HUBUNGAN ANTARA SIKAP KEPEMIMPINAN KHARISMATIK DENGAN ETIKA ORGANISASI PIMPINAN PTAIS DI KOPERTAIS I (2003) Dr. Yayat Suharyat, M.Pd. *) ABSTRAK Objek studi dalam penelitian ini menitik beratkan kepada hubungan sikap kepemimpinan kharismatik dengan etika organisasi pimpinan PTAIS di KOPERTIS I wilayah Jakarta. Perumusan masalah penelitian sebagai berikut: (1) Apakah terdapat hubungan antara kepemimpinan kharismatik dengan etika organisasi ? (2) Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan etika organisasi ? (3) Apakah terdapat hubungan antara sikap kepemimpinan kharismatik dan kecerdasan emosional secara bersama-sama dengan etika organisasi? Dari hasil penelitian ini dapat ditemukan bahwa etika organisasi dapat ditingkatkan melalui sikap kepemimpinan kharismatik dan kecerdasan emosional. Kata Kunci : Sikap Kepemimpinan Kharismatik, Etika Organisasi.
P
erguruan
Tinggi
Agama
Islam
jumlah pertemuan pimpinan program studi
Swasta (PTAIS) mengalami permasalahan
dengan civitas akademika, dan bimbingan
dalam
PBM kepada dosen yunior oleh dosen
mengimple-mentasikan
pendidikan
tinggi
yang
paradigma accountable,
senior
sebagian
besar
berada
pada
berkualitas, otonom, evaluasi dan akreditasi
kelompok kurang. Aspek akses merupakan
diri. Kondisi ini disebabkan oleh iklim dan
aspek yang menggambarkan kemampuan
budaya kerja yang tidak mendukung ke
setiap PTAIS untuk menjalin kerjasama
arah itu. Selain itu,
dengan lembaga atau institusi lain, dan
perkuliahan
yang
manipulasi
nilai,
pembuatan
skripsi,
penyelenggaraan
tidak
sesuai
ijazah
aturan,
aspal,
jual
beli
biro ijazah,
melaksanakan penelitian. Aspek ini pun masih
memprihatinkan.
dalamnya
Aspek
menggambarkan
aset
total
luas
plagiarisme, dan gelar kesarjanaan yang
bangunan, ruang
tidak dapat dipertanggungjawabkan makin
aktivitas perguruan tinggi, jumlah buku
menjadikan sulitnya perkembangan PTAIS
dan majalah di perpustakaan yang masih
yang bersangkutan sehingga ketertutupan
didominasi pada kelompok kurang.
dan statis mewakili label pada rata-rata PTAIS.
peruntukkan
di
Pendidikan menyandarkan
kegiatan
tinggi
moderen
pengelolaannya
kepada
Aspek kualitas pendidikan meliputi
manajemen mutu terpadu (total quality
identitas PTAIS, SDM pimpinan, SDM
management). Perencanaan strategi mutu
dosen, SDM pelaksana Program Studi dan
produk suatu organisasi tidak terkecuali
kegiatan peningkatan mutu dosen.
juga
Identitas
di
sini
maksudnya
pada
organisasi
disandarkan
pada
pendidikan
harus
kemampuan
untuk
umumnya Program Studi di PTAIS masih
mengamati situasi lingkungan yang ada di
berstatus terdaftar, tingkat pendidikan SDM
sekitarnya.
pimpinan dan dosen pada umumnya strata
perencanaan
satu
dan
mencakup penilaian terhadap faktor di luar
kepangkatan yang di bawah IV/a, serta
organisasi (external factors) akan terbuka
upaya
dan
peluang-peluang yang dapat diraih dan
masih
tantangan-tantangan yang dapat dicarikan
pendidikan
solusinya. Dari keadaan tersebut diperlukan
(S1),
jenjang
peningkatan
peningkatan
golongan
mutu
pendidikan
rendah.
