IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Konsumsi Ransum Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk hidup pokok dan produksi. Konsumsi ransum adalah jumlah ransum yang dihabiskan oleh ternak pada periode tertentu dengan satuan g per ekor per hari (Yuwanta, 2004). Konsumsi ransum puyuh jantan umur 0-7 minggu disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Konsumsi Ransum Puyuh Petelur Jantan Umur 0-7 Minggu Minggu
Rata-rata Konsumsi Ransum
1 2 3 4 5 6 7 Total
(g/ekor/minggu) 18,48 32,61 68,96 91,01 109,92 119,05 107,70 547,75
Pada Tabel 1, rataan pakan yang dikonsumsi selama penelitian terus meningkat setiap minggunya, tetapi mengalami penurunan pada minggu ke 7. Total ransum yang dikonsumsi puyuh petelur jantan selama 7 minggu sebanyak 547,75 gram per ekor. Hasil ini lebih besar bila dibandingkan dengan hasil penelitian dari Sujana, dkk (2012) bahwa konsumsi ransum puyuh dari berbagai pusat pembibitan di Jawa barat sebesar 470,3 g (Cianjur), 460,9 g (Sukabumi), 459,9 g (Bogor), dan 448,7 g (Bandung).
21
Konsumsi ransum dipengaruhi oleh tingkat energi ransum, imbangan zat nutrisi, suhu lingkungan, bentuk fisik ransum, bobot badan atau ukuran tubuh, kecepatan pertumbuhan, dan produksi (NRC, 1994). Dalam menentukan besaran konsumsi ransum pada ternak puyuh diantaranya dipengaruhi oleh palatabilitas. Pada umumnya palatabilitas unggas dipengaruhi oleh, bau, rasa, struktur ransum, serta kandungan serat kasar dalam ransum. Menurut Tillman, dkk (1991), sifat khusus unggas dalam mengkonsumsi ransum pertama-tama untuk memenuhi kebutuhan energi sehingga ransum yang dimakan tiap harinya cenderung berhubungan dengan kadar energinya. Wahyu (1992) menambahkan bahwa hakekatnya ternak mengkonsumsi ransum untuk memenuhi kebutuhan energi dalam tubuh. 4.2. Bobot Badan Seiring dengan bertambahnya umur, bobot badan juga mengalami kenaikan sehingga ransum yang dikonsumsi puyuh bertambah untuk mencukupi kebutuhan pokok serta produksi pada masa pertumbuhan. Guna mengetahui pertumbuhan puyuh dilakukan penimbangan bobot badan pada setiap minggunya. Rataan bobot badan selama 7 minggu penelitian dapat dilihat pada Tabel 4. Pada Tabel 4, rataan bobot badan puyuh petelur jantan pada setiap minggunya mengalami kenaikan dengan bobot badan pada umur 7 minggu sebesar 118,78 gram. Hasil penelitian ini sesuai pendapat Anggorodi (1995) bahwa puyuh jantan dewasa memiliki bobot badan sekitar 100-140 gram dan sedangkan menurut Wheindrata (2014) berat puyuh jantan sekitar 115-117 gram per ekor. Pada umur enam minggu bobot badan puyuh sebesar 109,34 gram. Hasil ini lebih kecil bila dibandingkan dengan hasil penelitian Sujana, dkk (2012) bahwa bobot badan
22
puyuh di berbagai Pusat Pembibitan di Jawa Barat sebesar 127,9 g (Bandung), 127,7 g (Cianjur), 123,6 g (Sukabumi), dan 122,9 g (Bogor). Tabel 4. Rataan Bobot Badan Puyuh Petelur Jantan Umur 0-7 Minggu Bobot Awal Minggu 1 2 3 4 5 6 7
Rata-rata Bobot Badan (g/ekor) 8,01 15,34 25,33 46,34 66,91 90,41 109,34 118,78
Bobot badan merupakan akumulasi hasil metabolisme. Hasil metabolisme didukung oleh banyaknya pakan yang dikonsumsi serta optimalisasi penggunaan pakan. Unggas membutuhkan asupan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan bobot tubuhnya pada masa pertumbuhan. Salah satunya dengan meningkatkan konsumsi pakan. Kartadisastra (1997) menyatakan bahwa bobot badan ternak senantiasa berbanding lurus dengan konsumsi ransum, makin tinggi bobot badannya, makin tinggi pula konsumsinya terhadap ransum. 4.2.1. Kurva Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan suatu fenomena universal yang berawal dari sel telur yang dibuahi dan berlanjut sampai ternak tambah dewasa (Rasyaf, 1993). Pertumbuhan pada unggas diartikan sebagai pertumbuhan bobot badan karena meliputi seluruh bagian tubuhnya secara serentak dan merata, pertumbuhan terjadi karena peningkatan banyaknya dan peningkatan ukuran sel (Kimball dkk., 1983). Dalam mempelajari pertumbuhan ternak puyuh, pemakaian model matematika sangat membantu untuk memberikan gambaran yang baik tentang
23
pertumbuhan. Model matematika yang dipakai untuk mendeskriptifkan kurva pertumbuhan unggas adalah kurva pertumbuhan model logistik. Guna mengetahui kurva pertumbuhan puyuh petelur jantan, dapat dilihat Tabel 5 dengan bobot aktual dan bobot dugaan sebagai acuan dalam pembuatan kurva pertumbuhan. Tabel 5. Bobot Badan Aktual dan Bobot Dugaan Puyuh Petelur Jantan 0-7 Minggu Umur (Minggu) 1 2 3 4 5 6 7
