PERBEDAAN LIKUIDITAS BANK SYARIAH SEBELUM DAN SESUDAH KEBIJAKAN SUPER VISORY ACTION OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PEMBATASAN SUKU BUNGA DEPOSITO BANK KONVENSIONAL Hamzah Zainuri Dosen Fakultas Syariah dan Dakwah Universitas Serambi Mekkah JL. Teungku Imum Lueng Bata, Banda, Batoh, Banda Aceh, Aceh (0651) 23245
[email protected] ABSTRACT The purpose of the study is to understand the differences of Islamic Banks liquidities before and after the limitation of interest on deposit of Conventional Banks based on Super visory Action No. SP-28 DKNS/OJK/9/2014 policy by Financial Service Authority (Otoritas Jasa Keuangan) measured on three liquidity ratios: (1) ratio financing deposits (FDR), (2) loan to asset rasio (LAR), (3) Cash Rasio (CR). The samples of this study are twelve (12) Islamic Banks in Indonesia chosen using purposive sampling method. The secondary data of this study are the monthly reports of Islamic Banks in 2014 from July to December (six month) which are focused on three months before and after applying the policy. The data are tested using hypothetical test through paired sample t-test with significant rate at 5 % (α = 0,05). The result of this study shows that the Islamic Banks liquidities projected by FDR have differences before and after the limitation which is signified by the decreasing of Islamic Banks FDR. The LAR also shows differences before and after the limitation because the LAR is decline while the cash ratio of Islamic Banks were increasing from October to December 2014. Keywords: Liquidity, Islamic Bank, financing deposits, loan to asset ratio, Cash ratio Pendahuluan Saat ini, industri perbankan tidak hanya didominasi oleh bank konvesional. Akan tetapi industri perbankan diramaikan dengan hadirnya bank syariah yang sejak kemunculannya telah mengalami perkembangan yang signifikan di berbagai Negara, khususnya Indonesia. (Saeed, 2004) Pertumbuhan bank syariah dan lembaga keuangan syariah yang semakin pesat di indonesia dapat dilihat dari peningkatan jumlah bank umum syariah 22
(BUS) yang didirikan, disamping itu juga bank syariah mencatat kinerja yang cukup menggembirakan, hal ini dapat dilihat dari perkembangan asset, DPK, pembiayaan dan kinerja intermediasi BUS dalam lima tahun terakhir. Tabel 1.1 Perkembangan perbankan syariah 2009-2014 Dalam miliar rupiah Komponen 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Asset 66.000 97.519 145.467 195.015 242.276 272.343 DPK 52.71 76.063 115.415 147.512 183.534 217.858 Pembiayaan 46.886 68.181 102.655 147.505 184.122 199.330 Sumber data di olah: Statistik Perbankan Syariah , Ojk Pertumbuhan dan kinerja pesat dari perbankan syariah tersebut tentunya tidak menjadikan sistem perbankan syariah lepas dari masalah seperti yang sering dialami oleh bank-bank konvesional. Meskipun ketiga parameter utama pengukuran kinerja perbankan syariah tersebut terus mengalami pertumbuhan pesat. Permasalahan yang mendasar yang dihadapi bank syariah adalah bagaimana bank mampu menjaga tingkat likuiditasnya pada kondisi yang aman dan optimal sesuai dengan parameter tingkat kesehatan bank yang ditetapkan oleh bank indonesia. Karena mengatur tingkat likuiditas sangat penting sekali dalam pengelolaan dana-dana bank. Tingkat likuiditas suatu bank mencerminkan sampai berapa jauh suatu bank dapat mengelola dananya dengan sebaik-baiknya. Likuditas itu sendiri adalah kemampuan bank untuk menyediakan aset kedalam kas dengan cepat, pada biaya yang rendah dan tanpa menderita kerugian yang berarti semakin banyak dana yang dapat dihimpun oleh bank dalam waktu tertentu maka bank akan semakin likuid, dan semakin rendah ongkos yang
23
dibutuhkan untuk menambah dana dalam waktu tertentu maka aset tersebut akan semakin likuid (Veithzal Rivai, 2010). Seperti halnya bank konvesional, bank syariah juga bergantung pada simpanan nasabah sebagai sumber dana utama dalam menjaga likuiditasnya. Hal ini disebakan adanya proporsi yang besar dari simpanan nasabah bank berupa giro wadiah (demand deposit) atau tabungan (saving) dan deposito berjangka (time deposit), dunia perbankan terutama dalam hal hukum perbankan memberikan prioritas utama dalam mempertahankan tingkat kecukupan likuiditas. harus ada nasabah yang menyimpan uang di bank, apabila bank ingin melanjutkan usahanya (Ibid. 552). Dalam perbankan syariah jika tingkat bagi hasil cenderung naik
