J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 21, No.3, November 2014: 386-392
PERAN SIKAP DALAM MEMEDIASI PENGARUH PENGETAHUAN TERHADAP PERILAKU MINIMISASI SAMPAH PADA MASYARAKAT TERBAN, YOGYAKARTA (The Role of Attitude to Mediate The Effect of Knowledge on People’s Waste Minimization Behaviour in Terban, Yogyakarta) Hanif Akhtar* dan Helly Prajitno Soetjipto Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Jl. Humaniora No. 1, Bulaksumur, Yogyakarta 55281. *
Penulis korespondensi. Telp: 085729833961. Email:
[email protected].
Diterima: 23 Juni 2014
Disetujui: 15 Oktober 2014 Abstrak
Kondisi lingkungan hidup di Indonesia saat ini dalam kondisi yang memprihatinkan. Sebagian besar masalah lingkungan ini diakibatkan oleh perilaku manusia. Salah satu cara untuk memecahkan masalah ini adalah dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang lingkungan yang kemudian akan diteruskan menjadi perilaku peduli lingkungan. Akan tetapi, hasil survey menunjukkan bahwa pengetahuan yang sudah baik tidak sejalan dengan perilaku peduli lingkungan. Sikap memegang peran penting dalam meningkatkan perilaku peduli lingkungan. Penelitian ini fokus pada salah satu perilaku peduli lingkungan yakni perilaku minimisasi sampah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku minimisasi. Penelitian dilakukan di Kelurahan Terban, RW 02 dan RW 11 selama bulan Januari sampai Februari 2014 dengan jumlah subjek sebanyak 105. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, dengan menggunakan tiga skala, yakni skala perilaku minimisasi sampah, skala sikap terhadap minimisasi sampah, dan skala pengetahuan tentang minimisasi sampah. Analisis data menggunakan analisis regresi model analisis jalur, sedangkan uji pengaruh mediasi menggunakan Sobel Test. Analisis efek tidak langsung menunjukkan nilai efek tidak langsung sebesar 0,742 dengan z=3,42 dan p<0,01. Hal ini menunjukkan adanya efek tidak langsung pengetahuan terhadap perilaku minimisasi sampah melalui sikap terhadap minimisasi sampah. Dengan demikian dapat disimpulkan sikap terhadap minimisasi sampah memediasi pengaruh pengetahuan terhadap perilaku minimisasi sampah. Kata Kunci: mediator, minimisasi sampah, pengetahuan, perilaku peduli lingkungan, sikap.
Abstract Environmental quality in Indonesia today is in poor condition. Many of these problems root in human behaviour. One way to solve this problem is by increasing people’s environmental knowledge which is translated into proenvironmental behaviour. However, empirical evidence showed that high level of environmental knowledge is not always followed by high level of environmental behaviour. Attitude toward behaviour plays a significant role in behavioural change. This research will focus on one kind of pro-environmental behaviour namely waste minimisastion behaviour. The purpose of this research is to find out the relationship between waste minimization knowledge, attitude, and behaviour. This research was conducted in Kelurahan Terban, RW 02 and RW 11, Yogyakarta in January until February 2014. Total of the subjects are 105. Data were collected using three scales that is: waste minimization behaviour scale, waste minimization attitude scale, and waste minimization knowledge scale. Data were analysed using regression analysis with path analysis model. Sobel Test was used to estimate the mediation effect. Indirect effect analysis showed the indirect effect coeficient was 0,742 with z=3,42 and p <0,01. It is showed that there was an indirect effect of waste minimization knowledge to waste minimization behaviour through waste minimization attitude. Thus, we can conclude that waste minimization attitude mediates the relationship between waste minimization knowledge and waste minimization behaviour. Keywords: attitude, enviromental behaviour, knowledge, mediator, waste minimization.
