UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DI KELAS IX D SMP NEGERI 17 SURAKARTA SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2014/2015 Harini SMPN 17 Surakarta Email:
[email protected] Abstract The purpose of this research is to improve student’s learning outcomes in subjects Citizenship Education (Civics) in Class IX D SMPN 17 Surakarta Odd semester academic year 2014/2015. Results of classroom action research that has been conducted in two cycles, through a Cooperative learning model approach TGT type prove that the increase learning outcomes of Civics subjects. The increase occurred in the lowest value, and the highest value. In early before action, the lowest value is 50, after the first cycle increased to 60 and after the second cycle increased to 77. The highest value before action is 86, then after the first cycle of the highest value increased to 92, and after the second cycle increased to 95. The increase of student’s learning results can be evidenced by the increasing value of the average class at the beginning of the test the first cycle increased to 75.8 to 79.2 and in the second cycle increased to 81.8. For students thoroughly learn the value of completeness (KKM ≥ 77) in the initial test 75%, and in the first cycle test increased to 84.4% and in the second cycle test increased to 100%. Keywords: learning outcomes of Citizenship Education (Civics), Cooperative learning approach TGT Type Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang wajib, namun pada kenyataannya nilai yang diperoleh para siswa Kelas IX D SMP Negeri 17 Surakarta masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kelas IX D sebelum tindakan yaitu 75,84, meskipun nilai rata-rata kelas tersebut telah mencapai batas ketuntasan minimalnya yaitu 75. Namun berdasarkan data hasiil ulangan harian tersebut siswa yang telh mencapai nilai ≥ 75 hanya 24 orang siswa atau 75%, sedangkan sisanya 8 orang atau 25% memperoleh nilai di bawah batas
ketuntasan minimal tersebut. Hal ini ada kemungkinan disebabkan karena sebagian besar siswa mengganggap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai pelajaran yang sepele. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk mengatasi persoalan kurangnya hasil belajar siswa materi kompetensi dasar 1.1 Menjelaskan pentingnya usaha pembelaan Negara dan 1.2 Mengidentifikasi bentuk-bentuk usaha pembelaan negara pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kelas IX D SMP Negeri 17 Surakarta adalah dengan pendekatan pembelajaran 1049
1050
JPPI, Jilid 7, Nomor10, Edisi Pebruari 2015, hlm: 1021-1147
Kooperatif Tipe TGT. Sehubungan dengan itu, peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas dalam proses pembelajaran. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. “Apakah melalui pendekatan pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Kelas IX D SMP Negeri 17 Surakarta semester Gasal tahun 2014/2015? Berdasarkan latar belakang masalah, dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Kelas IX D SMP Negeri 17 Surakarta semester Gasal tahun 2014/2015” KAJIAN PUSTAKA Hasil Belajar: Hasil belajar merupakan nilai yang didapat dari perubahan seseorang terhadap setiap pengalamannya, sehingga dapat diketahui sejauhmana kemajuan yang dialami oleh orang tersebut. Hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) mengandung pengertian, nilai, dan sikap seseorang setelah memperoleh pengetahuan mengenai Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Pendidikan Kewarganegaraan (PKn): Sesuai dengan Standar Kompetensi Kurikulum Tahun 2006 untuk Sekolah Menengah Pertama Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
(2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi. (3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsabangsa lainnya. (4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan PKn di SMP adalah untuk menjadikan warganegara yang baik, yaitu warganegara yang tahu, mau, dan sadar akan hak dan kewajibannya. Dengan demikian, diharapkan kelak dapat menjadi bangsa yang kritis, kreatif, aktif, bertanggungjawab, cerdas, dan anti korupsi, demokratis dan berkarakter bangsa Indonesia, mampu bersaing dan berinteraksi dan mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT: Menurut Slavin (2009: 8) dalam pendekatan pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru”. Roger dan Johnson (Suprijono, 2009: 58) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah: (1) positiveinterdependence (saling ketergantungan positif), (2)
Harini, Upaya Peningkatan Hasil…
personalresponsibility (tanggung jawab perseorangan), (3) facetofacepromotiveinteraction (interaksi promotif), (4) interpersonalskill (komunikasi antaranggota), dan (5) groupprocessing (pemrosesan kelompok). Suprijono (2009: 54) mengatakan bahwa ”pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentukbentuknya yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru”. Lie (2008: 28) menyebut pembelajaran kooperatif dengan istilah “pembelajaran gotong royong”, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Berpijak dari berbagai pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berbasis kelompok dan setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan orang lain dalam memahami suatu materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. Isjoni (2009: 83) berpendapat “TGT adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku kata atau ras yang berbeda”.
