HUBUNGAN ANTARA SUBJECTIVE WELL BEING DAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR PADA PERAWAT RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DUSTIRA CIMAHI
SOFFI TSAURAH ISLAMI Dr. Ahmad Gimmy, M.Si.
Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRACT This study was conducted to find if there was a correlation between Subjective Well Being (SWB) and Organizational Citizenship Behavior (OCB) on the nurse at the inpatient unit Dustira Hospital, Cimahi. The subjects of this research were nurses at the inpatient unit Dustira Hospital who interacts with patients for 24 hours. The number of samples is 74 people scattered in 14 different rooms. Measuring instruments used in this study was a questionnaire Satisfaction with Life Scale (SWLS) developed by Diener (1985) and Positive Affect Negative Affect Schedule (PANAS) developed by Watson (1988), both instruments used to measure SWB. And OCB were measured by the questionnaire from Organ, Podsakoff, and Mackenzie (2006). This three questionnaire had been tested its reliability and validity level. The data obtained from the three instruments were analyzed by non-parametric statistical correlation test of Rank Spearman with SPSS for Windows version 20.0 The results indicate that there was positive correlation between SWB and OCB on the nurse at the inpatient unit Dustira Hospital, Cimahi. The correlation between SWB and OCB varieties (altruism, conscientiousness, sportsmanship, and civic virtue) was positively included in the “average” level, while the correlation between SWB and courtesy was positively included in the “low” level on the nurse at the inpatient unit Dustira Hospital, Cimahi. So it can be concluded that the higher level of SWB felt by the nurse, higher nurses OCB would be. Keywords: Subjective Well Being, Organizational Citizenship Behavior, nurse
untuk melakukan tugas “ekstra” selain tugas
PENDAHULUAN Pada zaman industrialisasi saat ini, rumah sakit merupakan salah satu bentuk organisasi
yang
pelayanan
bergerak
kesehatan.Salah
pelayanan
rumah
dibidang
satu
sakit
bentuk
diantaranya
menerima rujukan dari pelayanan tingkat dasar,
seperti
yang
harus
dilakukan.
Adapun tugas “ekstra” yang harus dilakukan seperti menggunakan waktu kerja secara efektif
serta
tolong-menolong
dan
bekerjasama dengan baik. Kartz (Robert & Hogan, 2007, h.46) menekankan bahwa “perilaku kooperatif dan
layanan
saling membantu yang berada di luar
kesehatan tingkat dasar, rumah sakit dituntut
persyaratan formal sangat penting bagi
untuk
berfungsinya
pusat
mampu
dan
perawat
klinik
swasta.Sebagai
Puskesmas
pokok
rujukan
menjaga
kualitas
pelayanannya pada masyarakat. Dalam
memberikan
prososial pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, rumah sakit didukung oleh berbagai tenaga kesehatan professional
termasuk
perawat.Menurut
Departemen Kesehatan Indonesia (2013) perawat
adalah
professional
tenaga
yang
kesehatan
menempati
jumlah
terbanyak, yaitu 60% dari total keseluruhan karyawan
rumah
sakit.
Peran
seorang
perawat sangatlah penting dari semua bentuk pelayanan yang diberikan di rumah sakit karena perawatlah yang bertugas selama 24 jam memberikan pelayanan kepada
pasien
Sehingga, masyarakat
dan
untuk akan
keluarga
memenuhi kualitas
pasien. tuntutan
pelayanan
kesehatan yang baik perawat harus mau
melebihi
suatu
atau
organisasi”.Perilaku
tindakan
deskripsi
“ekstra”
pekerjaan
yang dalam
organisasi sering juga disebut perilaku keanggotaan Citizenship
organisasi/Organizational Behavior
(OCB).OCB
merupakan bentuk perilaku yang dilakukan seseorang melebihi deskripsi kerja formal demi kemajuan organisasi. Menurut Organ (1995) OCB adalah perilaku kerja individu yang bermanfaat bagi organisasi namun tidak secara langsung atau secara eksplisit diakui oleh sistem reward. OCB merupakan kesediaan untuk membantu orang lain yang mengalami overload pekerjaan, kesiapan untuk berkompromi dengan kesulitan di tempat kerja, bertindak sesuai dengan peraturan organisasi, aturan, prinsip-prinsip, praktek-praktek,
dan
menunjukkan
keterlibatan yang kuat dalam pertumbuhan
seperti alasan untuk membantu sesama
organisasi untuk tercapainya keberhasilan
rekan perawat, alasan untuk kesembuhan
suatu organisasi.