Aspek
meliputi
ketersediaan
dosen yang
manajemen
pedoman
tertulis
Melalui
pengembangan yang
yang
pengkajian menyeluruh
manajemen dapat
strategi yang
Perguruan
Kegiatan Belajar Mengajar, jumlah tatap
Tinggi
diandalkan
untuk
muka perkuliahan pada satu semester,
memupuk dan mengembangkan penerapan
etika
organisasi
sehingga
dapat
meningkatkan derajat pertumbuhan PTAIS yang membanggakan.
kepentingan' yang dirasakan secara langsung. 2. Tahap
Konvensional: (a)menghayati
Selain memiliki kepentingan strategis
hal-hal yang diharapkan, (b) memper-
dan kebutuhan masyarakat, perumusan
tahankan konvensi dengan memenuhi
konsepsi
kewajiban-kewajiban yang disepakati.
etika
organisasi
juga
dapat
disandarkan pada suatu studi yang dapat
3. Tahap Prinsip: (a) menghargai hak-hak
menggali faktor-faktor yang mendukung
orang lain dan mempertahankan nilai-
kemampuan kepemimpinan yang handal
nilai hak mutlak. (b) mengikuti prinsip-
yaitu melalui penelitian yang berkaitan
prinsip etis yang dipilih sendiri bahkan
dengan etika organisasi pimpinan
bila
prinsip-prinsip
itu
melanggar
hukum. ETIKA ORGANISASI
Etika
berkaitan
kebaikan
istilah etika lazimnya merujuk pada aturan-
sebuah organisasi untuk ditransfer kepada
aturan
semua anggota organisasi untuk dijadikan
prinsip-prinsip
yang
yang
nilai-nilai
Menurut Robbins dan Coulter (1999:150),
atau
(virtues)
dengan
sebagai
Adanya
implementasinya tidak hanya berpengaruh
penyimpangan
secara
perbuatan tidak etis yang dilakukan oleh
tersebut, tetapi juga berimbas ke luar
pimpinan organisasi, seperti Manipulasi,
terhadap
sistem
pelayanan.
Budaya
Korupsi, Kolusi dan
organisasi
yang
dikembangkan
secara
(KKN)
dalam
baik,
kecil seperti penggunaan fasilitas kantor
menanamkan
etika
untuk kepentingan pribadi dan lainlain
lingkungannya.
Hal
merupakan tindakan yang tidak beretika.
pernyataan Pheysey yaitu "a cultures in
Operasionalisasi moral dalam kehidupan
which an ethical concern permeates the
organisasi
whole organization is necessary for the
dikatakan
oleh
L.
keberhasilan
organisasi
dalam skala besarnya, dan dalam skala
seperti
memiliki
di
Dalam
perilaku kerja yang mengarah kepada
Nepotisme
internal
perilaku.
oleh
merumuskan perilaku benar dan salah. kecenderungan
pedoman
dipakai
kepada ini
self interest of the company"
Coulter (1999: 152) melalui tiga tahap
1993:208)
dalam
orang
sesuai
Kohlberg yang dikutip oleh Robbins dan
perkembangan moral yaitu:
di
di
dengan
(Pheysey,
Jackson (1995:196) dalam "ethics
1. Tahap Pra Konvensional: (a) menaati
and the art of intuitive management"
peraturan untuk menghindari hukuman
menjelaskan bahwa ada dua prinsip etika
fisik,
dasar
(b)
menaati
peraturan
untuk
untuk
pengambilan
keputusan
manajerial
yaitu
rules
Keduanya
didasarkan
dan
results.
dalam berusaha bagi seorang muslim
dua
harus mengembangkan etika kedua belah
kepada
pemikiran tentang etika dari
tokohnya
pihak yang saling menguntungkan.
masing-masing yaitu dalam bentuk "etika
Di antara etika yang dikembangkan
formalisme" yang dikembangkan oleh Kant
adalah;
(Jerman) dan "etika utilitarian isme" yang
(tanggungjawab), tidak menipu, menepati
dikembangkan oleh Bentham (Inggris).
janji, murah hati, dan tidak melupakan
Utilitarianisme
memiliki
manfaat
shidiq
(jujur),
amanah
akhirat (At Tamimi, 1992:89-105). Kejujuran
terbesar yang dapat diraih yang dirasiokan
diartikan
dengan w
berbohong, tidak mengada-adakan fakta,
ujud kegunaannya. la mengatakan bahwa etika merupakan sesuatu yang
tidak
secara
luas
berkhianat
seperti
dan
tidak
tidak
pernah
mengingkari janji.
berguna dalam mengelola bisnis. Namun
Senada dengan pernyataan di atas,
demikian di dalamnya harus mengandung
hubungan antara etika individu dengan
unsur
Sedangkan
etika organisasi khususnya antara atasan
formalisme adalah kebebasan terhadap
dengan pegawainya dapat dikembangkan
keinginan dan kebutuhan yang didasarkan
dengan nilai-nilai etika yang tinggi. Dalam
kepada prinsip-prinsip moral universal.
operasionalisasi
keadilan
(justice).
