37
HASIL DAN PEMBAHASAN Letak Geografis dan Obyek Wisata Provinsi Nusa Tenggara Barat terletak antara 115°45” dan 9°5” Bujur Timur serta berada di Selatan Khatulistiwa yaitu antara 8°5” dan 9°5” Lintang Selatan. Provinsi NTB terdiri dari dua pulau besar yaitu Pulau Lombok dan Sumbawa serta dikelilingi oleh puluhan pulau-pulau kecil yang biasa disebut sebagai Gili. Provinsi NTB sebagian besar terdiri dari pegunungan dan bukit dengan dataran tinggi serta dataran rendah yang terbentang dari kota Ampenan di bagian Barat Pulau Lombok sampai kota Sape sebelah Timur Pulau Sumbawa. Suku asli di Pulau Lombok adalah suku Sasaq dan mayoritas beragama Islam. Suku dan etnis lain yang mendiami Pulau Lombok yaitu suku Bali, suku Jawa, suku Banjar, suku Mandar, suku Bugis, Cina, dan Arab. Sedangkan suku yang ada di Pulau Sumbawa merupakan orang-orang pendatang yang berasal dari Sulawesi seperti suku Bugis, suku Mandar, ataupun suku Selayar (Dinas Pariwisata NTB, 2005). Wisatawan yang masuk ke Provinsi NTB dapat melalui jalur udara ataupun jalur darat. Pelabuhan Lembar merupakan pintu masuk ke Pulau Lombok yang banyak digunakan oleh wisatawan asing dari pelabuhan Padang Bae di Pulau Bali. Penyeberangan ke Pulau Lombok menggunakan kapal penyeberangan fery dengan waktu tempuh 4 jam hingga 5 jam dan biaya relatif lebih murah. Selain melalui pelabuhan Lembar wisatawan asing juga bisa menggunakan jalur udara dari Bandara Udara Ngurah Rai Denpasar dengan jarak tempuh 20 menit menuju Bandara Udara Selaparang Mataram. Kawasan wisata yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat dapat dikelompokan menjadi dua bagian yaitu: 1. Wisata Alam Hal ini dapat dilihat dari potensi wisata alamnya seperti keindahan puncak Gunung Rinjani dengan panorama danau Segara Anak. Bagi mereka yang suka mendaki tempat ini sangat cocok sekali karena rute perjalanan dan panoramanya alam sekitarnya masih alami sekali. Kawasan pendakian Gunung Rinjani telah memperoleh penghargaan khusus untuk tingkat keamanan bagi pendaki dari kejahatan seperti perampokan. Penghargaan tersebut diberikan oleh negara Swedia.
38
Taman Nasional Gunung Rinjani mempunyai beberapa air terjun yang selalu ramai dikunjungi banyak wisatawan asing dan salah satunya adalah Sindang Gile. Letak air terjun tersebut cukup dekat dengan perkampungan tradisional suku Sasaq di desa Senaru. Disamping itu terdapat satwa yang dilindungi oleh pemerintah dan masyarakat Lombok khususnya yaitu kera yang masih banyak hidup bebas di sekitar hutan lindung. Obyek wisata bahari merupakan aset wisata yang paling banyak dipromosikan oleh pemerintah Provinsi NTB. Hal ini tidak lepas dari posisi geografis Pulau Lombok yang dikelilingi oleh laut dan pulau-pulau kecil. Adapun kawasan wisata laut adalah sebagai berikut: a. Kegiatan surfing dapat dilakukan di Pantai Kuta, Tanjung A’an, Ekas, Kaliantan (Kabupaten Lombok Tengah), Mawun, Tampa, Rowok Gili Lawang, Sulat, Petangan, Pulau Lampu (Kabupaten Lombok Timur), Pantai Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan, kawasan Pantai Senggigi, Krandangan,
Klui
Mangsit,
Sekotong,
Tawun,
dan
Gili
Nanggu
(Kabupaten Lombok Barat). b. Penyelaman dapat dilakukan di Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan yang berada di Kabupaten Lombok Barat. 2. Wisata Budaya. Wisata budaya berhubungan dengan kesenian dan adat istiadat yang masih dipertahankan hingga saat ini oleh pemerintah Provinsi NTB dan masyarakat. Banyak sekali tempat-tempat wisata budaya yang tersebar di seluruh Kabupaten di Pulau Lombok hingga Kabupaten Bima di Pulau Sumbawa. Adapun bagian dalam wisata budaya di Pulau Lombok yang menjadi bagian dari pembahasan meliputi: a. Adat istiadat dalam kehidupan masyarakat suku Sasaq. Wisatawan yang ingin melihat secara langsung kehidupan masyarakat asli suku Sasaq dapat mengunjungi perkampungan yang oleh pemerintah Provinsi NTB ditetapkan sebagai kawasan wisata budaya. Perkampungan tersebut berada di Utara Kabupaten Lombok Barat yaitu Desa Senaru tepatnya di bawah kaki Gunung Rinjani. Perkampungan Senaru dikenal juga sebagai pos pertama jika ingin melakukan pendakian ke Gunung Rinjani.
39
Wisatawan dapat menyaksikan secara langsung acara adat yang dilaksanakan dan informasi tersebut tidak lepas dari peranan kepala Desa Senaru yang telah bekerjasama dengan pihak penyelenggara wisata. Selain itu perkampungan asli suku Sasaq lainnya dapat dilihat di Kabupaten Lombok Tengah yaitu Desa Sade dan Desa Rambitan. Masing-masing perkampungan tersebut mempunyai adat istiadat yang sedikit berbeda tetapi secara keseluruhan perkampungan asli suku Sasaq masih mempertahankan tata cara kehidupan tradisionalnya. b. Cagar budaya meliputi masjid kuno Bayan di Desa Bayan, Museum, dan Taman
Narmada
yang
merupakan
bagian
peninggalan
kerajaan
Selaparang. Ketiga tempat tersebut berada di Kabupaten Lombok Barat. c. Kesenian yang terdiri dari musik tradisional dan hasil kerajinan masyarakat suku Sasaq. Adapun lokasi kawasan pusat industri hasil kerajinan tenun dan Gerabah di Kabupaten Lombok Barat dapat dikunjungi di Kecamatan Banyumulek dan Desa Sayang-sayang. Untuk Kabupaten Lombok Timur meliputi Desa Pringgasela dan Kecamatan Masbagik. Sedangkan untuk Kabupaten Lombok Tengah seperti Desa Rungkang, Desa Loyok, dan Desa Kotaraja. Untuk kesenian asli daerah suku Sasaq di Pulau Lombok meliputi: 1. Atraksi Peresean Peresean salah satu bagian dari kegiatan rutin dalam festival seni dan budaya yang sering dipusatkan di kawasan wisata pantai Senggigi. Masyarakat Lombok sangat menyadari bahwa Peresean merupakan salah satu warisan budaya nenek moyang yang harus tetap dilestarikan. Untuk itu banyak dibangun tempat khusus untuk atraksi Peresean sehingga masyarakat luas bisa menyaksikannya tidak pada festival saja. Daya tarik Peresean adalah adanya pertarungan antara dua orang yang memiliki kekuatan dalam hal tenaga dan mempunyai kemampuan menari mengikuti alunan musik pengiringnya. Atraksi tersebut melambangkan kekuatan seorang lelaki yang dalam bahasa suku Sasaq di sebut sebagai Pepadu. Peresean dilengkapi dengan perlengkapan senjata berupa tongkat yang panjangnya kurang lebih 1 meter dan berfungsi sebagai
40
alat memukul lawan. Tongkat tersebut terbuat dari kayu rotan dan dilengkapi dengan alat tameng berbentuk segiempat yang terbuat dari kulit kerbau. Tameng tersebut berfungsi sebagai pelindung dari pukulan-pukulan lawan. 2. Seni musik Gendang Beleq. Merupakan alat musik gendang yang merupakan ciri khas asli suku Sasaq di Pulau lombok Provinsi NTB. Dalam bahasa Indonesia Beleq artinya besar dan gendang tersebut mempunyai ukuran sangat besar sehingga menghasilkan suara menggelegar dengan keras. Sebagai upaya untuk melestarikan kesenian tersebut maka setiap acara adat hingga acara perkawinan, alat musik ini selalu dimainkan. Gendang Beleq dimainkan oleh orang dewasa diikuti oleh alat musik pengiring lainnya sehingga menghasilkan alunan musik dengan ritme sangat cepat. Festival Gendang Beleq yang rutin diadakan menjadi atraksi yang sangat menarik bagi masyarakat lokal dan juga para wisatawan mancanegara. Karakteristik Personal Wisatawan Karakteristik personal wisatawan yang diamati meliputi usia, jenis kelamin, hobi, pendapatan, status perkawinan, jumlah tanggungan dan asal negara.
Pengelompokan
benua
dilakukan
untuk
memudahkan
dalam
pembahasan mengenai deskriptif asal negara. Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar wisatawan asing berusia muda (51,8%) dan usia dewasa hanya 31,7%. Sedangkan wisatawan yang berusia tua hanya 16,5% dari keseluruhan wisatawan yang datang ke Pulau Lombok. Adapun jenis kelamin wisatawan tersebut menunjukan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih dominan (57%) daripada perempuan (43%) sebagai pelaku wisata. Sebagian besar wisatawan mempunyai hobi sangat menyukai olahraga, seni, dan pendakian gunung hingga 46,8%. Diantara wisatawan tersebut ada yang mempunyai hobi menyukai seni dan olah raga, menyukai hobi seni dan pendakian gunung, dan menyukai hobi olah raga dan pendakian gunung. Dengan kata lain wisatawan tersebut tidak sepenuhnya menyukai ketiga hobi tersebut yaitu olah raga, seni dan mendaki gunung.
41
Selain itu terdapat 24,1% wisatawan yang hanya menyukai hobi olah raga seperti surfing, menyelam, berenang, main kano di pantai, snowboarding, iceskating, golf, bersepeda, sepakbola, bulutangkis, bersepeda motor, ataupun joging. Tabel 1 Distribusi Wisatawan Menurut Karakteristik Personal
Karakteristik Usia
Jenis kelamin
Hobi
Pendapatan
Status perkawinan Jumlah tanggungan Asal negara
Kategori 1. Muda (≤ 30 tahun) 2. Dewasa (31 - 45 tahun) 3. Tua (≥ 60 tahun) 1. Perempuan 2. Laki-laki 1. Tidak menyukai seni, olah raga, dan mendaki gunung (membaca, travelling, memasak) 2. Menyukai seni, olah raga, dan mendaki gunung 3. Menyukai seni (mendengarkan musik) 4. Menyukai olah raga 5. Menyukai pendakian gunung 1. Rendah € 790 - € 2360 2. Sedang € 2361- € 3930 3. Tinggi € 3931- € 5500 1. Lajang 2. Menikah 1. Mempunyai tanggungan 2. Tidak mempunyai tanggungan 1. Benua Afrika 2. Benua Amerika 3. Benua Asia 4. Benua Australia 5. Benua Eropa
Wisatawan (N=79) Jumlah % 41 51,8 25 31,7 13 16,5 34 43,0 45 57,0
8
10,1
37 7 19 8 31 27 21 49 30 7 72 0 1 5 6 67
46,8 8,9 24,1 10,1 39,2 34,2 26,6 62,0 38,0 8,9 91,1 0 1,3 6,3 7,6 84,8
Pada Tabel 1 dalam karakteristik hobi olah raga secara khusus terdapat beberapa jenis olah raga yang biasa dilakukan oleh wisatawan asing di negara asalnya. Seperti bermain snowboarding dan iceskating yang biasa dimainkan ketika musim salju. Ketika bermain Snowboarding, alat yang digunakan berbentuk papan peluncur pada kedua kaki dan sepasang tongkat yang berfungsi untuk menahan ataupun mengatur arah gerakan meluncur. Bentuknya mirip dengan papan skateboard yang biasa dimainkan oleh anak-anak muda di jalanan. Olah raga surfing juga menggunakan sebuah papan peluncur yang ukurannya jauh lebih besar dan hanya bisa dimainkan di pantai pada ketinggian
42
ombak dengan kecepatan angin yang tinggi. Olahraga ini dapat dilakukan pada salah satu kawasan wisata Pantai Kuta di Kabupaten Lombok Tengah maupun di sekitar kawasan Pantai Gili Trawangan yang ada di Kabupaten Lombok Barat. Secara umum hobi seni menitikberatkan pada kesenangan individu dengan hal-hal yang berhubungan dengan seni. Adapun macam-macam jenis hobi yang terkait dengan seni antara lain bernyanyi, melukis, dan terutama mendengarkan musik. Hanya sebagian kecil atau 8,9% dari wisatawan asing yang benar-benar menyatakan sangat menyukai hobi seni. Jumlah pendapatan wisatawan asing sebagian besar masuk dalam kategori rendah (39,2%) dengan jumlah pendapatan dari € 790 sampai dengan € 2.360. Jumlah pendapatan rendah bisa disebabkan karena wisatawan masih berada dalam usia yang masih muda dan sebagian mempunyai bidang pekerjaan dengan pendapatan rendah. Mereka ada yang bekerja sebagai pekerja bangunan, sebagai penata dekorasi perumahan, dan arsitek. Wisatawan asing dengan status lajang lebih mendominasi hingga 62% daripada yang sudah menikah (38%) di Pulau Lombok. Selain itu dengan status lajang mereka merasa lebih nyaman berlibur tanpa harus berbagi keputusan tentang obyek wisata ataupun lokasi wisata yang akan dikunjungi. Jika dikaitkan dengan jumlah tanggunggan justru menunjukan bahwa hampir seluruhnya tidak mempunyai tanggungan hingga 91,1%. Walaupun ada juga wisatawan dengan status menikah mempunyai tanggungan berupa anak yang berjumlah dari 2 orang hingga 4 orang. Anak-anak mereka ada yang baru memasuki masa pra sekolah hingga kuliah dan bekerja (belum menikah). Pada saat penelitian berlangsung diketahui bahwa wisatawan asing yang telah menikah dan mempunyai anak tidak membawa serta anggota keluarganya. Alasannya anak-anak mereka harus tetap kesekolah dan hanya ingin melakukan perjalanan wisata tanpa anggota keluarga mereka. Selain itu wisatawan asing juga menyatakan bahwa walaupun mempunyai tanggungan dalam keluarga (khususnya anak yang masih sekolah dan kuliah) mereka tidak menganggap kegiatan berwisata akan mengganggu kebutuhan anak-anak mereka dan bukan suatu beban. Khusus untuk pendidikan, mereka sudah mengalokasikan sebagian pendapatannya dalam bentuk tabungan, asuransi, ataupun semacam deposito bagi jenjang pendidikan. Hal ini menunjukan adanya kesadaran bahwa kegiatan wisata bukan hanya sekadar bersenang-senang tetapi merupakan bagian
43
terpenting dalam kehidupan pribadinya tanpa harus mengorbankan kebutuhan pendidikan anak-anak mereka. Masih dalam Tabel 5 diketahui bahwa karakteristik asal negara wisatawan sebagian besar (84,8%) berasal dari negaranegara Eropa dibandingkan dari benua Asia yaitu Jepang (6,3%), benua Australia (7,6%) ataupun benua Amerika (1,3%). Adapun negara-negara Eropa tersebut meliputi Jerman, Belanda, Italia, Zwitzerland, Austria, Perancis, Norwegia, Swiss, dan Inggris. Menurut data dari Dinas Pariwisata NTB diketahui bahwa kunjungan wisatawan asing ke Pulau Lombok setiap tahunnya paling banyak berasal dari negara Jerman, Belanda, dan Perancis (Dinas Pariwisata NTB, 2005). Hal tersebut sesuai dengan asal negara wisatawan yang sebagian besar berasal dari Jerman, Belanda, maupun Perancis. Ada banyak tujuan yang menyebabkan wisatawan asing tertarik datang ke Pulau Lombok dan tujuan tersebut antara lain: a). Melakukan kunjungan bisnis. b). Mengelola berbagai macam hotel dan kafe dikawasan-kawasan wisata (kawasan wisata Pantai Kuta di Kabupaten Lombok Tengah ataupun kawasan wisata Pantai Senggigi di Kabupaten Lombok Barat). c). Berbulan madu. d). Melakukan penelitian sosial budaya di kawasan wisata Pantai Kuta di Kabupaten Lombok Tengah. Perilaku Komunikasi Wisatawan Peran media komunikasi sangat penting sebagai penyampai informasi bagi dunia pariwisata. Penggunaan berbagai macam media informasi merupakan bentuk dari perilaku komunikasi. Sebelum masuk pada tahapan komunikasi konfirmasi terlebih dahulu harus diketahui penggunaan sumber informasi awal yang digunakan wisatawan asing ketika merencanakan kunjungannya. Penelusuran
informasi awal
dan
konfirmasi memberikan sebuah
pemahaman bahwa sebelum dan setelah berada di Pulau Lombok wisatawan asing menggunakan berbagai macam media komunikasi. Mulai dari sumber informasi yang digunakan, saluran informasinya hingga isi pesan yang paling banyak dibutuhkan oleh wisatawan asing. Informasi
44
Tahap Pencarian Informasi Awal Tingkat perilaku komunikasi yang dilakukan oleh wisatawan sangat beragam. Tingkatan perilaku komunikasi pada tahap pencarian informasi awal secara keseluruhan dapat dikategorikan sebagai perilaku komunikasi yang kurang aktif, aktif, dan sangat aktif. Pengkategorian tersebut merupakan gabungan dari keseluruhan penggunaan jumlah sumber informasi, saluran informasi, dan isi informasi yang berhubungan dengan wisata. Adapun sumber informasi yang digunakan terdiri dari media massa, komunikasi tatap muka maupun kombinasi antara media massa dengan komunikasi tatap muka. Kebutuhan informasi mengenai wisata sangat beragam dan informasi tersebut mencakup sarana maupun prasarana yang mendukung kegiatan wisata. Informasi wisata tersebut pada umumnya mencakup tempat penukaran mata uang asing hingga tersedianya rumah sakit di kawasan wisata. Informasi yang dibutuhkan wisatawan diperoleh melalui saluran informasi dalam bentuk audio, visual, dan audiovisual. Penggunaan berbagai macam sumber informasi denngan saluran informasi beserta isi pesan dari informasi yang dibutuhkan wisatawan dapat menggambarkan tingkat keaktifan perilaku komunikasinya. Tingkat keaktifan dalam perilaku komunikasi tersebut dapat digolongkan dalam tiga bagian yaitu kurang aktif, aktif, dan sangat aktif. Berikut penjelasan mengenai seberapa besar tingkat perilaku komunikasi yang ditunjukan oleh wisatawan pada Tabel 3. Tabel 2 Distribusi Wisatawan Menurut Perilaku Komunikasi pada Tahap Pencarian Informasi Awal Tingkat Perilaku Komunikasi pada Pencarian Informasi Awal 1. Tidak melakukan pencarian informasi awal 2. Melakukan pencarian informasi awal: a. Kurang aktif b. Aktif c. Sangat aktif
Wisatawan (N=79) Jumlah % 0 0 15 38 26
19,0 48,1 32,9
Tabel 2 memperlihatkan bahwa sebagian besar wisatawan (48,1%) menunjukan tingkat perilaku komunikasi yang aktif pada tahap pencarian informasi awal. Adanya penggunaan kombinasi sumber informasi dengan saluran informasi dalam bentuk audio, visual, dan audiovisual dapat dilihat sebagai suatu tindakan positif. Artinya pemahaman wisatawan tentang informasi daerah tujuan wisata menjadi lebih baik daripada menggunakan satu sumber informasi saja.
