Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Seni Rupa
HINDIA MOLEK Nama Mahasiswa : Aditya Lingga
Nama Pembimbing : Deden Hendan Durahman, M.Sch
Program Studi Sarjana Bidang Seni Rupa, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email:
[email protected]
Kata Kunci : Landscape, Mooi Indie, Budaya Kontemporer
Abstrak Hindia Molek atau Mooi Indie merupakan sebuah sebutan bagi gaya seni lukis pemandangan alam yang berkembang mulai dari tahun 1930-an di Indonesia. Gaya tersebut digeluti oleh seniman-seniman Indonesia yang memiliki tingkat kecintaan serta nasionalisme yang tinggi terhadap eksotisme alam Indonesia. Manusia tidak dapat lepas dari alam sebagai lingkungan tempat mereka tinggal. Manusia merupakan bagian dari alam, yang memiliki hubungan yang berkesinambungan antara satu dengan yang lainnya. Pada akhirnya, manusia memiliki kebutuhan untuk lebih dekat dengan alam. Dalam era globalisasi di masa kini, kebutuhan untuk lebih dekat dengan alam telah dapat diatasi dengan kemutakhiran teknologi. Akses menuju dunia maya yang dapat ditempuh dalam tempo waktu yang relatif singkat telah dapat menyediakan berbagai macam gambar pemandangan alam yang dapat memuaskan manusia secara instan. Dengan adanya peranan teknologi dalam hidup manusia serta hubungannya dengan alam, maka kedekatan manusia terhadap lingkungan alam dan sekitarnya menjadi dipertanyakan. Di satu sisi, teknologi berperan sebagai pengisi kebutuhan manusia akan keasrian alam, namun di sisi lain, ia juga dapat menjadi jarak antara manusia dengan alam. Bagi golongan yang tumbuh besar bersamaan dengan kecanggihan teknologi, hal ini menjadi problematika tersendiri ketika manusia pada akhirnya mencari sisi yang sejati mengenai hubungannya dengan keindahan alam pada realitas yang sebenarnya. Dalam karya tugas akhir ini, penulis merespon fenomena yang terjadi ketika manusia tumbuh besar bersamaan dengan teknologi, khususnya pengaruhnya terhadap kedekatan manusia dengan lingkungan alamnya. Karya merupakan bentuk baru dari Mooi Indie. Dalam karya ini, gambar yang tersaji adalah gambaran pemandangan alam yang telah dicerna, direkonstruksi, serta digambarkan dalam bentuk-bentuk yang baru, yang diasumsikan lebih sesuai dengan kehidupan manusia di masa kini.
Abstract Mooi Indie is a name of a style of landscape painting which has been grow since 1930’s. This style has been adopt by many artists in Indonesia whom have a high level of nationalism and a obsessed with the natural beauty of Indonesia. Human cannot be separated from the nature as they habitat to live and grown up. Human was a part of the nature, which basically, has an everlasting relationship each other. In the end, human being have a need to get closer to the nature. In the present era of globalization, the needs of getting closer to the nature can be solved by the blitz of technology. The access into the virtual world which can be reached just by several minutes has been able to provide a wide range of landscape images that can satisfy people instantly. With the role of technology in human life and its relation with nature, the closeness of humans to the natural living environtment are becoming questionable. On the one hand, technology acts as a filler for human need of natural beauty, but on the other hand, it can also gives an empty space, even a separator between human and nature. For the people who had grow along with the advanced of technology, this can be a problem when people finally reached for the truth of the relationship between human and nature in the reality. In this final artwork, I am giving a respond to the fenomena which had happened when human grown along with technology in their life, especially in the theme of the relation between human and their closeness to the natural environtment. The artwork is a new form of the Mooi Indie painting’s style. In this artwork, the image presented are an image of a landscape that has been digested, reconstructed, and described in the new forms, which are assumed to be more in line with the people living’s style in the present.
