JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
HUBUNGAN ANTARA TINGGI DAN TIPE HAK SEPATU DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PRAMUNIAGA DI DEPARTMENT STORE X, SEMARANG Ira Destiana, Baju Widjasena, Siswi Jayanti Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email :
[email protected]
Abstract : Height and type of the heel is one of the factors that affect the incidence of low back pain due to postural changes. Wearing high heels lead to changes in posture since the whole weight fall forward away from the line of gravity. The compensation body which carried the heavier, more curved spine and pressure on the lower back muscles. The purpose of this study was to determine the relationship between the height and the type of heel with low back pain complaints of saleswoman in Department Store X, Semarang. This research was a quantitative study with cross sectional approach. The independent variable consists of height and type of high heels while the dependent variable consists of low back pain complaint. External variables studied are based on work period and body mass index. This study differs from previous studies because this study aimed to analyze the variables of type heels and use a visual analog scale to determine the pain that was felt. Population in this research was the saleswoman who wearing high heels as much as 232 people. Based on inclusion and exclusion criteria then obtained a sample of 52 people. Analysis of data used univariate and bivariate analysis with chi square test. The results showed that there was a relationship between the height of heel with low back pain and there was a relationship between the type of heel with low back pain. Department Store X should provide a new policy to use of shoes with 5 cm maximum height and using wedges with higher back in order to reduce low back pain. Keywords
: height heel, type of heel, low back pain
PENDAHULUAN
satu
Latar Belakang
dipertimbangkan
Seiring dengan kemajuan zaman, pertumbuhan Indonesia
pusat
perbelanjaan. pekerjaan,
yang
pengelola Untuk
pramuniaga
harus pusat
menunjang dituntut
untuk
memperhatikan penampilan. Salah satu
memudahkan
yang dipertimbangkan saat bekerja adalah
masyarakat mendapatkan kebutuhan yang
penggunaan sepatu hak tinggi. Namun,
diinginkan, pramuniaga merupakan salah
penggunaan sepatu hak tinggi dalam
Untuk
lama
di
penting
semakin
berkembang.
semakin
perbelanjaan
hal
447
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
jangka
waktu
yang
kenyataannya
lama
berpengaruh
pada
sepatu
terhadap
tinggi
mengakibatkan
perubahan postur tubuh karena seluruh
keluhan muskuloskeletal. Keluhan
hak
berat badan jatuh ke depan menjauh dari
muskuloskeletal
adalah
garis gravitasi. Semakin tinggi hak maka
keluhan pada bagian otot – otot skeletal
postur
yang dirasakan seseorang mulai dari
penyesuaian berada pada posisi semakin
keluhan sangat ringan hingga terjadinya
jauh dari garis gravitasi. Kompensasi yang
gangguan fungsional. Salah satu masalah
dilakukan tubuh semakin berat, tulang
keluhan
punggung
muskuloskeletal
yang
sering
tubuh
saat
belum
semakin
melakukan
melengkung
serta
dialami adalah nyeri punggung bawah.
terjadi
Nyeri punggung bawah merupakan nyeri
belakang. Hal ini dapat menyebabkan
yang
punggung
nyeri punggung bawah. Selain itu terjadi
bawah, dapat berupa nyeri lokal maupun
perubahan sudut fleksi sendi lutut yang
nyeri radikular atau keduanya. Nyeri ini
semakin besar.5
dirasakan
di
daerah
terasa di antara sudut iga terbawah dan
tekanan
pada
saraf
tulang
Fitur lain pada sepatu yang perlu
lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal
dipertimbangkan
atau lumbal - sakral dan sering disertai
terhadap keluhan muskuloskeletal adalah
dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai
tipe hak sepatu. Tipe hak sepatu dapat
dan kaki.
