HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN DOKUMENTASI DISCHARGED PLANNING PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNGARAN
ARTIKEL
Oleh: DIDIK ISMIYATI DEWI NIM: 010214B029
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN AGUSTUS, 2016
Hubungan Antara Beban Kerja Perawat Dengan Dokumentasi Discharged Planning Di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran ABSTRAK Beban kerja yang berlebihan ini sangat berpengaruh terhadap produktifitas tenaga kesehatan dan tentu saja berpengaruh terhadap produktifitas perawat. Perencanaan pasien pulang sangat diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien di rumah sakit, sehingga perlu dipersiapkan dokumen dan dilakukan oleh perawat sedini mungkin. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara beban kerja perawat dengan dokumentasi discharged planning di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran. Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini seluruh perawat di ruang rawat inap RSUD Ungaran sejumlah 92 orang. Sampel sejumlah 62 orang yang diambil secara accidental sampling. Alat pengumpulan data menggunakan daily log study tentang beban kerja perawat dan hasil pengukuran pada format discharged planning. Analisis dilakukan dengan uji chi square. Sebagian besar responden memiliki beban kerja berat yaitu sejumlah 40 responden (64,5%). Sebagian besar responden melakukan dokumentasi discharged planning dengan baik yaitu sejumlah 48 responden (77,4%). Ada hubungan antara beban kerja perawat dengan dokumentasi discharged planning di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran (p: 0,025 < α: 0,05). Pelayanan kesehatan hendaknya segera melakukan penyesuaian perbandingan antara perawat dengan beban kerja yang sesuai sehingga beban kerja perawat merata pada setiap ruangan dan dapat menyelesaikan tugas pendokumentasian terutama pada pelaksanaan discharged planning. Kata kunci : beban kerja perawat, discharged planning Kepustakaan : 31 (2006-2014) Excessive workload adversely affects the productivity of health workers and of course affect the productivity of nurses. Discharge planning is indispensable in providing nursing care to clients in the hospital, so the documentation needs to be prepared and carried out by nurses as early as possible. The aim of research is to determine the correlation between nurses workload and discharged planning dokumentation at RSUD Ungaran. The study used a descriptive correlation research method with cross sectional approach. This study population all nurses in the inpatient wrad of RSUD Ungaran as many as 92 people. Sample of 62 people were taken by proportional random sampling. Data collection tool used daily log study on the nurses workload and measurement on discharged planning format. The analysis was performed with chi square test. Most respondents have heavy workload as many as 40 respondents (64.5%). Most respondents do discharged implementation planning well as many as 48 respondents (77.4%). There is a correlation between nurses workload and documentation discharged planning at RSUD Ungaran (p: 0.025 <α: 0.05). Health services should immediately adjust the comparison between nurses and the workload accordingly so that the nurse work is balance on each room and can complete the task of documentation mainly on discharged planning implementation. Keywords: nurses workload, discharged planning References: 31 (2006-2014)
1