PENDAHULUAN Permasalahan lingkungan hidup dewasa ini menjadi permasalahan yang perlu dipecahkan bersama, baik oleh kalangan praktisi maupun kalangan akademisi. Berbagai permasalahan lingkungan ini dipengaruhi baik secara langsung
maupun tidak langsung oleh manusia. Manusia dalam hal ini menjadi korban dari kerusakan lingkungan. Namun di sisi lain manusia juga menjadi pelaku dari kerusakan lingkungan tersebut. Manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya terkadang mengubah kondisi lingkungan sesuai
November 2014
HANIF AKHTAR DKK.: PERAN SIKAP DALAM MEMEDIASI
dengan kehendaknya. Kegiatan ini berpotensi merusak komponen dan keseimbangan di alam. Kondisi lingkungan hidup di Indonesia saat ini memang dalam kondisi yang memprihatinkan. Data tentang Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) yang diukur berdasarkan indikator kualitas air, kualitas udara, dan luas tutupan kawasan hutan, menunjukkan masih ada wilayah yang mengalami penurunan kualitas. Sementara pulau Jawa yang memiliki populasi paling padat di Indonesia menempati peringkat terendah dalam hal kualitas lingkungan hidupnya (Anonim, 2011). Sementara itu, Kementerian Lingkungan Hidup juga mencatat rata-rata penduduk Indonesia menghasilkan sekitar 2,5 liter sampah per hari atau 625 juta liter dari jumlah total penduduk (Hendrawan, 2012). Jumlah yang besar ini diperparah dengan fakta bahwa sampah rumah tangga yang jumlahnya lebih dari 50% total sampah ternyata belum ditangani dengan baik (Anonim, 2012). Padahal sampah yang tidak tertangani dengan baik dapat menimbulkan pencemaran lingkungan serta menimbulkan penyakit (Sucipto, 2012). Data ini menunjukkan masih diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup di tahun-tahun mendatang dengan mengubah pola perilaku masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungan. Kollmuss dan Agyeman (2002) mendeskripsikan perilaku peduli lingkungan sebagai perilaku yang dengan sadar berupaya meminimalisir dampak negatif yang disebabkan oleh aktivitas seseorang kepada lingkungan. Kaiser dan Fuhrer (2003) menyebutkan perilaku peduli lingkungan meliputi enam domain, yakni: melakukan hemat energi, mobilitas dan transportasi ramah lingkungan, perilaku pembelian ramah lingkungan, daur ulang, perilaku sosial yang peduli lingkungan, dan perilaku minimisasi sampah. Penelitian ini memilih untuk fokus pada perilaku minimisasi sampah melihat dampak yang besar dari perilaku ini. Kajian tentang pengelolaan sampah saat ini lebih banyak berfokus pada penanganan sampah. Padahal perilaku minimisasi sampah menjadi aspek yang lebih mendasar dan bisa dilakukan oleh semua orang. Franchetti (2009) mendefinisikan minimasi sampah sebagai suatu proses untuk mengurangi aliran sampah melalui pengurangan sumber sampah, penggunaan kembali, mendaur ulang sampah, dan realokasi sumber daya. Prinsip minimisasi sampah adalah dimulai dari sumbernya. Bila sumbernya tidak ada, sampah pun tidak akan ada. Hasil survey yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (Anonim, 2013) menunjukkan adanya kesenjangan antara pengetahuan yang
387
dimiliki dengan perilaku peduli lingkungan. Secara umum lebih dari separuh dari masyarakat Indonesia telah memliki pengetahuan yang baik tentang lingkungan hidup. Namun hal ini tidak berbading lurus dengan perilaku peduli lingkungan masyarakat yang belum sepenuhnya baik. Padahal intervensi yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun LSM saat ini banyak terfokus pada peningkatan pengetahuan dan kesadaran. Ini berarti ada kesenjangan antara apa yang sudah diketahui oleh masyarakat dengan perilakunya sehari-hari. Kollmuss dan Agyeman (2002) menjelaskan model awal dan paling sederhana tentang perilaku peduli lingkungan adalah berdasar hubungan positif dengan pengetahuan tentang lingkungan. Asumsinya adalah bahwa jika orang tahu dan mengerti lebih banyak tentang pengaruh perilaku mereka sendiri terhadap lingkungan, mereka akan bertindak dengan cara yang lebih ramah lingkungan. Namun penelitian selanjutnya menunjukkan hasil empiris di lapangan yang berbeda dengan teori, hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ternyata lemah. Hounsham (2006) menyimpulkan bahwa perubahan perilaku berdasar penyediaan informasi saja sangat kecil. Salah satu perspektif teori yang sering diacu dalam memprediksi perilaku adalah teori perilaku terencana (Theory of Planned Behavior) yang dikembangkan oleh Ajzen (1991). Ajzen (1991) menegaskan bahwa sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan kontrol terhadap perilaku yang dipersepsi, ketiganya membentuk intensi untuk melakukan sesuatu, yang kemudian akan membentuk perilaku. Taylor dan Todd (1995) melakukan penelitian tentang perilaku pengurangan sampah secara terintegrasi memakai teori perilaku terencana. Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil bahwa sikap merupakan faktor yang paling besar berpengaruh terhadap intensi untuk mengurangi sampah. Beberapa ahli kemudian mencoba memodifikasi teori perilaku terencana dengan mengidentifikasi variabel tambahan yang berpengaruh terhadap perilaku. Kaiser dkk (1999) menyatakan bahwa sikap tidak hanya mencakup evaluasi hasil tertentu, tetapi juga estimasi kemungkinan hasilnya, dengan pengetahuan faktual menjadi pra kondisi yang diperlukan sikap. Informasi yang penting atau pengetahuan faktual adalah syarat penting bagi sikap. Ini memberikan landasan teoritis untuk penggunaan model konseptual yang menggabungkan pengetahuan, sikap dan perilaku dalam kerangka tunggal. Pengetahuan dalam mempengaruhi perilaku memang tidak bersifat langsung. Ajzen (2005) memasukkan variabel pengetahuan sebagai backgound factor. Artinya pengetahuan akan
388
J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN
berpengaruh terhadap variabel lain, yang pada akhirnya akan dimanifestasikan dalam perilaku. Weaver (2002) menemukan bahwa pengetahuan tentang lingkungan berkorelasi dengan sikap positif tentang lingkungan, sehingga model hubungan pengetahuan dan perilaku memang tidak langsung, tetapi dimediasi oleh sikap. Pendekatan yang umum mengidentifikasi hubungan antara variabel tergantung dan variabel bebas adalah dengan memiliki hipotesis hubungan langsung antara keduanya. Salah satu metode alternatif yang ada adalah melalui model mediasi. Model mediasi memiliki hipotesis bahwa variabel bebas mempengaruhi variabel mediator, yang pada gilirannya mempengaruhi variabel tergantung (Baron dan Kenny, 1986). Dari penjabaran permasalahan yang telah diutarakan, ada sejumlah permasalahan yang hendak diketahui jawabannya dalam penelitian ini. Peneliti ingin melihat pola hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku minimisasi sampah. Selanjutnya dari rumusan permasalahan ini maka diajukan empat hipotesis sebagai berikut: pengetahuan tentang minimisasi sampah berpengaruh pada perilaku minimisasi sampah, pengetahuan tentang minimisasi sampah berpengaruh pada sikap terhadap minimisasi sampah, sikap terhadap minimisasi sampah berpengaruh pada perilaku minimisasi sampah, dan sikap terhadap minimisasi sampah memediasi hubungan antara pengetahuan tentang minimisasi sampah dengan perilaku minimisasi sampah. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan teknik survey. Karakteristik dari subjek adalah orang dewasa berusia 20-60 tahun, bertempat tinggal di wilayah kota, dan penduduk asli atau pendatang yang sudah tinggal minimal satu tahun di wilayah tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di RW 02 dan RW 11, Kelurahan Terban, Gondokusuman, Yogyakarta tanggal 2 Januari sampai dengan 23 Februari 2014. Jumlah subjek penelitian adalah sejumlah 105 orang. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah perilaku minimisasi sampah, variabel mediator dalam penelitian ini adalah sikap terhadap minimisasi sampah, sedangkan variabel bebas
Vol. 21, No.3
dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang minimisasi sampah. Pengumpulan data diperoleh melalui tiga skala yang disusun peneliti, yaitu skala perilaku minimisasi sampah, skala sikap terhadap minimisasi sampah, dan skala pengetahuan tentang minimisasi sampah. Skala perilaku minimisasi sampah disusun berdasarkan tiga aspek seperti yang dikemukakan Franchetti (2009), yaitu: source reduction, reuse, dan recycle dengan total item awal adalah 36 buah. Skala sikap terhadap minimisasi sampah disusun berdasarkan dua aspek sikap seperti yang dikemukakan Ajzen (1991), yakni: kekuatan keyakinan dan evaluasi akan hasil dengan total item awal sejumlah 26 buah. Skala pengetahuan tentang minimisasi sampah disusun berdasarkan tiga aspek pengetahuan tentang lingkungan seperti yang dikemukakan oleh Frick dkk (2004), yaitu system knowledge, action-related knowledge, dan effectiveness knowledge dengan jumlah item awal sejumlah 36 buah. Uji coba skala penelitian dilakukan pada 93 subjek. Analisis item dilakukan berdasarkan dua kriteria, yakni validitas isi dan korelasi item-total. Validitas isi dihitung dengan Indeks Validitas isi Aiken. Dengan jumlah rater empat orang, suatu item dikatakan relevan dengan tujuan ukur apabila memiliki koefisien validitas isi Aiken di atas 0,88 (Aiken, 1985). Dari hasil uji coba dan seleksi item, didapatkan skala akhir yang digunakan untuk penelitian dengan rincian pada Tabel 1. Analisis data penelitian ini menggunakan analisis regresi model analisis jalur (path analysis). Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linear berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model casual) yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori. Diagram jalur memberikan secara eksplisit hubungan kausalitas antar variabel berdasarkan teori (Ghozali, 2011). Untuk melihat besarnya pengaruh tidak langsung (indirect effect) dari pengetahuan dan menguji signifikansinya, dapat dilakukan dengan uji Sobel (Preacher dan Hayes, 2004). Analisis data dalam penelitian ini memanfaatkan software SPSS 20 for Windows. Langkah-langkah dalam menguji hipotesis mengacu prosedur pengujian peran mediator yang dikemukakan Baron dan Kenny (1986), yakni menguji pengaruh pengetahuan (X) terhadap
Tabel 1. Skala penelitian No 1. 2. 3.
Nama skala Skala perilaku minimisasi sampah Sikap terhadap minimisasi sampah Pengetahuan tentang minimisasi sampah
Jumlah item
Korelasi itemtotal
16 18 21
0,338 - 0,559 0,308 - 0,582 0,32 - 0,64
Koefisien validitas Aiken 0,88 – 1 0,88 – 1 0,88 – 1
Koefisien reliabilitas (α) 0,833 0,837 0,801
November 2014
HANIF AKHTAR DKK.: PERAN SIKAP DALAM MEMEDIASI
perilaku (Y), menguji pengaruh pengetahuan (X) terhadap sikap (M), menguji pengaruh sikap (M) terhadap perilaku (Y) dengan mengontrol pengetahuan (X), dan menarik kesimpulan sesuai kriteria. Kriteria suatu M berperan sebagai mediator adalah jika analisis I, II, dan II menghasilkan hasil yang signifikan semua. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil penelitian, dilakukan perbandingan data secara deskriptif antara keadaan hipotetik (keadaan yang mungkin terjadi) dan keadaan empirik (keadaan sesungguhnya). Deskripsi statistik hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 2 Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa rata-rata empirik perilaku minimisasi sampah (mean=48,07) setara dengan rata-rata hipotetik (mean=48). Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan subjek dalam melakukan perilaku minimisasi sampah berada pada tingkat sedang. Pada sisi lain, rata-rata empirik sikap terhadap minimisasi sampah (mean=67,19) dan pengetahuan tentang minimisasi sampah (mean=14,84) lebih tinggi dari pada mean hipotetiknya (mean=54 dan mean=10,5). Hal ini menunjukkan bahwa sikap dan pengetahuan subjek tentang minimisasi sampah relatif tinggi. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data empirik terdistribusi secara normal atau tidak. Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan kepada 105 subjek penelitian, maka variabel perilaku, sikap, dan pengetahuan tentang minimisasi sampah memiliki sebaran yang normal.
Pada variabel perilaku minimisasi sampah nilai KSZ=0,839 dengan p>0,05, variabel sikap terhadap minimisasi sampah nilai KS-Z=0,974 dengan p>0,05, dan variabel pengetahuan tentang minimisasi sampah nilai KS-Z=1,288 dengan p>0,05. Uji linearitas adalah pengujian antara variabel bebas, mediator, dan tergantung untuk mengetahui apakah sebaran titik-titik nilai variabel dapat ditarik garis lurus atau tidak. Berdasarkan hasil uji linearitas, diketahui bahwa hubungan antara perilaku dan pengetahuan tentang minimisasi sampah, perilaku dan sikap terhadap minimisasi sampah; dan sikap dan pengetahuan tentang minimisasi sampah menunjukkan hubungan yang linear. Nilai p linearity hubungan antara perilaku dan pengetahuan tentang minimisasi sampah menunjukkan nilai p<0,05. Nilai p linearity hubungan antara perilaku dan sikap terhadap minimisasi sampah menunjukkan nilai p<0,05. Nilai p linearity hubungan antara sikap dan pengetahuan tentang minimisasi sampah menunjukkan nilai p<0,05. Hasil analisis regresi berdasarkan langkah Baron dan Kenny (1986) dapat dilihat pada Tabel 3-5. Berdasarkan analisis regresi yang tercantum pada Tabel 3-5 terlihat bahwa: pengetahuan berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku minimisasi sampah (=0,36, p<0,05), pengetahuan berpengaruh secara signifikan terhadap sikap terhadap minimisasi sampah (=0,40, p<0,05), serta dengan mengontrol pengetahuan, sikap berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku minimisasi sampah (=0,485, p<0,05).
