HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN HIDUP SEHAT DENGAN KEPUASAN HIDUP PADA LANSIA Imam Ibnu Basar Purwadi Fakultas Psikologi Unviersitas Ahmad Dahlan Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecenderungan hidup sehat dengan kepuasan hidup pada lansia. Subyek penelitian ini adalah lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresno Werdha (PSTW) Abiyoso Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah para lansia yang tinggal di PSTW sebanyak 50 orang. Pengumpulan data penelitian menggunakan skala Kecenderungan Hidup Sehat dan Skala Kepuasan Hidup. Analisis data untuk pengujian menggunakan teknik statistik korelasi product moment, yang didahului dengan uji asumsi dengan menggunakan uji normalitas dan linieritas. Hasil analisis data untuk uji hipotesis melalui product moment, diperoleh koefisien korelasi rxy = 0,350 dan p=0,006 (p < 0,01). Hasil analisis juga menunjukkan bahwa koefisien determinan (r2) = 0,123. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kecenderungan hidup sehat memberikan sumbangan sebesar 12,3 % dalam membentuk variabel kepuasan hidup lansia. Kesimpulan yangdapat dibut dari hasil penelitian ini adalah bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kecenderungan hidup sehat dengan kepuasan hidup lansia, semakin tinggi kecenderungan hidup sehat yang dimiliki oleh para lansia, akan diikuti semakin tinggi pula kepuasan hidupnya, sebaliknya semakin rendah kecenderungan hidup sehat lansia, maka akan diikutin semakin rendah tingkat kepuasan hidup lansia. Kata kunci: Kecenderungan, Hidup Sehat, Kepuasan Hidup, Lansia.
Abstract This research aim is to know about relation between tendency of healthy life with satisfaction of life at elderly. This research subject is elderly who live at Panti Sosial Tresno Werdha (PSTW) Abiyoso Yogyakarta. The amount of research subject is 50 elderly at Panti Sosial Tresno Wredha Abiyoso Yogyakarta. Research data collecting applies a tendency of healthy life scale and satisfaction of life scale. Data analysis for examination applies a product moment technique, what preceded with assumption test using normality test and linierity. Result of data analysis to test hypothesis through product moment, obtained correlation coefficient rxy = 0,350 and p=0,006 ( p < 0,01). Result of analysis also indicates that determinant coefficient ( r2) = 0,123. This thing indicates that tendency variable of healthy life \ 114[ [
HUMANITAS Vol. 3 No. 2 Agustus 2006
gives contribution 12,3 % in forming satisfaction variable of elderly life. Conclusion of this research is that there is a real positive relationship between tendencies of healthy life with satisfaction of elderly life. If the tendency of healthy life owned by elderly more positive, than will be followed excelsior the satisfaction of the life. On the contrary, if more low the tendency of healthy of elderly life, hence would more low the level satisfaction of elderly life. Keyword: Tendency, Healthy Life, Satisfaction of Life, Lansia.
Pendahuluan Individu selalu mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan sepanjang hidup (life span), artinya secara fisik individu akan terus tumbuh namun akan berhenti sampai masa remaja. Individu akan terus mengalami perkembangan sampai akhir hayat, tentu akan terjadi banyak perubahan dalam hidupnya. Tahap perkembangan individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang berbeda diantara tahap satu dengan tahap yang lain. Apabila individu berhasil dalam satu tahap perkembangan, maka akan mempengaruhi tugas perkembangan berikutnya, artinya individu yang mampu melaksanakan tugas perkembangan dengan baik, maka dia dapat meyesuaikan diri dengan baik; namun sebaliknya bila tidak mampu melaksanakan tugas perkembangan dengan baik maka individu akan mengalami hambatan dalam penyesuaian diri pada tahap perkembangan berikutnya. Masa lanjut usia merupakan bagian akhir dari rentang hidup manusia. Dikatakan sebagai perkembangan terakhir karena masa lansia memang tahapan paling akhir dari perjalanan proses perkembangan yang terjadi pada manusia. Pendapat yang lain menyebutkan bahwa manusia tidak pernah berhenti berproses perkembangannya sampai mati. Dapat saja perkembangan fisik mencapai puncaknya ketika individu mencapai usia remaja, akan tetapi perkembangan psikologis
