KHOTIMAH, et, al./ HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN
Hubungan antara Kecerdasan Emosi dan Toleransi terhadap Stres dengan Penyesuaian Diri pada Lansia Di Kelurahan Jebres Surakarta The Relationship between Emotional Intelligence and Stress Tolerance with Self Adjusment on Ederly of Jebres Village Surakarta Khusnul Khotimah, Hardjono, Rin Widya Agustin Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebalas Maret ABSTRAK Menjadi tua bukan suatu pilihan melainkan sesuatu yang pasti dialami. Seorang lansia hendaknya mampu menerima masa tuanya dengan wajar, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang bersifat biopsikososial. Kecerdasan emosi dan toleransi terhadap stres yang memadai mengarahkan lansia agar mampu menyesuaikan diri dengan baik. Kecerdasan emosi berperan aktif untuk memahami dan mengelola emosi yang ada dalam diri sendiri maupun orang lain. Toleransi terhadap stres mengarahkan perilaku untuk tetap efisien dan rasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan simultan antara kecerdasan emosi dan toleransi terhadap stres dengan penyesuaian diri pada lansia, serta hubungan parsial tiap-tiap variabel prediktor (kecerdasan emosi dan toleransi terhadap stres) dengan penyesuaian diri pada lansia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasi kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia di Kelurahan Jebres, Surakarta. Sampling yang digunakan adalah purposive quota incidental sampling. Sampel penelitian berjumlah 50 lansia dengan kriteria: usia 60-74 tahun, tinggal bersama keluarga, dapat membaca, menulis, dan komunikatif, tidak menderita penyakit permanen dan/ atau parah, serta kesadaran masih berfungsi. Pengumpulan data penelitian menggunakan skala penyesuaian diri (validitas 0,2810,571, reliabilitas 0,735), skala kecerdasan emosi (validitas 0,298-0,696, reliabilitas 0,769), dan skala toleransi terhadap stres (validitas 0,308-0,693, reliabilitas 0,793) yang diberikan secara bersama-sama. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi dua prediktor. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan dan kuat antara kecerdasan emosi dan toleransi terhadap stres dengan penyesuaian diri pada lansia di Kelurahan Jebres, Surakarta ( Fhitung = 20,261 > Ftabel = 3,195, p < 0,05, dan R = 0,684). Hasil penelitian juga menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan penyesuaian diri pada lansia (rx1y = 0,454, p < 0,05) dan ada hubungan positif yang signifikan antara toleransi terhadap stres dengan penyesuaian diri pada lansia (rx2y = 0,310, p < 0,05). Nilai R2 dalam penelitian ini sebesar 0,467 atau 46,7%, terdiri atas sumbangan efeketif kecerdasan emosi terhadap penyesuaian diri pada lansia sebesar 29,08% dan sumbangan efeketif toleransi terhadap stres terhadap penyesuaian diri pada lansia sebesar 17,01%. Ini berarti, masih terdapat 53,3% variabel lain yang mempengaruhi penyesuaian diri pada lansia. Kata kunci: penyesuaian diri, kecerdasan emosi, toleransi terhadap stres, lansia
PENDAHULUAN Setiap
manusia
mengalami
periode penutup dalam rentang hidup seseorang, proses yaitu suatu periode seseorang telah beranjak
perkembangan sepanjang rentang kehidupannya jauh
dari
periode
terdahulu
yang
lebih
mulai dari periode pranatal sampai pada masa menyenangkan atau beranjak dari waktu yang lanjut
usia
(lansia).
Hurlock
(2006) penuh
manfaat.
menjelaskan, bahwa lansia merupakan suatu berkembang ke
Tugas arah
lansia
integritas
adalah ego
atau
81
KHOTIMAH, et, al./ HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN
keputusasaan (Erikson, dalam Crain, 2007).
Dinamika kehidupan yang terus berganti
Lansia yang mencapai integritas ego dapat memaksa lansia untuk tetap bisa menyesuaikan dicirikan sebagai suatu keadaan yang mampu diri
dengan
berbagai
perubahan,
yaitu
menyajikan suatu gaya hidup yang bercirikan, perubahan fisik, kognisi, emosi, dan sosial. suatu
perasaan
tentang
keutuhan
dan Lansia
sendiri
sangat
menyadari
banyak
keparipurnaan kepada generasi-generasi yang penyesuaian yang harus dilakukan pada periode lebih muda serta mampu menyesuaikan diri akhir rentang kehidupan ini (Erikson dalam dengan berbagai keberhasilan dan kegagalan Crain, 2007). Menurut Sundberg, dkk. (2007), dalam kehidupannya (Desmita, 2009).
dengan kemunduran berbagai kemampuan fisik
Berbagai masalah yang berkaitan dengan dan kesadaran akan masa depan yang tidak akan tugas
perkembangan
masa
lansia
muncul lama lagi, lansia memiliki kontak sosial yang
menjadi tantangan untuk lansia itu sendiri dan semakin sedikit tetapi kompleksitas pengalaman lingkungannya.
Penuaan
adalah
proses emosi semakin mendalam. Semakin meningkat
biopsikososial (Sundberg, dkk., 2007), sehingga dan mendalamnya pengalaman emosi yang penanganan
masalah
yang
muncul
harus dimiliki lansia, maka peran kecerdasan emosi
dilakukan secara komprehensif. Proses penuaan dimungkinkan sangat dibutuhkan agar mampu pada
umumnya
ditandai
dengan
berbagai mengolah pengalaman emosi tersebut menjadi
perubahan diri yang mengakibatkan penurunan perilaku yang sesuai dengan harapan lansia dan kemampuan
atau
kemunduran,
baik lingkungan.
