memperhatikan faktor – faktor risiko yang dapat mempengaruhi kejadian ruptur perineum spontan sehingga kejadian ruptur perineum spontan dapat dicegah. 2. Bagi Ibu Hamil Ibu hamil terutama primigravida hendaknya menghindari stres agar tidak menyebabkan partus lama dan masase perineum agar mempunyai perineum yang elastis untuk mengurangi risiko terjadinya ruptur perineum spontan. 3. Bagi Peneliti Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih mendalam tentang faktor lain yang mempengaruhi terjadinya ruptur perineum spontan.
44
http://repository.unimus.ac.id
4. Bagi Institusi Hendaknya lebih teliti terkait dengan kelengkapan data – data yang seharusnya tercantum dalam Rekam Medik RSUD Tugurejo Semarang dan ibu yang memiliki lama persalinan kala II hendaknya segera dilakukan tindakan episiotomi untuk mencegah robekan spontan yang tidak beraturan.
45
http://repository.unimus.ac.id
DAFTAR PUSTAKA 1. Carey, J. 2005. Ilmu Kesehatan Obstetri Patologi Reproduksi Edisi 2. Jakarta: EGC: 179-186 2. Manuaba,IBG.,2010. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC: 146 3. Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardj: 522-8 4. Mayang Puspasari,Dwi. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Ruptur Perineum di BPS Cristin Sulastri Lamper Krajan Semarang.pdf 5. Bone Selatan, (2012), Gambaran Angka – Angka Kejadian Rupture Perineum, Diakses tanggal 25 Mei 2012. http://mislamegarezkybone1990.blogspot.com 6. JNPK-KR. 2007. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 7. Mochtar, 2007. Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi. Edisi III. Jakarta : ECG: 65-83 8. Saifudin, Abdul Bari. 2008. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiohardjo.edisi 4. Jakarta . PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2008: 414 9. Depkes RI (2008). Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR, Jakarta 10. Chapman, V. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran (The Midwife’s Labour and Birth Handbook). Jakarta : EGC : 444 –5. 11. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: 522-4 12. Marthius, 2007. Bedah kebidanan Martius. Jakarta : ECG 13. Wiknjosastro , Hanifa. 2008. Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi Pertama. Jakarta. Yayasan Bina Sarwono Prawirohardjo: 170 14. Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan : Volume 1. Jakarta : EGC 15. Hurlock, EB. 2006. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Masa. edisi keenam. Jakarta: Erlangga 16. Cunningham, F Gary. et all. 2010. Obstetric Williams. 23 rd ed. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc.: 511 17. Siswosudarmo, Risanto & Emilia, Ova. 2008.Obstretri Fisiologi. Yogyakarta: Pustaka Cendikia Press: 224
46
http://repository.unimus.ac.id
18. BKKBN, (2006), Paritas Dengan Rupture Perineum, Jakarta. 19. http://eprints.uns.ac.id/9976/1/105772010200908081.pdf. Hubungan antara paritas dengan Ruptur perineum.2013 20. http://simtakp.stmikubudiyah.ac.id/docjurnal/ROSDIANA-jurnal_d iv kebidanan.pdf. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya ruptur perineum.2013. Diakses pada 13 Juli 2013. 21. Cunningham, F Gary. et all. 2010. Obstetric Williams. 23 rd ed. The McGraw-Hill Companies, Inc. Hamilton-Fairley, D.Lecture Notes Obstetrics and Gynaecology.3 UK: Blackwell Publishing Ltd: 926 22. JHPIEGO.2008.,Paritas Dengan Rupture Perineum. Jakarta. Machfoedz I, (2009), Metodologi Penelitian. Yogyakarta, Fitramaya. 23. Abdul H. Sultan MD,MRCOG.2002. Lower Genital Tract and Anal Sphincter Trauma. Best Practice and Research Clinical Obstetrics and Gynaecology 24. J.W de Leeuw,HCS Wallenburg. Risk factor for third degree perineal ruptures during delivery. British Journal of Obstetrics and Gynaecology,vol 108.2001 25. Scandinavian. Evaluation of Spontaneous Tears of Perineum during Chilbirth. 2001. Scandinavian Journal of Caring Sciences. Gunny Rockner RNM 26. Josephine Barnes. Central Rupture of The Perineum. BJOG:An International Journal of Obstetrics and Gynaecology,vol.54. Diakses 27. http://europepmc.org.com. Episiotomy and Perineal Lesions in Spontaneous Vaginal Delivey. Journal of Obstetrics and Gynaecology. Acces 13 October 2013. 28. http://journals.lww.com. Risk of Repetition of a Severe Perineal Laceration. 2012. Department of Obstetrics and Gynecology;University of Lowa College of Medicine. Acces 8 June 2012. 29. www.tandfonline.com. Perineal Rupture following Vaginal delivery Long term Consequences,vol.67. Journal Acta Obstetrics and Gynaecology Scandinavica. Acces 23 October 2000. 30. KTI,Febri. 2013. Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ruptur di Rumah Sakit Kartika Pulomas.pdf. Jakarta Timur
47
http://repository.unimus.ac.id
LAMPIRAN 1. Analisis Univariat Statistics Ruptur
Lama
Perineum
Persalinan Kala
Spontan N
Valid
Paritas
II
304
304
304
0
0
0
Mean
1,76
1,54
1,83
Median
2,00