pasien
Tingkat OCB yang tinggi terbukti mampu menghasilkan tingkat keefektifan yang tinggi pula bagi organisasi (Landen, 2001).
Terdapat
beberapa
motif
yang
kualitas
keinginan
berafiliasi
alasan
pelayanan
untuk
rumah
menjaga sakit.Fakta
tersebut mengindikasikan adanya perilaku OCB pada perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Dustira Cimahi.
melatarbelakangi perilaku OCB tersebut, seperti
maupun
Dalam
pencapaian
tujuan
suatu
(keinginan
organisasi akan lebih mudah bila dilandasi
untuk memiliki hubungan yang positif
oleh OCB, salah satu penyebab munculnya
dengan orang lain), keinginan berkuasa
OCB adalah ketika karyawan merasakan
ataupun loyalitas terhadap organisasi (dalam
afek
Organ, 2006, h.7). Borman dan Motowidlo
dengan adanya keinginan untuk menolong
dalam Novliadi, (2007) mengatakan bahwa
orang lain dan bersikap positif, seperti
OCB dapat meningkatkan kinerja organisasi,
segera
karena OCB merupakan pelumas dalam
tanggung jawabnya telah selesai dimana hal
mesin sosial dalam organisasi.
tersebut distimulasi oleh suasana hati yang
Berdasarkan
hasil
wawancara
dengan empat perawat ruang rawat inap di Rumah Sakit Dustira Cimahi diperoleh data bahwa mereka pernah menggantikan shift kerja rekannya yang berhalangan hadir, perawat lain juga menyebutkan ia pernah
positif.
Hal
membantu
tersebut
pasien
ditunjukkan
lain
ketika
positif. Jex & Britt (2008) menyebutkan bahwa saat individu memberikan kontribusi bagi orang lain dan organisasi, perilakunya akan diperkuat karena saat melakukan kebaikan ia akan merasa lebih baik. Pemberian
makna
positif
pada
beberapa kali melewatkan jam istirahat
pengalaman hidup sifatnya subjektif pada
karena tengah melayani pasien atau dalam
masing-masing individu.Individu yang lebih
suatu
mereka
sering merasakan afek positif dibanding
menolong rekan kerjanya walaupun hal
negatif dikenali sebagai individu yang
tersebut tidak termasuk dalam tuntutan
memiliki Subjective Well Being (SWB) yang
kerjanya. Terdapat beberapa alasan yang
tinggi.Menurut Diener (2009, h.1) SWB
melatarbelakangi perilaku prososial tersebut,
adalah situasi dimana seorang individu
keadaan
yang
genting
mengevaluasi kehidupannya
kenyataan adalah
sesuatu
bahwa
membuat seseorang terdorong untuk bekerja
yang
dengan lebih aktif (Frederickson dalam
diinginkan, menyenangkan dan baik.
Bakker, 2010 h.13).
