Jurnal Sagacious Vol. 3 No. 1 Juli-Desember 2016 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PERKEMBANGBIAKAN MAKHLUK HIDUP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING SISWA KELAS VI SDN 1 TANJUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Hj. Saufiah Sekolah Dasar Negeri 1 Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar mata pelajaran IPA materi Perkembangbiakan Makhluk Hidup melalui model pembelajaran Reciprocal Teaching. Reciprocal Teaching merupakan model pembelajaran melalui kegiatan mengajarkan teman. Siswa berperan sebagai guru menggantikan peran guru untuk mengajarkan teman-temanya. Empat strategi dasar yang terlibat dalam proses pembelajaran reciprocal teaching yaitu; merangkum (summarizing), menyusun pertanyaan (questioning), menjelaskan (clariflying), memprediksi (predicting). Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SDN 1 Tanjung Kecamatan Tanjung dengan dua siklus tindakan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN 1 Tanjung yang berjumlah 7 orang terdiri dari 5 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pembelajaran perkembangbiakan makhluk hidup. Aktivitas siswa siklus I pertemuan 1 adalah 59.89% meningkat pada pertemuan 2 menjadi 69.23%. Siklus II pertemuan 1 meningkat menjadi 79.40% dan pada pertemuan 2 mencapai 81.59%. Hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata siklus I pertemuan 1 adalah 60 dengan ketuntasan klasikal 57.14% meningkat pada pertemuan 2 menjadi 65.71 dengan ketuntasan klasikal 71.43%. Siklus II pertemuan 1 meningkat lagi menjadi 77.14 dengan ketuntasan klasikal 85.71% hingga pertemuan 2 mencapai 85.71 dengan ketuntasan klasikal mencapai 100%. Kesimpulan penelitian ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching dalam pembelajaran IPA materi perkembangbiakan makhluk hidup dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar, IPA, Perkembangbiakan Makhluk Hidup, Model Pembelajaran Reciprocal Teaching PENDAHULUAN Suatu hal yang terpenting yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah metode mengajar, dari berbagai metode yang ada guru dapat memilih yang paling tepat untuk dapat menunjang keberhasilan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran. Dari metode mengajar yang ada pada penerapanya di kelas siswa dapat belajar secara individual maupun belajar bersama secara gotong royong (cooperatif learning), merupakan hal yang sangat penting untuk membantu guru dalam ketepatan berbuat dan memilih metode mengajar yang digunakan secara tepat, mengingat bahwa semua metode yang ada mempunyai keunggulan dan kekurangan untuk diterapkan. Sehubungan dengan hal tersebut, kenyataan yang terjadi di kelas VI SDN 1 Tanjung menunjukkan adanya permasalahan pada aktivitas dan hasil belajar IPA materi perkembangbiakan makhluk hidup. Siswa pada saat kegiatan pembelajaran kurang memperhatikan pelajaran dan bersikaf pasif dan
juga nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada tahun pelajaran sebelumnya di bawah standar minimal dari 10 orang siswa hanya 5 orang yang memenuhi standar KKM 67. Dari data tersebut diketahui bahwa siswa yang dianggap tuntas secara klasikal hanya 50% dan belum tuntas sekitar 50%. Menurut Palinscar dan Brown (Semiawan dan Munandar, 2008:89) Reciprocal teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang memiliki manfaat agar tujuan pembelajaran tercapai melalui kegiatan belajar mandiri dan peserta didik mampu menjelaskan temuanya kepada pihak lain. Reciprocal teaching merupakan strategi belajar melalui kegiatan mengajarkan teman. Siswa berperan sebagai guru mengantikan peran guru untuk mengajarkan teman-temanya. Strategi utama dalam reciprocal teaching: merangkum (summarizing), menyusun pertanyaan (questioning), menjelaskan (clariflying), memprediksi (predicting). 31
