Halalbihalal, Unjung-unjung dalam Satu Waktu UNAIR NEWS – Meski hari raya telah usai, semangat saling melebur dalam maaf dan memaafkan terus digalakkan. Bukan hal yang asing, jika halalbihalal menjadi sebuah tradisi yang mengakar dan melintasi zaman serta generasi. Bahkan halalbihalal seakan menjadi khazanah (kekayaan) tersendiri bagi bangsa Indonesia. Sebagai tradisi, halalbihalal menyajikan beragam makna bagi setiap muslim, tak terkecuali bagi Puji Karyanto, M.Hum. Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNAIR tersebut menjelaskan keunikan tradisi halalbihalal dari prespektif kebudayaan. Baginya, halalbihalal merupakan salah satu sisi yang positif dari peninggalan masa lalu yang masih dipertahankan sampai sekarang. “Sebenarnya, halalbihalal merupakan pembudayaan dari apa yang di kampung-kampung disebut dengan unjung-unjung (berkunjung, red), ketika hari raya idul fitri tiba. Sehingga, ketika masyarakat masih agragria, unjung-unjung masih memungkinkan,” jelasnya saat dijumpai diruang kerja. “Namun, ketika masyarakat bergeser ke arah modern, dimana pihak yang di kunjungi semakin membengkak. Hal tersebut kemudian yang menjadikan halalbihalal sebagai konsep alternatif untuk membangun silaturahmi sekaligus saling memaafkan ketika puasa telah usai,” imbuhnya. Meski demikian, pembina Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Mata Angin tersebut menambahkan, bahwa ketika halalbihalal digalakkan, bukan berarti tradisi unjung-unjung menjadi tidak penting. “Hal ini (unjung-unjung, red) merupakan hal penting, terkhusus bagi masyarakat nusantara. Maka dari itu, mudik juga menjadi tradisi penting tahunan,” serunya. Dosen Sastra Indonesia UNAIR yang juga kerap menjadi saksi
ahli bahasa tersebut menegaskan, bahwa halalbihalal merupakan proses antar orang dengan koleganya untuk saling bertemu dan memaafkan. Halalbihalal baginya bisa menjadi wadah untuk memulai kehidupan baru, untuk mengatur spirit baru ke depannya. “Puasa itu identik dengan tirakat. Sehingga harapannya, orang yang selesai puasa mempunyai spirit baru dengan adanya kegiatan tersebut,” pungkasnya. (*) Penulis : Nuri Hermawan Editor : Dilan Salsabila
Kuatkan Kebersamaan, Sivitas FKG Gelar Halalbihalal UNAIR NEWS – Masih dalam rangka perayaan hari kemenangan, sivitas akademika Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UNAIR menyelenggarakan acara halalbihalal. Acara dilangsungkan di halaman parkir mobil kampus A FKG pada Kamis (14/7). Sekitar ratusan sivitas akademika berkumpul dan beramah tamah satu sama lain. Seluruh elemen sivitas FKG UNAIR, mulai dari mahasiswa, pengajar muda maupun senior, guru besar emeritus, dekanat, karyawan, dan alumni hadir dalam acara halalbihalal yang digelar selama dua jam itu. Mereka yang hadir terlihat antusias dan gembira dalam acara halalbihalal yang rutin diselenggarakan setiap tahunnya tersebut. Acara halalbihalal di FKG berjalan cukup meriah. Baik dari kalangan muda maupun senior saling berbagi panggung. Ada grup musik Caramellos yang beranggotakan para pengajar senior. Masing-masing dari mereka memainkan alat musik band dan
menyanyikan lagu-lagu lawas. Sesekali, para anggota Dharmawanita FKG diajak menari poco-poco dengan diringi musik dari Caramellos. Selain grup Caramellos, ada juga grup akustik dari mahasiswa FKG yang memeriahkan acara. Dekan FKG Dr. R. Darmawan Setijanto, drg., M.Kes., mengatakan halalbihalal merupakan momen untuk merekatkan kebersamaan sivitas akademika. Untuk itu, pihaknya mengundang seluruh elemen sivitas untuk hadir dalam acara tersebut. “Halalbihalal kita mengundang seluruh sivitas akademika, ya mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, dan purnatugas. Purnatugas adalah pendorong kita, sedangkan rekan-rekan yang aktif di sini adalah pelaksana dan evaluasi. Mahasiswa juga kami ajak kumpul bersama supaya kalau ada apa-apa, komunikasinya lancar. Silaturahmi ini maksudnya mengingatkan kebersamaan kita,” tutur Dekan FKG.