Subjective Well Being ini akan mempengaruhi performa kerja perawat di rumah sakit. Individu dengan Subjective Well
Being
yang
tinggi
cenderung
menyiapkan diri secara terus menerus dengan pengetahuan dan keahlian untuk masa yang akan datang sehingga mereka menjadi
lebih
kreatif
dan
senantiasa
menunjukkan performa kerja yang baik (Frederickson, 2005). Diener & Lucas (2000) mengatakan dimensi afektif merupakan hal yang sentral dalam Subjective Well Being.Dimensi afek memiliki peranan dalam mengevaluasi well being karena memberi kontribusi perasaan menyenangkan menyenangkan individu.Kedua
dan
perasaan
pada afek
tidak
pengalaman
berkaitan
dengan
Emosi positif yang
dirasakan individu akan membuatnya lebih proactive, menunjukkan adanya inisiatif, bertanggung jawab pada perkembangan professional
dirinya,
dan
berkomitmen
tinggi. Afek positif yang dirasakan oleh individu akan menghasilkan kondisi dimana ia mampu untuk menyesuaikan dirinya dengan keadaan lingkungan dan mencapai suatu tujuan, yang dalam hal ini tujuan pelayanan rumah sakit. Afek positif pada individu akan membuat kecenderungan untuk memiliki OCB yang tinggi karena adanya keinginan untuk
membantu
berhubungan
orang
lain,
dengan
aspek
dan
sedikitnya
sportsmanship,
hal
ini
altruism, konflik
dengan organisasi maupun dengan rekan kerja.
evaluasi seseorang karena emosi muncul
William dan Shiaw (1999) dalam
dari evaluasi yang dibuat oleh individu
penelitiannya
tersebut.Diener (1984) juga mengungkapkan
organizational citizenship behavior pada
bahwa keseimbangan tingkat afek merujuk
pegawai
kepada banyaknya perasaan positif yang
menunjukkan bahwa dengan jumlah afek
dialami
positif
dibandingkan
dengan
perasaan
negatif. Adanya suasana emosi yang positif seperti perasaan senang dan antusias akan
perusahaan
yang
mempengaruhi tersebut
mengenai
untuk
tinggi
mood
di
secara
keinginan
dari
menunjukkan
and
Singapura
signifikan pegawai performa
spesifik dengan mengerjakan tugas melebihi tugas pokoknya sebagai anggota organisasi. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti memiliki setting yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh William
dan
Shiaw
diharapkan
dapat
keilmuan
tentang
Subjective
(1999),
sehingga
menambah
khazanah
hubungan
antara
Being
dengan
Well
Organizational Citizenship Behavior dalam konteks yang berbeda.
merupakan perilaku yang merupakan pilihan
dan
inisiatif
individual,
tidak
berkaitan dengan system reward formal organisasi
tetapi
secara
agregat
meningkatkan efektivitas organisasi. (Organ, 2006) Dimensi OCB menurut Organ(2006) adalah sebagai berikut : Altruism Perilaku
anggota
organisasi
dalam
menolong rekan kerjanya yang mengalami kesulitan dalam situasi yang sedang dihadapi
TINJAUAN PUSTAKA
baik mengenai tugas dalam organisasi maupun
Subjective Well Being
masalah pribadi orang lain.
Dimensi Kognitif
Conscientiousness
penilaian
kognitif
kehidupannya, dijalaninya
seseorang
apakah berjalan
mengenai
kehidupan dengan
yang
baik.Ini
Perilaku berusaha
yang
melebihi
perusahaan.Perilaku
ditunjukkan yang
sukarela
dengan
diharapkan yang
bukan
merupakan perasaan cukup, damai dan puas,
merupakan kewajiban atau tugas karyawan.
dari kesenjangan antara keinginan dan
Dimensi ini menjangkau jauh diatas dan jauh ke
kebutuhan
depan dari panggilan tugas.
dengan
pencapaian
dan
pemenuhan.