Standar moral dari sebuah perilaku diperoleh
berdasarkan
pengalaman-
program
organisasi
diperlukan kesamaan perilaku (conduct) untuk
memperoleh
tujuan
kolektif.
pengalaman budaya, sistem kepercayaan
Kesemuanya itu harus direpresentasikan
etika, situasi sosial dan ekonomi. Ketiga
dalam perilaku seperti kejujuran (honest),
hal
keterbukaan
ini
akan
melandasi
pimpinan
(open),
penghormatan
organisasi untuk mengatasi dilema dalam
(respectful), sepenuh hati (conscientious)
manajemen
biasanya
dan bersungguh mengabdikan diri kepada
keuangan
organisasi tempatnya bekerja (loyal toward
(financial), hukum (legal), keorganisasian
the organization) (Ladd, 1992:53). Ferrell
(organizational), sosial (social), dan pribadi
dan Fraedrich (1994:5) mendefinisikan
(personal). Dalam etika Islam suatu usaha
etika sebagai "inquiry into the nature and
untuk
grounds of morality
where
melepaskan diri dari tuntunan nilai-nilai
morality
to
keislaman. Kondisi ini dimaksudkan untuk
judgments, standards and rules conduct"
meliputi
organisasi
hal-hal
kepentingan
yang
seperti;
umum
tidak
boleh
memperoleh berkah dan ridla Allah SWT, baik di dunia maupun di akhirat. Aturan
is
taken
the
mean
term moral
Etika dapat juga disebut sebagai suatu pandangan
filosofis
perilaku
manusia
(philosophy of human conduct) dengan
Etika kewajiban dan etika keutamaan
determinasi terhadap perilaku benar (right)
muncul bersamaan dalam menuntun dan
dan salah (wrong). Dalam konsep etika
melandasi
(ethics)
terkait
moral dalam etika kewajiban merupakan
(social
suatu
selalu
dengan
terkandung
tanggungjawab
dan
sosial
perilaku
imperatif
manusia.
kategoris
Nilai-nilai
yang
berarti
responsibility). Perkataan ethics dan social
bahwa nilai moral mewajibkan kita tanpa
responsibility sering digunakan bergantian,
syarat mewujudkan nilai moral tersebut
walaupun
makna.
yang termasuk nilai moral tersebut adalah;
Memaknai etika dengan tanggung jawab
(1) kejujuran, (2). Tanggung jawab, (3).
sosial membawa kepada penggalian yang
Kesetiaan.
memiliki
perbedaan
lebih mendalam tentang tanggung jawab sosial.
Etika keutamaan itu mempelajari sifat watak manusia yang memiliki empat pokok
Karakteristik dari pemimpin spiritual,
keutamaan ialah: (1) kebijaksanaan, (2)
seseorang bermoral memiliki kesadaran
Keberanian, (3). Pengendalian Diri (disiplin),
(awareness), luas pandangan (breadth of
(4) Keadilan. Karena etika kewajiban dan
outlook), pandangan yang holistik (a holistic
etika keutamaan muncul bersamaan, maka
outlook),
perilaku manusia itu dibarengi dengan
menakjubkan
integrasi
(integration),
(wonder),
bersyukur
kejujuran,
tanggungjawab,
kesetiaan,
(gratitude), gembira (hope), hati yang teguh
kebijaksanaan, keberanian, pengendalian
(courage),
diri (disiplin) dan keadilan.
kekuatan
(energy),
Menurut Hill
keseimbangan antara kasih sayang dan
(1999:25), konstruk etika meliputi kejujuran,
ketidak kasihsayangan (a balance between
dapat dipercaya dan tepat waktu.
attachment and detachement), penerimaan
yang dapat dipercaya ialah orang yang
(acceptance),
bertanggungjawab
cinta
(love),
kelemah
lembutan (gentleness).
terhadap
Orang
apa
yang
dikerjakan. Dan orang yang menepati waktu
Selanjutnya menurut Bertens (1996:6) etika menuntun dan menjadi landasan
adalah orang yang disiplin. Thiroux
(1995:29-33)
menyatakan
perilaku manusia. Dikatakan ada dua tipe
bahwa moral atau etika pada dasarnya
etika, dalam hal ini yaitu etika kewajiban
membahas
dan
memperlakukan
manusia
kewajiban mempelajari prinsip-prinsip dan
mendorong
saling
menguntungkan
aturan-aturan moral yang berlaku bagi
dalam
kesejahteraan,
pertumbuhan,
perbuatan kita, sedang etika keutamaan
kreativitas dan berarti juga suatu usaha
memfokuskan manusia itu sendiri.
bagaimana menentukan apa yang baik dan
etika
keutamaan
(virtue).
