HUBUNGAN ANTARA INSIDEN DBD DENGAN VARIABILITAS IKLIM DI KOTA MANADO TAHUN 2012-2016 Febriane C. Lohonauman*, Angela F. C. Kalesaran*, Windy Wariki** *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan internasional utama di dunia yang mempengaruhi daerah tropis dan sub-tropis khususnya daerah perkotaan dan pinggiran kota dalam beberapa tahun terakhir. Kota Manado merupakan daerah yang endemis DBD. Tahun 2016 kasus DBD di Kota Manado tercatat sebanyak 567 kasus DBD (IR=133.2 per 100.000 penduduk dan CFR=1.1 %). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingginya penyebaran DBD ialah perubahan iklim yang mempengaruhi perkembangbiakkan vektor penyakit. Perubahan iklim menyebabkan perubahan curah hujan, suhu, kelembaban, dan arah udara sehingga berpengaruh terhadap ekosistem daratan dan lautan serta berpengaruh terhadap kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara insiden Demam Berdarah Dengue dengan variabilitas iklim di Kota Manado. Metode penelitian yang gunakan ialah penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian studi ekologi. Pada penelitian ini populasi yang digunakan ialah semua penduduk di Kota Manado yang menderita DBD yang terlapor di Dinas Kesehatan Kota Manado. Analisis data ialah analisis univariat dan bivariat dengan uji korelasi (ɑ=0.05). Hasil uji korelasi yang didapat ialah suhu tahun 2013 r=-0.674 dan p=0.016, curah hujan tahun 2013 r=0.759 dan p=0.004, suhu tahun 2015 r=-0.822 dan p=0.001, kelembaban tahun 2015 r= 0.588 dan p=0.044, curah hujan tahun 2015 r=0.661 dan p=0.019. Kesimpulannya adalah terdapat hubungan yang signifikan antara DBD dengan suhu tahun 2013, DBD dengan curah hujan tahun 2013, DBD dengan suhu tahun 2015, DBD dengan kelembaban tahun 2015, DBD dengan curah hujan tahun 2015 dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara DBD dengan hari hujan. Kata Kunci: DBD, Suhu, Kelembaban, Curah Hujan, Hari Hujan. ABSTRACT Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is a major international health problem in the world that affects tropical and sub-tropical regions especially urban and suburban areas in recent years. Manado is an endemic area of DHF. In 2016 dengue cases in Manado City were recorded as 567 cases of DHF (IR = 133.2 per 100.000 population and CFR = 1.1%). One factor that can affect the high spread of DHF is climate change that affects the proliferation of disease vectors. Climate change causes changes in rainfall, temperature, humidity, and air direction so that affect the terrestrial and ocean ecosystems and affect health. The purpose of this study was to analyze the relationship between dengue fever incidence with climate variability in Manado City The research method used is observational analytic research with research design of ecological study.. Data analysis was univariate and bivariate analysis with correlation test (ɑ = 0.05). The correlation test result is the temperature of 2013 r = -0.674 and p = 0.016, the rainfall of 2013 r = 0.759 and p = 0.004, the temperature of 2015 r = -0.822 and p = 0.001, the humidity of 2015 r = 0.588 and p = 0.044, rainfall of 2015 r = 0.661 and p = 0.019. The conclusion is that there is a significant relationship between dengue fever with the temperature of 2013, dengue with rainfall year 2013, dengue with temperature of 2015, dengue with 2015, dengue with rainfall year 2015 and there is no significant relation between dengue fever with rainy day. Keywords: DHF,Temperature, Humidity, Rainfall, Rain Day.
