HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN KEBIASAAN MAKAN PAGI DENGAN STATUS GIZI ANAK DI SDN BANYUANYAR III KOTA SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi
Disusun Oleh: MUNIK AMBARWATI J 310 090 014
PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
1
PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI ABSTRAK MUNIK AMBARWATI. J 310 090 014 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KEBIASAAN MAKAN PAGI DENGAN STATUS GIZI ANAK DI SDN BANYUANYAR III KOTA SURAKARTA Pendahuluan :Pengetahuan gizi adalah kemampuan untuk menjawab pertanyaan mengenai sumber zat gizi, manfaat untuk tubuh serta kandungan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dan pemahaman seseorang mengenai interaksi zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan. Pengetahuan gizi merupakan landasan penting untuk terjadi perubahan sikap,sehingga diharapkan dapat mengubah kebiasaan makan pagi yang semula kurang baik menjadi lebih baik. Melewatkan makan pagi akan membuat tubuh anak kekurangan glukosa sehingga tubuh akan membongkar persediaan tenaga yang ada dijaringan lemak tubuh sehingga apabila terjadi secara terus-menerus akan berpengaruh terhadap status gizi. Tujuan :Menganalisis hubungan antara pengetahuan, sikap dan kebiasaan makan pagi dengan status gizi pada anak sekolah di SDN Banyuanyar III Surakarta. Metode Penelitian :Jenis penelitian ini merupakan penelitian Observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel yang diambil adalah siswa kelas III, IV, V sebanyak 90 orang dengan teknik purposive random sampling. Penentuan status gizi menggunakan pengukuran antropometri yang meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan, pengetahuan dan sikap dengan menggunakan kuesioner dan kebiasaan sarapan pagi dengan wawancara recall kebiasaan sarapan selama 7 hari.Hasil dianalisis dengan uji statistik korelasi Rank Spearman. Hasil :Sebagian besar siswa memiliki status gizi normal sebanyak (67,8%), pengetahuan gizi baik sebanyak (62,2%), Sikap gizi yang baik sebanyak (60,0%), dan kebiasaan makan pagi siswa sebanyak (52,2%) biasa makan pagi. Kesimpulan :Terdapat hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi (p= 0,024), tidak terdapat hubungan antara sikap gizi dengan status gizi (p= 0,83), terdapat hubungan antara kebiasaan makan pagi dengan status gizi(p= 0,002). Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Kebiasaan Makan Pagi, Status Gizi Kepustakaan : 72 : 1986-2013
2
NUTRITION PROGAM FACULTY OF HEALTH MUHAMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA ESSAY ABSTRACT MUNIK AMBARWATI. J 310 090 014 THE RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BREAKFAST HABIT WITH THE NUTRITIONAL STATUS OF STUDENT IN BANYUANYAR III ELEMENTARY SCHOOL SURAKARTA Introduction: Nutritional knowledge is the ability to answer question about source of nutrient, benefit of nutrients, the nutrients required for the body and the understanding of a person about interaction of nutrients with health and nutritional status. Nutritional knowledge is influencing nutritional attitude. It is expected that by having a good nutritional knowledge, one could change the breakfast habit to be better. The habituation of breakfast for children in elementary school is an effort to enhance the nutritional status. Missing breakfast for the children could lead to glucose shortage so the body will consumed the energy stored in fat tissue. If it is happened continuously for long time, it will have impact on nutritional status. Objective: To analyze the relationship between knowledge, attitude and the breakfast habit with nutritional status of children in elementary school Banyuanyar III. Methods of Research: This type of research is an observational study using crosssectional approach. Samples are taken with porposive random sampling from student of third, fourth and fifth grade that consist of 90 students. Determine the nutritional status using anthropometric measurements, including measurement of weight andheight, knowledge and attitudes using a questionnaire and interviews habit breakfast with breakfast habits recall for 7days. Results were analyzed byrank spearman correlationstatistical test. Result: Students have normal nutritional status (67,8%); students have a good nutritional knowledge (62.%), students have a good nutritional attitude (60%), and students has breakfast habit (42,2%). Conclusion: There is a relationship have between nutritional knowledge and nutritional status (p value in table 0,024), there is no relationship between nutritional attitudes and nutritional status (p value in table 0,89), and there is a relationship between breakfast habits and nutritional status ( p value in table 0,002) of the children in Banyuanyar III elementary school of Surakarta. Keyword: knowledge, attitude, breakfast habit, nutritional status Library: 72: 1986-2013
3
seseorang.Suatu
A. PENDAHULUAN
sikap
belum
sekolah
otomatis terwujud dalam suatu
merupakan salah satu kelompok
tindakan. Praktek terjadi setelah
rawan gizi. Pertumbuhan yang
seseorang mengetahui stimulus
berlangsung membutuhkan zat-zat
atau objek kesehatan, kemudian
gizi yang adekuat. Bila kebutuhan
mengadakan
zat gizi tersebut tidak terpenuhi,
pendapat
akan
hambatan
diketahui, dan selanjutnya ia akan
pertumbuhan dengan manifestasi
melaksanakandan mempraktekkan
anak
apa yang sudah
Anak
usia
terjadi
kurus
pendek
(wasted)
(stunted)
maupun
(Judarwanto,
penilaian
terhadap
apa
atau yang
diketahuinya.
Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu tindakan nyata diperlukan
2006). Pada
anak
usia
sekolah
suatu faktor pendukung atau suatu
banyak faktor yang mempengaruhi
kondisi
yang
proses
dan
antara
lain
dan
(Notoatmodjo, 2007).
pertumbuhan
perkembangan
mental
gizi.
Upaya
untuk
adalah
Berdasarkan
jasmani. Salah satunya adalah masalah
memungkinkan,
Kesehatan
fasilitas
Riset
Dasar
(Riskesdas)
menempuh perbaikan gizi anak
tahun 2010 dapat dilihat bahwa di
agar dapat belajar dengan baik,
Indonesia prevalensi kependekan
yaitu
pada
melalui
perbaikan
pola
anak
umur
6-12
tahun
dengan
adalah 35,6% yang terdiri dari
menekankan pentingnya makan
15,1% sangat pendek dan 20%
pagi sebelum berangkat kesekolah
pendek.
(Jalal, 2005), dan saran yang tepat
pada anak umur 6-12 tahun masih
dari segi gizi yaitu melakukkan
tinggi yaitu 9,2% atau masih di
kebiasaan makan pagi.
atas 5,0%. Prevalensi kuruspada
makan
di
keluarga
Prevalensi
kegemukan
(2000)
anak umur 6-12 tahun adalah
menjelaskan bahwa, pengetahuan
12,2% terdiri dari 4,6% sangat
merupakan
kurus dan 7,6% kurus.\
Sediaoetama
terbentuknya
hal
penting perilaku
1
Status gizi baik atau optimal
B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini bersifat
terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan
observasional
secara
pendekatan
efisien,
sehingga
analitik
dengan
cross
sectional.
memungkinkan pertumbuhan fisik,
Penelitian
perkembangan otak, kemampuan
Banyuanyar III Kota Surakarta dari
kerja dan kesehatan secara umum
bulan mei 2013 hingga juni 2014.
pada
Populasi dari penelitian ini adalah
tingkat
setinggi
mungkin
di
SDN
siswa siswi kelas III,IV dan V
(Almatsier, 2001). Berdasarkan
dilakukan
hasil skrining
sebesar
126
siswa.
Subjek
Dinas Kesehatan Kota Surakarta
penelitian ini adalah 90 siswa
2011 pada pemantauan status gizi
kelas III,IV dan V yang memenuhi
anak sekolah di SD Banyuanyar,
kriteria inklusi bersedia menjadi
status gizi (BB/TB) yaitu normal
subjek
85,5%, kurus 5,84%, kurus sekali
diukur berat badan dan tinggi
4,38%,
6,02%.Peneliti
badan, anak hadir pada saat
Faizah (2012) di SDN Banyuanyar
pengukuran dan kriteria eksklusi
III menemukan sebesar 67% tidak
anak pindah sekolah, anak dalam
sarapan pagi.
keadaan
gemuk
penelitian,
sakit,
anak
anak
dapat
tidak
survey
kooperatif. Teknik yang digunakan
pendahuluan tahun 2012 terhadap
dalam pemilihan sampel adalah
status gizi di SD Banyuannyar III
Purposive
Kota
menunjukkan
Hasil uji kenormalan data dengan
siswa,
menggunakan
Berdasarkan
bahwa
Surakarta dari
270
data
yang
memiliki status gizi lebih sebesar
Smirnov,
38,14% yang berstatus gizi kurang
data
sebesar 0,11% dan yang berstatus
maka
gizi normal sebesar 60,7%, serta
Spearman.
