HUBUNGAN ANTARA FUNGSI KELUARGA DENGAN STATUS GIZI ANAK PADA MURID DI SD NEGERI 5 BOYOLALI
NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana Kedokteran
Diajukan Oleh :
Zulfikar Adi Gumawang J500120025
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016
ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA FUNGSI KELUARGA DENGAN STATUS GIZI ANAK PADA MURID DI SD NEGERI 5 BOYOLALI Zulfikar Adi Gumawang, Yusuf Alam Romadhon, M.Shoim Dasuki Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta Latar Belakang : Fungsi keluarga merupakan fungsi yang dimiliki oleh keluarga yang meliputi aspek sosial, emosional, dan kesehatan. Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam menangani status gizi anak, karena di dalam lingkungan keluarga, anak dapat memaksimalkan asupan gizi serta tumbuh kembangnya. Kurangnya peran keluarga dalam memperhatikan status gizi anak, menandakan bahwa fungsi keluarga tidak sehat. Penanganan status gizi anak merupakan masalah kesehatan yang dapat dipengaruhi oleh fungsi keluarga. Tujuan : Untuk menganalisis hubungan antara fungsi keluarga dengan status gizi anak pada murid di SD Negeri 5 Boyolali. Metode : Rancangan yang digunakan adalah desain observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subyek untuk penelitian ini adalah 60 murid SD Negeri 5 Boyolali yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil Penelitian : Responden memiliki fungsi keluarga yang sehat dan status gizi yang baik dengan persentase sebesar 75,01 dan responden yang jumlahnya paling sedikit terdapat pada responden dengan fungsi keluarga tidak sehat dan status gizi tidak baik, yaitu dengan persentase sebesar 6,65% Berdasarkan hasil pengujian dengan fisher test menunjukkan p value sebesar 0,03 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara fungsi keluarga dengan status gizi anak Kesimpulan : terdapat hubungan yang bermakna antara fungsi keluarga dengan status gizi anak Kata kunci : fungsi keluarga, status gizi anak
ABSTRACT THE RELATIONSHIP BETWEEN THE FAMILY FUNCTIONING WITH NUTRITIONAL STATUS IN ELEMENTARY SCHOOL STUDENT “SD NEGERI 5 BOYOLALI” Zulfikar Adi Gumawang, Yusuf Alam Romadhon, M.Shoim Dasuki Medical Faculty of Muhammadiyah Surakarta University Background : Family function is function had by family, that involves social, emotional, and health aspects. Family has important role to handle children nutritional status, because in family environment, children can maximize food intake also their growth and development. The lack of family roles in handling of children nutritional status, indicating the family function is unhealthy. The handling of children nutritional status is a health’s problem that can be influenced by family function. Objectives : To analyze the relationship between family functioning and nutitional status. Methods : The research design is the analytic observational design with cross sectional analytic approaches. The research subjects were 60 students of SD Negeri 5 Boyolali who already fullfill the inclusion and exclusion criteria. Results : Respondents had healthy family functioning and good nutritional status with precentage 75,01 and minority respondents had not healthy family functioning and poor nutritional status with percentage 6,65. Based on fisher test, it shows the p value is 0,03, it means there is a relation between family functioning and children nutritional status. Conclusion : there is a significant relation between family functioning and children nutritional status Keywords : family functioning, children nutritional status