1051
Slavin (2009: 163) menyatakan Team Games Tournament (TGT) artinya adalah bentuk pembelajaran yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif yang palingtua dan paling banyak digunakan dalam penelitian pendidikan, termasuk juga dalam penyampaian materi di kelas. Dalam TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuiskuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. Menurut Slavin (2009: 143) pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe TGT ada lima komponen utama yang harus dimiliki, yaitu: (1) Presentasi Kelas, tahap ini merupakan tahap awal dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran TGT, karena pada tahap ini, siswa diajarkan oleh guru tentang materi pelajaran, sehingga pada tahap ini sangat berperan penting dalam penerimaan materi pada diri siswa. (2) Tim atau kelompok, tim atau kelompok ini dapat terdiri dari 5-6 siswa, dan pengelompokan tim ini adalah berdasarkan kemampuan, asal daerah, suku dll. Fungsi dari pengelompokan ini adalah memastikan bahwa dari masingmasing siswa benar-benar mempelajari materi yang disampaikan oleh guru, yaitu memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru dan mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru secara berkelompok. Fungsi dari pengelompokan ini adalah untuk saling berbagi antara
1052
JPPI, Jilid 7, Nomor10, Edisi Pebruari 2015, hlm: 1021-1147
satu siswa dengan siswa yang lain dalam satu kelompok. Hal ini dilakukan agar apabila dalam anggota kelompok tersebut ada yang belum paham, maka anggota kelompok yang lain harus bertanggungjawab dengan cara mengajari anggota yang belum paham tersebut sampai paham semua. Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game ini dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. Kebanyakan game hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang penantang memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban masing-masing. Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen. Tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2, dan
seterusnya. Kompetisi yang seimbang ini, memungkinkan para siswa dari semua tingkat berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka jika mereka melakukan yang terbaik. Rekognisi hampir sama dengan reward, yaitu memberikan hadiah, pujian, penghargaan atau yang lainnya kepada siswa atau kelompok yang paling baik. Sehingga dengan pemberian hadiah ini, siswa akan semakin tertarik untuk belajar. Berdasarkan berbagai pendapat tersebut di atas, pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament adalah pendekatan pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok yang berbeda kemampuan yang menggunakan sistem turnamen akademik yang diikuti oleh seluruh siswa. Kerangka Berpikir: Kondisi awal sebelum tindakan, hasil belajar siswa yang mencapai batas nilai ketuntasan hanya 75% dari jumlah siswa. Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siklus I diharapkan hasil belajar siswa minimal 85% dari jumlah siswa dapat mencapaai nilai batas KKM. Selanjutnya setelaah dilakukan tindakan perbaikan pada siklus II diharapkan hasil belajar siswa minimal mencapai 90% dari jumlah siswa mencapai batas ketuntasan. Bagan kerangka berpikir dapat digambarkan sebagai berikut.
Harini, Upaya Peningkatan Hasil…
KONDISI AWAL
KONDISI TINDAKAN
KONDISI AKHIR
1053
Hanya 75% siswa yang Mencapai nilai batas KKM ≥ 75
Guru Belum menerapkan pendekatan pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Siklus 1 Minimal 85% Siswa mencapai KKM ≥ 75
Guru menerapkan pendekatan model pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Siklus 2 Mnimal 90% Siswa mencapai KKM ≥ 75
Hasil belajar siswa meningkat
Gambar: 1 Kerangka berpikir Hipotesis Tindakan: Hipotesis yang peneliti ajukan adalah: melalui pendekatan model pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa padamatapelajaran PKn di Kelas IX D SMP Negeri 17 Surakarta semester Gasal tahun 2014/2015. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 17 Surakarta. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah: (a) Merupakan tempat peneliti mengajar, sehingga mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian. (b) Terdapat permasalahan dalam pembelajaran PKn di kelas IX D Penelitian ini dilaksanakan pada semester Gasal tahun 2014/2015, selama empat bulan yaitu mulai bulan Juli 2014 sampai Oktober 2014. Jenis-jenis kegiatannya meliputi penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian,
