19
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Ukuran Tubuh Domba Lokal Indeks morfologi tubuh sangat diperlukan dalam mengevaluasi konformasi
tubuh sebagai ternak pedaging. Hasil pengukuran ukuran tubuh domba lokal betina dewasa ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Analisis Ukuran Tubuh Domba Ukuran Tubuh
Minimal
Maksimal
Rata-rata 61,32
Standar Deviasi 7,62
Koefisien Variasi (%) 12,43
1. PB(cm)
49,75
73,50
2. TPun(cm)
50,50
66,50
58,29
3,95
6,78
3. LingD(cm)
65,50
86,50
73,49
5,64
7,67
4. DD(cm)
20,50
34,75
28,23
3,48
12,32
5. PP(cm)
14,50
24,50
17,19
2,17
12,60
6. LP(cm)
11,50
21,50
15,97
2,41
15,07
7. LD(cm)
14,50
22,50
17,52
1,99
11,37
8. BB(kg)
19,25
36,75
26,44
5,15
19,49
n= 26 Ekor Domba Lokal Betina
Keterangan : PB = Panjang Badan Tpun = Tinggi Pundak LingD = Lingkar Dada DD = Dalam Dada
PP = Panjang Pinggang LP = Lebar pinggul LD =Lebar Dada BB = Bobot Badan
Panjang badan domba lokal betina dewasa yang dipelihara di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta berkisar antara 49,7573,50 cm dengan rata-rata 61,32 ± 7,62 cm. Koefisien variasi panjang badan domba lokal yaitu sebesar 12,43%. Beberapa hasil penelitian menunjukan ratarata panjang badan domba komposit yang berumur 1-3 tahun berturut-turut yaitu 64 cm, 73,25 cm dan 72,5 cm (Nurfaridah, 2013). Selanjutnya untuk domba WAD
20
rata-rata panjang badan sebesar 62,56 ± 5,60 cm dan pada domba Yankasa sebesar 70,90 ± 5,67 cm (Salako,2006). Pada penelitian yang dilakukan oleh Salamahwati (2004), rataan panjang badan domba Garut tipe tangkas pada umur kurang dari satu tahun adalah 42,52 ± 12,82 cm, dan pada umur 1-5 tahun adalah 62,45 ± 4,48 cm, sedangkan rataan panjang badan domba Garut tipe pedaging pada umur kurang dari satu tahun adalah 47,91 ± 8,26 cm dan pada umur 1-5 tahun adalah 54,33 ± 3,21 cm. Menurut Hafiz (2009) panjang badan pada domba ekor gemuk yaitu 56,77 ± 2,49 cm sedangkan pada domba ekor tipis sebesar 51,00 ± 3,59cm. Domba Lokal betina pada umur yang relatif sama memiliki panjang badan relatif lebih rendah dibandingkan dengan domba Komposit, WAD dan Yankasa maupun dengan domba Garut Tipe Tangkas, namun relatif lebih besar dibandingkan dengan domba Ekor Tipis maupun Ekor Gemuk. Panjang badan menunjukan kapasitas badan yang besar sehingga mempengaruhi persentase karkas. Panjang badan terdiri dari bagian depan yaitu dari pundak sampai belakang sendi scapula , bagian tengah terdiri dari bagian dada dan tulang iga, bagian belakang terdiri dari pinggang sampai bagian paha. Menurut Lasley (1978), perbedaan penampilan atau ukuran tubuh pada individu dalam suatu populasi disebabkan oleh keragaman fenotipik. Keragaman fenotipik merupakan keragaman yang disebabkan oleh faktor genetik, lingkungan dan interaksi keduanya. Perbedaan ukuran tubuh pada beberapa jenis domba salah satunya dipengaruhi oleh faktor genetik. Tinggi pundak pada domba lokal betina dewasa berkisar antara 50,5 - 66,5 cm dengan rata-rata 58,29 ± 3,95 cm. Menurut Salako (2006) untuk domba WAD rata-rata tinggi pundak yaitu 61,74 ± 4,43 cm dan untuk domba Yankasa sebesar
21
76,16 ± 7,39 cm. Hasil penelitian yang dilakukan Hafiz (2009), pengukuran tinggi pundak pada domba ekor gemuk memiliki nilai 54,53 ± 2,37 cm, sedangkan pada domba ekor tipis nilai tinggi pundak yaitu 51,17 ± 2,16 cm. Tinggi pundak domba WAD dan Yankasa jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi pundak domba Lokal. Namun domba lokal memiliki tinggi pundak lebih besar bila dibandingkan dengan domba ekor gemuk dan domba ekor tipis. Pada domba tipe pedaging tidak diharapkan domba tinggi, karena bagian kaki depan dan belakang tidak termasuk untuk
penilaian
karkas (Nurfaridah, 2013). Berdasarkan hal
tersebut domba lokal yang berada di Desa Neglasari memiliki tubuh yang panjang sehingga cocok dijadikan sebagai pedaging. Nilai lingkar dada pada domba lokal betina dewasa berkisar antara 65,586,5 cm dengan rata-rata 73,49 ± 5,64 cm. Bila dibandingkan dengan hasil penelitian Hafiz (2009) pada domba ekor gemuk dan domba ekor tipis yaitu sebesar 63,76 ± 2,12 cm dan 55,90 ± 5,29 cm. Maka lingkar dada domba lokal relatif lebih besar daripada lingkar dada domba ekor tipis dan domba ekor gemuk. Lingkar dada mempunyai hubungan yang lebih erat dengan bobot badan dibandingkan dengan panjang badan, tinggi pundak, serta dalam dan lebar dada pada domba Priangan jantan tipe pedaging dan tangkas (Nurhayati, 2004). Rataan lingkar dada pada domba Garut tipe tangkas pada umur antara 1-5 tahun adalah 76,68 ± 8,68 cm; sedangkan pada domba Garut tipe pedaging mempunyai rataan lingkar dada pada umur antara 1-5 tahun adalah 69,33 ± 5,40 cm. Mulliadi (1996) melaporkan bahwa rataan lingkar dada adalah 61,34 ± 5,75 cm pada domba lokal Garut umur 1-5 tahun. Bobot badan dan lingkar dada merupakan fungsi umur, maka lingkar dada dan bobot badan semakin
meningkat
dengan bertambahnya
umur
ternak (Messiara, 1986).