Sportmanship
Dimensi Afektif
Perilaku yang memberikan toleransi
Penlilaian seseorang mengenai kejadian
terhadap keadaan yang kurang ideal dalam
dalam
organisasi
maupun
hidupnya emosi
dengan emosi negatif.
positif
Dimensi
merupakan hal sentral untuk SWB. Organizational Citizenship Behavior
ini
Courtessy
Menjaga hubungan baik dengan rekan
Untuk
mendapatkan
kerjanya agar terhindar dari masalah–
Subjective
masalah interpersonal.
menggunakan alat ukur Satisfaction with
Well
gambaran
Being,
peneliti
Life Scale (Diener, Emmons, Larsen & Griffin,
1985)
untuk
mengukur
nilai
individu mengenai kepuasan hidupnya dan Positive Affect Negative Affect Schedule
Civic Virtue
(Clark, Watson & Tellegaen, 1988) untuk Perilaku
yang
mengindikasikan
mengukur tingkat afek positif dan afek
tanggung jawab pada kehidupan organisasi
negative
(mengikuti perubahan dalam organisasi,
waktu.Sedangkan
indvidu untuk
pada
satu
Organizational
Citizenship Behavior, peneliti menggunakan
METODE PENELITIAN
alat ukur berupa kuisioner Konovsky dan Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
non
eksperimental,
Organ (1995).
yaitu Uji validitas yang digunakan dalam
penelitian kuantitatif dimana variabel bebas tidak
dimanipulasi
oleh
peneliti
(Christensen, 2011). Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian bersifat
penelitian adalah content validity (dengan metode expert judgment) dan construct validity (dengan melihat nilai corrected item total correlation). Dari kedua metode
korelasional.
tersebut, alat ukur dalam penelitian ini dinyatakan valid, sehingga dapat mengukur
Partisipan perawat ruang rawat inap Rumah
variabel yang akan diukur. Sedangkan
Sakit Dustira yang berjumlah 74 orang yang
reliabilitas alat ukur ini adalah sebesar 0,731
tersebar dalam 14 ruangan.
untuk SWLS, 0.906 untuk PANAS, dan 0.964 untuk kuesioner OCB dengan melihat
Pengukuran Variabel menggunakan
nilai yang ada diukur dengan kuisioner.
Kuisioner
menggunakan skala likert yang memiliki rentangan 1-4.
Cronbach’s
Alpha
menggunakan
program SPSS for Windows 20.0 dan didasarkan Saccuzzo.
pada
kriteria
Kaplan
&
penelitian lain yang dilakukan oleh Theresa
HASIL PENELITIAN Hasil
pengujian
hipotesis
mengenai
hubungan antara Subjective Well Being dan Organizational Citizenship Behavior pada perawat ruang rawat inap Rumah Sakit Dustira Cimahi, dengan teknik korelasi rank-spearman menunjukkan nilai korelasi r = 0.569, dan tidak adanya tanda negatif pada angka
0.569
mengindikasikan
(2011) menemukan bahwa positive mood dan Organizational Citizenship Behavior saling berhubungan, dalam artian mood positif akan mendukung Organizational Citizenship Behavior dan Organizational Citizenship Behavior juga memunculkan positive mood.
arah
Data
lain
yang
didapat
dari
hubungan yang positif, yaitu semakin tinggi
penelitian ini yaitu besarnya koefisien
Subjective Well Being
determinasi sebesar 0.27, yang artinya
semakin
tinggi
perawat
pula
maka
Organizational
kontribusi
dari
Subjective
Well
Being
Citizenship Behaviormereka. Sebaliknya,
terhadap
semakin rendah Subjective Well Being
Behavior pada perawat ruangan inap Rumah
perawat
Sakit
maka
semakin
Organizational
rendah
Citizenship
pula
Behavior
mereka.
