HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KEMAMPUAN DALAM PEMENUHAN AKTIVITAS SEHARI – HARI PADA PASIEN GLAUKOMA KRONIS DI POLI MATA RSD DR. SOEBANDI JEMBER Eko Purwitosari*,Dian Indriani** *Alumni Fikes Universitas Muhammadiyah Jember (ekopurwita @gmail.com). **Dosen Fikes Universitas Muhammadiyah Jember (
[email protected]).
Abstract Patients with chronic glaucoma who suffered irreversible visual impairment can not use vision to perform daily activities - day. The patient will have difficulty in doing Activity Daily Living (ADL) that will have an impact on psychological conditions which will adversely affects the illness. In this condition, patients need good social support, family support is very necessary especially as the people closest to the patient. This study uses crosssectional correlational approach that aims to identify family support relationship with the level of ability in performing daily activities - day in patients with chronic glaucoma. The population of this study is that chronic glaucoma patients in the outpatient Poly Eyes RSD dr Jember Soebandi the number of 30 respondents. Consecutive sampling techniques using sampling. Results of research on family support the majority of respondents supported a number of 24 respondents (80%) while less supporting a number of 6 people (20%) and the level of ability in performing daily activities - the majority of respondents were dependent number 24 (80%) while the number of minority-dependent light 1 person (3%). Family support relationship with the level of ability to perform daily activities - day in patients with chronic glaucoma using the chi-square test (a = 0.05) showed no relationship between the level of family support with the ability to perform daily activities - day in patients with chronic glaucoma. Family support relationship with the level of ability to perform daily activities - day chronic glaucoma in patients with Fisher's Exact Test p value 1.000 is obtained. The conclusion of this study is the lack of a relationship between the level of family support with the ability to perform daily activities - day in patients with chronic glaucoma in Ophtal Policliclinic RSD dr Soebandi Jember. This research recommendation is advised family continues to provide optimal support to patients with chronic glaucoma to be able to perform daily activities - day independently. Keywords: Family Support, Level of ability to perform daily activities - day, chronic glaucoma
kumpulan penyakit berupa neuropati optik
PENDAHULUAN Glaukoma
satu
disertai hilangnya lapang pandangan dan
penyakit mata yang sering terjadi dan dapat
tekanan intraokuli merupakan faktor resiko
menyebabkan kebutaan yang irreversibel
utama (Skuta, et al., 2010). Glaukoma
jika tidak segera ditangani. Glaukoma
merupakan salah satu penyakit mata yang
sering disebut “the silent thief of sight“ atau
banyak dijumpai dalam masyarakat baik di
si pencuri penglihatan oleh karena sering
Indonesia maupun di belahan dunia lainnya
terjadi secara tiba-tiba tanpa ada gejala
yang dapat menyebabkan kebutaan yang
terlebih dahulu (Lee, 1999).
irreversibel (Herman, 2010).
Menurut Ophthalmology,
merupakan
American
salah
Academy
glaukoma
of
merupakan
Di
dunia,
orang
yang
menderita
glaukoma sebesar 66,8 juta dan sekitar 6,7
juta bersifat bilateral. Di Amerika Serikat,
lapang pandangan dan peningkatan TIO
glaukoma merupakan penyebab kebutaan
sebagai
permanen kedua dengan persentase kulit
manifestasi dari penyakit ini . Menurut
hitam 5,59% dan kulit putih 1,7% dan
Harnawartiaj (2008) umumnya dari riwayat
perkiraan setiap tahunnya terjadi 12%
keluarga
kasus baru (Muno, et al., 2002). Pada
dalam
negara sub Sahara Afrika Barat, glaukoma
memiliki penyakit serupa, penyakit ini
merupakan
berkembang secara perlahan namun pasti,
penyebab
kebutaan
kedua
setelah katarak (Simmons, 2002).
