1
HUBUNGAN ASUPAN ENERGI PROTEIN LEMAK DAN KARBOHIDRAT DENGAN STATUS GIZI PELAJAR DI SMPN 1 KOKAP KULON PROGO YOGYAKARTA. Yohana Banowinata Klau¹, Dwi Ciptorini², Silvia Dewi Styaningrum³ INTISARI Latar Belakang :Remaja mempunyai kebutuhan nutrisi yang spesial, karena pada saat tersebut terjadi pertumbuhan yang pesat dan terjadi perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan timbulnya pubertas. Perubahan pada masa remaja akan mempengaruhi kebutuhan, absorbsi, serta cara penggunaan zat gizi. Gangguan gizi yang sering ditemukan pada masa remaja adalah kekurangan energi dan protein, anemia gizi besi dan defisiensi berbagai vitamin dan mineral. Sebaliknya pada remaja juga ditemukan masalah gizi yang ditandai dengan tingginya angka obesitas.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada hubungan asupan energi, karbohidrat, protein dan lemakdengan status gizi remaja di SMPN 1 Kokap. Metode Penelitian : Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Kokap, Kulon Progo, pada bulan Maret 2012, dengan pendekatancross sectional yang menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%. Populasi penelitian ini adalah semua pelajar (putra dan putri) di SMPN 1 Kokap yang berjumlah 474 orang.Jumlah responden yang diambil sebanyak 126 orang dari kelas VII yang diambil secaraaccidental sampling. Hasil Penelitian :Persentase asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat sebagian besar termasuk kategori kurang (< 80% AKG). Hasil perhitungan status gizi menunjukkan sebagian besar responden memiliki status gizi normal.Hasil analisis chi-square asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat dengan status gizi, diperoleh nilai p value p > 0,05. Kesimpulan :Tidak ada hubungan antara asupan energi dengan status gizi, tidak ada hubungan asupan protein dengan status gizi, tidak ada hubungan asupan lemak dengan status gizi, tidak ada hubungan asupan karbohidrat dengan status gizi. Kata Kunci : Remaja, asupan zat gizi, status gizi.1
1. Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan UNRIYO 2. Dosen Program Studi S1 Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan UNRIYO 3. Dosen Program Studi S1 Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan UNRIYO
2
THE CORRELATION BETWEEN NUTRITION INTAKE (ENERGY, PROTEIN, FAT AND CARBOHYDRATE) AND NUTRITION STATUS AMONG STUDENTS IN SMPN 1 KOKAP, KULON PROGO YOGYAKARTA. Yohana Banowinata Klau¹, Dwi Ciptorini², Silvia Dewi Styaningrum³ ABSTRACT Background: Adolescents have special nutritional needs, because at the time of such rapid growth and maturation of physiological changes in connection with the onset of puberty. Changes in adolescence will affect demand, absorption, and how to use nutrients. Common nutritional disorder in adolescence is a lack of energy and protein, iron anemia and deficiencies of various vitamins and minerals. In contrast to the adolescents were also found nutritional problems are characterized by high rates of obesity. This study is aimed to identify the correlation between intake (energy, protein, fat and carbohydrate) and nutrition status among students in SMPN 1 Kokap, Kulon Progo, Yogyakarta. Methods: The study was conducted in SMPN 1 Kokap, Kulonprogo, in March 2012, with disign cross-sectional approach using chi-square test with 95% confidence level. The study population was all students (boys and girls) in SMP 1 Kokap totaling 474 people. The number of respondents who take as many as 126 people were taken from class VII to accidental sampling. Results: The percentage of energy intake, protein, fat and carbohydrates including most of the categories of less (<80% RDA). Nutritional status of the calculation results show the majority of respondents had normal nutritional status. The results of chi-square analysis of energy intake, protein, fat and carbohydrates with nutritional status, the value of p values obtained are, respectively, 0.57, 0.25, 0.42, 0.55 larger than α (p> 0.05). Conclusion: There was no correlation between intake (energy, protein, fat and carbohydrate) and nutrition status 2 Keywords: Adolescents, nutrition intake, nutritional status.
1. 2. 3.