2,00
2,00
Std. Deviation
,426
,499
,380
Minimum
1
1
1
Maximum
2
2
2
25
2,00
1,00
2,00
50
2,00
2,00
2,00
75
2,00
2,00
2,00
Missing
Percentiles
Ruptur Perineum Spontan Cumulative Frequency Valid
Ya
Percent
Valid Percent
Percent
72
23,7
23,7
23,7
Tidak
232
76,3
76,3
100,0
Total
304
100,0
100,0
Paritas Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Primipara
139
45,7
45,7
45,7
Multipara
165
54,3
54,3
100,0
Total
304
100,0
100,0
Lama Persalinan Kala II Cumulative Frequency Valid
Resiko Tinggi
Percent
Valid Percent
Percent
53
17,4
17,4
17,4
Resiko Rendah
251
82,6
82,6
100,0
Total
304
100,0
100,0
48
http://repository.unimus.ac.id
2. Analisis Bivariat Paritas * Ruptur Perineum Spontan Crosstabulation Ruptur Perineum Spontan Ya Paritas
Primipara
Count % within Paritas
Multipara
Total
88
139
36,7%
63,3%
100,0%
21
144
165
12,7%
87,3%
100,0%
72
232
304
23,7%
76,3%
100,0%
Count % within Paritas
Total
51
Count % within Paritas
Tidak
Chi-Square Tests Asymptotic
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
,009
22,661
1
,015
24,315
1
,009
23,969 b
df
Significance (2-
Fisher's Exact Test
,011
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
23,890
1
,009
304
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 32,92. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Paritas (Primipara / Multipara) For cohort Ruptur Perineum Spontan = Ya For cohort Ruptur Perineum Spontan = Tidak N of Valid Cases
Lower
Upper
3,974
2,240
7,050
2,883
1,828
4,545
,725
,631
,834
304
49
http://repository.unimus.ac.id
,007
Jarak Kelahiran * Ruptur Perineum Spontan Crosstabulation Ruptur Perineum Spontan Ya Jarak Kelahiran
Resiko Tinggi
Count % within Jarak Kelahiran
Resiko Rendah
Count % within Jarak Kelahiran
Total
Count % within Jarak Kelahiran
Tidak
Total
19
25
44
43,2%
56,8%
100,0%
2
119
121
1,7%
98,3%
100,0%
21
144
165
12,7%
87,3%
100,0%
Chi-Square Tests Asymptotic
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
,002
46,049
1
,009
44,993
1
,002
49,395
1
,000
49,698 b
df
Significance (2-
Fisher's Exact Test
,011
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
164
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,63. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for Jarak Kelahiran (Resiko Tinggi /
4,840
9,811
204,933
25,909
6,291
106,706
,578
,446
,748
Resiko Rendah) For cohort Ruptur Perineum Spontan = Ya For cohort Ruptur Perineum Spontan = Tidak N of Valid Cases
164
50
http://repository.unimus.ac.id
,007
Partus Presipitatus * Ruptur Perineum Spontan Crosstabulation Ruptur Perineum Spontan Ya Partus Presipitatus
Ya
Count % within Partus Presipitatus
Tidak
Total
1
3
66,7%
33,3%
100,0%
70
231
301
23,3%
76,7%
100,0%
72
232
304
23,7%
76,3%
100,0%
Count % within Partus Presipitatus
Total
2
Count % within Partus Presipitatus
Tidak
Chi-Square Tests Asymptotic
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
,078
1,161
1
,281
2,514
1
,113
3,097 b
df
Significance (2-
Fisher's Exact Test
,141
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
3,087
1
,079
304
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,71. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Partus Presipitatus (Ya / Tidak) For cohort Ruptur Perineum Spontan = Ya For cohort Ruptur Perineum Spontan = Tidak N of Valid Cases
Lower
Upper
6,600
,590
73,875
2,867
1,255
6,548
,434
,088
2,155
304
51
http://repository.unimus.ac.id
,141
Lama Persalinan Kala II * Ruptur Perineum Spontan Crosstabulation Ruptur Perineum Spontan Ya Lama Persalinan Kala II
Resiko Tinggi
Count % within Lama Persalinan Kala II
Resiko Rendah
Kala II Total
6
53
88,7%
11,3%
100,0%
25
226
251
10,0%
90,0%
100,0%
72
232
304
23,7%
76,3%
100,0%
Count % within Lama Persalinan Kala II
Total
47
Count % within Lama Persalinan
Tidak
Chi-Square Tests Asymptotic
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
,000
145,701
1
,000
132,639
1
,000
150,025 b
df
Significance (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
,000 149,531
N of Valid Cases
1
,000
304
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,55. c.
Computed only for a 2x2 table
52
http://repository.unimus.ac.id
,000
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for Lama Persalinan Kala II (Resiko
6,933
27,529
182,152
8,903
6,063
13,074
,126
,059
,267
Tinggi / Resiko Rendah) For cohort Ruptur Perineum Spontan = Ya For cohort Ruptur Perineum Spontan = Tidak N of Valid Cases
304
3. Analisis Multivariat Variables in the Equation 95% C.I.for EXP(B) B Step 1
a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
Paritas
1,599
,430
13,828
1
,009
4,950
2,131
11,502
Jarak_kelahiran
2,959
,837
12,499
1
,002
8,189
2,152
31,166
Lama_Kala_II
2,103
,682
9,510
1
,000
19,277
3,738
99,418
-5,985
1,277
21,959
1
,000
,003
Constant
a. Variable(s) entered on: Paritas, Jarak_kelahiran, Lama_Kala_II.
53
http://repository.unimus.ac.id
54
http://repository.unimus.ac.id