rgrege
GUIDED TEACHING DALAM MENGORGANISASIKAN KONSEP PADA PEMBELAJARAN SISTEM PEREDARAN DARAH DI MAN 1 SEMARANG
Skripsi
disusun untuk sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi
Oleh Didi Nur Jamaludin 4401406591
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011 i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi saya yang berjudul
’’Guided Teaching
dalam
Mengorganisasikan Konsep pada
Pembelajaran Sistem Peredaran Darah di MAN 1 Semarang’’ disusun berdasarkan hasil penelitian saya dengan arahan dari dosen pembimbing. Sumber informasi atau kutipan yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di perguruan tinggi manapun.
Semarang Februari 2011
Didi Nur Jamaludin 4401406591
ii
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi yang berjudul: Guided Teaching dalam Mengorganisasikan Konsep pada Pembelajaran Sistem Peredaran Darah di MAN 1 Semarang disusun oleh: nama : Didi Nur Jamaludin NIM
: 4401406591
telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA Unnes pada tanggal 18 Februari 2011
Panitia. Ketua,
Sekretaris,
Dr. Kasmadi Imam S, M.S NIP 195111151979031001
Dra. Aditya Marianti, M.Si NIP 19671217 199303 2001
Ketua Penguji
Parmin, S.Pd, M.Pd NIP 197901232006041003
Anggota Penguji/ Pembimbing Utama
Anggota Penguji/ Pembimbing Pendamping
Dr. Lisdiana, M.Si NIP 195911191986032001
Dra. Aditya Marianti, M.Si NIP 19671217 199303 2001
iii
ABSTRAK Jamaludin, Didi Nur. 2011. Guided Teaching dalam Mengorganisasikan Konsep pada Pembelajaran Sistem Peredaran Darah di MAN 1 Semarang. Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. Dr. Lisdiana, M.Si dan Dra. Aditya Marianti, M.Si. Pembelajaran Biologi membutuhkan pemahaman konsep yang baik. Hasil obeservasi di MAN 1 Semarang, menunjukan ketuntasan belajar siswa klasikal pada materi sistem peredaran darah 67,5%. Pemanfaatan media pembelajaran terus diupayakan, namun hasilnya belum memuaskan, sehingga diperlukan penelitian untuk mengetahui efektifitas metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep pada pembelajaran sistem peredaran darah di MAN 1 Semarang. Penelitian dilaksanakan di MAN 1 Semarang semester gasal Tahun Pelajaran 2010/ 2011 dengan pre eksperimental design tipe one shot case study. Data penelitian ini meliputi aktifitas belajar siswa, hasil belajar, tanggapan siswa dan tanggapan guru terhadap kegiatan pembelajaran. Hasil penelitian diketahui bahwa rerata aktifitas belajar siswa kelas eksperimen 90,81% dan tingkat persentase ketuntasan kelas eksperimen mencapai 85%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep efektif dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa dan ketuntasan hasil belajar pada materi sistem peredaran darah di MAN 1 Semarang. Kata Kunci: Guided Teaching, organisasi konsep, sistem peredaran darah
iv
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah swt, yang telah memberikan karunia rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ’’ Guided Teaching dalam Mengorganisasikan Konsep pada Pembelajaran Sistem Peredaran Darah di MAN 1 Semarang’’. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini, tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis merasa perlu menyampaikan terima kasih kepada: 1.
Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi strata 1 Pendidikan Biologi FMIPA Unnes.
2.
Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
3.
Ketua Jurusan Biologi yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran administrasi dalam penyusunan skripsi.
4.
Parmin, S.Pd, M. Pd, dosen penguji yang telah memberikan arahan, bimbingan serta motivasi dengan penuh kesabaran.
5.
Dr. Lisdiana, M. Si, dosen pembimbing I, yang telah memberikan arahan, bimbingan serta motivasi dengan penuh kesabaran.
6.
Dra. Aditya Marianti, M. Si, dosen pembimbing II serta dosen wali, yang telah memberikan arahan, bimbingan serta motivasi dengan penuh kesabaran.
7.
Drs. Syaefudin, M. Pd Kepala MAN 1 Semarang, yang telah
yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian. 8.
Drs. Budi Santoso, Drs. Sutarno dan Dra. Sih Hartini, M.Si, guru Biologi MAN 1 Semarang yang telah memberikan ijin dan membantu dalam penelitian.
9.
Ayahanda H. Sobirin, Ibunda Junaenah, kedua adik Muhammad Faqih Irsyad dan Muhammad Yanuar Ibrahim yang selalu memberikan do’a, dukungan serta motivasi dengan penuh kasih sayang yang tiada henti.
10. Sahabat-sahabatku di Biologi, mahasiswa Unnes, Hima Biologi, Familia, FMI, UKKI, Puskomda, Pesantren Basmala Indonesia dan alumni SMA N1 Pemalang serta MTs N Pemalang yang telah memberikan inspirasi dan semangat.
v
11. Semua pihak yang telah berkenan membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan skripsi ini, masih banyak
kekurangan baik dari segi isi maupun penulisan, oleh karena itu penulis mengaharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun bagi pembaca. Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini, dapat memberikan tambahan ilmu bagi pembaca untuk meningkatkan wawasan pengetahuan. Syukron jazakumullah ahsanuljaza.
Semarang, Februari 2011
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL...................................................................................... i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.........................................................
ii
PENGESAHAN ..............................................................................................
iii
ABSTRAK ......................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................
v
DAFTAR ISI ..................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .........................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................
3
C. Penegasan Istilah ......................................................................
3
D. Tujuan Penelitian ......................................................................
4
E. Manfaat Penelitian ....................................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka .....................................................................
6
B. Hipotesis Penelitan..................................................................
19
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................
20
B. Populasi dan Sampel ...............................................................
20
C. Variabel Penelitian ..................................................................
20
D. Rancangan Penelitian ..............................................................
20
E.
Alat dan Bahan Penelitian........................................................
20
F.
Prosedur Penelitian .................................................................
21
G. Metode Pengumpulan Data .....................................................
27
H. Metode Analisis Data .............................................................
28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian .......................................................................
30
B. Pembahasan.............................................................................
34
vii
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan .................................................................................
48
B. Saran .......................................................................................
48
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
49
LAMPIRAN. ...................................................................................................
52
viii
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1.
Jenjang kognitif Bloom…………….……………………………………….
17
2.
Hasil analisis validitas butir soal uji coba………………………….……….
22
3.
Interval reliabilitas…………….…………………………………………….
23
4.
Interval daya pembeda…………….………………………………………...
23
5.
Hasil analisis daya beda soal uji coba…………….………………….……..
24
6.
Interval tingkat kesukaran…………….…………………………………….
24
7.
Hasil analisis tingkat kesukaran soal uji coba…………….…………...……
24
8.
Soal yang digunakan untuk postes materi sistem peredaran darah………....
25
9.
Aktifitas belajar siswa pada kelas eksperimen…………….……...……….
30
10. Hasil belajar siswa kelas eksperimen………………… …….….....……….
31
11. Tanggapan siswa pada kelas eksperimen………………….……….……….
32
12. Tanggapan guru pada kelas eksperimen…………………..……….…….….
33
ix
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.
Halaman
Kerangka berfikir Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep pada materi sistem peredaran darah ………….…….………..………….….
19
2.
Skema prosedur penelitian………………………….……………………....
26
3.
Persentase aktifitas belajar siswa kelas eksperimen.…………………….....
30
4.
Persentase ketuntasan belajar kelas eksperimen……..……………………..
31
5.
Aktifitas siswa sedang memberikan pendapat dan mendengarkan penjelas dari siswa. (b). Hasil pengorganisasian konsep atas penerapan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep.……….….…
38
Hasil pengorganisasian konsep dari siswa dalam kegiatan proses belajar di kelas eksperimen…………………………………………………………
42
6.
x
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1. Silabus…………………………………………………………….…..……
53
2. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kelas eksperimen…….…….….
56
3. Lembar soal post test………………………………………………………
67
4. Kunci jawaban soal post test …………………….………………………...
70
5. Kisi-kisi soal soal post test ……………………………………………......
71
6. Distribusi jenjang kognitif bloom pada soal post test…………………..…
72
7.
Contoh lembar kerja siswa (LKS) kelas eksperimen pada praktikum uji golongan darah……………………………………………………..……...