dan sosial tidak pernah berhenti (Prawitasari, 1994). Perjalanan hidup seseorang ditandai dengan adanya tugas-tugas perkembangan (developmental task), yaitu tugas yang harus dilaksanakan seseorang dalam usia tertentu sesuai dengan norma masyarakat dan norma budaya (Monks, 2001). Tugas-tugas perkembangan yang harus dijalankan pada masa lansia ini adalah melakukan penyesuaian dengan peran-peran baru. Apabila orang lanjut usia mampu menyelesaikan tugas perkembangan dengan baik, maka akan merasa berhasil dalam hidup dan timbul perasaan bahagia. Sebaliknya apabila gagal dalam menyelesaikan tugas perkembangan dapat menyebabkan rasa tidak bahagia, putus asa dan kesulitan menjalani tugas-tugas berikutnya. Setiap individu pasti ingin agar hidupnya bahagia, begitu juga dengan orang lanjut usia, apapun akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Hurlock (1996) menyatakan bahwa kepuasan hidup adalah keadaan sejahtera dan adanya kepuasan hati yang merupakan kondisi menyenangkan dan timbul bila kebutuhan dan harapan tertentu individu dapat terpenuhi. Mencapai kepuasan hidup atau optimal aging pada usia lanjut merupakan dambaan bagi setiap individu. Kebahagiaan yang dirasakan oleh seorang individu dapat membantu lanjut usia untuk berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain, namun tidak semua lansia
Hubungan antara Kecenderungan Hidup Sehat........ (Imam Ibnu Basar, Purwadi)
\ 115[ [
dapat merasa bahagia pada usianya yang telah senja, ada lansia merasa sedih dan kecewa, ironis sekali memang. Hal ini mengindikasikan bahwa lansia tersebut tidak mencapai kepuasan hidup padahal idealnya orang yang lanjut usia dapat hidup bahagia setelah melewati setiap tahap perjalanan kehidupannya. Observasi dan wawancara dilakukan terhadap lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso Yogyakarta mengindikasikan bahwa lansia yang tinggal di panti sosial Abiyoso mengalami problem kepuasan hidup. Mereka merasa kecewa dan sedih karena beberapa hal diantaranya mereka merasa sendiri, tidak memiliki sanak famili lagi, kurang menerima kehidupan masa lalunya, merasa hidup kurang berarti. Ada juga yang merasa bosan sehingga ada lansia yang memilih keluar dari panti dan kembali ke jalanan, alasannya tidak betah tinggal di panti karena tidak bisa mencari nafkah. Hal ini menunjukkan bahwa ada lansia yang tinggal di panti merasa kurang bahagia, artinya lansia tidak memiliki kepuasan hidup. Ada yang kurang menerima masa lalunya,.ada yang kecewa dengan keluarganya. Individu lanjut usia mengalami perubahan-perubahan yang besar dalam seluruh aspek kehidupannya, baik fisik, psikologis maupun sosial. Schaie dan Willis (1991) mengemukakan bahwa kepuasan hidup dapat dicapai dengan menjaga kesehatan fisik dan psikis melalui kebiasaan mengatur gizi, olahraga dan terlibat dalam aktivitas yang membutuhkan pemikiran. Artinya kepuasan hidup dapat dicapai dengan memiliki kecenderungan hidup sehat agar kesehatan fisik terjaga. Menjaga kesehatan psikis dengan mengendalikan stres juga merupakan salah satu bentuk kecenderungan hidup sehat. Kecenderungan hidup sehat menjadi sangat urgen untuk dijadikan kebiasaan. Membiasakan diri menghindari hal-hal yang bertentangan dengan prinsip hidup sehat \ 116[ [
adalah sebuah tindakan yang bijak. Kesehatan dapat diperoleh dengan berbagai cara, diantaranya dengan menerapkan kecenderungan hidup yang sehat. Lansia yang memiliki kecenderungan hidup sehat tentu akan lebih baik dari pada lansia yang tidak memiliki kecenderungan hidup sehat. Apabila lansia merasa sehat, diharapkan dapat melakukan aktivitas dengan maksimal dan penuh semangat. Masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah “apakah ada hubungan antara kecenderungan hidup sehat dengan kepuasan hidup lansia”. Kajian Pustaka Menurut UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia, lansia didefinisikan sebagai seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Levinson (Monks, dkk., 2001) membedakan empat periode kehidupan, sbb: 1) Masa anak dan masa remaja: 0 – 22 tahun 2) Masa dewasa awal : 17 – 45 tahun 3) Masa dewasa madya : 40- 65 tahun 4) Masa dewasa akhir : 60 tahun keatas Thomae (Monks, dkk., 2001) berpendapat bahwa proses menjadi tua merupakan suatu struktur perubahan yang meliputi : 1) Proses biokemis dan fisiologis dalam daerah batas psikofisiologis. 2) Proses fisiologis atau timbulnya penyakitpenyakit. 3) Perubahan fungsional psikologis. 4) Perubahan kepribadian dalam arti sempit. 5) Penstrukturan kembali dalam hal sosial psikologis yang berhubungan dengan bertambahnya usia. 6) Perubahan yang berhubungan dengan kenyataan bahwa orang tidak hanya mengalami keadaan menjadi tua, melainkan bahwa seseorang juga mengambil sikap terhadap keadaan tersebut. HUMANITAS Vol. 3 No. 2 Agustus 2006