faktor
resiko
ditemukan garis
merupakan
anggota
keluarga
atau
horizontal
vertical
penampilan bola mata seperti normal dan
Di Indonesia, glaukoma merupakan
sebagian besar tidak menampakan kelainan
penyakit mata yang sering dijumpai.
selama stadium dini. Pada stadium lanjut
Berdasarkan
Indera
keluhan klien yang mincul adalah sering
tahun 1996-2000, glaukoma merupakan
menabrak akibat pandangan yang menjadi
penyebab kebutaan kedua setelah katarak
jelek atau lebih kabur, lapangan pandang
dengan persentase 0,2% dari total angka
menjdi lebih sempit hingga kebutaan secara
kebutaan
2003).
permanen. Gejala yang lain adalah mata
Berdasarkan hasil dari penelitian Herman
merasa dan sakit tanpa kotoran, kornea
(2010) yang berjudul prevalensi kebutaan
suram, disertai sakit kepala hebat terkadang
akibat
selatan
sampai muntah, kemunduran penglihatan
disimpulkan bahwa Prevalensi kebutaan
yang berkurang cepat, nyeri di mata dan
akibat glaukoma di Tapanuli Selatan adalah
sekitarnya, edema kornea, pupil lebar dan
0,068%
refleks berkurang sampai hilang.
1,5%
Kesehatan
(Depkes
glaukoma
sedikit
prevalensi secara
Survai
di
Tapanuli
lebih
kebutaan
nasional
RI,
rendah akibat 0,2%
glaukoma
Pasien dengan glaukoma kronis yang
dengan
mengalami
sebagian besar diderita pada usia 61-68
irreversible
tahun (51%), sebagian besar perempuan
penglihatannya dalam melakukan aktivitas
(63%) dan sebagian besar diderita petani
sehari – hari. Pasien akan kesulitan dalam
(67%).
melakukan Activity Daily Living (ADL)
Glaukoma
yaitu
dengan
menyebabkan
gangguan tidak
dapat
penglihatan menggunakan
hilangnya
sehingga akan berdampak terhadap kondisi
fungsi penglihatan dengan cara merusak
psikis yang nantinya dapat memperburuk
syaraf optik. Neuropati optik, hilangnya
kondisi penyakit yang diderita. Hal tersebut
pada
umumnya
pada
dalam hubungan sosial. Berbagai bentuk
kemunduran kesehatan fisik dan psikis
kehidupan keluarga sekarang menunjukkan
yang akhirnya akan berpengaruh pada
berbagai kemampuan untuk menyediakan
penurunan
dukungan yang diperlukan selama masa
aktifitas
mengarah
kehidupan
sehari-
hari(Potter & Perry, 2005).
dimana permintaannya besar (Friedman,
Kemampuan untuk melakukan aktifitas
1998). Peran keluarga yang vital dalam
kegiatan sehari-hari memberikan suatu data
memberikan
untuk
glaukoma
merencanakan
bantuan
yang
dukungan kronis
pada
maka
pasien
pasien
yang
diberikan pada pasien dalam mencapai
kesulitan dalam melakukan ADL akan
kembali tingkat ketidak ketergantungan
mempunyai
yang maksimal, dan untuk merencanakan
mampu mandiri dalam aktivitas sehari 0
pemberian
dukungan.
hari, keluarga dapat memberikan bantuan
kehidupan
sehari-hari
Aktifitas dan
dasar aktifitas
secara
dorongan
langsung
motivasi
dan
tidak
memberikan
untuk
langsung
intrumental aktifitas kehidupan sehari-hari
misalnya,
penghargaan,
diberikan keduanya. Penderita glaukoma
menyediakan sarana dan prasarana ADL,
yang masih mampu melakukan aktifitas
memberikan informasi dan memberikan
kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh
perawatan secara emosional (kepedulian
beberapa faktor antara lain faktor fisik,
dan empati).