adalah
Dengan adanya kegiatan halalbihalal, ia berharap sivitas akademika FKG semakin kompak dalam mengemban tugas-tugas profesional ke depan. “Semangat! Karena halalbihalal ini seperti kita di-charge (isi ulang daya, red). Sekarang ini, silaturahmi itu meningkatkan integritas, kejujuran, dan daya juang. Kalau urusan profesional, itu sudah diatur dalam SOP (standar operasional prosedur, red). Tinggal integritas yang perlu kita tingkatkan,” tutur Darmawan. Selain penampilan grup musik, pada gelaran halalbihalal kali ini juga dihadiri oleh karyawan purna tugas dan peresmian kantin setelah direnovasi. (*) Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Nuri Hermawan
Halal Bi Halal Universitas Airlangga 1437 H UNAIR NEWS – Suasana perayaan Idul Fitri masih menyelimuti perasaan sivitas akademika Universitas Airlangga. Pada Selasa (12/7), Rektor UNAIR Prof. Dr. M. Nasih, S.E., M.T., Ak, beserta jajaran pimpinan menggelar kegiatan halalbihalal yang dihadiri oleh ribuan sivitas UNAIR.
Sivitas Akademika Ramaikan Halalbihalal
UNAIR
UNAIR NEWS – Suasana perayaan Idul Fitri masih menyelimuti perasaan sivitas akademika Universitas Airlangga. Pada Selasa (12/7), Rektor UNAIR Prof. Dr. M. Nasih, S.E., M.T., Ak, beserta jajaran pimpinan menggelar kegiatan halalbihalal yang
dihadiri oleh ribuan sivitas UNAIR. Bertempat di hall kantor manajemen, ribuan orang yang terdiri dari direktur, kepala lembaga, dekanat, tenaga pengajar, dan kependidikan, mahasiswa, serta alumni hadir dan saling bersalaman. Di sela-sela ribuan orang itu, tampak tiga petinggi universitas yang hadir pada acara halalbihalal yakni Prof. H. Bambang Rahino Setokoesoemo, dr (Rektor UNAIR periode 1993 – 1997), Prof. Dr. Med. H. Puruhito, Sp.B-TKV (Rektor UNAIR periode 2001 – 2005), dan Prof. Dr. Fasichul Lisan, Apt. (Rektor UNAIR periode 2006 – 2015). Acara halalbihalal tersebut berlangsung selama hampir tiga jam. Ribuan orang yang datang dari seluruh lingkungan unit kerja, baik di tingkat universitas maupun fakultas antri mengular di atas karpet untuk bersilaturahmi dengan pimpinan beserta istri di atas panggung sederhana yang telah disediakan. Usai bersalaman dengan pimpinan, mereka juga saling bertegur sapa dan sekadar ngobrol antar rekan kerja yang lama tak bertemu. Garis kerja antara pimpinan dan karyawan seakan tak bersekat pada suasana silaturahmi yang rutin digelar tiap tahunnya. Selepas bersalaman para tamu juga dijamu dengan sajian makanan prasmanan. Suasana silaturahmi itu juga dimeriahkan oleh grup musik lokal yang terkenal Keroncong Larasati. Sesekali, para karyawan, tenapa pendidik, bahkan Prof. Nasih beserta istri berbagi panggung dengan awak grup Keroncong Larasati, dan menyanyikan sejumlah lagu dari berbagai genre musik. “Halalbihalal kali ini terasa lain dengan hadirnya musik keroncong. Sangat humanis daripada sekedar bersalam-salaman dan makan opor,” jelas Dr. Purnawan Basundoro, M.Hum., selaku Direkur SDM UNAIR. Senada dengan Purnawan, salah satu tenaga kependidikan di lingkungan rektorat UNAIR, Badiowi mengungkapkan bahwa acara halalbihalal dapat menjadi cara mendekatkan seluruh civitas
akademika UNAIR. “Rektor dapat bertemu degan seluruh elemen sampai level bawah. Acara dikemas apik dan suasana santai, diiringi dengan musik yang keren sekali,” ujar staf BPP UNAIR tersebut. Selepas acara berlangsung, Prof. Nasih mengatakan, kegiatan halalbihalal yang diselenggarakan ini merupakan permulaan langkah untuk setahun ke depan. “Saya berharap, dengan adanya permulaan yang baik seperti kebersamaan dan saling memaafkan, kita bisa bersama-sama melangkah ke depan dengan lebih baik lagi,” tutur Prof. Nasih. (*) Penulis : Defrina Sukma Satiti Editor : Nuri Hermawan