Jurnal Sagacious Vol. 3 No. 1 Juli-Desember 2016 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatkan aktivitas guru, siswa, dan hasil belajar dalam pembelajaran IPA materi perkembangbiakan makhluk hidup menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching siswa Kelas VI SDN 1 Tanjung tahun pelajaran 2015/2016. TINJAUN PUSTAKA Tahap Perkembangan Anak Para ahli mengemukakan berbagai macam pembagian periode atau tahap perkembangan yang berbeda-beda. Salah satu pembagian periode perkembangan yang dikemukakan oleh Hurlock (dalam Kurnia, 2007:7) adalah periode pralahir, periode bayi, periode anak awal (awal dan akhir), periode remaja (awal dan akhir), serta periode dewasa (dewasa dini, usia madya, dan usia lanjut). Peralihan periode perkembangan sebelumnya ke periode berikutnya ditandai oleh gejala keseimbangan dan ketidakseimbangan yang terjadi pada setiap individu. Apabila individu telah mampu mengadakan penyesuaian dirinya dengan perkembangan yang terjadi, maka terbangunlah suatu keseimbangan (equilibrium). Selanjutnya, individu berupaya melepaskan diri dari ketergantungan nya dengan lingkungan atau keadaan sebelumnya untuk mencari sesuatu yang lebih baru sehingga terjadi keadaan ketidakseimbangan (disequilibrium). Hal ini terjadi secara berkelanjutan dalam perkembangan kehidupan seseorang (Kurnia, 2007:13). Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah antara lain ditentukan oleh ketepatan pemahaman guru terhadap perkembangan siswa. pemahaman terhadap perkembangan siswa tersebut, dapat menjadi dasar bagi pengembangan strategi dan proses pembelajaran yang membantu murid mengembangkan perilaku-perilakunya yang baru. Dengan demikian pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan perkembangan anak SD dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD, dan untuk menentukan waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak itu sendiri serta merancang pembelajaran yang efektif. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Menurut Depdiknas (2006) mata pelajaran IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA 32
bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta- fakta, konsep- konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari proses pembelajarannya menekankan pada pemberian langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Mahdi (2006:23) rung lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek (1) Makhluk hidup dan proses kehidupan yaitu: manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan; (2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas; (3) Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana; (4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-benda langit lainnya. Penelitian ini dalam pelaksanaan pembelajarannya tentang materi perkembangbiakan makhluk hidup. Perkembangbiakan hewan ada dua cara, yaitu perkembangbiakan secara kawin (seksual/generatif) dan tidak kawin (aseksual/vegetatif). Perkembangbiakan hewan secara vegetatif adalah perkembangbiakan tanpa melalui perkawinan. Jadi, hanya dibutuhkan satu induk saja untuk berkembangbiak. Individu yang dihasilkan memiliki sifat persis seperti induknya. Perkembangbiakan hewan secara vegetatif ada dua macam, yaitu tunas dan fragmentasi. Membelah diri dan fragmentasi, contoh: organisme yang membelah diri, protozoa, alga biru (bakteri). Sedangkan fragmentasi yaitu dengan cara memotong-motong tubuhnya, contoh: algae (ganggang) dan planaria (cacing pipih). Tunas, contoh: Hydra dan ragi (Saccharomyces). Perkembangbiakan generatif pada hewan meliputi perkembangbiakan dengan konjungsi dan pleburan dua sel gamet. Konjugasi, yaitu perkembangbiakan secar kawin pada organisma yang belum jelas alat kelaminnya, contohnya Spirogyra, sedangkan Peleburan dua sel gamet, dapat terjadi pada hewan yang telah memiliki alat kelamin tertentu, sebagai contoh pada cacing tanah terjadi perkawinan silang antara dua cacing yang kawin. Cacing A dibuahi oleh
Jurnal Sagacious Vol. 3 No. 1 Juli-Desember 2016 sperma dari cacing B, sedangkan cacing B dibuahi oleh sperma dari cacing A. cacing tanah tergolong hewan hermafrodit yang memiliki alat kelamin jantan dan betina pada satu tubuh. Selain cacing tanah yang tergolong hermafrodit antara lain cacing pita, siput darat dan bekicot. Sutanto (2006:19) berdasarkan tempat terjadinya, pembuahan pada hewan dibedakan atas pembuahan luar dan pembuahan dalam. Perkembangbiakan hewan secara generatif ada tiga, yaitu bertelur (ovivar), melahirkan (vivipar), serta bertelur dan melahirkan (ovovovipar). Menurut Sutanto (2006:28), perkembangbiakan pada tumbuhan dapat dibedakan menjadi (1) perkembangbiakan vegetatif pada tumbuhan terdiri dari