faktor pikis dan faktor lingkungan, dimana
Berdasarkan studi pendahuluan di Poli
faktor lingkungan salah satunya adalah
Mata RSD dr. Soebandi Jember pada tahun
keluarga yang sangat mendukung mereka
2012 terdapat 500 pasien yang menderita
untuk tetap beraktifitas
glaukoma kronis dengan rata – rata
Dukungan
keluarga
suatu
kunjungan tiap bulan sekitar 35 pasien.
proses hubungan antara keluarga dengan
Peneliti melakukan wawancara terhadap 5
lingkungan
pasien yang menderita glaukoma kronis, 3
sosialnya,
sebagai
ketiga
dimensi
interaksi dukungan dukungan keluarga
pasien
mengatakan
tersebut bersifat reproksitas (timbal balik
membantu
atau sifat dan frekuensi hubungan timbal
sehari – hari dan 2 pasien mengatakan
balik), umpan balik (kualitas dan kuantitas
keluarga
komunikasi) dan keterlibatan emosional
dalam melakukan aktivitas sehari – hari
(kedalaman intimasi dan kepercayaan)
sehigga
dalam
jarang
pasien
keluarga
melakukan
memberikan
melakukannya
selalu kegiatan
bantuan
secara
mandiri sesuai tingkat kemampuannya.
pemenuhan sehari – hari pada pasien
Dari fenomena tersebut peneliti tertarik
glaukoma kronis di Poli Mata RSD dr.
untuk
Soebandi Jember.
meneliti
hubungan
dukungan
keluarga dengan tingkat kemampuan dalam
METODOLOGI PENELITIAN Tujuan
penelitian
menganalisis dukungan
ini
hubungan keluarga
dengan
untuk
Penelitian dilakukan di Poli Mata
hubungan
RSD dr. Soebandi Jember dengan jumlah
tingkat
sampel 30 responden. Data dikumpulkan
kemampuan dalam pemenuhan aktivitas
menggunakan
sehari – hari pada pasien glaukoma kronis
likert untuk dukungan kelaurga. Sedangkan
di poli mata RSD dr. Soebandi Jember.
untuk
Desain yang digunakan adalah korelasional
melakukan
dengan
menggunakan indeks barthel.
pendekatan
Variabel
yang
cross
diukur
sectional.
kuesioner
tingkat
dengan
kemampuan
aktivitas
sehari
skala
dalam –
hari
yaitudukugan
Analisa data yang digunakan dalam
keluarga (variabel independen) dan tingkat
penelitian ini adalah uji univariat dan
kemampuan dalam melakukan aktivitas
bivariat menggunakan Fisher’s Exact Test
sehari – hari (variabel dependen)
dengan α = 0,05.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Dukungan Keluarga penderita glaukoma kronis Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan keluarga penderita glaukoma kronis di Poli Mata RSD dr Soebandi Jember 2014 n = 30 No Pengetahuan Jumlah Prosentase 1 Mendukung 24 80 % 2 Kurang Mendukung 6 20 % 30 100 % Total Sumber: Data primer yang telah diolah
Data hasil penelitian yang telah dilaksanakan
di
Poli
Mata
RSD
dr
Soebandi
Jember, mayoritas dukungan
keluarga penderita glaukoma kronis adalah
menunjukan
Menurut Wied Hary A (1996) bahwa
dukungan keluarga dari 30 responden, yang
tingkat pendidikan ikut menentukan mudah
dukungan
tidaknya
mendukung.
Tabel
2
keluarganya
mendukung
seseorang
menyerap
sejumlah 24 responden (80%) sedangkan
memahami
yang kurang mendukung sejumlah 6
peroleh, pada umumnya semakin tinggi
responden
pendidikan seseorang semakin baik pula
(20%).