Mahasiswi Jerman Takjub dengan Semarak Lebaran di Indonesia UNAIR NEWS – Dua mahasiswi Jerman yang sedang melaksanakan internship di UNAIR mengaku takjub dengan semarak lebaran di Indonesia. Khususnya, di kampus UNAIR, Surabaya. Mereka adalah Yusra Todil, mahasiswi keturunan Turki dari International School of Management, Frankfurt, dan Sagal Elmi, pemudi keturunan Turki dari Fernuni Hagen, Cologne. Dua perantau yang menginjakkan kaki di Surabaya beberapa hari sebelum lebaran (3/7) itu kompak menyebut, perayaan Idul Fitri 1437 hijiriah kali ini jauh berbeda dengan apa yang mereka jalankan di negeri Angela Merkel. “Amazing. Ramadan dan lebaran di sini begitu meriah. Suasananya begitu hidup,” kata
Yusra, saat diwawanacara di sela halal-bihalal di gedung rektorat UNAIR Selasa (12/7) pagi. Dalam bulan puasa, ada banyak masjid dan mushola yang melaksanakan sholat tarawih. Speaker dari tempat-tempat ibadah seperti mengalun tak henti mengumandangkan lantunan ayat suci. Pada malam satu syawal, prosesi takbiran pun meriah. Di Jerman, kata Yusra, dia hanya merayakan Idul Fitri bersama keluarganya. Tidak ada acara semacam halal-bihalal atau silaturahmi seperti saat ini. “Ini pengalaman yang tidak akan terlupakan. Semua orang menyemarakkan hari ini dengan saling bermaafan,” ungkap dia. Tidak berbeda dengan Yusra, Sagal juga mengaku terkesan dengan kebiasaan orang Indonesia. Dia yakin, aktifitas ini juga bisa membuat sekelompok orang lebih mengenal satu sama lain. Contohnya, dia dan Yusra yang baru sampai di Surabaya mendapat sejumlah kenalan baru tatkala ikut halal-bihalal di gedung Rektorat UNAIR. “Kesan kekeluargaan dalam acara ini begitu kuat,” ungkap dia. Yusra dan Sagal mengikuti program internship untuk belajar tentang Pengembangan Program Internasional di International Office and Partnership. Tepatnya, Yusra akan berada di IOP dalam program magang ini hingga Oktober. Sedangkan Sahal bakal mendalami ilmu tersebut hingga Agustus mendatang. (*) Penulis: Rio F. Rachman
Ramadhan Adalah “Universitas
Kehidupan” dan Bekal Hadapi Perang Kolektif Sesungguhnya UNAIR NEWS – Setelah diresmikan pada akhir Mei 2016 lalu, untuk pertama kali Masjid “Ulul ‘Azmi” di Kampus C Universitas Airlangga, menyelenggarakan Salat Iedul Fitri 1437-H pada hari Rabu pagi 6 Juli 2016. Salat tersebut digelar di halaman masjid Ulul ‘Azmi dengan khatib Prof. Dr. H. Mohammad Nasih, SE., MT., Ak., MCA., Rektor Universitas Airlangga Surabaya. Dalam kutbah salat Ied yang diikuti oleh ratusan sivitas akademika UNAIR dan masyarakat sekitar kampus C Mulyorejo tersebut, khatib Prof. Moh Nasih mengatakan, bahwa bulan Ramadhan itu merupakan universitas kehidupan. Pada universitas itulah mengajarkan bagaimana cara mengendalikan hawa nafsu, dimana caranya bukan hanya dengan secara teoritikal klasikal, tetapi langsung dengan metode praktikal. ”Diharapkan pada hari ini kita semua sudah lulus dari ‘Madrasah Ramadhan’ dan kita lulus sebagai pemenang atas hawa nafsu, sehingga kita kembali kepada kesucian fitrah,” tandas Guru Besar Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR ini. Bekal training di bulan Ramadhan inilah yang diharapkan bisa kita gunakan dalam perang yang sesungguhnya untuk melawan hawa nafsu di sepanjang tahun yang akan kita jalani. Perang disini bukan hanya secara individu, tetapi juga secara kolektif, berjamaah, bersama-sama sebagai masyarakat, dan sebagai kesatuan bangsa.