Barren dan Schroots (Monks, dkk., 2001) membedakan proses penuaan menjadi tiga proses sentral, yaitu : 1) Penuaan sebagai proses biologis (senescing) 2) Menjadi senior dalam masyarakat atau penuaan sosial (eldering) 3) Penuaan psikologis subjektif (geronting) Batasan usia yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan UU RI No.13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, bahwa yang dimaksud lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Usia 60 tahun pada beberapa teori tahapan perkembangan manusia cenderung digolongkan ke dalam tahap usia lanjut, dan pada usia 60 tahun seorang individu pada umumnya sudah mulai mengalami berbagai perubahan dan penurunan fungsi fisik, psikis, dan sosial. Mencapai kepuasan hidup merupakan keinginan setiap manusia. Terdapat beberapa pengertian mengenai kepuasan hidup. Hurlock (1996) menyatakan bahwa kepuasan hidup adalah keadaan sejahtera dan adanya kepuasan hati yang merupakan kondisi yang menyenangkan dan timbul bila kebutuhan dan harapan tertentu terpenuhi. Menuerut Alston dan Dudley (Hurlock, 1996), kepuasan hidup merupakan kemampuan seseorang untuk menikmati pengalaman-pengalaman yang disertai dengan tingkat kegembiraan. Sementara Schultz (Rybash, dkk., 1991) menyatakan bahwa kepuasan hidup merupakan suatu gambaran yang menyeluruh tentang kehidupan secara umum, atau dengan kata lain merupakan kepuasan yang menyangkut berbagai aspek kehidupan seseorang. Menurut Rapkin dan Fishcher (1992) kepuasan hidup dianggap sebagai outcome dari suatu proses evaluasi yang meliputi suatu perbandingan antara situasi atau keadaan yang ada dengan standar pribadi atau standar ideal pribadi. Menurut Brief dkk, (Jugde dkk., 1998), Diener (Judge dan Watanabe, 1993)
konsep kepuasan hidup sejajar dengan konsep well being. Diener (Judge dan Locke, 1993) mendefinisikan well being sebagai suatu status kesehatan psikis yang terus menerus tanpa henti. Definisi lain mengenai fungsi psikis yang positif juga diungkapkan oleh Maslow dengan konsepnya mengenai self actualization yang merupakan pengalaman puncak (peak experiences), orang-orang yang mengalami pengalaman puncak merasa lebih terintegrasi, lebih bersatu dengan dunia, lebih menjadi raja atas diri mereka sendiri, lebih spontan, kurang menyadari ruang dan waktu serta lebih cepat dan mudah menyerap sesuatu (Hall dan Lindzey, 1993). Menurut Ryff (1990) yang merupakan perluasan dari kondisi well being, antara lain dikemukakan oleh Erikson (Hall dan Lindzey, 1993) yaitu mengenai model tahapan psikososial, tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai mati dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme, sehingga menjadi matang secara fisik dan psikologis. Kesimpulan yang dapat dibuat adalah bahwa kepuasan hidup merupakan keadaan sejahtera dan adanya kepuasan hati yang merupakan kondisi yang menyenangkan dan timbul bila kebutuhan dan harapan individu terpenuhi. Individu mampu menilai hidupnya, menikmati serta merasakan kepuasan dalam hidup dan dalam aktivitas yang dijalaninya. Ada beberapa teori mengenai cara seseorang mencapai kepuasan hidup pada masa lanjut usia. Teori pelepasan (disengagement theory) menurut Cumming dan Henry (Monks, dkk., 2001) adalah untuk mencapai kebahagiaan orang lanjut usia harus melepaskan diri dari semua aktivitas yang pernah dilakukan. Teori kedua berpendapat bahwa kepuasan hidup pada lanjut usia akan diperoleh apabila orang lanjut usia masih tetap aktif dalam aktivitas dan hubungan sosial, dikenal dengan teori aktivitas (activity theory) yang dikembangkan
Hubungan antara Kecenderungan Hidup Sehat........ (Imam Ibnu Basar, Purwadi)
\ 117[ [
oleh Neugarten (Rybash, 1991). Jadi tidak selamanya orang lanjut usia hanya menjadi beban saja, tapi masih dapat berperan aktif dalam kehidupan. Teori-teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kepuasan hidup lansia merupakan suatu kondisi individu berusia lanjut sebgai outcome dari realita dan standar ideal pribadi yang menghasilkan fungsi psikis yang positif, mental yang sehat, kondisi yang menyenangkan, mampu menilai hidupnya, menikmati serta merasakan kepuasan dalam hidup baik tetap melakukan aktivitas maupun tidak. Kepuasan hidup atau kondisi well – being pada masa lanjut usia terdiri dari enam aspek (Ryff, 1990) yaitu : 1) Self Acceptance (penerimaan diri) Self Acceptance didefinisikan sebagai suatu ciri sentral dari kesehatan mental sebagaimana karakteristik dari aktualisasi diri, fungsi individu yang optimal. 2) Positive relations with others (hubungan positif dengan orang lain) Banyak teori menekankan pentingnya kehangatan dan kepercayaan pada relasi interpersonal. Kemampuan untuk mencintai merupakan komponen sentral dari kesehatan mental. Orang yang telah mencapai self actualization digambarkan mempunyai perasaan yang kuat terhadap empati dan afeksi terhadap semua orang, dan mempunyai kecakapan dalam memberikan cinta, pertemanan yang dalam, dan mengidentifikasi orang lain secara lebih lengkap. Kehangatan berhubungan dengan orang lain merupakan suatu kriteria dari kematangan seseorang. 3) Outonomy (kemandirian) Orang yang telah mencapai aktualisasi diri adalah individu yang mampu memainkan fungsi otonomi dan perlawanan terhadap ketidaksopanan. \ 118[ [
