HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO Akmal Dwiyana Kau, Sunarto Kadir, Ramly Abudi 1
[email protected] Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Tekanan Panas menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi darah. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat di lingkungan panas, maka darah akan mendapat beban tambahan, karena harus membawa oksigen ke bagian otot yang sedang bekerja, sehingga akan berpengaruh terhadap frekuensi denyut nadi pekerja. Rumusan masalah dalam penelitian ini yakni apakah ada hubungan antara tingkat tekanan panas dengan frekuensi denyut nadi pekerja pandai besi di Kelurahan Padebuolo. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat tekanan panas dengan frekuensi denyut nadi pekerja pandai besi di Kelurahan Padebuolo. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik, dengan pendekatan cross sectional. Adapun populasi dalam penelitian ini pekerja pandai besi sebanyak 62 pekerja sedangkan teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode simple random sampling. Data hasil penelitian ini menggunakan analisis Korelasi Pearson Product Moment. Hasil penelitian berdasarkan analisis uji statistik Korelasi Pearson Product Moment dengan derajat kemaknaan: α = 0,05, didapatkan bahwa nilai Sig. sebesar 0,000 Sehingga nilai Sig. (0,000) < α = 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan yang berarti antara tingkat tekanan panas dengan frekuensi denyut nadi pekerja pandai besi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan Antara tingkat tekanan panas dengan frekuensi denyut nadi pekerja pandai besi di Kelurahan Padebuolo. Diharapkan bagi pekerja pandai besi mengkonsumsi air minum dalam jumlah yang cukup untuk mengatasi panas yang diterima oleh tubuh. Kata Kunci: Tingkat Tekanan Panas, Frekuensi Denyut nadi 1
Akmal Dwiyana Kau Mahasiswa Pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo, Dr. Sunarto Kadir, Drs., M.Kes dan Ramly Abudi, S.Psi, M.Kes Dosen Pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo
Lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, baik berupa lingkungan fisik, lingkungan biologis maupun lingkungan sosial yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain. Tekanan panas merupakan salah satu faktor lingkungan fisik yang berpotensi untuk menimbulkan gangguan kesehatan atau tekanan bagi pekerja bila berada pada kondisi yang ekstrim, sehingga diperlukan lingkungan kerja yang nyaman untuk menghindari gangguan kesehatan pada pekerja, seperti terjadinya irama jantung yang abnormal yakni takikardia dan bradikardia. Takikardia adalah denyut nadi yang cepat, biasanya didefinisikan pada orang dewasa sebagai denyut nadi yang lebih dari 100 kali per menit. Takikardia yang parah dapat mengganggu fungsi normal jantung, atau menyebabkan serangan jantung mendadak. Sedangkan Bradikardia adalah frekuensi denyut nadi yang lambat, biasanya ditetapkan kurang dari 60 kali permenit. Hal ini dapat menjadi masalah yang serius apabila jantung tidak cukup memompa darah yang kaya akan oksigen ke tubuh (Guyton dan Hall, 2007). Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada lingkungan kerja pandai besi didapatkan hasil pengukuran temperatur lingkungan kerja pandai besi pada jam 09.00 wita diperoleh hasil sebesar 32,4oC dan juga diperoleh hasil pengukuran denyut nadi pekerja sebesar 73 kali/menit. Sedangkan pengukuran tekanan panas di tempat dan dengan pekerja yang sama pada jam 10.00 wita diperoleh hasil sebesar 33,2oC, untuk pengukuran denyut nadi pekerja yaitu 78 kali/menit, dan pada jam 11.00 wita diperoleh hasil sebesar 34,5oC dan juga pengukuran denyut nadi pekerja lebih tinggi 5 kali/menit dari pengukuran denyut nadi sebelumnya yaitu sebesar 83 kali/menit. Hasil pengukuran suhu tersebut melebihi suhu normal yang dianjurkan di tempat kerja yaitu 24-26°C. Selain itu, banyak dari pekerja pandai besi yang tidak menggunakan pakaian sebagai pelindung tubuh saat melakukan pekerjaannya, sehingga pekerja dapat terpapar langsung dengan tekanan panas yang dapat mempengaruhi kesehatannya.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Antara Tingkat Tekanan Panas dengan Frekuensi Denyut Nadi Pekerja Pandai Besi di Kelurahan Padebuolo”. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ini berada di Kelurahan Padebuolo, Kecamatan Kota Timur, Kota Gorontalo. Penelitian ini dilakukan sejak tanggal 2 Februari sampai 22 Februari tahun 2014. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik, dengan pendekatan cross sectional yang mempelajari dinamika korelasi antara tekanan panas dengan denyut nadi, dengan cara pendekatan observasi dan pengumpulan data sekaligus pada saat yang sama (point time approach). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode simple random sampling, yaitu teknik pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak. (Sugiyono, 2010). Sehingga didapatkan jumlah sampel sebanyak 54 pekerja pandai besi. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan uji statistik Korelasi Product Moment, yang digunakan untuk mengetahui hubungan pada dua variabel yakni tingkat tekanan panas dan frekuensi denyut nadi pekerja pandai besi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian yang dilakukan terhadap pekerja pandai besi di Kelurahan Padebuolo mengenai tingkat tekanan panas dan frekuensi denyut nadi pekerja pandai besi berdasarkan pengukurannya menunjukkan hasil yang bervariasi. Hasil dari frekuensi denyut nadi yang bervariasi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti umur, jenis kelamin, riwayat kesehatan, intensitas dan lama kerja, keadaan kesehatan seseorang dan lainnya. Sedangkan hasil dari tingkat tekanan panas dapat dipengaruhi faktor internal seperti umur dan status gizi pekerja.
Pengukuran tingkat tekanan panas Tabel 1. Distribusi Tingkat Tekanan Panas di Lingkungan Kerja Pandai Besi di Kelurahan Padebuolo NO Tingkat Tekanan Panas (oC) n % 1
24,0 – 31,0
2
3,7
2
32,0 – 39,0
52
96,3
54
100,0
Jumlah Sumber: Data Primer, Februari 2014
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah suhu tekanan panas terbanyak terdapat pada interval suhu maksimum 32,0-39,0°C yakni sebanyak 52 lokasi kerja pandai besi (96,3%) dan terdapat 2 lokasi pada interval suhu normal 24,031,0°C (3,7%). Pengukuran frekuensi denyut nadi Tabel 2. Distribusi Frekuensi Denyut Nadi Pekerja Pandai Besi di Kelurahan Padebuolo NO Frekuensi Denyut Nadi (bpm) n % 1
60 – 100
36
66,7
2
101 – 140
18
33,3
54
100
Jumlah Sumber: Data Primer, Februari 2014
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah frekuensi denyut nadi terbanyak terdapat pada interval denyut nadi normal 60-100 kali per menit sebanyak 36 responden (66,7%), dan terdapat 18 responden pada interval denyut nadi (takikardia) 101-140 kali per menit sebanyak 18 responden (33,3%).