Jamaah salat Ied di Masjid Ulul ‘Azmi, kampus C Universitas Airlangga. (Foto: Yitno) Menurut Rektor UNAIR itu dalam khutbahnya, bahwa perang kolektif yang kita hadapi adalah perang pemikiran (ghozwul fikri) asymetri war. Yaitu perang melawan atheisme, perang melawan individualisme, perang melawan liberalisme, dan untuk menuju maqashidus syariah. ”Jadi bekal terbaik untuk berjuang tersebut juga untuk menghadapi kehidupan yang penuh dengan cobaan, fitnah, rintangan, dan halangan. Jadi, bekal tersebut adalah taqwa. Dari taqwa inilah yang diharapkan kita akan mendapatkannya dari ’Madrasah Ramadhan’ tersebut,” kata Rektor UNAIR Prof. Moh Nasih. Seorang anggota takmir Masjid Ulul ‘Azmi, Agoes Widiastono menjelaskan rasa syukurnya atas terselenggaranya pelaksanaan salat Ied di halaman masjid dan halaman Rektorat Kampus C UNAIR ini. Rasa syukur itu mengingat banyaknya jamaah sivitas akademika UNAIR yang hadir untuk mengikuti salat bersama warga masyarakat sekitar kampus C. Selain itu karena semalam baru
saja terjadi hujan, tetapi seakan jemaah tidak terpengaruh dengan situasi tersebut. Selain itu juga ini merupakan pengalaman pertama dan relatif sukses. “Semoga kedepannya kami senantiasa menjadi lebih baik,” kata Agoes. (*) Penulis : Bambang Bes
Memetik Manfaat dan Amalan dari Iktikaf di Masjid Ulul ‘Azmi UNAIR UNAIR NEWS – Dalam rangka meningkatkan amalan di bulan Ramadhan sekaligus mengantisipasi hadirnya malam Lailatul Qodar, Universitas Airlangga menyelenggarakan Iktikaf di Masjid Ulul ‘Azmi, Kampus C UNAIR, Kamis (30/6) hingga Jumat (1/6) Subuh. Jika iktikaf sebelum-sebelumnya diselenggarakan di Masjid Nuruzzaman, Kampus B UNAIR, maka untuk kali pertama pada Ramadhan 1437-H ini dilaksanakan di Masjid Ulul ‘Azmi. Dibuka oleh Wakil Rektor III UNAIR Prof. Dr. Mohammad Amin Alamsyah, Ir., M.Si., iktikaf ini diikuti sekitar 200 jamaah sivitas akademika UNAIR, baik unsur pimpinan, dosen/Guru Besar, mahasiswa, tenaga kependidikan, dan beberapa warga sekitar kampus C UNAIR. Dalam iktikaf ini diisi dengan kajian-kajian tentang agama yang disampaikan oleh Ustadz Prof. Dr. Ir. Abdullah Shahab pada sesi pertama, kemudian dilanjutkan dengan kajian agama yang kedua oleh Ustadz Drs. Mohammad Taufik AB. Setelah melewati tengah malam dilanjutkan dengan berbagai salat malam.