Etika
bagaimana
ke
manusia lain
untuk
apa yang buruk serta apa yang benar dan
organisasi di masa yang akan datang.
apa yang salah.
Aspek keseimbangan hidup mengandung
Pendapat Thiroux tersebut sejalan
pengertian memelihara antara pemenuhan
dengan pendapat Bertens yang didukung
kepentingan diri sendiri dengan kepentingan
oleh pendapat Hill: ”orang yang bertindak
sosial.
berdasarkan etika, maka selama melakukan tindakannya
dia
bertindak
jujur,
Social responsibility adalah upaya mempertimbangkan
kepenting-an
bertanggung jawab dan disiplin”. Handoko
masyarakat
(1999:45) mendefinisikan etika organisasi
Dengan kata lain melalui tanggung jawab
sebagai
sosial
moralitas
terhadap
anggota
dalam
pengaruh
kegiatan
positif
usahanya.
harus
terus
organisasi, yaitu kualitas dalam tindakan
dimaksimalkan (maximize positive effects)
(perilaku) manusia yang dilakukan secara
dan
sadar terhadap anggota organisasi lainnya,
(minimize
dinilai dari segi baik dan buruk. Sehingga
masyarakat.
etika organisasi dapat merupakan perilaku
mengenai
manusia dalam mengusahakan terwujudnya
pendidikan diungkapkan bahwa the leader
moral di dalam organisasi. Selain itu etika
in education should be a spiritual, moral
organisasi perlu adanya tanggung jawab
person. (Thom, 1993:159).
terhadap
organisasi
pengaruh
negative
effects)
Dalam peran
negatif bagi
sebuah
paparan
kepemimpinan
dalam
bagaimana
Secara umum etika adalah usaha
tersebut
sistimatik memahami pengalaman moral
diimplementasikan dalam perilaku sehari-
individu untuk menentukan aturan-aturan
hari. (Attfield, 2001:1-3)
yang seharusnya mengatur tingkah laku
seharusnya
dan
meminimalkan
tanggung
jawab
Salvatore (2000:15) mengemukakan
manusia,
nilai-nilai
bahwa etika organisasi mengandung aspek
dikembangkan,
sifat-sifat
menghargai
dikembangkan
dalam
orang
lain,
transgenerasi
(kesinambungan) dan aspek keseimbangan hidup.
Aspek
menghargai
orang
yang
layak
yang
perlu
organisasi.
(Satyanugraha, 2004: 35)
lain
Dari rangkaian konsep tentang etika
mengandung pengertian sikap tenggang
organisasi maka etika organisasi adalah
rasa terhadap kehidupan sosial antara
tindakan
anggota masyarakat. Aspek transgenerasi
terwujudnya organisasi yang sehat dibagi
mengandung
dalam 3 dimensi yaitu (1)
pengertian
adanya
moral
seseorang
dalam
tindakan
kesinambungan bahwa apa yang dilakukan
menghormati dan menghargai orang lain:
sekarang
melaksanakan fungsi kerja sesuai tugas
terhadap
organisasi
akan
mempunyai dampak terhadap kehidupan
masing-masing,
hubungan
yang
serasi
antar
sesama
anggota
organisasi,
Otoritas dalam bahasa Indonesia diartikan
keterikatan emosional kepada orang lain;
dengan bahasa wewenang. Seseorang yang
(2) tindakan bertanggung jawab terhadap
mempunyai wewenang akan mempunyai
lingkungan tempat kerja: membina sistem
kekuasaan yang pasti atau hak yang jelas
kerja, mengupayakan kondisi kerja yang
dalam
kondusif,
kecepatan
kebijakan,
permasalahan
kerja
mengatasi (3)
untuk
menentukan
pengambilan
keputusan-
tindakan
keputusan penting, menyelesaikan konflik
atau
dan lain-lain. Tindakan seseorang yang
keberlanjutan hubungan dengan generasi
tidak mempunyai wewenang akan ditolak
mendatang: adanya kepedulian terhadap
bahkan
sesama dan melakukan kerjasama dengan
masyarakat.