Hasil analisis statistik Berdasarkan uji normalitas data tingkat tekanan panas dan frekuensi denyut nadi dengan uji Kolmogorov-Smirnov nilai Sig. adalah 0,200. Menurut Priyatno (2013), jika nilai Signifikansi>0,05 maka data tersebut berdistribusi normal, dan jika Signifikansi <0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Dari data tersebut tekanan panas yang diukur pada saat jam 11.00 WITA p=0,200 sehingga p>α (0,05), dengan demikian sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Berdasarkan uji Pearson Correlation dengan menggunakan SPSS.21 diketahui bahwa nilai Sig. sebesar 0,000 atau p <α (0,05) maka Hipotesis nol ditolak, sehingga kesimpulannya yaitu ada hubungan yang berarti antara tingkat tekanan panas dengan frekuensi denyut nadi pekerja pandai besi. Hasil analisis Correlation Pearson (lampiran 4) data tekanan panas dengan denyut nadi pekerja pandai dapat juga diketahui melalui koefisien korelasi (r) hitung yang dibandingkan dengan koefisien korelasi (r) tabel (Pearson Product Moment). Dari hasil uji korelasi pearson didapatkan nilai koefisien korelasi (r) hitung sebesar 0,505 dan dibandingkan dengan nilai koefisien korelasi (r) tabel pada α (0,05) dengan n=54, maka diketahui koefisien korelasi (r) tabel sebesar 0,263 (lampiran 5), sehingga koefisien korelasi (r) hitung lebih besar dari pada koefisien korelasi (r) tabel, maka Ha diterima yaitu ada hubungan yang signifikasn antara tingkat tekanan panas dengan frekuensi denyut nadi pekerja pandai besi. Besarnya hubungan tingkat tekanan panas dengan frekuensi denyut nadi sebesar 0,505 yang berada pada indeks korelasi 0,400,599 dan termasuk kategori sedang. Pembahasan Lingkungan kerja pandai besi di Kelurahan Padebuolo rata-rata dirasakan kurang nyaman bagi pekerja, hal ini terjadi karena adanya pembakaran besi dalam tungku, selain itu atap ruangan yang terbuat dari seng membuat suhu udara semakin meningkat, dimana seng dapat menyerap panas dari sinar matahari dan kemudian menghantarkan panas ke ruangan tempat kerja pandai besi. Lingkungan kerja yang panas juga dapat berasal dari proses pengerasan besi/baja sehingga menambah
tingginya tingkat tekanan panas di lingkungan kerja pandai besi yang nantinya akan berpengaruh
terhadap
tubuh
pekerja,
kemudian
faktor-faktor
yang
dapat
mempengaruhi respon tubuh terhadap tingkat tekanan panas yakni aklimatisasi atau penyesuaian tubuh terhadap lingkungan kerja yang panas, umur, intensitas lama kerja dan status gizi pekerja yang nantinya akan mempengaruhi kinerja jantung sehingga dapat mempengaruhi peningkatan frekuensi denyut nadi pekerja pandai besi. Dalam penelitian ini seluruh sampel tidak memiliki riwayat penyakit anemia, hipertensi dan jantung. Riwayat penyakit dapat mempengaruhi kinerja jantung, seperti “pada anemia akan mengalami defisiensi zat besi yang menyebabkan peningkatan frekuensi denyut nadi terjadi untuk mencukupi jumlah oksigen yang dibawa oleh sel darah merah yang jumlahnya kurang” (Johnson dan Taylor, 2004). Menurut Johnson dan Taylor (2004) obat-obatan dapat juga berpengaruh terhadap frekuensi denyut nadi seperti salbutamol yang dapat menyebabkan takikardia, tetapi sampel dalam penelitian semuanya tidak terdapat pekerja yang menggunakan obatobatan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian denyut nadi pekerja pandai besi di Kelurahan Padebuolo diperoleh rata-rata denyut nadi pekerja yakni 95 kali/menit, dengan frekuensi denyut nadi tertinggi sebesar 136 denyut per menit yang dihitung pada jam 11.00 wita. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat 18 orang responden (33,3%) yang denyut nadinya berada di atas normal dan disebut dengan takikardia. Hal ini dapat disebabkan karena terjadinya peningkatan suhu udara di lingkungan kerja pandai besi pada jam 11.00 wita sehingga diikuti pula oleh peningkatan denyut nadi pekerja pandai besi yang berada di Kelurahan Padebuolo. Peningkatan denyut nadi dapat juga disebabkan karena pekerja menempa besi baja secara manual menggunakan martil sehingga otot-otot tangan menegang. Hal lainnya disebabkan karena pakaian yang digunakan oleh pekerja pandai besi kebanyakan menggunakan kaus yang bahan dasarnya terbuat dari bahan tetoron. Bahan ini terasa panas di badan dan kurang bisa menyerap keringat, sehingga pekerja akan lebih merasa panas dengan pakaian yang kurang nyaman. Beberapa orang
