HUBUNGAN ANTARA LAMA JONGKOK DENGAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING PADA BURUH AMPLAS MEUBEL DI JEPARA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Studi D IV Fisioterapi
Disusun oleh : MUHAMMAD SAIFUL ISLAM J 110 100 058
PROGRAM STUDI DIV FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI
Naskah Publikasi Ilmiah dengan Judul Hubungan Antara Lama Jongkok dengan Fleksibilitas Otot Hamstring pada Buruh Amplas Meubel di Jepara
Naskah Publikasi Ilmiah ini Telah Disetujui oleh Pembimbing Skripsi untuk di Publikasikan di Universitas Muhammadiyah Surakarta
Diajukan Oleh : NAMA
: MUHAMMAD SAIFUL ISLAM
NIM
: J110100058
Pembimbing I
Pembimbing II
Dwi Rosella Komalasari, S.Fis,M.Fis
Totok Budi Santoso, S.Fis,MPH
Mengetahui, Ka.Prodi Fisioterapi FIK UMS
(Isnaini Herawati, S.Fis., M.Sc)
PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama
: Muhammad Saiful Islam
NIM
: J110100058
Fakultas/Jurusan
: Fakultas Ilmu Kesehatan/Fisioterapi
Judul Skripsi
:
Hubungan
Antara
Lama
Jongkok
dengan
Fleksibilitas Otot Hamstring pada Buruh Amplas Meubel di Jepara Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk: 1.
Memberikan hak bebas royalti kepada perpustakaan UMS atas penulisan karya ilmiah saya, demi mengembangkan ilmu pengetahuan.
2.
Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan atau pengalih formatkan.
3.
Mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya serta menampilkan dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis atau pencipta.
4.
Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak perpustakaan UMS, dari segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Surakarta, Juli 2014 Yang Menyatakan
(Muhammad Saiful Islam)
HUBUNGAN ANTARA LAMA JONGKOK DENGAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING PADA BURUH AMPLAS MEUBEL DI JEPARA Muhammad Saiful Islam Program Studi D-IV Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura Surakarta ABSTRAK Latar belakang: Ketika para pekerja mengalami gangguan kesehatan dapat mengakibatkan produksi yang terhambat dan waktu produksi pun semakin lama sehingga meningkatkan biaya produksi, maka dari itu dapat menurunkan permintaan pasar. Penting sekali untuk mengetahui akan gangguan kesehatan yang akan dialami oleh buruh amplas tersebut. Salah satu keluhan yang cenderung dialami buruh amplas yaitu nyeri gerak ketika berdiri sesaat setelah posisi jongkok ketika bekerja, nyeri gerak tersebut terjadi karena adanya pemendekan otot hamstring dari posisi statis jongkok kemudian terjadi penguluran otot hamstring ketika berdiri. Posisi jongkok yang berlangsung terlalu lama dapat menyebabkan adanya kekakuan sendi dan otot sehingga terjadi pemendekan, kontraktur, dan bahkan kelemahan kekuatan otot. Tujuan Penelitian: mengetahui hubungan antara lama jongkok dengan fleksibilitas otot hamstring pada buruh amplas. Metodelogi Penelitian: penelitian ini menggunakan metode explanatory research dan dalam pelaksanaannya menggunakan pendekatan cross sectional. Jumlah responden berjumlah 50 orang. Alat ukur fleksibilitas menggunakan sit and reach test. Hasil Penelitian: Dari hasil uji korelasi Non Parametric Chi Squere Test hubungan antara lama jongkok terhadap fleksibilitas otot hamstring mendapatkan hasil p-value yaitu 0,02 dengan Odd Ratio 0,031 yang berarti ada hubungan antara lama jongkok terhadap fleksibilitas otot hamstring dengan resiko 0,031. Kesimpulan: Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: terdapat hubungan antara lama jongkok terhadap fleksibilitas otot hamstring pada buruh amplas meubel di Jepara. Semoga penelitian ini dapat berlanjut dan dapat berguna bagi peneliti dan pembaca. Kata kunci: Fleksibilitas otot hamstring, lama jongkok, Sit and reach test
PENDAHULUAN Jepara diperkirakan menyumbang 10% dari total ekspor mebel Indonesia pada tahun 2010 berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jepara
(Irawati,
2012).