45
Perbedaan kategori aktif dan sangat aktif hanya terletak pada jumlah penggunaan saluran informasi visual dan audiovisualnya saja. Sumber informasi dengan penggunaan saluran informasi fungsinya saling melengkapi. Dilihat dari kekurangannya, media siaran memberi perhatian pada suatu peristiwa dan biasanya waktu maupun perhatian untuk peristiwa lain menjadi
berkurang.
Kekurangan
inilah
yang
menjadikan
media
cetak
melengkapinya. Seperti yang diungkapkan oleh Severin dan Tankard (2001) bahwa media siaran mampu menyampaikan suatu informasi dengan cepat namun tidak dapat menguraikan segala aspeknya secara lengkap dan mendalam sehingga kekurangan inilah kemudian menjadikan media cetak mengisi kekurangan tersebut. Salah satu media cetak tersebut adalah buku panduan wisata. Buku panduan mempunyai kemampuan menginformasikan mengenai berbagai macam informasi wisata yang terangkum cukup lengkap dengan ulasan yang lebih luas sehingga wisatawan asing menggunakan buku sebagai salah satu saluran informasi wisatanya. Walaupun isi buku terkadang tidak melakukan revisi tetapi secara umum informasinya masih tetap dibutuhkan oleh wisatawan asing. Hal menarik disini adalah sebagian besar wisatawan asing merupakan negara-negara Eropa yang aktifitas membacanya sudah menjadi sebuah budaya. Seperti yang dikutip oleh Severin dan Tankard dari pernyataan Hellmut LehmanHaupt yang merupakan seorang sejarawan penerbitan buku menyatakan bahwa bangsa-bangsa
Eropa
memperkaya
pemikiran
masyarakatnya
dengan
penggunaan buku. Hal tersebut dimulai sejak buku dicetak secara massa, harga murah untuk digandakan dan bertujuan untuk mempelajari naskah-naskah klasik (Severin & Tankard 2001). Selain itu isi pesan informasi mengenai sarana dan prasarana merupakan bagian yang sangat penting dalam dunia pariwisata. Informasi yang dibutuhkan tersebut antara lain mengenai alat penukaran mata uang asing, obyek wisata yang ingin dikunjungi, informasi tempat menginap seperti hotel, bungalow, cottage dan lainnya. Dari Tabel 3 diketahui bahwa sebagian besar wisatawan (60,8%) menggunakan kombinasi sumber informasi. Kombinasi sumber informasi tersebut adalah komunikasi tatap muka dan penggunaan media massa. Komunikasi tatap muka merupakan bentuk komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih. Hal ini dapat dilihat ketika calon wisatawan mencari informasi melalui sumber-sumber informasi dalam hubungan interpersonal yaitu melalui
46
teman ataupun keluarga. Selain itu komunikasi tatap muka dapat terjadi antara hubungan interpersonal dan komunikasi di dalam kelompok atau komunikasi organisasi seperti pihak hotel dan agen perjalanan. Tabel 3 Distribusi Wisatawan Menurut Jenis Sumber Informasi dalam Tahap Pencarian Informasi Awal Jenis Sumber Informasi 1. Komunikasi tatap muka 2. Media Massa 3. Kombinasi sumber informasi
Wisatawan (N = 79) Jumlah % 12 15,2 19 24,0 48 60,8
Selain itu penggunaan media massa berupa media cetak dan elektronik mampu melengkapi kebutuhan wisatawan mengenai informasi kawasan wisata. Penggunaan kombinasi sumber informasi yang terdiri dari komunikasi tatap muka dan penggunaan media massa menunjukan ketidakpuasan wisatawan dengan satu sumber informasi saja. Bentuk ketidakpuasan ini diperkuat dengan pernyataan Lazarfeld dan Merton bahwa pada umumnya seseorang merasa tidak puas hanya dengan satu jenis media saja dan jika seseorang ingin mengetahui lebih jauh tentang sesuatu maka ia akan mencarinya dari macam-macam media (Rivers at al. 2003). Jadi perilaku komunikasi pada tahap pencarian informasi awal diperoleh dari penggunaan kombinasi melalui komunikasi tatap muka dan media massa. Penggunaan kombinasi sumber informasi melalui komunikasi tatap muka dan media massa tidak lepas dari saluran informasi dan isi pesan yang dibutuhkan wisatawan. Oleh karena itu akan dijabarkan secara rinci macammacam saluran informasi yang telah digunakan oleh wisatawan. Saluran informasi yang digunakan berupa audio, visual, dan audiovisual. Dari Tabel 4 diketahui bahwa terdapat berbagai macam saluran informasi yang digunakan oleh wisatawan. Dari berbagai sumber informasi tersebut, internet merupakan saluran informasi yang sebagian besar digunakan wisatawan asing (87,3%) dibandingkan penggunaan majalah, koran, ataupun tabloid yang hanya mencapai 5%. Internet memungkinkan hampir semua orang di belahan dunia manapun saling berkomunikasi dengan cepat dan mudah. Alasan seseorang untuk mengakses internet selain karena mudah mengaksesnya juga karena biaya yang digunakan relatif lebih murah. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Chang (1998) bahwa untuk kategori daya akses atau jangkauan pengunjung situs internet lebih melihat pada nilai ekonomisnya
47
(gratis atau murah) dibandingkan hanya untuk kesenangan (kemudahan mengakses informasi). Selain itu negara-negara Eropa, Amerika, Australia, maupun sebagian besar Asia menjadikan internet sebagai media informasi yang sangat populer setelah buku ataupun media informasi lainnya (Severin dan Tankard, 2001) Tabel 4 Distribusi Wisatawan Menurut Saluran Informasi yang Digunakan pada Tahap Pencarian Informasi Awal Wisatawan (N = 79) Jumlah %
Saluran Informasi Visual: 1. Internet 2. Buku-buku panduan wisata 3. Foto-foto berupa dokumentasi obyek wisata 4. Leaflet/booklet/brosur-brosur wisata 5. Foto-foto obyek wisata dalam bentuk Slide 6. Majalah/koran/tabloid Audiovisual : 7. Foto-foto obyek wisata dalam bentuk Compact Disk 8. Televisi Audio: 9. Radio
69 46 34 20 10 4
87,3 58,2 43,0 25,3 12,7 5,0
12
15,2
10
12,7
1
1,3
Fitur internet yang paling populer selain e-mail adalah world wide web (www) merupakan sebuah sistem situs komputer yang sangat luas dan dapat dikunjungi oleh siapa saja dengan program browser sebuah fitur yang dipakai oleh pengguna internet untuk bertukar pesan. Dari wawancara di lapangan diketahui dari sekian banyak situs tentang wisata ada dua website yang pernah mereka kunjungi untuk mencari informasi wisata yaitu www.travel.discovery.com atau www.travelchanel.com. Website ini mencakup informasi perjalanan wisata di seluruh dunia dengan berbagai macam lokasi tujuan wisata dan jenis wisata yang diinginkan. Informasi wisata yang bisa diakses diantaranya adalah adventure travel & sports, beaches, budget travel, museums & culture, romance & honeymoons, travel tips, world's best lists, dan lainnya. Situs
resmi
pemerintah
Indonesia
yang
dapat
diakses
yaitu
www.budpar.go.id yang menampilkan secara lengkap segala macam informasi wisata di seluruh Provinsi di Indonesia dalam berbagai bahasa Internasional seperti bahasa Inggris. Selain itu pemerintah Indonesia melalui Departemen Pariwisata Seni dan Budaya telah meresmikan website informasi wisata tanggal 23 Maret 1999 yaitu www.indonesia-tourisminfo.co.id. Salah satu menu
48
utamanya pada Destinations menampilkan berbagai informasi daerah tujuan wisata dan wisata khusus yang menarik untuk dikunjungi. Pulau Lombok termasuk sebagai salah satu daerah tujuan wisata yang direkomendasikan selain Bali. Adapun daerah tujuan wisata tersebut adalah Sumatra, West Java, Central Java, Sumba, North Aceh, dan Bengkulu. Website tersebut menggunakan lima bahasa yaitu Indonesia, Inggris, Perancis, Belanda, dan Jerman (Astuty, 2002). Selain itu wisatawan juga menggunakan buku-buku panduan wisata yang dapat diperoleh dengan mudah di toko-toko buku ataupun diberikan oleh teman atau kerabat mereka yang pernah berkunjung ke Pulau Lombok hingga 58,2%. Kekuatan dari sebuah buku adalah pemaparan isinya lebih luas dan lebih terinci. Namun kelemahan dari buku adalah isi yang dipaparkan bisa tidak up to date lagi walaupun terdapat istilah revisi tetapi tidak akan merubah keseluruhan isi buku sehingga untuk mengimbangi kekurangan dari buku tersebut maka wisatawan menggunakan saluran informasi lainnya. Adapun saluran informasi informasi lainnya seperti adanya penggunaan foto-foto obyek wisata dalam bentuk dokumentasi pribadi ataupun slide hingga 12,7%. Dokumentasi pribadi atau slide tersebut diperoleh melalui teman atau kerabat yang pernah mengunjungi Pulau Lombok maupun yang tinggal di Pulau Lombok. Beberapa negara Eropa ada yang menerbitkan buku mengenai wisata dunia. Negara-negara tersebut terdiri dari negara Jerman, Inggris, dan Perancis. Negara Jerman dan Inggris mempunyai buku terbitan mengenai panduan wisata yang memuat informasi secara menyeluruh mengenai wisata yang ada diseluruh dunia termasuk Indonesia dengan berbagai daerah tujuan wisatanya. Sedangkan Perancis belum mempunyai terbitan buku panduan (biasanya yang diterbitkan berupa buku panduan informasi perhotelan yang cukup lengkap) dengan kualitas setaraf dengan negara-negara seperti Jerman dan Inggris. Namun negara Perancis cukup dikenal sebagai negara yang dapat memberikan informasi terbaik mengenai informasi wisata (Wahab, 2003). Buku-buku panduan wisata pada umumnya mempunyai kelemahan dengan terbatasnya informasi mengenai data-data tertentu. Foto yang memuat lokasi atau obyek wisata tidak dicantumkan, adanya gambar obyek wisata yang tidak berwarna, cakupan informasi wisatanya tidak mendetail, dan lainnya sehingga penggunaan kombinasi sumber informasi dengan salurannya oleh wisatawan menjadi beragam.
49
Saluran informasi yang banyak digunakan wisatawan asing untuk melengkapi informasi yang diinginkan setelah buku adalah leaflet, booklet, dan brosur-brosur wisata hingga 25,3%. Saluran informasi tersebut oleh para pemasar banyak digunakan sebagai media informasi guna mempromosikan produk-produk barang maupun jasa. Tidak kecuali oleh pemasar pariwisata dalam hal ini pemerintah melalui Departemen Pariwisata, pihak swasta yang bergerak dalam bidang wisata seperti agen perjalanan, hotel, dan lainnya. Hanya 5,0% dari wisatawan asing yang menggunakan majalah, koran, dan tabloid serta 1,3% menggunakan radio sebagai saluran informasi awal dalam menentukan tujuan dan obyek wisata yang akan dikunjungi. Selain bentuk visual, wisatawan asing juga menggunakan informasi dalam bentuk audiovisual yang ciri-cirinya menggunakan suara disertai adanya gambar bergerak atau movie. Pemilihan foto-foto obyek wisata dalam bentuk Compact Disk (CD) oleh wisatawan mencapai 15,2% sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan televisi
yang
hanya
12,7%.