dan
permintaan kredit bertambah, maka posisi likuiditas akan seimbang hal ini membuat bank mendapatkan keuntungan maksimal. Oleh sebab itu balas jasa dalam perbankan syariah yang tidak menggunakan suku bunga sebagai acuan pemberian keuntungan sangatlah riskan, mengingat suku bunga sudah menjadi acuan utama pada pemberian keuntungan pada setiap bisnis di Indonesia. seperti hal nya pada tahun 2013 risiko kekeringan likuiditas makin meningkat sejak BI mengerek bunga acuan (BI rate) Juni 2013 lalu. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memperkirakan pertumbuhan DPK di 2014 hanya naik 14,1 persen. (Okezone, 2014). Padahal pertumbuhan dana pihak ketiga yang seimbang bagi bank syariah sangat diperlukan untuk menompang atau bisa berekpansi lebih luas. Mengingat dana pihak ketiga merupakan penyangga untuk memperbaiki tingkat likuiditas. sampai saat ini Financing to deposits ratio (FDR) bank syariah terus 24
meningkat, ini menandakan bahwa dana yang dihimpun dengan dana yang dikeluarkan untuk permintaan kredit tidak seimbang. Oleh karena itu perlu adanya sebuah regulasi khusus dari pemerintah untuk mendukung pertumbuhan DPK bank syariah itu sendiri, mengingat bank syariah tidak memakai sistem bunga dalam memperoleh profit marginnya. Karena Tingkat suku bunga merupakan salah satu pertimbangan seseorang
untuk
menabung
atau
mendepositokan
dananya
pada
bank
konvesional. Tingkat bunga yang tinggi akan mendorong masyarakat untuk menabung atau mendepositokan dananya dan mengorbankan konsumsi yang sekarang untuk dimanfaatkan di masa yang akan datang. Dimana para penabung
bersifat profit
motif
atau
dengan
kata
lain memanfaatkan
keuntungan pada saat tingkat suku bunga tinggi. Dalam hal ini berarti masyarakat
lebih
tertarik mengorbankan
konsumsinya
sekarang
guna
menambah tabungannya (Pranowo, 2012). Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (SPI), rerata suku bunga deposito sepanjang 2014 naik 70 bps, dari semula 7,97% pada Januari 2014 menjadi 8,67% diakhir Juli. Di sisi lain, suku bunga kredit perbankan Indonesia pada posisi Juli 2014 tercatat 11,25%—13,3% bagi korporasi, sedangkan kredit mikro bisa mencapai 16%—23%. Padahal, rerata suku bunga simpanan di Malaysia, Singapura dan Thailand hanya berada pada kisaran 2%—4% dengan suku bunga kredit berkisar 3%—7%. Bisnis mencatat sepanjang Januari—Juni 2014, rerata kenaikan beban bunga deposito bank sebesar 39,22%. Angka itu lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama 2013 sebesar 37,78%. Hingga Juni 25
2014, beban bunga deposito yang dibayarkan bank kepada pihak ketiga mencapai Rp. 61,48 triliun. Beban itu melonjak 63,71% dibandingkan dengan Juni 2013 sebesar Rp. 37,56 triliun (Okezone, 2014). Dari data tersebut terlihat bahwasanya terjadi perang suku bunga antar Bank Indonesia dalam menarik dana masyarakat sepanjang enam bulan pertama tahun 2014. Oleh karena itu OJK (Otoritas jasa keuangan) mengeluarkan sebuah peraturan pembatasan suku bunga deposito pada bank konvesional melalui kebijakan supervisory action, (OJK.2015) No. SP-28 DKNS/OJK/9/2014 dengan maksimal 200 basis poin (bps) di atas BI rate untuk (Bank umum kelompok Usaha) BUKU 4 dan BUKU 3,( PBI Nomor 14/26/PBI/2012) dan 225 bps untuk BUKU 3 dengan tujuan untuk meredam perang suku bunga yang terjadi pada bank konvesional.(No. SP-28 DKNS/OJK/9/2014 ) Peraturan ini secara tidak langsung menjadi angin segar bagi perbankan syariah karena diperkirakan likuiditas perbankan akan lebih longgar, mengingat suku bunga menjadi salah satu acuan nasabah untuk mendepositokan dana nya, maka bisa di katakan akan terjadi pelarian nasabah ke bank syariah.( Vivanews.co.id, 2014) Mengingat tipe nasabah dalam memilih bank syariah cenderung didasarkan kepada motif keuntungan, bukan kepada motif keagamaan. Dengan kata lain, nasabah lebih mengutamakan economic rationale dalam keputusan memilih bank syariah dibandingkan dengan lembaga perbankan non-syariah atau bank konvensional. Maka dapat di katakan ketika terjadi pembatasan suku bunga para deposan akan mengivestasikan dana nya ke perbankan lain nya yang memberikan keuntungan atau profit margin yang lebih besar, tidak terkecuali ke perbankan syariah. 26