PENDAHULUAN Menurut National Council of Social Service/NCSS (2006) pengertian perencanaan pulang adalah suatu rencana pulang pada pasien yang ditulis di kertas yang merupakan tujuan dari perencanaan perawatan pasien, yang akhirnya bertujuan untuk memberdayakan klien untuk membuat keputusan dan berupaya untuk memaksimalkan potensi hidup secara mandiri, dan untuk memberdayakan pasien dengan melalui dukungan dan sumber-sumber yang ada dalam keluarga atau masyarakat. Perencanaan pulang pasien ini diperlukan untuk memberikan motivasi untuk mencapai kesembuhan pasien (Baron et al., 2008). Perencanaan pasien pulang sangat diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien di rumah sakit, sehingga perlu dipersiapkan dan dilakukan oleh perawat sedini mungkin. Perencanaan pulang pasien secara dini akan memberikan dampak terhadap pemendekan lama perawatan pasien di rumah sakit, dapat memberikan dampak pada penurunan kebutuhan rumah sakit, dapat menurunkan angka kekambuhan setelah mereka pulang dari rumah sakit, dan dapat memungkinkan intervensi rencana pulang dilakukan tepat waktu (Swansburg, 2005). Menurut Han, Barnard, dan Chapman (2009), yang menjelaskan bahwa perencanaan pulang adalah perencanaan pulang dengan keterlibatan dalam pendidikan pasien. Pasien dan pemberi pelayanan (orangtua, wali atau keluarga) dan atau orang lain yang penting juga harus aktif terlibat dan dikonsultasikan dalam perencanaan pemulangan pasien (NCSS, 2006). Pendapat lain dari Baron, et al. (2008), bahwa tanggung jawab terhadap perencanaan pulang di beberapa rumah sakit merupakan tanggung jawab staf keperawatan. Menurut Owyoung (2010), bahwa perawat juga bertanggung jawab untuk bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan di masyarakat, melakukan rujukan ke petugas kesehatan masyarakat. Hasil penelitian tersebut, penerapan discharged planning (DP) dengan menggunakan sistem informasi serta
dokumentasi DP yang dilakukan sejak awal pasien masuk, memberikan kemudahan bagi pasien serta memberikan pengalaman menjadi lebih terampil karena dikenalkan sejak pertama kali sehingga pasien atau keluarga dapat melakukan dan mendapatkan pendampingan selama di rumah sakit. Pelaksanaan kegiatan atau tindakan yang direncanakan dengan baik dapat menghasilkan keterampilan yang sepadan. Hal inilah yang seharusnya dilakukan dengan seksama oleh perawat terhadap semua pasien yang masuk ke rumah sakit, sehingga penggunaan DP menjadi lebih efektif dan dapat dilakukan dengan baik leh perawat terhadap pasien dan keluarga. Perawat di ruang rawat inap dalam satu shift rata-rata melakukan tindakan keperawatan kepada pasien sebanyak 45 kali. Jumlah tindakan tersebut tidak sebanding dengan tugas perawat yang harus dilakukan dalam menjalani pekerjaan. Beban kerja perawat dirasa berlebih dengan adanya tambahan tugas lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja perawat antara lain adalah: kondisi pasien, jumlah pasien, tingkat ketergantungan pasien serta waktu yang diperlukan untuk setiap tindakan keperwatan terhadap pasien baik secara langsung maupun tidak langsung (Hasibuan, 2010). Hal tersebut memicu munculnya kelelahan fisik dan kelelahan psikologis pada perawat. Kelelahan psikologis pada perawat yang terjadi adalah stres yang diakibatkan oleh banyaknya beban kerja yang harus diselesaikan oleh perawat. Faktor yang mempengaruhi beban kerja perawat adalah kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah rata-rata jam perawatan yang di butuhkan untuk memberikan pelayanan langsung pada pasien serta dokumentasi asuhan keperawatan (Hendianti, Somantri, & Yudianto, 2012). Akibat negatif dari permasalahan ini, kemungkinan pekerjaan lainnya tidak dapat diselesaikan tepat waktu. Beban kerja yang berlebihan ini sangat berpengaruh terhadap produktifitas tenaga kesehatan dan tentu saja berpengaruh terhadap produktifitas perawat. Perawat merasakan bahwa jumlah perawat 2
yang ada tidak sebanding dengan jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan. Kondisi ini dapat memicu munculnya stres kerja, karena semua pasien yang berkunjung secara tidak langsung menuntut mendapatkan pelayanan yang efektif dan efisien sehingga permasalahan yang dihadapi pasien segera terselesaikan. Hasil observasi pada dokumentasi untuk pasien pulang adalah tertera pada lembar dokumentasi yang berisi yaitu judul lembar dokumentasi adalah catatan untuk pasien pulang. Format isian pada dokumentasi adalah nama, nomer rekam medis, umur, jenis kelamin, alamat, ruang rawat, pengaruh rawat inap, antisipasi masalah, bantuan yang diperlukan, keberadaan pasien dirumah, penggunaan peralatan medis setelah pulang, alat bantu dirumah, nyeri kronis, kebutuhan edukasi, ketrampilan khusus setelah pulang dari rumah sakit. Hasil pengamatan terhadap 8 rekam medis pada discharged planing, didapatkan sebanyak 12,5% tidak terisi secara lengkap.setelah mewawancarai 8 perawat untuk pelaksanaan discharged planning sudah dilaksanakan tetapi dokumentasinya belum dilakukan semua, hanya 5 catatan medis yang didapatkan dokumentasi discharged planning. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara beban kerja perawat dengan dokumentasi discharged planning di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional yaitu mengkaji hubungan antara variabel, dengan tujuan mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan studi potong lintang (cross-sectional), yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2011). Desain penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara beban kerja perawat dengan dokumentasi discharged planning di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran. Penelitian ini dilakukan di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang. Penelitian dilakukan tanggal 3-6 agustus 2016. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat di ruang rawat inap RSUD Ungaran terdiri dari dari ruang cempaka 17 perawat, ruang Dahlia 16 perawat, ruang mawar 17 perawat, ruang melati 15 perawat, ruang bougenvile 16 perawat, dan ruang anggrek 11 perawat, jadi jumlah seluruhnya adalah 92 perawat. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling yaitu semua perawat yang bekerja di RSUD Ungaran dijadikan sebagai sampel. Alat pengumpulan data pada masingmasing variabel adalah lembar observasi. Lembar observasi tentang beban kerja dan tentang dokumentasi discharged planning. Lembar observasi tentang beban kerja dirancang dengan menggunakan metode pencatatan daily log, pengukuran waktu pakai stopwatch, sedangkan alat pengumpul data dokumentasi discharged planning adalah lembar isian terhadap kelengkapan discharged planning. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat yang dilakukan pada tiap variabel penelitian, yaitu pada variabel beban kerja dan dokumentasi discharged planning di RSUD Ungaran. Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan beban kerja perawat dengan dokumentasi discharged planning di RSUD Ungaran. Teknik analisis yang digunakan adalah Chi-Kuadrat. HASIL PENELITIAN A. Analisis Univariat 1. Gambaran beban kerja perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran. Tabel 4.1: Gambaran beban kerja perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran. Beban kerja perawat Ringan Berat Jumlah
Frekuensi
Persentase
22 40 62
35,5 64,5 100,0
Berdasarkan tabel 4.1, diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki beban kerja berat yaitu sejumlah 40 responden (64,5%). 3
2. Gambaran dokumentasi discharged planning di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran Tabel 4.2: Gambaran dokumentasi discharged planning di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran Dokumentasi discharged planning Kurang baik Baik Jumlah
Frekuensi
Persentase
14 48 62
22,6 77.4 100,0
Berdasarkan tabel 4.2, diketahui bahwa sebagian besar responden melakukan dokumentasi discharged planning dengan baik yaitu sejumlah 48 responden (77,4%). B. Analisis Bivariat Hubungan antara beban kerja perawat dengan dokumentasi discharged planning di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran. Tabel 4.3: Hubungan antara beban kerja perawat dengan dokumentasi discharged planning di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran. Beban kerja Ringan Berat Jumlah
Dokumentasi discharged planning Kurang Baik baik F % f % 9 40,0 13 59,1 5 12,5 35 87,5 14 22,6 48 77,7
Jumlah
P value
f % 22 100,0 0,025 40 100,0 62 100,0