pekerja tidak menggunakan pakaian bagian atas ketika bekerja alasannya karena mereka lebih merasa panas jika menggunakan pakaian. Dampaknya tubuh pekerja akan langsung terpapar tekanan panas secara langsung yang berasal dari tungku pembakaran sehingga pekerja mengeluarkan keringat yang berlebihan, hal ini karena tekanan panas meningkatkan kinerja jantung untuk mengalirkan darah ke kulit untuk meningkatkan penguapan keringat dalam rangka mempertahankan suhu tubuh. Menurut Guyton dan Hall (2007) pada saat bekerja terjadi peningkatan metabolisme sel-sel otot sehingga aliran darah meningkat untuk memindahkan zat-zat makanan dari darah yang dibutuhkan jaringan otot. Semakin tinggi aktivitas maka semakin meningkat metabolisme otots sehingga curah jantung akan meningkat untuk mensuplai kebutuhan zat makanan melalui peningkatan aliran darah. Peningkatan curah jantung akan meningkatkan frekuensi denyut jantung yang akan meningkatkan denyut nadi pada akhirnya. Faktor umur merupakan salah satu variabel pengganggu yang dapat mempengaruhi frekuensi denyut nadi pekerja pandai besi, dan diketahui bahwa ratarata pekerja pandai besi berada pada rentang umur 25-45 tahun dan terdapat beberapa orang pekerja yang beusia di atas 50 tahun, sedangkan menurut Pearce (2011) frekuensi denyut nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan oksigen selama pertumbuhan. Pada masa remaja, denyut jantung menetap dan iramanya teratur. Pada orang dewasa efek fisiologis usia dapat berpengaruh terhadap sistem kardiovaskuler yang nantinya akan berpengaruh terhadap frekuensi denyut nadi pekerja. Pada usia yang lebih tua lagi dari usia dewasa penentuan frekuensi denyut nadi kurang dapat dipercaya, dimana frekuensi denyut nadi akan menurun seiring pertambahan usia. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat 36 orang pekerja (66,7%) yang frekuensi denyut nadinya normal, hal ini disebabkan karena terdapat pembagian tugas dalam proses pengerjaan pisau maupun parang seperti terdapat seorang pekerja yang bertugas dalam proses pembakaran dan pembentukan pisau di
tungku pembakaran sedangkan pekerja lainnya hanya bertugas pada saat proses penempahan besi/baja sehingga sehingga pekerja inilah yang tidak berhadapan langsung dengan tungku pembakaran yang mengakibatkan frekuensi denyut nadinya normal dibandingkan dengan pekerja yang berhadapan dengan tungku pembakaran. Berdasarkan hasil penelitian tekanan panas di lingkungan kerja pandai besi diperoleh rata-rata tekanan panas sebesar 34,3oC. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor Per.13/Men/x/2011 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja, kriteria beban kerja yang diterima oleh pekerja pandai besi termasuk dalam kategori ringan. Kategori ringan tersebut diketahui dari banyaknya denyut nadi pekerja per menit sebesar 75-100 kali/menit untuk kategori ringan. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa rata-rata denyut nadi pekerja pandai besi sebesar 95 kali per menit, dimana dengan denyut nadi tersebut maka termasuk kategori beban kerja ringan. Jika dibandingkan dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor Per.13/Men/x/2011 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja dengan pengaturan waktu kerja 75% kerja 25% istirahat untuk 7 jam kerja dengan beban kerja ringan maka Nilai Ambang Batas (NAB) di tempat kerja tersebut sebesar 31,0oC, dengan demikian tekanan panas di lingkungan kerja pandai besi di Kelurahan Padebuolo yakni 34,3oC telah melebihi NAB yang ditetapkan sebesar 31,0oC. Suhu nyaman bagi orang Indonesia adalah antara 24-26oC, suhu tersebut juga dianjurkan di tempat kerja. Suhu nyaman untuk bekerja erat hubungannya dengan tingkat metabolisme tubuh yang menghasilkan panas. Bekerja pada lingkungan kerja bersuhu tinggi dapat membahayakan bagi pekerja sehingga untuk bekerja pada temperatur demikian perlu upaya penyesuaian waktu kerja dan perlindungan yang tepat kepada tenaga kerja (Suma’mur, 2009).