73
8. Dokumen foto proses belajar mengajar (PBM) di kelas eksperimen….…..
75
9. Contoh lembar jawab post test materi sistem peredaran darah……..….….
77
10. Hasil belajar siswa kelas eksperimen………………..…………...…..…....
78
11. Hasil mid semester gasal kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3…………………...
79
12. Contoh lembar observasi aktifitas belajar siswa pada kelas eksperimen….
80
13. Rekapitulasi aktifitas belajar siswa kelas eksperimen…………………......
81
14. Contoh lembar tanggapan siswa kelas eksperimen…………………………
89
15. Contoh lembar tanggapan guru terhadap kelas eksperimen……...…….…..
91
16. Uji validitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran pada soal uji coba.…..
93
17. Uji reliabilitas pada soal uji coba materi ……………………….………....
95
18. Uji homogenitas populasi kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 ...........................
96
19. Uji normalitas hasil belajar kelas eksperimen……………………….…..…
98
20. Surat penetapan dosen pembimbing…………………………………….....
99
21. Surat permohonan ijin observasi……………………………………….…..
100
22. Surat keterangan penelitian……………………………………………….... 101
xi
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar mengajar menjadi salah satu bagian yang mendapat perhatian serius dalam
upaya peningkatan kualitas pendidikan, karena didalamnya
mengandung kegiatan interaksi antara guru dan siswa serta komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Guru dalam interaksi proses belajar, perlu menanamkan suatu sikap dan nilai dalam membangun pengetahuan dan tidak hanya sebagai pusat penyampaian materi melainkan guru memberikan arahan dan bimbingan agar siswa dapat mandiri dalam mencari dan membangun pemahaman materi, karena proses belajar yang baik, tidak lagi berpusat pada
guru
(teacher centered learning), guru semestinya tidak hanya sebatas
memberikan pengetahuan kepada siswa melainkan berfungsi sebagai motivator terhadap siswa, agar bisa mandiri dan semangat dalam belajar. Peran guru juga sebagai evaluator terhadap penguasaan
materi yang dipahami
siswa sekaligus
memunculkan guru sebagai pembimbing terhadap siswa yang mengalami kesulitan terhadap materi maupun memberikan bimbingan pengayaan lebih lanjut terhadap siswa yang sudah menguasai materi, sehingga peran siswa menjadi sentral dalam pembelajaran (student centered learning). Melibatkan siswa dapat aktif belajar mandiri, perlu pemahaman karakteristik suatu materi pengetahuan, salah satu karakteristik materi
Biologi adalah
mempunyai obyek pembelajaran yang bersifat fakta-fakta yang memberikan kumpulan konsep. Pada materi sistem peredaran darah, banyak dijumpai konsepkonsep Biologi yang bersifat abstrak dan hubungan antar konsep mempunyai saling keterkaitan. Hasil obeservasi di MAN 1 Semarang, sesuai standar kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada materi sistem peredaran darah, ketuntasan belajar yang ditetapkan secara individual > 66, siswa yang tuntas belajar secara klasikal 67,5%, meskipun pemanfaatan media pembelajaran sudah diupayakan, namun hasilnya belum memuaskan. Kesulitan siswa dalam memahami materi sistem peredaran darah, dikarenakan materi tersebut ada beberapa yang bersifat abstrak dan tingkat 1
2
keaktifan siswa yang kurang dalam proses belajar mengajar, sehingga ini menjadi kendala dalam pencapaian ketuntasan belajar (Hartini, 22 Juli 2009, Wawancara). Oleh karena itu, pengembangan inovasi pembelajaran menjadi hal yang diperlukan bagi guru, untuk meningkatan kualitas belajar siswa. Upaya mengintegrasikan pemahaman konsep struktur, fungsi dan proses sistem peredaran darah manusia yang saling berhubungan dengan realitas kehidupan serta memiliki korelasi dengan materi Biologi lainnya, sehingga diperlukan formulasi membangun konsep yang dapat mengaitkan hubungan
antar konsep
dengan realita kehidupan. Strategi yang diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep abstrak salah satunya dengan latihan mengorganisasikan konsep (Erman 2006). Siswa dalam kegiatan tersebut, dilatih mengidentifikasi konsep, sehingga siswa diharapkan dapat memahami materi secara terstruktur dan menyeluruh. Metode pembelajaran yang dapat membantu dalam
mengorganisasikan
konsep salah satunya dengan Guided Teaching, metode tersebut merupakan suatu metode berupa pertanyaan terstruktur yang diberikan guru kepada siswa yang dijadikan panduan dalam proses belajar mengajar. Keunggulan metode Guided Teaching diantaranya, untuk mendiagnosa tingkat pemahaman awal siswa serta mengetahui kesulitan siswa dalam memahami materi dan tepat untuk materi-materi yang bersifat abstrak. Pemberian materi ajar oleh guru mengacu pada pemahaman siswa, sehingga guru dapat memetakan pemahaman siswa. Siswa terlatih mandiri dalam membangun pemahaman materi (membangun pengatahuan), melalui mereka menjawab pertanyaan dari guru. Siswa semakin aktif dalam belajar, karena dalam proses belajar mereka terpacu untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru, disamping itu juga dapat mengakomodir penerapan media pembelajaran sehingga mudah dalam pelaksanannya, guru diberi kesempatan untuk melakukan bimbingan dalam bentuk memberikan pertanyaan yang telah disesuaikan, dengan tujuan dari standar kompetensi (SK) maupun kompetensi dasar (KD) materi dan siswa diberikan kesempatan untuk interaktif mengkomunikasikan pemahaman yang dimilikinya. Sehingga dalam proses pembelajaran tersebut siswa melakukan proses konstruksi pemahaman materi dan guru berperan sebagai pembimbing materi sekaligus fasilitator. Disamping itu metode Guided Teaching sebagai pendukung
dalam
3
mengorganisasikan konsep pada materi sistem peredaran darah manusia, dengan demikian diharapkan siswa dapat interaktif dalam proses belajara mengajar. Menurut Trianto (2007), siswa dapat membangun pengetahuan melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar, kemudian pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru ketika menerapkan metode Guided Teaching diantaranya saat guru membuat pertanyaan harus memperhatikan efektifitas waktu dalam jam pelajaran, mengingat metode tersebut memerlukan ketepatan jumlah pertanyaan dengan kemampuan siswa dalam menjawab dan siswa harus memiliki buku ajar yang relevan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Untuk membuktikan apakah
Guided Teaching dalam mengorganisasikan
konsep, efektif pada pembelajaran materi sistem peredaran darah, maka penelitian ini perlu dilakukan.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka rumusan masalahnya, apakah Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep, efektif pada pembelajaran sistem peredaran darah di MAN 1 Semarang?
C. Penegasan Istilah Untuk menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu diberikan penegasan istilah, untuk memberikan gambaran yang sama terhadap judul penelitian dan pengertian-pengertian yang terdapat dalam skripsi ini, sehingga perlu penegasan istilah sebagai berikut. 1.
Guided Teaching merupakan metode yang dilakukan dengan cara
guru
menanyakan satu atau lebih pertanyaan untuk membuka pengetahuan mata pelajaran atau mendapatkan hipotesis atau kesimpulan siswa dan kemudian memilahnya ke dalam kategori-kategori (Silberman 2009). Dalam pelaksanaan metode Guided Teaching, guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa, untuk dijadikan panduan dalam proses belajar mengajar, kemudian siswa diberi kesempatan untuk membangun pengetahuan yang ada secara mandiri maupun
4
bekerjasama, melalui mengkomunikasikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh guru. 2.
Mengorganisasikan konsep merupakan strategi pembelajaran yang melatih siswa mengorganisasi konsep yang memerlukan kemampuan memahami konsep (Erman 2006), dalam penelitian tersebut siswa mengorganisasikan konsep dengan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru (Guided Teaching) dengan membentuk peta konsep.
3.
Pembelajaran sistem peredaran darah pada penelitian ini, menggunakan metode Guided Teaching dilengkapi dengan strategi mengorganisasikan konsep.
4. Materi sistem peredaran darah diajarkan pada kelas XI IPA semester gasal, materi tersebut menjelaskan tentang struktur, fungsi dan proses sistem peredaran darah serta kelainan/ penyakit
yang mungkin terjadi serta
implikasinya
teknologi
terhadap
sains,
lingkungan,
dan
masyarakat
(salingtemas).
D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep pada pembelajaran sistem peredaran darah di MAN 1 Semarang.