Random
uji
Sampling.
Kolmogorof
menunjukkan
berdistribusi digunakan
semua
tidak normal uji
Rank
50% anak tidak melakukan makan pagi.
2
12,10
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
terendah
1. Karakteristik Subjek
tahun,
umur
yang
di miliki
subjek penelitian sebesar
a. Jenis Kelamin Distribusi subjek penelitian
8,01
berdasarkan jenis kelamin
umur siswa sebesar 9.83
dapat dilihat pada Tabel. 1
tahun.
Distribusi
Tabel 1 Distribusi Jenis Kelamin Subjek Penelitian
subjek
dalam
Jenis Kelamin
Jumlah (n) 46 44 90
Laki-Laki Perempuan Jumlah
Presentase (%) 51,1 48,9 100,0
Hasil penelitian pada Tabel 1 menunjukan bahwa dari 90 subjek penelitian, yang
tahun.
Rata-rata
umur
penelitian
dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2 Distribusi Umur Subjek Penelitian Umur (Tahun) 8 9 10 11 12 Jumlah
Jumlah (n) 15 29 35 10 1 90
Presentase (%) 16,85 31,46 39,33 11,24 1,12 100,0
memiliki jenis kelamin laki-
Hasil penelitian pada tabel
laki sebanyak 46 orang
2 dapat diketahui bahwa
(51,1%) dan yang memiliki
kelompok
jenis kelamin perempuan
sebagian besar berumur 10
sebanyak
tahun
44
orang
(48,9%).
Jenis
kelamin
subjek
penilitian
sebagian
besar
(51,1%)
berjenis
kelamin
adalah
ini
(39,33%)
siswa
dan
sebagian kecil berumur 12 tahun (1,12%). c. Kelas Distribusi penelitian
laki-laki.
subjek berdasarkan
kelas dapat dilihat pada
b. Umur Subjek
dalam
penelitian ini berasal dari kelas III-V dengan rentang umur 8-12 tahun. Umur tertinggi
umur
yang
di miliki
subjek penelitian sebesar
Tabel. 3 Tabel 3 Distribusi Kelas Subjek Penelitian Kelas III IV V
Jumlah (n) 31 28 31
Presentase (%) 33,7 31,5 34,8
3
Hasil penelitian pada tabel 3 dapat diketahui bahwa kelompok
kelas
siswa
terbesar adalah pada kelas III dan V sebanyak 31 siswa
(34,8%)
Tabel 4 Distribusi Pengetahuan Gizi Subjek Pengetahuan
Jml (n) 56 34 90
Baik Tidak Baik Jumlah
Presentase (%) 62,2 37,8 100,0
dan
Hasil penelitian pada tabel
sebagian kecil pada kelas
4 menunjukan bahwa 56
IV
siswa
sebanyak
28
siswa
(31,5%).
(62,2%)
memiliki
pengetahuan gizi yang baik
2. Hasil Penelitian
dan
a. Pengetahuan Gizi Pengetahuan
34
siswa
(37,8%)
memiliki pengetahuan gizi gizi
tidak baik. Hal ini diketahui
adalah kemampuan untuk
berdasarkan
menjawab
wawancara
pertanyaan
hasil pengetahuan
mengenai sumber zat gizi,
gizi bahwa sebagian siswa
manfaat untuk tubuh serta
yang memiliki pengetahuan
kandungan
gizi
gizi
yang
yang
dibutuhkan oleh tubuh dan
sudah
pemahaman
informasi
seseorang
baik
(62,2%)
mengetahui gizi
dan
mengenai interaksi zat gizi
kesehatan melalui majalah,
terhadap status gizi dan
koran,
kesehatan
televisi. Dengan demikian,
2003).
(Suhardjo, Rata-rata
nilai
buku,
pengetahuan
dan gizi
iklan subjek
pengetahuan gizi adalah
penelitian sudah tergolong
77,87 dan ± 9,41, nilai
baik.
minimum
50,
nilai
b. Sikap Gizi
maxsimum 90.