1. Pendahuluan Secara harfiah, ruang merupakan suatu kuantitas mutlak yang ada tanpa memperhatikan keberadaan atau distribusi materi dalam semesta. Ruang juga merupakan suatu tempat berbagai komponen lingkungan hidup menempati dan melakukan proses yang saling mempengaruhi (interaksi), saling berhubungan (interelasi) dan saling ketergantungan (interdepensi) sehingga antara ruang dan komponen lingkungan menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Lingkungan sebagai kesatuan ruang dari berbagai komponen hidup yang terdiri dari semua benda dan kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya, yang terdapat dalam ruang tempat manusia berada dan mempengaruhi hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya. Lingkungan merupakan suatu bentuk dari realita. Manusia, tidak lepas dari lingkungan hidupnya sebagai ruang tempat mereka lahir dan tumbuh besar, juga sebagai ruang berbagai kejadian yang memiliki interelasi satu sama lainnya. Sebagai generasi terkini, penulis menemukan beberapa kejanggalan ketika sedang berkaca kembali terhadap lingkungan hidup diri. Penulis tumbuh dalam era globalisasi, dimana teknologi sudah sangat memudahkan kehidupan manusia. Berbagai kesibukan kehidupan perkotaan sudah menjadi keakraban dari semenjak masa kanak-kanak, terbiasa tumbuh dengan hal-hal yang taktis, canggih, efisien, dan dipenuhi oleh fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh perkembangan teknologi seperti perangkat elektronik, berbagai macam perkakas, sampai dengan ilmu pasti yang dipelajari semenjak tingkat dasar. Kegiatan sehari-hari yang biasa dijalani pun pada akhirnya menjadi sebuah pola yang teratur dan sistematis, terjadwal sesuai dengan rencana yang disusun oleh manusia. Penulis menjadi bagian dari sebuah sistem besar yang berjalan secara dinamis serta terbiasa untuk hidup dengan pola yang telah terbentuk. Zaman telah berkembang dengan cepatnya, sampai hingga telah menyuapi manusia dengan fasilitasnya.Terbiasa menikmati fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh zaman, terkadang penulis lupa akan inti dari sebuah proses yang sesungguhnya. Dunia yang serba cepat menimbulkan kebutuhan akan relaksasi. Sebuah penyegaran, atau jeda waktu untuk menikmati hal-hal yang bersifat alamiah telah menjadi kebutuhan primer dalam beberapa waktu ke belakang. Dalam hal ini, penulis memutuskan untuk mendekatkan diri kepada alam untuk mencari sebuah ketenangan dari unsur estetis yang terdapat di dalamnya. Sebuah pemandangan hijau pada akhirnya dapat menjadi penyegar mata yang dapat me-restart diri, sebuah intermeso agar kembali menjalani aktivitas dengan segar. Dengan menggunakan teknologi dijital serta perkembangan dunia maya, penulis dapat mengakses sebuah gambar pemandangan alam dalam waktu yang relatif singkat, serta dapat memilih gambar dengan kualitas yang cukup tinggi, baik dari segi keindahan objek alam di dalamnya, komposisi, resolusi yang diberikan, bahkan sampai dengan teknik fotografi sempurna yang terdapat pada gambar tersebut. Dalam beberapa hal ini, kebutuhan akan alam beserta representasinya seakan sudah terpenuhi tanpa harus berinteraksi langsung dengan alam itu sendiri. Terbiasa dengan pola hidup instan, penulis mulai merasakan berkurangnya kualitas yang didapatkan ketika mencoba untuk menyatu dengan alam. Penulis tidak memahami apa sesungguhnya yang terkandung dalam alam semesta ini, serta apa saja proses yang terdapat di dalamnya. Yang diketahui hanyalah hasil akhirnya yang berupa sebuah pemandangan yang indah, layaknya lukisan Mooi Indie pada jaman terdahulu. Berbagai macam proses telah dilewati begitu saja, tanpa pemaknaan lebih sehingga sekalipun berdiri ditengah-tengah hamparan pemandangan alam yang luas, kemungkinan penulis tidak dapat menemukan makna yang sesungguhnya dari keindahan alam tersebut. Atas dasar asumsi ini, penulis menjadi bertanya-tanya sampai kapankah manusia dapat bertahan dengan pola hidup seperti ini. Penulis dihantui ketakutan akan berkurangnya kualitas dalam diri manusia dalam hubungannya dengan alam. Berangkat dari pemikiran ini, penulis membuat karya tugas akhir seni rupa, sekaligus juga sebagai upaya untuk melakukan penelitian mengenai hubungan manusia dan alam di masa kini.