Bobot Aktual (g) 15,34 25,33 46,34 66,91 90,41 109,34 118,78
Bobot Dugaan(g) 14,49 26,60 45,00 67,97 90,57 108,14 119,46
Kurva pertumbuhan bobot badan puyuh petelur jantan selama 7 minggu dapat dilihat pada Ilustrasi 1.
Ilustrasi 1. Kurva Pertumbuhan Puyuh Petelur Jantan Dari ilustrasi di atas dapat dilihat bahwa pada setiap minggunya bobot badan rata-rata puyuh petelur jantan selalu mengalami peningkatan, pada mingu ke tujuh
24
rata-rata bobot badannya mencapai 118,78 gram.
Kurva pertumbuhan bobot
badan puyuh petelur jantan berbentuk sigmoid. Pada ilustrasi terdapat dua garis kurva, pertama garis yang berwana hijau merupakan kurva pertumbuhan bobot badan aktual yang diperoleh dari penimbangan selama penelitian, sedangkan kurva garis berwarna merah merupakan bobot badan dugaan untuk menduga bobot badan puyuh sesuai umur yang diperoleh dari rumus yang didapat dari bobot aktual, dimana rumus yaitu y = a/(1+b*exp(-ct)), dengan nilai a = 132,752, b = 16,706, dan c = 0,716, rumus tersebut diperoleh dengan menggunakan program curve expert. Nilai antara bobot badan aktual dan bobot dugaan bisa lebih besar atau bahkan lebih kecil. Seperti pada Tabel 5. bahwa rata-rata bobot dugaan lebih besar daripada bobot aktual yang diperoleh dari penimbangan saat penelitian. Keakuratan antara titik data dengan garis kurva sigmoid mempunyai hubungan atau korelasi (r), dimana makin tinggi nilai korelasi antara dua variabel diartikan bahwa data yang diperoleh mempunyai keakuratan atau kecermatan tinggi. Nilai maksimum dari korelasi (r) adalah satu. Berdasarkan hasil penelitian, korelasi antara titik data dengan kurva sigmoid mempunyai nilai sebesar 0,99 yang artinya keakuratan atau kecermatan data yang diperoleh tinggi dan sangat baik. Nilai standar error dari kedua variabel antara bobot aktual dan bobot badan sebesar 3,25. 4.3. Pertambahan Bobot Badan Salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan adalah pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan ini biasa digunakan sebagai ukuran kecepatan pertumbuhan (Tillman dkk, 1998). Pertambahan bobot badan merupakan pencerminan kemampuan puyuh dalam mengubah zat-zat makanan
25
yang ada didalam ransum untuk diubah menjadi daging. Rataan pertambahan bobot badan selama 7 minggu penelitian dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rataan Pertambahan Bobot Badan Puyuh Petelur Jantan Umur 0-7 Minggu Minggu 1 2 3 4 5 6 7
Rata-rata Pertambahan Bobot Badan (g/ekor/minggu) 7,94 9,69 20,87 20,17 24,52 17,34 11,49
Berdasarkan hasil penelitian, pertambahan bobot badan puyuh petelur jantan relatif mengalami kenaikan setiap minggunya dengan rataan 2,29 gram per ekor per hari, dan 16,00 gram per ekor per minggu. Pada minggu keempat terjadi penurunan pertambahan bobot badan, hal ini terjadi karena puyuh mengalami stress akibat pindah kandang. Saat puyuh mengalami stress akan menghasilkan hormon kortisol yang mengakibatkan terjadinya penumpukan glikogen yang dihasilkan dari glukoneogenesis. Glukoneogenesis adalah pembentukan glukosa dari non karbohidrat sehingga berat badan akan menurun karena protein dan lemak yang merupakan faktor pembentuk otot akan menghasilkan glikogen sehingga pertambahan bobot badan menurun. Pertambahan bobot badan yang beragam setiap minggunya disebabkan oleh kepadatan kandang yang kurang memadai sebelum dipindahkan ke kandang yang lebih besar sehingga menyebabkan suhu kandang meningkat dan pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan. Pertambahan bobot badan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jenis kelamin, sistem pemeliharaan dan kondisi
26
limgkungan. Selain pakan, manajemen pemeliharaan turut berkontribusi terhadap performa bobot badan puyuh. 4.3.1. Kurva Pertambahan Bobot Badan Guna mengetahui pertambahan bobot badan puyuh petelur jantan 0-7 minggu dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pertambahan Bobot Badan Puyuh Petelur Jantan Umur (Minggu) 1 2 3 4 5 6
Rataan (g/hari) 1,38 2,98 2,88 3,50 2,48 1,64
Kurva Pertambahan bobot badan puyuh petelur jantan selama 7 minggu dapat dilihat pada Ilustrasi 2.