PENDAHULUAN Keluarga adalah lingkungan pertama yang dikenal orang sehingga keluarga adalah penentu dasar pembentukan karakter seseorang (Budiono cit Wedastra, 2015). Keluarga merupakan kelompok yang berperan penting dalam proses pengembangan, pencegahan, serta perbaikan dalam setiap masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga tersebut. (Sutikno, 2011). Hubungan antar anggota keluarga merupakan sebuah hubungan yang sangat erat serta memiliki intensitas yang sangat tinggi pada setiap anggota keluarga (Lestari, 2012) Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan serta perkembangan anak, karena di lingkungan keluarga, anak akan mendapatkan kebutuhan kebutuhan yang diperlukan oleh anak, mulai dari kebutuhan jasmani seperti sandang, pangan dan papan hingga kebutuhan rohani seperti bimbingan, pendidikan, dan kasih sayang dari orang tua. Sejak manusia masih di dalam kandungan hingga dilahirkan, anak sudah merasakan cinta dan kasih saying dari orang tuanya. (Soetjiningsih, 2012) Saat ini, Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam bidang gizi yaitu gizi kurang dan gizi lebih, pada masalah gizi kurang disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya bahan pangan, kurangnya pengetahuan tentang gizi, akan tetapi masalah yang dialami dari gizi lebih kebanyakan disebaban oleh kurangnya tingkat pengetahuan tentang gizi di lapisan masyarakat (keluarga) . Salah satu golongan yang memerlukan perhatian dalam konsumsi makanan dan zat gizi adalah anak usia sekolah. (Almatsier, 2010). Prevalensi pendek yang berdasarkan TB/U, Bali memiliki presentasi paling kecil untuk prevalensi sangat pendek, sebesar 5%, yang paling besar persentasenya ada di Papua Barat dengan persentase 26,2%. Untuk prevalensi pendek tertinggi ada di provinsi Nusa Tenggara Timur (32,8%) dan prevalensi pende terendah ada di Bali (10,6%). Sedangkan provinsi Jawa Tengah prevalensi untuk sangat pendek dan pendek masing masing sebesar 14,9% dan 19,2%.Sedangkan untuk prevalensi berdasarkan IMT/U, Bangka Belitung memiliki persentase yang paling kecil yaitu sebesar 2%, yang tertinggi berada di Riau dengan persentase 7,6% . Untuk prevalensi kurus, angka prevalensi tertinggi ada di Nusa Tenggara Barat (12,4%)
sedangkan yang terendah berada di Bengkulu (5,3%). Dan untuk prevalensi gemuk terendah ada di Maluku (2,1%) dan yang tertinggi ada di Sulawesi Tenggara (14,7%). Sedangkan provinsi Jawa Tengah prevalensinya untuk kategori – kategori tersebut masing – masing 5,3%, 8% dan 10,9%. (RISKESDAS 2010) Sedangkan dari data RISKESDAS tahun 2013, untuk prevalensi pendek (TB/U) menurut jenis kelamin, secara keseluruhannya pada anak laki-laki, prevalensi pendek tertinggi terjadi pada umur 13 tahun dengan persentase sebesar 40,2 %, sedangkan pada anak perempuan di umur 11 tahun dengan persentase 35,8%. Untuk prevalensi kurus menurut IMT/U pada anak umur 5-12 tahun adalah 11.2 persen, terdiri dari 4,0 persen sangat kurus dan 7,2 persen kurus. Prevalensi sangat kurus paling rendah di Bali (2,3%) dan paling tinggi di Nusa Tenggara Timur (7,8%). Secara nasional masalah gemuk pada anak umur 5-12 tahun masih tinggi yaitu 18,8 persen, terdiri dari gemuk 10,8 persen dan sangat gemuk (obesitas) 8,8 persen. Prevalensi gemuk terendah di Nusa Tenggara Timur (8,7%) dan tertinggi di DKI Jakarta (30,1%). Berdasarkan data dari salah satu UPTD Puskesmas Boyolali I pada tahun 2014, didapatkan dari jumlah 493 murid kelas 1 sekolah dasar , prevalensi sangat pendek sebesar 10 anak atau sekitar 2,03%, untuk prevalensi pendek sebanyak 21 anak (4,26%) dan untuk prevalensi tinggi yang normal berjumlah 462 (93,71%)
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 5 Boyolali, dan rumah para murid SDN 5 Boyolali dengan cara home visit yang dilakukan selama bulan November 2015. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu dengan mengambil sample dengan berdasarkan pertimbangan tertentu. Dengan metode purposive sampling didapatkan jumlah sample sebesar 43 responden, kemudian ditambahkan menjadi 60 responden. Kriteria sampel yang digunakan untuk penelitian ini yaitu tidak dalam kondisi sakit saat diperiksa, bersedia menjadi responden, anak tinggal serumah
dengan orang tua kandung yang masih lengkap, memiliki penyakit genetik, memiliki cacat fisik, orang tua bercerai, orang tua menikah lagi, orang tua meninggal dunia Analisis data yang dilakukan untuk penelitian ini adalah analisi data dengan program SPSS versi 17 menggunakan uji fisher yang merupakan uji alternatif dari 2x2 chi square. Interpretasi dari uji fisher dinyatakan bermakna jika nilai p < 0,05 dan dinyatakan tidak bermakna jika p > 0,05.