Student of Nutrition Science Study Program of Health Faculty, Respati University Yogyakarta. Lecturer of Nutrition Science Study Program of Health Faculty, Respati University Yogyakarta Lecturer of Nutrition Science Study Program of Health Faculty, Respati University Yogyakarta
3
PENDAHULUAN Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang ditentukan oleh keadaan remaja saat ini. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian yang serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja itu sendiri. Remaja yang sehat adalah remaja yangproduktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Aryani, 2010). Remaja mempunyai kebutuhan nutrisi yang spesial, karena pada saat tersebut terjadi pertumbuhan yang pesat dan terjadi perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan timbulnya pubertas. Perubahan pada masa remaja akan mempengaruhi kebutuhan, absorbsi, serta cara penggunaan zat gizi. Pertumbuhan yang pesat dan masa pubertas pada masa remaja tergantung pada berat dan komposisi tubuh seseorang.Ini menunjukkan bahwa status gizi memegang peranan penting dalam menentukan status kematangan fisiologis seseorang.Status gizi dibawah normal atau adanya penyakit kronis dapat menghambat pubertas (Aryani, 2010). Survei Depkes tahun 1997 terhadap 600 ribu anak SD di 27 propinsi di Indonesia menunjukkan bahwa anak sekolah yang mengalami gangguan masalah kurang gizi berkisar antara 13,6%-43,7%. Masalah kekurangan gizi pada usia SD terlihat dengan prevalensi kekurangan energi protein di Indonesia pada siswa SD/MI sebesar 30,1%. Sedangkan prevalensi anemia besi mencakup sekitar 25-40%. Besarnya prevalensi gangguan pertumbuhan pada siswa SD/MI di Indonesia sebesar 32% di pedesaan dan 18% di wilayah perkotaan (Soekirman, 2000). Hasil Riskesdas tahun 2007, diketahui Prevalensi nasional Anak Usia Sekolah (usia 6-14 tahun) yang status gizi kurus (laki-laki) adalah 13,3%, sedangkan prevalensi nasional status gizi Anak Usia Sekolah kurus (perempuan) adalah 10,9%. Prevalensi nasional Anak Usia Sekolah gemuk (laki-laki) adalah 9,5%, sedangkan prevalensi nasional Anak Usia Sekolah gemuk (perempuan) adalah 6,4% (Anonim, 2007). Siswa SMP digolongkan dalam anak remaja.Selera makan yang begitu besar selama masa remaja harus dipenuhi dengan makanan yang bergizi baik dan seimbang. Diet yang terdiri atas beranekaragam jenis makanan akan memastikan kecukupan gizi anak remaja (Waryana, 2010). Asupan zat-zat gizi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan remaja akan membantu remaja mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Ketidakseimbangan antara kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi baik itu berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang (Sulistioningsih, 2011). Berdasarkan permasalahan di atas peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah ada hubungan asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak dengan status gizi remajadi SMP N 1 Kokap, Kabupaten Kulon Progo.
4
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalah : “Apakah ada hubungan asupan energi, karbohidrat, protein dan lemakdengan status gizi remaja di SMPN 1 Kokap?”
Tujuan Penelitian untuk mengetahui apakah ada hubungan asupan energi, karbohidrat, protein dan lemakdengan status gizi remaja di SMPN 1 Kokap.
Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatancross sectional yaitu melakukan pengukuran dalam waktu yang sama baik pada variabel bebas maupun variabel terikat.
Sampel Bagian dari populasi yang dipilih secara accidental sampling : mengambil responden yang kebetulan ada di suatu tempat atau keadaan tertentu (Riyanto, 2011).
Besar Sampel Ditentukan berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus.
Rumus : Rumus besar sampel (diketahui jumlah populasi) :
n = besar sampel N = besar populasi Z = nilai sebaran normal baku (tingkat kepercayaan 95% = 1,96) P = proporsi kejadian (0,50) d = besar penyimpangan 0,1. n=
= 79,83 = 80orang.
5
Alat / Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, kuisioner food recall 24 jam dan alat tulis (kuesioner terlampir), timbangan injak dengan tingkat ketelitian 0,1 kg, Mikrotoise (pengukur tinggi badan) dengan tingkat ketelitian 0,1 cm.