22
Komponen tubuh yang berhubungan erat dengan bobot badan adalah lingkar dan lebar dada (Dwiyanto, 1984). Peubah lingkar dada merupakan parameter yang memiliki nilai koefisien korelasi paling tinggi terhadap bobot badan (Takaendengan , 1998). Dalam dada pada domba Lokal betina dewasa berkisar antara 20,5 - 34,75 cm dengan rata-rata 28,23 ± 3,48 cm. Menurut Heratri (2012) rataan dalam dada pada domba Garut dan domba ekor tipis umur 6 bulan berturut-turut sebesar 21,41 ± 0,86 cm dan 19,51 ± 1,08 cm. Sedangkan untuk domba Garut dan domba ekor tipis umur 11 bulan sebesar 23,42 ± 0,91 cm dan 21,67 ± 0,54 cm. Panjang pinggang domba lokal berkisar antara 14,5 - 24,5 cm dengan rata-rata 17,19 ± 2,17 cm. Menurut penelitian yang dilakukan Handiwirawan dkk. (2011) pada beberapa bangsa domba, nilai dari panjang pinggang Barbados Black Belly Cross, Garut Local, Garut Composite, Sumatera Composite dan St. Croix Cross bertutut-turut sebesar 22,66 ± 0,26 cm, 20,08 ± 0,32 cm, 22,56 ± 0,26 cm, 22,89 ± 0,20 cm, 25,10 ± 0,21 cm. Domba lokal memiliki nilai panjang pinggang lebih kecil bila dibandingkan dengan Barbados Black Belly Cross, Garut Local, Garut Composite, Sumatera Composite dan St. Croix Cross. Lebar pinggul pada domba Lokal berkisar antara 11,5 - 21,5 cm dan nilai rata-ratanya sebesar 15,97 ± 2,41 cm. Menurut Hafiz (2009) lebar pinggul pada domba ekor tipis sebesar 12,10 ± 1,02 cm sedangkan pada domba ekor gemuk sebesar 13,03 ± 0,84 cm. Domba lokal memiliki lebar pinggul lebih besar bila dibandingkan dengan domba ekor tipis dan domba ekor gemuk. Lebar pinggul semakin bertambah umur, maka lebar pinggul akan meningkat pula. Nilai lebar dada berkisar antara 14,5 - 22,5 cm dengan rata-rata sebesar 17,52 ± 1,99 cm. Rata-rata lebar dada pada domba Komposit yang berumur 2
23
tahun yaitu 21 cm dan 3 tahun yaitu 21,5 cm, dengan lebar dada tertinggi ada pada domba yang berumur 3 tahun yakni 24 cm. Lebar dada domba lokal relatif lebih kecil dari pada domba komposit, namun relatif lebih besar dibandingkan dengan domba ekor tipis maupun ekor gemuk, seperti yang dilaporkan oleh Hafiz, (2009), bahwa domba ekor tipis dan domba ekor gemuk memiliki rata-rata lebar dada sebesar 13,50 ± 1,33 cm dan 14,64 ± 0,85 cm. Lebar dada memberi gambaran bahwa organ-organ respirasi dan jantung tumbuh dengan baik yang akan menunjang pembentukan energi anaerob berjalan baik. Sejalan dengan bobot badan yang dipengaruhi oleh umur, bahwa peningkatan umur akan diikuti peningkatan lebar dada (Nurfaridah, 2013). Bobot Badan domba Lokal memiliki nilai antara 19,25 - 36,75 kg dengan rata-rata 26,44 ± 5,15 kg dan memiliki koevisien variasi yang tinggi yaitu 19,49%. Bobot badan domba lokal dikatakan tidak seragam karena memiliki koefisien variasi diatas 15%. Pada domba WAD dan domba Yankasaa memiliki rata-rata bobot badan sebesar 25,03 ± 5,21 kg dan 41,6 ± 6,47 kg (Salako,2006). Bobot badan pada domba ekor gemuk yaitu 23,14 ± 1,62 kg, sedangkan pada domba ekor tipis 20,24 ± 2,51 kg dengan selisih sebesar 2,90 kg (Hafiz, 2009). Domba Lokal dapat dikategorikan sebagai domba yang berbobot besar bila di bandingkan dengan domba ekor tipis dan domba ekor gemuk karena memiliki bobot badan yang relatif lebih besar. 4.2
Indeks Kumulatif Salako Domba Lokal Indeks Kumulatif Salako digunakan sebagai alternatif dalam penilaian
ternak sebagai indikator tipe dan fungsi ternak. Hasil perhitungan dari Indeks Kumulatif Salako dapat dilihat pada Tabel 2.