Antara lain salat tasbih, salat hajad, salat tahajud, dan salat witir. Usai salat-salat malam tersebut dilanjutkan makan sahur bersama, yang dilaksanakan di lantai I (lantai dasar) Masjid Ulul ‘Azmi. Kemudian kegiatan iktikaf malam itu diakhiri dengan salat Subuh berjamaah. Dalam sambutannya, Wakil Rektor III Universitas Airlangga Prof. Moh Amin Alamsyah mengatakan bahwa kegiatan yang rutin diselenggarakan Universitas Airlangga setiap bulan Ramadhan seperti ini pantas untuk dilestarikan. Ada banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan seperti Iktikaf ini, yakni selain meningkatkan amalan-amalan kegiatan di bulan yang penuh berkah ini, juga menambah ilmu pengetahuan dan ketauhitan tentang Islam. “Dengan demikian kita berharap dapat menambah pengetahuan dan ilmu tentang Islam, dan kemudian diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari,” demikian Prof. Moh Amin, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Kelautan UNAIR ini. Dalam kajian ceramahnya, Prof. Abdullah Shawab, Guru Besar ITS ini menyampaikan dengan tema “Spiritual dan Menggali Potensi Diri di Bulan Puasa”. Dikatakan, puasa di bulan Ramadhan itu tujuan utamanya ada dua, yaitu agar kita (umat Islam) bertaqwa, dan yang kedua agar kita bisa bersyukur.
USTADZ Drs.M. Taufik AB ketika menyampaikan kajian agama dalam Iktikaf di UNAIR, Kamis (30/7). (Foto: UNAIR NEWS) ”Itu intinya, karena kalau kita sudah bertaqwa maka yang lain sudah selesai. Yang kedua agar kita bisa tersyukur karena Allah telah memberi kita keimanan, karena memberi kesehatan, kenikmatan, dan bersyukur karena diberikan kemampuan untuk bersyukur. Kelihatannya sepele untuk bisa bersyukur, tetapi nyatanya banyak orang yang tidak bisa bersyukur. Bayangkan, bersyukur saja tidak bisa,” kata Prof. Abdullah Shahab. Sedangkan Ustadz M. Taufik AB antara lain menjelaskan tentang makna dan arti malam Lailatur Qodar, yang lazim disebut sebagai malam yang lebih indah dari pada seribu bulan. Termasuk pula disampaikan doa-doa yang sebaiknya dibaca ketika mengharapkan malam seribu bulan pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. “Dalam berdoa itu maka seseorang musti bersikap iklas, sehingga doa akan menopang rasa iklas. Doa-doa yang disampaikan adalah doa memohon maaf dan memaafkan orang lain, sehingga hati kita akan bersih. Karena tidak mungkin Allah
akan memberikan lailatul qodar kepada orang yang hatinya tidak bersih. Jadi doa ini penting, minta keimanan, minta maaf, dengan sepenuh iklas,” kata Ustadz Taufik. (*) Penulis: Bambang Bes
Memaknai Kebersamaan Idul Fitri
dalam
UNAIR NEWS – Hari raya Idul Fitri merupakan salah satu momen penting bagi umat muslim di seluruh penjuru dunia. Sebagai tradisi yang sudah lama dilakukan oleh sebagian besar umat muslim di Indonesia, salah satu kegiatan untuk menyambut dan merayakan hari kemenangan yakni mudik ke kampung halaman. Mudik tidak sekedar untuk bersilaturahmi dengan sanak kerabat di kampung halaman, namun mudik juga bisa menjadi momen mengingat kembali hakekat menjadi seorang umat manusia, bahwa sejauh dia pergi, kampung halamanlah tempat kembali. Begitulah yang dirasakan oleh Muchtar Lutfi, S.S., M.Hum., dosen Sastra Indonesia UNAIR. Lutfi memiliki kisah tersendiri saat ditanya mengenai makna Idul Fitri. Baginya, momen yang paling indah saat perayaan Idul Fitri adalah ketika memiliki peluang dan kesempatan untuk bisa berkunjung ke rumah sanak saudara dan tetangga. “Waktu itu, silaturahmi adalah sebuah keharusan dengan saling berkunjung dari rumah ke rumah, tidak sekedar bertemu di jalan, dan momen tersebut sekarang sangat berat, meski fasilitas sekarang sudah semakin lengkap,” kenangnya. Lutfi dan keluarga yang juga turut mudik ke Pacitan dan Temanggung tersebut menilai, bahwa tradisi mudik saat hari