1
Salah satu faktor yang menyebabkan
PENDAHULUAN Demam berdarah dengue (DBD) merupakan
meningkatnya kasus DBD adalah perubahan
masalah
iklim.
kesehatan internasional utama di
Perubahan
iklim
menyebabkan
dunia yang mempengaruhi daerah tropis dan
perubahan curah hujan, suhu, kelembaban, dan
sub-tropis khususnya daerah perkotaan dan
arah udara sehingga berpengaruh terhadap
pinggiran kota dalam beberapa tahun terakhir.
ekosistem daratan dan lautan serta berpengaruh
World
(WHO)
terhadap kesehatan. Di bidang kesehatan,
menyumbang
perubahan iklim akan menyebabkan dampak
sebanyak 75% dari kasus dengue di dunia
terhadap peningkatan kasus penyakit menular
antara tahun 2004 dan 2010. WHO mencatat,
terutama penyakit yang infektif terhadap iklim
Indonesia sebagai salah satu negara di Asia
salah
menduduki peringkat tertinggi dalam jumlah
(Kamruzzaman dkk, 2015).
Health
menyatakan
Organization
Asia
Pasifik
kasus DBD (Kemenkes RI, 2010).
di
satunya
vektor
penyakit
Aedes
Iklim di Kota Manado ialah iklim tropis.
Pada tahun 2015 jumlah penderita DBD
Suhu rata-rata tahunan di Kota Manado adalah
Indonesia
sebanyak
26.6 ˚ C dan presipitasi rata-rata 2780 mm.
kematian
Kelembaban rata-rata Kota Manado yaitu
129.650
yang
kasus
dilaporkan
dengan
jumlah
sebanyak 1.071 orang (Incidence Rate=50.75
80.75%.
per 100.000 penduduk dan CFR=0.83%)..
Yasin
(2012)
dalam
penelitiannya
Jumlah penderita DBD di Sulawesi Utara
mengenai hubungan variabilitas iklim dengan
pada Tahun 2015 yang terlapor ialah sebanyak
insiden DBD menyimpulkan bahwa terdapat
730 kasus dengan IR=30.26 per 100.000
hubungan antara curah hujan, hari hujan
penduduk. Sedangkan yang meninggal akibat
dengan kejadian DBD. Sedangkan suhu udara
DBD berjumlah 17 orang dengan CFR=2.33%.
tidak terdapat hubungan yang bermakna.
(Dinkes Sulut, 2016).
Sulistyawati (2015) dalam kajian literaturnya
Kota
Manado
yang
adalah
ibukota
mengenai dampak perubahan iklim pada
Provinsi Sulawesi Utara merupakan daerah
penyakit
yang endemis DBD. Menurut data yang
perubahan iklim telah membawa dampak yang
diperoleh dari Laporan Dinas Kesehatan Kota
negatif pada kesehatan. Peningkatan suhu,
Manado terdapat 517 kasus DBD pada tahun
curah hujan dan kelembaban merupakan
2014, dan mengalami penurunan 446 kasus
faktor-faktor yang menyebakan meningkatnya
pada
terjadi
kasus penyakit menular seperti DBD, malaria
peningkatan lagi yaitu sebanyak 567 kasus
dan measles. Penelitian lain dilakukan oleh
DBD (IR=133.2 per 100.000 penduduk dan
Febriasari (2010) mengenai perubahan iklim
CFR=1.1 %) (Dinkes Kota Manado, 2016).
dengan kejadian DBD menyatakan bahwa tidak
tahun
2015.
Tahun
2016
2
menular
menyatakan
bahwa
terdapat hubungan antara suhu, kecepatan
gambaran distribusi angka insiden DBD serta
angina,
dengan
gambaran variabilitas iklim (suhu, kelembaban,
kejadian DBD tetapi curah hujan berhubungan
curah hujan, hari hujan) di Kota Manado tahun
dengan kejadian DBD. Tujuan dari penelitian
2012 – 2016.
ini yaitu untuk menganalisis hubungan
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui
antara insiden Demam Berdarah Dengue
apakah ada hubungan antara variabilitas iklim
dengan variabilitas iklim di Kota Manado
(suhu, kelembaban, curah hujan, hari hujan)
kelembaban,
hari
hujan
dengan insiden DBD di Kota Manado tahun 2012-2016. Analisis statistik yang digunakan
METODE PENELITIAN Jenis
penelitian
penelitian
yang
observasional
digunakan analitik
ialah
ialah
sendiri
merupakan
studi
hubungan
arah
secara normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan
dengan
Kolmogorov-Smirnov.