Variabel dan Definisi Operasional 1) Variabel bebas : asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak. Definisi Operasional : a. Asupan energi Adalah jumlah total energi, yang bersumber dari makanan dan minuman yang dikonsumsi, yang diperoleh dari survei konsumsi menggunakan metode food recall 24 jam, kemudian dibandingkan dengan AKG dan dikalikan 100%.
Parameter : Klasifikasi tingkat kecukupan energi sebagai berikut (WNPG, 2004): Baik : 80 – 110 % AKG Kurang : <80% AKG Lebih : > 110% AKG Skala : Ordinal b.
Asupan karbohidrat Adalah jumlah total karbohidrat yang bersumber dari makanan dan minuman yang dikonsumsi, yang diperoleh dari survei konsumsi menggunakan metode food recall 24 jam, kemudian dibandingkan dengan AKG dan dikalikan 100%. Parameter : Klasifikasi tingkat kecukupan karbohidrat sebagai berikut (WNPG, 2004): Baik : 80 – 110 % AKG Kurang : <80% AKG Lebih : > 110% AKG Skala : Ordinal
c.
Asupan protein Adalah jumlah total protein, yang bersumber dari makanan dan minuman yang dikonsumsi, yang diperoleh dari survei konsumsi menggunakan metode food recall 24 jam, kemudian dibandingkan dengan AKG dan dikalikan 100%. Parameter : Klasifikasi tingkat kecukupan protein sebagai berikut (WNPG, 2004): Baik : 80 – 110 % AKG Kurang : <80% AKG Lebih : > 110% AKG
6
Skala : Ordinal d.
Asupan lemak Adalah jumlah total lemak, yang bersumber dari makanan yang dikonsumsi, yang diperoleh dari survei konsumsi menggunakan metode food recall 24 jam, kemudian dibandingkan dengan AKG dan dikalikan 100%. Parameter : Klasifikasi tingkat kecukupan lemak sebagai berikut (WNPG, 2004): Baik : 80 – 110 % AKG Kurang : <80% AKG Lebih : > 110% AKG Skala : Ordinal
2) Variabel terikat : status gizi remaja di SMPN 1Kokap, Kulon Progo. Definisi Operasional:keadaan gizi seseorang yang diukur dengan cara antropometri, dengan indeks IMT/U untuk anak usia 5-18 tahun (Kepmenkes RI, 2011) seperti terlampir. Parameter : a.
Kurus jika nilai ambang batas (Z-Scores) -3 SD sampai dengan < -2 SD.
b.
Normal jika nilai ambang batas (Z-Scores) -2 sd sampai dengan 1 SD
c.
Gemuk jika nilai ambang batas (Z-Scores) > 1SD
Skala : ordinal.
HASIL PENELITIAN 1.
Karakteristik Responden Responden penelitian adalah pelajar kelas VII SMPN 1 Kokap, Kulon Progo sebanyak 126 orang.Adapun distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Distribusi Berdasarkan Karakteristik Responden Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Usia (tahun) 10-12 13-15
n 62 64
% 49.2 50.8
23 103
18.3 81.7
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Rata-rata usia responden 13-15 tahun. Rata-rata tinggi badan anak Indonesia dalam tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk kelompok usia 13-15 tahun yaitu 156 cm untuk laki-laki dan 153 cm untuk perempuan dan rata-rata berat badan kelompok usia yang sama yaitu 45 kg untuk laki-laki dan 48 kg untuk perempuan, sedangkan rata-rata tinggi badan dan berat badan responden dapat dilihat pada tabel 4.