Pribadi yang berfungsi sepenuhnya merupakan pribadi yang mempunyai internal locus of control. Artinya mampu mengevaluasi dirinya sendiri dengan menggunakan standar pribadinya. Pribadi yang mempunyai otonomi yang tinggi diidentifikasikan sebagai pribadi yang mempunyai ketentuan diri dan mandiri, mampu mengatur perilaku dan mengevaluasi diri dengan standar dirinya sendiri. 4) Environmental Master y (penguasaan lingkungan) Individu yang mampu memilih atau membentuk lingkungan agar menjadi nyaman merupakan karakteristik dari kesehatan mental. Penguasaan lingkungan adalah suatu kemampuan memanipulasi dan mengontrol keadaan lingkungan. Individu dengan penguasaan lingkungan yang baik adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam penguasaan dan kecakapan dalam mengatur lingkungannya, mempunyai kontrol terhadap aktivitas eksternal, membuat segala sesuatu menjadi efektif dengan menggunakan kesempatan yang ada, mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dan nilai pribadi. 5) Purpose in Life (tujuan hidup) Kesehatan mental didefinisikan sebagai kepercayaan seseorang terhadap tujuan hidup dan kebermaknaan dalam hidup. Kematangan menekankan adanya tujuan yang terarah dan komprehensif dalam hidup, perasaan yang terarah dan mempunyai tujuan. Individu yang mempunyai tujuan hidup terarah, merasakan kebermaknaan dalam hidup saat ini dan masa lalunya, percaya terhadap tujuan hidupnya. Individu yang kurang mempunyai tujuan hidup digambarkan sebagai individu yang kurang memiliki rasa bermakna dalam hidup, mempunyai banyak tujuan dan sasaran HUMANITAS Vol. 3 No. 2 Agustus 2006
hidup, kurang terarah, tidak melihat tujuannya pada masa lalu, tidak memiliki harapan, pandangan, atau kepercayaan. 6) Personal Growth (perkembangan pribadi) Fungsi psikologis optimal tidak hanya memerlukan karakteristik utama dan tujuan utama, tapi juga prestasi yang har us dilanjutkan mengembangkan potensi lain untuk mengembangkan pribadi. Kebutuhan aktualisasi diri dan merealisasikan potensi merupakan sentral dari perkembangan pribadi. Terbuka pada pengalaman merupakan salah satu karakter dari pribadi yang berfungsi sepenuhnya. Pribadi yang mempunyai personal growth yang baik digambarkan mempunyai perasaan untuk melanjutkan perkembangan, melihat dirinya sebagai pribadi yang selalu berkembang, terbuka terhadap pengalaman baru, mempunyai keinginan untuk merealisasikan potensi yang dimilikinya, selalu berusaha dan memperbaiki diri dan perilakunya sepanjang waktu, berubah kecara yang merefleksikan efektivitas dan pengetahuan diri yang lebih baik. Teori Neugarten dan Mc. Crae (Setianingsih, 1995) menyatakan aspek kepuasan orang lanjut usia adalah sebagai berikut : 1) Menganggap hidupnya masih berarti dan mampu menerima kondisi kehidupan dirinya dengan ikhlas. 2) Berhasil dan puas mencapai tujuan hidup serta cita-citanya, 3) Mempunyai keyakinan terhadap pandangan diri yang positif. 4) Menjaga sikap optimis dan selalu berbahagia. 5) Senang dengan kegiatan sehari-hari di lingkungan apapun. 6) Mencari dan memanfaatkan dukungan sosial. Rapkin dan Fisher (1992)
mengemukakan aspek-aspek yang mempengaruhi kepuasan hidup lansia, yaitu : 1) Personal assets, Personal assets mempengaruhi kepuasan hidup seperti pencapaian prestasi, mata pencaharian, teman dan kesempatan bersenang-senang. 2) Situasi keluarga Situasi keluarga mempengaruhi kepuasan hidup antara lain adalah status perkawinan dan keluarga. 3) Kesehatan dan kamampuan untuk selalu aktif Kesehatan dan kemampuan meliputi kesehatan fisik maupun mental yang mampu mendukung seseorang untuk selalu bertindak aktif. 4) Peraturan dalam masyarakat Peraturan dalam masyarakat meliputi aturan-aturan sebagai norma yang harus ditaati dan dipatuhi, apabila peraturan dalam masyarakat sesuai dengan kehendak individu yang bersangkutan, maka aspek ini dapat menyumbang aspek kepuasan terhadap kepuasan hidup seseorang. Penulis menyimpulkan faktor-faktor yang menunjang kepuasan hidup lansia, yaitu: 1) Penerimaan diri Lansia memiliki sikap yang realistis, mau menerima kenyataan tentang perubahan fisik dan psikis serta menerima kenyataan diri dan kondisi hidup yang ada sekarang (Hurlock, 1996). 2) Aktivitas Lansia dapat terus berpartisipasi pada kegiatan yang berarti dan menarik, kegiatan di rumah atau kegiatan yang suka rela dilakukan (Hurlock, 1996). 3) Kesehatan Lansia memiliki kesehatan yang cukup bagus tanpa mengalami masalah kesehatan yang kronis (Hurlock, 1996),