Rata-rata nilai sikap gizi
Distribusi pengetahuan gizi
adalah 77,37 dan ± 10,51,
subjek dapat dilihat pada
nilai minimum 40 dan nilai
Tabel. 4
maxsimum 95. Distribusi
4
sikap gizi subjek dapat
makan pagi dapat dilihat
dilihat pada Tabel. 5
pada Tabel. 6
Tabel 5 Distribusi Sikap Gizi Subjek Sikap Baik Tidak Baik Jumlah
Jumlah (n) 60 40 90
Presentase (%) 60 40 100,0
Tabel 6 Distribusi Kebiasaan Makan Pagi Kebiasaan Makan Pagi Makan Pagi Tidak Makan Pagi Jumlah
Jumlah (n) 43 47
Presentase (%) 47,8 52,2
90
100,0
Hasil penelitian pada tabel
Hasil penelitian pada tabel
5 menunjukan bahwa 60
6
siswa (60%) memiliki sikap
sebagian
gizi yang baik dan 40 siswa
memiliki kebiasaan makan
(40%) memiliki sikap gizi
pagi yaitu terbiasa makan
tidak baik. Hal ini diketahui
pagi yaitu sebesar 47,8%
berdasarkan
dan 52,2% tidak memiliki
wawancara bahwa
hasil sikap
sebagian
gizi siswa
diketahui
bahwa
besar
kebiasaan
siswa
makan
pagi.
Rata-rata asupan energi
yang memiliki sikap gizi
subjek
yang baik (60%) memiliki
makan pagi yaitu 430.86 ±
sikap yang baik terhadap
139.17,
pemilihan
energi dari
bahan
penelitian
nilai
dari
minimun
makan pagi
makanan.Dengan
yaitu 151,20 kkal dan nilai
demikian, sikap gizi subjek
maxsimum
penelitian tergolong baik.
makan pagi 679,7 kkal.
c. Kebiasaan Makan Pagi Kebiasaan
Sedangkan
energi
dari
rata-rata
makan
asupan protein dari makan
siswa bervariasi dari tidak
pagi yaitu 13,35 ± 5,35,
pernah
sampai
nilai minimum protein dari
setiap hari dalam minggu.
sarapan pagi yaitu 4,41
Distribusi subjek penelitian
gram dan nilai maxsimum
sarapan
berdasarkan
kebiasaan
5
protein dari makan pagi
tidak makan pagi karena
yaitu 41,09 gram.
tidak
terbiasa
sarapan
Hasil wawancara untuk
pagi, terbiasa jajan, tidak
mengetahui alasan tidak
lapar dan takut terlambat
makan pagi yang dilakukan
kesekolah.
oleh peneliti terhadap 90
d. Status Gizi
subjek
penelitian
dapat
Status gizi adalah keadaan
diketahui bahwa sebanyak
tubuh
20% siswa malas untuk
konsumsi
makan di pagi hari, 30%
penggunaan
siswa makan dengan porsi
(Almatsier,
sedikit
asupan
rata nilai IMT 17,05 dan ±
kebutuhan
4,22, nilai minimum 11,80
sebanyak
dan nilai maxsimum 31,70.
sehingga
<25%
dari
energi
harian,
sebagai
akibat
makanan zat-zat 2009).
dan gizi Rata-
25% siswa takut terlambat
Distribusi
pergi kesekolah sehingga
berdasarkan
melewatkan
pagi
dapat dilihat pada Tabel 7.