Tabel 2. Deskripsi hasil analisis. Statistik X maks X min Mean SD
Perilaku minimisasi sampah Hipotetik Empirik 80 72 16 25 48,07 10,99
Sikap terhadap minimisasi sampah Hipotetik Empirik 90 86 18 43 67,19 7,66
Pengetahuan tentang minimisasi sampah Hipotetik Empirik 21 20 0 6 14,84 2,88
Tabel 3. Langkah pengaruh pengetahuan terhadap perilaku. Variabel Konstanta Pengetahuan R2
Nilai tidak terstandarisasi B P 27,29 <0,05 1,400 <0,05 0,135
Nilai terstandarisasi () 0,367
Tabel 4. Langkah pengaruh pengetahuan terhadap sikap. Variabel Konstanta Pengetahuan R2
389
Nilai tidak terstandarisasi B P 51,39 <0,05 1,065 <0,05 0,160
Nilai terstandarisasi () 0,400
390
J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN
Vol. 21, No.3
Tabel 5. Langkah pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap perilaku. Variabel Konstanta Pengetahuan Sikap R2
Nilai tidak terstandarisasi B P -8,47 >0,05 0,659 >0,05 0,696 <0,01 0,333
Nilai terstandarisasi () 0,173 0,485
Perilaku
Pengetahuan =0,367
p<0,01 Gambar 1. Hasil analisis regresi tanpa mediator. =0,400 p<0,01
Sikap
Pengetahuan =0,173
=0,485
p<0,01 Perilaku
p>0,05 Gambar 2. Hasil analisis regresi dengan mediator. Mengacu pada kriteria yang telah disebutkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh mediasi. Untuk melihat besarnya pengaruh tidak langsung dan menguji signifikansinya, dilakukan dengan Sobel test. Hasil perhitungan sobel test diperoleh nilai efek tidak langsung sebesar 0,742 dengan z=3,42 dan p<0,01. Dengan demikian dapat disimpulkan sikap terhadap minimisasi sampah memediasi hubungan antara pengetahuan dan perilaku minimisasi sampah. Secara sederhana hasil perhitungan regresi setiap jalur dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2. Uji hipotesis menunjukkan bahwa sikap dan pengetahuan tentang minimisasi sampah secara signifikan berpengaruh terhadap perilaku minimisasi sampah. Sumbangan efektif pengetahuan dan sikap terhadap peningkatan perilaku minimisasi sampah ditunjukkan oleh hasil analisis regresi. Pengetahuan dan sikap secara bersama-sama menyumbangkan 33,3% dari perubahan variasi dari perilaku minimisasi sampah. Sementara 66,7% sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak menjadi fokus dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa sikap berpengaruh terhadap perilaku minimisasi sampah. Hal ini ditunjukkan dalam hasil analisis regresi yang signifikan dengan nilai koefisien regresi terstandarisasi sebesar 0,485 dan p<0,05. Temuan ini sesuai dengan teori yang populer digunakan dalam ilmu sosial untuk memprediksi perilaku, yakni Teori Perilaku Terencana (Ajzen, 1991). Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa
sikap berkorelasi postif dengan perilaku peduli lingkungan (Kim dan Moon, 2012; Quin dan Burbach, 2008; Chen dkk, 2011; Korfiatis dkk, 2004). Nilai koefisien regresi terstandarisasi pengetahuan terhadap perilaku minimisasi sampah dengan mengontrol variabel sikap adalah sebesar 0,17 dan p>0,05. Angka tersebut masih jauh lebih kecil dibanding koefisien regresi terstandarisasi sikap terhadap perilaku minimisasi sampah. Artinya perilaku minimisasi sampah lebih banyak dijelaskan oleh sikap dibanding pengetahuan. Hal ini sesuai dengan Teori Perilaku Terencana milik Ajzen (1991). Dalam teori tersebut memang tidak dijelaskan secara eksplisit peran pengetahuan dalam mempengaruhi perilaku. Tetapi dijelaskan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang membentuk keyakinan (belief), dan keyakinan ini yang membentuk sikap. Pengetahuan merupakan syarat untuk munculnya suatu sikap. Kaiser, dkk (1999) menyatakan bahwa informasi atau pengetahuan faktual adalah syarat penting bagi sikap. Jadi sikap bukan hanya perasaan mendukung atau tidak mendukung perilaku, namun juga menyangkut estimasi akan hasil dari perilaku tersebut. Oleh karena itu peran pengetahuan sebagai sumber informasi yang diperlukan untuk melakukan estimasi diperlukan. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan pengetahuan merupakan sumber dari sikap, dan sikap ini dimanifestasikan dalam perilaku. Namun yang harus menjadi catatan adalah bahwa peran sikap sebagai prediktor perilaku tidak bisa mengabaikan faktor lain.