Hubungan antara Kecenderungan Hidup Sehat........ (Imam Ibnu Basar, Purwadi)
\ 119[ [
hal itu dapat diupayakan dengan dengan cara mengatur gizi dan berolahraga sesuai kemampuan (Schaie dan Willis, 1991). 4) Seksualitas Lansia puas dengan status perkawinan dan kehidupan seksualnya (Hurlock, 1996). 5) Rekreasi Lansia menikmati jegiatan rekreasional yang direncanakan secara khusus bagi orang berusia lanjut (Hurlock, 1996). Kecenderungan perilaku sehat adalah kemungkinan seseorang untuk mengelola dan meningkatkan perilakunya yang berkaitan dengan kesehatannya. Notoatmodjo (2003) mengemukakan bahwa perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk menjaga, mempertahankan, dan meningkatkan kesehatannya. Menurut Hardiwinoto & Setiabudhi (1999) anjuran berperilaku sehat pada lansia dapat diringkaskan sebagai berikut : memeriksakan kesehatan secara teratur, mengatur menu makanan dan minuman, melakukan olahraga sesuai kemampuan secara teratur, menggunakan obat-obatan atas saran petugas kesehatan, tetap melakukan kegiatan sehari-hari dan hobi termasuk rekreasi dan sosialisasi, dan tetap melakukan aktivitas seksual dengan pasangan. Perilaku hidup bersih dan sehat adalah tindakan yang dilakukan oleh perorangan, kelompok, atau masyarakat yang sesuai dengan norma-norma kesehatan, menolong dirinya sendiri dan berperan aktif dalam pembangunan kesehatan untuk memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya. Hal tersebut bertujuan agar menjadi budaya bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat umum diberbagai tatanan (Dinkes Bantul, 2003). Kasl dan Cobb (Glanz dkk, 1997) mengemukakan ada tiga kategori perilaku hidup sehat, yaitu : \ 120[ [
1) Pencegahan (preventive health behavior) yaitu sejumlah aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang yakin bahwa dirinya harus sehat, dalam rangka pencegahan atau mendeteksi suatu penyakit, sebelum adanya gejala yang nampak. 2) Perilaku sakit (illness behavior), yaitu sejumlah aktivitas yang dilakukan pada saat merasa sakit, untuk mengetahui kesehatannya, dan menemukan penanganan yang cocok. 3) Perilaku peran sakit (sick role behavior), yaitu sejumlah aktivitas yang dilakukan seseorang yang mengganggu dirinya sakit, dalam rangka penyembuhan. Hal ini meliputi ; menerima pengobatan yang kadang-kadang membawa konsekuensi ketidakberdayaan dan kemungkinan harus membebaskan diri dari kewajiban dan tugas-tugasnya. Menurut Notoatmodjo (2003), ciri-ciri kecenderungan hidup sehat adalah sebagai berikut : 1) Makan dengan menu seimbang (appropriate diet), dalam arti kualitas dan kuantitas yang cukup jumlahnya untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak lebih). 2) Olahraga teratur, mencakup kualitas dan kuantitas gerakan yang digunakan untuk berolah raga. Kualitas dan kuantitas tersebut tergantung usia dan status kesehatan yang bersangkutan. 3) Tidak merokok, merokok merupakan kebiasaan tidak baik yang dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit. Kebiasaan merokok di Indonesia seolaholah sudah membudaya. 4) Tidak minum minuman keras dan narkoba, minuman keras dan narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya lainnya) merupakan bahan yang dapat merusak kesehatan, maka harus dihindari. 5) Istirahat yang cukup, meningkatnya HUMANITAS Vol. 3 No. 2 Agustus 2006
kebutuhan hidup mengharuskan orang untuk bekerja keras, sehingga kurang waktu istirahat. 