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa responden yang memiliki beban kerja ringan, didapatkan sejumlah 13 responden (59,1%) melaksanakan dokumentasi discharged planing dengan baik, dan sejumlah 9 responden melaksanakan dokumentasi discharged planing dengan kurang baik. Sedangkan responden yang memiliki beban kerja berat, didapatkan sejumlah 35 responden (87,5%) melaksanakan dokumentasi discharged planing dengan baik dan sejumlah 5 responden melaksanakan dokumentasi discharged planing dengan kurang baik. Hasil uji statistik dengan uji chi square
didapatkan ada hubungan antara beban kerja perawat dengan dokumentasi discharged planning di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran (p: 0,025 < α: 0,05). PEMBAHASAN A. Analisis Univariat 1. Gambaran beban kerja perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki beban kerja berat yaitu sejumlah 40 responden (64,5%). Beban kerja tinggi pada perawat di RSUD Ungaran terjadi karena didapatkan perawat mengerjakan tindakan yang sebenarnya bukan tugas pokok perawat seperti persiapan obat, memberikan obat, memberikan oenjelasan tentang obat, membersihkan instrumen medis dan lain-lain. Jumlah tenaga non medis yang bertugas mengantarkan pasien ke ruangan juga masih terbatas jumlahnya. Selain itu jumlah tenaga perawat masih belum seimbang dengan jumlah pasien yang ada. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Haryanti (2014) bahwa beban kerja perawat di rumah sakit rata-rata sebanyak 66,89% dengan beban kerja maksimal 91,66% dan beban kerja minimal 21,33%. Beban kerja perawat adalah keadaan dimana perawat dihadapkan pada tugas atau pekerjaan yang harus diselesaikan selama bertugas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wijono (2009) bahwa beban kerja perawat adalah menyelamatkan kehidupan dan mencegah kecacatan sehingga pasien dapat hidup. Hal ini didukung oleh penelitian Jauhari (2005) bahwa standar beban kerja perawat senantiasa harus sesuai dengan asuhan keperawatan yang berorientasi pada kebutuhan pasien. Untuk menghasilkan pelayanan yang efektif dan efisien harus diupayakan 4
kesesuaian antara ketersediaan tenaga perawat dengan beban kerja yang ada. Hasil penelitian ini sama dengan yang disampaikan oleh Hay dan Oken (1972) dalam Lloyd (2007) yang menyampaikan bahwa beban kerja perawat tergolong berat. Beban kerja yang tergolong berat karena parawat dalam melakukan kegiatannya harus secara cermat, cepat dan tepat melakukan identifikasi setiap pasien yang datang karena dituntut dengan keberhasilan penyelamatan jiwa tergantung dari pelayanan yang diberikan serta beroriantasi pada keselamatan pasien. 2. Gambaran dokumentasi discharged planning di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian besar responden melakukan dokumentasi discharged planning dengan baik yaitu sejumlah 48 responden (77,4%). Perawat menyusun perencanaan pulang berupa strategi intervensi keperawatan berdasarkan urutan prioritas. Inti keperawatan mengacu pada tujuan perawatan dan mengutamakan kerja sama tim kesehatan dan memproses, menyusun strategi keperawatan atau intra yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah-masalah klien yang telah teridentifikasi dan telah dilakukan penanganan (Carpenito, 2009). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fadhilah (2012) yang menemukan bahwa sebagian besar dokumentasi perencanaan pulang diisi secara lengkap yaitu sebanyak 64 dokumen (59,3%) dan sebanyak 44 dokumen (40,7%) yang tidak lengkap. Rencana pulang adalah rencana yang disusun oleh perawat untuk kepentingan keperawatan bagi perawat yang nenuliskan dan perawat lainnya (Handayaningsih, 2007). Instruksi
keperawatan merupakan kegiatan spesifik perawat untuk membantu mencapai tujuan dengan pendekatan aktifitas. Komponen instruksi perawat mencakup waktu, tanggal dan jam. Kegiatan yang akan dilaksanakan dan tanda tangan perawat. B. Analisis Bivariat Hubungan antara beban kerja perawat dengan dokumentasi discharged planning di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sejumlah 13 responden (59,1%) dengan beban kerja ringan melaksanakan dokumentasi discharged planing dengan kurang baik, sedangkan sejumlah 35 responden (87,5%) melaksanakan dokumentasi discharged planing dengan baik. Hasil uji statistik dengan uji chi square didapatkan