7
Karakteristik berdasarkan rata-rata tinggi badan dan berat badan dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Rata-Rata Tinggi Badan dan Berat Badan Responden x ± SD Min Tinggi Badan (cm) Laki-laki 145.1±7.3 132 Perempuan 144.3±6.7 127 Berat Badan (kg) Laki-laki 37.4±8.4 25 Perempuan 37.9±9.1 22
Maks 166 160 64 68
Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata tinggi badan responden laki-laki dan perempuan dalam kelompok usia 13-15 tahun termasuk pendek karena berada dibawah rata-rata tinggi badan anak Indonesia pada umumnya seperti yang tertera dalam tabel AKG. Rata-rata berat badan responden laki-laki termasuk kategori normal karena sesuai dengan rata-rata berat badan anak Indonesia pada umumnya seperti yang tertera dalam tabel AKG, sedangkan untuk responden perempuan rata-rata berat badannya termasuk kurus karena berada dibawah rata-rata berat badan anak Indonesia pada umumnya seperti yang tertera dalam tabel AKG. 2.
Analisis Univariat a.
Status Gizi Berdasarkan hasil pengumpulan data, dapat diketahui bahwa responden penelitian yang mempunyai status gizi kurus sebanyak 17 orang (13.5%) dan yang mempunyai status gizi normal sebanyak 109 orang. Menurut jenis kelamin, dapat diketahui bahwa persentase responden perempuan dengan status gizi kurus banyak jumlahnya dibandingkan dengan responden laki-laki, sedangkan responden dengan status gizi normal lebih banyak pada laki-laki. Sedangkan berdasarkan umur, yang memiliki presentase terbesar yaitu responden usia 13-15 tahun dengan status gizi normal yaitu sebanyak 90 orang (87.4%).
b.
Asupan Energi Dari hasil recall 24 jam selama 3 hari terpisah dapat diketahui bahwa paling banyak responden mempunyai asupan energi kurang yaitu 75 orang (59.5%) sedangkan yang lainnya mempunyai asupan baik yaitu 51 orang (40.5%). Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa responden dengan asupan energi kurang persentase terbesar terdapat pada laki-laki sedangkan responden dengan asupan energi baik persentase terbesar terdapat pada responden perempuan.
c.
Asupan Protein Hasil recall menunjukkan responden dengan asupan protein kurang mempunyai jumlah terbesar yaitu sebanyak 61 orang (48.4%) dan asupan protein baik yaitu sebanyak 65 orang (51.6%). Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa asupan protein kurang persentase terbesar terdapat pada responden laki-laki sedangkan asupan protein baik persentase terbesar terdapat pada reponden perempuan.
d.
Asupan Lemak Hasil recall menunjukkan responden dengan asupan lemak kurang mempunyai jumlah terbesar yaitu sebanyak 75 orang (59.5%) dan yang mempunyai asupan baik sebanyak 51 orang (40.5%).Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa asupan lemak kurang persentase terbesar terdapat pada
8
responden laki-laki sedangkan asupan lemak baik dan lebih persentase terbesar terdapat pada responden perempuan. e.
Asupan Karbohidrat Hasil recall menunjukkan responden dengan asupan karbohidrat kurang mempunyai jumlah terbesar yaitu sebanyak 94 orang (74.6%), yang asupannya baik sebanyak 32 orang (25.4%), sedangkan berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa responden dengan asupan karbohidrat kurang persentase terbesar terdapat pada responden laki-laki sedangkan pada asupan karbohidrat baik persentase terbesar terdapat pada responden perempuan.
3.
Analisis Biavariat a.
Asupan Energi dengan Status Gizi Hasil uji statistik menggunakan chi square dengan α = 0.05, diperoleh nilai p=0,57. Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara asupan energi dengan status gizi. Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Asupan Energi dan Status Gizi
b.
Asupan Energi
Status Gizi
Kurang Baik Jumlah
Kurus n % 10 58.8 7 41.2 17 100
Total Normal n % 65 59.6 44 40.4 109 100
n 75 51 126
p value % 59.5 40.5 100
0.57
Asupan Protein dengan Status Gizi Hasil uji statistik menggunakan Chi Square dengan α = 0.05, diperoleh nilai p=0,25. Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara asupan protein dengan status gizi. Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Asupan Protein dan Status Gizi Asupan Protein
c.