6) Mengendalikan stres, tuntutan hidup yang keras dapat menimnbulkan stres, yang penting adalah agar stres tidak menyebabkan gangguan kesehatan, seseorang perlu dapat mengendalikan stres 7) Perilaku dan gaya hidup yang positif bagi kesehatan, misalnya tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri dengan lingkungan. Ciri-ciri individu yang memiliki kecenderungan hidup sehat yaitu individu yang pola makannya memperhatikan keseimbangan menu, baik secara kualitas dan secara kuantitas. Kecuali itu perlu kegiatan penunjang yang seimbang dengan kekuatan fisik, seperti olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, istirahat yang cukup, mengendalikan stres dan memiliki perilaku dan gaya hidup yang positif. Kecenderungan hidup sehat sangat perlu dibiasakan, karena dengan kondisi sehat, individu dapat melakukan aktivitas dengan sebaik dan semaksimal mungkin. Kesehatan dapat diperoleh dengan melakukan olah raga secara teratur. Individu yang terpenuhi kebutuhan gizinya akan memiliki kondisi psikologis yang baik, sehingga dapat mengontrol emosi, mengendalikan stres. Gaya hidup terbentuk dari proses belajar kemudian menjadi suatu kecenderungan yang bersifat tetap. Kecenderungan hidup sehat menentukan sehat atau tidaknya seseorang, lansia yang memiliki kecenderungan hidup sehat tentu akan lebih baik dari pada lansia yang tidak memiliki kecenderungan hidup sehat. Lansia yang memiliki gaya hidup sehat, akan cenderung menerapkan cara-cara hidup yang sehat pula, sehingga menjadi lebih sehat. Dengan demikian lansia merasa senang. Apabila lansia merasa senang maka dapat dikatakan lansia memiliki kepuasan hidup.
Kondisi tubuh yang sehat tentu akan memudahkan lansia dalam beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Rapkin dan Fisher (1992) menyatakan bahwa kesehatan dan kemampuan untuk selalu aktif merupakan faktor yang mempengaruhi kepuasan hidup. Schaie dan Willis (1991) juga mengemukakan bahwa kepuasan hidup dapat dicapai dengan menjaga kesehatan fisik dan psikis melalui kebiasaan mengatur gizi, olahraga dan terlibat dalam aktivitas yang membutuhkan pemikiran. Lansia yang memiliki kecenderungan hidup sehat diharapkan akan memiliki kesehatan yang baik, dengan demikian lansia dapat tetap aktif dalam kehidupan sosialnya. Hal ini berhubungan erat dengan usaha untuk meningkatkan kepuasan hidup lansia. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah “ada hubungan positif antara kecenderungan hidup sehat dengan kepuasan hidup pada lansia”. Lansia yang memiliki tingkat kecenderungan hidup sehat yang tinggi, akan diikuti dengan tingkat kepuasan hidup lansia yang tinggi pula, sebaliknya lansia yang memiliki tingkat kecenderungan hidup sehat yang rendah, akan diikuti dengan rendahnya tingkat kepuasan hidup lansia. Metode Penelitian Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah: a. Kepuasan Hidup Lansia (Variabel tergantung/terikat), yaitu keadaan sejahtera dan adanya kepuasan hati yang menyenangkan dan timbul bila kebutuhan seperti self acceptance (penerimaan diri), positive relations with others (hubungan positif dengan orang lain), outonomy (kemandirian), environmental master y (penguasaan lingkungan), purpose in life (tujuan hidup) dan personal growth (perkembangan pribadi) dan harapan tertentu individu terpenuhi. Variabel ini diungkap dengan skala kepuasan hidup
Hubungan antara Kecenderungan Hidup Sehat........ (Imam Ibnu Basar, Purwadi)
\ 121[ [
lansia. Skor yang tinggi pada skala kepuasan hidup menunjukkan kepuasan hidupnya tinggi, sedangkan skor rendah berarti kepuasan hidup rendah. b. Kecenderungan Hidup Sehat (Variabel bebas), adalah upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya dengan melakukan upaya seperti makan dengan menu seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras, istirahat yang cukup, mengendalikan stres serta perilaku dan gaya hidup yang positif. Variabel ini diungkap dengan skala kecenderungan hidup sehat. Skor tinggi menunjukkan kecenderungan hidup sehatnya tinggi, sebaliknya skor rendah menunjukkan tingkat kecenderungan hidup sehat rendah.
berdasarkan validitas isi (content validity). Kriteria item yang dinyatakan valid adalah angka korelasi item-total sebesar 0,25, reliabilitas skala penelitian dihitung menggunakan teknik koefisien alpha (a) dari Cronbach. Hasil uji reliabilitas pada skala kecenderungan hidup sehat diperoleh nilai koefisien alpha (a) sebesar 0,940. Sedangkan hasil uji reliabilitas pada skala kepuasan hidup lansia, diperoleh nilai koefisien alpha (a) sebesar 0,941. Analisis Data Analisis data penelitian menggunakan metode statistik dengan teknik korelasi product moment dari Pearson. Hasil Analisis dan Pembahasan Diskripsi Hasil Penelitian
Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso Yogyakarta sebanyak 50 orang. Pengumpulan Data Pengumpulan data menggunakan skala kepuasan hidup lansia dan skala kecenderungan hidup sehat, yang disusun
Data penelitian dapat didiskripsikan dengan kategorisasi masing-masing variabel penelitian menggunakan kriterian kategorisasi skor teoritik dengan tujuan untuk mengetahui gambaran subyek berdasarkan sudut pandang konsep yang dipakai dalam penelitian ini. Kategorisasi data kedua variabel penelitian ini adalah seperti tabel 1.