Menurut
Goleman
(2007),
kemunduran dalam hal fisik maupun psikologis. kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk Perubahan kondisi fisik antara lain: penurunan memotivasi
diri
sendiri,
mengendalikan
fungsi panca indera, perubahan penampilan, dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan serta penurunan kekuatan dan energi lansia kesenangan, mengatur suasana hati, menjaga dalam melakukan berbagai pekerjaan sehari-hari agar
beban
stres
tidak
melumpuhkan
(Hurlock, 2006). Kemampuan kognisi lansia kemampuan berpikir, serta berempati. secara umum mengalami perubahan karena proses
degeneratif
otak.
Penelitian
Kondisi lansia yang sulit dan kritis
yang sebagai akibat telah memasuki periode terakhir
dilakukan oleh Paul Baltes (dalam Papalia, atau
penutup
dalam
rentang
kehidupan,
Olds, & Feldman, 2009) menjelaskan, pada merupakan sumber stres yang tidak dapat masa lansia kecerdasan mekanik mengalami dihindarkan. penurunan
tetapi
kecerdasan
Berbagai
pengalaman
lansia
pragmatis menghadapi stres dapat memberi dampak positif
cenderung akan meningkat. Secara sosial lansia maupun negatif. Daya tahan lansia menghadapi juga mengalami berbagai perubahan, yaitu stresor-stresor dalam tugas perkembangan ini dalam hal pekerjaan dan kehidupan keluarga sangat (Hurlock, 2006).
dibutuhkan.
Maramis
(2005)
menyatakan, bahwa seberapa besar kemampuan individu dalam menghadapi stres inilah yang 82
KHOTIMAH, et, al./ HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN
disebut
toleransi
terhadap
stres
yang
kebutuhan,
menghadapi
ketegangan,
menggambarkan daya tahan terhadap stres atau
frustrasi, dan konflik sehingga tercapai
nilai ambang frustrasi. Toleransi terhadap stres
keharmonisan dalam diri, diri dengan orang
sebagai suatu pertahanan diri terhadap stresor-
lain maupun antara diri dengan lingkungan.
stresor dimungkinan terkait dengan proses
Penyesuaian diri merupakan suatu proses
penyesuaian diri pada lansia. Apalagi sumber
dinamis yang bertujuan untuk mengubah
stresor pada lansia sangat beragam dan khas
perilaku individu agar terjadi hubungan yang
baik berasal dari faktor internal maupun
lebih sesuai antara diri individu dengan
eksternal, antara lain: kematian suami atau istri,
lingkungannya (Fahmy, 1982).
problem seksual, datangnya masa pensiun,
Berdasarkan uraian di atas dapat
anak-anak yang mulai meninggalkan rumah,
disimpulkan, bahwa penyesuaian diri pada
dan lain sebagainya, sehingga membutuhkan
lansia adalah kemampuan lansia untuk
kemampuan toleransi terhadap stres yang tinggi.
menghadapi tuntutan akibat perubahan yang
Menurut Sarason dan Sarason (1993), orang
dialami baik perubahan fisik, psikologis,
dengan toleransi terhadap stres tinggi tidak akan
maupun
mengalami gangguan psikis dan fisik yang
keharmonisan dalam diri, diri dengan orang
berarti, sehingga masih dapat berpikir dan
lain, dan diri dengan lingkungan serta
berperilaku secara efisien seperti biasa. Lansia
akhirnya mampu mencapai masa lansia yang
yang
memiliki integritas ego.
bertoleransi
terhadap
stres
tinggi
diharapkan dapat bertahan dan menyesuaikan
sosial,
sehingga
Schneiders (1976)
tercapai
mengungkapkan
diri dengan baik terhadap berbagai stresor.
bahwa penyesuaian diri yang baik meliputi
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik
enam aspek, yaitu: kontrol yang kuat
untuk melakukan penelitian dengan judul: ”
terhadap emosi, mekanisme pertahanan diri
Hubungan antara Kecerdasan Emosi
yang
dan
minimal,
frustrasi
personal
yang
pertimbangan
rasional
dan
Toleransi terhadap Stres dengan Penyesuaian
minimal,
Diri
kemampuan mengarahkan diri, kemampuan
pada
Lansia
di
Kelurahan
Jebres
Surakarta”.
untuk belajar dan memanfaatkan pengalaman masa lalu, serta sikap realistik dan objektif. DASAR TEORI
Proses
1. Penyesuaian Diri pada Lansia Schneiders
(1976),
penyesuaian
diri
menurut
Schneiders (1976) dipengaruhi oleh beberapa yang
faktor, yaitu antara lain: keadaan fisik,
mendefinisikan penyesuaian diri sebagai
perkembangan dan kematangan, keadaan
proses dinamis yang mencakup respons
psikologis, keadaan lingkungan, serta tingkat
mental dan tingkah laku individu dalam
religiusitas dan kebudayaan. Hurlock (2006)
menghadapi tuntutan baik dalam diri maupun
juga menjelaskan beberapa faktor yang
lingkungan agar dapat berhasil memenuhi
mempengaruhi penyesuaian diri pada lansia 83
KHOTIMAH, et, al./ HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN
menurut, yaitu: persiapan untuk hari tua, 3. Toleransi terhadap Stres pengalaman masa lampau, kepuasan dari
Carson dan Butcher (1992) juga
kebutuhan, kenangan dengan sahabat lama,
menjelaskan bahwa toleransi terhadap stres
knak-anak yang telah dewasa, sikap sosial
adalah
dan pribadi, metode penyesuaian diri, kondisi
bertahan
penyakit, hidup, serta ekonomi.