Dukungan
keluarga
dipengaruhi oleh beberapa faktor terkait.
pengetahuan
yang
dan mereka
pengetahuannya
indeks
yang
Dari data hasil penelitian dapat
individu-individu
dalam
disimpulkan bahwa sebagian besar tingkat
urutan perkembangan (Hurlock, 2004).
pendidikannya menengah (57%) dengan
Menurut Notoadmodjo (2003), semakin tua
dukungan keluarga mendukung. Sedangkan
usia seseorang maka proses perkembangan
dukungan
mental dan intelektualnya akan semakin
mendukung
baik. Berdasarkan data umum digambarkan
berpendidikan rendah
Usia
adalah
menempatkan
keluarga dimiliki
yang
kurang
keluarga
yang
Hal ini sesuai dengan pernyataan
bahwa dari 30 responden tersebut, sebagian 21 orang
Notoatmodjo (2007) bahwa pendidikan
(70%), Ditinjau dari usia tersebut, maka
mempengaruhi proses belajar, makin tinggi
responden telah berada pada masa dewasa
pendidikan seseorang makin mudah orang
tua (>40 tahun) dan sebagian besar
tersebut
responden telah menjadi orang tua. Pada
Semakin banyak informasi yang masuk
usia tersebut, seseorang telah mencapai
semakin banyak pula pengetahuan yang
taraf kedewasaan yaitu menjadi pribadi
didapat. Dengan adanya pengetahuan akan
manusia yang matang dan rentang usia
memungkinkan keluarga memberikan lebih
yang memiliki dukungan keluarga dengan
banyak
kategori mendukung paling besar.
glaukoma.
besar berusia >40 tahun yaitu
untuk
menerima
dukungan
kepada
informasi.
penderita
(2003)
Akan tetapi perlu ditekankan bahwa
pendidikan adalah suatu kegiatan atau
seseorang yang berpendidikan rendah tidak
proses
untuk
berarti mutlak berpengetahuan rendah pula
meningkatkan
karena pendidikan bisa dilakukan di luar
Menurut
pembelajaran
mengembangkan kemampuan pendidikan
Notoatmojdo
atau
tertentu itu
dapat
sehingga
sasaran
sekolah atau pendidikan non formal. Hal
berdiri
sendiri.
inilah yang mendukung responden dengan
tingkat pendidikan SD-SMP tetap dapat
kronis sehingga dukungan yang diberikan
menerima
dapat optimal.
informasi
sebagai
sumber
pengetahuan, sehingga beberapa keluarga
Dukungan
keluarga
merupakan
yang berpendidikan rendah juga memiliki
bagian dari dukungan sosial yang berfungsi
dukungan dengan kategori mendukung.
sebagai
Salah satu dukungan keluarga yang
sistem
anggotanya
pendukung
dan
anggota-
ditujukan
diberikan adalah dukungan secara finansial.
meningkatkan
Sehingga untuk memperoleh finansial yang
adaptasi. Gottlieb (1983) mendefinisikan
cukup harus memiliki pekerjaan dan
dukungan sosial sebagai informasi atau
penghasilan. Dari hasil penelitian bahwa
nasehat verbal dan atau non verbal, bantuan
dukungan
kategori
nyata, atau tindakan yang diberikan oleh
mendukung dimiliki oleh suami yang
keakraban sosial atau berupa iran dan
bekerja sebagai PNS. Sedangkan, suami
mempunyai
yang bekerja sebagai wiraswasta buruh
berpengaruh pada perilaku penerimanya
keluarga
dengan
memilki dukungan mendukung maupun
kesehatan
manfaat
dan
untuk
emosional
proses
atau
Jadi, keluarga memainkan sebuah
kurang mendukung. Seperti yang diketahui
peran
yang
sangat
bahwa gaji wiraswasta dan buruh tidak
menentukan perilaku anggota keluarganya
pasti tergantung dari pekerjaan yang di
yang sakit, bersifat mendukung selama
geluti dan pengalaman yang dimiliki.
masa
Sehingga memungkinkan dukungan yang
Apabila dukungan semacam ini tidak ada,
diberikan juga kurang maksimal.
maka keberhasilan program penyembuhan
penyembuhan
penting
dan
dalam
pemulihan.