dan 25% siswa diantaranya
Tabel 7 Distribusi Subjek Berdasarkan Status Gizi
belum
makan
dibuatkan
makan
pagi oleh orang tuanya. Alasan
subjek
terbiasa
tidak
makan
pagi
diketahui berdasarkan hasil wawancara bahwa siswa
Status Gizi Kurang Normal Lebih
subjek status
Jumlah (n) 12 61 17 90
gizi
Persentase (%) 13,3 67,8 18,9 100
Total
tidak lapar, tidak sempat sarapan
karena
terlambat,
dan
takut
makanan
dirumah belum masak. Hal ini,
sejalan
Damayanti
dan
dengan Muhilal,
2006 bahwa alasan siswa
Hasil penelitian pada tabel 7,
diketahui
sebagian mempunyai
besar status
bahwa siswa gizi
normal yaitu 67,8% dan sebagian
kecil
siswa
6
mempunyai
status
gizi
status
kurang yaitu 13,3%. e. Hubungan
gizi
pada
subjek
Antara
penelitian. Hasil penelitian
Gizi
ini sejalan dengan hasil
Pengetahuan Dengan Status Gizi
penelitian Fandania, 2011
Hubungan
menyatakan
gizi
pengetahuan
dengan
status
gizi
dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Distribusi Pengetahuan Gizi Terhadap Status Gizi Pengeta huan Gizi Baik Tidak Baik Total
pengetahuan gizi dengan
Status Gizi P Kurang Normal Lebih Total N % N % N % N % 0 0 47 83,9 9 16,1 56 100,0 0,024 * 12 35,3 14 41,2 8 23,2 34 100,0 12 35,3 61 67,8 17 18,9 90 100,0
*Uji Korelasi Rank Spearman
Hasil
penelitian
pada
terdapat hubungan yang signifikan
antara
pengetahuan gizi tentang serat dengan status gizi siswa-siswi kelas V dan VI SDN Kebon Pala 01 Pagi dengan nilai p value 0,035. Adanya hubungan antara pengetahuan gizi dengan status
gizi
tabel 8 menunjukan bahwa
dengan
83,9%
mengatakan
subjek
yang
bahwa
berkaitan
teori
yang bahwa
memiliki pengetahuan baik
pengetahuan tentang ilmu
cenderung memilikki status
gizi secara umum sangat
gizi normal, tetapi subjek
berpengaruh dalam sikap
yang memiliki pengetahuan
dan perilaku anak dalam
gizi tidak baik cenderung
memilih
memiliki status gizi kurang
akan
35,3%
Pengetahuan
gizi
23,2%. Berdasarkan hasil
dimiliki
seseorang
uji korelasi Rank Spearman
diharapkan
diperoleh nilai p = 0,024
dengan sikap dan praktek
hal ini menunjukkan bahwa
dalam
p < 0,05 yang berarti ada
makanan yang beragam
hubungan
sehari-hari.
dan
lebih
yaitu
antara
makanan
yang
dikonsumsinya.
oleh
diikuti
yang
pula
mengkonsumsi
7
f. Hubungan Antara Sikap
status
gizi
pada
subjek
Gizi Dengan Status Gizi
penelitian. Hal ini sejalan
Hubungan
dengan
sikap
gizi
penelitian
dengan status gizi subjek
dilakukkan
penelitian
(2001), yang menjelaskan
dapat
dilihat
oleh
yang Erine
bahwa tidak ada hubungan
pada Tabel 9. Tabel 9 Distribusi Sikap Gizi Terhadap Status Gizi Status Gizi Sikap P Gizi Kurang Normal Lebih Total N % N % N % N % Baik 3 5,6 43 79,6 8 4,8 54 100,0 0,83 * Tidak 9 25 18 50 9 25 36 100,0 Baik Total 12 2,4 61 68,5 17 19,1 89 100,0 *Uji Korelasi Rank Spearman
Hasil penelitian pada tabel
antara sikap tentang serat dengan status gizi di SDN Kebon
Pala
01
Pagi
Jakarta Timur di mana nilai p = 0,99. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa anak yang memiliki pengetahuan
9 menunjukan bahwa 25%
gizi
subjek yang memiliki status
memiliki sikap gizi yang
gizi kurang dan 25% subjek
baik
yang memiliki status gizi
sehari-hari
lebih cenderung memiliki
dipengaruhi
sikap
lingkungan.
yang
tidak
baik
baik
belum
dalam
tentu
kehidupan karena oleh
faktor
Hal
ini,
dengan
teori
terhadap gizi, tetapi 79,6%
berkaitan
subjek yang memiliki status
Bloom yang menyatakan
gizi
cenderung
bahwa lingkungan memiliki
memiliki sikap yang baik
andil yang paling besar
terhadap gizi.
terhadap status kesehatan
normal
Hasil uji korelasi Rank
salah
satunya
adalah
Spearman diperoleh nilai p
kondisi status gizi yang
= 0,83, hal ini menunjukkan
kemudian diikuti
bahwa
penentuan
p >
0,05 yang
dengan
sikap
anak
memilih
dan
berarti tidak ada hubungan
dalam
antara sikap gizi dengan
mengkonsumsi
makanan.