mengancam
dari
Papalia, Olds, dan Feldman (2009) bahwa
kecerdasan
emosi
dengan
seseorang
untuk
stresor-stresor
yang
motif-motif
mengganggu
2. Kecerdasan Emosi
menjelaskan,
kemampuan
dasar
kemampuan
stresor,
sehingga
gangguan-gangguan
pada
dan
beradaptasi tidak
terjadi
pola
respon
mengacu pada kemampuan untuk mengenali
fisiologis dan psikologis. Stein dan Book
serta menghadapi perasaan diri sendiri dan
(2004) juga menyebutkan bahwa toleransi
orang lain. Goleman (2007) mendefinisikan
terhadap stres adalah kemampuan untuk
kecerdasan emosi sebagai kemampuan untuk
menghadapi
memotivasi
bertahan
menyenangkan dan situasi yang penuh
terhadap frustrasi, mengendalikan dorongan
tekanan tanpa menjadi berantakan, dengan
hati serta tidak melebih-lebihkan kesenangan,
secara aktif dan positif menghadapi stres.
mengatur suasana hati, dan menjaga agar
Kemampuan
ini
beban stres tidak melumpuhkan kemampuan
kemampuan
memilih
berpikir, serta berempati.
menghadapai
stres;
menghadapi
pengalaman
diri
sendiri
dan
Berdasarkan uraian di atas, dapat
peristiwa
yang
didasarkan
pada:
tindakan 2)
tidak
sikap
1)
untuk optimis
baru
dan
disimpulkan, bahwa kecerdasan emosi adalah
perubahan pada umumnya dan optimis pada
kemampuan
kemampuan
perasaan diri
yang
mencakup
sendiri
memantau
sendiri
untuk
mengatasi
atau orang lain,
masalah yang tengah dihadapi; dan 3)
pengaturan diri, mampu membaca dan
perasaan bahwa kita dapat mengendalikan
menghadapi perasaan orang lain dengan
atau berperan dalam menangani situasi stres
efektif, menguasai kebiasaan pikiran yang
dengan tetap tenang dan memegang kendali.
dapat mendorong produktiv, serta mampu
Berdasarkan uraian di atas dapat
mengelola emosi yang dapat digunakan
disimpulkan, bahwa toleransi terhadap stres
untuk membimbing pikiran dan tindakan
adalah daya tahan individu terhadap stresor-
yang terarah.
stresor berupa kemampuan dalam memilih
Goleman (2007) membagi kecerdasan
respon yang sesuai untuk menghadapi
emosi atas lima komponen, yaitu: kesadaran
stresor tanpa menjadi kacau atau irasional
diri, pengaturan diri, motivasi diri, empati,
baik secara pikiran maupun tindakan serta
dan keterampilan sosial.
kemampuan tetap tenang dan sabar dalam menghadapi stresor sehingga individu dapat
84
KHOTIMAH, et, al./ HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN
4.
menghasilkan tingkah laku yang efisien dan
kesehatan, menyesuaikan diri dengan masa
rasional.
pensiun
Lansia
(pengahasilan) keluarga, menyesuaikan diri Undang-Undang Republik Indonesia
dan
dengan
berkurangnya
kematian
income
pasangan
hidup,
Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan
membentuk hubungan dengan orang-orang
Lanjut Usia, pada Bab I menjelaskan, bahwa
yang
lanjut usia adalah seseorang yang telah
kehidupan fisik yang memuaskan, serta
mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke
menyesuaikan diri dengan peran sosial
atas (Depsos RI, 2004). Hurlock (2006)
secara luwes.
seusia,
membentuk
pengaturan
menjelaskan, bahwa lansia adalah periode penutup dalam rentang seseorang, yaitu
METODE PENELITIAN
suatu periode di mana individu telah
Jenis penelitian ini adalah penelitian
”beranjak jauh” dari periode terdahulu yang korelasional dan tempat penelitian ini dilakukan lebih menyenangkan, atau beranjak dari di Kelurahan Jebres, Surakarta. Analsis data waktu
yang
penuh
dengan
manfaat. menggunakan teknik analisis regresi
dua
Santrock (2002) mendefinisikan masa lansia prediktor dengan bantuan SPSS 16.0 for sebagai
masa
berkurangnya
penyesuaian kekuatan
dan
diri
atas windows.
kesehatan,
Populasi dalam penelitian ini adalah
menata kembali kehidupan, masa pensiun, lansia di Kelurahan Jebres, kecamatan Jebres, dan masa penyesuaian diri dengan peran- Kota Surakarta dengan karakteristik responden peran sosial. Schuster dan Ashburn (1992) penelitian antara lain: usia 60 -74 tahun, tinggal membagi masa lansia menjadi tiga kategori, bersama keluarga, dapat membaca, menulis, yaitu: orang tua muda (young old), usia dan komunikatif, tidak menderita penyakit antara 60-74 tahun, orang tua tengah (iddle permanen dan/ atau old), usia 75-89 tahun, orang tua tua (old- masih old), usia 90 tahun ke atas.
berfungsi.
parah, serta kesadaran Jumlah
sampel
yang
digunakan untuk penelitian ini adalah 50 lansia.
