HASIL PANEN BERTON-TON DENGAN TEKNOLOGI HAZTON Oleh : Fitri Ikayanti, SP
Teknologi Hazton saat ini sedang booming di kalangan masyarakat pertanian Indonesia, karena teknologi Hazton tersebut dirintis dan telah diterapkan di berbagai kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat atau provinsi/kabupaten lainnya di Indonesia. Penerapan teknologi Hazton pada umumnya memberikan peningkatan hasil panen sebanyak tiga kali lipat dari yang biasanya. Teknologi Hazton merupakan hasil pemikiran putra daerah Kalimantan Barat yaitu Ir. Hazairin MS yang saat ini menjabat sebagai Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura dan Anton Kamaruddin, SP, M.Si sebagai Kepala Seksi Tanaman Pangan dan Buah-Buahan. Teknologi Hazton dapat diartikan sebagai cara bertanam padi dengan menggunakan bibit tua yang berumur 25-35 hari setelah semai dengan jumlah bibit padat yaitu 20 – 30 bibit per lubang tanam. Sejarah awal terciptanya teknologi ini berasal dari pemikiran rendahnya provitas padi Kalimantan Barat yang hanya mencapai angka 3.1 ton/ha dan nasional 5.4 ton/ha. Dilakukan beberapa riset, dimulai sejak tanggal 13 Januari 2012 yaitu penanaman 12 pot padi varietas Ciherang, Cisadane, Inpari 1, dan Inpari serentak dan seragam, kemudian riset sementara terhenti karena adanya serangan hama tikus.
Gambar 1,2. Riset I. Penanaman 12 pot padi varietas Ciherang, Cisadane, Inpari 1, dan Inpari 10 Riset kedua dilakukan pada tanggal 13 September 2012 menggunakan beragam jumlah bibit per lubang tanam, 1 bibit per lubang tanam, 5 bibit per lubang tanam, 10 bibit per lubang tanam, 20 bibit per lubang tanam, dan 30 bibit per lubang tanam, menghasilkan hipotesa yaitu bibit yang berada pada posisi tengah dan diimunisasi dengan jumlah bibit yang digunakan 20-30 bibit akan lebih cepat mengeluarkan malai.
Gambar 3,4 Riset II. Penanaman bibit yaitu 1,5,10,20 dan 30 bibit per lubang tanam
Riset ketiga dilakukan pada tanggal 17 Maret 2013 dengan menggunakan 12 varietas padi pada 960 polibag dengan jumlah bibit yang digunakan 1 dan 20 bibit menghasilkan hipotesa yaitu padi dengan jumlah 20 bibit lebih cepat mengeluarkan malai dibandingkan dengan padi dengan jumlah 1 bibit per lubang tanamnya.
Gambar 5. Riset III. Penanaman 12 varietas padi, 960 varietas, jumlah bibit 1 dan 20 bibit Riset keempat dilakukan pada tanggal 22 Maret 2013 dengan membandingkan pertumbuhan padi dengan jumlah 1 bibit per lubang tanam dan 20 bibit per lubang tanam dengan bibit yang digunakan adalah bibit tua yaitu bibit 27 hari setelah semai, terbukti bahwa pada umur 82 hari setelah tanam, bibit menghasilkan 52 anakan produktif.
Gambar 6. Riset V. Demplot Hazton di Sungai Kakap 0.75 Ha Riset terakhir dengan melakukan uji lapang pembuatan demplot Hazton di Sungai Kakap 0,75 hektar mendapatkan hasil panen dengan ubinan 13,5 ton/ha, sedangkan sebelum menggunakan teknologi Hazton hanya sekitar 3-4 ton/ha. Petani yang menerapkan Teknologi Hazton mengakui terjadi peningkatan hasil panen yang signifikan dari sebelumnya, diantaranya Hazton milik Sukiman Sambas pada musim tanam ke 7 menghasilkan 9 ton/ha dengan luas lahan 4 hektar, Demplot Bank Indonesia 35 Ha di Desa Peniraman dengan hasil produksi sekitar 8-11,5 ton/ha, sebelum menggunakan Hazton hanya 3-4 ton/ha, Hazton Poktan “Nekad Maju” Desa Peniraman Juara 2 Nasional Klaster Padi Bank Indonesia menghasilkan 12 ton/ha. Penerapan Teknologi Hazton di luar Provinsi Kalimantan Barat oleh John Sinaga di desa Simalungun Sumatera Utara 18 ha menghasilkan 11.5 ton/ha. Panen Hazton pertama di Nias menghasilkan 8,3 ton/ha dan Hazton ke II 200 ha menghasilkan 10,7 ton/ha. Hazton di Klaten oleh Alif Susanto hasil panen sekitar 9 ton/ha, HAZTON BI Purwokerto di Patik Raja, Banyumas Jawa Tengah menghasilkan 13,6 ton/ha sebelumnya ± 4 ton/ha dan banyak lagi daerah yang telah mencoba Teknologi Hazton dan membuktikan hasilnya.