Maka dari beberapa fenomena diatas dan dengan adanya kebijakan supervisory action, penulis mencoba meneliti tentang perbedaan likuiditas bank syariah sebelum dan
setelah dikeluarkan kebijakan supervisory action oleh
otoritas jasa keuangan (OJK) tentang pembatasan suku bunga bank konvesional. Yang maka likuiditas bank syariah akan diukur dengan 3 ratio likuiditas diantaranya: financing deposits ratio (FDR), Loan to Assets Ratio (LAR), dan Cash ratio (CR). Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang mucul dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana likuiditas perbankan syariah yang diukur dengan financing deposits ratio (FDR) sebelum dan sesudah terjadi pembatasan suku bunga deposito bank konvesional. 2. Bagaimana likuiditas perbankan syariah yang diukur dengan Loan to Assets Ratio (LAR) sebelum dan sesudah terjadi pembatasan suku bunga deposito bank konvesional. 3. Bagaimana likuiditas perbankan syariah yang diukur dengan cash ratio sebelum dan sesudah terjadi pembatasan suku bunga deposito bank konvesional LANDASAN TEORI Likuiditas pada umumnya didefinisikan sebagai kepemilikan sumber dana yang memadai untuk memenuhi seluruh kebutuhan dan kewajiban yang akan jatuh tempo. Dengan kata lain, likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan 27
untuk memenuhi semua kewajibannya pada saat ditagih. Menjaga tingkat likuiditas penting bagi sebuah perusahaan baik perusahaan jasa perbankan maupun jasa industri, karena likuiditas dapat mempengaruhi tingkat kredibilitas perusahaan yang bersangkutan (Umam, 2013). Menurut Duane B Graddy likuditas melibatkan perkiraan permintaan dana oleh masyarakat dan penyediaan cadangan untuk memenuhi semua kebutuhan,
sedangkan
menurut Oliver G
Wood
manajemen
likuiditas
melibatkan perkiraan kebutuhan dan penyediaan kas secara terus- menerus, baik kebutuhan jangka pendek atau musiman maupun kebutuhan jangka panjang (Ibid, 2013). Penelian likuiditas Bank diukur dengan besarnya tingkat cadangan primer dan cadangan sekunder yang dipelihara Bank serta rasio likuiditas lainnya. Pengukuran rasio likuiditas Bank meliputi struktur pendanaan, expected cash flow, akses pasar dan asset marketability. Pengelolaan cadangan primer dan cadangan sekunder adalah untuk keperluan pendanaan operasional harian dan sebagai buffer untuk mengcover penarikan dana yang tidak terduga.( Arifin, 2010) Penilaian pendekatan kuantitatif dan kaulitatif terhadap factor likuiditas antara
lain
dilakukan
melalui
penilaian
terhadap
komponen-komponen
diantaranya Cash ratio, FDR, LAR. Seperti yang kita ketahui ketiga rasio di atas saling berhubungan, seperti yang dikemukan oleh apriansyah rahman dalam penelitiannya bahwasanya FDR mempunyai pengaruh yang negatif terhadap cash ratio bank itu sendiri, hal ini disebabkan jika FDR nya terlalu tinggi maka dana kas nya berkurang, ini 28
dikarenakan hampir semua dana pihak ketiga yang di himpun oleh bank syariah terserap untuk pembiayaan, di tambah dengan tidak sesuai nya pertumbuhan dana pihak ketiga dari bank itu sendiri, sehingga menyebabkan bank menggunkan sebagian aset (LAR) nya untuk memenuhi permintaan kredit. Jika fenomena seperti itu terus berlanjut lama ini akan sangat berisiko kepada likuidtas suatu bank. Oleh karena itu semua perbankan sangat berhati-hati dalam menjaga likuiditas nya, maka salah satu dari sekian banyak produk dalam perbankan, deposito menjadi salah satu produk utama untuk menghimpun dana dari masyarakat semakin banyak dana yang di himpun pada masyarakat maka akan berefek pada membaik nya likuidtas bank. Adapun Deposito itu sendiri di ciptakan karena jasa giro memiliki suatu tingkat bunga yang kecil sehingga kurang menarik bagi pemilik uang untuk menabungkan uangnya pada