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 2
Aditya Lingga
2. Proses Studi Kreatif
Hindia Molek
Landasan Teori
Rumusan Masalah 1. 2.
3.
Bagaimana cara untuk mendapatkan ketenangan yang sesungguhnya dari keindahan alam? Bagaimana cara menggambarkan kebutuhan manusia akan kembali ke alam dalam cara yang lebih sesuai di zaman sekarang dalam bentuk karya seni? Bagaimana cara untuk melukiskan kembali pemandangan alam bergaya Mooi Indie dalam bentuk baru?
1. Literatur seni lanskap 2. Literatur tentang Modernisme 3. Literatur tentang budaya kontemporer 4. Literatur tentang fotografi 5. Literatur tentang seni cetak digital
Batasan Masalah 1. Pemandangan alam sebagai visual karya 2. Karya cetak digital dengan pendekatan instalatif 3. Bentuk 3 dimensidengankualitas 2 dimensidansebaliknya
Tujuan Penelitian 1. 2. 3. 4.
Sebagai syarat kelulusan program sarjana FSRD ITB. Sebagai media untuk menyalurkan ide visual penulis. Mengembangkan metode instalasi, dalam hal ini untuk karya seni. Memberikan cara baru dalam melakukan meditasi bagi audiens.
Proses Berkarya 1. Perencanaan bentuk dengan menggunakan program 3ds Max, Pepakura Designer dan Corel Draw. 2. Prototyping dengan menggunakan media kayu MDF. 3. Proses cetak akrilik dan resin 4. Pembuatan visual dengan teknik fotografi lanskap, serta pengeditan dengan program Adobe hotoshop 5. Aplikasi foto pada karya 6. Perancangan karya instalasi
Dua Karya Akhir Kesimpulan
Bagan 1.1 Alur Kerja
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 3
3. Hasil Studi dan Pembahasan Hindia Molek Judul kedua karya ini adalah Hindia Molek.. Karya ini bercerita mengenai sudut pandang penulis mengenai hubungan manusia dengan lingkungannya di masa ini, khususnya bagi penulis sendiri.
Deskripsi Karya Instalasi Hindia Molek
Gambar 3.1 “Hindia Molek”, Instalasi foto pada dinding (30 buah), 2012. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Sebuah gambar lanskap pemandangan alam terpecah menjadi bangunan-bangunan kecil tiga dimensi yang bersinar dan menempel pada permukaan dinding selebar 9m x 2,5m. Bangunan tersebut merupakan sebuah bentuk abstrak geometris sekaligus pecahan dari sebuah bidang besar. Pecahan tersebut dipajang membentuk sebuah komposisi tidak beraturan dari sebuah lanskap bergambar pemandangan pegunungan. Setiap pecahan memiliki setidaknya tiga sisi dengan arah yang berbeda, membentuk bangunan tiga dimensi yang berbentuk geometris tidak beraturan. Setiap pecahan memiliki bentuk dan ukuran yang bervariatif, dimulai dengan diameter 10cm sampai dengan 65cm.
Gambar 3.2 Tampak samping karya “Hindia Molek”, Instalasi foto pada dinding (30 buah), 9 x 3 m, 2012. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 4
Aditya Lingga
Visual yang terdapat di permukaan pecahan tersebut merupakan sebuah gambar lanskap yang menonjolkan kontur pegunungan yang asri, dipenuhi oleh hamparan hutan rimba yang belum tersentuh oleh tangan manusia. Gambar ini tersebar merata di seluruh permukaan pecahan, menyebabkan gambar tersebut terfragmentasi di permukaan sisi-sisi yang tidak beraturan. Dalam karya Instalasi ini, penulis ingin memberi penekanan terhadap cara melihat suatu pemandangan dari berbagai sisi. Sebuah gambar dua dimensi yang utuh, terpecah dan diaplikasikan ke dalam bentuk tiga dimensi dengan sisi-sisinya yang tidak beraturan, membuat gambar tersebut tidak lagi sempurna. Gambar tersebut menjadi hancur, namun terdapat unsur kesengajaan dalam penghancuran gambar utama ini.