raya merupakan khas asli nusantara. Baginya, kebersamaan yang ada bisa menjadi satu langkah untuk menyatukan dan meningkatkan kerukunan bangsa. “Mudik saat Idul Fitri ini kan khas Indonesia, ini momen menyatukan semua elemen masyarakat, karena mayoritas negeri ini muslim, secara otomatis seakan menyatukan bangsa, terlebih bagi perantau pulang ke kampung halaman merupakan waktu yang tepat untuk mengenang tanah kelahiran,” tegasnya. Meski demikian, ia juga menyayangkan beberapa masyarakat yang masih salah dalam memaknai silaturahmi. Pergeseran tradisi silaturahmi dari rumah ke rumah yang kini beralih ke tempat wisata dan hiburan. Baginya, hal tersebut telah menghilangkan nilai dari Idul Fitri itu sendiri. “Pergeseran sekarang ini, silaturahmi lebih dibawa ke menghibur diri ke tempat wisata, jadi ruh silaturahmi dan Idul Fitri ini menjadi hilang,” imbuhnya. Dosen minat Ilmu Filologi tersebut menambahkan, hari raya adalah momen yang sangat berharga, pasalnya hampir semua orang bisa bertemu dan saling bertegur sapa. Ditanya mengenai esensi Bulan Syawal, ia menegaskan bahwa lanjut dari Ramadan.
Syawal menjadi momen tindak
“Nenek kita dulu sering langsung puasa Syawal di hari ke dua, karena Syawal ini sebagai bentuk pendinginan agar ruh Ramadan bisa tetap hadir saat puasa Syawal,” pungkasnya. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor : Dilan Salsabila
Kerjasama BEM UNAIR dan Dishub Jatim Fasilitasi Mudik Gratis UNAIR NEWS – Sebagai bentuk perhatian dengan kebutuhan para pemudik menjelang lebaran, Kementerian Pengabdian Masyarakat, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Univeresitas Airlangga memberi fasilitas mudik gratis. Kegiatan ini merupakan kerjasama BEM UNAIR dengan Dinas Perhubungan (Dishub) dan Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan (DLLAJ), Provinsi Jawa Timur. Upacara pelepasan pemudik dilakukan di hall Kantor Manajemen UNAIR, Sabtu (2/7), dan dihadiri tak kurang 344 pemudik. Hadir pula dalam pelepasan ini Kurniawan Hary, ST, MM, Kepala Bidang Pengembangan Transportasi Dinas Perhubungan DLLAJ Provinsi Jawa Timur, dan Pulung Siswantara perwakilan dari Direktorat Kemahasiswaan UNAIR. “Hari Raya Iedul Fitri yang dirayakan setiap satu tahun sekali merupakan momentum masyarakat untuk pulang ke kampung halaman. Karena kami memikirkan bahwa mayoritas mahasiswa juga berasal dari luar Kota Surabaya. Maka dari itu, kami dan rektorat berusaha untuk memfasilitasi hal ini,” ujar Fardhan Setyo alamsyah, Menteri Pengabdian Masyarakat BEM UNAIR Fasilitas mudik gratis ini bukan hanya untuk mahasiswa namun juga terbuka untuk umum. BEM UNAIR menyediakan 344 kursi untuk semua jalur Sejumlah delapan bus diberangkatkan dengan trayek kota/kabupaten di Jawa Timur. Hingga keberangkatan mudik, sejumlah 220 kursi diisi oleh mahasiswa UNAIR, dan 124 kursi diisi masyarakat umum. “Total armada delapan bus, dengan enam rute tujuan. Dua rute dengan armada dobel, yaitu rute (Surabaya – Kertosono – Kediri – Tulungagung – Trenggalek) dan (Surabaya – Jombang – Nganjuk – Madiun – Ponorogo),” tambah Fardhan.