Berdasarkan uraian di atas dapat Teknik pengambilan sampel dalam penelitian disimpulkan, bahwa lansia adalah individu ini adalah purposive quota incidental sampling. yang telah memasuki periode akhir dalam
Metode
pengumpulan
data
dalam
rentang hidup manusia, dimulai dari usia 60 penelitian ini menggunakan alat ukur berupa tahun
dan
ditandai
dengan
berbagai skala psikologi dengan jenis skala Likert. Ada
perubahan diri ke arah kemunduran. Tugas perkembangan lansia menurut
tiga skala psikologi yang digunakan, yaitu: 1. Penyesuaian diri
Havighurst (dalam Hurlock, 2006), antara
Penyesuaian diri adalah kemampuan
lain sebagai berikut: menyesuaikan diri
individu menghadapi tuntutan baik dari
dengan menurunnya kekuatan fisik dan
dalam diri maupun lingkungan, agar dapat 85
KHOTIMAH, et, al./ HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN
berhasil
memenuhi
kebutuhan,
3. Toleransi terhadap stres
menghadapi ketegangan, frustrasi, dan
Toleransi terhadap stres adalah daya
konflik; sehingga tercapai keharmonisan
tahan individu terhadap stresor-stresor
dalam diri, diri dengan orang lain, dan diri
berupa
dengan lingkungan. Tingkat penyesuaian
respons yang sesuai untuk menghadapi
diri
diungkap
stresor tanpa menjadi kacau atau irasional
menggunakan skala penyesuaian diri yang
baik, secara pikiran maupun tindakan serta
disusun berdasarkan aspek-aspek yang
kemampuan tetap tenang dan sabar dalam
dikemukakan oleh Schneiders (1976),
menghadapi stresor, sehingga individu
yaitu kontrol yang kuat terhadap emosi,
dapat menghasilkan tingkah laku yang
mekanisme pertahanan diri yang minimal,
efisien dan rasional. Tingkat toleransi
frustrasi
terhadap
dalam
penelitian
pribadi
ini
yang
minimal,
kemampuan
stres
dalam
dalam
memilih
penelitian
ini
pertimbangan rasional dan kemampuan
diungkap menggunakan skala toleransi
mengarahkan diri, kemampuan untuk
terhadap stres yang disusun berdasarkan
belajar dan memanfaatkan pengalaman
definisi toleransi terhadap stres yang
masa lalu, serta sikap realistis dan
merujuk pada definisi Stein dan Book
objektif.
(2004), yaitu kemampuan dalam memilih respons yang sesuai untuk menghadapi
2. Kecerdasan emosi Kecerdasan
adalah
stresor, kemampuan menghadapi stresor
kemampuan yang mencakup memantau
tanpa menjadi irasional secara pikiran,
perasaan diri sendiri atau orang lain,
kemampuan menghadapi stresor tanpa
pengaturan diri, mampu membaca dan
menjadi
menghadapi perasaan orang lain dengan
kemampuan
efektif, menguasai kebiasaan pikiran yang
menghadapi stresor, dan kemampuan tetap
dapat
sabar dalam menghadapi stresor.
mendorong
emosi
produktivitas,
dan
irasional
secara
tetap
tenang
tindakan, dalam
mampu mengelola emosi yang dapat
Untuk ketiga skala, semakin tinggi skor
digunakan untuk membimbing pikiran
yang diperoleh semakin tinggi pula tingkat
serta tindakan yang terarah. Tingkat
penyesuaian diri, kecerdasan emosi, dan
kecerdasan emosi dalam penelitian ini
toleransi terhadap stres yang dimiliki subjek,
diungkap menggunakan skala kecerdasan
serta begitu pula sebaliknya.
emosi yang disusun berdasarkan aspekaspek yang dikemukakan oleh Goleman (2007), yaitu kesadaran diri, pengaturan diri,
motivasi
ketrampilan sosial.
diri,
empati,
dan
HASIL- HASIL Metode analisis data yang digunakan analisis regresi berganda dua prediktor, dengan menggunakan bantuan komputer Statistical
86
KHOTIMAH, et, al./ HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN
Product and Service Solution (SPSS) versi
2) Uji Heteroskedastisitas
16.0.
Grafik
uji
menunjukkan
1. Uji Prasyarat Analisis
heterokedastisitas titik-titik
tidak
a. Uji Asumsi Dasar
membentuk pola yang jelas serta
1) Uji Normalitas
menyebar di atas dan bawah angka 0
Hasil
uji
normalitas
menggunakan
teknik
one
dengan
pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan
sample
tidak terjadi heteroskedastisitas.
Kolmogorov Smirnov, nilai signifikansi penyesuaian
diri
sebesar
3) Uji Otokorelasi
1,126,
Uji
otokorelasi
menunjukkan
kecerdasan emosi sebesar 1,099, dan
nilai Durbin Watson (DW) sebesar
toleransi terhadap stres sebesar 1,115.
1,892 ( D-W diantara 1,5 – 2,5 ), maka
Hal ini berarti data pada ketiga
dapat disimpulkan tidak ada otokorelasi
variabel,
atau uji otokorelasi terpenuhi.
yaitu
kecerdasan
penyesuaian
emosi,
dan
diri,
toleransi
2. Uji Hipotesis
terhadap stres memiliki sebaran normal
Hasil analisis menunjukkan nilai F hitung
dan sampel penelitian dapat mewakili
20,261 > F
populasi.