24
Tabel 2. Indeks Kumulatif Salako Nilai Length Index
1,06
Balance
0,57
Indeks Kumulatif Salako
2,62
Nilai length index pada domba lokal betina dewasa di desa Neglasari, kecamatan Darangdan, kabupaten Purwakarta yaitu sebesar 1,06 ± 0,15. Nilai length index positif dibawah satu dapat dikatakan ternak tersebut bertipe tinggi, sedangkan bila diatas satu maka dikatakan bertipe panjang (Salako, 2006). Pada domba ekor gemuk nilai length index yang didapat yaitu 1,03 ± 0,01 dan pada domba ekor tipis yaitu 0,99 ± 0,01. Berdasarkan nilai tersebut jika dilihat dari proporsi tubuhnya dapat dikatakan bahwa domba ekor gemuk bertipe panjang dan domba ekor tipis bertipe tinggi (Hafiz, 2009). Domba lokal di desa Neglasari termasuk ke dalam domba bertipe panjang karena nilai length index positif diatas satu yaitu 1,06 ± 0,03. Nilai balance dihasilkan dari hasil perkalian panjang pinggul dan lebar pinggang dibagi hasil perkalian dalam dada dikali lebar dada. Rata-rata balance pada domba lokal betina dewasa di desa Neglasari, kecamatan Darangdan, kabupaten Purwakarta yaitu sebesar 0,57 ± 0,14. Nilai indeks balance pada domba lokal di desa Neglasari relatif lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Handiwirawan (2011), nilai balance pada beberapa bangsa domba yaitu Barbados Black Belly Cross, Garut Local, Garut Composite, Sumatera Composite dan St. Croix Cross bertutut-turut sebesar 0,74 ± 0,02 ; 0,64 ± 0,02 ; 0,91 ± 0,02 ; 0,75 ± 0,01 dan 0,77 ± 0,01. Nilai balance domba Komposit yang berumur 1 tahun
25
yaitu 0,67, 2 tahun yaitu 0,65 dan 3 tahun yaitu 0,77. Pada nilai indeks balance ini belum ada indikator yang pasti dan sampai saat ini belum bisa dipastikan secara khusus fungsi dari balance ini (Nurfaridah, 2013). Indeks kumulatif salako dihasilkan dari hasil bagi dari berat (kg) dibagi dengan rata-rata berat keseluruhan ditambah dengan length index dan balance. Indeks Kumulatif Salako pada domba lokal betina dewasa di desa Neglasari, kecamatan Darangdan, kabupaten Purwakarta yaitu sebesar 2,62 ± 0,31. Beberapa hasil penelitian menunjukkan konformasi dan bentuk tubuh, domba yang memiliki indeks di atas rata-rata disarankan untuk menjadi bibit domba pedaging. Sampai saat ini belum ada standar nilai Indeks Kumulatif Salako untuk bibit domba pedaging. Pada penelitian Indeks Kumulatif Salako dengan menggunakan sampel domba Yankansa dan domba WAD (West African Dwarf ) , Nilai Indeks Kumulatif Salako berturut-turut sebesar 1,18 dan 2,80 (Salako, 2006). Menurut Hafiz (2009) nilai Indeks Kumulatif Salako domba ekor tipis yaitu 3,33 ± 0,12, sedangkan pada domba ekor gemuk yaitu 3,66 ± 0,05. Nilai Indeks Kumulatif Salako domba ekor gemuk lebih besar dari domba ekor tipis, meskipun dengan perbedaan yang tidak terlalu signifikan. Menurut penelitian Salako (2009), domba WAD (West African Dwarf ) dengan hasil Indeks Kumulatif Salako sebesar 2,80 dapat di kategorikan sebagai domba pedaging. Hal ini ditunjukkan bahwa domba WAD (West African Dwarf ) umumnya berkaki pendek dan bertubuh panjang. Dengan demikian domba lokal yang berada di desa Neglasari
dapat dikategorikan sebagai domba pedaging
karena memiliki nilai Indeks Kumulatif Salako yang tidak jauh berbeda dengan domba
WAD
(West
African
Dwarf
)
yaitu
sebesar
2,62.
26