HASIL PENELITIAN
1.
Karakteristik Responden menurut fungsi keluarga Tabel 4. Distribusi Fungsi Keluarga
Fungsi Keluarga Tidak Sehat Sehat Total
Frekuensi (f) 8 52 60
Persentase (%) 13,34 86,66 100,0
Berdasarkan dari Tabel 4 didapatkan bahwa kategori fungsi keluarga sehat sebanyak 52 orang dengan persentase 86,66% sedangkan pada fungsi keluarga yang tidak sehat sebanyak 8 orang dengan persentase 13,34%. Dengan demkian disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki fungsi keluarga yang baik
2. Karakteristik Responden menurut status gizi Tabel 5. Distribusi dari Status Gizi Anak Status Gizi Anak Tidak Baik Baik Total
Frekuensi (f)
Persentase (%)
11
18,3
49 60
81,7 100,0
Berdasarkan dari Tabel 5 didapatkan bahwa kategori status gizi yang baik pada murid SDN 5 Boyolali sebanyak 49 anak dengan persentase 81,7% sedangkan pada
status gizi anak yang tidak baik ada sebanyak 11 anak dengan persentase 18,3%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki status gizi yang baik.
3. Karakteristik Responden Responden Berdasarkan Uji Fisher Tabel 6. Uji Fisher
Fungsi Keluarga Tidak Sehat Sehat Total
Status Gizi Tidak Baik Baik n % n % 4 6,65 4 6,69 7 11,65 45 75,01 11 18,3 49 81,7
Total n % 8 13,34 52 86,66 60 100
p value 0,03
Dari data diatas yang menggunakan uji statistik dengan uji fisher, didapatkan bahwa mayoritas responden memiliki kondisi status gizi anak yang baik dan fungsi keluarga yang baik dengan jumlah 45 responden (75,01%) dan yang memiliki data terkecil didapatkan pada keluarga dengan status gizi yang tidak baik dan fungsi keluarga yang tidak sehat dengan persentase 6,65% dan nilai p sebesar 0,03 dengan demikian, diperoleh nilai p < 0,05 maka hipotesis diterima yaitu terdapat hubungan antara fungsi keluarga dengan status gizi anak.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji fisher dari penelitian ini dinyatakan bahwa nilai p (probabilitas) = 0,03 (< 0,05) sehingga berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara fungsi keluarga dengan status gizi anak. Fungsi keluarga merupakan fungsi pokok yang harus ada didalam lingkungan keluarga, karena fungsi keluarga tersebut memiliki tujuan untuk membekali setiap anggota keluarga supaya dapat hidup berdasarkan nilai nilai agama, pribadi, serta lingkungan. Fungsi pokok keluarga yaitu Adaptasi (Adaptation) yang mencakup tentang bantuan anggota keluarga, dalam hal ini, orang tua membiasakan anaknya untuk mengkonsumsi makanan – makanan yang mengandung berbagai macam
kebutuhan gizi yang dibutuhkan anak. Kemitraan (Partnership) yang mencakup pemecahan masalah keluarga, jika anak mengalami kendala atau permasalahan dalam pengonsumsian makanan, maka orang tua membantu anak dalam menghadapi pemasalahan dalam pola makannya contohnya seperti dengan mengganti makanan yang lebih disukai anak akan tetapi makanan itu masih terdapat gizi – gizi yang dibutuhkan oleh anak. Pertumbuhan (Growth) yang mencakup tentang pertumbuhan serta perkembangan individu keluarga. Dalam memberikan asupan gizi, orang tua juga dapat mengamati perkembangan dan pertumbuhan anak berdasarkan dari berbagai asupan makanan yang diterima oleh anak. Kasih sayang (Affection) yang mencakup interaksi emosional dari masing masing anggota keluarga. Orang tua dalam memberikan asupan makanan kepada anaknya, disitulah terjadi ikatan emosional antara orang tua dan anak, yaitu rasa kepedulian orang tua terhadap anak dan yang terakhir yaitu Kebersamaan (Resolve) yang mencakup waktu bersama keluarga. Orang tua membagi waktu bersama anaknya dengan cara makan bersama, misalnya : sarapan atau makan malam, disaat orang tua makan bersama dengan anaknya, orang tua bisa memperhatikan dan memberi nasehat mengenai makanan – makanan yang baik dikonsumsi oleh anak. (Sutikno, 2011 ; Soetjiningsih, 2012) Dalam penanganan status gizi anak, keluarga memiliki peran yang sangat penting hal ini dikarenakan di dalam lingkungan keluarga menjadi tempat bagi anak untuk memaksimalkan tumbuh kembangnya, serta memenuhi gizinya. Keluarga yang memiliki fungsi keluarga yang baik dan memiliki ikatan emosional yang baik dapat
menunnjang
pertumbuhan
dan
perkembangan.