Sehingga
penduduk
Jepara
lebih
banyak
menggantungkan sumber pencahariannya dengan menjadi penjual meubel, buruh meubel seperti tukang kayu, buruh amplas, tukang pahat (jawa: tatah) dan tukang cat. Dalam proses pembuatan sebuah meubel dibutuhkan adanya pemilihan bahan baku, penggergajian, perakitan, pengamplasan hingga pengecatan dan setiap prosesnya dilakukan oleh tukang tersendiri-sendiri dalam proses produksi meubel salah satunya yaitu penghalusan permukaan yang dilakukan oleh buruh amplas. Dalam kegiatan pengamplasan sering kali pekerja amplas tertahan pada posisi jongkok dalam waktu yang relatif lama dan berulang setiap harinya. Lama jongkok buruh amplas tergantung dengan ukuran dan jenis meubel yang diamplas, dengan posisi jongkok tersebut pekerja mengalami posisi statis dan tidak ergonomis. Sikap kerja yang statis dalam jangka waktu yang lama lebih cepat mengalami keluhan pada sistem musculoskeletal (Grandjean, 1993). Salah satu keluhan yang cenderung dialami buruh amplas yaitu nyeri gerak ketika berdiri sesaat setelah posisi jongkok ketika bekerja, nyeri gerak tersebut terjadi karena adanya pemendekan otot hamstring dari posisi statis jongkok kemudian terjadi penguluran otot hamstring ketika berdiri. Posisi jongkok yang berlangsung terlalu lama dapat menyebabkan adanya kekakuan
1
otot sehingga dapat terjadi pemendekan otot bahkan kelemahan kekuatan otot. Hal itu tersebut dikarenakan oleh karena menurunnya fleksibilitas otot hamstring, banyak orang yang mengalami cidera karena kurangnya fleksibilitas suatu otot terutama otot hamstring. Keluhan itu dapat disebut juga repetitive strain injury dimana cidera yang timbul akibat dari aktivitas yang berulang-ulang. Ketika para pekerja mengalami gangguan kesehatan dapat mengakibatkan produksi yang terhambat dan waktu produksi pun semakin lama sehingga meningkatkan biaya produksi, maka dari itu dapat menurunkan permintaan pasar. Menurut Handoko (2005), Apabila biaya produksi mengalami kenaikan akan mengakibatkan peningkatan harga barang itu sendiri dan menyebabkan jumlah barang yang terjual menjadi sedikit. Maka dari itu penting untuk mengetahui akan gangguan kesehatan yang akan dialami oleh buruh amplas tersebut. Menurut Sajoto (1995) fleksibilitas adalah daya lentur seseorang dalam penyesuaian diri untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang luas. Faktor-faktor yang mempengaruhi fleksibilitas yaitu tipe persendian, elastis otot, ligament, bentuk tubuh , jenis kelamin, suhu, dan usia. Otot hamstring adalah otot yang berfungsi pada gerakan fleksi lutut, ekstensi hip, eksternal dan internal rotasi hip. Hamstring merupakan jenis otot tipe I atau tonik, dimana bila terjadi suatu patologi akan mengalami penegangan dan
2
pemendekan atau tightness. Panjang otot hamstring berkaitan dengan fleksibilitas otot, dimana bila otot mengalami pemendekan maka fleksibilitas otot juga akan menurun dan timbul nyeri. Dengan demikian peneliti ingin mengetahui tentang “hubungan antara lama jongkok terhadap fleksibilitas otot hamstring pada buruh amplas meubel di Jepara”. TUJUAN Mengetahui hubungan antara lama jongkok dengan fleksibilitas otot hamstring pada buruh amplas meubel dan mengetahui lama posisi jongkok yang dapat mempengaruhi fleksibilitas otot hamstring. METODE Penelitian yang dilaksanaan pada Bulan Juni 2014 di UD. Jati Jepara Meubel dan UD. Sosrokartono Art dengan jumlah 50 responden yang sesuai dengan kriteria penelitian. Jenis penelitian explanatory research karena data yang diperoleh akan digunakan dalam penjelasan hubungan antara variablevariabel penelitian, Dan dalam pelaksanaannya menggunakan pendekatan crossectional . Untuk alat ukur, peneliti menggunakan sit and reach test. Kemudian hasil pengukuran dicatat sebagai data yang akan diuji dengan uji statistik.