8
Seseorang yang memiliki
g. Hubungan
Antara
pengetahuan tinggi belum
Kebiasaan Makan Pagi
mengaplikasikan ilmu yang
Dengan Status Gizi
mereka
Hubungan
miliki
dalam
kebiasaan
pemilihan
makan pagi dengan status
makanan sehari-hari. Hal
gizi subjek penelitian dapat
ini berkaitan dengan teori
dilihat pada Tabel. 10
yang menyatakan bahwa
Tabel 10 Distribusi Kebiasaan Makan Pagi Terhadap Status Gizi
penentuan
sikap seorang anak hanya satu kecenderungan untuk mengakadakan
tindakan
dalam memilih makanan dan kesehatanya, dengan adanya tanda-tanda untuk menyenangi
atau
menyenangi
tidak
makanan
tertentu
dimana
manifestasi
sikap
tidak
dapal
langsung
terlihat,
tetapi
hanya
dapat
ditafsirkan terlebih dahulu. Sikap positif subjek tentang kesehatan
kemungkinan
tidak otomatis berdampak pada perilaku anak menjadi positif,
tetapi
negative kesehatan
sikap terhadap
hampir
pasti
berdampak negative pada perilaku
salah
satunya
kondisi status gizi anak.
Status Gizi Kebiasa an Kurang Normal Sarapan N % N % Pagi Makan 3 7,0 27 62,8 Pagi Tidak 9 19,1 34 72,3 Makan Pagi 12 13,3 61 67,8 Total
P Lebih N %
Total %
N
13 30,2
43
100,0
4
8,5
47
100,0
17 18,9
90
100,0
*
0,002
Uji Korelasi Rank Spearman
Hasil tabel
penelitian 10
pada
menunjukkan
bahwa 19,1% subjek yang memiliki status gizi kurang dan
8,5%
subjek
yang
memiliki status gizi lebih tidak terbiasa makan pagi. Sedangkan 62,8% subjek yang memiliki status gizi normal, 7% yang memiliki status
gizi
30,2%
kurang
subjek
dan yang
memiliki status gizi lebih cenderung
terbiasa
melakukkan makan pagi. Berdasarkan
hasil
uji
korelasi Rank Spearman 9
diperoleh nilai p = 0,002,
di
hal ini menunjukkan bahwa
Surakarta,
subjek
p < 0,05 yang berarti ada
penelitian
mengkonsumsi
hubungan
bahan
antara
kebiasaan
makan
pagi
SDN
Banyuanyar
makanan
mengandung
yang
zat
tenaga
dengan status gizi pada
(hidrat
subjek penelitian.
40%) dalam bentuk nasi,
Adanya hubungan antara
roti
kebiasaan
makanan
dengan
makan status
pagi gizi
arang
III
dan
sebanyak
mie.
Bahan yang
mengandung
zat
tenaga
dikarenakan subjek telah
lainnya seperti ubi, talas,
mengetahui
dan terigu tidak dikonsumsi
pentingnya
makan
pagi
kesehatan.
Makan
hanya
bagi
anak-anak
pagi
makan
memenuhi
pada pagi.
saat Bahan
makanan
yang
kebutuhan zat-zat gizi pada
mengandung
pagi hari saja, sarapan
pembangun
hanya memiliki asupan gizi
sebanyak
25% dari kebutuhan sehari-
dikonsumsi anak sekolah
hari dan merupakan salah
meliputi : telur, tahu, dan
satu
pendukung
tempe
dan
pemenuhan
bahan
makanan
faktor
dalam
zat (protein)
35%
yang
susu.
25% seperti
kebutuhan akan zat- zat
ikan dan daging termasuk
gizi dalam sehari tetapi
bahan
tidak
zat
utama status
menjadi
penyebab
mempengaruhi gizi
seseorang.
(Khomsan, 2004). Hasil survey konsumsi makan
dengan
metode
recall makan pagi yang lalu
jarang saat
makanan sumber pembangun dikonsumsi makan
yang pada
pagi.Jenis
bahan
makanan
yang
sering
dikonsumsi
oleh
subjek
penelitian
yang
berstatus gizi normal dan
10
lebih berasal dari sumber zat tenaga (nasi, mie dan roti),
dari
sumber
zat
D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. Sebagian besar siswa SDN
pembangun (telur, daging,
Banyuanyar III
ikan,
status gizi normal dengan
tahu,
susu),
tempe
sedangkan
dan
mempunyai
jumlah 51 siswa (67,8%).
yang
berasal dari sumber zat
b. Sebagian besar siswa SDN
pengatur (bayam, wortel,
Banyuanyar III mempunyai
kool,
pengetahuan
kembang
kool,
kacang panjang, kangkung,
dengan
dan buncis ). Jenis bahan
(62,2%).