0,684. Artinya variabel prediktor (kecerdasan
2) Uji Linearitas
tabel
3,195 dengan nilai R sebesar
emosi dan toleransi terhadap stres) secara
Hasil uji linearitas menunjukkan
bersama-sama berpengaruh signifikan dan
nilai Sig. pada kolom Linearity antara
kuat
kecerdasan emosi dengan penyesuaian
(penyesuaian diri pada lansia).
diri pada lansia dan toleransi terhadap
terhadap
Nilai
variabel
signifikansi
untuk
kriterium
hubungan
stres dengan penyesuaian diri pada
antara kecerdasan emosi dengan penyesuaian
lansia sebesar 0,000 (0,000 < 0,05).
diri pada lansia adalah 0,001 < 0,05; dan
Hal ini berarti, kecerdasan emosi
besarnya nilai
dengan penyesuaian diri pada lansia
berarti bahwa variabel prediktor (kecerdasan
dan toleransi terhadap stres dengan
emosi)
penyesuain diri pada lansia memiliki
terhadap variabel kriterium (penyesuaian diri
hubungan yang linear.
pada
b. Uji Asumsi Klasik
uji
berpengaruh
lansia).
Arah
secara
signifikan
hubungan
yang
ditunjukkan adalah bersifat positif. Semakin
1) Uji Multikolinearitas Hasil
yaitu 0,454. Hal ini
tinggi kecerdasan emosi, maka semakin multikolinieritas
tinggi penyesuaian diri pada lansia, begitu
menunjukkan nilai VIF 1,555 < 10. Hal
pula sebaliknya.
ini berarti, antara variabel kecerdasan
Nilai
emosi dan toleransi terhadap stres tidak
signifikansi
untuk
hubungan
antara dukungan emosi dengan penerimaan
terjadi multikolinearitas. 87
KHOTIMAH, et, al./ HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN
ibu adalah 0,030 < 0,05; dan besarnya nilai yaitu 0,310. Hal ini berarti bahwa
Surakarta memiliki tingkat penyesuaian diri yang
tinggi;
kategorisasi
pada
skala
variabel prediktor (toleransi terhadap stres)
kecerdasan emosi menunjukkan, bahwa 54%
berpengaruh signifikan terhadap variabel
lansia
kriterium (penyesuaian diri pada lansia).
memiliki tingkat kecerdasan emosi yang
Arah hubungan yang ditunjukkan adalah
tinggi; serta kategorisasi pada skala toleransi
positif. Semakin tinggi toleransi terhadap
terhadap stres menunjukkan, bahwa 64%
stres yang diperoleh, maka penyesuaian diri
lansia
pada lansia akan semakin tinggi begitu pula
memiliki tingkat toleransi terhadap stres yang
sebaliknya.
tinggi.
di
di
Kelurahan
Jebres,
Kelurahan
Jebres,
Surakarta
Surakarta
Hasil analisis deskriptif tambahan yaitu
3. Kontribusi (R²)
gambaran penyesuaian diri pada lansia
dapat
ditinjau dari tingkat usia dan pendidikan
kecerdasan
menunjukkan, bahwa terdapat perbedaan
emosi dan toleransi terhadap stres terhadap
skor penyesuaian diri pada lansia ditinjau
penyesuaian diri pada lansia sebesar 46,7%,
dari tingkat usia, sedangkan untuk skor
dan selebihnya 53,3% dipengaruhi oleh
penyesuaian diri pada lansia ditinjau dari
faktor lain di luar penelitian.
tingkat
Nilai
koefisien
menghasilkan dikatakan
angka
bahwa
determinan 0,467
atau
kontribusi
Berdasarkan perhitungan sumbangan
pendidikan
menunjukkan
tidak
terdapat perbedaan.
relatif terhadap penyesuaian diri pada lansia, PEMBAHASAN
diperoleh hasil kontribusi kecerdasan emosi sebesar 63,56%, adapun toleransi terhadap
Hasil uji hipotesis membuktikan,
Berdasarkan
bahwa hipotesis pertama dalam penelitian
perhitungan sumbangan efektif terhadap
ini terpenuhi, terdapat hubungan antara
penyesuaian diri pada lansia, diperoleh hasil
kecerdasan emosi dan toleransi terhadap
kontribusi kecerdasan emosi sebesar 29,68%,
stres dengan penyesuaian diri pada lansia di
adapun untuk toleransi terhadap stres sebesar
Kelurahan Jebres, Surakarta. Hasil tersebut
17,01%. Hal ini berarti kecerdasan emosi
ditunjukkan oleh nilai Fhitung hasil uji
memberikan sumbangan relatif dan efektif
simultan F lebih besar daripada nilai Ftabel,
yang lebih besar daripada toleransi terhadap
yaitu 20,261 > 3,195. Hubungan yang
stres terhadap penyesuaian diri pada lansia.
terbentuk antara kecerdasan emosi dan
stres
sebesar
36,44%.
toleransi terhadap stres dengan penyesuaian
4. Analisis Deskriptif skala
diri pada lansia termasuk dalam kategori
penyesuaian diri pada lansia menunjukkan,
kuat, berdasar nilai korelasi ganda (R) pada
bahwa 52% lansia di Kelurahan Jebres,
penelitian
Hasil
kategorisasi
pada
ini,
yaitu
sebesar
0,684.
Kecerdasan emosi dan toleransi terhadap 88
KHOTIMAH, et, al./ HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN
stres mempunyai peranan penting dalam
Faktor lain yang seperti dikemukan oleh
menentukan perilaku lansia.