Dari hasil penelitian ini sesuai
dan pemulihan akan sangat berkurang.
dengan teori yang menyatakan bahwa
Namun untuk penyakit yang serius atau
pekerjaan adalah kebutuhan yang harus
penyakit yang mengancam jiwa, krisis
dilakukan untuk menunjang kehidupannya
keluargapun bisa terjadi, dimana keluarga
dan
mengalami kekacauan sebentar sebagai
kehidupan
bekerja
maka
mendapatkan
keluarganya.
Dengan
kesempatan
untuk
informasi
juga
respons terhadap kekuatan stressor
semakin
Hal ini sejalan dengan teori yang
banyak, adanya informasi baru mengenai
dikemukakan Susanto, (2002) dukungan
suatu hal memberikan landasan kognitif
langsung
yang dibawa oleh informasi glaukoma
beberapa pengaruh terhadap responden,
dari
keluarga
memberikan
diataranya: 1) Dukungan informasional
anggota keluarganya yang sakit, bersifat
mencakup pemberian nasehat atau saran,
mendukung selama masa penyembuhan
petunjuk, penjelasan serta umpan balik.
dan
Dukungan ini bertujuan dalam memberikan
semacam ini tidak ada, maka motivasi
alternatif
pemecahan
masalah.
untuk sembuh dari penyakit, khususnya
Dukungan
Penghargaan
terjadi
ungkapan
penghargaan
lewat
Apabila
dukungan
glaukoma menjadi relatif kecil.
penilaian
Menurut peneliti bahwa dukungan
positif terhadap orang lain, dorongan untuk
keluarga merupakan bagian dari dukungan
maju, persetujuan dengan gagasan yang
sosial
dinilai baik. Dukungan ini bertujuan untuk
pendukung
mengembangkan
dan
ditujukan untuk meningkatkan kesehatan
Dukungan
dan proses adaptasi. Bentuk dukungan
Instrumental mencakup bantuan langsung
sosial sebagai informasi atau nasehat verbal
berupa benda, uang atau tenaga. Dukungan
dan atau non verbal, bantuan nyata, atau
ini bertujuan untuk menjadikan individu
tindakan yang diberikan oleh keakraban
lebih siap dalam kondisi yang berkaitan
sosial
dengan
mempunyai
kepercayaan
atau
2)
pemulihan.
harga
dirinya.
masalahnya.
diri 3)
4)
Dukungan
yang berfungsi
sebagai
sistem
anggota-anggotanya
atau
dan
berupa
kehadiran
dan
manfaat
emosional
atau
emosional mencakup ungkapan empati,
berpengaruh pada perilaku penerimanya.
kepedulian dan perhatian kepada orang lain
Dukungan
yang bersangkutan. Dukungan ini bertujuan
memberi
pengaruh
untuk memberikan ketenangan, rasa aman
glaukoma
dalam
sehingga individu merasa diperhatikan,
sehari - hari, karena keluarga dapat
diterima keberadaan dan keadaannya
memberikan
Peneliti
berpendapat
bahwa
keluarga memainkan sebuah peran yang sangat penting dalam menentukan perilaku
keluarga
memungkinkan pada
melakukan
dorongan
penderita aktivitas
(motivasi)
dan
bantuan fisik terhadap anggota keluarga yang sakit.