vegetatif alami, tanpa bantuan manusia yaitu rhizoma atau akar rimpang; umbi lapis; umbi batang; umbi akar; geragih atau stolon; tunas yang dapat tumbuh menjadi tanaman baru yang tidak jauh dari induknya dan akhirnya membentuk rumpun seperti pisang, bambu dan tebu; vegetatif buatan, dengan bantuan manusia seperti; mencangkok, menempel atau okulasi, menyambung, stek, dan merunduk; (2) Perkembangbiakan Generatif pada Tumbuhan. Menurut Muhtar (2006:56) bunga pada tumbuhan mengandung alat-alat perkembangbiakan. Bagian-bagian dari bunga antara lain: dasar bunga, kelopak, mahkota, sari dan putik. Mahkota dan kelopak bunga merupakan alat perhiasan bunga yang umumnya berwarna warni. Sedangkan sari dan putik merupakan alat kelamin bunga. Benang sari meliputi kepala sari dan tangkai sari. Pada kepala sari terdapat kotak sari yang di dalamnya terdapat serbuk sari. Putik terdiri atas kepala putik, tangkai putik dan bakal buah. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Pujiastuti (2004:22) menjelaskan bahwa model pembelajaran Reciprocal Teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang memiliki manfaat agar tujuan pembelajaran tercapai melalui kegiatan belajar mandiri dan peserta didik mampu menjelaskan temuanya kepada pihak lain. Reciprocal Teaching merupakan model pembelajaran melalui kegiatan mengajarkan teman. Siswa berperan sebagai guru menggantikan peran guru untuk mengajarkan teman-temanya. Empat strategi dasar yang terlibat dalam proses pembelajaran reciprocal teaching yaitu: merangkum (summarizing), menyusun pertanyaan (questioning), menjelaskan (clariflying), memprediksi (predicting). Masing-masing
strategi tersebut dapat membantu siswa membangun pemahaman terhadap apa yang sedang dipelajarinya. Marfuah (2010:43) menjelaskan bahwa pada model pembelajaran reciprocal Teaching ini siswa dilatih untuk memahami suatu materi dan memberi penjelasan pada teman sebayanya, sehingga para ahli menyebut reciprocal teaching ini sebagai peer practice (latihan dengan teman sebayanya). Pada pembelajaran tersebut guru berperan sebagai fasilitator yang melakukan bimbingan secara bertahap atau scaffolding. Scaffolding adalah bantuan yang diberikan oleh guru atau pun siswa kepada siswa lainya untuk belajar dan menyelesaikan masalah. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan, penguraian masalah kedalam langkah-langkah pemecahan, pemberian contoh, dan tindakan-tindakan lainya yang memungkinkan siswa itu belajar mandiri. Scaffolding perlu diberikan agar siswa atau kelompok siswa yang lambat dalam memahami suatu materi bisa mengikuti pembelajaran secara lancar dan tidak tertingal dalam kelompok lain. Scaffolding juga bermanfaat untuk meluruskan pemahaman konsep. Adanya scaffolding, kemampuan aktual siswa yaitu kemampuan yang mampu dicapai oleh siswa dengan belajar sendiri dapat berkembang dengan tinggi dan lebih baik sehingga dicapai kemampuan potensialnya. Scaffolding mampu membantu siswa mengembangkan kemampuan aktualnya menjadi kemampuan potensial (Marfuah, 2010: 52). Wardison (2009:12) dalam penerapan reciprocal teaching materi pembelajaran dipelajari setahap demi setahap, namun demikian pengetahuan tidak langsung diberikan semuanya kepada siswa. Siswa diberikan stimulus awal, dengan adanya tahap-tahapan dalam reciprocal teaching seperti, merangkum, membuat pertanyaan, menjelaskan dan membuat prediksi. Siswa diarahkan untuk bisa mengembangkan stimulus awal tersebut untuk mendapatkan ide-ide dan pengetahuaan. Selanjutnya Wardison (2009:21) menjelaskan bahwa untuk menentukan siswa yang berperan sebagai ketua kelompok, bisa dilakukan dengan kebijakan guru, misalkan dilakukan dengan acak. Pemilihan secara acak akan membuat siswa merasa mendapat tantangan untuk bisa berperan sebagai ketua kelompok. Tantangan tersebut akan membuat siswa mempelajari dan lebih memahami materi serta mengembangkan pengetahuan yang telah didapatnya. Namun 33