E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Siswa a. Mendorong dan memberi rangsangan kepada siswa untuk aktif dalam proses belajar. b. Membantu siswa dalam memahami materi sistem peredaran darah. 2. Guru a. Mengetahui pandangan siswa terhadap pengajaran menggunakan metode Guided Teaching dalam mengorgansiasikan konsep pada sistem peredaran darah baik kelebihan dan kelemahannya. b. Mendorong untuk meningkatkan kreatifitas dan inovasi guru dalam mengadakan pembelajaran yang menarik.
5
c. Meningkatkan pengetahuan guru tentang strategi dan metode pembelajaran yang tepat.
3. Madrasah a. Bahan masukan tentang metode/ strategi yang kreatif dan inovatif dalam proses belajar mengajar yang berlangsung di madrasah. b. Mendorong madrasah untuk selalu mengevalusi tingkat keefektifan pembelajaran.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Guided Teaching Guided Teaching merupakan menanyakan
metode yang dilakukan dengan cara guru
satu atau lebih pertanyaan untuk membuka pengetahuan mata
pelajaran atau mendapatkan hipotesis atau kesimpulan siswa dan kemudian memilahnya ke dalam kategori-kategori. Kategori-kategori atau konsep yang tercatat, menjadi acuan untuk diajarkan. Guided Teaching dalam pembelajaran di perguruan tinggi disebut sebagai pengajaran terbimbing melalui dosen bertanya kepada mahasiswa satu atau lebih pertanyaan untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa atau untuk memperoleh hipotesis atau kesimpulan kemudian membaginya kepada kategori, metode tersebut merupakan
pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) yang berbasis pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) serta berguna pada pengajaran konsepkonsep abstrak (Silberman 2009, Suprijono 2007, Zaini 2002). Pembelajaran dengan menggunakan metode Guided Teaching urutan langkahnya sebagai berikut. 1. Menyampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui pikiran dan kemampuan yang mereka miliki. 2. Memberikan waktu beberapa menit untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan. 3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil jawaban mereka dan catat jawaban-jawaban yang mereka sampaikan. Jika memungkinkan tulis di papan tulis dengan mengelompokan jawaban siswa dalam kategori-kategori yang nantinya akan disampaikan dalam pembelajaran. 4. Menyampaikan poin-poin (konsep) utama dari materi yang disampaikan guru dengan ceramah intreraktif. 5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk membandingkan jawaban mereka dengan poin-poin (konsep) yang guru sampaikan (Suprijono 2007). 6
7
Cothran dan Kulinna (2008) berpendapat agar dapat mendorong partisipasi siswa aktif dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan pertanyaan serta menanggapi
cara
memberikan
respon siswa secara positif, menggunakan
pengalaman terstruktur, menggunakan beberapa instrumen dan metode variatif yang dapat melibatkan siswa lebih aktif. Hartono (2007) menyampaikan bahwa keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan, memberikan pengaruh terhadap otak untuk terlatih dalam memecahkan suatu permasalahan, sehingga keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran akan memberikan daya ingat yang lebih, bila dibandingkan siswa hanya membaca teks atau mengingat sementara Pembelajaran konstruktivisme
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan
pengalaman
dan
merefleksikan pengalaman tersebut menjadi pengetahuan yang baru (Nurohman 2008). Ausubel (Dahar 1988, dalam Trianto 2007), berpendapat dalam membantu siswa menanamkan pengetahuan baru dalam suatu materi, sangat diperlukan konsepkonsep awal yang dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari, itulah suatu proses belajar bermakna. Jeromer Burner (Dahar 1988, dalam Trianto 2007) dalam teori belajar penemuan (discovery learning) menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui partisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsisp-prinsip agar mereka memperoleh pengalaman dan dapat pula melakukan eksperimen-eksperimen yang dapat memberikan prinsip-prinsip secara mandiri. Soeparwoto et al. (2006) menyampaikan bahwa usia 11 tahun ke atas merupakan tahapan formal operasional yakni pada tahap ini tiap individu dapat mengembangkan pikiran formalnya, mereka dapat menggunakan logika, rasio dan kemampuan abstraksinya, dengan melibatkan dalam suatu kegiatan akan memberikan pengaruh lebih positif dari pada sekedar menonton. Kegiatan praktik lebih baik dari pada kegiatan teori, namun demikian keduanya semestinya saling beriringan antara penguasaan praktik dan teori. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
guru dalam metode Guided
Teaching, dapat menjadi salah satu teknik efektif untuk menjadikan siswa dapat belajar. Pertanyaan interaktif menjadi dasar semua strategi pembelajaran dan dapat menjadi pertimbangan dalam proses pembalajaran. Anni et al. (2006) mengingatkan guru dalam memberikan tugas, hendaknya memperhatikan jangkauan kemampuan
8
siswa dalam menyelesaikan tugas, jangan sampai menimbulkan titik balik yang menimbulkan efek negatif dalam pembelajaran, semestinya tugas-tugas yang diberikan, mendukung antara penguasaan materi dan tingkat perkembangannya. Fungsi pertanyaan yang diberikan guru kepada siswa, menurut Kauchak dan Eggen (1998) sebagai berikut. a. Menilai pemahaman yang dimiliki (assessing current understanding) Pertanyaan interaktif menjadi strategi alat evaluasi pemahaman informal yang dimiliki dalam topik yang dipelajari, pertanyaan guru juga dapat menjadi sumber informasi apakah siswa mengetahui atau tidak mengetahui, bagaimana mereka berfikir dalam suatu topik dan apakah mereka memiliki salah konsep. Pembelajaran yang efektif dapat disimpulkan melalui pemahaman siswa yang mengacu kepada respon atas pertanyaan yang dibuat guru. b. Meningkatkan motivasi pembelajar (increasing learner motivation) pertanyaan efektif dapat melatih siswa untuk berfikir penuh tantangan dan menyikapi masalah dengan penuh percaya diri. Pertanyaan yang telah didesain tujuanya akan memberikan kondisi efek meningkatkan motivasi pembelajar (siswa). c. Membimbing pembelajaran baru (guided new learning) Pertanyaan guru sebagai aturan instruksional dapat membantu siswa untuk menghubungkan ide baru dan mengintegrasikan pembelajaran baru dengan pemahaman yang dimiliki. Strategi pertanyaan guru untuk menjadi efektif, harus dapat membuat siswa berfikir, sehingga harus dibuat perencanaan yang terbaik dan dalam pelaksanannya menjadi kurang bernilai jika tidak membuat siswa berfikir.
2.
Konsep dan pengorganisasian konsep Konsep dapat diartikan sebagai suatu jaringan hubungan dalam objek,
kejadian dan lain-lain yang mempunyai ciri tetap sehingga konsep merupakan kata kunci. Siswa dapat membentuk konsep sesuai dengan pengelompokan stimulusstimulus dengan cara tertentu serta pengalaman-pengalamanya masing-masing dan berkaitan dengan konsep dapat disimpulkan bahwa definisi tentang konsep selalu berkembang sesuai dengan persepsi personal (Rustaman et al. 2003). Pemahaman konsep memberikan pengaruh terhadap hasil belajar (Herunata 2006) dan hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar
9
setelah mengalami aktifitas belajar/ pembelajaran (Anni et al. 2006). pelajaran
yang
memperhatikan
aspek-aspek
pembentukan
Materi
konsep,
serta
memperhatikan aspek-aspek pembentukan konsep, serta memperhatikan hubungan antar konsep-konsepnya sejara jelas agar proses belajar yang terjadi menjadi bermakna bagi siswa. Hubungan antar konsep-konsep dalam suatu mata pelajaran dapat diwujudkan dalam bentuk rumus-rumus untuk memecahkan masalah, grafik, bagan, poster, tabel dan bentuk hubungan lainnya, hal ini dapat menimbulkan belajar penemuan terpimpin (Rustaman et al. 2003). Kegiatan belajar konsep adalah belajar mengembangkan inferensi logika atau membuat generlisasi logika atau membuat generalisasi fakta ke konsep dan belajar konsep juga memberikan represantasi internal seseorang (Suprijono 2007) (Nasution 2009). Guru dalam menjabarkan konsep materi, dikaitkan dengan pemahaman awal siswa, melalui keaktifan dalam memberikan contoh konsep dan melakukan penilaian terhadap kemajuan pemahaman konsep, sehingga siswa dapat terhindar dari konsep yang keliru dan belajar konsep hendaknya dapat memperbaiki konsep yang salah (ill defined concept) (Magliaro et al. 2005, Mulyati 2005). John et al (2004) menyampaikan dalam mengkonstruksi konsep dapat dilakukan dengan membaca secara komprehensip, melalui strategi: 1) mengaktifkan
pengetahuan
awal, 2) membuat pertanyaan, 3) mencari informasi, 4) meringkas, 5) mengorganisasikan grafik/ tulisan dan 6) identifikasi struktur cerita. Pembelajaran menggunakan konsep mempunyai manfaat antara lain: a.
mengurangi beban berat memori karena kemampuan manusia dalam mengategorisasikan beberapa stimulus terbatas.
b.
merupakan unsur-unsur pembangun berpikir
c.
merupakan dasar proses mental yang lebih tinggi
d.
diperlukan untuk memecah masalah (Suprijono 2007). Bull dan Ma (2001) berpendapat menggunakan strategi pembelajaran yang
tepat dapat menjadikan konsep yang rumit menjadi lebih mudah, dapat menghubungkan petunjuk konsep secara jelas dan pengajaran guru yang menjemukan menjadi pengajaran menyenangan.