bahwa pada hakekatnya evaluasi individu secara
menentukan
kognitif tingkat
maupun
afektif
Organizational
Citizenship Behavior yang dimunculkan oleh
perawat.Hal
ini
sesuai
dengan
penelitian Purwito (2012) tentang hubungan Subjective
Dustira
sementara
Cimahi
73%
Citizenship
sebesar
lainnya
27%,
merupakan
kontribusi dari varibel-variabel lain yang
Terujinya hipotesis ini menunjukkan
baik
Organizational
Well
Being
dengan
tidak diukur dalam penelitian ini. Hasil tersebut menyatakan bahwa perawat ruangan inap Rumah Sakit Dustira Cimahi sudah menampilkan Organizational Citizenship Behavior salah satunya karena memiliki Subjective Well Being yang cenderung tinggi. Berdasarkan
data
penunjang
Organizational Citizenship Behavior pada
diketahui bahwa tuntutan pekerjaan sudah
customer service plasa Telkom Yogya dan
dirasa tidak berat oleh sebagian besar
Semarang.Anastalia
telah
perawat.Mereka menganggap pekerjaannya
menemukan adanya hubungan antara kedua
sebagi tugas yang mulia karena dapat
variabel
bermanfaat bagi orang banyak. Pilihan untuk
tersebut
(2008)
pada
juga
penyelia.
Pada
menjalani dan bertahan sebagai perawat
dengan
sudah mereka pertimbangkan sebagai tugas
dimensicourtesy.
yang berorientasi pada kesembuhan pasien dan nama baik Rumah Sakit, dengan tujuan untuk membantu. Kemurahan hati dan keinginan untuk menolong orang laindan organisasi tersebut dilandasi oleh afek positif yang dirasakan individu. (Isen, 2000, h.424). Lebih dalam lagi George dan Brief (1992) menyebutkan bahwa afek positif dapat meningkatkan daya tarik interpersonal orang lain dengan menjaga mood positif yang dirasakan orang tersebut. Hal ini sesuai dengan
data
penunjang
yang
didapat,
dimana sebagian besar perawat merasa rekan kerja dan atasan adalah orang-orang yang
mendukung
di
lingkungan
kerja
sehingga membuat mereka saling menolong demi kemajuan rumah sakit.
dan
Organizational
Citizenship
Behavior perawat juga dapat dilihat dari hubungan dimensinya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelima dimensi dari Organizational
Citizenship
Behavior
memiliki hubungan dengan Subjective Well Being, empat dimensi memiliki tingkat korelasi
yang
sedang
conscientiousness,
civic
Koefisien
Well
Being
yaitu
korelasi
sedang
pada
Subjective Well Being dengan dimensi altruism, conscientiousness, civic virtue dan sportsmanshipmenunjukkan bahwa evaluasi perawat terhadap kepuasan hidup secara menyeluruh dan persepsi dirasakan
pada
mempengaruhi
positif
kejadian
yang
hidupnya
kecenderungan
untuk
membantu rekan kerja dan atasan tanpa diminta, mentolerir kondisi lingkungan kerja yang kurang ideal, mentaati peraturan di rumah sakit, terlibat aktif dalam kegiatankegiatan yang diadakan dan menjaga nama baik rumah sakit Dustira Cimahi. Pada saat individu organisasi,
menolong
orang
perilakunya
akan
lain
dan
diperkuat
karena saat melakukan kebaikan ia akan
Hubungan antara Subjective Well Being
Subjective
yaitu
altruism,
virtue
dan
sportsmanship. Sementara satu dimensi lain memiliki tingkat korelasi yang rendah
merasa lebih baik dan lebih senang pula (Jex & Britt, 2008). DAFTAR PUSTAKA Arikunto. 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Bakker, A. B. & Wido G.M. (2010) Subjective Well Being in Organization.Chapter in K. Cameron & G. Speitzer (Eds).Handbook of Positive Organizational Scholarship.Oxford University Press. Carr, A. (2004). Positive psychology: The science of happiness and human
strengths. New Routledge.