Status Gizi Kurus n % Kurang 10 58.8 Baik 7 41.2 Jumlah 17 100 Asupan Lemak dengan Status Gizi
Total Normal n % 51 46.8 58 53.2 109 100
n 61 65 126
p value % 48.4 51.6 100
0.25
Hasil uji statistik menggunakan Chi Square dengan α = 0.05, diperoleh nilai p = 0,42. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan lemak dengan status gizi. Tabel 5.Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Lemak dan Status Gizi. Asupan Lemak
Kurang Baik Jumlah
Status Gizi Kurus n % 11 64.7 6 35.3 17 100
Total Normal n % 64 58.7 45 41.3 109 100
n 75 51 126
p value % 59.5 40.5 100
0,42
9
d.
Asupan Karbohidrat dengan Status Gizi Hasil uji statistik menggunakan chi square dengan α = 0.05, diperoleh nilai p = 0.55, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan karbohidrat dengan status energi. Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Karbohidrat dan Status Gizi Asupan Karbohidrat Kurang Baik Jumlah
Status Gizi Kurus n % 13 76.5 4 23.5 17 100
Total Normal n % 81 74.3 28 25.7 109 100
n 94 32 126
p value % 74.6 25.4 100
0.55
PEMBAHASAN 1.
Asupan Energi dengan Status Gizi Hasil penelitian menunjukkan, responden yang memiliki status gizi kurus tetapi asupannya kurang lebih banyak jumlahnya (58.8%) dibandingkan dengan yang status gizinya kurus tetapi asupannya baik (41.2%).Demikian juga pada responden yang memiliki status gizi baik tetapi asupan energinya kurang (59.6%) jumlahnya lebih banyak daripada yang memiliki status gizi normal tetapi asupannya baik (40.4%). Ditemukannya responden dengan status gizi kurus tetapi asupan energinya baik (41.2%) disebabkan karena asupan energi yang baik tidak diimbangi dengan olahraga dan aktifitas yang baik, karena dari hasil wawancara menunjukkan, beberapa responden sering menghabiskan waktu setelah pulang sekolah dengan bermain. Menurut Depkes RI (1995), kegiatan fisik dan olahraga, yang tidak seimbang dengan energi yang dikonsumsi, dapat mengakibatkan berat badan tidak normal, sedangkan responden dengan status gizi normal tetapi asupan energinya kurang (59.6%), disebabkan karena keadaan status gizi saat ini merupakan refleksi asupan energi secara keseluruhan yang berasal dari pangan sumber karbohidrat, lemak dan protein. Tidak terdapatnya hubungan antara asupan energi dan status gizi disebabkan karena pada saat recall responden lupa apa saja yang sudah dikonsumsi dan karena peneliti tidak melakukan wawancara dengan ibu responden yang menyiapkan makanan di rumah. Sehingga jumlah asupan hasil perhitungan tidak menunjukkan kesesuaian dengan status gizi responden.Hal ini juga menunjukkan bahwa responden yang berada pada keadaaan gizi baik saat ini mempunyai risiko untuk mengalami penurunan status gizi menuju gizi kurang dan buruk bila tidak diperhatikan konsumsi makanan mereka. Menurut Almatsier (2001), kekurangan energi akan menyebabkan tubuh mengalami keseimbangan negatif. Akibatnya berat badan kurang dari berat seharusnya (ideal) dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan tubuh. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rubaida (2007) yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara kecukupan asupan energi dengan status gizi.Responden yang mempunyai asupan energi tingi dapat meningkatkan risiko mengalami gizi lebih. Hal ini disebabkan sisa energi yang tidak dikeluarkan tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak. Konsumsi energi melebihi kebutuhan dalam jangka panjang akan menyebabkan kegemukan (Almatsier, 2001).
10
2.
Asupan Protein dengan Status Gizi Hasil penelitian menunjukkan responden dengan status gizi normal persentase terbesar terdapat pada responden yang asupan proteinnya baik yaitu 58 orang (53.2%), responden dengan status gizi kurus tetapi asupan protein kurang (58.8%) juga memiliki persentase lebih besar dibandingkan dengan yang asupannya baik (41.2%). Responden dengan status gizi normal tetapi asupan proteinnya kurang, disebabkan karena pada saat recall peneliti tidak melakukan wawancara dengan ibu responden yang menyiapkan makanan di rumah.Sehingga jumlah asupan hasil perhitungan tidak menunjukkan kesesuaian dengan status gizi responden.