10
Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam pembelajaran konsep (Hamalik 2003), diantaranya: 1)
menetapkan tujuan pembelajaran. tujuan pembelajaran ditetapkan, untuk menjadi pedoman keberhasilan belajar siswa setelah mempelajari konsep.
2)
mengurangi atribut konsep yang komplek menjadi atribut-atribut penting dominan.
3)
menyediakan mediator verbal. guru mempunyai peranan sebagai mediator dalam memberikan stimulus katakata (verbal) dalam mendukung atribut konsep yang dimiliki siswa.
4)
memberikan contoh positif dan negatif mengenai konsep. guru memberikan contoh positif yakni sesuatu yang berisikan atribut-atribut suatu konsep, sedangkan contoh negatif yakni sesuatu yang tidak berisikan atribut suatu konsep.
5)
guru mengkomunikasikan contoh-contoh konsep.
6)
siswa mengkomunikasikan dan menguatan (reinforcemen) konsep. guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan atributatrtibut konsep serta hubungan antar konsep lainnya dan memberikan penguatan suatu konsep.
7)
menilai belajar konsep guru memberikan penyimpulan (generalisasi) terhadap siswa dalam pemahaman konsep suatu materi. Organisasi secara harfiah diartikan kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian
dalam perkumpulan untuk tujuan tertentu dan mengorganisasikan dapat diartikan mengatur dan menyusun bagian-bagian sehingga seluruhnya menjadi satu kesatuan yang teratur (Depdiknas 2003).
Organisasi konsep dalam struktur materi dapat
menggambarkan hierarki suatu konsep dan hubungan antar konsep-konsep, baik secara hubungan vertikal (konsep-konsep besar dan konsep-konsep yang lebih kecil dari padanya) maupun hubungan horizonatal yang menggambarkan kesetaraan tingkatannya (Rustaman et al. 2003).
Mengorganisasikan konsep merupakan
strategi pembelajaran yang melatih siswa mengorganisasi konsep yang memerlukan
11
kemampuan memahami konsep. Langkah-langkah dalam mengorganisasikan konsep dapat dirumuskan sebagai berikut. 1)
Mengidentifikasi konsep dalam suatu pokok bahasan.
2)
Melengkapi setiap konsep yang identifikasi dengan atribut atau ciri-ciri yang karakteristik untuk setiap konsep.
3)
Mengelompokan konsep berdasarkan hubungan fungsional antara konsepkonsep.
4)
Mengurutkan konsep dalam suatu kelompok dari yang paling inklusif sampai dengan konsep yang lebih spesifik.
5)
Menghubungkan konsep-konsep yang telah diurutkan dengan mengunakan proporsi-proporsi hingga menyerupai peta konsep (Erman 2006). Nur (2000) dalam Trianto (2007) membagi peta konsep terdiri dari empat
jenis yaitu pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (event chain), peta konsep siklus (cycle concept map) dan peta konsep laba-laba (spider concept Kemampuan
map).
pengorganisasian konsep, dapat dilakukan melalui penempatan
konsep secara herarki dengan proposi-proporsi yang menghubungkan konsep yang berkaitan secara benar. Organisasi konsep yang baik akan sangat membantu seorang dalam belajar bermakna, bahkan akan sangat membantu siswa dalam melakukan analisis dan sintesis serta mengembangkan pemahamannya. Pengorganisasian konsep bagi siswa mempunyai manfaat dalam penigkatan keaktifan pembelajaran, dengan melibatkan siswa dalam pengorganisasian konsep dapat mengurangi kepasifan siswa dan memacu minat serta partisipasi mereka dalam proses belajar mengajar secara bermakna. pengorganisasian konsep juga dapat melatih siswa untuk belajar efektif dan efisien. Melalui pengorganisasian konsep, siswa menjadi lebih proaktif dalam mengorganisasikan pengetahuan dan siswa berusaha membangun pengetahuannya secara mandiri (Erman 2006). Manfaat bagi guru dapat pengorganisasian konsep seperti peta konsep dapat menjadi alat diagnosis dimana letak kesulitan siswa dalam memahami konsep pada suatu hirarki konsep. Melalui pengorganisasian konsep, guru dapat mengetahui konsep-konsep yang tidak atau belum dipahami siswa dengan benar, selain itu guru juga dapat mengetahui letak terputusnya rantai pemahaman siswa dalam suatu hirarki konsep yang saling berkaitan, dengan demikian, guru dapat merumuskan
12
tindakan yang efektif untuk membantu siswa dalam belajar bermakna (Erman dan Wismanadi dalam Erman 2006). Kelemahan pembelajaran dengan mengorganisasikan
konsep, siswa
kesulitan memahami konsep termasuk menidentifikasi sifat-sifat atau atributnya, sehingga mereka menjadi kesulitan dalam membuat proporsi untuk memberikan hubungan antar konsep yang saling berkaitan, disamping itu mengorganisasikan konsep memerlukan waktu yang relatif lama, karena siswa masih merasa kesulitan dalam mengindetifikasi konsep. Kelemahan tersebut dapat diatasi dengan kemampuan guru dalam mengarahkan siswa dalam pembelajaran atau melalui diskusi kelompok, bahkan guru juga dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan singkat untuk memberikan arah kepada siswa tentang suatu konsep yang belum teridentifikasi oleh siswa, dengan cara ini siswa menjadi lebih mudah dalam memahami suatu konsep, sehubungan dengan hal itu, siswa harus terlebih dahulu mengetahui karakteristik setiap konsep dan hubungan saling keterkaitan antara satu konsep dengan konsep lainnya, dengan kata lain siswa harus menguasai materi tersebut dengan baik terlebih dahulu atau mengetahui langkah-langkah dalam mengorganisasikan konsep. Kesulitan-kesulitan yang ada dalam pembelajaran, guru dituntut proaktif dalam memberikan bimbingan (Erman 2006). Hasil penelitian yang dilakukan Erman (2006) di SMUN 5 and SMUN 8 Kediri pada materi kimia dengan menggunakan strategi latihan mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep abstrak siswa. Herunata et al. (2006) melakukan penelitian tentang pemahaman konsep elektrokimia di SMA I Al Ma’arif Singosari dengan Learning Cycle 5 fase berbantuan bahan ajar terpadu berbasis pendekatan makroskopis-mikroskopis, menunjukan hasil belajar yang lebih baik. Azis dan Jair (2009) juga melakukan penelitian tentang penggunaan peta konsep
di sekolah Selangor
Malaysia, pada mata pelajaran Sejarah, hasilnya
menunjukan dapat meningkatkan pencapaian
hasil belajar. Berdasarkan
tiga
sumber penelitian tentang konsep menunjukan, bahwa pemahaman konsep materi dapat mempengaruhi hasil belajar dan aktifitas siswa, hal tersebut tentunya didukung oleh strategi, model, metode serta pendekatan pembelajaran yang tepat.
13
Rustaman et al. (2003) bahwa konsep-konsep dapat berbeda dalam tujuh dimensi, yaitu konsep sebagai berikut: 1)
atribut konsep tersebut merupakan tanda atau ciri atau sifat-sifat dari suatu konsep yang membedakan dengan konsep lainnya.
2)
stuktur struktur menyatakan cara tegabungnya atribut-atribut suatu konsep. berdasarkan strukturnya konsep dapat dikelompokan sebagai berikut: a) konjugatif adalah konsep yang menampilkan dua atau lebih sifat sehingga memenuhi syarat. b) disjunktif adalah konsep yang menampilkan satu dari dua atau lebih sifatsifat harus ada. c) rasional adalah konsep yang menyatakan hubungan tertentu dengan atributatributnya. d) keabstrakan konsep yang memiliki keabstrakan jika gejala konsepnya tidak dapat dilihat dengan mata.