Jurnal Sagacious Vol. 3 No. 1 Juli-Desember 2016 demikian tantangan tersebut harus dikemukakan secara bijaksana oleh guru, jangan sampai hal tersebut menjadikan siswa terlalu tertekan sehingga malah menggangu kosentrasi belajar. Menurut Brown (1999) yang dikutif Pujiastuti (2004:23) pada reciprocal teaching/pembelajaran berbalik, kepada para siswa diajarkan 4 strategi pemahaman mandiri yang spesifik dengan langkah-langkah (1) Siswa mempelajari materi yang ditugaskan guru secara mandiri, selanjutnya merangkum/meringkas materi tersebut; (2) Siswa membuat pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang diringkasnya. Pertanyaan ini diharapkan mampu mengungkap penguasaan atas materi yang bersangkutan; (3) Siswa mampu menjelaskan kembali isi materi tersebut kepada pihak lain; (4) Siswa dapat memprediksi kemungkinan pengembangan materi yang dipelajarinya saat itu. Brown (1999) yang dikutif Pujiastuti (2004:33), Langkah-langkah model pembelajaran Reciprocal Teaching adalah (1) Guru memberi materi pelajaran berbentuk bacaan, misalnya buku paket atau yang lainya; (2) Guru memberikan informasi tentang apa yang akan dilakukan siswa sebelum menyampaikan materi, untuk melakukan keempat keterampilan merangkum, bertanya, menjelaskan, dan memprediksi; (3) Guru menyampaikan materi pelajaran sebagai bekal awal bagi siswa; (4) Guru menugaskan siswa yang pintar menjadi guru untuk menjelaskan materi kembali apa yang dijelaskan guru pada kelompoknya; (5) Guru memotivasi siswa lain untuk bertanya pada siswa yang sedang menjelaskan; (6) Guru memerintahkan kelompok yang lain untuk memperhatikan kelompok yang sedang menjelaskan apabila siswa yang sedang menjelaskan tidak bisa menjelaskan guru membantu siswa tersebut; (7) Guru menugaskan siswa secara kelompok membuat rangkuman materi pelajaran; (8) Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil rangkumannya; (9) Siswa menanggapi hasil presentasi Azis (2007:113) mengungkapkan bahwa kelebihan model pembelajaran Reciprocal Teaching antara lain (1) Mengembangkan kreativitas siswa; (2) Memupuk kerjasama antara siswa; (3) Menumbuhkan bakat siswa terutama dalam berbicara dan mengembangkan sikap; (4) Siswa lebih memperhatikan pelajaran karena menghayati sendiri; (5) Memupuk keberanian berpendapat dan berbicara di depan 34
kelas; (6) Melatih siswa untuk menganalisa masalah dan mengambil kesimpulan dalam waktu singkat; (7) Menumbuhkan sikap menghargai guru karena siswa akan merasakan perasaan guru pada saat mengadakan pembelajaran terutama pada saat siswa ramai atau kurang memperhatikan; (8) Dapat digunakan untuk materi pelajaran yang banyak dan alokasi waktu yang terbatas. Azis (2007:120) menjelaskan adanya kelemahan model pembelajaran Reciprocal Teaching antara lain (1) Adanya kurang kesungguhan para siswa yang berperan sebagai guru menyebabkan tujuan tak tercapai; (2) Pendengar atau siswa yang kurang berperan sering mentertawakan tingkah laku siswa yang menjadi guru sehingga merusak suasana.
METODOLOGI Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yaitu “suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki dimana praktek-praktek pembelajaran dilaksanakan (Karwonno, 2008:43). Lokasi penelitian ini adalah SDN 1 Tanjung yang beralamat di Jalan Jenderal Basuki Rahmat RT XI Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong dengan subyek siswa kelas VI yang berjumlah 7 orang, yang terdiri dari 5 orang siswa laki-laki dan 2 orang siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester 1 bulan September sampai dengan November tahun pelajaran 2015/2016. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru dalam pembelajaran pertemuan 1 rata-rata aktivitas guru adalah 57.69% dan pada pertemuan 2 meningkat menjadi 71.15%, namun hal ini belum memenuhi indikator penelitian sehingga perlu ditingkatkan lagi pada siklus II. Pada siklus II, rata-rata aktivitas guru pada pertemuan 1 mencapai 75% dan pertemuan 2 mencapai 84.62%, dimana aktivitas guru dalam siklus II meningkat dibandingkan dengan siklus I. Rendahnya aktivitas guru pada siklus I ini disebabkan model pembelajaran Reciprocal Teaching yang diterapkan relatif baru bagi guru sehingga perlu penyesuaian dalam pelaksanaannya. Namun pada siklus II baik