Bentuk
audiovisual mempunyai kemampuan sebagai penyampai informasi secara cepat yang dilengkapi dengan ulasan penjelas sehingga audiovisual lebih mampu memberi pemahaman lebih baik daripada media lainnya. Hal ini diperkuat juga dengan pendapat Soedarmanto (1998) yang menyatakan bahwa audiovisual mempunyai kemampuan untuk menstimuli indra penglihatan lebih tinggi hingga mencapai 83% dalam merespon informasi secara visual dan adanya kemampuan indra pendengar yang mencapai 11%. Informasi yang dibutuhkan wisatawan asing sangat beragam dan sesuai dengan kebutuhan tentang tujuan wisatanya. Informasi mengenai sarana dan prasarana yang dibutuhkan mulai dari tempat penukaran mata uang asing hingga adanya rumah sakit di kawasan wisata Pulau Lombok. Jumlah persentasi merupakan hasil pilihan wisatawan pada masing-masing informasi yang dibutuhkan. Hal ini dikarenakan masing-masing wisatawan mencari informasi lebih dari satu macam informasi wisata. Pada Tabel 5 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar (44,3%) wisatawan asing mencari informasi tentang tempat penukaran mata uang asing atau yang dikenal dengan sebutan money changer. Dengan adanya informasi tempat penukaran mata uang asing akan lebih memudahkan mereka melakukan aktivitas wisata yang berkenaan dengan transaksi pembayaran. Namun tidak semua wisatawan asing melakukan pembayaran dengan mata uang rupiah di
50
kawasan wisata seperti Senggigi ataupun di Kuta Kabupaten Lombok Tengah. Wisatawan tersebut antara lain Amerika Serikat, negara-negara Eropa, ataupun Australia melakukan pembayaran dengan menggunakan mata uang dari negaranya seperti Euro, Dollar Amerika ataupun Dollar Australia. Tabel 5 Distribusi Wisatawan Menurut Isi Informasi Sarana dan Prasarana Wisata pada Tahap Pencarian Informasi Awal Isi Informasi Mengenai Sarana dan Prasarana 1. Tempat penukaran mata uang asing 2. Jalur transportasi 3. Obyek wisata 4. Restauran 5. Hotel 6. Club malam dan kafe 7. Rumah sakit 8. Pemandu wisata 9. Jaringan telekomunikasi 10. Festival Seni dan Budaya 11. Acara party khusus untuk wisatawan
Wisatawan (N = 79) Jumlah % 35 44,3 34 43,0 30 37,9 26 32,9 25 31,6 15 18,9 9 11,4 9 11,4 8 10,1 5 6,3 2 2,5
Selain itu Informasi yang tidak kalah pentingnya adalah jalur tranportasi dari dan menuju tujuan wisata merupakan hal yang sangat penting bagi wisatawan asing hingga 43,0%. Adapun informasi jalur transportasi mencakup rute penerbangan menuju negara tujuan, kendaraan yang bisa digunakan untuk melihat obyek wisata, gambaran biaya transportasi yang akan dikeluarkan, dan yang sangat penting adalah kemudahan untuk menuju obyek wisata. Adanya gambaran tentang jalur transportasi yang jelas akan menyakinkan mereka untuk datang mengunjungi Pulau Lombok. Sebagian lagi mencari informasi tentang obyek-obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi hingga 37,9%. Pada umumnya hal ini tidak lepas dari tujuan wisatawan asing yang datang untuk berlibur dengan mengunjungi beberapa obyek wisata alam maupun budaya yang merupakan ciri khas atau keunggulan produk wisata di Pulau Lombok. Sebagian wisatawan menyatakan bahwa informasi hotel sangat penting diketahui hingga 31,6%. Informasi hotel tidak saja mencakup mengenai standar pelayanannya yang cukup dikenal dalam konteks hotel kelas melati hingga hotel berbintang. Melainkan informasi mengenai tersedianya tempat menginap dalam bentuk cottage ataupun bungalow. Selain hotel wisatawan mencari informasi mengenai ada tidaknya
51
berbagai macam restauran terbaik yang ada di sekitar kawasan wisata hingga 18,9%. Informasi mengenai restauran sangat dibutuhkan sekali oleh wisatawan yang menginap di hotel kelas melati. Hal ini dikarenakan tempat mereka menginap tidak menyediakan pelayanan makanan secara lengkap sehingga informasi tersebut dapat dijadikan persiapan agar rencana kunjungannya dapat berjalan dengan lebih baik. Dapat dikatakan bahwa money changer, jalur transportasi, hotel, dan restauran merupakan sebagian informasi yang sangat dibutuhkan oleh wisatawan asing ketika berencana mengunjungi suatu negara dengan tujuan berlibur. Ada juga wisatawan yang menyatakan bahwa informasi restauran menjadi penting untuk mencoba berbaga berbagai masakan dari berbagai negara hingga makanan asli daerah Pada bulan Juli di kawasan wisata Senggigi terdapat Festival Seni dan Budaya yang salah satu agendanya menampilkan kesenian gendang yaitu gendang Beleq. Selain itu Pulau Lombok akan lebih ramai dikunjungi wisatawan asing pada bulan Juli hingga Agustus (sebagian berkaitan dengan libur sekolah) dan kunjungan di atas bulan Agustus sedikit berkurang hingga kunjungan akan ramai kembali pada bulan Desember. Walaupun wisatawan asing datang berlibur pada bulan Oktober 2006 (saat penelitian berlangsung) sebagian kecil atau 6,3% menyatakan mencari informasi tentang Festival Seni dan Budaya. Walaupun sudah dapat dipastikan mereka tidak dapat melihat secara langsung acara festival tersebut. Selain itu hanya 2,5% wisatawan asing yang mencari informasi mengenai acara party di kawasan Pantai Senggigi. Acara party umumnya berkaitan dengan hari-hari khusus seperti melakukan acara pernikahan, bulan madu, valentine, ataupun kegiatan lain yang memang sengaja dibuat wisatawan asing untuk mengadakan khusus acara pesta. Acara party tersebut biasanya dilakukan oleh hotel untuk menarik minat wisatawan agar datang ke Pulau Lombok dan menginap di hotel tersebut. Setelah mengetahui isi informasi mengenai sarana dan prasarana umum lainnya maka pembahasan berikutnya mengenai isi informasi yang berhubungan dengan keamanan. Dari Tabel 6 diketahui bahwa wisatawan asing lebih mencari informasi tentang keamanan mengenai lokasi kantor polisi yang ada disekitar kawasan wisata hingga 32,9%. Informasi tersebut sangat penting bagi wisatawan karena berkaitan dengan isu-isu politik tentang Indonesia yang kurang baik
52
sehingga menyebabkan mereka menempatkan adanya kantor polisi sebagai bahan pertimbangan memilih obyek dan lokasi wisata. Pada saat itu Indonesia menjadi sorotan dunia dengan peristiwa bom Bali yang terjadi pada tahun 2001 silam. Tabel 6 Distribusi Wisatawan Menurut Isi Informasi Tentang Keamanan Dalam Informasi Awal Wisatawan (N = 79) Jumlah % 1. Kantor polisi 26 32,9 15 18,9 2. Jaminan keamanan dalam hotel 3. Private of security 8 10,1 4. Keamanan didalam di hotel 7 8,9 5. Pecalang* 7 8,9 Keterangan: * Pecalang adalah sekumpulan orang-orang yang bertugas memberikan pengamanan pada masyarakat khususnya di Bali dan wisatawan yang berada di kawasan wisata ataupun di lingkungan Banjar (kampung/desa). Informasi Tentang Keamanan
Pada Tabel 6 terdapat 18,9% informasi yang dibutuhkan wisatawan mengenai jaminan keamanan bagi pekerja asing yang bekerja mengelola beberapa tempat wisata. Hal ini tidak jauh berbeda dengan alasan pemilihan informasi mengenai kantor polisi. Adanya cara pandang dan gaya hidup yang berbeda menyebabkan sebagian wisatawan yang datang untuk bekerja menilai jaminan terhadap mereka harus ada dan dapat dijamin dengan baik. Pemerintah daerah sebagai tuan rumah bekerjasama dengan seluruh instansi terkait dapat memberikan jaminan dalam bentuk pengamanan disekitar tempat tinggal mereka. Selain itu pihak perusahaan tempat orang asing bekerja menyediakan layanan pengawal atau bodyguard jika mereka sedang bertugas di luar perusahaan. Ada juga beberapa wisatawan yang tidak menggunakan fasilitas tersebut dengan alasan mereka merasa tidak terlalu khawatir akan terjadi sesuatu selama berada di luar perusahaan. Karena dalam kontrak kerja keamanan sudah dijamin oleh pihak perusahaan dan pemerintah daerah sendiri. Sebagian lagi mencari informasi mengenai tersedianya pengamanan dalam bentuk private of security sebanyak 10,1%. Sedangkan 8,9% mencari informasi mengenai keamanan didalam hotel dan ada tidaknya Pecalang di Pulau Lombok. Wisatawan yang mencari informasi mengenai Pecalang merupakan wisatawan asing yang pernah mengunjungi Pulau Bali. Kunjungan ke Pulau Lombok lebih dikarenakan ingin mengetahui daya tarik obyek wisata yang tidak kalah bagusnya dengan Pulau Bali.
53
Dari penjelasan di atas dapat ditarik beberapa alasan pencarian informasi mengenai sarana dan prasarana yang mendukung wisata maupun keamanan di Pulau Lombok. Alasan tersebut adalah sebagai berikut: a). Wisatawan tersebut sudah berada di Indonesia dengan kunjungan awalnya di Pulau Bali; b). Belum pernah mengunjungi Pulau Lombok sebelumnya; c). Pernah mengunjungi Pulau Lombok namun informasi mengenai sarana dan prasarana tetap menjadi hal yang penting. d). Informasi mengenai keamanan sangat penting ketika berencana untuk melakukan pendakian ke Gunung Rinjani. Tahap Konfirmasi Pada tahap konfirmasi wisatawan melakukan peneguhan terhadap informasi yang telah diketahui sebelumnya. Selain itu peneguhan juga terjadi saat wisatawan menemukan informasi baru dan mencari informasi lainnya guna mendukung keputusan mengenai informasi tersebut. Komunikasi tatap muka yang terjadi pada tahap konfirmasi lebih banyak macamnya dibandingkan pada saat proses pencarian informasi awal. Adapun macam-macam komunikasi tatap muka tersebut meliputi hubungan interpersonal yang hanya terjadi melalui teman atau kerabat, hotel, melalui agen perjalanan, jasa seorang pemandu wisata yang ada dikawasan wisata dan melalui Bandara Udara Selaparang di Mataram Nusa Tenggara Barat. Adanya komunikasi tatap muka dalam komunikasi organisasi yang melibatkan wisatawan dengan seseorang yang berada dalam suatu lingkup organisasi seperti wisatawan dengan resepsionis hotel, agen perjalanan, dan saat tiba di Pulau Lombok melalui Bandara Udara Selaparang Mataram. Tahap konfirmasi terjadi bila wisatawan sudah memutuskan untuk menerima atau menolak informasi yang telah di peroleh sebelumnya (tahap pencarian informasi awal). Tingkat perilaku komunikasi yang ditunjukan wisatawan berbeda dibandingkan ketika mencari informasi pada tahap informasi awal. Perbedaan tersebut terlihat dengan adanya sebagian wisatawan yang tidak melakukan konfirmasi di Pulau Lombok. Dari Tabel 7 diketahui bahwa tahap konfirmasi menunjukan perilaku komunikasi yang kurang aktif (39,2%). Alasan mereka tidak melakukan konfirmasi
adalah
sebagian
informasi
yang
mereka
ketahui
sebelum
54
mengunjungi Pulau Lombok sudah di rasa cukup akurat. Sebagian lagi menyatakan
bahwa
mereka
datang
mengunjungi
Pulau
Lombok
tidak
membutuhkan terlalu banyak aktivitas wisata sehingga hanya membutuhkan informasi mengenai obyek wisata yang akan dikunjungi saja. Tabel 7 Distribusi Wisatawan Menurut Tingkat Perilaku Komunikasi Wistawan Pada Tahap Konfirmasi Tingkat Perilaku Komunikasi pada Konfirmasi 1. Tidak melakukan konfirmasi 2. Melakukan konfirmasi: a. Kurang aktif b. Aktif c. Sangat aktif
Wisatawan (N=79) Jumlah % 20 25,3 31 17 11
39,2 21,5 13,9
Konfirmasi yang dilakukan wisatawan asing setelah sampai di Pulau Lombok lebih bersifat peneguhan dari informasi yang diperoleh saat di negara asal. Dari wawancara peneliti dengan pemandu wisata diketahui bahwa ada beberapa wisatawan asing yang perjalanan wisatanya tidak diatur oleh agen perjalanan biasanya akan lebih aktif melakukan konfirmasi daripada yang telah diatur oleh agen perjalanan. Walaupun penggunaan sumber informasi dan saluran informasi yang digunakan tidak sebanyak saat informasi awal. Perilaku konfirmasi yang sangat aktif ditunjukan dengan menggunakan kombinasi antara komunikasi tatap muka dengan media massa. Wisatawan asing menggunakan salah satu dari bentuk komunikasi tatap muka yaitu melalui agen perjalanan, hotel tempat menginap, hubungan antar pribadi, pemandu wisata, dan Bandara Udara Selaparang Mataram. Adapun saluran informasi yang digunakan lebih banyak menggunakan bentuk visual antara lain leaflet/brosur, buku panduan wisata, foto-foto lokasi wisata, internet, atau majalah/koran wisata (biasanya disediakan di hotel atau agen perjalanan). Informasi yang banyak dibutuhkan wisatawan asing pada konfirmasi berkaitan dengan kegiatan wisatanya. Adapun informasi tersebut meliputi lokasi obyek wisata, tempat penginapan atau hotel, lokasi penukaran mata uang asing, restauran/kafe/club malam, maupun informasi mengenai ketersediaan jaringan telekomunikasi. Dapat dikatakan bahwa perilaku komunikasi pada tahap konfirmasi terjadi karena wisatawan asing masih membutuhkan banyak informasi mengenai kegiatan wisatanya. Informasi tersebut dibutuhkan guna mendukung ataupun memperkuat keputusan wisatawan dalam berwisata.