1
merupakan
Tinggi dan tipe hak sepatu salah
satu
faktor
kaitannya
dikategorikan menjadi hak luas, medium
yang
dan
mempengaruhi timbulnya nyeri punggung bawah akibat perubahan postural.
dalam
sempit.
memungkinkan
2
Hak
sepatu
gaya
yang
yang
luas
diterapkan
pada hak sepatu untuk melintasi tanah
Sepatu menjadi salah satu peralatan
merata dan di distribusikan seimbang oleh penggunanya.6
yang turut berperan dalam menunjang aktivitas kerja. Sepatu hak tinggi adalah
Salah satu jenis sepatu hak tinggi
jenis sepatu dimana ketinggian bagian
yang disebut stiletto, merupakan jenis
tumit sepatu lebih tinggi dibandingkan
sepatu hak tinggi dimana lebar haknya
dengan bagian jari-jari. Sepatu hak tinggi
yang kecil sangat mengurangi distribusi
mempunyai
tekanan
ketinggian
tumit
yang
beragam, mulai dari 2 cm sampai 20 cm. Sepatu
hak
menyebabkan
tinggi
3
tanah,
yang
dapat
menghambat keseimbangan pergelangan
dapat
kaki.
Hal
tersebut
menyebabkan
sistem
ketidakseimbangan dan peningkatan risiko
muskuloskeletal ketika ketinggian haknya
terkilir sebagai akibat peningkatan ukuran
menambah kemiringan,
hak. Hak berukuran medium memiliki
dengan
elevasi
keluhan
di
daerah
yang
ditandai
tumit
yang
stabilitas yang lebih besar karena tekanan
berkaitan dengan kaki depan.4 Memakai
plantar dapat di distribusikan di wilayah 448
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
yang lebih luas. Umumnya, terdiri dari
mereka bekerja memakai sepatu hak
bentuk persegi. Sedangkan hak luas
tinggi dengan karakteristik tinggi hak
memungkinkan
diterapkan
sepatu yang berbeda dimana tinggi hak
pada tumit merata dan terdistribusikan di
sepatu yang wajib dipakai yaitu minimal 3
wilayah yang luas di tanah, memastikan
cm. Sedangkan tipe hak sepatu yang
keseimbangan pengguna. Hak luas yang
digunakan
paling umum adalah platform wedge dan
Pramuniaga bekerja dengan posisi berdiri
sepatu wedges.7
selama 8 jam tiap harinya yang terbagi
gaya
Berdasarkan
yang
berbeda
-
beda.
yang
dalam dua shift yaitu pukul 08.15 – 16.00
dilakukan pada 200 wanita pengguna
dan 14.00 – 22.00, dimana waktu istirahat
sepatu hak tinggi 0 cm, 4,5 cm dan 8 cm
tiap
di Korea Selatan dengan menggunakan
Karakteristik
analisis elektromiogram dapat disimpulkan
berada pada rentang 25 - 39 tahun
bahwa semakin tinggi hak sepatu yang
diketahui sebagai umur dimana keluhan
dipakai maka akan semakin tinggi pula
otot
pembebanan pada otot tulang belakang.
penggunaan sepatu dalam jangka waktu
Pembebanan
lama
menjadi
penelitian
juga
otot
tulang
penyebab
punggung bawah.
belakang
terjadinya
nyeri
shift
diberikan umur
skeletal
setiap
selama
1
pramuniaga
mulai
dirasakan
harinya
jam. yang
serta
berpotensi
meningkatkan risiko terjadinya keluhan
8
nyeri punggung bawah.
Penelitian yang dilakukan di Brazil
Penelitian ini dirasa penting untuk
pada 20 wanita pengguna sehari-hari
dilakukan karena belum pernah diketahui
sepatu hak tinggi menunjukkan bahwa
apakah karakteristik tinggi dan tipe hak
penggunaan sepatu hak tinggi jenis stiletto
sepatu keduanya berhubungan dengan
dan
keluhan nyeri punggung bawah. Oleh
platform
memiliki
efek
pada
perubahan posisi pergelangan kaki pada
karena
bidang sagital tubuh atau perubahan pada
mengetahui hubungan antara tinggi dan
sudut
tersebut
tipe hak sepatu dengan keluhan nyeri
pergelangan
punggung bawah pada pramuniaga di
tibiotarsal.
mengubah kaki,
Perubahan
keseimbangan
menyebabkan
elevasi
dan
itu
peneliti
tertarik
untuk
Department Store X, Semarang.