(Almatsier,
2010,
Soetjiningsih, 2012) Berdasarkan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Khasanah (2012) yang mengenai pola asuh keluarga dan status gizi, dikatakan disana bahwa pola asuh keluarga yang baik memiliki kaitan yang erat dengan status gizi anak karena orang tua akan memberikan perlindungan, pendidikan, dan akan merawat dengan anaknya dengan penuh kasih sayang, oleh karena itu dibutuhkan sosialisasi akan pentingnya peran keluarga bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, selain itu pula dikatakan juga bahwa tingkat pendidikan orang tua menunjang orang tua
dalam mendapatkan berbagai macam pengetahan mengenai informasi gizi yang dibutuhkan anak. Adapun penelitian lain yang dilakukan oleh Hidayati (2011) yang mengenai hubungan karakteristik keluarga dengan status gizi balita dikatakan bahwa tidak ada kaitan antara kesehatan keluarga dengan status gizi, dikatakan pula jumlah anggota serta status kesehatan memiliki pengaruh terhadap status gizi. Pada penelitian ini hanya terbatas pada ruang lingkup fungsi keluarga saja, masih banyak faktor yang mempengaruhi baik buruknya status gizi, salah satunya adalah pada penelitian Husin (2008) dikatakan bahwa sanitasi lingkungan memiliki pengaruh dalam penentuan status gizi anak, hal ini dikarenakan apabila lingkungan tidak memenuhi syarat kesehatan dapat memungkinkan terjadinya penyakit seperti diare, cacingan serta infeksi saluran pencernaan lainnya Selain itu, menurut UNICEF (2015), secara umum ada beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi, yaitu dari penyebab yang mendasar yaitu berawal dari struktur ekonomi, serta sosial dari suatu wilayah, hal ini mempengaruhi tingkat modal dari suatu wilayah, jika faktor social, ekonomi serta modal di wilayah itu baik, hal ini ikut serta dalam penunjangan status gizi yang baik pula. Kekurangan dalam penelitian yaitu hanya fokus dalam sisi fungsi keluarga tetapi tidak dilakukan terhadap faktor – faktor lain yang menentukan status gizi anak seperti tingkat ekonomi, tingkat kebersihan lingkungan, tingkat 2pengetahuan orang tua tentang status gizi, selain itu jumlah sample yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 60 sample atau 60 keluarga, seharusnya sample yang dibutuhkan lebih dari 60. Pada penelitian yang dilakukan oleh Khasanah (2012), subjek yang dipakai dalam penelitian berjumlah 143 siswa sekolah dasar. Sedangkan dari penelitian yang dilakukan oleh Anzarkusuma (2014), dibutuhkan sebanyak 124 sample. Selain itu peneliti hanya menggunakan metode Cross Sectional, yang dimana penelitian ini hanya dilakukan satu waktu saja, sehingga peneliti tidak dapat mengamati perkembangan status gizi anak dalam jangka panjang.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa data penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara fungsi keluarga dengan status gizi anak pada murid di SD Negeri 5 Boyolali (p < 0,05) . UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kepada Dr. dr. EM. Sutrisna, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Terima kasih kepada dr.Yusuf Alam Romadhon,M.Kes dan dr,M.Shoim Dasuki,M.Kes yang telah membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini, tak lupa juga ucapan terima kasih saya kepada Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) kabupaten Boyolali, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) kabupaten Boyolali yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian. Kepala sekolah serta seluruh guru – guru SD Negeri 5 Boyolali
yang telah membantu jalannya
penelitian tak lupa pula para orang tua murid yang telah bersedia atas kesediaannya menjadi responden sehingga penelitian berjalan dengan lancar