2. Tingkat Kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari – hari pada pasien glaukoma kronis Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari - hari pada Pasien Glaukoma Kronis di Poli Mata RSD dr Soebandi Jember 2014 n = 30 No Kekambuhan Jumlah Prosentase 1 Depend Total 0 0% 2 Depend Berat 5 17 % 3 Depend Sedang 24 80 % 4 Depend Ringan 1 3% 5 Mandiri 0 0% 30 100 % Total Sumber: Data primer yang telah diolah
Data hasil penelitian yang telah dilaksanakan
Poli
(90%)
sehingga
mayoritas
sehari – hari juga dipengaruhi oleh
responden dependent sedang. Tabel 2
penurunan kondisi fisik, hal ini juga
menunjukkan
merupakan variabel counfounding dalam
bahwa
RSD
tahun
kemampuan dalam melakukan aktivitas
Jember,
Mata
>40
dr
Soebandi
di
berusia
kemampuan
dalam
melakukan aktivitas sehari – hari penderita
penelitian.
glaukoma dari 30 responden, dependent total
sejumlah
0
responden
(0%),
dependent berat sejumlah 5 responden (17%), dependent sedang sejumlah 24 orang (80%), dependent ringan sejumlah 1 orang (3%) dan mandiri sejumlah 0 responden (0%). Usia sangat berpengaruh dalam
ADL adalah ketrampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehariharinya
sehingga mengalami penurunan dalam aktivitasnya. Sebagian besar responden
tujuan
untuk
memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai
pribadi
dalam
keluarga
dan
masyarakat (Sugiarto,2005)
aktivitas sehari – hari, semakin tua seseorang semakin lemah kondisi fisiknya
dengan
Pasien dengan glaukoma yang
kronis
mengalami gangguan penglihatan
irreversible
tidak
dapat
menggunakan
penglihatannya dalam melakukan aktivitas
sehari – hari. Pasien akan kesulitan dalam
fisik, faktor pikis dan faktor lingkungan,
melakukan Activity Daily Living (ADL)
dimana faktor lingkungan salah satunya
sehingga akan berdampak terhadap kondisi
adalah keluarga yang sangat mendukung
psikis yang nantinya dapat memperburuk
mereka untuk tetap beraktifitas
kondisi penyakit yang diderita. Hal tersebut pada
umumnya
mengarah
pada
kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh pada penurunan aktifitas kehidupan sehari-hari (Potter & Perry, 2005). Kemampuan
Peneliti
berpendapat
bahwa
kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari – hari penderita glaukoma sangat terbatas,
dengan
penglihatan
maka
adanya
gangguan
penderita
glaukoma
tentunya akan kesulitan dalam melakukan untuk
melakukan
aktivitasnya, misal; mandi, toileting, makan minum,
suatu data untuk merencanakan bantuan
penglihatan menurun sampai kebutaan
yang
dalam
maka akan semakin tergantung tingkat
ketidak
kemandirian dalam melakukan aktivitas
ketergantungan yang maksimal, dan untuk
sehari – harinya. Oleh karena itu faktor
merencanakan
lingkungan dalam hal ini keluarga harus
diberikan
mencapai
pada
kembali
pasien tingkat
pemberian
dukungan.
dan
lain
–
aktifitas kegiatan sehari-hari memberikan
Semakin
Aktifitas dasar kehidupan sehari-hari dan
mampu
aktifitas intrumental aktifitas kehidupan
memberikan motivasi kepada penderita
sehari-hari diberikan keduanya. Penderita
glaukoma agar mampu memingkatkan
glaukoma yang masih mampu melakukan
kemampuan dalam melakukan aktivitas
aktifitas kehidupan sehari-hari dipengaruhi
sehari – harinya.
oleh beberapa faktor antara lain faktor
memberikan
lain.
dukungan
agar
3. Hubungan Dukungan keluarga dengan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari – hari pada pasien glaukoma kronis
Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Dukungan keluarga dengan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari – hari pada Pasien Glaukoma Kronis di Poli Mata RSD dr Soebandi Jember 2014 n = 30 Kemampuan dalam pemenuhan aktivitas shari – hari Dukungan keluarga
Depend
Depend
Depend
Depend
Total
Berat
Sedang
Ringan
Mandiri
jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
Mendukung
0
0
1
3
5
17
0
0
0
0
0
20
Mendukung
0
0
4
13
19
64
1
3
0
0
24
80
Jumlah
0
0
5
17
24
80
1
3
0
0
30
100
Kurang
p value = 1,000
Sumber: Hasil uji Fisher’s Exact Test
Tabel responden
3
menunjukkan
dengan
dukungan
bahwa keluarga
sebanyak 0 orang (0%) dan yang ADL mandiri
sebanyak
0
orang
(0%).