November 2014
HANIF AKHTAR DKK.: PERAN SIKAP DALAM MEMEDIASI
Analisis regresi tunggal menunjukkan bahwa pengetahuan berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku minimisasi sampah (p<0,01), dengan koefisien regresi terstandarisasi sebesar 0,36. Pengaruh pengetahuan terhadap perilaku minimisasi sampah ini kemudian berubah menjadi tidak signifikan ketika dimasukan variabel sikap dalam persamaan. Hal ini menunjukkan adanya efek mediasi sempurna dari sikap. Adanya pegetahuan tidak langsung meningkatkan perilaku secara signifikan, akan tetapi dengan cara meningkatkan sikap, baru kemudian sikap meningkatkan perilaku.
391
Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, variabel tergantung dalam penelitian ini didapatkan dengan cara dilaporkan sendiri oleh subjek, bukan diamati secara objektif, sehingga kemungkinan ada gap antara data yang didapat dengan kenyataan sesungguhnya. Namun jenis metodologi ini umum digunakan dalam penelitian serupa, dengan pertimbangan keterbatasan sumber daya. Kedua, penelitian ini belum memasukkan variabel lain yang ada dalam model teori besar, sehingga belum diperoleh model yang terintegrasi. KESIMPULAN
Implikasi Hasil Penelitian Penelitian ini fokus untuk mengetahui pola hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku minimisasi sampah. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa pengetahuan mempengaruhi perilaku dimediasi melalui sikap. Artinya, sebesar apapun pengetahuan yang dimiliki, jika tidak didukung dengan sikap positif maka pengaruhnya terhadap perilaku akan kecil. Oleh karena itu, intervensi untuk meningkatkan perilaku minimisasi sampah akan lebih efektif jika difokuskan kepada peningkatan sikap terhadap perilaku minimisasi sampah. Azwar (2011) mengungkapkan pembentukan sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media masa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, dan faktor emosional. Berdasarkan paparan tersebut maka pendidikan sangat penting untuk membentuk sikap positif terhadap minimisasi sampah sehingga diharapkan dapat meningkatkan perilaku minimisasi sampah. Seperti yang dikemukakan Kaiser, dkk (1999) bahwa informasi atau pengetahuan faktual adalah syarat penting bagi sikap, sehingga penyediaan informasi bagi masyarakat juga sangat penting. Media masa dan institusi pendidikan saat ini merupakan sumber utama untuk informasi lingkungan bagi para sebagian besar masyarakat. Oleh karena itu, lembaga pendidikan, pemerintah, LSM lingkungan dapat terus memanfaatkan media ini untuk secara efektif menyalurkan informasi. Pendidikan lingkungan hidup yang diberikan kepada siswa atau masyarakat hendaknya tidak hanya mencakup ranah kognisi saja, namun ranah afeksi juga. Pembentukan sikap juga dipengaruhi oleh budaya dan orang terdekat. Oleh karena itu, intervensi yang dilakukan akan lebih baik jika tidak hanya dilakukan pada tingkat individu, tetapi pada tingkat masyarakat (komunitas), sehingga perilaku yang muncul lebih mengakar kuat karena antar individu bisa saling menguatkan.