Prosedur atau cara tanam sangat menentukan hasil panen. Adapun SOP (Standar Operasional Prosedur) Teknologi Hazton yang harus diterapkan untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal adalah : PENGOLAHAN LAHAN (3 Minggu Sebelum Tanam) Aplikasi Aerob Dekomposer Pada Pupuk Kandang dan Jerami di lahan Konsentrasi
: 500 ml BEKA/tangki dan 250 kg pupuk kandang *)
Kebutuhan/ha : 4 liter BEKA Cara Aplikasi : Sebarkan merata pupuk kandang pada saat pengolahan lahan. Semprotkan merata 4 liter BEKA di atas lahan yang telah disebar pupuk kandang dan jerami, kemudian bajak dan diari. PEMUPUKAN DASAR (1-2 Hari Sebelum Tanam) Dosis Pupuk SP 36 : 100 kg/ha*) Konsentrasi
: 500 ml POMI/tangki sprayer; 200 kg/ha BIOGREEN; 4 kg/Ha Asam Humat 65%
Kebutuhan/ha : 4 liter POMI (8 tangki sprayer) ; 200 kg BIOGREEN; 4 kg Asam Humat Cara Aplikasi : Campurkan pupuk SP-36, asam humat, dan BIOGREEN secara merata, kemudian sebar di lahan sebagai pupuk dasar. Semprotkan 4 liter POMIpada lahan yang telah dipupuk. Usahakan kondisi lahan dalam keadaan basah. PERENDAMAN BENIH Imunisasi Awal Padi Terhadap Penyakit Kresek Konsentrasi
: 1 tablet BACTOPLUS/10kg benih
Kebutuhan/ha
: 10 tablet BACTOPLUS
Cara Aplikasi
: 1 tablet BACTOPLUS dilarutkan dalam air yang digunakan untuk perendaman benih. Benih direndam selama 2-3 hari. Kebutuhan benih/ha : 100 kg.
PENYEMAIAN BENIH Benih
: 100 kg/Ha Buat bedengan memanjang di 100 – 120 cm dan panjang disesuaikan dengan kebutuhan. Tinggi bedengan + 20 cm – 30 cm, untuk memudahkan pencabutan bibit tambahkan pupuk kandang atau jerami kering setelah itu ditutup dengan tanah. Taburkan benih diatas permukaan tanah, penaburan benih jangan terlalu rapat, berikan pelindung agar persemaian terhindar dari serangan burung atau hama lainnya.
TANAM Jumlah bibit/lubang tanam: 20 – 30 bibit Umur pindah tanam : 30 HSS Jarak tanam Legowo 2 : 1 (25 cmx 25 cm) X 40 cm Legowo 4 : 1 (30 cm x 30cm) X 40 cm
(Cabut bibit harus ombol dan jangan dicuci) APLIKASI IMUNISASI AWAL PADI TERHADAP PENYAKIT KRESEK dan HAMA ULAT PENGGEREK BATANG (14 HSS) Konsentrasi
: 2 tablet BACTOPLUS/tangki; 1 sachet BT PLUS/2 tangki sprayer; 50 gram KNO3/tangki
Kebutuhan/Ha
: (2 tangki sprayer)4 tablet BACTOPLUS; 1 sachet BT PLUS; 100 gram KNO3
Cara Aplikasi
: Larutan BACTOPLUS ( 4 tablet BACTOPLUS dilarutkan dalam 1 liter air, diamkan selama 6-48 jam).
Larutan BT PLUS (1 sachet BT PLUS dilarutkan dalam 1 liter air, diamkan selama 6-48 jam). Campurkan larutan BACTOPLUS dan BT PLUS lalu tambahkan 50 gram KNO3, encerkan sampai 1 tangki sprayer. Semprotkan merata pada persemaian. APLIKASI PEMUPUKAN PERTAMA (5 – 7 HST) Pupuk NPK Phonska : 100 kg/ha*) Pupuk KNO3
: 4,5 kg/ha KNO3 Campurkan merata pupuk NPK Phonska dan KNO3 kemudian sebarkan merata di lahan.
PENYEMPROTAN FASE VEGETATIF (14 HST) Pengendalian Padi terhadap Penyakit Kresek Konsentrasi
: 1 tablet BACTOPLUS/tangki ;100 gram KNO3/tangki
Kebutuhan/Ha/aplikasi : 14 tablet BACTOPLUS; 1,4 kg KNO3 (14 tangki sprayer) Cara Aplikasi
: Larutan BACTOPLUS (1 tablet BACTOPLUS dilarutkan dalam 100 ml air, diamkan selama 6-48 jam. Campurkan larutan BACTOPLUS dalam tangki sprayer kemudian tambahkan 100 gram KNO3 per tangki lalu encerkan kembali sampai 1 tangki sprayerkemudian semprot merata di seluruh tanaman.