rekening Koran, sehingga bank menciptakan deposito sebagai sarana untuk menabung. Deposito ini bunganya lebih besar karena memiliki tenggang waktu yang pasti. Kepastian tenggang waktu tabungan ini memberikan kesempatan bagi pimpinan bank untuk merencanakan penyaluran kredit kepada debitornya. Deposito di Indonesia didasarkan pada Instruksi Presiden No. Tahun 1968 tanggal 9 September 1968. Menurut UU RI No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Bab I Pasal 1 butir 7. Dalam menentukan tingkat bunga deposito para pemimpin bank harus hati-hati , realistis dan tepat (Hasibuan, 2002). Bunga deposito menjadi tolak ukur tersendiri pada setiap deposan untuk menyimpan uang nya di perbankan 29
konvesional. karena semakin tinggi bunga deposito yang tawarkan oleh bank maka semakin meningkat pula DPK dalam bentuk deposito yang masuk pada bank tersebut. Oleh karena itu perbankan konvesional berlomba-lomba memberikan bunga deposito yang tinggi kepada setiap deposan. Namun pemberian bunga deposito yang tinggi tersebut di suatu sisi akan memberikan dampak negatif terhadap likuiditas bank hal ini di sebabkan beban bunga yang terlalu
tinggi
yang
harus
dibayarkan
bank
kepada
para
deposan
(www.investor.co.id, 2015). Hal itu adalah yang mendasari otoritas jasa keuangan (OJK) mengeluarkan kebijakan supervisory action tentang pembatasan bunga deposito bank konvesional di atas 2 miliar maksimum 200 hingga 225 basis poin di atas suku bunga acuan bank Indonesia, tujuan nya untuk meredam perang suku bunga yang marak terjadi (Kompas, 2014). Pembatasan bunga deposito kepada perbankan konvesional berimbas pada membaiknya likuiditas perbankan syariah. Produk simpanan deposito bank syariah diklaim menjadi lebih kompetitif, gejala pelonggaran likuiditas sudah mulai tampak pada perbankan syariah di antara nya DPK BNI syariah hingga September tumbuh hingga 25% (yoy). adapun laporan keuangan perseroan semester I/2014 mencatat DPK perseroan sebesar 13,50 triliun atau tumbuh 30,07% (yoy).( www.koranbisnis.com, 2014) Hal yang sama juga dirasakan oleh bank muamalat dimana pembatasan suku bunga deposito telah menyebabkan kondisi likuiditas bank muamalat sedikit melonggar pada kuartal III/ 2014. rasio financing to deposit ratio (FDR) perseroan berada pada level 98,81%, sedikit
30
lebih rendah jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang bertengger pada level 103,40%. (www.koranbisnis.com, 2014) TABEL 2.2 Kegiatan Usaha Bank Umum Syariah (BUS) periode juli sampai desember 2014 (miliar Rp) Bulan DPK Pembiayaan FDR (%) Juli 145.014 146.413 94% Agustus 156.870 145.97 93% September 156.870 147.737 94% Oktober 163.090 147.363 94% November 165.050 148.403 89% Desember 170.723 147.94 86% Sumber data di olah: Statistik perbankan syariah, OJK, 2014 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa likuiditas bank syariah mulai membaik dilihat dari ratio FDR yang tren menurun yang signifikan pada periode oktober sampai desember 2014. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwasanya pembatasan suku bunga bank konvesional memberikan dampak terhadap likuiditas bank syariah, fenomena tersebut selaras dengan penelitian Rinal Satria Anugrah dan Ariana Nurus Salihati likuidtas bank syariah mengalami perubahan setelah terjadi kenaikan atau penurunan suku bunga, likuiditas yang proksikan dengan finance to deposit ratio (FDR). Hipotesis penelitian Berdasarkan kerangka teoritis dan hasil beberapa penelitian, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: H1: Ada perbedaan cash ratio bank Syariah sebelum dan sesudah penerapan pembatasan suku bunga deposito bank konvensional. H1: Ada perbedaan FDR bank Syariah sebelum dan sesudah penerapan pembatasan suku bunga deposito bank konvensional. 31