Hurlock (2006), meliputi: persiapan untuk
Kecerdasan
baik
hari tua, pengalaman masa lalu, kepuasan
mampu
akan kebutuhan, kenangan dengan sahabat
mengungkapkan emosinya secara lebih
lama, anak-anak yang telah dewasa, sikap
positif
2007),
sosial dan pribadi, metode penyesuaian diri,
sehingga dengan kecerdasan yang dimiliki
kondisi penyakit, hidup serta ekonomi juga
lansia diharapkan mampu berperan aktif
dimungkinkan dapat mempengaruhi proes
untuk membantu menyesuaikan diri dengan
penyesuaian diri pada lansia. Didukung
berbagai
umumnya
penelitian yang dilakukan oleh Gupita
kapasitas
(2010) menjelaskan, bahwa ada korelasi
kemampuan. Toleransi terhadap stres dalam
positif antara status sosial ekonomi dengan
diri lansia juga berperan penting sebagai
penyesuaian diri pada lansia dan penelitian
suatu kemampuan daya tahan terhadap
Zakiah
stres. Havighurst dan Gitelson menjelaskan,
penyesuaian diri lansia pada subjek dengan
lansia yang berhasil mengatasi berbagai
status sosial ekonomi rendah adalah kurang
kesulitan pada masa penuaan akan sanggup
baik. Dukungan sosial juga berpengaruh
menyesuaikan diri dengan kondisi fisik dan
terhadap penyesuaian diri pada lansia
lingkungan sosial yang baru (dalam Crain,
(Purba, 2008).
membuat
emosi
individu
dan
efektif
akan
(Goleman,
perubahan
mengarah
pada
yang
yang
penurunan
2007).
(2007)
yang
menjelaskan
Hasil perhitungan sumbangan relatif (R2)
dan efektif tiap-tiap variabel prediktor
sebesar 0,467 atau dapat dikatakan peran
(kecerdasan emosi dan toleransi terhadap
variabel prediktor, yaitu kecerdasan emosi
stres)
dan toleransi terhadap stres secara bersama-
(penyesuaian diri) menunjukkan, bahwa
sama menyumbang sebesar 46,7% terhadap
kecerdasan emosi lebih dominan dalam
variabel kriterium, yaitu penyesuaian diri
mempengaruhi penyesuaian diri pada lansia
pada lansia di Kelurahan Jebres, Surakarta.
daripada toleransi terhadap stres. Hasil
Sisanya sebesar 53,3% dipengaruhi atau
sumbangan
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
emosi sebesar 63,56%, adapun variabel
termasuk dalam penelitian ini. Di antaranya
toleransi terhadap stres sebesar 36,44%.
seperti yang dikemukakan oleh Schneiders
Selain itu, hasil sumbangan efektif terhadap
(1976)
fisik,
penyesuaian diri pada lansia untuk variabel
psikologis, lingkungan, tingkat religiusitas
kecerdasan emosi sebesar 29,68%, adapun
dan kebudayaan, serta perkembangan dan
toleransi terhadap stres sebesar 17,01%.
Nilai
koefisien
meliputi
kematangan
determinan
faktor
individu,
keadaan
dimungkinkan
mempengaruhi proses penyesuaian diri.
terhadap
relatif
Berdasarkan
variabel
variabel
uji
kriterium
kecerdasan
hipotesis
secara
parsial diketahui, bahwa hipotesis yang 89
KHOTIMAH, et, al./ HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN
menyatakan
positif
Surakarta dan begitu juga sebaliknya.
dengan
Hurlock (2006) menyatakan, bahwa lansia
penyesuaian diri, diterima. Hal tersebut
berada di periode penutup dalam rentang
dapat dilihat dari nilai rx1y sebesar 0,454
kehidupan seseorang, yaitu suatu periode di
dengan p-value 0,001 < 0.05. Nilai tersebut
mana seseorang telah beranjak jauh dari
menunjukkan adanya hubungan positif
periode
yang signifikan, yaitu semakin tinggi
menyenangkan atau beranjak dari waktu
kecerdasan
yang
antara
terdapat
kecerdasan
emosi
hubungan emosi
semakin
tinggi
terdahulu
penuh
yang
dengan
lebih
manfaat.
Tugas
penyesuaian diri pada lansia di Kelurahan
perkembangan dapat menjadi stresor dan
Jebres,
membuat
Surakarta,
dan
begitu
juga
stres
(Korchin,
1976
dan
sebaliknya. Perubahan degeneratif yang
Sarafino, 1990). Individu dengan toleransi
bersifat biopsikososial tidak dapat dihindari
terhadap stres yang tinggi akan terhindar
dan akan dialami manusia yang diberi umur
dari distres (Crow dan crow, 1974). Lansia
panjang. Menurut Sundberg, dkk. (2007),
yang memiliki toleransi terhadap stres yang
dengan kemunduran berbagai kemampuan
tinggi tidak distres apabila menghadapi
fisik dan kesadaran akan masa depan yang
suatu masalah yang sulit dipecahkan atau
tidak akan lama lagi, lansia memiliki
bahkan
kontak sosial yang semakin sedikit tetapi
sekalipun, dan tidak mudah letih serta
kompleksitas pengalaman emosi semakin
mempunyai pandangan positif ke arah masa
mendalam.
depan, sehingga dapat menyesuaikan diri
Semakin
meningkat
dan
menghadapi
mendalamnya pengalaman emosi yang
dengan
dimiliki lansia diperlukan kecerdasan emosi
kehidupan.