Dilihat dari karakteristik tinggi badan, rata-rata tinggi badan responden termasuk dalam kategori pendek jika dibandingkan dengan rata-rata tinggi badan anak Indonesia yang terdapat dalam tabel AKG.Hal ini menunjukkan keadaan gizi masa lalu yang tidak baik, karena menurut Waryana (2010), seseorang yang tergolong pendek tidak sesuai umur kemungkinan keadaan gizi masa lalu tidak baik. Belum diketahui secara pasti faktor yang menyebabkan tidak terdapat hubungan antara asupan zat gizi dengan status gizi, tetapi menurut Soekirman (2000) menyebutkan status gizi adalah keadaan kesehatan akibat interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup manusia, sedangkan menurut Almatsier (2001), bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. 3.
Asupan Lemak dengan Status Gizi Hasil penelitian menunjukkan responden dengan status gizi normal tetapi asupan lemaknya kurang jumlahnya lebih banyak (58.7%) daripada yang asupannya baik (41.3%), sedangkan pada responden dengan status gizi kurus terdapat 6 orang (35.3%) yang asupan lemaknya baik. Hal ini disebabkan seperti halnya pada asupan energi, status gizi merupakan refleksi asupan secara keseluruhan yang berasal dari pangan sumber energi, karbohidrat dan protein. Hal ini juga disebabkan karena pada saat recall peneliti tidak melakukan wawancara dengan ibu responden yang menyiapkan makanan di rumah. Sehingga jumlah asupan hasil perhitungan tidak menunjukkan kesesuaian dengan status gizi responden.Hal ini disebabkan karena responden hanya mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung lemak sedikit, seperti sayuran yang ditumis, tempe goreng, tahu goreng, ikan goreng dan telur goreng. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rubaida (2007) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara proporsi asupan energi yang berasal dari lemak dengan status gizi. Hal yang sama ditunjukkan oleh Medawati (2004) menunjukkan bahwa obesitas bukan hanya disebakan oleh kontribusi lemak terhadap total energi saja tetapi dari asupan lain seperti karbohidrat dan protein.
11
KESIMPULAN Tidak terdapat hubungan asupan energi dan status gizi (p > 0.05).Tidak terdapat hubungan asupan protein dan status gizi (p > 0.05).Tidak terdapat hubungan asupan lemak dan status gizi (p > 0.05).Tidak terdapat hubungan asupan karbohidrat dan status gizi (p > 0.05).Dengan demikian Ho diterima.
SARAN 1.
Bagi responden penelitian, lebih memperhatikan pola makan gizi seimbang dan membiasakan diri untuk sarapan pagi sebelum berangkat sekolah.
2.
Bagi tenaga kesehatan di Kecamatan Kokap, lebih meningkatkan sosialisasi tentang gizi pada remaja untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang gizi untuk mengurangi terjadinya masalah gizi dalam kehidupan remaja.
3.
Bagi peneliti lain, melakukan penelitian lebih lanjut dengan variabel lain yang mempengaruhi asupan dan status gizi serta menggunakan metode rancangan penelitian yang berbeda seperti studi prospektif untuk mengikuti perkembangan status gizi pelajar atau studi restrospektif untuk mencari tahu tentang latar belakang asupan energi yang kurang.
12
DAFTAR PUSTAKA Almatsier, Sunita. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Anonim.(2007). Internet.Laporan Nasional Riskesdas 2007.Jakarta :http://www.k4health.org.pdf Aryani, Ratna (Editor). (2010). Kesehatan Remaja : Problem Dan Solusinya, Jakarta : Salemba Medika. Riyanto, Agus. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan, Yogyakarta : Nuha Medika. Soekirman.(2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya Untuk Keluarga dan Masyarakat. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional 1999/2000, Jakarta. Sulistyoningsih, Hariyani. (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak, Yogyakarta : Graha Ilmu. Waryana, (2010).Gizi Reproduksi,Yogyakarta : Pustaka Rihama Yuliansah, Deny. (2007). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Remaja Putri Di Sekolah Menengah Umum Negeri Toho Kabupaten Pontianak. S.Gz. Skripsi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.