Ilustrasi 2. Kurva Pertambahan Bobot Badan Puyuh Petelur Jantan Pada Ilustrasi 2. Dilihat bahwa kurva pertambahan bobot badan puyuh petelur jantan mengalami peningkatan sesuai dengan umur dan mencapai puncak pertambahan bobot badan (titik infleksi) pada umur 3,75 minggu atau sekitar
27
umur 26 hari. Pada ilustrasi diatas bahwa pertambahan bobot badan meningkat sesuai umur dan berlangsung sampai dewasa tubuh dan pertambahan bobot badan akan menurun sesuai dengan bertambahnya umur puyuh tersebut. Pertambahan bobot badan digunakan sebagai ukuran kecepatan pertumbuhan (Tillman dkk, 1998). Kurva pertambahan bobot badan dibuat menggunakan program curve expert dengan model yang digunakan adalah Quadratic, yang memiliki rumus y = a + bt + ct2, dimana nilai a = -1, b =2,25, dan c = 0,3214. Keakuratan atau kecermatan antara titik data dengan kurva memiliki nilai sebesar 0,94 yang artinya keakuratan antara dua variabel tersebut tinggi. Nilai standar error antara titik data dengan kurva sebesar 0,37. 4.4. Konversi Ransum Guna mengetahui efisiensi produksi biasanya digunakan konversi ransum. Konversi ransum atau feed convertion ratio (FCR) merupakan perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan berat badan dalam jangka waktu tertentu (Rasyaf, 1994). Konversi ransum sebagai tolak ukur untuk menilai seberapa banyak pakan yang dikonsumsi puyuh untuk mampu menjadi jaringan tubuh, yang dinyatakan dengan besarnya bobot badan adalah cara yang masih dianggap terbaik. Berdasarkan Tabel 8, nilai konversi ransum puyuh petelur jantan setiap minggunya mengalami perubahan dengan rataan sebesar 4,89. Secara keseluruhan nilai konversi ransum puyuh petelur jantan selama 7 minggu sebesar 4,89. Hasil ini lebih besar bila dibandingkan dengan hasil penelitian Sujana, dkk (2012) bahwa nilai konversi ransum puyuh di berbagai Pusat Pembibitan di Jawa Barat sebesar 3,51 (Bandung), 3,71 (Cianjur), 3,77 (Bogor), dan 3,79 (Sukabumi). Nilai
28
konversi ransum tertinggi terjadi pada minggu ketujuh dengan nilai 9,37. Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya nilai konversi ransum. Tabel 8. Konversi Ransum Puyuh Petelur Jantan Umur 0-7 Minggu Minggu 1 2 3 4 5 6 7 Rataan FCR
Konversi Ransum 2,33 3,37 3,30 4,51 4,48 6,87 9,37 4,89 4,89
Menurut Card dan Nesheim (1979) bahwa faktor yang berpengaruh terhadap konversi ransum pada puyuh adalah perbaikan genetik untuk memperoleh bobot badan yang tinggi dengan konsumsi rendah, yang pada gilirannya didapatkan penggunaan ransum yang lebih efisien atau konversi ransum rendah. Selanjutnya menurut Siegel dan Wisman (1966), terdapat hubungan positif antara selera makan (appetite) dan efisiensi penggunaan ransum dengan bobot badan.