yang tinggi untuk mengolah pengalaman emosi tersebut. Hipotesis terakhir yang menyatakan
baik
suatu
dengan
kegagalan
segala
tuntutan
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa rata-rata lansia di Kelurahan Jebres, Surakarta memiliki tingkat penyesuaian
terdapat hubungan positif antara toleransi
diri,
kecerdasan
terhadap stres dengan penyesuaian diri pada
terhadap stres yang tinggi. Selanjutnya,
lansia, dapat diterima. Hal tersebut dapat
hasil analisis deskriptif tambahan, yaitu
dilihat dari nilai rx2y sebesar 0,310 dengan
gambaran penyesuaian diri pada lansia
dengan p-value 0,030 < 0,05. Hal tersebut
ditinjau dari tingkat usia dan pendidikan
mengandung arti, bahwa terdapat hubungan
menunjukkan
positif dan signifikan antara toleransi
penyesuaian diri pada lansia ditinjau dari
terhadap stres dengan penyesuaian diri pada
tingkat
lansia. Semakin tinggi toleransi terhadap
penyesuaian diri pada lansia ditinjau dari
stres maka semakin tinggi pula penyesuaian
tingkat
diri pada lansia di Kelurahan Jebres,
terdapat perbedaan.
usia,
emosi,
terdapat
dan
perbedaan
sedangkan
pendidikan
toleransi
untuk
menunjukkan
skor
skor
tidak
90
KHOTIMAH, et, al./ HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN
Secara
umum
hasil
penelitian sewaktu-waktu,
memaksa
peneliti
harus
menunjukkan, bahwa terdapat hubungan memperhitungkan waktu yang tepat dalam signifikan antara kecerdasan emosi dan mengambil
data
mengingat
toleransi terhadap stres dengan penyesuaian seringkali
mengalami
lansia
kesulitan
yang ketika
diri pada lansia di Kelurahan Jebres, membaca ataupun mengisi skala. Selain itu, Surakarta. Penelitian ini memiliki beberapa beberapa kelemahan lain di dalam penelitian ini kelebihan, di antaranya adalah penelitian ini yaitu ruang lingkup penelitian yang sempit, telah berhasil membuktikan hipotesis yang sehingga
hasil
penelitian
telah diajukan, reliabilitas skala psikologi digeneralisasikan yang
digunakan
dalam
penelitian
di
hanya
Kelurahan
dapat Jebres,
ini Surakarta, dan tidak dapat digeneralisasikan
termasuk dalam kategori yang cukup baik, pada wilayah yang lebih luas, perlu dilakukan sehingga cukup andal digunakan sebagai penelitian
lebih
lanjut
dengan
jumlah
alat ukur suatu penelitian. Selain itu, responden yang lebih banyak dan ruang lingkup penelitian
korelasional
dengan yang lebih luas, juga dapat dilakukan dengan
menggunakan tiga skala psikologi ini menggunakan atau menambah variabel-variabel merupakan penelitian korelasional perdana, lain yang belum disertakan dalam penelitian belum ada penelitian mengenai hubungan ini, sehingga diharapkan penelitian selanjutnya antara kecerdasan emosi dan toleransi dapat
menemukan
hasil
yang
lebih
terhadap stres dengan penyesuaian diri pada komprehensif. lansia
terutama
di
Kelurahan
Jebres,
Surakarta.
PENUTUP
Peneliti menyadari, bahwa dalam penelitian ini masih
terdapat
kelemahan
yang
1. Kesimpulan
harus
a. Ada hubungan yang signifikan dan kuat
diperbaiki dalam penelitian pada masa yang
antara kecerdasan emosi dan toleransi
akan datang. Kelemahan dalam penelitian ini
terhadap stres dengan penyesuaian diri
disebabkan peneliti menemui beberapa kendala
pada
saat penelitian berlangsung, di antaranya
Surakarta.
responden penelitian yang sangat heterogen,
lansia
di
Kelurahan
b. Ada hubungan positif dan signifikan
yaitu bervariasi dalam hal kepribadian, status
antara
kognitif, status sosial ekonomi, latar belakang
penyesuaian
budaya, dan gaya hidup. Proses penuaan yang
Kelurahan Jebres, Surakarta.
berbeda-beda
tiap
diri
emosi pada
dengan
lansia
di
c. Ada hubungan positif dan signifikan
kemunduran fungsi pada berbagai kemampuan
antara toleransi terhadap stres dengan
yang
penyesuaian
dialami
meskipun
kecerdasan
ada
rata-rata
lansia,
Jebres,
tetapi
rentang
kemampuan dalam populasi lansia yang sangat
diri
pada
lansia
di
Kelurahan Jebres, Surakarta.
lebar. Lansia juga tidak dapat dijumpai 91
KHOTIMAH, et, al./ HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN
psikolog,
2. Saran a. Untuk lansia
masyarakat,
dan
instansi
pemerintah)
Terkait peranan kecerdasan emosi
Hasil
penelitian
dapat
dijadikan
dan toleransi terhadap stres dalam
bahan pertimbangan untuk menentukan,
penyesuaian diri, lansia diharapkan dapat
membuat,
terus
mengembangkan
meningkatkan
kemampuan
dan
melaksanakan
serta,
program-program
kecerdasan emosi dan toleransi terhadap
intervensi yang tepat melalui posyandu
stres
sehingga
lansia
dapat
lansia berkaitan dengan kesiapan lansia
dengan
berbagai
agar mampu menyesuaikan diri dengan
perubahan yang dialami di masa periode
baik terhadap berbagai perubahan diri
penutup
kehidupan
yang bersifat biopsikososial dan stresor
manusia. Lansia diharapkan memiliki
baik bersifat internal maupun eksternal.
kemampuan untuk mengelola emosi diri
Diharapkan juga, merintis kegiatan-
sendiri,
suatu
kegiatan dan klub-klub lansia, seperti:
hubungan baik dengan orang lain, dan
kegiatan kerohanian, klub olahraga, klub
mampu menghadapi stresor-stresor yang
ketrampilan, dan kegiatan serta klub
muncul dalam kehidupan sehari-hari
lansia yang lainnya, sehingga dapat
sehingga
membantu membantu dan memfasilitasi
menyesuaikan
diri
dalam
rentang
mampu
membina
lansia
berangsur-angsur
mampu menyesuaikan diri dengan baik. b. Kepada keluarga lansia
untuk kegiatan sharing, diskusi, maupun pengembangan kemampuan diri.