perpindahan maju dari pusat gravitasi sehingga
METODE PENELITIAN
terjadi
ketidakseimbangan postural.9
Jenis
penelitian
yang
digunakan
Berdasarkan survei awal penelitian,
dalam penelitian ini adalah penelitian
didapatkan bahwa 4 dari 5 pramuniaga
deskriptif-kuantitatif dengan pendekatan
mengeluhkan
cross sectional.
punggung
rasa
bawah.
nyeri Dalam
di
bagian
sehari-hari 449
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur
Populasi dalam penelitian ini adalah pramuniaga pengguna sepatu hak tinggi
Pramuniaga Department Store X
sebanyak 232 orang. Teknik pengambilan
Tahun 2015
sampel
dilakukan
sampling
dimana
dengan
purposive
berdasarkan
kriteria
Tabel
1
menunjukkan
bahwa
sampel
pramuniaga yang berumur kurang
sebanyak 52 orang. Kriteria inklusi terdiri
dari 35 tahun dengan jumlah 40 orang
Masa Frekuensi (%) Kerja <5 15 28,8 Tahun ≥5 37 71,2 Tahun Total 52 100,0 atas pramuniaga berumur 25-39 tahun,
(76,9%) lebih banyak dibandingkan
inklusi
dan
eksklusi
didapat
dengan pramuniaga yang berumur lebih dari 35 tahun. 2.
Masa kerja Tabel 2. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pramuniaga Department Store X Tahun 2015
tidak hamil, tidak memiliki riwayat penyakit seperti fraktur akibat kecelakaan, Hernia
Tabel
Nucleus Pulposus, spondilosis, skoliosis
2
menunjukkan
bahwa
dan kifosis serta tidak memiliki riwayat
pramuniaga yang sudah menjalani
keluhan nyeri punggung bawah sebelum
masa kerja lebih besar dari atau sama
bekerja
dengan 5 tahun dengan jumlah 37
menjadi
pramuniaga.
Kriteria
eksklusi terdiri atas pramuniaga yang tidak
orang
(71,2%)
bersedia diikutsertakan dalam penelitian.
dibandingkan
lebih
dengan
banyak
pramuniaga
yang sudah menjalani masa kerja kurang dari 5 tahun.
HASIL DAN PEMBAHASAN 3.
ANALISIS UNIVARIAT
Tabel 3.
A. Karakteristik Responden Berdasarkan dilakukan
terhadap
penelitian 52
1.
Distribusi
Frekuensi
Indeks Massa Tubuh Pramuniaga
yang
Department Store X Tahun 2015
pramuniaga,
diketahui distribusi frekuensi karakteristik Umur Frekuensi < 35 40 Tahun ≥ 35 12 Tahun Total 52 pramuniaga yaitu :
Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT Non Obesitas Obesitas Total
(%) 76,9 23,1
Tabel
100,0
3
Frekuensi 44 8 52 menunjukkan
(%) 84,6 15,4 100,0 bahwa
pramuniaga yang termasuk dalam kategori non obesitas (kurus dan
Umur
normal) dengan jumlah 44 orang (84,6%) lebih banyak dibandingkan 450
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
dengan
pramuniaga
yang
yang menggunakan sepatu dengan
masuk
tipe hak tidak berisiko (luas).
dalam kategori obesitas (gemuk).
D. Keluhan nyeri punggung bawah
B. Tinggi hak sepatu Tabel 4. Distribusi Frekuensi Tinggi
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Keluhan
Hak Sepatu Pramuniaga Department
Nyeri Punggung Bawah Pramuniaga
Store X Tahun 2015
Department Store X Tahun 2015
Tabel
4
menunjukkan
pramuniaga sepatu
yang
Tinggi Hak Frekuensi Berisiko 32 (≥ 5 cm) Tidak Berisiko 20 (< 5 cm) Total 52
bahwa
menggunakan
dengan
tinggi
hak
berisiko (≥ 5 cm) dengan jumlah 32 orang
(61,5%)
dibandingkan
lebih
dengan
(%) 61,5 38,5 100,0
banyak Tabel
pramuniaga
6
menunjukkan
bahwa
yang menggunakan tinggi hak sepatu
pramuniaga yang mengalami keluhan
yang tidak berisiko (< 5 cm).
nyeri
punggung
bawah
selama
bekerja dengan jumlah 29 orang (55,8%) lebih banyak dibandingkan
C. Tipe hak sepatu Tabel 5. Distribusi Frekuensi Tipe Hak
dengan
Sepatu
mengalami keluhan nyeri punggung
Pramuniaga
Department
Tabel
5
yang
tidak
bawah selama bekerja.