Deskripsi Karya Hindia Molek dengan Aplikasi pada Bingkai
Gambar 3.3 Bagian dari karya Hindia Molek dengan aplikasi pada Bingkai, Instalasi resin pada bingkai kaca (5 buah), 42 x 29 cm, 2012. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Karya ini merupakan perbesaran terhadap pecahan terkecil yang terdapat dalam karya Instalasi. Pecahan terkecil tersebut mengalami transformasi dan duplikasi menjadi komposisi yang terdiri dari pecahan yang lebih kecil lagi. Setiap pecahan merupakan benda padat dan bening yang memiliki gambar pada bagian dasarnya. Gambar tersebut dapat dilihat tembus melalui pecahan-pecahan yang bening tersebut. Gambar yang ditampilkan dalam karya ini pun merupakan perbesaran dari gambar pemandangan yang terdapat dalam karya instalasi. Bila dalam karya instalasi terdapat gambar lanskap pemandangan, maka dalam karya dua dimensi ini gambar yang ditampilkan adalah still life dari objek-objek yang terdapat dalam pemandangan hamparan hutan sebelumnya. Terdapat juga perbedaan peletakkan gambar jika dibandingkan dengan karya instalasi sebelumnya. Dalam karya ini, gambar yang dipajang tidak diletakkan di permukaan sisi-sisi pecahan, melainkan di dasar dari pecahan yang padat tersebut.
Interpretasi Karya Hindia Molek Walaupun memiliki perbedaan medium dan penampilan, pada dasarnya kedua karya memiliki kesamaan dalam bentuk visual, yakni menampilkan bentuk geometris yang tidak merujuk kepada objek apapun.Namun meskipun begitu, keduanya samasama memiliki gambar baik di dalam maupun di permukaan bentuk itu sendiri. Gambar tersebut merupakan foto dari pemandangan alam, yang terpecah dan diaplikasikan ke masing-masing bentuk geometris tersebut. Bentuk dirangkai dan dikomposisikan menjadi satu kesatuan gambar yang tidak utuh. Gagasan utama dari karya ini adalah menampilkan gambaran akan kebutuhan manusia untuk lebih dekat dengan alam sebagai bentuk kesempurnaan dengan segala problematikanya dalam masa kini. Lanskap alam sendiri mengandung nilai kedamaian dan keharmonisan. Segala unsur alam yang terdapat di dalamnya, mulai dari langit, awan, gunung, hutan, pohon-pohonan dan sungainya, menggambarkan sebuah proses dari aksi-reaksi yang saling berkesinambungan dengan alamiah. Proses ini terus berjalan secara alami, sehingga tercipta keseimbangan alam. Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 5
Bidang tiga dimensi dari karya itu sendiri sebenarnya tidak merujuk kepada objek apapun, ia murni merupakan bentuk geometris non-representatif. Meskipun begitu, bentuk-bentuk ini muncul dari imajinasi dan alam bawah sadar penulis sebagai respon dari apa yang ia lihat, dalam hal ini pemandangan alam. Hal yang dilihat penulis dari pemandangan tersebut tidak hanya sampai bentuk fisik yang dikandungnya, tapi juga hubungannya dengan manusia pada masa ini. Penulis melihat kurangnya hubungan yang berkesinambungan antara manusia dan alam pada hari ini. Dengan kemudahan yang diberikan oleh teknologi dalam era yang global ini, manusia lebih akrab dengan hal-hal yang instan, efisien, dan sederhana. Manusia cenderung berada di dalam zona nyamannya, sehingga pada akhirnya mereka lupa dan kehilangan makna akan proses yang seharusnya terus berjalan dengan seimbang bersamaan dengan kehidupannya. Manusia kembali dekat dengan alam, namun kehilangan makna yang sesungguhnya. Terjadi kedangkalan dalam pola hidup manusia, dikarenakan banyaknya hal yang harus dipelajari, membludaknya ilmu-ilmu sebagai sebab dari kemajuan teknologi. Manusia memakai dan memanfaatkan alam, namun tidak bekerjasama dengannya. Manusia pergi untuk menikmati pemandangan alam melalui layar dijital, ataupun dengan mencari tempat