Kepala Bidang Pengembangan dan Transportasi Dishub LLAJ Kurniawan Harry mengatakan, kerjasama pemberian fasilitas mudik gratis ini telah lama dijalin antara UNAIR dengan Dishub Jawa Timur. Dikatakan, tahun ini untuk memenuhi kebutuhan para pemudik pulang ke kampung halaman Dishub Jawa Timur menyediakan armada transportasi gratis menyambut dan dan pasca lebaran. “Ada 510 bus yang melayani mudik gratis di Jawa Timur, baik mudik maupun balik,” ujar Harry. Fasilitas armada tersebut bukan hanya bus, melainkan armada transportasi kereta api. Tahun 2016 ini merupakan tahun keempat pemberian fasilitas mudik gratis yang diberikan untuk mahasiswa maupun masyarakat. Sebelumnya, mudik gratis ditangani oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Islam (UKMKI) UNAIR. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor: Bambang Bes
Bijaksana dalam Mengonsumsi Makanan Saat Lebaran UNAIR NEWS – Lebaran merupakan salah satu momen yang ditunggutunggu oleh umat muslim terutama di Indonesia. Biasanya, Lebaran identik dengan makanan bersantan dan manis. Barangkali, sebagian besar keluarga akan menyediakan sajian opor ayam, gulai, sambal goreng kentang, hingga kue-kue manis seperti kastengel, putri salju, dan nastar. Tanpa sadar, kita dengan mudah menyantap makanan tersebut tanpa memikirkan risiko bagi tubuh. Menurut Triska Susila Nindya, MPH, pengajar pada Departemen
Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, hendaknya kita bersikap bijaksana dalam memilih makanan yang akan diasup tubuh. “Biasanya yang sering terlupakan pada saat Idul Fitri adalah sayuran dan buah-buahan. Itu jarang sekali karena hampir makanan kita berbasis lemak, bahkan kue seperti nastar dan kastengel itu mengandung mentega. Itu sudah menjadi sumber lemak. Belum lagi, ada gula. Tanpa sadar kita sudah banyak menumpuk gula dan lemak di dalam tubuh,” tutur Triska. Pada orang dengan usia muda, makanan dengan dominasi lemak dan gula tak begitu berefek bagi tubuh. Namun, bagi orang dengan usia dewasa dan tua, konsumsi lemak dan gula secara berlebihan akan berdampak buruk. Apabila, pola makan seperti itu dilakukan secara rutin, akan mengakibatkan penyakit degeneratif seperti diabetes dan hiperkolesterol. Untuk menghindari efek buruk itu, maka seseorang wajib mengimbanginya dengan mengonsumsi sayuran, buah-buahan, dan berolahraga teratur. “Prinsipnya, adalah makanan yang masuk sama dengan yang keluar. Kita sering tidak sadar, tiba-tiba ketika waktunya masuk kuliah atau kerja, kok berat badan kita bertambah,” imbuhnya. Triska menambahkan, pihaknya mengimbau masyarakat untuk membatasi konsumsi makanan tersebut. “Sebenarnya tidak ada makanan yang dilarang. Boleh, tapi cukup. Masalahnya, kita sering melampaui batas cukup itu. Kue ini enak sekali, akhirnya keterusan sampai habis satu toples. Silakan dicoba dua atau tiga kue, tapi kita harus bijaksana dalam mengatur nafsu kita untuk menghabiskan makanan di depan mata,” ujarnya. Beragam keluhan yang biasanya muncul usai Lebaran antara lain asam urat, hipertensi, dan diare. Menurut Triska, hal ini berkaitan dengan gaya hidup dan pola makan. “Biasanya kita memakan makanan tanpa memperhatikan higienitas dan sanitasi. Kemungkinan penyebab diarenya juga besar. Ada juga, misalnya
kita habis memegang uang, kita langsung comot makanan tanpa mencuci tangan dengan benar, itu akan meningkatkan transmisi penyakit infeksi seperti diare. Jadi, sama-sama ada penyakit menular dan tidak menular,” imbuh Triska. (*) Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Nuri Hermawan