H1: Ada perbedaan LAR bank syariah sebelum dan sesudah pembatasan suku bunga deposito bank konvesional. Metode penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak kedua yang berupa laporan perkembangan secara nominal maupun persentase dari setiap variabel bebas dan terikat. Data tersebut bersumber dari: data laporan keuangan perbankan syariah dari media cetak dan elektronik data dalam penelitian ini bersifat runtun waktu. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan dari 12 Bank Umum Syariah antara periode bulan juli sampai desember tahun 2014. Pembahasan Secara umum adanya pembatasan suku bunga deposito perbankan konvensional sangat berdampak pada tingkat likuiditas perbankan syariah terutama jika dilihat, pada rasio FDR, LAR, dan Cash ratio likuiditas perbankan syariah semakin baik. Hal ini dapat dilihat bahwa dari nilai rata-rata terjadi kelonggaran terhadap tingkat likuiditas perbankan syariah setelah adanya penerapan pembatasan suku bunga deposito. Berdasarkan hasil pengolahan ada tidaknya perbedaan antara sebelum dan sesudah penerapan pembatasan suku bunga deposito terhadap FDR diperoleh hasil bahwa nilai Sig sebesar 0,000 yang berarti < 0,05, sehingga terdapat perbedaan FDR bank syariah setelah terjadinya pembatasan sukubunga bank konvesional. Hasil penelitiaan ini membuktikan bahwa ada perbedaan antara pembatasan suku bunga bank konvensional terhadap tingkat FDR perbankan syariah. 32
Dampak yang dihasilkan berbentuk negatif artinya dengan pembatasan suku bunga akan menurunnya FDR sehingga perbankan syariah memiliki likuiditas yang semakin baik. Setelah terjadi pembatasan suku bunga deposito per oktober sampai desember 2014 tren penurunan FDR sudah mulai terjadi, sebelumnya FDR bank syariah sudah ketat namun dengan adanya pembatasan suku bunga FDR nya sudah mulai melonggar. Data menunjukkan bahwa FDR perbankan syariah mengalami tren penurunan sejak diterapkannya pembatasan bunga deposito perbankan konvensional sejak bulan Oktober 2014.
Sumber: statistik perbankan syariah. OJK (2014) Membaiknya FDR perbankan syariah juga disebabkan oleh total pembiayaan dengan total DPK dan ekuitas yang dihimpun mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya gejala pelonggaran likuiditas pada perbankan syariah dalam bentuk simpanan deposito bank syariah yang diklaim menjadi lebih kompetitif sehingga bank syariah memiliki banyak kesempatan lebih besar untuk menghimpun dana pihak ketiga. Seleras dengan hasil penelitian ismul ghafar bahwasanya suku bunga adalah salah satu faktor yang mempengaruhi deposito bank syariah (Ghafar, 2009). Berikut 33
data selengkapnya deposito bank syariah setelah terjadinya pembatasan suku bunga deposito bank konvesional.
sumber : statistisk perbankan syariah. OJK (2014) Selain faktor pembatasan suku bunga tren penurunan FDR juga disebakan adanya limpahan dana haji dari Kementrian Agama pada tanggal 30 Mei 2014.(Ibid, 2009) Seperti yang diungkapkan oleh imam teguh saptono Direktur Bisnis PT Bank BNI Syariah mengatakan tingkat FDR bank bisa turun menjadi 94% jika dana haji dipindahkan dari bank konvensional ke bank syariah, tingkat FDR bank syariah sudah ketat sehingga limpahan dana haji dari bank syariah bisa menurunkan tingkat FDR.( www.ift.co.id/posts/ojk-tidak-batasi-fdr-bank-syariah, 2015) Saling berhubungan antara DPK dan FDR ini disebabkan karena FDR merupakan salah satu tolak ukur likuiditas bank yang berjangka waktu agak panjang. Tingkat FDR yang terlalu tinggi menunjukan semakin buruk kondisi likuiditas bank, karena penempatan pada pembiayaan juga dibiayai dari dana pihak ketiga yang sewaktu-waktu ditarik.( Awaliah, 2015) Tingkat keamanan likuiditas bank ditentukan dari bagaimana bank dapat menghimpun dana dari masyarakat sebanyak mungkin karena semakin banyak 34
dana yang dihimpun maka tingkat keamanan likuiditas akan meningkat. Sehingga apabila bank syariah mampu menghimpun dana pihak ketiga terutama dalam bentuk tunai maka secara otomatis kemampuan bank dalam membayar hutang atau likuiditas bank pun akan meningkat. Karena dana pihak ketiga merupakan penyangga untuk memperbaiki tingkat likuiditasnya. Sehingga dapat dilihat bahwa jumlah dana pihak ketiga dapat mempengaruhi tingkat likuiditas perbankan syariah. (Ibid, 2015) Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Rinal Satria Anugrah dan Ariana Nurus Salihati yang menyatakan variabel suku bunga SBI, bonus SWBI, GDP, fatwa MUI dan total asset berpengaruh