ada hubungan antara beban kerja perawat dengan dokumentasi discharged planning di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran (p: 0,025 < α: 0,05). Bekerja di ruang rawat inap dalam setiap kesempatan akan menemui pasien yang memiliki karakteristik yang bervariasi yang berdampak pada kondisi dan beban kerja yang berbeda. Untuk itu perawat harus peran sebagai tenaga serba bisa, memiliki inisiatif, berperilaku kreatif serta memiliki wawasan yang luas dengan motivasi kerja keras, cerdas, iklas dan kerja berkualitas. Jenis pasien yang dirawat di ruangan rawat inap rumah sakit dapat dipandang sebagai tuntutan terhadap pelayanan kesehatan jika tidak dikelola dengan baik maka akan berakibat terjadinya stress kerja (Boenisch dkk, 2004). Menurut Wijono (2009) bahwa faktor beban kerja termasuk di dalam stimulus fokal dimana secara langsung berhadapan dengan seseorang dan responnya segera. Perawat yang merasa beban kerjanya tinggi akan langsung berespon untuk beradaptasi dengan kondisi yang ada. Berbagai keluhan fisik yang dirasakan merupakan respon 5
kelelahan dari beratnya beban kerja. Pelaksanaan dokumentasi discharged planning oleh perawat tentunya membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Beban kerja perawat menjadi berat ditemukan pada perawat yang melakukan dokumentasi discharged planning. Discharged planing menjadi poin yang penting dalam menentukan sistem rujukan yang harus dijalani oleh pasien pasca rawat inap dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan asuhan keperawatan. Berbeda dengan perawat yang memiliki beban kerja ringan, hal ini dikarenakan perawat tidak melakukan dokumentasi discharged planning sehingga pada isiaan lembar kerja tidak ditemukan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanaan pengisian discharged planning. hal inisejalan dengan penelitian dari Rodrigues (2010) bahwa ada hubungan antara beban kerja dengan pelaksanaan pengisian discharged planning, semakin tinggi beban kerja maka semakin tinggi juga kelengkapan pengisian discharged planning pasien pulang. Menurut Manuaba (2010), akibat beban kerja yang terlalu berat dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik atau mental dan reaksi–reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit dimana pekerjaan yang terjadi karena pengulangan gerak akan menimbulkan kebosanan, rasa monoton. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secara potensial membahayakan pekerja. Beban kerja yang berlebihan atau rendah dapat menimbulkan stress kerja. Banyaknya pekerjaan yang melebihi kapasitas menyebabkan kondisi fisik
perawat mudah lelah dan mudah tegang. Pelayanan keperawatan di ruang rawat inap juga sangat kompleks, dimana membutuhkan kemampuan secara teknis dan pengetahuan yang lebih. Beban pekerjaan yang begitu banyak pemenuhan kebutuhan, penanganan masalah dan pada akhirnya sangat menguras energi baik fisik ataupun kemampuan kognitif. Kesimpulan 1. Sebagian besar responden memiliki beban kerja berat yaitu sejumlah 40 responden (64,5%). 2. Sebagian besar responden melakukan dokumentasi discharged planning dengan baik yaitu sejumlah 48 responden (77,4%). 3. Ada hubungan antara beban kerja perawat dengan dokumentasi discharged planning di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran (p: 0,025 < α: 0,05). Saran 1. Bagi pelayanan keperawatan Hendaknya segera melakukan penyesuaian perbandingan antara rasio perawat dengan beban kerja yang sesuai sehingga beban kerja perawat merata pada setiap ruangan dan dapat menyelesaikan tugas pendokumentasian terutama pada pelaksanaan discharged planning. 2. Manfaat bagi pendidikan dan perkembangan ilmu keperawatan. Hendaknya hasil penelitian ini dapat ditindaklanjuti dengan memperhatikan aspek kelengkapan dokumentasi discharged planning yang mendukung perawatan pasien selanjutnya pasca rawat inap. 3. Manfaat bagi penelitian Hendaknya dilakukan penelitian yang mendukung dengan memperhatikan pengelolaan sumber daya perawat yang sesuai dengan perbandingan pasien yang ada di rumah sakit.