sampel karena pengamatan dilakukan pada
normalitas
total populasi dengan unit pengamatan adalah
dengan
menggunakan Kriteria
normal
menggunakan
uji uji uji
Kolmogorov-Smirnov yaitu nilai p>0.005. Jika
Kota Manado. Instrumen dalam penelitian ini
data yang telah diuji diketahui terdistribusi
ialah laptop, perangkat lunak SPSS dan data
normal maka dilanjutkan dengan uji korelasi
sekunder dari Dinas Kesehatan Kota Manado
pearson, sedangkan jika data diketahui tidak
dan BMKG Stasiun Klimatologi Minahasa
terdistribusi
Utara. Analisis data yang digunakan adalah bivariat.
kemana
melihat apakah data tersebut terdistribusi
penelitian
penelitian ini tidak dilakukan pengambilan
dan
dan
Tujuan uji normalitas data adalah untuk
dilakukan pada bulan Maret - Juni 2017. Pada
univariat
variabel
maka perlu dilakukan uji normalitas data.
Provinsi Sulawesi Utara dengan cakupan 11
analisis
2
Sebelum melakukan analisis data bivariat,
Penelitian adalah wilayah Kota Manado –
pelaksanaan
korelasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
populasi/kelompok dari pada individu. Tempat
Waktu
Analisis
hubungannya.
yang
mengukur paparan dan outcome terhadap
kecamatan.
korelasi.
bertujuan untuk menetukan derajat tingkat
dengan
rancangan penelitian studi ekologi. Studi ekologi
analisis
normal
maka
dianjurkan
menggunakan statistik non-parametrik yaitu uji
Analisis
korelasi spearman’s rho.
univariat dilakukan bertujuan untuk mendapat 1. Analisis Univariat
3
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Insiden DBD Kota Manado tahun 2012-2016 Tahun Rata-Rata Median 2012 13 14.5 2013 34.16 29 2014 43.08 41.5 2015 37.16 12 2016 47.25 39.5 2012 2016 34.93 29 Sumber: Seksi P2M Dinkes Kota Manado
Minimum 4 17 23 5 15 4
Maksimum 22 69 76 161 101 161
Berdasarkan hasil pengolahan data distribusi
terjadi
frekuensi angka insiden DBD dapat dilihat
13/100.000 penduduk. Angka insiden DBD
bahwa rata-rata insiden DBD di Kota Manado
tertinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar
tahun 2012-2016 yang tertinggi terjadi pada
161 kasus sedangkan angka insiden DBD
tahun
terendah terjadi pada tahun 2012 yaitu 4 kasus.
2016
yaitu
sebesar
34.93/100.000
pada
tahun
Standar Deviasi 6.22 1.57 1.62 5.41 3.21 2.14 2012
yaitu
sebesar
penduduk, dan rata-rata angka insiden terendah
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Suhu Kota Manado tahun 2012-2016 Tahun Rata-Rata 2012 26.48 2013 26.39 2014 27.15 2015 27.57 2016 27.24 2012-2016 26.96 Ket: Satuan Suhu Udara = ˚C Sumber: BKMG Minut
Median 26.3 26.4 27.1 27.5 27.4 27.1
Minimum 25.6 25.6 26.2 26 26.5 25.6
Maksimum 27.6 27.3 28.1 28.9 28.1 28.9
Standar Deviasi 0.75 0.52 0.56 0.86 0.52 0.86
Tabel 2 menyatakan bahwa, selama tahun
terjadi di tahun 2015 yaitu sebesar 28.9˚C dan
2012-2016 fluktuasi suhu terjadi pada kisaran
suhu minimum terendah terjadi di tahun 2012
26-27˚C dengan suhu maksimum tertinggi
dan 2013 yaitu sebesar 25.6 ˚C.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kelembaban Kota Manado tahun 2012-2016 Tahun Rata-Rata Median 2012 82.83 84.5 2013 84.50 85.5 2014 79.66 83.0 2015 73.83 78.0 2016 80.75 81.0 2012-2016 80.31 83.0 Ket: Satuan Kelembaban = Persen (%) Sumber: BKMG Minut Tabel