negatif terhadap FDR BUS (Anugrah, 2012). Hasil pengujian selanjutnya adalah uji beda sebelum dan sesudah penerapan pembatasan suku bunga deposito bank konvensional terhadap LAR. Berdasarkan hasil pengolahan data maka diperoleh hasil bahwa nilai Sig sebesar 0,000 yang berarti > 0,05, setelah terjadi pembatasan suku bunga deposito terdepat perbedaan yang signifikan dalam rasio LAR ini dapat dilihat dari tren penurunan Sudah mulai terjadi dari periode juli sampai desember 2014. penurunan LAR dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Sumber: statistisk perbankan syariah,OJK 2014 LAR (Loan to Assets Ratio) itu sendiri digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan 35
kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank. LAR merupakan perbandingan antara besarnya kredit yang diberikan bank dengan besarnya total asset yang dimiliki bank, Semakin tinggi rasio ini maka tingkat likuiditasnya rendah karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya makin besar.(Rivai, 2002) Adanya dampak antara pembatasan suku bunga deposito perbankan konvensional terhadap LAR ini disebabkan imbas dari menurunnya FDR perbankan dalam periode oktober sampai desember menggambarkan bank mulai sedikit menggunakan asset nya untuk memenuhi permintaan kredit. Sebagaimana dapat dilihat pada table 4.7 berikut: Tabel 4.7 Perbandingan Jumlah Asset dengan Pembiayaan Perbankan Syariah Periode Juli-Desember 2014 Bulan Asset (Miliar) 252.464 Juli 252.209 Agustus 257.519 September 260.366 Oktober 261.927 November 272.343 Desember Sumber: OJK (2014)
PYD (Miliar) 194.079 193.983 196.563 196.491 198.376 199.33
LAR (%) 77 77 76 75 76 73
Hal ini menggambarkan bahwasanya likuiditas bank syariah dilihat dari Rasio LAR setelah terjadi pembatasan suku bunga deposito perlahan-lahan mulai membaik, dari sebelumnya ketat menjadi sedikit longgar, ini dibuktikan dengan terjadi penurunan pada rasio LAR, fenomena tersebut terjadi akibat dari sedikit nya total asset yang dimiliki oleh digunakan untuk memenuhi permintaan kredit, Seleras dengan hasil penelitian Deden Faturrahman yang menyatakan, bunga
36
simpanan bank konvesional/ deposito mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan total asset perbankan syariah (Fathurrahman, 2008). Sedangkan hasil uji perbedaan Cash Ratio (CR) bank Syariah sebelum dan sesudah penerapan pembatasan suku bunga deposito bank konvensional diperoleh hasil nilai Sig sebesar 0,000 yang berarti < 0,05, sehingga keputusanya ada perbedaan cash rasio bank syariah sebelum dan sesudah pembatasan suku bunga deposito. Ini dibuktikan dengan kenaikan pada cash ratio itu sendiri setelah terjadi pembatasan suku bunga deposito bank konvesional. Naik nya cash rasio imbas dari menurunya FDR bank syariah. Cash ratio (CR) rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali simpanan nasabah atau
deposan
pada
saat
ditarik
dengan menggunakan alat likuid yang
dimilikinya. Semakin tinggi nilai cash ratio ini, semakin tinggi pula kemampuan likuiditas suatu bank.( Greg L, 1996) CR setelah penerapan pembatasan suku bunga deposito bank konvensional memang mengalami kenaikan akan tetapi kenaikan tersebut walaupun tidak terlalu besar diperiode awal. data selengkapnya dapat dilihat pada table 4.3 berikut:
Sumber: statistik perbankan syariah. OJK (2014) Kenaikan CR setelah pembatasan suku bunga depostio menandakan bahwasanya dana yang ada pada bank digunakan untuk menjaga batas likuiditas minimun 37
kenaikan CR sendiri imbas dari membaiknya FDR bank syariah. Hal ini seleras dengan hasil diskusi panel ekonomic outlook 2008 yang menyebutkan cash ratio mempunyai hubungan yang negatif dengan F/LDR.( Rahman,2010) Dan seleras dengan hasil penemuan Rio Satria yang menyatakan suku bunga pinjaman dari suku bunga bank dan bunga komersial deposito bank komersial telah mempengaruhi negatif terhadap jumlah DPK bank syariah yang diukur dengan cash ratio (Satria, 2014). Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data melalui paired sample t-test Terdapat perbedaan FDR bank syariah sebelum dan sesudah terjadinya pembatasan suku bunga deposito bank konvesional ditunjukkan dengan nilai Sig sebesar 0,000 yang berarti < 0,05, hal ini dikarenakan FDR perbankan syariah mengalami penurunan yang sangat signifikan pada periode oktober sampai desember 2014. Berdasarkan hasil pengolahan data melalui paired sample t-test dapat disimpulkan bahwasanya terdapat perbedaan yang signifikan dalam rasio LAR setelah terjadi pembatasan suku bunga deposito. Ditunjukkan dengan hasil bahwa nilai Sig sebesar 0,000 yang berarti < 0,05, adanya dampak yang signifikan pembatasan suku bunga deposito perbankan konvensional terhadap LAR ini disebabkan menurunnya FDR bank syariah pada periode yang sama selama penelitian. Berdasarkan hasil pengolahan data melalui paired sample t-test dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan pada cash ratio bank syariah setelah terjadi pembatasan suku bunga deposito ditunjukkan dengan hasil nilai Sig sebesar 0,000 yang berarti
38
< 0,05, hal ini disebabkan naiknya cash rasio pada periode yang sama saat penurunan FDR. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Lincolin. Peramalan Bisnis.Yogyakarta :BPFE-Yogyakarta 2001 Arifin, Arviyan, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010 Antonio, Syafi’i, Muhammad, Bank Islam: Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2001 Ade Arthesa dkk, Bank Dan Lembaga Keuangan Bukan bank ,Jakarta: PT Indeks, 2006 Amir Machmud & Rukmana, Bank Syariah: Teori, kebijakan dan studi Empiris di Indonesia, Jakarta: Erlangga, 2010 Arifin ,Zainal, dasar-dasar manajemen bank syariah cet 4, jakarta: pustaka Alvabet, 2006 Draft Consultative Paper, Manajemen Risiko Likuiditas Bank, Direktorat Penelitian Dan Pengaturan Perbankan, Bank Indonesia, 2009. Darma, Hetna. Analisi Likuiditas Pada Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Timur di Samarinda. 2008. Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, Cet ke-5 Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011 Greg L ,Anggana,. Peranan Manajemen Likuiditas Bagi Industri perbankan. Gema Stikubank. 1996 Hadi, Syamsul Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Akuntansi dan Keuangan Yogyakarta: Ekonisia, 2006 Harahap, Sofyan, Syafri. Analisis kritis atas laporan keuangan.Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2008 Hasibuan, Drs. H Malayu S P. DasarDasar Perbankan . Jakarta PT Bumi Aksara. 2002. Imam Mulyana, the commercial loan theory, www.diskusi.uni.cc di akses pada tanggaln 20 desember 2014 Jonathan Golin Dan Philippe Delhaise, the bank credit analysis handbook, jhon wiley & son : singapore, 2013 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002 Nurdin, Ridwan, Akad-Akad fiqh pada perbankan syariah di Indonesia “sejarah, konsep dan perkembangannya,” Banda Aceh: Yayasan pena, 2010 Martono, Bank Dan Lembaga Keuangan Lain, Yogyakarta: Ekonisia, 2002 Masyhud Ali, manajemen risiko, jakarta: PT Grafindo persada, 2006 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP. AMP YKPN, 2005 Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Statistik Perbankan Syariah, Departemen Perizinan dan Informasi Perbankan, tahun 2014 Priyatno, Dwi, Mandiri Belajar SPSS (Statistical Product and Service Solution) Untuk Analisis Data dan Uji Statistik, Cet. II, Yogyakarta: MediaKom, 2008. 39
Peraturan Bank Indonesia No. 11/25/PBI/2009 Peraturan Bank Indonesia No. 14/26/PBI/2012 Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, jakarta: PT Elek Media Komputindo, 2010 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta, 2009 Simorangkir, Dasar-dasar dan Mekanisme Perbankan, Jakarta:Aksara Persada Indonesia, 1986. Saeed, Abdullah , Menyoal Bank Syariah (Kritik atas interpretasi bunga bank kaum Neo- Revivalis), Alih bahasa Arif Maftuhin, Jakarta: Paramadina, 2004 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor.19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara Thamrin, Abdullah. Bank dan lembaga Keuangan. Depok: Rajagrafindo Persada. 