6
DAFTAR PUSTAKA Baron, M., Erlenbusch, B., Moran, C.F., O’Connor, K., Rice, K., & Rodriguez, J. (2008). Best practices manual for discharge planning: Mental health & substance abuse facilities, hospitals, foster care, prisons and jails. Los Angeles: Coalition to hunger & homelessness. Bauer, M., Fitzgerald, L., Haesler. E., & Manfrin, M. (2009). Hospital discharge planning for frail older people and their family. Are we delivering best practice? A review of the evidence. J Clin Nurs, Volume 18 (18)x, 2539-2546. Black, Joyce M, & Hawk, J. H. (2009). Medical Surgical Nursing. Clinical Management for Positif Outcomes. Philadelphia: Saunders: Elsevier. Carpenito, L.J. (2011). Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis. Jakarta: EGC. Han, C.Y., Barnard, A., & Chapman, H. (2009). Emergency department nurses’ understanding and experiences of implementing discharge planning. Journal of Advanced Nursing, 65 (6), 1283–1292. Publisher: Wiley-Blackwell. Hasibuan, Yusdarli. (2010). Hubungan Kelelahan Kerja dan Kepuasan Kerja dengan Produktivitas Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai. (Skripsi), Universitas Sumatera Utara, Medan. Hendianti, Gian Nurmaindah, Somantri, Irman, & Yudianto, Kurniawan. (2012). Gambaran Beban Kerja Perawat Pelaksana Unit Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung (Skripsi), Universitas Padjadjaran, Bandung.
Gambaran Beban Kerja Perawat Pelaksana Unit Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung (Skripsi), Universitas Padjadjaran, Bandung. Huber, D.L. (2006). Leadership and Nursing Care Management ((3rd ed.) ed.). Elsevier: Elsevier. Luthans, Fred. (2006). Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Andi Offset. National Council of Social Service/NCSS. (2006). Care and discharge planning: A guide for service providers. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktek Keperawatan Keperawatan Profesional (Edisi 2 ed.). Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. (2008). Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan metodologi penelitian. Jakarta: Salemba Medika. Owyoung, P. (2010). Role of a nurse in discharge planning. Diperoleh dari http://www.ehow.com. Tanggal 1 Agustus 2016 Polit, DF, & Beck, CT. (2012). Nursing research: generating and assessing evidence for nursing practice. Philadelphia: LippincottWolter Kluwer Potter, PA, & Perry, AG. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik (Edisi 4 ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Potter, PA, & Perry, AG. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik (Edisi 4 ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hendianti, Gian Nurmaindah, Somantri, Irman, & Yudianto, Kurniawan. (2012). 7
Robbins, S.P. (2009). Organizational behavior (Tenth Edition ed.). New Jersey: Pearson Education, Inc. Rofi'i, Muhamad. (2011). Analisis Faktorfaktor yang mempengaruhi pelaksanaan perencanaan pulang pada perawat di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. (Magister), Universitas Indonesia, Jakarta. Shepperd, S., Parkes, J., McClaren, J., & Phillips, C. (2010). Discharge planning from hospital to home. Cochrane Database Syst Rev. 2004;(1):CD000313. Review. Update in: Cochrane Database Syst Rev. 2010;(1):CD000313. PubMed PMID: 14973952. Sitorus, Ratna. (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sugiyono. (2010). Metode Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Penelitian
Sunyoto, Munandar Ashar. (2008). Psikologi Industri dan Organisasi (cetakan ke 8 ed.). Jakarta: UI-Press. Swansburg, R. C. . (2005). Pengantar kepemimpinan dan manajemen keperawatan untuk perawat klinis (Terjemahan Ed.). Jakarta: EGC. Tomura, H, Yamamoto, M.N, Nagata, Murashima, S.,, & Suzuki, S. (2011). Creating an agreed discharge: discharge planning for clients with high care needs. J Clin Nurs. PubMed. 2011, Volume Feb; 20 (3-4), 444453. doi: Doi: 10.1111/j.13652702.2010.03556.x. PMID: 21219523.
8