55
Penelusuran informasi pada tahap konfirmasi sama dengan tahap pencarian informasi awal yaitu mencari tahu penggunaan sumber informasi, bentuk-bentuk saluran informasi, dan isi dari informasi yang dibutuhkan wisatawan ketika berada di Pulau Lombok. Berikut ini pembahasan dimulai dari persentasi wisatawan pada penggunaan sumber-sumber informasi. Distribusi wisatawan menurut penggunaan sumber informasi pada tahap konfirmasi dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Distribusi Wisatawan Menurut Penggunaan Sumber Informasi pada Tahap Konfirmasi Sumber Informasi 1. Tidak melakukan konfirmasi 2. Melakukan konfirmasi menggunakan: a. Komunikisi tatap muka b. Media massa c. Kombinasi
Wisatawan (N=79) Jumlah % 20 25,3 19 4 36
24,1 5,1 45,6
Dari wawancara yang dilakukan pada sejumlah pemandu wisata diketahui bahwa ada sebagian wisatawan asing yang pernah mengunjungi Pulau Lombok lebih mempercayai pemandu wisata daripada agen perjalanan pada kunjungan berikutnya. Alasan wisatawan tersebut adalah para pemandu wisata lebih memahami kondisi ataupun tingkat keamanan di obyek wisata yang akan dituju. Selain itu jika mereka menggunakan jasa agen perjalanan pun para pemandu wisata
akan
diikutsertakan
untuk
menemani
wisatawan
asing
selama
mengunjungi lokasi wisata. Hal yang paling disukai wisatawan asing jika menggunakan jasa para pemandu wisata adalah mereka merasa privacy lebih terjaga karena selama perjalanan hanya mereka saja atau beberapa wisatawan asing lainnya ikut dalam rombongan wisata. Sebagian besar (45,6%) wisatawan asing menggunakan kombinasi sumber informasi dari media massa dan komunikasi tatap muka guna memperteguh informasi ataupun melengkapi informasi yang dibutuhkan. Kedua sumber informasi tersebut lebih luas cakupan informasi wisatanya daripada hanya menggunakan media massa atau melalui komunikasi tatap muka. Terpenting disini adalah penggunaan media massa dan komunikasi tatap muka sama-sama saling melengkapi kebutuhan wisatawan terhadap informasi wisata pada tahap konfirmasi. Selain kombinasi, wisatawan asing juga lebih banyak menggali informasi
56
wisata hanya bersumber dari komunikasi tatap muka saja (24,1%). Jika dikaitkan dengan kredibilitas sumber hal tersebut dilakukan wisatawan dengan asumsi bahwa agen perjalanan di kawasan wisata maupun dari Bandara Selaparang Mataram lebih luas cakupan informasinya. Selain itu lokasi agen perjalanan dan Bandara jelas tempatnya, lebih dekat dan mudah ditemui oleh wisatawan. Hanya sebagian kecil (5,1%) yang menggunakan media massa sebagai sumber informasi wisatanya. Alasan utamanya adalah informasi pada media massa sudah terangkum sangat jelas dan lengkap. Dari keseluruhan responden (79 orang wisatawan asing) hanya 59 orang (74,5%) yang melakukan konfirmasi setelah berada di Pulau Lombok. Sedangkan 20 orang wisatawan atau 25,3% tidak melakukan konfirmasi. Ada beberapa alasan mengapa wisatawan asing tersebut tidak melakukan konfirmasi antara lain: a). Melakukan kunjungan wisata pada beberapa obyek wisata yang telah diatur oleh agen perjalanan. b). Selama mengunjungi beberapa obyek wisata selalu didampingi oleh pemandu wisata. c). Kunjungan wisatawan asing hanya pada satu obyek wisata saja seperti melakukan aktivitas surfing di pantai Kuta Kabupaten Lombok Tengah ataupun di Pantai Gili Trawangan Kabupaten Lombok Barat. d). Wisatawan tersebut pernah mengunjungi Pulau Lombok sehingga informasi mengenai lokasi ataupun tingkat keamanan dikawasan wisata sudah di ketahui dengan cukup baik. e). Wisatawan asing tersebut tinggal di Pulau Lombok untuk bekerja. Setelah mengetahui beberapa alasan wisatawan asing tidak melakukan konfirmasi di Pulau Lombok maka pembahasan selanjutnya berkaitan dengan penggunaan berbagai macam saluran informasi. Selama berada di Pulau Lombok wisatawan asing tidak menggunakan saluran informasi melalui radio. Hal ini dikarenakan pemerintah Provinsi NTB dan pihak swasta yang bergerak dalam bidang pariwisata tidak menyediakan informasi wisata melalui radio. Informasi wisata melalui radio sudah dilakukan oleh Pulau Bali yang bekerjasama dengan pihak swasta yaitu radio Hard Rock. Pada Tabel 9 diketahui bentuk informasi yang digunakan wisatawan dalam konfirmasi hanya dua yaitu visual dan audiovisual. Dalam bentuk visual saluran informasi yang digunakan sebagian besar melalui leaflet, booklet, dan
57
brosur-brosur wisata hingga 55,7%. Hal ini lebih dikarenakan leaflet, booklet, dan brosur-brosur lebih mudah ditemukan di hotel, agen perjalanan, pada seorang guide, dan di Bandara Udara Selaparang Mataram saat tiba di Pulau Lombok. Dari bentuk dan ukurannya yang sangat ringan dan mudah dibawa kemana saja maka media informasi tersebut lebih banyak digunakan oleh wisatawan asing. Tabel 9
Distribusi Wisatawan Menurut Penggunaan Saluran Informasi pada Tahap Konfirmasi Saluran Informasi yang Digunakan
Wisatawan (N = 59) Jumlah %
Visual: 1. Leaflet, booklet, brosur-brosur wisata 2. Buku-buku panduan wisata 3. Foto-foto berupa dokumentasi obyek wisata 4. Foto-foto obyek wisata dalam bentuk slide 5. Internet 6. Majalah/koran/tabloid Audiovisual: 7. Televisi
44 28 24 14 10 10
55,7 35,4 30,8 17,7 12,7 12,7
10
12,7
Selain itu leaflet, booklet, dan brosur-brosur wisata dapat digunakan sebagai dasar informasi untuk bisa membandingkan informasi yang diketahui pada informasi lainnya. Gambar yang ada pada leaflet mempunyai warna yang cukup menarik dan bisa meyakinkan wisatawan untuk mengunjunginya sehingga informasi yang telah diketahui sebelumnya lebih kuat dan lebih menyakinkan wisatawan untuk berkunjung pada obyek wisata yang diinginkan. Bentuk informasi visual lainnya adalah penggunaan buku panduan wisata hingga 35,4% untuk melengkapi informasi dari media lainnya. Dibandingkan dengan leaflet, booklet, dan brosur-brosur wisata, buku panduan wisata mengulas lebih luas segala informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan obyek wisata, lokasi, ataupun informasi wisata lainnya. Terdapat beberapa kelemahan dalam buku panduan wisata yang biasanya digunakan wisatawan. Kelemahan buku panduan wisata tersebut sebagai berikut: a). Tampilan gambar tentang obyek wisata tidak mendetail. b). Adanya sebagian buku yang tidak menampilkan gambar-gambar obyek wisata dengan kertas berwarna. c). Terkadang halaman yang memuat semua obyek wisata tidak tersedia dan hanya menerangkan adanya obyek wisata tertentu yang menarik untuk dikunjungi.
58
d). Terkadang gambar ataupun informasi mengenai obyek wisata yang ditampilkan tidak sesuai dengan yang apa diinginkan wisatawan. Bisa saja informasi mengenai obyek wisata lainnya yang menurut penulis buku tidak perlu ditampilkan justru yang ingin diketahui oleh wisatawan. e). Secara keseluruhan buku panduan wisata mempunyai keterbatasan dalam jumlah halaman untuk memuat berbagai informasi mengenai obyek wisata. Adanya kekurangan pada buku panduan wisata tersebut dapat dilengkapi dengan penggunaan slide foto oleh wisatawan. Adanya foto-foto mengenai obyek wisata alam dan budaya dalam bentuk slide semakin memperteguh dan meyakinkan wisatawan asing untuk mengunjunginya. Slide merupakan teknik menampilkan gambar diam (bukan bergerak seperti film) dalam satuan frameframe foto. Gambar-gambar yang diperlihatkan pada slide mempunyai arah gerakan yang dapat disesuaikan seperti arah vertikal ataupun horizontal. Selain slide, wisatawan asing juga menggunakan saluran informasi dalam bentuk audiovisual yaitu televisi. Walaupun persentasi penggunaannya sangat sedikit namun penggunaan media komunikasi ini tetap bisa melengkapi informasi yang diinginkan. Informasi mengenai obyek wisata ditelevisi dapat diketahui melalui siaran televisi lokal yaitu LombokTV dan diduga melalui siaran televisi swasta nasional. Bisa dikatakan bahwa adanya gerakan-gerakan gambar dengan obyek diam dan beragamnya warna dari leaflet, booklet, ataupun brosur berwarna mampu menstimulasi alat indra mata. Rakhmat (2001) menyatakan bahwa stimulasi yang diperoleh mata dikirim kesistem syaraf otak dengan batas ambang gelombang cahaya antara 380–780 nanometer sehingga informasi dalam bentuk simbol-simbol tersebut mampu meyakinkan wisatawan untuk memutuskan memilih obyek wisata alam dan obyek wisata budaya. Adanya perbedaan jumlah persentasi masing-masing saluran informasi dari yang lebih dominan hingga persentasi terendah hanya memberikan gambaran tentang penggunaan saluran informasi mana yang lebih banyak digunakan wisatawan sehingga tidak dapat dikatakan bahwa penggunaan saluran informasi yang dominan lebih baik daripada yang terendah. Karena dalam penelitian ini sebagian besar wisatawan lebih banyak mengkombinasikan bentuk-bentuk saluran informasi. Distribusi wisatawan menurut isi informasi sarana dan prasarana dalam tahap konfirmasi dapat dilihat pada Tabel 11.
59
Tabel 10 Distribusi Wisatawan Menurut Isi Informasi Sarana dan Prasarana dalam Tahap Konfirmasi Isi Informasi Tentang Sarana dan Prasarana 1. Hotel 2. Club malam dan kafe 3. Obyek wisata 4. Money changer 5. Restauran 6. Jaringan telekomunikasi 7. Jalur transportasi 8. Jasa penyewaan mobil 9. Pemandu wisata 10. Festival seni dan budaya di kawasan Senggigi 11. Rumah sakit
Wisatawan (N = 59) Jumah % 19 24,1 19 24,1 18 22,8 17 21,5 17 21,5 16 20,3 11 13,9 10 12,7 8 10,1 4 5,1 1 1,3
Menurut Tabel 10 bahwa sebagian besar wisatawan asing mencari informasi mengenai hotel dari kelas melati hingga kelas berbintang lima dan informasi tentang tempat-tempat hiburan seperti club-club malam ataupun kafe terbaik di kawasan wisata hingga 24,1%. Pencarian informasi tentang hotel dikarenakan setelah berada di kawasan wisata wisatawan lebih leluasa untuk memilih dan menentukan hotel jenis apa yang akan digunakan sebagai tempat beristirahat. Selain itu sebagian wisatawan tidak tetap untuk tinggal pada satu hotel saja tetapi berpindah pada hotel lainnya. Ada beberapa alasan yang dinyatakan oleh wisatawan antara lain untuk kenyamanan beristirahat saat berlibur, agar jarak antara obyek wisata lebih dekat dengan hotel, ataupun adanya ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan pihak hotel. Informasi obyek wisata tetap menjadi hal utama yang dicari oleh wisatawan dalam tahap konfirmasi hingga 22,8%. Informasi mengenai obyekobyek wisata setelah berada di kawasan wisata lebih beragam sehingga lebih memudahkan wisatawan untuk menentukan keputusannya. Bisa dikatakan bahwa wisatawan yang melakukan konfirmasi cenderung akan mengunjungi apa yang mereka telah ketahui dan telah putuskan dari keputusan pada informasi awal. Konfirmasi mengenai informasi lainnya yang dibutuhkan wisatawan asing adalah keberadaan restauran yang menyajikan berbagai menu favorit dari mancanegara hingga makanan asli Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dari pengamatan selama di lokasi penelitian diketahui bahwa kunjungan wisatawan
60
asing kerestauran biasanya mulai ramai dari jam 4 sore hingga tengah malam. Sebagian baru datang dari kunjungannya dari obyek-obyek wisata. Sambil berjalan-jalan disekitar kawasan wisata para wisatawan juga mencari informasi mengenai restauran yang dapat memuaskan selera dan sebagai tempat bersantai yang lebih nyaman. Begitu juga dengan tempat-tempat penukaran mata uang asing tetap merupakan informasi yang penting bagi wisatawan asing. Hal ini dikarenakan sebagian besar wisatawan datang ke Pulau Lombok masih membawa mata uang negara mereka. Walaupun sebagian dari wisatawan asing ada juga yang melakukan pembayaran dengan mata uang negaranya seperti dollar Australia ataupun Euro. Nilai kurs mata uang asing tersebut telah disesuaikan dengan kurs rupiah yang harus mereka bayar. Namun penukaran mata uang asing dalam bentuk rupiah tetap dilakukan oleh wisatawan dengan mempertimbangkan efiseinsi dan lebih mempermudah pembayaran pada tempat-tempat yang tidak menggunakan mata uang asing sebagai alat pembayaran. Informasi lainnya yang diperlukan wisatawan asing adalah informasi mengenai ketersediaan jaringan telekomunikasi hingga 20,3% pada kawasan wisata. Jaringan telekomunikasi tersebut terkait dengan penggunaan internet ataupun penggunaan jaringan telepon seluler. Selama melakukan perjalanan kesuatu tempat wisatawan asing kerap melakukan kontak informasi dengan teman, kerabat ataupun relasi diluar Indonesia ketika masih berada di Pulau Lombok. Selama melakukan pengamatan di lokasi penelitian dan wawancara dengan pemilik rental internet diketahui bahwa wisatawan asing sangat membutuhkan sekali sarana internet dalam menunjang kegiatan wisata. Sebagian
kecil konfirmasi
dilakukan untuk
mengetahui
informasi
mengenai jalur transportasi menuju lokasi wisata. Informasi tersebut berkaitan dengan kemudahan untuk menjangkau lokasi wisata sebanyak 14%. Biasanya informasi jalur transportasi sangat dibutuhkan bagi wisatawan yang belum pernah mengunjungi Pulau Lomkok dan sebagian yang belum pernah mengunjungi lokasi obyek wisata. Bagi wisatawan asing yang ingin mengunjungi suatu lokasi obyek wisata dengan ruang privasi yang lebih terjaga maka biasanya membutuhkan jasa penyewaan mobil (12,7%). Dari wawancara dengan para driver yang sering disewa oleh wisatawan asing menuju beberapa lokasi obyek wisata menyatakan bahwa wisatawan sangat menyukai penggunaan jasa penyewaan mobil. Dalam satu mobil
61
biasanya berjumlah 2 orang hingga 6 orang wisatawan asing. Disamping harga lebih murah mereka bisa menentukan obyek wisata mana yang akan dikunjungi. Selain itu dari sudut privacy lebih terjaga dan tentunya lebih nyaman selama perjalanan dalam melakukan kunjungan wisata. Terdapat juga beberapa informasi yang dirasakan sudah cukup ataupun sebagian menyatakan tidak terlalu penting. Hal ini dapat dilihat pada informasi mengenai pemandu wisata, tentang adanya pertunjukan festival seni dan budaya di kawasan wisata Senggigi. Hanya 1,3% yang membutuhkan informasi mengenai rumah sakit ataupun klinik berobat di kawasan wisata. Distribusi wisatawan menurut penggunaan isi informasi tentang keamanan dalam tahap konfirmasi dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Distribusi Wisatawan Menurut Penggunaan Isi Informasi Tentang Keamanan dalam Tahap Konfirmasi Isi Informasi Tentang Keamanan 1. Private of security 2. Kantor polisi 3. Pecalang
Wisatawan (N = 59) Jumlah % 18 22,8 12 15,2 6 7,6
Konfirmasi mengenai keamanan tentang private of security sebagian menjadi hal yang penting untuk kenyamanan berada di Pulau Lombok hingga 22,8% dibandingkan dengan adanya kantor polisi disekitar kawasan wisata yang hanya 15,2%. Dari pengamatan dan wawancara dilokasi wisata diketahui wisatawan yang membutuhkan jasa pengamanan pribadi cenderung merupakan wisatawan yang benar-benar membutuhkan sebuah privacy eksklusif. Artinya ketika mengunjungi suatu obyek
wisata tertentu
yang lokasi
ataupun
keamanannya masih kurang maka jasa pengaman pribadi sangat dibutuhkan. Selain itu adanya aktivitas lainnya seperti melakukan transaksi bisnis diperlukan satu atau dua orang jasa pengaman pribadi. Konfirmasi mengenai pecalang juga dibutuhkan walaupun persentasinya sangat kecil sekali. Hal ini tidak lepas dari adanya kunjungan wisata di Pulau Bali sebelumnya dan berharap menemukan pecalang dikawasan wisata Pulau Lombok. Namun pemerintah daerah bisa menjamin keamanan wisatawan asing selama berada dikawasan wisata walaupun bukan dalam bentuk pecalang. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa perilaku komunikasi wisatawan menunjukan kategori kurang aktif pada tahap konfirmasi. Walaupun melakukan kombinasi sumber informasi namun saluran informasi lebih banyak
62
melalui bentuk visual yaitu leaflet/brosur/booklet. Dalam komunikasi tatap muka saluran informasi tersebut banyak digunakan oleh pemandu wisata, hotel, maupun agen perjalanan. Selain itu booklet dan buku panduan wisata dapat diperoleh melalui toko yang menjual kebutuhan informasi wisata pada kawasan wisata di Pulau Lombok. Pada dasarnya penggunaan sumber informasi yang terdiri dari komunikasi tatap muka dan media massa sama-sama mempunyai kemampuan dalam menyakinkan khalayak. Media massa efektif dalam merubah pendapat (pengetahuan) dan komunikasi tatap muka efektif merubah sikap. Terpenting adalah informasi wisata yang dapat diperoleh dengan mudah. Keputusan Wisatawan dalam Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal Pendeskripsian tentang keputusan mencakup pemilihan obyek wisata alam, obyek wisata budaya, dan masa tinggal. Selain itu lamanya penggunaan waktu ketika mengunjungi obyek wisata sangat beragam. Dalam sehari seorang wisatawan asing dapat mengunjungi lebih dari 1 obyek wisata sekaligus sehingga dapat diketahui total penggunaan waktu yang dihabiskan ketika mengunjungi obyek wisata. Mulai dari 10 menit hingga di atas 5 jam. Dari yang hanya berenang di pantai hingga mengunjungi obyek-obyek wisata budaya. Obyek wisata budaya amat beragam dan diantaranya adalah Festival seni budaya hingga perkampungan asli masyarakat suku Sasaq yang merupakan salah satu cagar budaya di Provinsi NTB. Selain kunjungan pada obyek wisata terdapat juga penjabaran mengenai masa tinggal wisatawan. Dari 4 hari hingga lebih dari 9 hari. Berikut penjelasan masing-masing keputusan mengunjungi obyek wisata alam, budaya, dan menentukan masa tinggal. Keputusan Pemilihan Obyek Wisata Alam Pulau Lombok mempunyai banyak potensi wisata alam yang tidak kalah dengan Provinsi lainnya. Saat ini obyek wisata pantai tetap menjadi andalan Pemerintah NTB dalam menarik minat wisatawan asing maupun domestik. Jumlah keputusan memilih obyek wisata alam sangat beragam sehingga dilakukan pengkategorian dalam menjelaskan jumlah obyek wisata alam yang dipilih.