3
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1.1 Distribusi Responden Menurut Usia Usia
n
%
19 – 35 tahun 36 – 49 tahun > 50 tahun Jumlah
28
56
13
26
9
18
50
100
Dari tabel 4.1 diketahui bahwa dari 50 responden terdapat responden terbanyak di rentang usia 19 – 35 tahun sebanyak 28 responden atau sekitar 56%. Pada distribusi responden ini terdapat usia termuda 19 tahun dan tertua 80 tahun, usia rata-rata responden yaitu 38 tahun. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti maka didapatkan hasil berdasarkan distribusi usia yang menunjukkan bahwa dari 50 di dapat rata-rata usia responden yaitu 38 tahun dimana menurut rentang usia 19 – 35 tahun menjadi responden di penelitian ini. Pada usia lebih dari 19 tahun penurunan sifat jaringan akan terjadi, hal ini karena perubahan kimiawi dalam sel dan jaringan tubuh, connective tissue akan kehilangan banyak kandungannya seperti collagen, elastin, glycoprotein, hylauronic acid, dan contractile protein (Cristofalo, 1990).
4
Tabel 1.2 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin
n
%
Laki-laki
17
16%
Perempuan
33
84%
Jumlah
50
100%
Dari tabel 1.2 Dilihat dari distribusi jenis kelamin, perempuan yang banyak menjadi responden yaitu 33 responden (84%) lebih dari setengah dari sampel penelitian. Menurut Gummerson (2000), beberapa faktor yang memepengaruhi fleksibilitas otot adalah usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan dan indeks massa tubuh. Tabel 1.3 Distribusi Responden Menurut Indeks Massa Tubuh Indeks Massa Tubuh
n
%
Kurus Normal Kegemukan obesitas
1 37 10 2
2 74 20 4
Jumlah
50
100
Berdasarkan dari tabel 1.3 di atas diperoleh distribusi data responden dengan distribusi indeks massa tubuh responden penelitian ini pada kisaran normal dimana faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fleksibilitas otot dapat diminimalisir sehingga tidak terjadi kerancuan dalam memperoleh hasil penelitian.
5
Tabel 1.4 Distribusi Responden Menurut Lama Bekerja Lama Bekerja (Tahun)
n
%
0.5 – 1.5
10
20
2–3
12
24
3.5 – 4.5
4
8
5–6
8
16
6.5 – 7.5
4
4
8–9
1
2
9.5 – 10.5
3
6
11 – 12
0
0
12.5 – 13.5
3
6
14 – 15
4
8
15.5 – 16.5
0
0
17 – 18
0
0
18.5 – 19.5
0
0
20 – 21
1
2
Jumlah
50
100
Distribusi responden menurut lama kerja, menunjukkan lama bekerja responden 2 – 3 tahun dengan rata-rata telah bekerja selama 6 tahun dimana , dimana lama bekerja ini dapat menjadi faktor yang harus diwaspadai untuk terjadi penurunan fleksibilitas otot hamstring. Masa kerja berhubungan erat dengan kemampuan fisik, semakin lama masa kerja seseorang, semakin menurun
pula
kemampuan
fisiknya.
Masa
kerja
seseorang
dapat
memungkinkan buruh amplas banyak terjadi resiko yang timbul oleh karena pekerjaannya.