kurang mendukung dan ADL dependent
Responden dengan dukungan keluarga
total sebanyak 0 orang (0%), yang ADL
yang mendukung dan ADL dependent total
dependent berat sebanyak 1 orang (3%),
sebanyak 0 orang (0%),
yang ADL dependent sedang sebanyak 5
dependent berat sebanyak 4 orang (13%),
orang (17%), yang ADL dependent ringan
yang ADL dependent sedang sebanyak 19
yang ADL
orang (64%), yang ADL dependent ringan sebanyak 1 orang (3%) dan yang ADL
melakukan aktivitas sehari – hari pada penderita
glaukoma
kemungkinan
berkaitan oleh beberapa faktor yaitu adanya mandiri sebanyak 0 orang (0%). Dari hasil uji analisis Fisher’s Exact Test diperoleh hasil nilai Sig.(2-tailed) adalah p value
variabel counfounding seperti status mental dan
penerimaan
terhadap
fungsinya
anggota tubuh yang tidak bisa dikontrol oleh peneliti. Banyak responden pada saat
1.000. Karena 1,000 kurang dari 0.05 dapat disimpulkan bahwa Hipotesa ditolak yaitu tidak ada hubungan antara dukungan
penelitian dalam keadaan depresi dan mengalami kesedihan yang berkepanjangan dikarenakan penyakit yang di deritanya tidak kunjung sembuh. Beberapa responden
keluarga
dengan
kemampuan
dalam
melakukan aktivitas sehari – hari pada penderita glaukoma kronis di Poli Mata
juga sudah menerima terhadap kondisinya dan sudah ikhlas tanpa adanya motivasi untuk mampu mandiri dalam melakukan aktivitas sehari – hari. Hal ini sangat sulit
RSD dr Soebandi Jember. Bedasarkan
dikontrol walaupun dukungan keluarga dari uji
statistik
masing – masing penderita sudah baik.
menggunakan uji Fisher Exact bahwa hubungan dukungan keluarga terhadap kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari - hari memperoleh nilai p-value sebesar 1,000. Nilai p-value sebesar 1,000 lebih
besar
dari
α
(0,05),
hal
ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
dukungan
keluarga
dengan
kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari – hari pada penderita glaukoma kronis.
Secara teori dukungan keluarga sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya, ketiga dukungan
dimensi
interaksi
keluarga
tersebut
dukungan bersifat
reproksitas (timbal balik atau sifat dan frekuensi hubungan timbal balik), umpan balik (kualitas dan kuantitas komunikasi) dan keterlibatan emosional (kedalaman intimasi dan kepercayaan) dalam hubungan sosial. Berbagai bentuk kehidupan keluarga
Peneliti berpendapat bahwa tidak adanya keluarga
hubungan dengan
antara
dukungan
kemampuan
dalam
sekarang
menunjukkan
berbagai
kemampuan untuk menyediakan dukungan yang diperlukan selama masa dimana
permintaannya besar (Friedman, 1998). Peran
keluarga
Hal
ini
tidak
sejalan
dengan
yang
vital
dalam
penelitian yang dilakukan Ayu Martika,
dukungan
pada
pasien
(2008) yang berjudul Hubungan dukungan
yang
keluarga dengan kemampuan aktivitas
kesulitan dalam melakukan ADL akan
dasar lansia di Puskesmas Kedungjati
mempunyai
untuk
Kabupaten Grobogan. Hasil penelitian
mampu mandiri dalam aktivitas sehari -
menunjukkan bahwa Dukungan keluarga
hari, keluarga dapat memberikan bantuan
lansia sebagian besar baik yakni sebanyak
secara
langsung
45,6%. Kemampuan ADL sebagian besar
penghargaan,
baik yakni sebanyak 64,6%. Terdapat
menyediakan sarana dan prasarana ADL,
hubungan yang bermakna antara dukungan
memberikan informasi dan memberikan
keluarga dengan kemampuan aktivitas
perawatan secara emosional (kepedulian
dasar lansia di Puskesmas Kedungjati
dan empati).