Pengkategorian
jumlah
keputusan
memilih
obyek
wisata
alam
dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Keputusan wisatawan tersebut merupakan jumlah aktivitas wisata yang dikunjunginya.
63
Tabel 12 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan dalam Memilih Obyek Wisata Alam Jumlah Keputusan Memilih Obyek Wisata Alam 1. Sedikit 2. Sedang 3. Banyak
: ≤ 4 obyek wisata : 5 s/d 7 obyek wisata : ≥ 8 obyek wisata
Wisatawan (N=79) Jumlah % 45 57,0 32 40,5 2 2,5
Pada Tabel 12 bahwa jumlah keputusan wisatawan asing untuk memilih obyek wisata alam termasuk dalam kategori sedikit atau 57,0%. Hal ini dikarenakan aktivitas wisatawan asing hanya pada 1 obyek wisata hingga 4 obyek wisata alam. Seperti keputusan memilih wisata pantai antara lain menyelam, berenang di pantai, berjalan-jalan sambil menikmati sunset. Bahkan ada keputusan wisatawan asing hanya pada 1 obyek wisata alam saja seperti surfing atau melakukan pendakian di Gunung Rinjani. Selain di pantai wisatawan asing juga mengkombinasikan kunjungannya pada kawasan Taman Nasional hutan lindung Gunung Rinjani. Salah satu obyek wisata tersebut adalah melihat air terjun ataupun melihat kawanan kera yang banyak ditemui di sepanjang jalur menuju air terjun (jika melewati jalur Senggigi). Untuk itu jumlah keputusan wisatawan asing dapat dikategorikan sedang (40,5%) dengan jumlah kunjungan wisata 5 hingga 8 obyek wisata. Wisatawan dengan keputusan tinggi mempunyai jumlah aktivitas wisata di atas 9 obyek wisata. Adapun keputusan obyek wisata tersebut antara lain kombinasi dari obyek wisata pantai, pendakian Gunung Rinjani, dan adanya kunjungan wisatawan ke Gili Trawangan. Untuk mengetahui lebih jelas masing-masing jumlah persentase obyek wisata alam yang dikunjungi wisatawan dapat dilihat pada Tabel 13. Keputusan wisatawan asing pada obyek wisata alam sebagian besar memilih obyek wisata pantai daripada obyek wisata pendakian Gunung Rinjani. Hal ditunjukan dengan keputusan wisatawan asing yang sebagian besar memilih untuk berenang di pantai (63,3%). Wisatawan asing ingin merasakan adanya perbedaan antara berenang di pantai yang ada di Pulau Lombok dengan pantai lainnya seperti Pantai Kute Bali. Khusus di Pantai Senggigi memang sangat cocok digunakan untuk berenang. Hal ini dikarenakan Pantai Senggigi memiliki ombak yang tenang dengan arus laut yang tidak kuat sehingga aman digunakan untuk berenang.
64
Tabel 13 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan pada Masingmasing Obyek Wisata Alam Jumlah Keputusan Wisatawan pada Masing-masing Obyek Wisata Alam Pendakian Gunung dan sekitarnya: 1. Melihat air terjun 2. Melihat kawanan monyet 3. Mendaki puncak Gunung Rinjani 4. Berkemah di danau Segara Anak - Gunung Rinjani 5. Mengunjungi pemandian air panas Pantai dan sekitarnya: 6. Berenang di pantai 7. Menikmati sunset 8. Berjemur di pantai 9. Snorkeling 10. Surfing 11. Menyelam 12. Memancing 13. Lainnya: a. Keliling disekitar kawasan pantai dengan menggunakan sepeda motor b. Mengunjungi hutan lindung & pemandian Tete Batu b. Keliling seputar kawasan hutan lindung dengan menggunakan sepeda gunung c. Berjalan-jalan di sekitar kawasan pantai di Gili Trawangan d. Main kano di pantai
Wisatawan (N = 79) Jumlah % 35 34 21 12 5
44,3 43,0 26,6 15,2 6,3
50 43 41 35 19 19 2
63,3 54,4 51,9 44,3 24,1 24,1 2,5
7
8,9
7 5
8,9 6,3
4
5,1
3
3,8
Pada Tabel 13 diketahui bahwa 54,4% wisatawan asing memilih berenang di pantai wisatawan asing memutuskan untuk menikmati indahnya sunset sambil berjalan-jalan di pinggiran pantai atau sekadar duduk santai. Selain itu 51,9% memutuskan untuk berjemur di pantai agar kulit menjadi lebih coklat. Wisatawan asing banyak berjemur di pinggir pantai terutama di Gili Trawangan karena merasa terik panas matahari sangat cocok untuk berjemur. Selain itu kawasan pantai di Pulau Lombok pada umumnya masih tertata secara alami. Keputusan wisatawan lainnya adalah melihat keindahan karang di laut hanya dengan snorkeling (44,3%). Obyek wisata tersebut lebih mudah dilakukan daripada penyelaman yang membutuhkan ketrampilan khusus. Wisatawan asing yang memilih untuk melakukan penyelaman hanya 24,1%. Kawasan yang paling banyak dikunjungi wisatawan untuk penyelaman adalah Gili Trawangan. Keadaan terumbu karangnya masih terjaga walaupun telah terjadi kerusakan terumbu karang. Namun pada umumnya terumbu karang
65
tersebut masih terlihat sangat indah. Selain memutuskan mengunjungi beberapa obyek wisata di pantai ada juga wisatawan asing yang datang secara khusus untuk melakukan penyelaman. Selain obyek wisata pantai, Pulau Lombok juga mempunyai obyek wisata alam lainnya yaitu Taman Nasional Gunung Rinjani. Pada kawasan tersebut terdapat beberapa air terjun yang banyak dikunjungi oleh wisatawan asing maupun domestik. Salah satunya adalah air terjun Sindang Gile yang selalu ramai di kunjungi wisatawan asing hingga 44,3%. Selain itu wisatawan asing dapat melihat kera liar yang banyak dijumpai di sepanjang perjalanan menuju kawasan Taman Nasional (43,0%). Kera-kera tersebut oleh pemerintah dan masyarakat sekitar telah dilindungi keberadaannya sehingga perjalanan menuju wisata air terjun tersebut tidak terasa membosankan. Selain itu sebagian wisatawan asing melakukan pendakian di puncak Gunung Rinjani hingga 26,6%. Untuk melakukan pendakian kepuncak Rinjani seseorang harus mempunyai stamina yang prima dan harus didampingi oleh porter atau pemandu wisata yang sudah berpengalaman. Hal ini terkait langsung dengan keselamatan jiwa para pendaki. Seperti waktu yang baik untuk berada di puncak (diatas jam 5 pagi) dan harus segera turun dari puncak sebelum jam 7 pagi. Biasanya setelah di atas jam 7 pagi angin bertiup sangat kencang. Selain memutuskan melakukan pendakian diketahui hanya 15,2% wisatawan yang bertujuan untuk melihat Danau Segara Anak di Gunung Rinjani. Diantara wisatawan tersebut ada yang bertujuan untuk melihat danau setelah melakukan pendakian di puncak Rinjani dan segera kembali untuk mengakhiri pendakiannya. Lainnya memang bertujuan untuk melihat Danau Segara Anak. Untuk obyek wisata lainnya sebagian kecil memilih aktivitas bersepeda motor dengan tujuan berkeliling diseputar kawasan wisata pantai Senggigi. Wisatawan asing tersebut ingin melihat secara langsung keadaan dan suasana di sekitar kawasan wisata Senggigi. Selain itu ada juga wisatawan asing yang memutuskan kunjungannya kepemandian Tete Batu yang ada di Kabupaten Lombok Timur. Pemandian tersebut berada di tengah hutan lindung yang merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Rinjani. Keputusan Pemilihan Obyek Wisata Budaya Obyek wisata tradisional Suku Sasaq di Pulau Lombok amat beragam. Mulai dari kesenian hingga cagar budaya yang masih terjaga hingga saat ini.
66
Keputusan wisatawan memilih obyek wisata budaya jumlahnya berbeda-beda. Mulai dari 2 obyek wisata hingga di atas 5 obyek wisata. Selain itu ada juga wisatawan yang sama sekali tidak memilih obyek wisata budaya baik itu bersifat tradisional maupun non tradisional. Untuk memudahkan pembahasan mengenai keputusan memilih obyek wisata budaya maka dilakukan pengkategorian dengan hanya berdasar pada jumlah obyek wisata budaya yang dipilih. Pengkategorian jumlah obyek wisata menggunakan istilah rendah untuk pemilihan di bawah 4 obyek wisata. Kategori sedang diberikan pada wisatawan yang mempunyai jumlah pemilihan di bawah 7 obyek wisata budaya. Jumlah pemilihan di atas 7 obyek wisata budaya dapat diketagorikan dalam keputusan tinggi. Bagi wisatawan asing yang mempunyai jumlah keputusan di atas 7 obyek wisata budaya maka dapat dikategorikan sebagai keputusan tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini. Tabel 14 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan dalam Memilih Obyek Wisata Budaya Jumlah Keputusan Wisatawan dalam Memilih Obyek Wisata Alam a. Wisatawan yang tidak memilih obyek wisata budaya b. Wisatawan yang memilih obyek wisata budaya: 1. Sedikit : ≤ 4 obyek wisata 2. Sedang : 5 s/d 7 obyek wisata 3. Banyak : ≥ 8 obyek wisata
Wisatawan (N=79) Jumlah % 12 15,2 54 13 -
68,4 16,5 -
Dari Tabel 14 diketahui bahwa umumnya obyek wisata budaya yang ada di Pulau Lombok kurang diminati oleh wisatawan asing. Hal ini terlihat dengan jumlah keputusan wisatawan asing pada obyek wisata budaya tergolong sedikit (15,2%). Wisatawan asing sama sekali tidak tertarik memilih obyek wisata budaya yang berhubungan dengan seni tradisional maupun non tradisional. Sebagian
juga
menyatakan
pernah
mengunjungi
obyek
wisata
yang
berhubungan dengan seni tradisional suku Sasaq pada kunjungan sebelumnya. Lainnya menyatakan kurang tertarik dengan obyek wisata tersebut. Contohnya ketika wisatawan asing memutuskan untuk tidak mengunjungi restauran di luar hotel karena hotel tempat mereka menginap telah menyediakan secara lengkap berbagai menu makanan. Terdapat 68,4% wisatawan asing yang memutuskan mengunjungi obyek wisata budaya. Obyek wisata non tradisonal lebih banyak menjadi pilihan
67
wisatawan asing daripada yang berkaitan dengan seni tradisional suku Sasaq. Hal ini terlihat dengan banyaknya kunjungan wisatawan asing pada kafe dan restauran. Hal inilah yang menjadikan alasan masih sedikitnya wisatawan asing yang memutuskan memilih obyek wisata budaya di Pulau Lombok. Masih sedikitnya wisatawan yang memutuskan memilih obyek wisata budaya dapat dilihat pada Tabel 15. Pada Tabel 15 akan dijabarkan secara terperinci obyek wisata budaya apa saja yang dikunjungi oleh wisatawan asing. Tabel 15 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan dalam Memilih Masing-masing Obyek Wisata Budaya Jumlah Keputusan Wisatawan dalam Memilih Masing-masing Obyek Wisata Budaya Tradisional: 1. Melihat pasar tradisional 2. Mengunjungi perkampungan asli suku Sasaq di desa Sade 3. Menyaksikan Festival musik tradisional gendang yaitu Gendang Beleq 4. Menyaksikan upacara tradisional di desa Senaru 5. Mengunjungi masjid kuno Bayan Beleq 6. Menyaksikan atraksi bela diri tradisional yaitu Peresean 7. Museum 8. Taman bekas kerajaan Selaparang yaitu taman Narmada 9. Melihat aktivitas kehidupan masyarakat tradisional di desa Senaru Non tradisional: 10. Restauran 11. Kafé 12. Club-club malam 13. Melakukan Massage 14. Kunjungan pada beberapa tempat di Mataram 15. Jalan-jalan di seputar kawasan wisata 16. Travelling seputar Pulau Lombok 17. Mengunjungi Gym 18. Berbelanja (di pasar seni / bukan di pasar seni) 19. Travelling di luar Pulau Lombok (Sumbawa & Bima)
Wisatawan (N = 79) Jumlah % 25 18
31,6 22,8
12
15,2
10 9 9
12,7 11,4 11,4
7 5
8,9 7,6
3
3,8
42 40 16 4 4 3 3 2 1 1
53,2 50,6 20,3 5,0 5,0 3,8 3,8 2,5 1,3 1,3
Berdasarkan Tabel 15 diketahui jumlah kunjungan wisatwan pada masing-masing obyek wisata budaya. Tingkat kunjungan wisatawan asing pada obyek wisata budaya lebih banyak pada non tradisional. Hal ini terlihat dengan hampir sebagian besar (53,2%) wisatawan asing memutuskan mengunjungi restauran yang tersebar hampir disepanjang kawasan wisata. Selain karena kebutuhan akan makanan wisatawan tersebut berkeinginan untuk mencoba
68
berbagai macam masakan. Mulai dari makanan khas Provinsi NTB hingga makanan mancanegara. Alasan wisatawan asing memutuskan untuk mengunjungi restauran yaitu: a). Menginap di bungalow ataupun hotel kelas melati. Jenis penginapan tersebut tidak menyediakan pelayanan makanan. b). Mencoba menu andalan dari masing-masing restauran. c). Sangat menyukai suasana restauran untuk bersantai. Selain restauran, wisatawan juga memutuskan mengunjungi kafe yang mudah ditemui di seputar kawasan wisata hingga 50,6%. Kafe sendiri memberikan suasana nyaman setelah seharian beraktifitas. Ada juga yang datang hanya untuk sekadar minum sambil menikmati suasana sore di pantai. Sebagian kecil atau 3,8% wisatawan asing hanya berjalan-jalan saja disepanjang kawasan wisata. Selain menyediakan makanan kafe juga menyediakan berbagai minuman yang mengandung alkohol. Pada Tabel 16 akan dijabarkan persentase jumlah kunjungan wisatawan asing pada masing-masing obyek wisata yang berhubungan dengan seni tradisional maupun non tradisional. Adanya rasa ingin tahu terhadap aktivitas langsung perekonomian masyarakat lokal pada umumnya menarik minat wisatawan asing untuk mengunjungi pasar tradisional hingga 31,6%. Pasar tradisonal tersebut secara umum bukan agenda sebagai tempat tujuan wisata. Namun dari observasi sebelum dilakukannya penelitian diketahui bahwa pasar tradisional dikunjungi juga oleh wisatawan asing. Begitu juga saat dilakukan penelitian ada sebagian wisatawan yang menyatakan bahwa mereka pernah mengunjungi pasar tradisional. Keputusan
wisatawan
asing
lainnya
adalah
22,8%
mengunjungi
perkampungan suku Sasaq yang ada di desa Sade di Kabupaten Lombok Tengah. Selain dapat melihat langsung kehidupan masyarakatnya wisatawan asing juga dapat melihat proses pembuatan hasil kerajinan desa Sade. Ada juga wisatawan asing yang mencari infromasi mengenai club-club malam yang ada disekitar kawasan wisata hingga 20,3%. Budaya clubing dan alkohol merupakan bagian dari gaya hidup wisatawan asing dan lokasinya tepat berada dijantung kawasan wisata Senggigi. Seperti yang diungkapkan oleh Mulyana dan Rakhmat (2001) bahwa aktivitas seseorang tidak lepas dari kebiasan. Hal tersebut dapat di pahami bahwa masing-masing wisatawan cenderung ingin beraktivitas seperti yang biasa
69
dilakukan di negara mereka. Seperti berjemur disinar matahari pantai, menyukai clubing, bersantai di kafe ataupun di bar. Informasi mengenai obyek wisata budaya lainnya adalah pagelaran musik tradisional yang menjadi ciri khas pariwisata Provinsi NTB berupa tabuhan gendang yang disebut Gendang Beleq. Sebagian dari wisatawan asing tiba di Pulau Lombok pada bulan Agustus dan tidak dapat menyaksikan festival tersebut. Namun pertunjukan gendang Beleq dapat disaksikan di kawasan wisata Senggigi yang diadakan oleh sanggar seni sehingga hanya 15,2% saja yang menyatakan pernah menyaksikan pertujukan gendag Beleq. Selain itu hanya 3,8% wisatawan asing yang mengunjungi desa Senaru di bawah kaki Gunung Rinjani di Kabupaten Lombok Barat untuk menyaksikan kehidupan masyarakat suku Sasaq lainnya yang ada di Pulau Lombok. Justru wisatawan asing tertarik mengunjungi desa Senaru untuk melihat kegiatan upacara tradisional yang biasa di gelar di desa Senaru hingga 12,7%. Kunjungan wisatawan asing lainnya mengunjungi masjid kuno Bayan Beleq di kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Barat. Cagar budaya ini masih dipertahankan oleh pemerintah Provinsi NTB dan lokasinya tidak jauh dari perkampungan asli suku Sasaq di desa Senaru sehingga hanya 11,4% saja yang tertarik mengunjungi cagar budaya tersebut. Selanjutnya 8,9% wisatawan asing mengunjungi Museum yang berada di Mataram Kabupaten Lombok Barat. Dari wawancara dengan wisatawan alasan mereka mengunjungi museum adalah tertarik melihat peninggalan kuno masyarakt NTB pada umumnya. Seperti barang-barang peninggalan kerajaan yang ada di Provinsi NTB. Selain museum kunjungan wisatawan asing mengunjungi bekas taman Kerajaan Selaparang di Taman Narmada Kabupaten Lombok Barat hingga 7,6%. Hal lainnya yang dapat dikunjugi di taman Narmada adalah mencoba minum air yang khasiatnya dipercaya untuk membuat awet muda. Bagi wisatawan asing yang suka dengan benda-benda seni hasil kerajinan tangan dari masyarakat Lombok memutuskan mengunjungi pasar seni yang ada di kawasan wisata maupun di luar kawasan wisata. Pasar seni tersebut dikenal dengan sebutan Art Shop. Selain itu Art Shop mudah ditemui di sepanjang jalur menuju kawasan wisata. Hanya 1,3% wisatawan asing yang melakukan travelling ke kota Sumbawa & Bima (di luar Pulau Lombok). Mereka ingin mengetahui lebih dekat perbedaan budaya yang ada di Pulau Lombok dengan budaya yang ada di Sumbawa dan Bima.