6
Tabel 1.5 Distribusi Responden Menurut Lama Jongkok Lama jongkok (jam) <2
n
%
5
10%
>2
45
90%
Jumlah
50
100%
Pada distribusi responden menurut lama jongkok terdapat 90% responden yang masuk kategori > 2 jam, dari situ tampak bahwa sangat banyak responden menjadi faktor resiko keluhan muskuloskeletal. Hal itu searah dengan pernyataan Clark (1996), yang mana kerja otot statis yang lebih dari 2 jam dalam posisi yang tidak stabil akan meningkatkan kelelahan dan keluhan subyektif. Tabel 1.6 Distribusi Responden Menurut Fleksibilitas Otot Hamstring Fleksibilita s Otot Hamstring
< 2 jam
Fleksibel Tidak Fleksibel Jumlah
> 2 jam
4
5
1
40
5
45
Berdasarkan dari tabel 4.6 diketahui bahwa terdapat responden yang memiliki otot hamstring yang tidak fleksibel sebanyak 41 responden (82%) yang berarti ada beberapa faktor yang mempengaruhi fleksibilitas otot hamstring. Menurut Hoeger (2013), fleksibilitas otot masih sangat bagus ketika berusia kurang dari 18 tahun namun akan menurun seiring dengan
7
bertambahnya usia dan diikuti pula dengan penurunan sifat jaringan muskuloskeletal yang lain. Tabel 1.7 Hasil Uji Non Parametric Chi Squere Test Variabel
Odd Ratio
P-Value
Keterangan
Lama jongkok dengan Fleksibilitas otot hamstring
0.031
0.02
Signifikan
Sumber: data yang diolah Dari tabel 4.7 di atas hasil uji korelasi Non Parametric Chi Squere Test hubungan antara lama jongkok terhadap fleksibilitas otot hamstring mendapatkan hasil p-value yaitu 0,02 dengan Odd Ratio 0,031 yang berarti ada hubungan antara lama jongkok terhadap fleksibilitas otot hamstring dengan resiko 0,031. Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka hipotesis penelitian yang berbunyi “terdapat hubungan antara lama jongkok terhadap fleksibilitas otot hamstring pada buruh amplas meubel di Jepara”. Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara lama jongkok terhadap fleksibilitas otot hamstring
diketahui terdapat 45 responden yang lama
jongok > 2 jam dan yang mengalami penurunan fleksibilitas otot hamstring sebanyak 41 responden. Hal ini terjadi karena buruh amplas meubel yang menjadi responden mengalami aktivitas berulang-ulang yang mengakibatkan adanya akumulasi cidera sehingga menimbulkan keluhan otot. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja otot statis secara
8
terus menerus tanpa memperoleh kesempatan relaksasi. Kontraksi otot yang berlebihan akan menyebabkan peredaran darah ke otot berkurang sehingga suplai oksigen ke otot menurun dan menghambat metabolisme dalam jaringan sehingga terjadi penumpukan asam laktat yang menimbulkan nyeri pada otot (Tarwaka, 2004). Dari uji hubungan antara lama jongkok terhadap fleksibilitas otot hamstring didapat p-value sebesar 0,02 (p < 0,05) dengan Odd Ratio 0,031, hal ini berarti ada hubungan antara lama jongkok terhadap fleksibilitas otot hamstring dengan resiko 0,031 atau artinya dalam sekali jongkok dengan waktu lebih dari 2 jam akan menimbulkan penurunan hamstring sebesar 0,031 dimana akan bermakna karena hal ini terakumulasi oleh pekerjaan buruh amplas yang setiap harinya dan dilakukan secara terus-menerus dengan posisi jongkok yang lebih dari 2 jam. Kegiatan tersebut akan menjadikan penggunaan kerja otot yang berlebihan ini menimbulkan iskhemia sehingga akan terjadi peningkatan berbagai media inflamasi, bradikinin, serotonin dan prostaglandin (Meliala, 2003). Mediator ini menimbulkan otot yang nyeri, sehingga pergerakan otot akan terbatas dan lingkup gerak sendi akan berkurang pula. Dengan begitu fleksibilitas otot akan menurun.