29
DAFTAR PUSTAKA Almatsier S., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Atri S.B., Rahmani A., Sheikhnedjad L., 2014. Access Family Functioning and Related Factors from the Viewpoints of Male Cancer Patients. Journal of Caring Sciences, 2014, 3(2), 113-119. Anzarkusuma I.S., Mulyani E.Y., Jus’at I., Angkasa D., 2014. Status Gizi Berdasarkan Pola Makan Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Rajeg Tangerang. Indonesian Journal of Human Nutrition, Vol. 1 No.2: 135 – 148. Balgis., 2009. Kedokteran keluarga. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Barasi M.E., 2009. At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Cuzzocrea F., Larcan R., Baiocco R., Costa S., 2011. Family Functioning, Parenting, and Couple Satisfaction in Families of Children with a Disability. Rivista di studi familiari, 2, 2011. University of Messina.
Dahlan, M.S., 2013. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Departemen Kesehatan RI., 2010. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI., 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hidayati R.N., 2011. Hubungan Tugas Kesehatan Keluarga, Karakteristik Keluarga, dan Anak dengan Status Gizi Balita di Wilayah Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok. Universitas Indonesia, Jakarta. Thesis. Husin C.R., 2008. Hubungan Pola Asuh Anak dengan Status Gizi Balita Berumur 24 – 59 Bulan di Wilayah Terkena Tsunami Kabupaten Pidie Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.Universitas Sumatera Utara, Medan. Thesis. Khasanah U., 2012. Hubungan Pola Asuh dan Kharakteristik Keluarga dengan Status Gizipada Anak Usia Sekolah di SD Negeri Kelurahan Tugu Kota Depok. Universitas Indonesia. Jakarta. Thesis. Lestari S., 2012, Psikologi Keluarga. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Notoadmodjo., 2012, Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rikeka Cipta. Peraturan Pemerintah No 21 Tahun 1994 Tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Romadhon Y.A., 2011. Perbedaan Status Gizidan Perkembangan antara Anak Balitadari Orang Tua Lengkap dengan Orang Tua yang Bercerai. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Thesis. Soetjiningsih., 2012, Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sumini.,2014, Hubungan Status Gizi dengan Usia Menarche pada Siswi Sekolah Dasar Kelas 4, 5 dan 6 di Sekolah Dasar Negeri Grabahan Kecamatan Karangrejo Kabupaten Magetan .Jurnal Delima Harapan,Vol 3 : 1-9. Supariasa I.D.N., 2012 Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Supraba N.P., 2015. Hubungan antara Aktifitas Sosial, Interaksi Sosial dan Fungsi Keluarga dengan Kualitas Hidup di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Denpasar Utara Kota Denpasar. Universitas Udayana, Badung. Thesis.
Sutikno E., et al. 2011. Hubungan antara Fungsi Keluarga dan Kualitas Hidup. Institut Ilmu Kesehatan Bhati Wiyata, Kediri. Jurnal Kedokteran Indonesia, Vol.2:1. Sutikno E., 2011. Hubungan antara Fungsi Keluarga dan Kualitas Hidup. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Thesis. The Research and Outreach (REACH) Laboratory., 2014. Strong Family Functioning. University of Minessota. UNICEF.,
2015.
Causes
and
Most
Vulnerable to Undernutrition. Accessed December 10th, 2015.
http://www.unicef.org/nutrition/training/2.5/4.html.
Wahyuni E., 2013. Peran Keluarga Dalam Pencapaian Tujuan Pendidikan. Cakrawala Pendidikan, Vol 15 : 10 – 16. Wedastra I.M., 2015. Hubungan Fungsi Keluarga dan Strategi Koping dengan Agresivitas pada Gay di Denpasar. Universitas Udayana, Badung. Thesis. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.