70
Keputusan Menentukan Masa Tinggal Masa tinggal yang digunakan oleh wisatawan asing sangat bervariasi yaitu kurang dari 4 hari hingga 2 bulan lebih. Mereka mengunjungi Pulau Lombok dengan berbagai tujuan seperti berlibur, melakukan kunjungan bisnis, bekerja, dan melakukan penelitian. Adanya perbedaan tujuan kunjungan maka berbeda juga penggunaan waktu selama beraktivitas pada obyek wisata. Informasi mengenai penggunaan waktu kunjungan tidak akan diuji hubungannya dengan keputusan baik dalam memilih obyek wisata alam, budaya, dan masa tinggal. Penggunaan waktu kunjungan pada masing-masing obyek wisata berfungsi untuk memberikan pengetahuan atau informasi mengenai perbedaan penggunaan waktu oleh masing-masing wisatawan asing. Berikut adalah pembahasan mengenai persentase keseluruhan masa tinggal wisatawan di Pulau Lombok. Tabel 16 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan Masa Tinggal di Pulau Lombok Jumlah Keputusan Masa Tinggal Sangat singkat Singkat Sangat lama
: ≤ 4 hari : 5 s/d 8 hari : ≥ 9 hari
Wisatawan (N=79) Jumlah % 32 40,5 23 29,1 24 30,4
Dari Tabel 16 diketahui bahwa sebagian besar wisatawan asing (40,5%) memutuskan masa tinggal yang sangat singkat di Pulau Lombok. Mereka adalah murni kelompok wisatawan yang datang untuk berlibur ataupun menghabiskan sisa liburannya dari negara atau daerah lainnya di Indonesia. Terdapat 30,4% yang memutuskan masa tinggal di atas 9 hari. Sebagian besar merupakan wisatwaan yang datang untuk berlibur. Sebagian lagi tidak murni sebagai wisatawan yang datang untuk berlibur. Mereka merupakan kelompok pekerja asing yang baru bekerja mengelola beberapa tempat kawasan wisata. Seperti di kawasan wisata Senggigi dan sekitarnya (Kabupaten Lombok Barat) serta kawasan wisata pantai Kuta di Kabupaten Lombok Tengah. Tempat yang paling banyak dikelola pekerja asing meliputi hotel atau tempat penginapan lainnya, kafe, tempat clubing dan restauran. Selain itu masa tinggal wisatawan asing ada yang mencapai 90 hari dan mereka merupakan kelompok wisatawan yang sedang melakukan penelitian sosial budaya mengenai kehidupan masyarakat asli suku Sasaq. Saat melakukan wawancara dengan koordinator peneliti diketahui bahwa mereka sudah tinggal selama 60 hari.
71
Ada beberapa alasan wisatawan yang memutuskan masa tinggal singkat selain berlibur yaitu: 1. Wisatawan asing datang dari Pulau Bali. 2. Meninggalkan Pulau Lombok menuju Bali guna mengikuti peringatan bom Bali pada tanggal 4 September 2006. 3. Bertolak menuju negara lain untuk melanjutkan liburannya. 4. Datang mengunjungi Pulau Lombok menemui kolega bisnis. 5. Terdapat beberapa wisatawan asing yang hanya bertujuan untuk melakukan pendakian dan segera bertolak dari Pulau Lombok. Untuk lebih jelas mengenai jumlah masing-masing masa tinggal wisatawan dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini. Tabel 17 Distribusi Wisatawan Menurut Keputusan Masa Tinggal dan Alokasi Waktu yang Digunakan Kategori Masa tinggal wisatawan (hari )
Masing-masing Keputusan Masa Tinggal Wisatawan 1. 4 hari 2. 5 hari 3. 6 hari 4. 7 hari 5. 8 hari 6. 9 hari 7. 10 hari 8. 11 hari 9. 12 hari 10. 14 hari 11. 20 hari 12. 23 hari 13. 60 hari
Wisatawan (N=79) Jumlah % 32 40,5 10 12,7 8 10,1 2 2,5 3 3,8 4 5,1 4 5,1 2 2,5 1 1,3 3 3,8 1 1,3 1 1,3 8 10,1
Pada Tabel 17 diketahui bahwa 40,5% memutuskan masa tinggal 4 hari di Pulau Lombok. Masa tinggal dapat dikaitkan dengan keputusan memilih obyek wisata. Sebagai gambaran mengenai hal tersebut maka akan dikaitkan dengan keputusan memilih obyek wisata alam pendakian. Wisatawan yang melakukan pendakian ke puncak Gunung Rinjani tanpa berkemah di danau Segara Anak hanya memerlukan waktu hingga 2 hari hingga sampai kembali ke hotel. Begitu juga dengan pendakian tanpa kepuncak dan hanya bertujuan untuk berkemah di danau Segara Anak membutuhkan waktu 2 hari hingga 3 hari sampai kembali ke hotel. Sedangkan wisatawan yang melakukan pendakian kepuncak Gunung Rinjani disertai berkemah di danau maka jumlah hari yang dibutuhkan hingga kembali kehotel 3 hari sampai 4 hari.
72
Dari 79 wisatawan hanya 6,3% atau 5 orang wisatawan asing yang menambah waktu liburnya di Pulau Lombok dengan alasan sebagai berikut: a). Menyukai budaya di Pulau Lombok. b). Menyukai masyarakat Lombok yang ramah berikut keindahan obyek-obyek wisatanya. c). Bertujuan untuk berbisnis dan sangat menyukai tinggal di Lombok. d). Ingin mengetahui hal-hal baru tentang kehidupan masyarakat di Pulau Lombok yang tidak pernah mereka jumpai seperti di negara asal mereka. Selain masa tinggal, wisatawan asing juga menggunakan waktu secara berbeda pada masing-masing obyek wisata. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 18 berikut ini. Tabel 18 Distribusi Wisatawan Menurut Keputusan Alokasi Waktu pada Obyek Wisata
Obyek Wisata Alam :
Obyek Wisata Budaya
:
Keseluruhan Alokasi Waktu dalam 1 Hari (jam) 1. ≤ 1 jam 2. 1 – 2 jam 3. 2 – 3 jam 4. 3 – 4 jam 5. ≥ 5 jam 1. ≤ 1 jam 2. 1 - 2 jam 3. 2 - 3 jam 4. 3 – 4 jam 5. ≥ 5 jam Wisatawan yang memilih Wisatawan yang tidak memilih
Wisatawan (N=79) Jumlah % 3 3,7 28 35,4 27 34,2 5 6,3 16 20,3
11 37 10 1 8 67 12
13,9 46,8 12,7 1,3 10,1 84,8 15,2
Penggunaan waktu akan dihubungkan dengan obyek wisata yang dikunjunginya. Pada Tabel 18 diketahui bahwa waktu yang digunakan wisatawan asing ketika berada di puncak adalah mulai dari 20 menit, 30 menit hingga maksimal 1 jam. Bagi yang ingin kepuncak Gunung Rinjani biasanya sudah harus berada dipuncak sekitar jam 5 pagi hingga jam 7 pagi. Pendaki yang ingin melihat bagaimana matahari pertama kali muncul maka sudah harus berada di puncak sebelum jam 5 pagi dan pengalaman tersebut merupakan hal yang sangat menarik bagi banyak pendaki. Keselamatan pendaki menjadi sangat berbahaya jika masih berada di puncak lebih dari jam 7 pagi. Hal ini dikarenakan adanya angin yang sangat
73
kencang sekali dan mereka harus segera turun dari puncak. Jadi jumlah hari tidak berkaitan dengan jumlah alokasi waktu pada saat sampai di tempat obyek wisata. Alokasi waktu yang digunakan wisatawan selama beraktivitas di obyekobyek wisata alam selain pendakian dalam 1 hari sangat beragam. Dalam sehari 35,4% melakukan aktivitas wisata hingga 2 jam. Obyek wisata yang dapat dikunjungi berjumlah 2 hingga 3 obyek wisata sekaligus dengan lama berwisata dari 20 s/d 90 menit. Bagi wisatawan asing yang memutuskan memilih obyek wisata alam pantai akan melakukan aktivitas wisata seperti berjalan-jalan di sepanjang pantai sambil menikmati sunset, dan berenang (20 menit hingga 1 jam). Selain itu obyek wisata alam lainnya yaitu mengunjungi air terjun selama 30 s/d 90 menit dan melihat kawanan kera yang ada disepanjang perjalanan menunju lokasi air terjun tersebut selama 5 s/d 15 menit. Untuk aktivitas wisata seperti surfing selalu menggunakan waktu dari 3 jam hingga di atas 4 jam dalam sehari. Sedangkan penyelaman membutuhkan waktu paling sedikit 2 – 3 jam. Biasanya wisatawan dapat menikmati wisata lainnya sebelum kembali kehotel atau tempat penginapannya seperti berjalanjalan menikmati sunset. Sebagian kecil wisatawan asing atau 4% mempunyai waktu kunjungan keobyek wisata alam yang relatif singkat. Obyek wisata tersebut antara lain melihat kawanan monyet ( 10 s/d 20 menit), berenang di pantai (15 s/d 40 menit), berjalan-jalan di pinggir pantai (30 s/d 40 menit). Hanya 84,8% yang memutuskan memilih obyek wisata budaya di Pulau Lombok. Sedangkan 15,2% tidak tertarik mengunjungi obyek wisata budaya yang berhubungan dengan seni tradisional suku Sasaq maupun yang bersifat non tradisional. Bagi wisatawan yang memutuskan memilih obyek wisata budaya tidak jauh berbeda dengan waktu yang digunakan ketika mengunjungi obyek wisata alam. Sebagian besar wisatawan asing (46,8%) mengunjungi obyek wisata budaya dari 1 – 2 jam dalam sehari seperti mengunjungi restauran yang membutuhkan waktu dari 30 menit – 50 menit. Sebagian dari wisatawan asing (12,7%) menggunakan waktu kunjungan 3 jam, seperti menyaksikan tabuhan gendang Beleq pada Festival Seni Budaya ataupun bukan pada festival (20 menit - 3 jam). Hanya 1,3% yang menggunakan waktu 4 jam dengan mengunjungi beberapa tempat di sekitar kawasan wisata ataupun mencari hal-hal yang menarik untuk dikunjungi. Sebagian kecil lagi menggunakan waktu kurang dari 1 jam hingga 2 jam sebanyak 22%.
74
Hubungan Usia dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan yang nyata antara usia hanya terbukti pada keputusan menentukan masa tinggal. Sedangkan hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan yang nyata antara usia dengan keputusan memilih obyek wisata alam dan obyek wisata budaya tidak terbukti. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian Tabel 19 di bawah ini. Tabel 19 Hubungan Usia dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal Keputusan Memilih Karakteristik
Korelasi Sperman
Koefisien korelasi Nilai probabilitas Usia N Ket: ** signifikan pada taraf 0.01
Obyek wisata alam -.167 .142 79
Obyek wisata budaya -.034 .767 79
Masa tinggal -.389** .000 79
Hubungan Usia dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Alam Hipotesa yang menyatakan terdapat hubungan antara usia dengan keputusan memilih obyek wisata alam tidak terbukti. Logika yang mendasari hipotesa yaitu terdapat perbedaan stamina antara wisatawan yang berusia muda dengan usia tua dalam memilih obyek wisata alam. Perbedaan stamina tersebut dapat dilihat pada saat wisatawan asing yang berusia muda lebih memilih obyek wisata alam pendakian daripada usia tua yang lebih memilih obyek wisata alam pantai. Adapun obyek wisata alam pantai yang tidak membutuhkan stamina tinggi seperti berenang di pantai, berjemur, snorkeling, dan lainnya. Tidak adanya hubungan tersebut menunjukan arah negatif. Artinya makin muda usia wisatawan maka makin rendah keputusannya memilih obyek wisata alam pendakian daripada pantai. Dengan kata lain wisatawan usia muda yang mempunyai stamina lebih prima dari usia tua cenderung memilih obyek wisata alam pantai daripada pendakian. Hal ini dikarenakan kawasan pantai di Pulau Lombok dapat dinikmati oleh segala lapisan usia. Hubungan Usia dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Budaya Dari Tabel 19 diketahui nilai -.034 dari usia terhadap keputusan memilih obyek wisata alam tidak menunjukan hubungan yang signifikan. Dalam memutuskan obyek wisata budaya usia muda cenderung memilih obyek wisata
75
budaya bukan seni tradisional suku Sasaq daripada usia tua yang cenderung memilih obyek wisata seni tradisional suku Sasaq. Obyek wisata bukan seni tradisional terdiri dari mengunjungi kafe, restauran, clubing, dan lainnya. Namun usia wisatawan menunjukan arah negatif terhadap keputusan memilih obyek wisata budaya. Hal ini ditunjukan dengan adanya kecenderungan dari usia muda yang lebih memilih obyek wisata budaya bukan seni tradisional suku Sasaq. Obyek wisata tersebut adalah restauran dan kafe yang banyak tersebar di kawasan wisata. Restauran ataupun kafe menjadi pilihan wisatawan asing dari segala usia dikarenakan tempat dan suasananya yang sangat nyaman untuk bersantai terutama setelah melakukan aktivitas wisata. Selain itu restauran menjadi kunjungan dari seluruh tingkatan usia karena adanya kebutuhan terhadap makanan. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan usia terhadap keputusan memilih obyek wisata budaya disebabkan kunjungan dari tingkatan usia lebih banyak pada restauran dan kafe. Hubungan Usia dengan Keputusan Memilih Masa Tinggal Usia wisatawan menunjukan hubungan negatif (-.389**) terhadap keputusan menentukan masa tinggal. Hal ini menunjukan bahwa semakin muda usia wisatawan maka keputusan masa tinggalnya akan lebih lama dari wisatawan yang berusia tua. Secara kausalitas usia muda mempunyai masa tinggal lebih lama dikarenakan adanya pekerjaan mengelola beberapa hotel dan kafe di kawasan wisata serta adanya penelitian yang dilakukan di kawasan wisata Pantai Kuta selama 90 hari dan baru menyelesaikan sebagian risetnya selama 60 hari. Sedangkan usia muda memutuskan masa tinggal sangat singkat yaitu 3 hari hingga 4 hari di Pulau Lombok karena wisatawan tersebut datang bukan untuk bekerja dan merupakan daerah tujuan wisata kedua setelah Bali. Begitu juga dengan usia tua yang memutuskan masa tinggal singkat di Pulau Lombok karena bukan untuk bekerja. Dapat disimpulkan bahwa masa tinggal menjadi sangat singkat dikarenakan wisatawan datang bukan untuk bekerja dan Pulau Lombok merupakan daerah tujuan wisata kedua setelah Bali. Sedangkan bagi wisatawan asing yang memutuskan masa tinggal sangat lama merupakan wisatawan yang bekerja mengelola restauran dan kafe serta ada yang melakukan penelitian di kawasan wisata.