Tekanan panas yang berlebih juga dapat mengakibatkan perubahan fungsional pada organ yang bersesuaian pada tubuh manusia serta dapat mengakibatkan rasa letih dan kantuk, mengurangi kestabilan dan meningkatnya jumlah angka kesalahan kerja sehingga dapat menurunkan efisiensi kerja (Depkes RI dalam Annuriyana, 2010). Dalam proses penelitian ini terdapat keterbatasan penelitian seperti adanya variabel pengganggu seperti umur, status gizi, intensitas dan lama kerja, riwayat penyakit dari pekerja pandai besi yang tidak diukur seberapa besar pengaruhnya terhadap hasil dari penelitian ini, dimana jika terdapat pekerja yang memiliki riwayat penyakit hipertensi atau jantung maka bisa sangat mempengaruhi hasil dari frekuensi denyut nadi pekerja sehingga bagi penelitian lainnya dapat memperhatikan hal-hal tersebut dan dapat menyempurnakan penelitian ini. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu: 1. Tingkat tekanan panas terbanyak terdapat pada interval suhu maksimum 32,039,0°C yakni sebanyak 52 lokasi kerja pandai besi (96,3%) yang telah melebihi suhu normal yang dianjurkan di tempat kerja yaitu 24-26°C. 2. Frekuensi denyut nadi terbanyak terdapat pada interval denyut nadi normal 60100 kali per menit sebanyak 36 responden (66,7%), dan terdapat 18 responden pada interval irama denyut nadi yang abnormal (takikardia) yakni 101-140 kali per menit sebanyak 18 responden (33,3%). 3. Berdasarkan hasil analisis uji Korelasi Pearson Product Moment, didapatkan nilai Sig. hubungan antara tingkat tekanan panas dengan frekuensi denyut nadi pekerja pandai besi sebesar 0,000 atau kurang dari 0,05 (p<0,05),
sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat tekanan panas dengan frekuensi denyut nadi pekerja pandai besi di Kelurahan Padebuolo.
Saran 1. Sebaiknya pemilik usaha pandai besi dapat memperbaiki lingkungan kerja pandai besi seperti mengganti atap seng dengan atap komposit yang terbuat dari limbah kayu dan plastik yang tidak menimbulkan panas yang berlebihan di lingkungan kerja sehingga pekerja pandai besi dapat bekerja dengan nyaman. 2. Pekerja pandai besi dapat menggunakan pakaian yang terbuat dari bahan katun karena bahan ini memiliki tekstur yang halus, dingin, nyaman, dan menyerap keringat. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang lain yang berhubungan dengan tekanan panas dan denyut nadi seperti kebiasaan merokok, status gizi dan intensitas serta lama kerja.
DAFTAR PUSTAKA Annuriyana,Ika. 2010. Hubungan Tekanan Panas Dengan Produktivitas Tenaga Kerja Bagian Pencetakan Genteng Di Desa Jelobo Wonosari Klaten. Skripsi. Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. (Online:http://eprints.uns.ac.id/2280/1/1554923082010083 61.pdf). Guyton dan Hall.2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:Buku Kedokteran EGC Johnson dan Taylor W. 2004. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta : EGC Pearce, E.C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Permenakertrans. 2011. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor PER-13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah Dan Bola (ISBB) yang Diperkenankan. Jakarta: Permenakertrans Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitipan. Bandung : Alfabeta Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta : Sagung Seto