Jurnal Sagacious Vol. 3 No. 1 Juli-Desember 2016 pertemuan 1 maupun pertemuan 2 aktivitas guru meningkat dan telah memenuhi indikator penelitian yang diharapkan. Hasil pengamatan observer terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran, diperoleh bahwa pada siklus I pertemuan 1 baru mencapai 59.89% dan pertemuan 2 meningkat menjadi 69.23%, namun hasil ini belum memenuhi indikator penelitian karenanya perlu ditingkatkan pada Siklus II. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II pertemuan 1 mencapai 79.40% dan pertemuan 2 mencapai 81.59% dimana hasil ini telah memenuhi indikator penelitian sesuai yang diharapkan. Aktivitas siswa siklus I memang belum maksimal karena model pembelajaran Reciprocal Teaching masih asing bagi mereka, sebagian besar siswa merasa bingung dan ragu-ragu dalam melakukan tugas dan kegiatannya. Ada juga siswa yang tidak punya keberanian untuk melaksanakan perannya dan masih bingung serta malu-malu. Padahal mereka harus belajar berperan sebagai guru menjelaskan kepada teman-temannya. Ada pula siswa yang tidak berperan sebagai guru mentertawakan aktivitas temannya yang berperan sebagai guru. Namun setelah siklus II aktivitas siswa jauh meningkat karena pelaksanaan model pembelajaran ini berjalan lebih baik. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi perkembangbiakan makhluk hidup siklus II meningkat dibandingkan dengan hasil belajar siswa siklus I. Siklus I memperoleh hasil belajar rendah karena aktivitas siswa dan guru belum maksimal dan belum sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah ditetapkan. Siklus II semuanya dapat diperbaiki sehingga hasil belajar siswa pun meningkat. Siklus I pertemuan 1 rata-rata hasil belajar siswa hanya mencapai 60 dengan ketuntasan klasikal hanya mencapai 57.14%, sedangkan pada pertemuan 2 rata-rata hasil belajarnya meningkat menjadi 65.71 dengan ketuntasan klasikal 71.43%. Hasil belajar siklus II pertemuan 1 meningkat lagi mencapai 77.14 dengan ketuntasan belajar klasikal mencapai 85.71% dan meningkat lagi rata-rata hasil belajarnya pada pertemuan 2 menjadi 85.71 dengan ketuntasan klasikal sudah maksimal yaitu 100%. Semua tindakan yang dilakukan mencakup aktivitas guru, siswa dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari setiap siklusnya. Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Dengan
menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching dalam pembelajaran IPA materi perkembangbiakan makhluk hidup, Indikator keberhasilan yang telah ditetapkan telah tercapai dimana aktivitas guru mencapai 84.62% dengan kategori sangat baik, aktivitas siswa mencapai 81.59% dengan kategori sangat baik, ketuntasan klassikal mencapai 100%. Keberhasilan penelitian ini membuktikan bahwa proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA materi perkembangbiakan makhluk hidup siswa kelas VI SDN 1 Tajung Tahun Pelajaran 2015/2016. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah penggunaan model pembelajaran reciprocal teaching dapat meningkatkan aktivitas guru, siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi perkembangbiakan makhluk hidup siswa Kelas VI SDN 1 Tanjung Tahun Pelajaran 2015/2016. Disarankan dalam menerapkan model pembelajaran guru harus selektif yang sesuai dengan karakteristik siswa dan budaya bangsa. Selanjutnya untuk mengatasi masalah pembelajaran hendaknya guru lebih kreatif dan inovatif dengan berusaha belajar sepanjang hayat sehingga memperoleh teori yang tepat dan sesuai dengan masalah yang dihadapi. DAFTAR RUJUKAN Azis, A. (2007). Model Pembelajaran Kooperatif. Bandung: Tarsito. Depdiknas. (2006). IPA Sekolah Dasar. Jakarta: Dirjen Dikdasmen. Emi, P. (2004). Strategi Pembelajaran Reciprocal Teaching. Malang: Universitas Negeri Malang. Karwonno. (2008). Penelitian Ilmiah dan Sosial. Jakarta: Rineka Cipta Kunandar. (2008). Penelitian Tindakan Sekolah. Bandung: Tarsito. Kurnia. (2007). Psikologi Perkembangan. Bandung: Tarsito. Mahdi. (2006). Pendalaman Materi IPA Jilid 6. Jakarta: Bukit Persada. Marfuah. (2010). Strategi Pembelajaran Bermutu. Jakarta: Rineka Cipta Muhtar. (2006). Biji Disemai Menuai Buah. Jakarta: Rineka Cipta. Semiawan & Munandar. (2008). Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah
35
Jurnal Sagacious Vol. 3 No. 1 Juli-Desember 2016 Menengah. Petunjuk bagi Guru dan Orang Tua. Jakarta: Gramedia. Suharsimi. (2006). Pengantar Penelitian Pendidikan. Jakarta: Gramedia.
36
Sutanto. (2006). Perkembangbiakan Makhluk Hidup. Jakarta: Karunika, Universitas Terbuka. Wardison. (2009). Lingkungan Belajar yang Menyenangkan. Jakarta: Bukit Persada.