76
Hubungan Jenis Kelamin dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal Adanya perbedaan jumlah wisatawan laki-laki dan perempuan tidak menunjukan bahwa laki-laki lebih baik dari perempuan ataupun sebaliknya dalam mengambil keputusan terhadap berbagai macam obyek wisata maupun menentukan masa tinggal. Karakteristik jenis kelamin diduga berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata alam, budaya, dan menentukan masa tinggal. Adapun dugaan yang mendukung hipotesa tersebut adalah wisatawan laki-laki
lebih memilih
obyek
wisata
alam
yang
berhubungan
dengan
kemaskulinan daripada wisatawan perempuan yang lebih memilih obyek wisata alam yang tidak berhubungan dengan kemaskulinan. Untuk lebih jelasnya mengenai gambaran hubungan antara jenis kelamin dengan masing-masing keputusan dapat dilihat dalam uraian di bawah ini. Tabel 20 Hubungan Jenis Kelamin dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal
Karakteristik
Jenis kelamin
Korelasi Sperman Koefisien korelasi Nilai probabilitas N
Keputusan Memilih Obyek Obyek Masa wisata wisata alam tinggal budaya -.143 -.052 -.002 .209 .651 .988 79 79 79
Hubungan Jenis Kelamin dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Alam Jenis kelamin wisatawan tidak menunjukan adanya perbedaan yang signifikan terhadap keputusan memilih obyek wisata alam. Arah hubungan yang terjadi bersifat negatif (-.143) terhadap keputusan memilih obyek wisata alam. Hal ini menunjukan bahwa ada kecenderungan wisatawan laki-laki untuk memilih obyek wisata alam yang tidak bersifat maskulin. Jadi dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dengan perempuan dalam memilih obyek wisata alam yang tidak bersifat maskulin. Dengan demikian keputusan dalam pemilihan obyek wisata alam tidak terkait dengan gender. Hal ini dikarenakan baik laki-laki maupun perempuan lebih senang mengunjungi pantai untuk berenang.
77
Hubungan Jenis Kelamin dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Budaya Pada Tabel 20 diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan keputusan memilih obyek wisata budaya di Pulau Lombok. Logika yang mendasari hipotesa tersebut adalah wisatawan laki-laki perempuan lebih memilih obyek wisata budaya yang menunjukan sifat feminim daripada wisatawan laki-laki seperti merawat kecantikan di spa, massage, berbelanja, dan lainnya. Jenis kelamin wisatawan menunjukan sifat negatif (-.052) terhadap keputusan memilih obyek wisata budaya. Artinya tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam memilih obyek wisata budaya. Keputusan memilih obyek wisata budaya tidak ada kaitannya dengan gender dan tidak ada hubungannya dengan sifat feminim. Wisatawan laki-laki dan perempuan cenderung lebih memilih restauran untuk kebutuhan makanan dan tempat bersantai. Hubungan Jenis Kelamin dengan Keputusan Memilih Masa Tinggal Tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin wisatawan terhadap keputusan masa tinggal di Pulau Lombok. Adanya aktivitas wisata yang bersifat maskulin menjadikan wisatawan laki-laki lebih lama masa tinggalnya dibandingkan wisatawan perempuan yang memutuskan masa tinggal lebih singkat. Aktivitas wisata yang bersifat maskulin lebih banyak membutuhkan waktu dan stamina terutama ketika melakukan pendakian gunung, surfing, dan lainnya dibandingkan dengan aktivitas wisata yang bersifat feminim. Tidak adanya hubungan tersebut menunjukan sifat negatif yaitu -.002 terhadap
keputusan
masa
tinggal.
Hal
ini
menunjukan
bahwa
ada
kecenderungan dari wisatawan laki-laki untuk memutuskan masa tinggalnya menjadi lebih singkat. Dengan demikian keputusan masa tinggal tidak ada hubungannya dengan gender karena masa tinggal sudah diputuskan dan disesuaikan dengan kebutuhan untuk berlibur oleh masing-masing wisatawan. Hubungan Hobi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal Secara
keseluruhan
masing-masing
hipotesa
tidak
menunjukan
hubungan nyata antara hobi terhadap keputusan memilih. Keputusan wisatawan tersebut terdiri dari obyek wisata alam, budaya, dan menentukan masa tinggal.
78
Tabel 21 Hubungan Hobi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal Keputusan Memilih Karakteristik
Korelasi Sperman
Hobi
Koefisien korelasi Nilai probabilitas N
Obyek wisata alam .213 .059 79
Obyek wisata budaya -.011 .926 79
Masa tinggal .037 .743 79
Hubungan Hobi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Alam Tidak ada hubungan yang signifikan antara hobi dengan keputusan memilih obyek wisata alam dengan nilai korelasi 0.213. Diduga wisatawan asing yang mempunyai hobi olahraga dan pendakian akan lebih memilih obyek wisata alam pendakian yang membutuhkan stamina tinggi daripada wisatawan yang mempunyai hobi seni. Adapun jenis obyek wisata alam yang dihubungkan dengan hobi olahraga maupun pendakian yang membutuhkan stamina tinggi meliputi pendakian kepuncak gunung Rinjani ataupun berkemah di danau Segara Anak dan pada obyek wisata pantai yaitu surfing. Khusus untuk pendakian mutlak diperlukan stamina yang tinggi. Namun keputusan wisatawan asing tidak berkaitan dengan hobi pada obyek wisata alam. Hal ini dikarenakan masing-masing hobi lebih banyak mengunjungi obyek wisata alam pantai untuk berenang sambil menikmati sunset dan berjemur. Pantai menjadi daya tarik yang paling disukai oleh wistawan asing dan dapat dikunjungi oleh seluruh kategori hobi. Selain itu obyek wisata tersebut tidak membutuhkan stamina tinggi untuk dapat menikmatinya. Hubungan Hobi dengan Keputusan memilih Obyek Wisata Budaya Diduga wisatawan asing yang mempunyai hobi seni lebih suka memilih obyek wisata budaya yang berhubungan dengan seni tradisional suku Sasaq dibandingkan wisatawan asing yang mempunyai hobi pendakian dan olahraga. Namun, keputusan memilih obyek wisata budaya tidak ada hubungannya dengan hobi dan menunjukan arah negatif (-.011). Arah negatif menunjukan adanya wisatawan asing yang mempunyai hobi seni cenderung memutuskan memilih obyek wisata budaya yang dengan berkaitan non tradisonal suku Sasaq. Mereka lebih memilih mengunjungi restauran ataupun kafe. Hal ini dikarenakan kafe maupun restauran mudah ditemui disekitar kawasan wisata dan cenderung mempunyai mempunyai lokasi yang sangat dekat dengan obyek wisata.
79
Hubungan Hobi dengan Keputusan Memilih Masa Tinggal Hobi tidak ada hubungannya dengan keputusan menentukan masa tinggal di Pulau Lombok. Diduga wisatawan asing yang mempunyai hobi olahraga dan pendakian akan memutuskan masa tinggal yang lebih lama dibandingkan wisatawan asing yang mempunyai hobi seni. Hal ini terkait dengan kunjungan wisatawan asing yang mempunyai hobi mendaki kepuncak Gunung Rinjani maupun obyek wisata yang terkait dengan olahraga seperti surfing. Namun keputusan menentukan masa tinggal tidak ada hubungannya dengan hobi masing-masing wisatawan. Diketahui masa tinggal lebih lama bukan saja dilakukan oleh wisatawan asing yang mempunyai hobi pendakian maupun olahraga tetapi wisatawan dengan hobi senipun memutuskan masa tinggal yang lebih lama di Pulau Lombok. Hal ini dikarenakan mereka adalah wisatawan yang mempunyai ijin tinggal untuk bekerja dan melakukan penelitian. Sedangkan bagi wisatawan asing yang tinggal lebih lama dengan tujuan berlilbur sangat menyukai suasana Pulau Lombok yang lebih tenang untuk menghabiskan sisa liburannya. Hubungan Pendapatan dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal Hampir dapat dipastikan bahwa sebagian besar wisatawan asing yang datang ke Pulau Lombok adalah kelompok pekerja yang produktif sehingga pada bulan-bulan tertentu mereka mempunyai masa libur atau cuti yang dimanfaatkan untuk berlibur di Pulau Lombok. Wisatawan tersebut mempunyai tingkat pendapatan yang berbeda mulai dari rendah hingga tinggi. Untuk itu akan dilihat apakah ada hubungan antara pendapatan dengan keputusan memilih obyek wisata dan menentukan masa tinggal. Untuk lebih jelasnya mengenai bahasan tersebut dapat dilihat pada uraian Tabel 23 berikut ini. Tabel 22 Hubungan Pendapatan dengan Keputusan memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal Keputusan Memilih Karakteristik
Pendapatan
Korelasi Sperman
Koefisien korelasi Nilai probabilitas N
Obyek wisata alam -.169 .138 79
Obyek wisata budaya .017 .880 79
Masa tinggal -.130 .254 79
80
Hubungan Pendapatan dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Alam Tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan wisatawan terhadap keputusan memilih obyek wisata alam. Diduga wisatawan asing yang mempunyai pendapatan tinggi akan mengkombinasikan keputusan wisatanya pada pantai dan pendakian dibandingkan wisatawan yang mempunyai pendapatan rendah dan hanya memutuskan mengunjungi obyek wisata pantai atau pendakian saja. Hipotesa tersebut menunjukan sifat negatif yaitu -.169. Hal ini mengindikasikan bahwa makin tinggi tingkat pendapatan wisatawan maka semakin cenderung untuk tidak mengkombinasikan keputusan wisata alamnya. Dapat dikatakan juga bahwa tidak ada perbedaan tingkat keputusan antara wisatawan yang mempunyai pendapatan rendah dengan dengan tinggi dalam memilih obyek wisata alam ketika memilih obyek wisata pantai atau pendakian saja. Hal ini dikarenakan wisatawan dari seluruh tingkat pendapatan cenderung memilih obyek wisata alam pantai seperti berenang dipantai yang tidak membutuhkan uang untuk menikmatinya. Hubungan Pendapatan dengan Keputusan Memilih Obyek wisata Budaya Diduga wisatawan asing yang mempunyai pendapatan tinggi akan mengkombinasikan kunjungan wisatanya pada obyek wisata budaya tentang seni tradisional suku Sasaq dengan non tradisional suku Sasaq dibandingkan wisatawan asing yang mempunyai pendapatan rendah. Namun hipotesis tersebut tidak menunjukan adanya hubungan nyata antara pendapatan dengan keputusan memilih obyek wisata budaya di Pulau Lombok (0.017). Wisatawan
asing
yang
mempunyai
pendapatan
rendah
dapat
mengkombinasikan keputusannya mengunjungi obyek wisata budaya. Kombinasi tersebut dapat dilihat ketika wisatawan asing banyak mengunjungi restauran, kafe, pasar tradisional, perkampungan suku Sasaq di desa Sade, clubing, menyaksikan pertunjukan Gendang Beleq, dan lainnya. Pengkombinasian ini lebih dikarenakan obyek-obyek wisata tersebut lebih banyak berada dalam satu kawasan wisata sehingga lebih memudahkan wisatawan untuk melihat obyek wisata tersebut. Hubungan Pendapatan dengan Keputusan Memilih Masa Tinggal Wisatawan asing yang mempunyai pendapatan tinggi mempunyai keputusan masa tinggal yang lebih lama dibandingkan dengan wisatawan asing
81
yang mempuyai pendapatan rendah. Namun hipotesa tersebut tidak menunjukan hubungan nyata dan arah hubungannya bersifat negatif (-.130). artinya semakin tinggi tingkat pendapatan wisatawan maka semakin singkat keputusan masa tinggalnya di Pulau Lombok. Hal ini disebabkan wisatawan tersebut hanya bertujuan untuk berlibur. Sedangkan bagi wisatawan asing yang mempunyai pendapatan rendah cenderung memutuskan masa tinggal yang lebih lama. Selain bertujuan untuk berlibur, sebagian dari mereka bertujuan untuk bekerja dan melakukan penelitian. Hubungan Asal Negara dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal Asal negara wisatawan seluruhnya merupakan kelompok negara maju baik secara teknologi dan ilmu pengetahuan. Merekapun mempunyai standar pembagian jam kerja yang diikuti dengan pembagian waktu cuti dan hari libur yang tetap sehingga mereka memiliki kesempatan untuk mengunjungi negaranegara lain sebagai tempat untuk berlibur. Selain itu kelompok negara-negara maju juga sangat menyadari pentingnya menggunakan waktu berlibur dengan sangat baik sehingga Pulau Lombok menjadi salah satu daerah tujuan wisata dari negara Eropa maupun non Eropa. Pada umumnya wisatawan dari negar-negara Eropa lebih memilih obyek wisata alam pantai dibandingkan dari negara-negara non Eropa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 23 berikut ini. Tabel 23 Hubungan Asal Negara dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal Keputusan Memilih Karakteristik
Korelasi Sperman
Obyek wisata alam Koefisien korelasi .291** .009 Asal negara Nilai probabilitas N 79 Keterangan: ** signifikan pada taraf 0.01
Obyek wisata budaya .101 .377 79
Masa tinggal -.103 .368 79
Hubungan Asal Negara dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Alam Diduga wisatawan asing dari negara Eropa dan non Eropa lebih memilih obyek wisata alam pantai dibandingkan wisatawan asing dari negara Asia. Hipotesa tersebut menunjukan hubungan antara asal negara terhadap keputusan
82
memilih obyek wisata alam pantai di Pulau Lombok. Semakin banyak wisatawan asing dari negara Eropa dan non Eropa maka semakin banyak keputusannya memilih obyek wisata alam pantai. Negara-negara Eropa dan non Eropa lebih menyukai obyek wisata pantai di Pulau Lombok karena keunikan pantainya yang masih tertata secara alami. Keunikan tersebut adalah ketika berenang wisatawan dapat melihat langsung keaslian terumbu karang dengan snorkeling ataupun melakukan penyelaman. Hubungan Asal Negara dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Budaya Wisatawan asing dari negara-negara Eropa dan non Eropa lebih tertarik memilih obyek wisata budaya yang berhubungan dengan seni tradisional suku Sasak daripada wisatawan asing dari negara Asia. Namun hipotesa tersebut tidak menunjukan hubungan yang signifikan (0.101). Hal ini dikarenakan wisatawan asing tidak tertarik dengan obyek wisata budaya yang berkaitan dengan seni budaya suku Sasaq. Wisatawan asing justru lebih memillih obyek wisata budaya yang bukan berhubungan dengan seni budaya suku Sasaq seperti restauran maupun kafe. Selain itu wisatawan asing sebagian besar datang dari Pulau Bali yang kita tahu obyek wisata budayanya sangat beragam sehingga wisatawan asing tidak tertarik mengunjungi obyek wisata budaya tradisional suku Sasaq. Dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan antara asal negara dengan obyek wisata budaya disebabkan wisatawan asing dari Eropa, non Eropa, maupun Asia lebih memilih restauran maupun kafe karena adanya kebutuhan akan makanan. Hubungan Asal Negara dengan Keputusan Memilih Masa Tinggal Masa tinggal wisatawan asing yang bertujuan untuk berlibur dari negara Eropa dan non Eropa lebih lama dibandingkan wisatawan asing dari Asia. Hipotesa tersebut tidak berhubungan nyata dan arah hubungannya bersifat negatif (-.103). Dapat dikatakan bahwa semakin banyak wisatawan dari Eropa dan non Eropa maka makin singkat masa tinggalnya di Pulau Lombok. Adanya masa tinggal yang singkat disebabkan karena tujuan wisatawan hanya untuk berlibur maupun melakukan bisnis di Pulau Lombok. Sedangkan wisatawan asing yang mempunyai masa tinggal sangat lama dikarenakan mereka bekerja dan melakukan penelitian di kawasan wisata di Pulau Lombok.