3)
keinklusifan bahwa setiap konsep memiliki kekhasan identitas atau karakteristik yang berhubungan dengan konsep lainnya.
4)
generalitas bahwa konsep memiliki karakteristik umum yang berhubungan dengan konsep lainnya.
5)
ketepatan konsep mempunyai kaitan dengan aturan-aturan yang berlaku.
6)
kekuatan Konsep yang dipelajari mengandung kekuatan materi esensial. Usaha untuk melakukan analisis dan menetapkan bahwa konsep itu
merupakan materi esensial sedikitnya memenuhi enam kriteria konsep dari sebelas kriteria antara lain: a)
menunjang tercapainya tujuan.
b)
merupakan konsep dasar.
14
c)
mengandung aplikasi tinggi
d)
sebagai syarat materi berikutnya.
e)
memberikan motivasi baru.
f)
terkait dengan mata pelajaran lain.
g)
mengandung unsur pengembangan IPTEK.
h)
terkait lingkungan.
i)
mudah dilaksankan untuk proses belajar mengajar (PBM).
j)
menunjang kebutuhan masyarakat luas.
k)
sebagai tuntunan pembangunan. Pembelajaran menggunakan peta konsep mempunyai dua tipe. Tipe pertama,
peta konsep dibentuk melalui identifikasi konsep yang dilakukan siswa berdasarkan topik yang diberikan guru. Tipe kedua, pembelajaran peta konsep hanya sebagai media pembelajaran
untuk melengkapi
metode ceramah serta siswa hanya
dikondisikan untuk aktif mendengarkan (Aziz dan Jair 2009, Erman dan Sukirman 2002 dalam
Erman 2006, Trianto 2007). Guru dapat berinisiatif
untuk
menggunakan teknik pengajaran peta konsep pada semua mata pelajaran sebagai satu cara untuk meningkatkan minat dan pencapaian hasil belajar siswa (Aziz dan Jair 2009).
3. Pengaruh aktifitas siswa terhadap hasil belajar Perhatian siswa terhadap materi pelajaran dalam proses belajar mengajar sangat dituntut, karena akan mempengaruhi pencapaiaan tujuan pendidikan, tercapainya tujuan pembelajaran manakala siswa menacapai penguasaan materi yang diberikan dalam pertemuan kelas (Djamarah dan Zain 2002). Hasil belajar siswa merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktifitas belajar (Anni et al. 2006). Proses belajar juga akan berjalan efektif jika pengalaman, bahan-bahan dan hasil-hasil yang diharapkan sesuai dengan tingkat kematangan dan pengalaman siswa (Rosyada 2007). Keberhasilan suatu proses belajar mengajar memberikan acuan bahwa proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila minimal 75% siswa terlibat secara aktif, baik fisik mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping itu siswa menunjukan kegairahan belajar besar, mempunyai semangat belajar tinggi dan percaya pada diri
15
sendir, sedangkan hasil belajar belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif, pada diri siswa minimal 75% (Mulyasa 2006). Penelitian antara aktifitas siswa dan hasil belajar dilakukan oleh Kustanti (2005) dalam penerapan strategi Jigsaw pada konsep sistem saraf di MTs N Parakan Temanggung, menunjukan peningkatan yang berbanding lurus antara keaktifan siswa dan ketuntasan belajar, yakni pada siklus I keaktifan siswa 50% dan ketuntasan belajar 58,90%, siklus II keaktifan siswa 60,20% dan ketuntasan belajar 76,90% kemudian siklus III keaktifan siswa 87,10% dan ketuntasan belajar 89,70%, sehubungan dengan penelitian diatas, menunjukan semakin tinggi aktifivitas siswa dalam belajar akan mempengaruhi tingginya ketuntasan belajar. Penelitian hasil belajar yang dipengaruhi aktifitas juga dilakukan oleh Markhamah (2007), pada pokok bahasan lingkaran dengan model pembelajaran Quantum Teaching di SMPN 15 Semarang, menunjukan peningkatan yang berbanding lurus antara keaktifan siswa dan ketuntasan belajar, yakni pada siklus I keaktifan siswa 42,10% dan ketuntasan belajar 71,73%, siklus II keaktifan siswa 85,55% dan ketuntasan belajar 93,80%, sehingga ada kecenderungan siswa yang aktif dalam proses belajar, akan memperoleh hasil belajar yang baik. Anni et al (2006) berpendapat faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar, bersumber dari kontribusi internal dan eksternal. a)
Kondisi internal Kondisi internal mencakup kesehatan organ tubuh, kondisi psikis; seperti kemampuan intelektual, emosional
dan kondisi sosial; seperti kondisi
bersosialisasi dengan lingkungan. Kesempurnaan dan kualitas kondisi internal siswa akan berpengaruh terhadap kesiapan, proses dan hasil belajar, siswa yang bermotivasi rendah akan
mengalami kesulitan
di dalam persiapan belajar
maupun proses belajar b) Kondisi ekternal Kondisi eksternal berasal dari lingkungan siswa. Beberapa faktor yang mempepengaruhi tingkat kesulitan yang dipelajari, iklim, suasana lingkungan dan budaya belajar malasyarakat dengan lingkungan, akan berpengaruh terhadap kesiapan, proses dan hasil belajar.
16
Belajar Biologi sebagai upaya untuk mengenali proses kehidupan nyata di lingkungan, atau belajar Biologi dari aspek empiris (purpose in empirical avidence). Belajar Biologi berarti upaya untuk mengenali diri sendiri sebagai makhluk (purpose in human institution. Belajar Biologi diharapkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas dan kehidupan manusia dan lingkungannya (purpose in human life) (Rustaman et al. 2003). Teori pembelajaran berbasis kognitif menekankan agar siswa dapat menyimpan pengetahuan melalui memori jangka panjang. Jika siswa dapat menggunakan memori jangka panjang, maka siswa dapat menghubungakan pengetahuan secara terstruktur dan pengetahuan tersebut dapat digunakan ketika suatu saat diperlukan (Jamudin 2002, dalam Aziz dan Jair 2009). Motivasi mempunyai peranan yang besar dalam membuat siswa melakukan aktifitas belajar dan dapat juga menentukan berapa banyak siswa dapat belajar dari aktifitas yang dilakukan atau informasi yang dihadapi. Motivasi dapat berasal dari faktor ekstrinsik berupa apresiatif lingkungan luar berupa penilaian yang diharapkan dan faktor intrinsik dari karakteristik disiplin ilmu yang dipelajari maupaun dari individu yang didukung oleh minat yang cukup siap (Anni et al. 2006). Siswa yang menunjukan minat belajar, akan mempunyai keinginan untuk diajar atau belajar mandiri dan kecenderugan anak yang siap belajar, minat mereka tetap walaupun akan menghadapi hambatan maupun kesulitan, sehingga kesiapan belajar yang dimilki akan memberikan pengaruh terhadap kemajuan walaupun sedikit demi sedikit dan bertahap (Soeparwoto et al. 2006).
4. Pembelajaran sistem peredaran darah Pembelajaran dikatakan efektif jika pembelajaran dapat memberikan pengalaman baru dan membentuk kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal (Mulyasa 2006). Tujuan pembelajaran merupakan bentuk harapan yang dikomunikasikan melalui pernyataan dengan cara menggambarkan perubahan yang diinginkan pada diri pembelajar yakni pernyataan tentang apa yang diinginkan pada diri pembelajar setelah menyelesaikan pengalaman belajar (Rustaman et al. 2003). Maka dalam mencapai suatu arahan tujuan pembelajaran disusunlah strategi pembelajaran yang didalamnya terdapat metode dan model pembelajaran (Sanjaya 2006).
17
Bloom (dalam Rustaman
et al. 2003) menyampaikan ada tiga ranah
pencapaian pengetahuan meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik. Penguasaan materi pelajaran dikategorikan menggunakan jenjang kognitif Bloom meliputi enam jenjang yaitu hafalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi atau sering disebut jenjang C1, C2, C3, C4,C5 dan C6. Rincian kemampuan masingmasing jenjang dinyatakan dalam indikator pada tabel 1 berikut ini. Tabel 1 Indikator menurut jenjang kognitif Bloom Kemampuan
Indikator
Hafalan
Kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, posedur yang telah dipelajari.