Tabel 1 Kategorisasi Kecenderungan Hidup Sehat dan Kepuasan Hidup Lansia Variabel Kecenderungan hidup sehat
Kepuasan hidup lansia
\ 122[ [
Kategori
Frekuensi
%
Rendah
0
0%
Sedang
11
22 %
Tinggi
39
78 %
Rendah
0
0%
Sedang
39
78 %
Tinggi
11
22 %
HUMANITAS Vol. 3 No. 2 Agustus 2006
Uji Hipotesis Hasil analisis dengan menggunakan korelasi product moment, diperoleh koefisien korelasi antara kedua variabel adalah (rxy) = 0,350 dengan peluang kesalahan (p) = 0,006 = (p<0,01). Dengan demikian berarti hipotesis diterima. Memperhatikan angka koefisien determinan (r 2) = 0,123, berarti sumbangan variabel kecenderungan hidup sehat memiliki sumbangan terhadap kepuasan hidup lansia sebesar 12,3 %. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua variabel penelitian, yaitu kecenderungan hidup sehat dan kepuasan hidup lansia memiliki hubungan positif yang sangat signifikan. Hal itu berarti bahwa semakin tinggi kecenderungan hidup sehat yang ada pada lansia, akan diikuti dengan semakin tingginya kepuasan hidup pada lansia bersangkutan. Kesehatan lansia sangat berkaitan dengan perilaku hidupnya, jika seorang lansia memiliki kecenderungan hidup yang sehat, akan meminimalisir resiko lansia untuk sakit, sebaliknya dengan kecenderungan hidup tidak sehat akan menjadikan lansia rentan untuk sakit. Lansia yang sehat akan lebih menikmati hidup dibandingkan dengan lansia yang sakit, karena bila individu sakit, individu akan terbatasi dalam bergerak dan lainnya, individu akan terus diganggu dengan keluhan yang ada dalam tubuhnya. Individu yang sehat akan lebih bebas dalam bergerak, individu juga tidak diganggu dengan adanya bagian tubuh yang sakit, sehingga lansia yang sehat akan lebih bisa merasakan kepuasan hidup dibandingkan dengan lansia yang sakit. Lansia yang memiliki kecenderungan hidup sehat lebih teratur dalam menjalani hidupnya. Keteraturan lansia menjalani hidup tentu akan berpengaruh terhadap aspek psikologisnya. Pola hidup sehat yang teratur menjadikan lansia merasa labih nyaman dan
tidak perlu cemas akan menderita sakit, sehingga lansia lebih tenang menjalani hidup kesehariannya. Ketenangan inilah yang mempengaruhi secara positif kepuasan hidup lansia. Sebaliknya, lansia yang memiliki pola hidup tidak sehat, tidak teratur, dapat menimbulkan kekhawatiran pada diri sendiri bahwa dirinya akan terkena penyakit, kekhawatiran ini akan berdampak pada psikologis lansia dan dapat menghambat tercapainya kepuasan hidup pada lansia yang bersangkutan. Kepuasan hidup adalah keadaan sejahtera dan adanya kepuasan hati yang merupakan kondisi yang menyenangkan dan timbul bila kebutuhan dan harapan individu terpenuhi. Dalam hierarkhi kebutuhan dikatakan bahwa individu akan selalu berusaha memenuhi kebutuhan yang paling rendah terlebih dahulu sebelum mencapai kepuasan. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan yang berada pada dasar hierarki kebutuhan, sehingga bila kebutuhan individu akan kesehatan belum terpenuhi, individu khususnya lansia akan berusaha memenuhinya terlebih dahulu sebelum mencapai pada kepuasan hidup. Kecenderungan hidup sehat memberikan sumbangan sebesar 12,3% dalam mempengaruhi variabel kepuasan hidup lansia, sumbangan yang kecil kemungkinan disebabkan bahwa kecenderungan hidup sehat hanya berupa faktor fisik dalam mempengar uhi kepuasan hidup lansia, sedangkan kepuasan hidup lansia tentunya banyak dipengaruhi oleh faktor psikologis, seperti, faktor kognitif dan karekterisistik personal. Kesimpulan Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kecenderungan hidup sehat dengan kepuasan hidup pada lansia, semakin tinggi
Hubungan antara Kecenderungan Hidup Sehat........ (Imam Ibnu Basar, Purwadi)
\ 123[ [
kecenderungan hidup sehat akan diikuti dengan semakin tingginya kepuasan hidup pada lansia bersangkutan, sebaliknya semakin rendah kecenderungan hidup sehat akan diikuti dengan semakin rendahnya kepuasan hidup lansia. Kecenderungan hidup sehat hanya memberi pengaruh sebesar 12,3% terhadap kepuasan hidup lansia, sedangkan 87,7% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain. Rekomendasi Rekomendasi yang dapat diberikan berdasar hasil penenlitian adalah : a. Bagi lansia, perlu disadari bahwa kecenderungan hidup yang sehat akan berdampak positif bagi lansia sendiri, selain berdampak pada kesehatan fisik juga berdampak pada kesehatan psikologis terutama dalam masalah kepuasan hidup pada lansia. b. Bagi panti sosial, kecenderungan hidup sehat lansia perlu dipertahankan dan dibina terus, pihak panti juga perlu terus memberikan dorongan pada lansia untuk memilliki kecenderungan hidup sehat, sehingga lansia akan dapat merasa lebih bahagia dengan memiliki tubuh yang sehat. c. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui variabel lain yang dapat mempengaruhi kepuasan hidup pada lansia, karena kecenderungan hidup sehat hanya memberikan sumbangan yang kecil dalam mempengaruhi kepuasan hidup pada lansia.