83
Hubungan Perilaku Komunikasi pada Tahap Pencarian Informasi Awal dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal Perilaku
komunikasi
pada
tahap
informasi
awal
memfokuskan
penggunaan media komunikasi dalam mendukung keputusan wisatanya sebelum berada di Pulau Lombok. Sumber informasi berupa komunikasi tatap muka dan media massa merupakan media komunikasi yang sangat penting dalam menyampaikan segala macam informasi wisata. Saluran komunikasi yang digunakan dapat dilihat dalam bentuk audio, visual, dan audiovisual yang memungkinkan sumber informasi menjangkau khalayak dalam jumlah yang besar dan tersebar luas. Tepat dan tidaknya komunikasi yang dilakukan dapat dilihat dari respon penerima pesan. Artinya komunikasi dapat dikatakan berhasil baik jika tumbuh reaksi penerimaan dan kepercayaan dari komunikan. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Proses komunikasi dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni komunikasi antarpersonal dan komunikasi massa. Karakteristik komunikasi antarpersonal sebagai suatu proses adalah komunikator dan komunikannya tatap muka (face to face communication) dan di antaranya saling berbagi ide, informasi dan berbagi sikap. Sedangkan komunikasi massa adalah bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu (Ardianto dan Erdinaya, 2004). Untuk lebih jelasnya bagaimana hubungan antara informasi awal terhadap keputusan memilih obyek wisata dan menentukan masa tinggal dapat dilihat pada pembahasan Tabel 24. Tabel 24 Hubungan Perilaku Komunikasi pada Tahap Pencarian Informasi Awal dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal Keputusan Memilih Perilaku komunikasi
Korelasi Sperman
Koefisien korelasi Nilai probabilitas N Ket: ** signifikan pada taraf 0.01 Informasi awal
Obyek wisata alam .205 .070 79
Obyek wisata budaya .345** .002 79
Masa tinggal .087 .445 79
84
Hubungan Informasi Awal dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Alam Diduga bahwa semakin aktif wisatawan mencari informasi wisata alam dengan kombinasi antara sumber informasi dan saluran informasi dalam bentuk audio,visual, dan audiovisual maka semakin kuat keputusannya memilih obyek wisata alam pantai dan pendakian dibandingkan perilaku komunikasi yang kurang aktif dengan keputusan wisata pada pantai atau pendakian saja. Namun hipotesa tersebut tidak menunjukan hubungan yang signifikan. Adanya perilaku komunikasi yang aktif dengan kombinasi sumber informasi melalui saluran informasi secara audio, visual, dan audiovisual tidak menjamin kuatnya keputusan memilih kombinasi obyek wisata pantai dan pendakian. Wisatawan cenderung memilih beberapa obyek wisata pantai dan pendakian seperti berenang, melakukan penyelaman dan mengunjungi air terjun. Kombinasi lebih banyak pada obyek wisata pantai karena informasi yang diperoleh lebih banyak mengenai obyek wisata pantai daripada pendakian. Selain itu kurangnya wisatawan memutuskan kunjungan wisatanya pada obyek wisata pendakian bisa disebabkan kurangnya informasi mengenai keamanan dan sarana prasarana yang mendukung wisata pendakian dan sekitarnya. Seperti tingkat keamananya, jalur transportasinya, dan lainnya. Wisatawan asing menggunakan berbagai media informasi sesuai dengan seberapa besar informasi tersebut mampu memberikan kepuasan terhadap informasi obyek wisata. Hal ini menurut Rivers at al. (2003) merupakan tindakan seleksi artinya khalayak memilih media sesuai dengan keinginannya dan cenderung memilih media informasi yang paling dekat jangkauannya. Dapat
disimpulkan bahwa tidak
ada perbedaan antara perilaku
komunikasi yang sangat aktif maupun kurang aktif karena wisatawan hanya memilih beberapa obyek wisata alam pantai atau pendakian saja. Hubungan Informasi Awal dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Budaya Diduga bahwa semakin aktif perilaku komunikasi dengan kombinasi sumber informasi dan saluran informasi dalam bentuk audio, visual, dan audiovisual maka semakin kuat keputusan memilih kombinasi antara seni tradisional dan non seni tradisional dibandingkan perilaku komunikasi kurang aktif dengan keputusan yang kurang kuat dan ditandai hanya memilih obyek wisata budaya seni tradisional atau non seni tradisional saja.
85
Hipotesa tersebut menunjukan hubungan yang signifikan (0.345**) dengan keputusan memilih obyek wisata budaya. Kombinasi keputusan wisatawan lebih kuat untuk melihat kehidupan masyarakat asli suku di perkampungan suku Sasaq di desa Sade maupun di desa Senaru dan mengunjungi restauran ataupun kafe (non tradisional suku Sasaq). Adanya kebutuhan akan makanan dan tempat yang nyaman untuk bersantai menjadikan obyek wisata restauran dan kafe banyak dikunjungi wisatawan asing. Hal ini didukung dengan lengkapnya informasi mengenai lokasi perkampungan suku Sasaq dan restauran maupun kafe yang mudah diperoleh dari agen perjalanan, hotel, atau teman melalui bentuk visual yaitu leaflet/brosur. Dapat disimpulkan bahwa lengkapnya informasi mengenai obyek wisata seni tradisional suku Sasaq (perkampungan asli suku Sasaq) dan obyek wisata non seni tradisional menjadikan restauran dan kafe sebagai tempat bersantai dan menikmati makanan setelah aktivitas wisata. Hubungan Informasi Awal dengan Keputusan Memilih Menentukan Masa Tinggal Diduga bahwa dengan perilaku komunikasi yang aktif menyebabkan keputusan masa tinggal menjadi lebih lama dibandingkan wisatawan yang kurang aktif dengan keputusan masa tinggal yang lebih singkat. Hipotesa tersebut
tidak
menunjukan
hubungan
yang
signifikan
pada
keputusan
menentukan masa tinggal (0.087). Hal ini dikarenakan informasi wisatawan dalam menentukan masa tinggal hanya terkait dengan jumlah obyek wisata yang akan dikunjungi saja. Pada umumnya masa tinggal yang diatur oleh agen perjalanan mulai 4 hari hingga 8 hari. Bagi yang memutuskan mengunjungi obyek wisata alam dan budaya masing-masing di bawah 4 obyek wisata biasanya mempunyai masa tinggal 4 hari hingga di bawah satu minggu. Sedangkan wisatawan asing yang memutuskan memilih obyek wisata alam dan budaya di atas 4 obyek wisata biasanya keputusan menentukan masa tinggalnya lebih lama yaitu di atas 9 hari. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku komunikasi yang aktif pada keputusan menentukan masa tinggal terjadi setelah adanya penentuan jumlah obyek wisata apa yang akan dikunjungi dan pihak agen perjalanan akan mengatur masa tinggal sesuai dengan pilihan obyek wisata yang diinginkan wisatawan asing.
86
Hubungan Perilaku Komunikasi pada Tahap Konfirmasi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal Informasi yang telah diolah melalui proses berfikir. Sebelum informasi dinyatakan dalam bentuk sikap atau tindakan terlebih dahulu diolah dalam gudang memori yang tersimpan dalam otak. Dalam psikologi komunikasi terdapat istilah sensori storage yaitu proses perseptual daripada memori. Dengan sensori storage kita dapat melihat rangkaian obyek baik secara visual maupun audio (Rakhmat 2001) sehingga apa yang akan diputuskan oleh wisatawan asing menjadi sebuah dasar untuk mengunjungi obyek wisata apa yang diinginkan. Pesan-pesan yang disampaikan melalui media massa memang kurang kuat dalam merubah sikap kecuali kalau pesan-pesan tersebut justru memperkuat nilai-nilai dan kepercayaan khalayak. Sedangkan pesan-pesan yang bertentangan akan disaring oleh khalayak melalui tingkat selektivitas mereka. Mekanisme selektivitas terjadi baik pada komunikasi antarpersonal maupun pada komunikasi massa. Hanya pada komunikasi massa terlihat mekanisme ini lebih berperan dan seringkali melalui pemanfaatan berbagai macam jenis media massa dan penggabungannya dengan berbagai macam saluran informasi oleh wisatawan. Tabel 25 Hubungan Perilaku Komunikasi pada Tahap Konfirmasi dengan Keputusan Wisatawan Perilaku komunikasi
Keputusan Memilih Korelasi Sperman
Obyek Obyek wisata wisata alam budaya Koefisien korelasi .358** .457** Nilai probabilitas .001 .000 Konfirmasi N 79 79 Ket:* signifikan pada taraf 0.05 ** signifikan pada taraf 0.01
Masa tinggal .275* .014 79
Hubungan Konfirmasi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Alam Wisatawan yang memutuskan kunjungan wisatanya pada kombinasi obyek wisata alam pantai dan pendakian akan melakukan konfirmasi yang lebih aktif dibandingkan dengan wisatawan yang hanya memutuskan kunjungan obyek wisata alamnya hanya pada obyek wisata pantai saja ataupun hanya untuk melakukan pendakian. Hipotesa tersebut menunjukan hubungan yang signifikan antara konfirmasi dengan memilih obyek wisata alam (0.358**). Perilaku
konfirmasi
yang
lebih
aktif
ditunjukan
dengan
tetap
menggunakan kombinasi antara komunikasi tatap muka dengan media massa.
87
Komunikasi tatap muka dilakukan melalui agen perjalanan, hotel tempat menginap, hubungan antarpribadi, pemandu wisata, dan Bandara Udara Selaparang Mataram. Sedangkan saluran informasi yang digunakan lebih banyak menggunakan bentuk visual antara lain leaflet/brosur, buku panduan wisata, fotofoto lokasi wisata, internet, atau majalah/koran wisata (biasanya disediakan di hotel atau agen perjalanan). Informasi yang banyak dibutuhkan wisatawan asing berkaitan penunjang aktivitas wisata. Seperti informasi mengenai lokasi obyek wisata, hotel, tempat penukaran mata uang asing, restauran/kafe/club malam, jalur tranportasi, jaringan telekomunikasi, informasi pemandu wisata, dan informasi mengenai keamanan. Bagi wisatawan asing yang perjalanan wisatanya diatur agen perjalanan cenderung kurang aktif bahkan tidak melakukan konfirmasi Khusus untuk pendakian gunung selain informasi di atas ada informasi yang paling utama dicari oleh wisatawan asing. Informasi tersebut berhubungan dengan keamanan dan pemandu wisata. Kedua informasi tersebut menjadi hal yang sangat penting bagi wisatawan asing sebelum melakukan pendakian. Karena untuk pendakian wisatawan asing harus didampingi pemandu wisata atau porter yang telah disediakan pihak penyelenggara pendakian. Dapat disimpulkan bahwa konfirmasi yang dilakukan oleh wisatawan seluruhnya berkaitan dengan penunjang aktifitas wisata dengan menggunakan kombinasi sumber informasi melalui komunikasi tatap muka dan saluran informasi dalam bentuk visual yaitu leaflet/brosur. Hubungan Konfirmasi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Budaya Diduga wisatawan yang memutuskan mengunjungi obyek wisata budaya seni tradisional menunjukan perilaku komunikasi yang sangat aktif dibandingkan wisatawan yang memutuskan mengunjungi obyek wisata budaya non seni tradisional. Hipotesa tersebut menunjukan hubungan yang signifikan (0.457**). Pada dasarnya penggunaan media informasi dari yang sangat aktif hingga kurang aktif tujuannya sama dengan konfirmasi yang dilakukan wisatawan asing pada obyek wisata alam. Tahap konfirmasi tidak merubah keputusan yang telah direncanakan pada tahap informasi awal. Tahap-tahap pencarian informasi dari sumber informasi, saluran informasi, dan isi pesan sama dengan tahap konfirmasi dalam obyek wisata alam. Namun jika dilihat dari proses keputusan Engel at al, (1994) tahap
88
konfirmasi tidak melalui tahap pengenalan tetapi mulai dari tahap kedua yaitu pencarian informasi, evaluasi, pembelian (menetapkan obyek wisata yang akan dikunjungi), dan hasil (dalam hal ini memutuskan obyek wisata yang akan dikunjungi). Informasi wisata mengenai seni tradisional dan non tradisional diperoleh dari kombinasi sumber informasi yaitu komunikasi tatap muka melalui agen perjalanan, pemandu wisata, hotel, teman, dan Bandara Udara Selaparang Mataram dan menggunakan media massa yaitu buku panduan wisata. Komunikasi tatap muka menggunakan saluran informasi lebih banyak melalui leaflet/brosur. Wisatawan asing yang bertujuan mengunjungi obyek wisata seni tradisional suku Sasaq lebih banyak mengunjungi perkampungan suku Sasaq yang ada di desa Sade, melihat kehidupan masyarakat asli suku Sasaq dengan upacara tradisionalnya di desa Senaru, menyaksikan seni musik gendang Beleq, menyaksikan bela diri tradisional, mengunjungi masjid kuno Bayan. Sedangkan untuk obyek wisata budaya yang tidak berhubungan dengan seni tradisional suku Sasaq lebih banyak memilih restauran dan kafe. Kesimpulannya
adalah
informasi
wisata
yang
berkaitan
dengan
keputusan memilih seni tradisional dan non seni tradisional diperoleh dari kombinasi antara komunikasi tatap muka dan media massa melalui saluran informasi leaflet/brosur dan buku panduan wisata. Hubungan Konfirmasi dengan Keputusan Memilih Masa Tinggal Diduga bahwa terdapat perbedaan perilaku komunikasi konfirmasi antara wisatawan yang mempunyai masa tinggal di bawah satu minggu dengan wisatawan asing yang mempunyai masa tinggal di atas satu minggu. Hipotesa tersebut menunjukan hubungan yang signifikan dengan keputusan masa tinggal (0.275*). Wisatawan asing yang mempunyai masa tinggal di bawah satu minggu merupakan wisatawan yang bertujuan bukan untuk bekerja dan merupakan kelompok wisatawan yang menjadikan Pulau Lombok sebagai daerah tujuan wisata kedua setelah Bali. Perilaku komunikasi konfirmasi yang ditunjukan cenderung kurang aktif. Hal ini disebabkan penggunaan sumber informasi lebih banyak melalui komunikasi tatap muka yang diperoleh dari agen perjalanan, hotel, ataupun pemandu wisata.
89
Saluran informasi lebih banyak menggunakan bentuk visual yaitu leaflet/brosur maupun dari foto-foto tentang obyek wisata yang digunakan oleh agen perjalanan, pihak hotel, dan para pemandu wisata. Informasi yang dibutuhkan tidak merubah keputusan masa tinggal tetapi lebih kepada pemenuhan kebutuhan informasi seperti tempat penukaran mata uang asing, tempat berbelaja, dan lainnya. Bagi wisatawan asing yang memutuskan masa tinggal di atas satu minggu di Pulau Lombok bukan murni untuk berlibur tetapi bekerja mengelola hotel dan kafe dikawasan wisata. Selain itu wisatawan asing tersebut ada yang melakukan penelitian sosial dikawasan wisata. Perilaku komunikasi yang dilakukan cenderung aktif dengan menggunakan sumber informasi berupa komunikasi tatap muka melalui hubungan interpersonal, hotel, pemandu wisata. Konfirmasi yang dilakukan pada masa tinggal tidak untuk merubah keputusan masa tinggal yang telah diputuskan sebelumnya. Jadi dapat disimpulkan ada perbedaan perilaku komunikasi wisatawan dengan masa tinggal di bawah satu minggu menunjukan perilaku komunikasi konfirmasi kurang aktif dan wisatawan asing yang memutuskan masa tinggal di atas satu minggu menunjukan konfirmasi aktif.