Suami/ istri, anak-anak, dan anggota
c. Untuk penelitian selanjutnya
keluarga yang lain diharapkan dapat
Untuk
memberikan
perlakuan
dapat
mengadakan penelitian dengan tema yang
mendukung
peningkatan
kecerdasan
sama atau serupa, diharapkan penelitian
emosi dan toleransi terhadap stres pada
ini dapat digunakan sebagai informasi
lansia, seperti: mengajak lansia untuk
dan
terbuka dan mendiskusikan setiap hal
Disarankan bagi peneliti lain untuk
atau kejadian yang sedang dialami, serta
meningkatkan kualitas penelitian lebih
menciptakan lingkungan keluarga yang
lanjut dengan lebih memperluas ruang
kondusif,
lingkup, misalnya dengan memperluas
sehingga
yang
lansia
mampu
peneliti
bahan
acuan
yang
dalam
tertarik
penelitian.
menyesuaikan diri dengan baik terhadap
populasi
berbagai perubahan diri yang bersifat
sampel yang digunakan dalam penelitian
biopsikososial dan stresor baik bersifat
dan
internal maupun eksternal.
variabel lain yang dapat mempengaruhi
b. Untuk
pihak-pihak
pengembangan
terkait
lansia
dengan (pendidik,
dan
lain
memperbanyak
mencermati
faktor-faktor
jumlah
atau
penyesuaian diri pada lansia yang belum diungkap dalam penelitian ini. 92
KHOTIMAH, et, al./ HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN
DAFTAR PUSTAKA
Papalia, D. E., Olds, S. W., dan Fieldman, R. D.. 2009. Human Development: Carson, R. C. and Butcher, J. N.. 1992. Perkembangan Manusia. (Terjemahan Abnormal Psychology and Modern Life. Brian Marwensdy). Jakarta: Salemba Illinois: Scott, Foremen and Company. Humanika. Crain, W.. 2007. Teori Perkembangan: Konsep Purba, J.. 2008. Pengaruh Dukungan Sosial dan Aplikasinya. (Terjemahan Yudi terhadap Penyesuaian Diri pada Lanjut Santoso). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Usia. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Medan: Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Crow, L. D. & Crow, A. 1974. Human Utara. Development and Learning. New York: American Book Company. Santrock, J. W.. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup Jilid 2. Departemen Sosial RI. 2004. Undang-Undang (Terjemahan Ahmad Chusairi dan Juda Republik Indonesia No. 13 Tahun Damanik). Jakarta: Erlangga. 1998, tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Diakses tanggal 1 maret 2012. Sarafino, E. P.. 1990. Health Psychology: www.dpr.go.id/uu/uu1998/UU_1998_13.p Biopsychososial Interactions. New York: df John Wiley & Sons, Inc. Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan. Sarason, I. G. and Sarason, B. R.. 1993. Bandung: Remaja Rosdakarya. Abnormal Psychology: the Problem of Maladaptive Behavior. Englewood Cliffs: Fahmy, M.. 1982. Penyesuaian Diri dan Prentice-Hall, Inc. Peranannya dalam Kesehatan Mental. Jakarta: Bulan Bintang. Schneider, A. A.. 1976. Personal Adjustment and Mental Health. New York: Halt Goleman, D.. 2007. Kecerdasan Emosional: Rinehart & Winston. Mengapa EI Lebih Penting daripada IQ. (Terjemahan T. Hermaya). Jakarta: Schuster, C. L., dan Ashburn, S. S.. 1992. The Gramedia Pustaka Utama. Process of Human Developmentt: a Holistic Life Span Approach. Third Gupita, S.. 2010. Hubungan antara Status Sosial Edition. New York: J. B. Lippincott Ekonomi dengan Penyesuaian Diri Lansia. Companny. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Malang: Fakultas Psikologi Universitas Stein, S. J. dan Book, H. E.. 2004. Ledakan EQ: Muhammadiyah Malang. 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses (Alih Bahasa: Trinanda Hurlock, E. B.. 2006. Psikologi Perkembangan: Rainy Januarsari dan Yudi Murtanta). Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Bandung: Kaifa. Kehidupan. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga. Sundberg, N. D., Winebarger, A. A., dan Taplin, J. R.. 2007. Psikologi Klinis: Korchin, S. J.. 1978. Modern Clinical Perkembangan, Teori, Praktik, dan Psychology: Principles of Intervention in Penelitian. Edisi keempat. Yogyakarta: the Clinic and Community. New York: Pustaka Pelajar. Basic Books Zakiah, S.. 2007. Penyesuaian Diri Lansia: Maramis, W. F.. 2005. Catatan Ilmu Pada Subjek dengan Status Sosial Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga Ekonomi Rendah. Skripsi. Tidak University Press. Diterbitkan. Malang: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah. 93