York:
Brunner-
Diefendorff, J. M., Brown, D.J., Kamin, A. M., & Lord, R. G. 2002. Examining The Roles of Job Involvement and Work Centrality in Predicting Organizational Citizenship Behaviors and Job Performance. Journal of Organizational Citizenship Behavior, Vol 23:93-108. Diener, E. & Suh, E.M. 2000.Culture and Subjective Well Being.MIT Press. Diener, E. (2009). The Science of Subjective Well-Being.The Collected Works of Ed Diener. Illinois:Springer Diener,
E. (1984). Subjective wellbeing.Psychological Bulletin, 95, 542– 575.
Diener, E. (1994). Assessing subjective wellbeing: Progress and opportunities.Social IndicatorsResearch, 31, 103–157. Diener
& Larsen. (1985). Intensity and frequency: Dimensions underlying positive and negatif affect. Journal of personality and social psychology, 48, 1253-1256.
Diener, E. & Lucas, R.E. Personality and subjective well being.Edited by Kahneman, D. Diener, E. Schwarz, N. (1999). Well-Being: The Foundations of Hedonic Psychology. New York: Russell Sage Foundation. Diener, E., & Seligman, M. E. P. (2002).Very happy people.Psychological Science, 13, 81– 84. Diener, E., Scollon, C.N., & Lucas, R.E. (2003). The evolving concept of subjective well-being: the multifaceted nature of happiness. Advances in Cell Aging and Gerontology, 15, 187–219.
Diener, E, Pavot, W. (2003). Review of Satisfaction With Life Scale. Psychological Assessment Volume 5 No.2, 164-172. American Psychological Association Eddington, n. & Shuman, r. (2005).Subjective well being (happiness).Continuing psychology education: 6 continuing education hours. Diunduh pada 9 Mei 2015 dari http://www.texcpe.com/cpe/PDF/cahappiness.pdf. Eid, M. Larsen, RJ. (2008). The Science of Subjective Well-Being. New York: Guilford Press Fredrickson, B. L., & Losada, M. (2005).Positive emotions and the complex dynamicsof human flourishing.American Psychologist, 60, 678-686. George JM, Brief AP. (1992). Feeling gooddoing good: A conceptual analysis of the mood at work-organizational spontaneity relationship. Psychological Bulletin, 112, 310-329. Heady, Veenhoven & Wearing. (1991). Top down versus bottom up theories of subjective well being. Social indicators research.Database springer link. Isen AM. (2000). Positive affect and decision making. In Lewis M, Wood R, Haviland-Jones JM (Eds.), Handbook of emotions (pp. 417-432). New York: Guilford Press. Jex, S.M., & Britt, T.W. (2008).Organizational Psychology. New Jersey: John Willer ans Sons Inc. Kaplan, Avid an Martin L. Maehr. 1999. Achievement Goals and Student WellBeing. Contemporary Educational Psychology. 24, 330-358.
Keeling, A. W. dan Ramos , M.C. (1995). Nurs Health Care: Perspective on Community. The role of nursing history in preparing nursing for the future, 16-30. Kerlinger, Fred N. (2003). Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Kitayama, S., Markus, H.R., Kurokawa, M. (2000). Culture Emotion, and Wellbeing : Good Feelings in Japan and the United States. Cognition and Emotion Volume 14 p. 93-124.Psychology Press Landen, M. (2001). Citizenship or Careerism: The Relationship with Commitment, Competence and Cost Effectiveness. Paper Delivered at Second International Conference on Critical Studies UMIS 11-13 July 2011, Management. Lovell, S.E., Kahn, A.S., Anton, J., Davidson, A., Dowling, E., Post, D., & Mason, C. 1999. Does Gender Affect The Link between Organizational Citizenship Behavior and Preference Evalution? Sex Roles, Vol. 41: 469-478. Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi Edisi Sepuluh. Yogyakarta: PENERBIT ANDI Meilita,
Jamilah (2013). Pengaruh tipe kepribadian dan dukungan sosial terhadap subjective well being mahasiswa perantau UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Meylandani, Dharing (2013). Hubungan antara Iklim Organisasi dan Organizational Citizenship Behavior pada Perawat RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang Morrison, E.W. 1994. Role Definitions and Organizational Citizenship Behavior: The Importance of The Employee’s Perspective Academy of Management Journal, Vol. 37(4): 1534-1567.