Store X Tahun 2015 Tipe Hak Berisiko Tidak Berisiko Total
pramuniaga
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Tingkat
Frekuensi 43
(%) 82,7
9
17,3
Pramuniaga Department
52
100,0
Tahun 2015
menunjukkan
Keluhan
Nyeri
Tingkatan Nyeri Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Total
bahwa
Keluhan Frekuensi (%) Nyeri Ada 29 55,8 Tidak Ada 23 44,2 Total 52 100 pramuniaga yang menggunakan
Tabel
7
Punggung
Bawah
Store
Frekuensi
(%)
9 31 12 52
17,3 59,6 23,1 100,0
X
menunjukkan
bahwa
skala
visual,
sepatu dengan tipe hak yang berisiko
berdasarkan
(medium dan sempit) dengan jumlah
pramuniaga yang mengalami keluhan
43
banyak
nyeri punggung bawah ringan dengan
pramuniaga
jumlah 31 orang (59,6%) lebih banyak
orang
(82,7%)
dibandingkan
dengan
lebih
dibandingkan 451
analog
dengan
pramuniaga
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
yang
mengalami
keluhan
nyeri
lebih tinggi dari kaki bagian depan
sedang dan tidak nyeri saat bekerja.
atau
disebut
posisi
plantarfleksi.
Posisi ini menyebabkan titik tumpu E. Hubungan tinggi hak sepatu dengan
berat badan akan lebih besar terjadi
keluhan nyeri punggung bawah Tabel 8. Tabel Sepatu
Silang
dengan
Punggung
pada
Tinggi
Hak
Keluhan
Bawah
Nyeri
metatarsal.
Pramuniaga
variabel
chi
square
0,05).
Tidak Berisiko Total
tersebut
statistik
menunjukkan
diterima
yang
bahwa
tulang-tulang
Hak
satu
tekanan
inchi
pada
kaki
Ha
Total
Ada n %
Tidak n %
n
%
19
76
6
24
25
100
10
37
17
63
27
100
52
100
terdapat
57% dan 3 inchi sebesar 76%.11
antara
Untuk menahan beban dan tekanan
tinggi hak sepatu dengan keluhan
tersebut, terjadi perubahan postur
nyeri
tubuh
hubungan
yang
berarti
yang
Keluhan Nyeri
Tinggi Hak
Berisiko
uji
oleh
10
meningkatkan
menghasilkan p value = 0,005 (p < Hasil
depan
depan sebesar 22%, 2 inchi sebesar
statistik
menggunakan
bagian
diperankan
Department Store X Tahun 2015
Uji
kaki
bermakna
punggung
bawah
pada
yang
ditandai
dengan
melengkung,
panggul
pramuniaga di Department Store X,
punggung
Semarang.
memutar ke depan dan dada condong
Nilai odds ratio sebesar 5,383
depan.12
ke
Melengkungnya
dengan Interval Kepercayaan (IK)
punggung menyebabkan sudut fleksi
95% antara 1,613 sampai 17,967
lumbal
menunjukkan
hak
kompensasi tulang belakang untuk
risiko
menstabilkan sikap berdiri supaya
timbunya keluhan nyeri punggung
tetap tegak yang berakibat pada
bawah
peningkatan lordosis lumbal.
sepatu
bahwa
merupakan
dimana
tinggi faktor
pramuniaga
yang
menggunakan sepatu dengan tinggi
berkurang,
Akibat
sebagai
tubuh
terus
hak ≥ 5 cm mengalami keluhan 5,383
mempertahankan sikap berdiri yang
atau
tidak
5
dibandingkan
kali
lebih
dengan
berisiko
stabil
akibat
tinggi
hak
pramuniaga
sepatu maka aktivitas otot yang paling
yang menggunakan sepatu dengan
berperan adalah otot erector spinae.10
tinggi hak < 5 cm.