Pemahaman
Kemampuan menangkap arti dari informasi yang diterima misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram atau grafik, menterjamahkan suatu pernyataan verbal ke dalam rumusan matematika atau sebaliknya, meramalkan berdasarkan kecenderungan tertentu (mengekstrapolasikan), mengungkapkan konsep dengan kata sendiri.
Penerapan
Kemampuan menggunakan prinsip, aturan, metode yang telah dipelajari, pada situasi baru atau pada situasi kongkrit.
Analisis
Kemampuan menguraikan suatu informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponen, sehingga struktur informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut menjadi jelas.
Sintesis
Kemampuan untuk mengitegerasikan bagian-bagian yang terpisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. termasuk kedalamnya kemampuan merancanakan eksperimen, menyusun karangan (laporan artikel) cara baru untuk mengklasifikasikan objek, peristiwa dan informasi-informasi lainnya.
Evaluasi
Kemampuan untuk mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjaan, berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan. contohnya ialah kemampuan memilih rumusan kesimpulan yang didukung oleh data serta menilai suatu karangan berdasarkan kriteria penilaian tertentu. * Diadaptasi dari Rustaman et al. (2003)
Pengetahuan dalam ranah afektif meliputi pandangan/ pendapat (opinion) dan sikap atau nilai (attitude, value) serta ranah psikomotor ketrampilan (skills) dan kemampuan (ability) (Arikunto
2006).
Untuk pengkuran ranah afektif dan
psikomotorik dapat dilakukan dengan metode langsung berupa observasi terhadap siswa yang sedang memperlihatkan ketrampilan-ketrampilan yang menjadi hasil proses belajar dan metode tidak langsung berupa tes tertulis (Rustaman et al. 2003).
18
Pembelajaran sistem peredaran darah mengacu pada standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)
yang ditetapkan oleh Badan Nasional Standar
Pendidikan (BNSP) sebagai berikut. a.
Standar kompetensi: menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/ penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya salingtemas.
b.
Kompetensi dasar: menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan/ penyakit yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah. Materi sistem peredaran darah diajarkan pada kelas IPA XI semester I,
materi tersebut menjelaskan tentang struktur, fungsi dan proses sistem peredaran darah serta kelainan/ penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya terhadap sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat (salingtemas). Pembelajaran menggunakan metode Guided
Teaching
dalam
mengorganisasikan konsep pada materi sistem peredaran darah, terdiri atas empat konsep utama. a.
Sistem peredaran darah manusia, meliuputi sub konsep darah, penggolongan darah, alat-alat peredaran darah dan proses peredaran darah.
b.
Sistem limfe.
c.
Kelainan serta gangguan sistem peredaran darah dan implikasinya terhadap sains, teknologi lingkungan dan masyarakat (salingtemas).
d.
Sistem peredaran darah pada hewan avertebrata dan vertebrata.
19
Mengacu pada
uraian
tinjauan pustaka, dapat dibuat kerangka berfikir
sebagai berikut. Pembelajaran sistem peredaran darah menjadi kendala siswa dalam pencapaian KKM di MAN 1 Semarang, karena prosesnya tidak dapat diamati secara langsung, kesulian dalam meintegrasikan antar konsep dan aktifitas belajar siswa kurang.
Perlu upaya peningkatan efektifitas proses belajar mengajar (PBM)
Diperlukan inovasi pembelajaran
Penerapan metode Guided Teaching, tepat untuk materi yang berifat abstrak, dapat memetakan pemahaman siswa, siswa terlatih mandiri dalam membangun pengetahuan, mengakomodir penerapan media pembelajaran, meningkatkan pemahaman dan keaktifan siswa
Dikombinasikan dengan strategi mengorganisasikan konsep
Diharapkan Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep, efektif pada
pembelajaran materi sistem peredaran darah di MAN 1 Semarang
Gambar 1. Kerangka berfikir Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep pada meteri sistem peredaran darah. B. Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep, efektif diterapkan pada pembelajaran peredaran darah di MAN 1 Semarang.
20
BAB III METODE PENELITIAN A.
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian di MAN 1 Semarang, dengan alokasi waktu semester gasal
tahun pelajaran 2010/ 2011 bulan Juli-Nopember 2010
B.
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA 2 dan kelas XI IPA 3
dengan jumlah 80 siswa. Sampel penelitian terdiri dari satu kelas XI IPA yang diambil secara acak (random sampling).
C.
Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Guide Teaching dalam mengorganisasikan konsep pada sistem peredaran darah.
2.
Variabel tergantung Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah hasil belajar dan aktifitas siswa.
D.
Rancangan Penelitian Penelitian ini, merupakan penelitian pre eksperimental design tipe one shot
case study dengan rancangan random sebagai berikut. X
O
Keterangan: X = perlakuan (treatment) = hasil observasi setelah treatmen (Arikunto 2006) O
E.
Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan penelitian sebagai berikut. 1. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
20
21
2. Lembar observasi siswa. 3. Lembar tanggapan guru dan siswa. 4. Soal postes siswa
F.
Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yakni tahap persiapan
penelitian dan tahap pelaksanaan penelitian. Kegiatan yang dilakukan pada masingmasing tahap terdiri dari: a.
Tahap persiapan penelitian Tahap persiapan penelitian meliputi:
1.
melakukan observasi awal untuk analisis penyebab masalah.
2.
pemilihan strategi dan metode pembelajaran yang akan diujikan.
3.
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP), lembar observasi
aktifitas siswa dan tanggapan siswa serta lembar tanggapan guru terhadap pelaksanaan pembelajaran menggunakan
metode Guided Teaching dalam
mengorganisasikan konsep pada sistem peredaran darah di MAN 1 Semarang. 4.
Melakukan uji homogenitas pada dua sampel kelas.
5.
Memilih satu sampel kelas secara acak (random) sebagai kelas eksperimen yang diberikan treatmen pembelajaran metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep.
6.
melaksanakan uji instrumen
(soal) penilaian, dengan
mengujicobakan
instrtumen di kelas lain (kelas diluar sampel). 7.
setelah diuji cobakan, maka hasil dari uji coba dianalisis tentang: a) validitas Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Sebuah tes dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Untuk mengetahui validitas item soal digunakan rumus sebagai berikut:
22
rXY =
[N ∑ X
N ∑ XY − ∑ X ∑ Y 2
][
− (∑ X ) N ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2
2
]
Keterangan: rxy = koefisien korelasi tiap item N = banyaknya subjek uji coba Σ X = jumlah skor item ΣY = jumlah skor total 2 Σ X = jumlah kuadrat skor item Σ Y2 = jumlah kuadrat skor total Σ XY = jumlah perkalian skor item dan skor total Hasil rxy dikonsultasikan dengan rtabel product moment dengan α=5%. Jika rxy > rtabel maka alat ukur dikatakan valid. Untuk mengukur validitas pengukuran keterampilan kooperatif dilakukan dengan uji korelasi spearman rho. Bila hasil korelasi menghasilkan signifikansi ≤ 0,05 maka terdapat kesesuaian yang signifikan (Sugiyono 2007). Berikut ini hasil analisis validitas buti soal dari 30 soal yang diuji cobakan pada tebel 2 dibawah ini. Tabel 2 Hasil analisis validitas butir soal uji coba Kriteria Valid
Nomor Soal 2, 4, 8, 9, 10, 11, 13, 15, 16, 17, 19, 20, 23, 24, 28, 29, 30
Tidak valid
1, 3, 5, 6, 7, 12, 14, 18, 21, 22, 25, 26, 27
* data selengkapnya pada lampiran 18.
b) reliabilitas Realibilitas instrumen atau alat evaluasi adalah ketepatan alat evaluasi dalam mengukur. Analisis realibilitas bentuk tes pilihan ganda menggunakan KR-20 yang dikemukakan oleh Kuder dan Richardson. 2 n S − ∑ pq r11 = S2 n − 1
Keterangan: r11 = reabilitas tes secara keseluruhan p = proporsi siswa yang menjawab benar q = proporsi siswa yang menjawab salah (q =1 – p) Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya item S = standar deviasi dari tes. Kriteria reliabel tidaknya soal tes dapat dianalisis dengan cara membandingkan r11 dengan harga rtabel yang sesuai pada tabel harga produk moment maka
23
dikatakan soal yang diujikan reliabel. Harga r11 yang diperoleh diinterpretasikan dengan derajat reabilitas pada tabel 3 dibawah ini. Tabel 3 Interval reliabilias (r11) Interval r11 0,00 < r11 < 0,20 0,20 < r11 ≤ 0,40 0,40 < r11 ≤ 0,60 0,60 < r11 ≤ 0,80 0,80 < r11< 0,10
Kriteria sangat rendah Rendah Cukup Tinggi sangat tinggi
* Diadaptasi dari Arikunto (2006)
Hasil analisis uji reliabilitas soal diperoleh r11 = 0, 50, kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel pada α = 5% dengan n= 38 diperoleh r tabel = 0,32, sehingga nilai r11 > nilai rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel.