3
menyatakan
bahwa
Minimum 72 76 69 58 70 58
Maksimum 90 90 86 87 85 90
Standar Deviasi 6.53 4.56 6.65 11.27 4.07 2.84
rata-rata
dengan kelembaban tertinggi terjadi pada tahun
kelembaban tahun 2012-2016 yaitu 80.31%
2012 dan 2013 yaitu sebesar 90% sedangkan
4
terendah terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar
58%.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Curah Hujan Kota Manado tahun 2012-2016 Tahun Rata-Rata 2012 256.2 2013 309.9 2014 240.0 2015 148.4 2016 267.2 2012 s/d 2016 2.44 Ket: Satuan Curah Hujan = mm Sumber: BKMG Minut
Median 256.6 322.5 196.9 104.0 234.5 2.3
Minimum 0 106.5 76 0 12 0
Maksimum 539.7 527 670 426 672 672
Standar Deviasi 1.58 1.40 163.8 1.49 183.6 9.45
Tabel 4 menyatakan bahwa, rata-rata curah
pada tahun 2015 yaitu sebesar 148.4 mm.
hujan tahun 2012-2016 yaitu sebesar 2.44 mm.
Curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2016
Curah hujan rata-rata tahunan tertinggi terjadi
yaitu sebesar 672 mm dan terendah terjadi pada
pada tahun 2013 yaitu sebesar 309.9 mm, dan
tahun 2012 dan 2015 yaitu 0 mm atau pada
curah hujan rata-rata tahunan terendah terjadi
tahun tersebut tidak terjadi hujan.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Hari Hujan Kota Manado tahun 2012-2016 Tahun Rata-Rata 2012 22.41 2013 22.1 2014 18.83 2015 18.91 2016 14.75 2012-2016 19.4 Sumber: BKMG Minut
Median 24.0 24.5 19.5 21.0 15.0 21.0
Minimum 9 13 7 8 0 0
Maksimum 31 28 29 29 27 31
Standar Deviasi 6.62 5.31 6.30 7.03 9.55 1.58
Tabel 13 menyatakan bahwa rata-rata jumlah
terendah terjadi pada tahun 2016 yaitu sebesar
hari hujan tahun 2012-2016 adalah sebesar
14 hari/bulan. Hari hujan tertinggi terjadi pada
19hari/bulan. Rata-rata hari hujan tertinggi
tahun 2012 yaitu 31 hari/bulan dan terendah
terjadi pada tahun 2012 dan 2013 yaitu sebesar
terjadi pada tahun 2016 yaitu 0 hari atau tahun
22 hari/bulan, sedangkan rata-rata
tersebut ada yang tidak terjadi hujan.
hujan
2. Analisis Bivariat Tahun 2012 – 2016
Tabel 6. Hasil Uji Korelasi Antara Insiden DBD Dengan Iklim Variabel R Insiden DBD – Suhu 0.620 Insiden DBD – Kelembaban -0.324 Insiden DDB - Curah Hujan -0.077 Insiden DBD - Hari Hujan -0.551
Ket: Huruf yang tebal menyatakan hubungan kedua variabel signifikan
5
Nilai – p 0.264 0.595 0.902 0.335
a. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
tidak dapat berpindah ke kelenjar lidah.
tidak terdapat hubungan yang bermakna
Menurut Dini (2010) kelembaban tidak
antara suhu dengan insiden DBD di Kota
secara langsung mempengaruhi DBD tetapi
Manado tahun 2012- 2016. Suhu optimum
mempengaruhi
bagi perkembangan vektor DBD berkisar
Menurut Sukowati (2004) spesies nyamuk
antara 25˚C - 27˚C. Tidak terdapatnya
yang mempunyai habitat di hutan lebih
hubungan suhu dengan insiden dengan
rentan terhadap perubahan kelembaban
DBD dipengaruhu oleh beberapa faktor.
dari pada spesies yang mempunyai habitat
Menurut Dini (2010), suhu yang optimal
iklim kering. Hal ini erat kaitannya dengan
untuk perkembangan vektor penyakit tidak
kelembaban
dapat
dipengaruhi oleh iklim tropis.
berpengaruh
pada
peningkatan
umur
di
Kota
hidup
nyamuk.