Otot
Pada saat menggunakan sepatu hak tinggi, tumit berada pada posisi 452
ini
terdiri
atas
tranverso
spinalis,
longissimus,
musculus
musculus musculus iliocostalis,
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
musculus
spinalis
paravertebral.
13
musculus
yang berarti terdapat hubungan yang
Kontraksi otot untuk
bermakna antara tipe hak sepatu
mempertahankan
dan
bentuk
postural
terhadap keluhan nyeri punggung
baru terus menerus menyebabkan
bawah
pada
terjadinya pemendekan dan kekakuan
Department Store X, Semarang.
di
otot (spasme). Kondisi otot yang
Nilai odds ratio sebesar 8,762
tegang akibat kontraksi terus menerus
dengan Interval Kepercayaan 95%
dalam jangka waktu yang lama dapat
antara
menimbulkan stres mekanis yang
menunjukkan bahwa tipe hak sepatu
dapat
merupakan
menimbulkan
nyeri
pada
2,477
sampai
faktor
nyeri
30,994
risiko
timbunya
daerah punggung bawah. Jika terjadi
keluhan
dalam jangka panjang, semua efek ini
dimana
secara signifikan akan meningkatkan
menggunakan sepatu dengan tipe
ketidaknyamanan dan kelelahan pada
hak medium dan sempit mengalami
pemakai sepatu hak tinggi terutama
keluhan 8,762 atau 8 kali lebih
saat bekerja.10
berisiko
Hubungan tipe hak sepatu dengan
Sepatu
Silang
dengan
Punggung
yang
dibandingkan yang
dengan
menggunakan
Sesuai dengan hukum tekanan
Tipe
Hak
Keluhan
Bawah
bawah
sepatu dengan tipe hak yang luas.
keluhan nyeri punggung bawah Tabel 9. Tabel
punggung
pramuniaga
pramuniaga F.
pramuniaga
zat
padat,
ketika
seseorang
Nyeri
menggunakan tipe hak sepatu yang
Pramuniaga
sempit seperti stiletto, hal tersebut
Department Store X Tahun 2015
mengakibatkan
tekanan
yang
diberikan oleh pengguna hak sepatu stiletto lebih besar. Sedangkan bila
Keluhan Nyeri Ada
Berisiko Tidak Berisiko Total
Total
Tidak Ada n %
n
%
n
%
23
76,7
7
23,3
30
100
6
27,3
16
72,7
22
100
52
100
menggunakan
statistik
datar
(flat
shoes atau wedges), tekanan yang diberikan
akan
permukaan
bertumpu
sepatu
(lebih
pada lebar)
sehingga tekanannya menjadi lebih kecil.14
Uji
sepatu
Distribusi
tekanan
pada
variabel
pijakan yang berkurang menyebabkan
square
ketidakseimbangan pergelangan kaki
menghasilkan p value = 0,001 (p <
akibat perubahan sudut tibiotarsal.
0,05).
tersebut
Perubahan ini menyebabkan elevasi
diterima
dan perpindahan maju dari pusat
menggunakan
Hasil
menunjukkan
chi
uji
statistik
bahwa
Ha
453
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
gravitasi
sehingga
terjadi
(59,6%) lebih banyak dibandingkan
ketidakseimbangan postural.
pramuniaga yang tidak mengalami keluhan serta tidak nyeri dan nyeri
KESIMPULAN
sedang.
Berdasarkan
hasil
penelitian,
dapat
5.
Ada hubungan antara tinggi hak
disimpulkan :
sepatu
1.
Dilihat dari karakteristik pramuniaga,
punggung bawah pada pramuniaga di
yaitu :
Department Store X, Semarang.
a.
Pramuniaga yang berumur < 35 tahun
(76,9%)
lebih
dibandingkan
6.
keluhan
nyeri
Ada hubungan antara tipe hak sepatu
banyak
dengan
dengan
bawah
pramuniaga yang berumur ≥ 35
dengan
keluhan pada
nyeri
punggung
pramuniaga
di
Department Store X, Semarang.
tahun. b.
Pramuniaga dengan masa kerja ≥
DAFTAR PUSTAKA
5 tahun (71,2%) lebih banyak
1.