Kabupaten
memberikan glaukoma
kronis
maka
dorongan
langsung
misalnya,
pasien
motivasi
dan
tidak
memberikan
Grobogan
. KESIMPULAN DAN SARAN Tidak ada hubungan antara dukungan
Disarankan penelitian ini sebagai
keluarga dengan tingkat kemampuan dalam
masukan bagi bidang keperawatan untuk
melakukan aktivitas sehari – hari pada
dapat
penderita glaukoma kronis di Poli Mata
pengetahuan, memberikan informasi dan
RSD dr. Soebandi Jember.
wawasan kesehatan tentang pengobatan
Disarankan
dapat
glaukoma
kronis
langsung dalam penangan pasien terutama
dukungan
keluarga.
dalam membantu
tentang peran serta dukungan keluarga
penderita glaukoma
melakukan
aktivitas
dalam
yang
kemampuan,
ikut
dalam
Keluarga
meningkatkan
Perlu
melibatkan perhatikan
untuk memberikan motivasi dan perhatian
kehidupan sehari - hari. Peran dari keluarga
kepada
memberikan dukungan secara psikis pada
sehingga tercipta keinginan untuk dapat
pasien
melakukan aktivitas sehari – hari.
dalam
glaukoma.
menjalani
pengobatan
penderita
glaukoma
kronis
DAFTAR PUSTAKA Arif Mansjoer, 2001, Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:FKUI
Notoatmodjo, S. 2003, Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003. Riset Kesehatan Dasar. Direktorat Jenderal Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. [Accesed 12 Oktober 2013].
Nursalam, 2003, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Effendi, N. 1998, Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2. Jakarta: EGC Egbert, G.D. dan S.Y. Erofeeva. 2002. Efficient inversemodeling of barotropic ocean tides. Journal of Atmospheric and Oceanic Technology, Friedman, M. M. 1998, Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktek. Edisi 3. Jakarta: EGC. Gordon, 2005,¶ 3 http://ms.wikipedia.org/wiki/Keluarg a, diperoleh tanggal 5 Oktober 2013). Hardywinoto, Setiabudi. 2005. Panduan Gerontologi. Jakarta : Gramedia. Lee BW, 1999, Robin AL Predictors of and Barrriers Associated with Poor Follow-up among Glaucoma Patients in South India. Archives of Ophthalmology. Martika, A. 2012. Hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan aktivitas dasar lansia di Puskesmas Kedungjati Kabupaten Grobogan. Universitas Muhammadiyah Semarang. Skripsi tidak dipublikasikan
Potter, P.A, Perry, 2005 A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk.Jakarta:EGC Salmon, J.R, 2009. Glaucoma. In: Paul R, Whitcher, J.P, ed. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. USA: McGraw-Hill. Setiadi, 2008, Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu Simmons, S.T., et al, 2007. Introduction to Glaucoma: Terminology, Epidemiology, and Heredity. In: Tanaka, S., ed. Glaucoma. Singapore: American Academy of Ophthalmology Simmons, S.T., et al, 2007. Intraocular Pressure and Aqueous Humor Dynamics. In: Tanaka, S., ed. Glaucoma. Singapore: American Academy of Ophthalmology Sugiarto, Andi. 2005. Penilaian Keseimbangan Dengan Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari Pada Lansia Dip Anti Werdha Pelkris Elim Semarang Dengan Menggunakan Berg Balance Scale Dan Indeks Barthel. Semarang : UNDIP. Sugiyono, 2007, Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Penerbit: CV. Alfabet