2012. Umam, Khaerul, Manajemen Perbankan Syariah, Bandung: Pustaka Setia, 2013 V. Wiratna Sujarwei, Belajar Mudah SPSS untuk Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi dan Umum, Yogyakarta, Global Media Informasi, 2008 Widyaningsih, dkk, bank dan asuransi islam di indonesia Ed I, cet 2, Jakarta: kencana, 2005 Wahyono, Teguh , 25 Model Analisis Statistik dengan SPSS 17 (Memahami Tehnik Analisis Ststistik Secara Sistematis dan Praktis), PT Elex Media Komputindo, Jakarta: 2009 Karya ilmiah Asih, Budi Pengaruh Profitabilitas Dan Tingkat Suku Bunga Sbi Terhadap Likuiditas Perbankan Pada Bank Umum Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode 2009-2011. Tesis: Universitas negeri Padang, 2012 Aprilia Tri Rahayu Bambang Pranowo, Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Konvensional T erhadap Deposito Mudharabah pada Bank Syariah DiIndonesia, jurnal ekonomi studi pembangunan, Vol. 4, No. 1,2012. Asinah, Nur, faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan deposito mudharabah bank syariah ,Academia.Edu. Stie Pgri Dewantara.2013 Apriansyah Rahman, pengaruh Cash ratio, Loan to deposits ratio, dan capital asset ratio terhadap profitabilitas pada sektor perbankan yang terdaftar dibursa efek indonesia. uin syarif hidayatullah : skripsi 2010 Dimas Marvita Atria Wulansari, Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Bagi Hasil, Dan Resiko Likuiditas Terhadap Deposito Mudharabah Pada Bank Muammalat Indonesia. (Yogyakarta UPN “Veteran”: tesis tidak dipublikasikan, 2012) Delis Widia Awaliah, Pengaruh Besarnya Dana Pihak Ketiga dan Penyaluran Kredit Terhadap Tingkat Likuiditas ( Studi Kasus pada Bank bjb Cabang Tasikmalaya) diakses dari www.academia.edu pada tanggal 28 April 2015 40
Deden fathurrahman, analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan total aset bank syariah di indonesia periode penelitian 2008-2012 ( Skripsi: Fakultas bisnis dan manajemen, universitas widyatama, 2013) Haryanto, M.Y., Dedi, dan Riyatno. 2003. Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Nilai Kurs terhadap Risiko Sistematik Saham Perusahaan di BEJ. Jurnal Keuangan dan Bisnis, (Online), Vol. 5, No. 1,Maret 2007 Ismul Ghafar, analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah deposito bank syariah, (Tesis, Uin Sunan Kalijaga, yogyakarta, 2009). Makaryanawati dan Misbachul Ulum, Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Likuiditas Perusahaan terhadap Risiko Investasi Saham yang Terdaftar pada Jakarta Islamic Index. Jurnal Ekonomi Bisnis, No 1 tahun 2009 Nurlaela Fatimah, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia, ( Thesis: jurusan akuntansi program studi keuangan syariah, politeknik bandung, 2012) Nurus Salihati, pengaruh tingkat suku bunga deposito umum, tingkat bagi hasil, likuiditas bank umum syariah, inflasi, dan ukuran bank umum syariah, terhadap deposito mudharabah pada bank umum syariah di indonesia, (Thesis: Fakultas Ekonomi Universitas Stikubank Semarang, 2012) Rio Satria, pengaruh bunga terhadap inflasi dan dana pihak ketiga (dpk) bank syariah di indonesia,(Tesis, dipublikasikan di https://docs.google.com/document, 2014) Wisudawan, M Qoni, Analisis Hubungan Suku Bunga Deposito Konvensional Dengan Ekuivalen Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah : Studi Perbankan Syariah Indonesia 2008-2011.Skripsi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2013 Khan Tariqullah dan Habib ahmed (2001), Risk management: an Analysis of Issues in Islamic Financial Industry, Occasional Paper, Jeddah (KT) Riza Waljianah dan Farah Wulandari, “Determinasi Tingkat Suku Bunga Pinjaman Perbankan di Indonesia (Periode Juli 2005 – Desember 2011), Jurnal Ilmiah, Universitas Brawijaya Malang, 2013. Rinal Satria Anugrah, Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi likuiditas bank umum syariah, (Skripsi : fakultas ekonomi dan manajemen, institut pertanian bogor , 2006) Situs online www.ojk.go.id/ Vivanews.co.id, Pembatasan Suku Bunga Deposito, Angin Segar Bagi Perbankan Syariah, di akses pada tanggal 18 November 2014. www.koranbisnis.com, depostio syariah lebih kompetitif. www.Okezone.com, tantangan perbankan syariah 2014, Infobanknews.com, Pembatasan Bunga Deposito: BUKU 1 dan 2 Harus Siap Ikuti
41