Manado
yang
insiden DBD bilamana vektor nyamuk
c. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
yang meningkat tidak infektif terhadap
tidak terdapat hubungan antara curah hujan
suhu. Sedangkan menurut Yasin (2012)
dengan insiden DBD di Kota Manado
tidak terdapatnya hubungan karena variasi
tahun 2012-2016. Curah hujan dapat
suhu yang tidak banyak berfluktuasi atau
berpengaruh langsung terhadap keberadaan
relatif konstan. Hal ini serupa dengan suhu
tempat perindukan nyamuk. Curah hujan
di Kota Manado yang hanya berkisar
yang yang tinggi dan berlangsung dalam
antara 26˚C - 27˚C yang relatif konstan
waktu yang lama dapat menyebabkan
dengan
banjir
iklim
hujan
tropisnya
wilayah
beriklim
tempat perindukan nyamuk Aedes yang
subtropis, dingan, atau pada daerah padang
biasanya hidup di air bersih. Hal tersebut
pasir yang suhunya dapat berfluktuasi
berakibat
hingga 20˚C. Selain itu, suhu udara di
perindukan nyamuk sehingga populasi
suatu daerah juga dapat dipengaruhi oleh
nyamuk berkurang juga. Curah hujan yang
kecepatan
cukup tinggi sehingga dapat menyebabkan
berbeda
hutan
dengan
angin
di
daerah
tersebut
(BMKG, 2009).
sehingga
hilangnya
pada
tempat
dapat
menghilangkan
berkurangnya
perindukan
jumlah
nyamuk
b. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
vektor DBD . Selain itu tidak terdapatnya
tidak terdapat hubungan antara kelembaban
hubunngan antara curah hujan dan kasus
dengan insiden DBD di Kota Manado
DBD dikarenakan data iklim curah hujan
tahun
tidak representatif untuk mencakup seluruh
2012-2016.
Kelembaban
yang
kurang dari 60% berakibat pada pendeknya
kecamataan yang ada di Kota Manado.
umur nyamuk dan tidak bisa menjadi
d. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
vektor nyamuk dikarenakan virus yang
tidak terdapat hubungan antara hari hujan
6
dengan insiden DBD di Kota Manado
tahun 2012 -2016 dengan tingkat keeratan
tahun 2012-2016. Hari hujan yang tinggi
hubungan
cenderung berdampak pada angka insiden
kecenderungan negatif (nilai –p = 0.335; r = -
DBD. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2013
0.551).
yang
kuat
dengan
arah
banyaknya hari hujan lebih dari 22 hari/bulan sedangkan angka insiden DBD
DAFTAR PUSTAKA
di tahun 2013 berada pada 37.3/100.000
BMKG, 2009. Badan Meteorologi, Klimatologi
penduduk. Berbeda di tahun 2014 yang
& Geofisika Jawa Tengah: Suhu Udara.
memiliki
22
BMKG Stasiun Klimatologi Minahasa
hari/bulan juga sedangkan angka insiden
Utara. 2017. Data Suhu, Kelembaban,
DBD di tahun 2014 cenderung tinggi yaitu
Kecepatan Angin, Hari Hujan, Curah
97.7/100.000 penduduk. Hal inilah yang
Hujan.
kemungkinan besar menyebabkan hasil
Klimatologi Minahasa Utara
hari
hujan
lebih
dari
Manado:
BMKG
Stasiun
hubungan keeratan kedua variabel tidak
BMKG, 2009. Badan Meteorologi, Klimatologi
berhubungan tetapi mempunyai hubungan
& Geofisika Jawa Tengah: Suhu Udara.
yang kuat yaitu -0.551 dengan arah
Climate-Data.
kecenderungan negatif.