Nilai r11 diinterpretasikan dengan derajat reabilitas pada
interval 0,4-0,6 dikategorikan cukup reliabel. c) daya pembeda DP =
BA BB
JA
−
JB
= PA − PB
Keterangan: DP = daya pembeda JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Tabel 4 Interval daya pembeda Interval DP 0,00 ≤ DP ≤ 0,20 0,20 < DP ≤ 0,40 0,40 < DP ≤ 0,70 0,70 < DP ≤ 1,00
Kriteria Jelek Cukup Baik Baik sekali
* Diadaptasi dari Arikunto (2006).
24
Berikut ini hasil analisis daya beda uji coba soal pada tabel 5, dibawah ini. Tabel 5 Hasil analisis daya beda soal uji coba Kriteria
Nomor Soal
Jelek
1, 2, 3, 5, 7, 11, 12, 14, 15, 21, 22, 25,27, 29,30
cukup
4, 6, 8, 10, 13, 18, 19, 23, 24, 26, 28
Baik
9, 16,17
* Data selengkapnya pada lampiran 18.
d) tingkat kesukaran B P= JS Keterangan: B = banyaknya siswa yang menjawab benar. JS = jumlah seluruh siswa peserta tes. Tingkat kesukaran diinterpretasikan pada tabel 6, dibawah ini. Tabel 6 Interval tingkat kesukaran Interval P
Kriteria
0,00 ≤ P ≤ 0,30 0,30 < P ≤ 0,70 0,70 < P ≤ 1,00
Sukar Sedang Mudah
* Diadaptasi dari Arikunto (2006). Berdasarkan analisis tingkat kesukaran soal uji coba pada tabel 7, dibawah ini. Tabel 7 Hasil analisis daya beda soal uji coba Kriteria
Nomor Soal
Mudah
1, 2, 8, 11, 12, 14, 20, 21, 22, 27, 28, 29,30
Sedang
3, 4, 6, 7, 9, 10, 13, 15,16,17,18, 19, 24, 26
Sukar
5, 23, 25
* Data selengkapnya pada lampiran
e) memilih item soal yang sudah diuji berdasarkan analsisis yang dilakukan. Berdasarkan analsisis valisitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran. Soal yang digunakan penelitian ini adalah beberapa soal dalam kategori valid, dengan memperhatikan reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran dari mulai mudah sedang dan sulit, adapun soal yang digunakan dan tidak digunakan pada tabel 8 dibawah ini.
25
Tabel 8 Soal yang digunakan untuk postes materi sistem peredaran darah Nomor Butir Soal Kriteria Digunakan Pilihan Ganda
Tidak digunakan
2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 19, 20, 22,
1, 6, 14, 18,21
23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30.
Jumlah
25 soal
5 soal
Soal yang digunakan untuk postes, ada beberapa soal yang belum valid. Hal tersebut tetap digunakan
untuk tes dengan memperhatikan jumlah soal yang
valid lebih dominan ada 68 % dan dari beberapa soal sebagian sudah mewakili ketercapaian indikator pembelajaran. b. Tahap pelaksanaan penelitian Memberikan treatmen pada satu kelas sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan metode Guide Teaching dalam mengorganisasikan konsep pada materi sistem peredaran darah selama 6 pertemuan (12 jam pelajaran), masingmasing terdiri atas 4 pertemuan berupa terori, 1 pertemuan berupa praktikum dan 1 pertemuan berupa postes.
Urutan
langkah pembelajaran di kelas eksperimen
dengan menggunakan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep sebagai berikut: 1) membagi siswa menjadi dalam kelompok kecil yang masing-masing kelompok terdiri dari 2 orang. 2) memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui pikiran dan kemampuan yang mereka miliki. 3) memberikan waktu beberapa menit untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan dengan mengorganisasikan konsep seperti membentuk peta konsep. 4) memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil jawaban pada siswa pada buku catatan dan dari beberapa siswa diminta mengkomunikasikan baik langsung meupun tertulis didepan siswa. 5) memberikan penilaian terhadap jawaban siswa
26
6)
menyampaikan poin-poin (konsep) utama dari materi yang disampaikan guru dengan ceramah intreraktif.
7) memberi kesempatan kepada siswa untuk membandingkan jawaban mereka dengan poin-poin (konsep) yang guru sampaikan. 8) Setelah pembelajaran selesai, siswa diberi kesempatan memberi tanggapan dan atau pertanyaan kemudian guru memberikan evaluasi dan penguatan terhadap pemahaman konsep materi. Evaluasi proses belajar mengajar (PBM) melalui pengambilan data kelas eksperimen dengan postes, aktifitas siswa dievaluasi melalui lembar observasi selama PBM berlangsung, serta tanggapan siswa dan tangggapan guru. Untuk lebih mempermudah alur prosedur peneletian, dijelaskan dengan skema pada gambar 2 dibawah ini.
Populasi (Kelas XI IPA terdiri dari dua kelas dengan jumlah 80 siswa) random sampling Kelas Eksperimen (Kelas XI IPA 2 diberi treatmen)
Proses belajar mengajar dengan metode Guide Teaching dalam mengorgonisasikan konsep pada materi sistem peredaran darah
pengambilan data meliputi: 1. hasil belajar 2. aktifitas siswa 3. tanggapan guru serta siswa
Analisis data meliputi: 1. hasil belajar dengan uji t-test 2. aktifitas siswa dengan deskriptif persentatif 3. tanggapan guru serta siswa dengan deskriptif kualitatif Gambar 2. Skema prosedur penelitian
27
G.
Metode Pengumpulan Data
1.
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa.
2.
Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.
a.
hasil belajar siswa.
b.
aktifitas siwa selama pembelajaran.
c.
tanggapan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
d.
tanggapan guru selama proses pembelajaran.
Cara pengambilan data a.
data hasil belajar siswa diambil melalui postes.
b.
data tentang aktifitas siswa selama proses pembelajaran diambil dengan mengunakan lembar observasi aktifitas siswa
c.
data tentang tanggapan siswa selama proses pembelajaran diambil dengan lembar angket.
d.
data tentang tanggapan guru diambil dengan lembar angket.
H. Metode Analisis Data 1.
Uji homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kelas mempunyai varians yang sama atau tidak. Jika kelas mempunyai varians yang sama maka kelompok tersebut dikatakan homogen. Untuk menguji homogenitas k buah (k ≥ 2) maka digunakan uji bartlett. Hipotesis statistik yang diuji adalah : Ho: σ 12 = σ 2 2 = σ 3 2 Ha : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku. Adapun langkah-langkah pengujiannya sabagai berikut. a. S
menentukan varians gabungan dari setiap kelas 2
∑ (n − 1)s = ∑ (n − 1) i
2
i
i
b.
menentukan harga satuan B
(
B = log S 2
) ∑ (n − 1) i
28
c.
menentukan statistik chi kuadrat ( x 2 )
{
x 2 = (ln 10) B − ∑ (ni − 1)log si Berdasarkan
2
}
uji homogenitas diperoleh uji
chi kuadrat diperoleh chi
hitung=13,10 dan untuk α = 5% dan dk = 1 harga chi tabel = 7,19. Nilai x2 hitung < nilai chi tabel, sehingga Ho diterima. Maka kelas kelas XI IPA 2 dan kelas XI IPA 3 dalam
keadaan
homogen (sama), sehingga dapat dilakukan
pemilihan secara random sampling. 2.
Uji normalitas Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa berdistribusi
normal atau tidak pada kelas eksperimen. Untuk menghitung
normalitas hasil belajar siswa digunakan rumus chi kuadrat, sebagai berikut: k
(OI − E I )2
i =1
EI
x2 = ∑
Keterangan: k = jumlah kelas interval O = frekuensi hasil pengamatan E = frekuensi yang diharapkan Berdasarkan hasil uji normalitas untuk kelas eksperimen diperoleh X2
hitung
=34,05, untuk α = 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh X² tabel = 7,81. Sehingga nilai X2 hitung > nilai X2 tabel, maka Ho ditolak. Hasil post test pada kelas eksperimen berdistribusi tidak normal (Sudjana 2002). 3.