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa pengetahuan tentang minimisasi sampah berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku minimisasi sampah, pengetahuan tentang minimisasi sampah berpengaruh secara signifikan terhadap sikap terhadap minimisasi sampah, sikap terhadap minimisasi sampah berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku minimisasi sampah, dan sikap terhadap minimisasi sampah memediasi hubungan antara pengetahuan tentang minimisasi sampah dengan perilaku minimisasi sampah. Adanya pegetahuan tidak langsung meningkatkan perilaku secara signifikan, akan tetapi dengan cara meningkatkan sikap, baru kemudian sikap meningkatkan perilaku. DAFTAR PUSTAKA Aiken, L.R., 1985. Three Coefficients for Analyzing The Reliability and Validity of Ratings. Educational and Psychological Measurement. 45:131-142. Ajzen, I., 1991. The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human Decision Processes. 50:179-211. Ajzen, I., 2005. Attitudes, Personality and Behavior, (2nd edition), Open University Press-McGraw Hill Education, New York. Anonim, 2011., Status Lingkungan Hidup Indonesia 2010. Kementerian Lingkungan Hidup RI, Jakarta. Anonim, 2012. Manajemen Persampahan Efektif Untuk Masyarakat: Dari Mana Kita Memulai? Situs http://mdgsindonesia.org/ diakses tanggal 24 Oktober. Anonim, 2013. Perilaku Masyarakat Peduli Lingkungan : Survey KLH 2012. Kementerian Lingkungan Hidup RI, Jakarta. Azwar, S. 2011. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya Edisi ke-2. Pustaka Pelajar Yogyakarta.
392
J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN
Baron, R.M., dan Kenny, D.A., 1986. The Moderator-Mediator Variable Distinction in Social Psychological Research: Conceptual, Strategic, and Statistical Considerations. J. Personality & Social Psychology. 51(6):11731182. Chen, X., Peterson, M.N., Hull, V., Lu, C., Lee, G. D., Hong. D., dan Liu, J., 2011. Effect of Attitudinal and Sociodemographic Factors on Pro-Environment Behaviour in Urban China. Environmental Conservation. 38:45-52. Franchetti, M.J., 2009. Solid Waste Analysis and Mininization: A System Approach. McGraw Hill, New York. Frick, J., Kaiser, F.G., dan Wilson, M., 2004. Environmental Knowledge and Conservation Behavior: Exploring Prevalence and Structure in A Representative Sample. Personality and Individual Differences. 37:1597–1613. Ghozali, I., 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Hendrawan, P., 2012. Indonesia Hasilkan 625 Juta Liter Sampah Sehari. Situs http://www. tempo.co/read/news/2012/04/15/063397147/ diakses tanggal 23 Oktober. Hounsham, S., 2006. Painting the Town Green: How to Persuade People to be Environmentally Friendly. London: Green-Engage. Kaiser, F.G., dan Fuhrer, U., 2003. Ecological Behaviour’s Dependency on Different Forms of Knowledge. Applied Psychology. 52:598-613. Kaiser, F.G., Wolfing, S., dan Fuhrer, U., 1999. Environmental Attitude and Ecological Behaviour. J. Environ. Psychology. 19:1-19.
Vol. 21, No.3
Kim, K., dan Moon, S.G., 2012. Determinant of Pro-Environment Behaviour of Korean Imigrants in U. S. Int. Rev. Public Administration. 17:99-123. Kollmuss, A., dan Agyeman, J.A., 2002. Mind the Gap: Why Do People Act Environmentally and What Are The Barriers to Pro-Environmental Behavior? Environmental Education Research, 8(3):239-260. Korfiatis, K.J., Hovardas, T., dan Pantis, J.D., 2004. Determinants of Environmental Behavior in Societies in Transition: Evidence from five European Countries. Population and Environment. 25(6):563-584. Preacher, K.J., dan Hayes, A.F., 2004. SPSS and SAS Procedures for Estimating Indirect Effects in Simple Mediation Models. Behavior Research Methods, Instruments, & Computers. 36(4):717-731. Quinn, C., dan Burbach, M.E., 2008. Personal Characteristics Preceding Pro-Environment Behaviour that Improve Surface Water Quality. Great Plains Research. 18:103-114. Sucipto, C.D., 2012. Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah. Gosyen Publishing, Yogyakarta. Taylor, S., dan Todd, P., 1995. Understanding Household Garbage Reduction Behavior: A Test of an Integrated Model. J. Public Policy & Marketing. 14:192-204. Weaver, A.A., 2002. Determinants of Environmental Attitudes: A Five-Country Comparison. Int.J. Sociology. 32(1):77-108.