Dinas Kesehatan Kab. Bantul. Bantul. Glanz, K., Lowin F.M, & Rimer, B.K. (1997). Health Behavior and Health Education : Theor y, Research, and Practise. San Francisco : Jossey Bass Publisher. Hall, S. C Lindzey. G., Supratiknya (penterjemah). (1993). Psikologi Kepribadian 1. Yogyakarta : Kanisius. Hardiwinoto, & Setiabudhi, T. (1999). Panduan Gerontologi, Tinjauan Dari Berbagai Aspek. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Hurlock, E.B. (1996). Psikologi Perkembangan. Penerjemah: Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta : Erlangga. Indriana, Y. (2004). Kepuasan Hidup Orang Lanjut Usia Dalam Hubungannya Dengan Jenis Aktivitas, Jenis Kelamin, Religiusitas, Status Perkawinan, Tingkat Kemandirian, Tingkat Pendidikan Dan Daerah Tempat Tinggal. Jurnal Psikologi UNDIP Vol. 1, 1-13. Judge, A.T., Locke, A.E., & Watanabe, S. (1993). Effect of Dysfunctional Thought Procesees on Subjective Wellbeing. Journal of Applied Psychology, 83,1, 17-34. Judge, A.T., Locke, A.E., Durham, C.C., Kluger, N.A. (1998). Dispositional Effect on Job and Life Satisfaction : The Role of Core Evaluations. Journal of Applied Psychology, 83, 1, 17-34.
Azwar, S. (2003). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Judge, A.T., & Watanabe, S. (1993). Another Look at The Job Satisfaction – Life Satisfaction Relationship. Journal of Applied Psychology, 78,6,939-948.
Dinas Kesehatan Bantul. (2003). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Sokoguru Bantul Sehat 2005. Buku Pegangan Kader, Subdin Penyuluhan Masyarakat
Monks, F.J., Knoers, A.M.P. dan Haditono, S.R. (2001). Psikologi Perkembangan : Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Daftar Pustaka
\ 124[ [
HUMANITAS Vol. 3 No. 2 Agustus 2006
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Yogyakarta. Rineka Cipta. Nuzulia, S. (1999). Peran Core Evaluations Terhadap Persepsi Pada Karakteristik Pekerjaan, Kepuasan Kerja dan Kepuasan Hidup. Skripsi. (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. Prawitasari, J.E. (1994). Aspek Sosio Psikologis Usia Lanjut Di Indonesia. Buletin Psikologi No. 1, 27-34. Rapkin, D.B & Fischer, K. (1992). Framing the Construct of Life Satisfaction in Terms of Older Adult’s Personal Goals. Psychology and Aging, 7,1,138-149. Rybash, J.W., Roodin, P.A & Santrock, J.W. (1991). Adult Development and Aging, ( 2 nd ed) New York : Wm. C. Brown Publisher. Ryff, D.C.(1990). Happiness Is Everything, Or Is It? Explorations on the Meaning of Psychological Well-Being. Journal of Personality and Social Psychology, 57,6,1069-1081. Schaie, K.W. & Willis, S.L. (1991). Adult Developmental and Aging. New York. Harper Collins Publisher, Inc. Setianingsih, E. (1995). Peran Dukungan Sosial dan Harga Diri pada Kepuasan Hidup Orang Lanjut Usia Baik yang Bekerja Maupun yang tidak Bekerja. Thesis. (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Program Pasca Sarjana UGM. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun (1998). Kesejahteraan Lanjut Usia. Jakarta : Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 165.
Hubungan antara Kecenderungan Hidup Sehat........ (Imam Ibnu Basar, Purwadi)
\ 125[ [