gizi
baik
jumlah 56
siswa
yang
sering
c. Sebagian besar siswa SDN
oleh
subjek
Banyuanyar III mempunyai
penelitian yang berstatus
sikap gizi yang baik dengan
gizi kurang berasal dari
jumlah
sumber zat tenaga (nasi,
(60%)..
makanan dikonsumsi
mie dan roti), dari sumber zat
pembangun
daging
ayam,
54
siswa
d. Sebagian besar siswa tidak terbiasa makan pagi dengan
(telur,
jumlah 47 siswa (52,2%).
bandeng,
tahu, tempe dan susu),
yaitu
e. Ada
hubungan
antara
sedangkan yang berasal
pengetahuan
dari sumber zat pengatur
status
(bayam,
dasar di SDN Banyuanyar III
wortel,
kool,
f.
h. Keterbatasan Penelitian
dengan
anak
sekolah
Kota Surakarta.
kembang kool dan kacang panjang).
gizi
gizi
Tidak ada hubungan antara sikap gizi dengan status gizi
Recall hanya sampai jam
anak sekolah dasar di SDN
10.00 pagi sehingga tidak
Banyuanyar
dapat
Surakarta.
menggambarkan
kebutuhan sehari.
g. Ada
III
hubungan
kebiasaan
makan
Kota
antara pagi
11
dengan
status
gizi
anak
memperhatikan faktor-faktor
sekolah
dasar
di
SDN
lain seperti sosial ekonomi
Kota
keluarga,
Banyuanyar
III
keluarga,
Surakarta.
orangtua
2. Saran
Diharapkan
pihak sekolah
serta
kebiasaan
kebiasaan
makan
pagi
motivasi
sebaiknya dilakukan 24 jam
siswa
untuk
agar diketahui asupan energi
meningkatkan
budaya
makan pagi dan melakukkan penyuluhan dalam
mata
pelajaran
Penjaskes Jasmani
(Pendidikan dan
Kesehatan)
mengenai
kandungan
vitamin dalam buah, sumber vitamin dan mineral, fungsi serat dan sumber zat bezi. b. Bagi Instansi Kesehatan Dinas
terkait
puskesmas
total hariannya
dan
jenis
protein yang di konsumsi.
Komunikasi,
Informasi dan Edukasi (KIE)
seperti
dan
Kesehatan
Dinas Surakarta
kesehatan untuk melakukkan pemeriksaan
kesehatan
secara berkala pada anak sekolah seperti status gizi. c. Bagi Mahasiswa
lanjutan
pendidikan
memberi
kepada
Perlu
anggota
makan pagi. Untuk recall
a. Bagi Pihak Sekolah
selalu
jumlah
adanya
penelitian dengan
DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cet ke-5. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Damay anti , D., dan M uhi lal. 2006. Gi zi Sei mbang Untuk Anak Sekolah Dasar. PT Gramedia Pustaka, Jakarta, Indonesia.. DINKES. 2011. Skrining Pemantauan Status Gizi Anak Sekolah di SDN Banyuanyar. Surakarta. Faizah, SN. 2012. Hubungan antara Kebiasaan Makan Pagi dan Kebiasaan Jajan dengan Prestasi Belajar Siswa SD Di SDN Banyuanyar III Surakarta. Skripsi.UniversitasMuhammadiyah Surakarta.Sukoharjo. Fandania, ED. 2011. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Tentang Serat Gizi dengan Status Gizi Siswa-siswi Kelas V dan VI
12
Murid Sekolah SDN Kebon Pala 01 Pagi Jakarta Timur. Skripsi.ProgramKedokteran.Univer sitas Pembangunan Nasional. Jakarta. Jalal, F. 2005. Gizi dan Kualitas Hidup : Agenda Perumusn Program Gizi Repelita VII Untuk Mendukung Pengembangan SDM Yang Berkualitas Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI, Serpong 1720 Februari. Jakarta. Judarwanto, W. 2006.Perilaku Anak Sekolah. Rumah Sakit Bunda. Jakarta. Khomsan, A. 2004.Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta. Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan dan Ilmu Rhineka Cipta. Jakarta
Promosi Perilaku.
RISKESDAS.2010. Riset Kesehatan Dasar Nasional. Indonesia. Sediaoetomo, AD. 2000. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid 1. Dian Rakyat. Jakarta. Suhardjo, 2003.Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta bekerja sama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
13