9
KESIMPULAN DAN SARAN Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: terdapat hubungan antara lama jongkok terhadap fleksibilitas otot hamstring pada buruh amplas meubel di Jepara. Selain itu peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut Saran bagi para pekerja meubel untuk memperhatikan waktu dan posisi yang ergonomi pada para buruh saat bekerja selain itu pula memperhatikan waktu untuk istirahat yang cukup, pada saat istirahat melakukan penguluran pada daerah tungkai agar resiko-resiko yang di timbulkan oleh karena beban kerja dapat diminimalisir. DAFTAR PUSTAKA Anonim. Pasal 79 UU 13/2003. UU Tenaga Kerja No.13 tahun 2003. http://www.gajimu.com/main/pekerjaan-yanglayak/upah-kerja/jam-kerja. Diakses 10 Mei 2014 Anonim. Laju Pertumbuhan Pembangunan Dan Perekonomian Indonesia. http://www.bps.go.id. Diakses 15 April 2014 Ari sudarsono, 2011, Peregangan Otot – Otot Paha Dan Slumptest Setelah Latihan Mencegah Timbulnya Nyeri Tekan Dan Bengkak Otot – Otot Paha Serta Memperbaiki Kemampuan Lompat Pada Orang Dewasa. Thesis. Unud Armistead, C.G., G. Clark. 1996. Customer Service and Support. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo Cristofalo, Elizabeth. 1990. Tolomere Shortening is Solo Mechanism of Aging:Open Access Open Longevity Scince. Vol 2:23-28 David. 2002. Diagnosis And Management Tightness Hamstring. American Academic Efendi, F. 2007. Ergonomi Bagi Pekerja Sektor Informal. Jakarta: FKUI Grandjean, J, F. 1993. Fitting the Task To The Man. Taylor & Francis. London Gummerson, 2000, stretching and flexibility. http://www.cmcrossroads.com/bradapp/docs/rec/stretching/stetching3.html diakses pada 27 Mei 20014 jam 20.31 WIB
10
Handoko, Hani T. 2003. Manajemen Edisi ke-2. Yogyakarta: BPFE Hardjono, J. Azizah Ervina. 2012. Pengaruh Penambahan Contract Relax Stretching Pada Intervensi Interferensial Current Dan Ultrasound Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Sindroma Miofasial Otot Supraspinatus. Jakarta: Universitas Esa Unggul Hoeger, Wener, Sharon Hoeger, 2013. Principles And Labs For Fitness And Wellness. USA: Cengage Learning Irawati, R.H. dan Purnomo, H. 2012. Pelangi di Tanah Kartini: Kisah aktor mebel Jepara bertahan dan melangkah ke depan. Bogor:CIFOR Kisner, Carolyn. 2007.Therapeutic exercise : foundations and techniques 5th. Philadelphia: F. A. Davis Company Kluwer, Wolters, Lippincott Williams and Wilkins. 2010. American College of Sports Medicine, Guidelines for Exercise Testing and Prescription. Philadelphia Meliala, L. 2004. Pain Symposium: Towards Mechanism Based Treatment Priyatna, H. 2001. Musculoskeletal Fisioterapi. Kumpulan Bahan Kuliah DIV Fisioterapi. Jakarta : unversitas Indonesia Esa Unggul Richard et al, 2012. journal of the American physical therapy association. USA Sajoto, M. 2009. Pelatihan Musculoskeletal Untuk pembinaan kemampuan Fisik Olahragawan, Dalam : Kumpulan Makalah Simposium Pembinaan Kesehatan Pasien Dari Aspek Penelitian Musculoskeletal. Semarang Suma’mur. 2009 . Higiene Perusahaan Dan Keselamatan Kerja. Jakarta : CV. Sagung Seto Tarwaka, Sholichul dan Lilik S. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktifitas. Uniba Press. Surakarta Wassim, M. 2009. Efficacy Of Muscle Energy Technique On Hamstring Muscle Flexibility. Journal Physiotheraphy. Delhi. India Widiastuti. 2011. Tes Dan Pengukuran Olahraga. Jakarta : PT. Bumi Timur Jaya Irawati, R.H. dan Purnomo, H. (eds) 2012. Pelangi di Tanah Kartini: Kisah aktor mebel Jepara bertahan dan melangkah ke depan. CIFOR, Bogor, Indonesia.
11