analisis data, dan penyusunan laporan. Jadwal penelitian terlampir. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, dengan Teknik Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam dua siklus. Pada siklus I diberikan materi tentang materi norma-norma, kebiasaan, adat istiadat, peraturan yang berlaku dalam masyarakat dengan pendekatan model pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. Tindakan pada siklus berikutnya merupakan perbaikan dari siklus I. Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa Kelas IX D SMP Negeri 17 Surakarta semester Gasal tahun 2014/2015 tentang kompetensi dasar 1.1 Menjelaskan pentingnya usaha pembelaan negara dan kompetensi dasar 1.2 Mengidentifikasi bentuk-
1054
JPPI, Jilid 7, Nomor10, Edisi Pebruari 2015, hlm: 1021-1147
bentuk usaha pembelaan negara, melalui pendekatan pembelajaran kooperatif tipe TGT, yaitu apabila 90 % dari jumlah siswa dalam mengerjakan soal tes mendapat nilai ≥75, maka penelitian yang dilakukan berhasil. Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 (dua) siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai. Untuk mengetahui permasalahan yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa Kelas IX D SMP Negeri 17 Surakarta semester Gasal tahun 2014/2015, dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran melalui langkahlangkah yang telah ditentukan. Dari kegiatan tersebut akan didapat refleksi awal. Dengan berpedoman pada refleksi awal tersebut, maka prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi dalam setiap siklus. Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan dalam tahap-tahap sebagai berikut: Siklus I: (1) TahapPerencanaan: Langkahlangkah yang dilakukan pada tahap ini adalah: (a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran PKn dengan Kompetensi Dasar kompetensi dasar 1.1 Menjelaskan pentingnya usaha pembelaan negara melalui penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe TGT. (b) Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan. (c) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran. (d) Menyiapkanlembar penilaian. (e) Membuat lembar observasi kegiatan
(2) Tahap Pelaksanaan Tindakan: Peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP mata pelajaran PKn kelas IX SMP dengan Standar Kompetensi 1: Menampilkan partisipasi dalam usaha pembelaan negara. Kompetensi Dasar 1.1 Menjelaskan pentingnya usaha pembelaan Negara yang dilaksanakan melalui pendekatan pembelajaran kooperatif tipe TGT. (3) TahapObservasi: Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data dengan cara mengamati aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Observasi mengarah pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti. (4) Tahap Refleksi: Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan pelaksanaan tindakan. Refleksi dilakukan untuk mendiskusikan proses kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan dengan saling memberikan masukan untuk dapat mengambil langkah yang akan dilakukan pada kegiatan pembelajaran berikutnya agar lebih bermakna. Siklus II: (1) TahapPerencanaan: Adapun langkahlangkah yang dilakukan pada tahap ini adalah: (a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran PKn dengan Kompetensi Dasar 1.2. Mengidentifikasi bentuk-bentuk usaha pembelaan negara melalui pendekatan pembelajaran kooperatif tipe TGT. (b) Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan. (c) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran. (d) Menyiapkanlembar penilaian. (e) Membuat lembar observasi kegiatan (2) Tahap Pelaksanaan Tindakan: Peneliti melaksanakan
Harini, Upaya Peningkatan Hasil…
pembelajaran dengan memperbaiki tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Melaksanakan pembelajaran PKn dengan Kompetensi Dasar 1.2. Mengidentifikasi bentuk-bentuk usaha pembelaan negara sesuai dengan RPP. (3) Tahap Observasi: Tahap observasi dilakukan dengan mengamati aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti. (4) Tahap Refleksi: Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa tentang materi: kompetensi dasar 1.2. Mengidentifikasi bentuk-bentuk usaha pembelaan Negara pada mata pelajaran PKn Kelas IX D SMP Negeri 17 Surakarta semester Gasal tahun 2014/2015. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan nilai sebelum tindakan, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa tergolong rendah. Data hasil tes awal menunjukkan bahwa ada 8 orang siswa atau 25% dari jumlah siswa mendapatkan nilai di bawah batas ketuntasan (KKM ≥ 75). Sedangkan siswa mendapatkan nilai ≥ 75 ada 24 orang siswa atau 75%. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 86. Sedangkan nilai terendah adalah 50. Nilai rata-rata kelas adalah 75,84. Dengan demikian hasil belajar PKn siswa Kelas IX D SMP Negeri 17 Surakarta perlu ditingkatkan.