APLIKASI PEMUPUKAN KEDUA (25 HST) Pupuk NPK Phonska : 100 kg/ha*) PENYEMPROTAN FASE VEGETATIF (28 HST) Peningkatan Pertumbuhan, Pengendalian Padi terhadap Hama dan Penyakit Kresek Konsentrasi
: 1 tablet BACTOPLUS/tangki; 1 sachet BT PLUS/7 tangki; 1 sachet METARIZEP/10 tangki;100 ml POMI/tangki ; 75 gram/tangki MKP ;20 tangki sprayer.
Kebutuhan/ha
: 20 tablet BACTOPLUS; 3 sachet BT PLUS; 2 sachet METARIZEP; 2 liter POMI; 1,5kg MKP.
Cara Aplikasi Larutan BT PLUS
: Larutan BACTOPLUS : 1 tablet BACTOPLUS dilarutkan dalam 100 ml air, diamkan selama 6-48 jam. : 1 sachet BT PLUS dilarutkan dalam 1 liter air, diamkan selama 6-48 jam
Larutan METARIZEP : 1 sachet METARIZEP dilarutkan dalam 1 liter air, diamkan selama 6-48 jam. (Campurkan larutan BACTOPLUS, BT PLUS, METARIZEP,POMI, dan MKP dalam tangki sprayer, semprot merata di seluruh tanaman). APLIKASI PENGENDALIANPENYAKIT DAN PENINGKATAN PERTUMBUHAN (40 HST) Konsentrasi
: 1 sachet DECOPRIMA/4 tangki; 75 gram MKP/tangki
Kebutuhan/ha
: 5 sachet DECOPRIMA; 1,5kg MKP(20 tangki sprayer)
Cara Aplikasi
: 1 sachet DECOPRIMA dilarutkan dalam 1 liter air, diamkan 6-48 jam,campurkan dengan MKP kemudian encerkan sampai 4 tangki sprayer. Semprotkan merata pada daun. Jika tingkat serangan tinggi, aplikasi dapat dicampurkan dengan fungisida kimia.
APLIKASI PENGENDALIAN TERHADAP PENYAKIT DAN PENGISIAN BULIR PADI (50 HST) Konsentrasi
: 1 sachet DECOPRIMA/4 tangki; 75 gram MKP/tangki
Kebutuhan/Ha
: 5 sachet DECOPRIMA ; 1,5kg MKP(20 tangki sprayer)
Cara Aplikasi
: 1 sachet DECOPRIMA dilarutkan dalam 1 liter air, diamkan 6-48 jam, campurkan dengan MKP kemudian encerkan sampai 4 tangki sprayer. Semprotkan merata pada daun. Aplikasi dapat dicampurkan dengan fungisida kimia apabila terjadi serangan penyakit tinggi.
APLIKASI PENGENDALIANTERHADAP PENYAKIT DAN PENGISIAN BULIR PADI (60 HST) Konsentrasi
: 1 sachet DECOPRIMA/5 tangki;75 gram MKP/tangki
Kebutuhan/ha
: 4 sachet DECOPRIMA; 1,5 kg MKP(20 tangki sprayer)
Cara Aplikasi
: 1 sachet DECOPRIMA dilarutkan dalam 1 liter air, diamkan 6-48 jam, campurkan dengan MKP kemudian encerkan sampai 5 tangki sprayer. Semprotkan merata pada daun. Aplikasi dapat dicampurkan dengan fungisida kimia apabila terjadi serangan penyakit tinggi.
Presiden Jokowi mendorong penggunaan berbagai macam teknologi dalam pertanian tujuannya agar dalam tiga tahun ke depan swasembada pangan bisa tercapai. Teknologi Hazton pada beberapa tahun terakhir telah dikembangkan di beberapa provinsi dengan fasilitasi dari Pemerintah Daerah bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI), Swasta dan Swadaya Petani atau dari sumber-sumber anggaran lainnya. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian juga sudah melakukan berbagai kajian bahwa Teknologi Hazton berpeluang sebagai salah satu solusi peningkatan produksi di daerah-daerah endemik keong mas, drainase sulit, dan problem keracunan besi.
Gambar7. Panen Padi Teknologi Hazton oleh Tim TPID Kalbar 29 Januari 2014
Referensi : Erviyanto,S.Pi.http://kalbarprov.go.id/berita.php?landing=575 diakses tanggal 10 Juni 2016 Anonymous.http://tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document/PETUNJUK%20TEKNIS%20PADI%20TEKNO LOGI%20HAZTON-2016.pdf diakses tanggal 10 Juni 2016 Hazairin, 2016. Materi Pertemuan Koordinasi Pengembangan Budidaya Padi Teknologi Hazton 11-13 Mei 2016