Nasution, Metode Research: Penelitian Ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007). Novliadi,
Ferry (2007). Organizational Citizenship Behavior karyawan ditinjau dari persepsi terhadap kualitas interaksi atasan-bawahan dan persepsi terhadap dukungan organisasional
Organ, Dennis W. Philip M. Podsakoff, Scott B. MacKenzie. 2006. Organizational Citizenship Behavior. United State of America: Sage Publication, Inc. Organ DW, Ryan K. (1995).A Meta-analytic Review of Attitudinal and DispositionalPredictors of Organizational Citizenship Behaviors. PERSONNEL PSYCHOLOGY,48, 775-802. Pavot W. & E. Diener (2004).Review of the Satisfaction with Life Scale.In Ed Diener (Ed).Assessing well being. New York: Springer Science Business Media. Puwito S., Nurtjahjanti H., Arianti J. (2012). Hubungan antara Subjective Well Being dan Organizational Citizenship behavior pada petugas customer service di plasa Telkom regional division IV. Riska, E.P. (2013) Organizational Citizenship Behavior Perawat Rumah Sakit Dr.R. Soedarsono Pasuruan Roberts, B.W. & Hogan, R. (2002) Personality Psychology in the Workplace. Washington DC. Academic Press Russell, J.E.A. 2008.Promoting Subjective Well Being at Work. Journal of Career Assessment, 16: 118-132. Ryan, R. M., Deci, E. L. (2001). On Happiness and Human Potentials: A Review of Research on Hedonic and Eudaimonic Well-Being Annual Review Psychology, 52, 141-166
Ryff, C.D. (1989). Happiness is Everything. Or is it? Exploration on the meaning of Psychological Well-Being.Journal of Personality and Social Psychology, 57(6), 1069-1081. Schimmack, Ulrich. The Structure of Subjective Well Being. Canada: University of Toronto, Mississauga. Seligman ME. (1998). Learned optimism. New York, NY: Pocket Books. Singarimbun M, Sofian Effendi, 1989, Metode Penelitian Survey, Jakarta, Pustaka LP3ES Indonesia Spector, P. E. (2008). Industrial/Organizational Psychology: Research and Practice (5th ed.). New York: John Wiley. Snyder, C.R., Lopez, S. J. (2007). Handbook of Positive Psychology. New York: Oxford University Press. Sugiyono.(2004). Metode Penelitian Administrasi Bandung CV Alfabeta. Taylor, R.C., Lillis, C., LeMone, P., Lynn, P. Fundamental of Nursing. The Art andScience of Nursing Care. Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins,Wolters Kluwer Watson, D., L.A. Clark & A. Tellegen (1988).Development and validation of brief measures of positive and negative affect: The PANAS scale. Journal of personality and social psychology. Vol 54, No.6, 1061-1070 Weiss, H. M. dan Cropanzano, R. (1996). Affective Events Theory: ATheoretical Discussion of the Structure, Causes, and Consequences ofAffective Experiences at Work. Dalam Staw, B. M. dan Larry, L. C.(editor). Research in Organizational Behavior, Greenwich, CT: JAIPress Wexley, K.N., Yukl, G.A., 1977, Organizational Behavior and Personal Psychology,
Richard D.Irwin Inc., Homewood, Illinois. Williams, S., & Shiaw, W. T. (1999). Mood and organizational citizenship behavior: The effects of positive affect on employee organizational citizenship behavior intentions. The Journal of Psychology, 133, 656-668. Wirtz, D. C. Chiu, E. Diener, & S. Oishi (2009). What Constitute a good life? Cultural differences in the role of positive and negative affect in subjective well being. J Per, 77 (4). 1-22: 10.1111/j.1467-6494-2009.00578.x.