pegawai lain.
sumber otoritas pemimpin itu ada tiga yaitu
mengupayakan
dan
organisasi
kesinambungan
dapat
dipersalahkan
Menurut
Weber
oleh sumber-
(1) otoritas yang rasional dan sah, yang KEPEMIMPINAN KHARISMATIK
diciptakan pada tingkat dan posisi yang
Mintzberg
mengilustrasikan
dipegang oleh seseorang pemimpin dalam
bahwa kepemimpinan merupakan satu
suatu hirarki, (2) otoritas yang tradisional,
peran saja dari banyak peran lain yang
diciptakan
dimainkan
manajerial.
masyarakat dan juga oleh adat kebiasaan,
Otoritas formal dan status merupakan
(3) otoritas yang kharismatik, ditimbulkan
dimensi pokok dari kegiatan manajerial. Di
oleh potensi kepribadian dari pejabat.
samping itu secara lebih luas seorang
(Thoha, 1986:14).
manajer juga memiliki peran dalam tiga
Dalam
(1995:37)
dalam
kegiatan
oleh
kelas-kelas
banyak
hal
dalam
sering
ada
klasifikasi yaitu:(1) Peran interpersonal:
perbandingan yang secara kasar mencoba
figurhead,
memberikan gambaran perbedaan gaya
leader,
informational: spokesman. entrepreneur,
liaison.
monitor, (3)
(2)
Peran
disseminator,
Peran
decisional:
disturbance
handler,
resource allocator, negotiator. Dalam dikutip
oleh
kaitan
ini
yang
berkharisma
(charismatic style) dan tidak berkharisma (noncharismatic
style).
Dalam
kepemimpinan organisasi, berbagai gaya
Weber
Hendropuspito
kepemimpinan
seperti
(1989:121)
dan pendekatan sering dipraktikkan para pemimpin
untuk
melakukan
Mengidentifikasi tentang cara pemimpin
kepemimpinan.
dalam
Otoritas
garis perintah biasanya selalu dimulai dari
(authority) ialah kekuasaan yang diakui
seorang pemimpin. Pada tataran gaya
masyarakat atau orang yang dipimpin.
kepemimpinan
memperoleh
otoritas.
Kondisi
dapat
ini
aktivitas
disebabkan
diidentifikasi
sekurang-kurang nya ada tiga gaya. Ketiga
misi yang memikat hati dalam hubungan
gaya tersebut adalah otokratis, demokratis
ideologis.
dan liberal.
percaya diri yang tinggi dan kepercayaan
Menurut Howell (1997:2) pengaruh
(2).
kepada
Memperlihatkan
bawahan.
(3).
tingkat
Mengatur
kharismatik bisa dilihat dari kesamaan
keterlibatan personal dan komitmennya
tujuan
kepada
dan
nilai
yang
dikembangkan
misi
para
bawahan
untuk
antara pemimpin dengan bawahannya,
berusaha menyamai atau melebihi. (4).
tingkat emosional bawahan yang tinggi
Memiliki cara untuk memperkuat visi atau
pada pemimpin mereka, kecenderungan
misi. (5). Mengkomunikasikan harapan-
bawahan
dan
harapan yang tinggi kepada bawahannya.
bertindak luar biasa sekalipun tidak ada
(6). Percaya diri atas kemampuan mereka
pemberian
dalam
untuk
bekerja
hadiah
keinginan
keras
atau
bawahan
hukuman, memberikan
yang
diartikulasikan
harapan-harapan
tersebut.
kepuasan personal berkaitan dengan misi kolektif
mencapai
Kepemimpinan kharismatik berbeda
seorang
dengan kepemimpinan pada umumnya.
pemimpin. Pemimpin kharismatik memiliki
Cara untuk mengetahui kepemimpinan
pengaruh yang utama pada emosi dan
kharismatik dapat diamati melalui atribusi
penghargaan diri dari bawahannya yang
dari
lebih terarah pada variabel-variabel afektif
heroik atau luar biasa. Ciri kepemimpinan
daripada
kharismatik
variabel
pemimpin pengaruh
kognitif.