Kelompok Studi Nyeri PERDOSSI. Nyeri Punggung Bawah. Yogyakarta : Kelompok Studi Nyeri PERDOSSI, 2003.
2.
Silva, Martins Anniele., Gisela Rocha de Siquiera., Giselia Alves P. da Silva. Implication of High Heeled Shoes on Body Posture of Adolescent. 2013. Vol.31. No.2 : pp 265-71. Isnain, Muhajirin. Hubungan antara Tinggi Hak Sepatu dan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Keluhan Nyeri Pinggang Bawah pada Sales Promotion Girl (SPG) Ramayana, Salatiga. Skripsi Tidak Diterbitkan. Semarang : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, 2013.
dibandingkan
pramuniaga
dengan masa kerja < 5 tahun. c.
Pramuniaga massa
dengan
tubuh
(84,6%)
non
obesitas
lebih
dibandingkan dengan
indeks
banyak pramuniaga
indeks
massa
3.
tubuh obesitas. 2.
Pramuniaga sepatu
pengguna
berisiko
tinggi
hak
5
cm)
(≥
(61,5%) lebih banyak dibandingkan pramuniaga
pengguna
tinggi
hak
sepatu tidak berisiko (< 5 cm). 3.
Pramuniaga
pengguna
tipe
hak
4.
sepatu berisiko (medium dan sempit) (82,7%) lebih banyak dibandingkan pramuniaga
pengguna
tipe
hak
sepatu tidak berisiko (luas). 4.
Pramuniaga yang mengalami keluhan nyeri
punggung
bawah
saat
bekerja (55,8%) dan nyeri ringan 454
Santos, Cleber Luz., Diana Oliviera Noronha, Cleber Araujo Gomes, Paula Roquetti., Jose Fernandes Filho. Biomechanical Repercussions of the Use of High Heels in the Kinematics of the March : A Retrospective Study from 1990 to 2007. Rev Educ Fis. 2008 : pp 47-53.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
5.
Le Veau. Biomechanics of Human Motion. Philadelphia : WB Saunders Company Philadelphia, 1977.
6.
Kerrigan, D Casey., Mary K Todd., Patrick O Riley. Knee Osteoarthritis and High Heeled Shoes.1998 (351) : pp 1399-401.
7.
Christensen, Kim. High Heeled Shoes and Musculoskeletal Problem. 2000 (18) : pp 18.
8.
Lee, Chang Min, Eun Hee Jeong, Andris Freivals. Biomechanical Effects of Wearing High-Heeled Shoes. 2001. Vol. 28 : pp 321-6.
9.
Journal of Chiropractic Medicine. 2010. Vol. 09 : pp.166-173. 11. Australian Physiotherapy Association. High Heel Risks. 2015. (Online) (http://www.gtp.com.au/bodysmarthea lth/inewsfiles/High_Heel_Risk_V2.p df, diakses 21 Maret 2015) 12. Kerrigan, D Casey., Johannson J.L., Bryant M.G., Boxer J.A., Della Croce U., Riley P.O. Moderate-heeled Shoes and Knee Joint Torques Relevant to the Development and Progression of Knee Osteoarthritis. 2005. Vol. 86, No.5 : pp 871 – 5. 13. Guyton, Arthur C dan John E. Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC, 2008.
Iunes, DH., Monte Raso W., Santos CB., Castro FA., Salgado HS. Postural Influence of High Heels Among Adult Women: Analysis by Computerized Photogrammetry. Rev Bras Fisioter. 2008 (12) : pp 454 - 9.
14. Ruri Sinta, Christiana., Jimmy F. Rumampuk., Fransiska Lintong. Analisis Pengaruh Tinggi Hak Sepatu Terhadap Nyeri Kaki pada Pramuniaga Kosmetik di Manado, (Online), Vol. 2, No.1, 2014. (http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ ebiomedik/article/viewFile/4081/359 7, diakses 15 Mei 2015)
10. Russell, Brent S. The Effect of Highheeled Shoes on Lumbar Lordosis : A Narrative Review and Discussion the Disconnect Between Internet Content and Peer Reviewed Literature.
455