1055
Deskripsi data tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tindakan siklus I dan tindakan siklus II. Hasil tes siklus I menunjukkan ada 5 siswa atau 15,6% mendapatkan nilai di bawah batas ketuntasan ( KKM ≥ 75). Sedangkan 27 siswa atau 84,4% mendapatkan nilai ≥75. Nilai tertinggi diperoleh siswa yaitu 92. Sedangkan nilai terendah diperoleh siswa yaitu sebesar 60. Sedangkan nilai rata-rata kelas sebesar 79,22. Dengan demikian hasil belajar mata pelajaran PKn Kelas IX D SMP Negeri 17 Surakarta semester Gasal tahun 2014/2015. Siklus I mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai pra tindakan. Siswa yang mencapai batas ketuntasan dengan nilai batas ketuntasan ≥ 75 pada tes awal hanya 75 % meningkat pada siklus I menjadi 84,4%. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal hanya mencapai nilai 50 dan pada siklus I meningkat menjadi 60. Untuk nilai tertinggi pada tes awal 86 pada tes siklus I meningkat menjadi 92 dan nilai rata-rata yang pada tes awal sebesar 75,84 pada tes siklus I meningkat menjadi 79,22. Mengingat presentase jumlah siswa yang telah mencapai batas nilai ketuntasan masih di bawah 90% maka peneliti melanjutkan pada siklus II. untuk materi kompetensi dasar 1.1 Menjelaskan pentingnya usaha pembelaan Negara dan kompetensi dasar 1.2. Mengidentifikasi bentukbentuk usaha pembelaan negara. Hasil tes siklus II menunjukkan bahwa semua siswa atau 100% telah mencapai nilai batas ketuntasan inimal (≥ 75). Dengan demikian hasil belajar siswa Kelas IX D SMP Negeri 17
1056
JPPI, Jilid 7, Nomor10, Edisi Pebruari 2015, hlm: 1021-1147
Surakarta semester Gasal tahun 2014/2015 mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai pra tindakan maupun siklus I. Nilai ratarata kelas mencapai 81,8 berarti di atas nilai batas ketuntasan. Nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 77. Dari hasil analisis data perkembangan hasil belajar siswa pada tes siklus II tabel 10. dapat disimpulkan bahwa hasil tes siswa siklus II mengalami peningkatan. Jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan meningkat menjadi 32 orang atau 100% telah mencapai nilai batas ketuntasan ≥ 75. Pada siklus II terjadi perubahan-perubahan aktivitas siswa secara individual maupun kelompok seperti siswa aktif dalam diskusi kelompok, berani tampil untuk mengikuti game turnamen sehingga suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif serta hasil belajar yang optimal. Berdasarkan hasil belajar siswa pada siklus II telah mencapai 100% Oleh karena itu siklus II dinyatakan berhasil dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Karena hasil belajar siswa yang telah mencapai batas tuntas 100 %, maka penelitian tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam selama dua siklus, melalui pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe TGT terjadi peningkatan hasil belajar mata pelajaran PKn. Peningkatan terjadi pada nilai terendah, maupun nilai tertinggi. Pada awal sebelum tindakan nilai terendah 50, setelah siklus I meningkat menjadi 60 dan
setelah siklus II meningkat lagi menjadi 77. Sedangkan nilai tertinggi sebelum tindakan 86, kemudian setelah siklus I nilai tertinggi meningkat menjadi 92 dan setelah siklus II meningkat lagi menjadi 95. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas pada tes awal sebesar 75,8 siklus pertama meningkat menjadi 79,2 dan pada siklus kedua meningkat menjadi 81,8. Untuk siswa tuntas belajar nilai ketuntasan (KKM ≥ 75) pada tes awal 75%, dan pada tes siklus pertama meningkat menjadi 84,4% dan pada tes siklus kedua meningkat lagi menjadi 100%,. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui pendekatan pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada siswa kelas Kelas IX D SMP Negeri 17 Surakarta semester Gasal tahun 2014/2015. IMPLIKASI Simpulan di atas memberikan implikasi bahwa penerapan pendekatan pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) perlu dikembangkan karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa. SARAN Bagi Kepala Sekolah: Agar kepala sekolah mendukung penerapan pendekatan pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dalam proses pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Harini, Upaya Peningkatan Hasil…
Bagi Guru Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) lainnya: Guru Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) lainnya disarankan dapat menerapkan pendekatan pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Bagi siswa: (a) Siswa hendaknya lebih tertib dan fokus dalam mengikuti proses pembelajaran. (b) Siswa disarankan untuk berperan aktif pada proses pembelajaran melalui penerapan pendekatan model pembelajar0can Kooperatif Tipe TGTdalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). (c) Siswa disarankan untuk berani tampil maju mewakili kelompoknya dalam permainan tim game turnamen. Bagi Peneliti Berikutnya: Peneliti yang hendak melakukan penelitian mengenai penerapan pendekatan pembelajaran Kooperatif Tipe TGT diharapkan dapat menerapkannya pada mata pelajaran lainnya. DAFTAR PUSTAKA Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Anita
Lie.2008. Cooperative Learning. Jakarta : PT. Gramedia
DepartemenPendidikanNasional.200 6, KurikulumStandar Isi, PusatKurikulum, Jakarta, DepartemenPendidikanNasio nal. -------------------------------------------. 2006. Silabus SMP/MTs, Jakarta, BNSP
1057
DepartemenPendidikanNasio nal Isjoni.
2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Slavin, E.Robert. 2009. Cooperative Leraning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung : Nusa Media.