Sedangkan
transaksional
memiliki
utama
pada
kognisi
dan
kemampuan bawahan. Luthans bahwa
kepemimpinan
seperti
diidentifikasi
determinan yaitu kepercayaan diri (self
menyebutkan
leadership
is
a
memiliki (have
keteguhan strong
dalam
keyakinan
conviction).
Pengikut-
pengikutnya
sering
as being those who ’by the force of their
dengannya,
meyakini
personal abilities are capable of having
pemimpin,
para
profound and extraordinary effects on
kesiapan
secara
followers’.
menerima dan
oleh
House di dalamnya ada dua indikator
throwback to the old conception of leader
Conger
yang
confidence) yang luar biasa tinggi, dan
(1995:355)
’charismatic
kemampuan
Kanungo
(1987:5),
kepemimpinan kharismatik berhubungan
berbagi
perasaan
dan
mengasihi
pengikutnya
perintah
memiliki
langsung
untuk
dan
akan
mematuhinya.( Griffin, 1987:440). Posner
dengan tingkat perilaku pemimpin seperti;
menyebutkan
(1). Mampu mengartikulasikan visi atau
kharismatik
dan
Kouzes
bahwa yang
(1999:123)
dalam
menarik
dunia
dibicarakan
adalah
dimensi
kepemimpinan
yang
Whom (the leader followers) berisi; traits,
kharismatik. Kepemimpinan kharismatik
selection/
diyakini memiliki daya tarik magnetik
implementation, male/female issues, those
(magnetic effect) pada orang lain yang
who leave. How (the appropriate leadership
dipimpinnya.
style). (Bothwell, 1983:103).
Bennis
(1995:400-401)
training,
Secara
motivation,
mendalam
tersebut
kepemimpinan
dengan
kepemimpinan yang dapat mengakomodasi
pemberdayaan kinerja karyawan. Melalui
aktivitas organisasi dengan baik bila mampu
kepemimpinan yang dapat diteladani akan
menstimulasi dan menggerakkan komponen-
memberikan
karyawan
komponen tersebut. Faktor kepemimpinan
pekerjaannya.
menjadi sangat dominan dalam menentukan
Pemberdayaan kinerja karyawan melalui
keberhasilan penyelenggaraan organisasi.
kepemimpinan
Pemimpin akan menjadi barometer yang
dalam
energi
bagai
melakukan
yang
memompakan
tepat
hal penting yaitu: (1). Membuat orang
direncanakan dan dilaksanakan oleh suatu
menjadi penting dalam setiap aktivitas
organisasi.
mengembangkan kemampuan (learning
Bothwell (1983:131) kepemimpinan yang
and competence matter), (3). Menjadikan
kharismatik juga memiliki kebutuhan kuat
setiap orang sebaai anggota organisasi
akan kekuasaan (strong need for power),
(people are part of community), (4).
memiliki percaya diri yang tinggi (high self-
Mampu membangkitkan semangat kerja
confidence), dan pendirian yang kuat dalam
(work is exciting).
mewujudkan kepercayaan dan idealitasnya fungsi
belajar
yang
Menurut House seperti dikutip oleh
dan
Selalu
perubahan
dan
Tugas
(2).
melihat
dimensi
efektivitas akan menghasilkan 4 (empat)
organisasi,
untuk
membuka
kategori
menyebutkan bahwa ada pengaruh positif kharismatik
akan
kelima
kepemimpinan
meliputi lima kegiatan penting yaitu; what
(strong convictions in their own beliefs and ideals).
(the leader task) yang berisi; mission, goals,
Selanjutnya Bass seperti dikutip oleh
objectives, plans, jobs, roles, resources, dan
Yukl (1989:207) makin memperluas teori
deadlines. Where (the leader environment)
House. Bass mengatakan bahwa seorang
berisi;
organization,
pemimpin kharismatik selain memiliki ciri-ciri
constraints, group climate, communication,
di atas juga memiliki kelebihan-kelebihan lain
networks. Who (the leader) berisi; types,
yaitu
traits, lifelong learning, effective human
peruntungan
relations, sources and uses of power.