Iklim Kota Manado. (Online)
diakses
di
https://id.climate-
data.org/location/3901/ pada 10 April KESIMPULAN
2017
Tidak terdapat hubungan antara suhu dengan
Depkes, RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia.
insiden DBD di Kota Manado tahun 2012 -
Jakarta:
2016 dengan tingkat keeratan hubungan yang
Depkes RI. 2004. Sistem Kesehatan Nasional.
–p = 0.264; r = 0.620). Tidak terdapat
Kementrian
hubungan antara kelembaban dengan insiden
Insiden
dengan arah kecenderungan negatif (nilai –p =
Demam
Berdarah
Di
Kabupaten Serang. Jurnal Makara
0.595; r = -0.324). Tidak terdapat hubungan
Kesehatan, Vol. 14, Np. 1, Juni 2010:
antara curah hujan dengan insiden DBD di
31 – 38
Kota Manado tahun 2012 -2016 dengan tingkat dengan
Republik
Dini AMV. 2010. Faktor Iklim Dan Angka
dengan tingkat keeratan hubungan sedang
lemah
Kesehatan
Indonesia.
DBD di Kota Manado tahun 2012 -2016
hubungan
Kesehatan
Republik Indonesia.
kuat dengan arah kecenderungan positif (nilai
keeratan
Kementrian
Dinkes Manado. 2017. Data DBD Tahun 2012-
arah
2016. Manado: Dinkes Kota Manado
kecenderungan negatif (nilai –p = 0.902; r = 0.077). Tidak terdapat hubungan hari curah hujan dengan insiden DBD di Kota Manado 7
Dinkes Prov. Sulut. 2016. Jumlah Kasus DBD
Suyanto S. 2015. Dampak Perubahan Iklim
Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2016.
Pada Penyakit Menular: Sebuah Kajian
Manado: Bagian P2P
Literatur. Jurnal Fakultas Kesehatan
Febriasari SG. 2011. Perubahan Iklim Dengan
Masyarakat Vol. 08, No. 01, Maret
Kejadian Penyakit Demam Berdarah
2015:
Dengue Di Kota Administrasi Jakarta
Dahlan.
Timur 2000 – 2009. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat,
38-44.
Universitas
Ahmad
Yanti SE. 2004. Hubungan Faktor Iklim
Universitas
Dengan
Indonesia.
Kasus
Demam
Berdarah
Dengue Di Kotamadya Jakarta Timur Tahun 2000 – 2004. Tesis. Fakultas
Hastono PS. 2006. Modul Kedua: Analisis Univariat Analisis Bivariat. Fakultas
Kesehatan
Kesehatan
Indonesia.
Masyarakat.
Universitas
Indonesia
Masyarakat.
Universitas
Yasin M. 2012. Hubungan Variabilitas Iklim
Kamruzzaman, AKM., Jahan, S., Rahman, R.,
(Suhu, Curah Hujan, Hari Hujan, dan
& Khatun, MM. (2015). Impact of
Kecepatan
climate change on the outbreak of
Demam Berdarah Dengue Di Kota
infectious diseases among children in
Bogor Tahun 2004 – 2012. Skripsi.
Bangladesh,
Fakultas
3(1),
1–7.
doi:10.11648/j.ajhr.20150301.11. Kemenkes
RI.
2010.
Epidemiologi:
Buletin
Demam
Angin)
Dengan
Kesehatan
Insiden
Masyarakat,
Universitas Indonesia.
Jendela
WHO. Dengue And Dengue Haemorrahagic
Berdarah
Fever.
(Online)
diakses
di
Dengue Pusat. Jakarta. Pusat Data dan
http://www.who.int/csr/resources/public
Surveilans Epidemiologi.
ations/dengue/CSR_ISR_2000_1/en/
Kemenkes RI. 2016. Situasi DBD di Indonesia.
pada 31 Maret 2017.
Jakarta: Pusat Data dan Informasi
8