wisata terdekat yang mengharuskan mereka membayar dengan sejumlah uang. Sistem dan teknologi dirancang untuk memudahkan hidup manusia, namun fungsi utamanya untuk membuat kehidupan manusia menjadi lebih baik masih menjadi misteri sampai saat ini. Kesemuanya membuat manusia memasuki sebuah “ruang ilusi” yang berisikan keseimbangan hidup seakan-akan “ada” dan nyata di dalam hidup manusia. Fotografi sebagai media yang dipakai untuk menampilkan gambar pada karya sendiri merupakan suatu sistem berteknologi tinggi yang mampu menampilkankembali pemandangan alam secara akurat, persis sama seperti aslinya. Namun tetap media tersebut tidak dapat menghadirkan suasana yang ada dalam citra tersebut sepenuhnya, sehingga hal ini pun turut menjadi salah satu faktor berkurangnya makna pendekatan manusia terhadap alam sekitarnya. Perpaduan antara bentuk organis yang terlihat pada visual pemandangan alamdengan bentuk geometris yang ditampilkan pada bentuk karya itu sendiri menggambarkan sebuah penyederhanaan terhadap makna keindahan hubungan antara manusia dengan alam. Dewasa ini, kesulitan yang ditemui oleh manusia bukanlah mengenai ketidakmampuan mereka mencapai target-target tertentu secara fisik, namun rintangan yangsesungguhnya ialah bagaimana cara memilah, mempelajari serta memperdalam segala informasi yang ditemui dengan semaksimal mungkin di era ini.
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 6
Aditya Lingga
4. Penutup / Kesimpulan Alam sebagai penyokong hidup manusia bukan hanya sebuah hal yang maya dan bisa didapatkan dengan cara yang instan. Terdapat bentang alam yang nyata di permukaan dunia ini untuk disinggahi, dikenali dan dijadikan teman hidup manusia. Tingkat kesadaran, kebutuhan serta kepedulian manusia terhadap lingkungan alam sekitarnya akan sangat menentukan keberlangsungan ekosistem alam . Teknologi diciptakan untuk membawa kehidupan manusia ke arah yang lebih baik, tergantung dari bagaimana cara manusia menggunakan teknologi tersebut dengan bijak. Teknologi pada dasarnya dapat menjadi media untuk mendekatkan manusia dengan alam. Manusia terbiasa hidup dalam berbagai hal yang artifisial, tanpa menyadari kebutuhannya akan sesuatu yang alamiah. Pada dasarnya, manusia butuh untuk istirahat dari dunia artifisial tersebut, telanjang polos untuk merenungi keberadaannya sebagai bagian dari proses alamiah yang terus berjalan di dunia. Dengan berbagai kemanjaan yang otomatis tercipta dari sejak mereka lahir, cara ini tentunya cukup efektif untuk membantu mereka berjuang untuk menjalani hidup. Karya tugas akhir ini diciptakan sebagai media untuk membantu penulis dalam menyelami kembali keberadaannya dan hubungannya dengan alam sekitar, dan juga dapat menjadi alat untuk melakukan meditasi bagi diri sendiri. Berbagai proses yang telah dilewati penulis membuat penulis mengerti akan esensi dari sebuah proses, yang penulis yakini merupakan kebutuhan utama manusia pada masa kini.
Ucapan Terima Kasih Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam Tugas Akhir Program Studi Sarjana Bidang Seni Rupa FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh pembimbing Deden Hendan Durahman, M.Sch. .
Daftar Pustaka
Adian, Donny Gahral. PERCIK PEMIKIRAN KONTEMPORER :Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta : JALASUTRA, 2005.
Costello, Diarmuid. ART : Key Contemporary Thingkers. New York : Berg, 2007
Manco, Tristan. Raw + Material = Art. London : Thames & Hudson, 2012
Susanto, Mikke. DIKSI RUPA : Kumpulan Istilah & Gerakan Seni Rupa. Yogyakarta : DictiArt Lab, 2011
Yuliman, Sanento. Dua Seni Rupa. Jakarta: Kalam, 2001
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 7