t uj u an yang hakiki. Kemudian pengikut-
social/political
berupa
kemampuan
(nasib)
dalam
melihat mencapai
pengikutnya bukan hanya percaya dan
menghendaki
menghormati
terhadap
kepemimpinan yang tegas serta memiliki
(respect)
adanya
komitmen
pribadi
kepemimpinannya,
mereka
bahkan
keyakinan yang kuat dalam menjalankan
mengidolakan
memuja
pemimpin
aktivitas-aktivitas manajerial. Indikator yang
dan
sebagai seorang hero atau figur spiritual. Berdasarkan dikemukakan
konsep
dapat
yang
telah
pada
semakin
kepemimpinan
memperkuat
kharismatik
pimpinan
untuk
bahwa
mengembangkan manajerial yang beretika.
adalah
Pemimpin
penilaian bawahan terhadap tindakan dalam
pemimpin
mempengaruhi bawahannya agar dapat
memperlakukan orang lain dengan baik di
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
samping
tujuan organisasi dengan indikator; adanya
untuk menghasilkan kebijakan manajerial
pendelegasian wewenang dalam organisasi,
yang beretika.
kepemimpinan
adanya
upaya
disimpulkan
ada
kharismatik
yang
berkharisma
adalah
berkemampuan
untuk
tentunya
juga
berkemampuan
kepercayaan
Terkait dengan hal tersebut di atas,
kerja, adanya visi pengembangan organisasi,
apabila pimpinan PTAIS memiliki komitmen
adanya upaya memberi dukungan bawahan,
kuat
adanya upaya menyampaikan informasi
kepemimpinan kharismatik, maka ia akan
kerja
sanggup untuk menggunakan pengaruh
(tabligh),
pemberian
yang
adanya
mengarahkan
untuk
menegakkan
bawahan, adanya upaya menilai lingkungan
kewibawaannya
kerja.
bawahannya untuk memperoleh hasil yang maksimal.
HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KHARISMATIK DENGAN ETIKA ORGANISASI. Kepemimpinan kharismatik adalah hasil penilaian bawahan terhadap kecakapankecakapan khusus yang melekat pada diri seorang pemimpin yang dapat dilihat dan dialami sehingga menghasilkan efek positif terhadap kinerja bawahannya. Sedangkan etika organisasi merupakan tanggungjawab seorang pimpinan sekaligus juga sebagai anggota
organisasi
dalam
mewujudkan
moral organisasi di tempatnya bekerja. Nilai-nilai
dalam
etika
organisasi
dalam
prinsip-prinsip
Memacu
memacu
hasil
kerja
kinerja
yang
maksimal merupakan tanggungjawab moral yang
disandang
oleh
pimpinan.
Tanggungjawab merupakan bagian yang sangat urgent dalam pengembangan etika kerja dan etika organisasi. Dalam
praktiknya,
kepemimpinan
sering melupakan faktor etika. Hal ini yang menjadikan kepemimpinan jauh dari dimensi kemanusiaan akhirnya
(humanisme)
tidak
mampu
dan
pada
mengangkat
kemajuan organisasi yang dipimpinnya yang disebabkan oleh produk kebijakan yang teralienasi dari perilaku yang bermoral. Pada
Kharismatik
kondisi inilah pentingnya kepemimpinan yang berkharisma yaitu pemimpin yang
(1) Pelatihan Perumusan dan Sosialisasi
memiliki pengaruh keorganisasian, memiliki
Visi Kepemimpinan. Pelatihan ini meminta
pendirian
pemimpin
kuat
(fathanah),
mampu
untuk
melakukan
simulasi.
mengartikulasikan
visi
dalam
hubungan
Sebelumnya mereka diharuskan menuliskan
kerja
memelihara
dukungan
idealismenya tentang perguruan tinggi ke
dalam mengembangkan bawahan, berani
depan. Selanjutnya mereka dimasukkan ke
menyampaikan kebenaran (tabligh), dan
dalam kelompok dan mendiskusikan hasil
menilai
rumusannya. (2) Pelatihan Percaya Diri.
ideologis,
lingkungan
Indikator-indikator
secara
realistis.
tersebut
sangat
Pada
pelatihan
ini
diberikan
dibutuhkan dalam menegakkan manajemen
motivasi
perguruan tinggi yang beretika.
keberhasilannya dalam melakukan suatu
Dengan hubungan
positif
kharismatik
dengan penerapan
kharismatik,
diduga
antara
dengan
pimpinan, kondusif
demikian
kepemimpinan
etika kata
terdapat
lain
organisasi semakin
kepemimpinan yang
maka
akan
semakin
tugas.
secara
pimpinan
(3)
Ketiga,
bertingkat
Menjadikan
atas
Materi
Kepemimpinan sebagai mata pelajaran di Tingkat SLTP sampai dengan Perguruan Tinggi.
Kebijakan
pendidikan
ini
mengarahkan
kepemimpinan
(leadership
education) sebagai bagian integral dari
meningkatkan manajemen yang beretika
kurikulum sekolah.
pada perguruan tinggi tersebut.
b. Peningkatan Kecerdasan Emosional Pimpinan PTAIS
KESIMPULAN
(1)
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
Pelatihan
bahwa etika organisasi dapat ditingkatkan
membangkitkan
melalui sikap kepemimpinan kharismatik
sampai
dan kecerdasan emosional.
menerus secara bertahap. (2) Pelatihan
IMPLIKASI
Penangguhan Kekecewaan. Pada pelatihan
Memperhatikan kesimpulan hasil penelitian
ini pimpinan diberikan tugas dengan tingkat
sebagaimana diuraikan di atas, maka upaya
kesulitan yang melebihi kemampuannya.
peningkatan PTAIS
etika
dapat
meningkatkan
organisasi dilakukan
sikap
pimpinan dengan
kepemimpinan
kharismatik dan kecerdasan emosional. a. Peningkatan
Kepemimpinan
Pelatihan
Penundaan
ini
pada
Kemarahan.
dirancang
dengan
kemarahan
pimpinan
kondisi
tertentu
terus-
SARAN-SARAN Pertama, Koordinator Kopertais Wilayah I sebaiknya mengupayakan PTAIS
terutama
dalam
fasilitas bagi memfasilitasi
pemberdayaan
PTAIS.
Pemberdayaan
dimaksud adalah termasuk di dalamnya pengembangan kemandirian PTAIS dalam berbagai
aspek;
aspek
kemahasiswaan
akademik,
dan
pengabdian
masayarakat serta aspek finansial. Kedua,
berkaitan
dengan
tenaga
pendidikan dan pelatih maka PTAIS dapat melakukan kegiatan diklat secara berkala. Sebagai motivasi juga dapat dimajukan
Results. New York-.Prentice Hall Press, 1983 Robbins, Stephen P. dan Mary Coulter. Manajemen. Jakarta: PT. Prenhallindo, 1999. Ferrell, O.C. dan John Fraedrich, Business Ethics: Ethical Decision Making and Cases. Boston: Houghton Mifflin Company, 1994. Jackson, Terence. "Ethics and the art of intuitive management," Crosscultural Management,.ed. Terence Jackson. Oxford: Butterworth-Heinemann Ltd, 1995
model kepemimpinan yang dapat dijadikan sebagai teladan. Ketiga,
melalui
penyediaan
Laboratorium Belajar Kepemimpinan (LBK) mahasiswa dapat lebih diarahkan untuk sekaligus dipersiapkan menjadi pemimpinpemimpin dibuat
yang
secara
baik.
Kurikulum
konsorsium
ini
yang akan
banyak memberi warna dan kaya dengan nilai-nilai. Dengan demikian harapan ke depan bersaing
bahwa dalam
alumni
PTAIS
dapat
kancah
kepemimpinan
nasional dan regional lebih terbuka. Bila hal ini dapat diwujudkan akan menjadi kekuatan dan daya tarik calon-calon mahasiswa/ mahasiswi yang berada di tingkat SLTA/MA. DAFTAR PUSTAKA At Tamimi, Izzudin Khatib. Bisnis Islam. Jakarta: Fikahati Aneska, 1992. Bothwell, Lin. The Art Of Leadership SkillBuilding Techniques That Produce
Ladd, John. "Business Ethics", Morality and the Ideal of Rationality in Formal Organizations, ed. Milton Snoeyenbos, Robert Almeder dan James Humber. New York: Prometheus Books, 1992. Mintzberg, Henry. "The Manager's Job: Folklore and Fact , The Organizational Behavior, ed. David Kolb, Joyce S. Osland and Irwin M. Rubin. New Jersey: Prentice Hall, 1995 Pheysey, Diana C. Organizational Cultures Types and Transformations. London: Routledge, 1993. Thoha, Miftah. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers, 1986