Ketuntasan klasikal Ketuntasan klasikal diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut; Ketuntasan klasikal = jumlah siswa yang tuntas x 100% jumlah siswa keseluruhan Standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 2010 di MAN
1
Semarang
pada materi sistem peredaran darah manusia, ketuntasan belajar individual yang ditetapkan > 68.
29
4.
Aktifitas siswa individual Data aktifitas siswa selama selama pembelajaran diperoleh melalui lembar observasi dengan skala likert. Rentangan skor (rating scale) yang digunakan adalah 1-4. Apabila dibagi menjadi 4 kategori sebagai berikut:
5.
Skor 16 – 20
= Sangat aktif
Skor 11 – 15
= Aktif
Skor 6 – 10
= Kurang aktif
Skor 1 – 5
= Tidak aktif
Aktifitas siswa klasikal Aktifitas siswa klasikal dibuat dalam bentuk persentasi, melalui rumus berikut: aktifitas siswa klasikal = jumlah aktifitas siswa individual x 100% jumlah siswa seluruhnya Jenis aktifitas siswa klasikal terdiri dari siswa sangat aktif, aktif, kurang aktif dan tidak aktif. Persentase tingkat aktifitas siswa diperoleh dari data aktifitas siswa individual meliputi siswa sangat aktif dan aktif.
6.
Analisis efektifitas pembelajaran Pembelajaran dikatakan efektif jika hasil pembelajaran pada kelas eksperimen minimal 75% siswa terlibat secara aktif
dalam
proses pembelajaran dan
minimal 75% telah mencapai ketuntasan belajar > 68. 7.
Data tanggapan guru dan siswa dalam pembelajaran sistem peredarah darah manusia dengan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep di MAN 1 Semarang diolah secara deskriptif kualitatif.
30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini meliputi aktifitas siswa, hasil belajar, tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran yang diterapkan.
1. Aktifitas belajar siswa kelas eksperimen Hasil aktifitas belajar siswa pada kelas eksperimen, diperoleh melalui lembar observasi selama 5 kali pertemuan, pada tabel 9 berikut. Tabel 9 Aktifitas belajar siswa pada kelas eksperimen. No Kriteria aktifitas pembelajaran 1
Sangat aktif
2
Persentase aktifitas belajar siswa kelas eksperimen pada pembelajaran ke 1 2 3 4 5 30%
32,5%
12,82%
17,95%
25%
Aktif
62,5%
67,5%
53,75%
79,44%
72,5%
3
Kurang aktif
7,50%
0%
33,33%
2,56%
2,5%
4
Tidak aktif
0%
0%
0%
0%
0%
92,5%
100%
66,57%
97,49%
97,5%
40
40
39
39
40
Persentase siswa aktif dan aktif Jumlah siswa
sangat
Persentase rata-rata siswa aktif dan sangat aktif = 90,81 %
Persentase aktifitas belajar siswa kelas eksperimen dibuat dalam bentuk grafik, pada gambar 3 dibawah ini.
Gambar 3. Persentase aktifitas belajar siswa kelas eksperimen.
30
31
2. Hasil belajar siswa kelas eksperimen Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen, diperoleh melalui postes pada tabel 10 berikut. Tabel 10 Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen NO Komponen 1 Jumlah Siswa 2 Nilai Tertinggi 3 Nilai Terendah 4 Range nilai 5 Rata-Rata 6 Persentasi Ketuntasan * Data selengkapnya pada lampiran 10.
Hasil belajar 40 88 28 60 71, 82 85%
Persentase aktifitas belajar siswa kelas eksperimen dibuat dalam bentuk grafik, pada gambar 4 dibawah ini.
Gambar 4. Persentase ketuntasan belajar kelas eksperimen.
32
3. Tanggapan siswa kelas eksperimen Tanggapan siswa terhadap pembelajaran metode Guided Teaching (GT) dalam mengorganisasikan konsep di kelas eksperimen melalui lembar angket dari 21 siswa sebagai responden, diperoleh data pada tabel 11 berikut. Tabel 11 Hasil angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran di kelas eksperimen. No Pertanyaan responden
Persentase jawaban Ya Tidak Abstein
1
Metode Guided Teaching (GT) dalam mengorganisasikan konsep membantu dalam memahami materi/konsep
2
Metode GT dalam mengorganisasikan konsep membantu menghubungkan antar sub materi peredaran darah atau materi Biologi lainnya
3
Metode GT dalam mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan semangat belajar
4
Metode GT dalam mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan keaktifan belajar
100%
0%
0%
5
Ada manfaat pembelajaran dengan metode GT dalam mengorganisasikan konsep
100%
0%
0%
6
Ada kendala pembelajaran dengan metode GT dalam mengorganisasikan konsep
100%
0%
0%
95,42%
4,58%
0%
85,72% 14,28%
0%
42,86% 57,14%
0%
33
4. Tanggapan guru pada kelas eksperimen Tanggapan
guru terhadap pembelajaran Guided Teaching (GT) dalam
mengorganisasikan
konsep
di kelas eksperimen melalui lembar angket.,
diperoleh data pada tabel 12 berikut. Tabel 12 Hasil angket tanggapan eksperimen.
guru terhadap pembelajaran di kelas
No
Jawaban Pertanyaan responden Ya
Tidak
Abstein
1
Metode Guided Teaching (GT) dalam mengorganisasikan konsep sesuai dengan RPP
V
-
-
2
Metode GT dalam mengorganisasikan konsep membantu dalam pemahaman siswa
V
-
-
3
Metode GT dalam mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan semangat belajar
V
-
-
4
Metode GT dalam mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan keaktifan belajar
V
-
-
5
Ada kendala pembelajaran dengan metode GT dalam mengorganisasikan konsep
-
V
-
6
Metode GT dalam mengorganisasikan konsep dapat diterapkan pada materi yang lain
-
-
V
34
B. Pembahasan Pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan metode Guided Teaching peredaran
darah
dalam
mengorganisasikan konsep. Pembelajaran sistem
dilaksanakan
selama
6
kali
pertemuan,
masing-masing
pembelajaran terdiri dari 4 kali pertemuan untuk teori, 1 kali untuk praktikum dan 1 kali pertemuan untuk tes. Data yang akan dibahas meliputi aktifitas belajar siswa, hasil belajar, tanggapan siswa dan tanggapan guru terhadap kegiatan pembelajaran. Selama proses pembelajaran dilakukan pengamatan aktifitas belajar siswa melalui lembar observasi skala likert dengan kriteria sangat aktif, aktif, kurang aktif dan tidak aktif. Pada kelas eksperimen keaktifan belajar siswa dari pembelajaran pertama sampai dengan pembelajaran kelima menunjukan tingkat keaktifan belajar siswa yang fluktuatif. Pertemuan pertama dan kedua menunjukan tingkat persentasi keaktifan tinggi dalam kategori sangat aktif dan aktif bila dibandingkan dengan pertemuan ketiga. Hal tersebut dikarenakan banyak siswa aktif melakukan studi pustaka, mencatat materi/konsep, berdiskusi, bertanya, dan berpendapat baik kepada guru maupun antar siswa bahkan pertemuan kedua mengalami peningkatan aktifitas belajar siswa. Pertemuan ketiga mengalami penurunan, hal itu dikarenakan guru pada pertemuan tersebut belum optimal dalam memberikan bimbingan dalam memberikan kesempatan diskusi, berpendapat, bertanya maupun membantu dalam mengorganisasikan konsep. Siswa pada pertemuan keempat mengalami peningkatan, karena kegiatan pembelajaran berupa praktikum yang ditunjang dengan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep yang memberikan pertanyaan kepada siswa, sehingga menjadi stimulus untuk terlibat lebih aktif dalam kegiatan praktikum. Pertemuan kelima mengalami kenaikan tingkat aktifitas belajar siswa sangat aktif dikarenakan mereka terlibat aktif melakukan studi pustaka, mencatat materi/konsep, berdiskusi, bertanya, dan berpendapat baik kepada guru maupun antar Adapun
untuk
persentase siswa
siswa.
kategori aktif pada pertemuan keempat dan
pertemuan kelima mengalami penurunan dikarenakan ada perubahan persentase siswa sangat aktif pada pertemuan kelima mengalami peningkatan.
35
Kegiatan praktikum uji golongan darah dengan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep, telah memberikan motivasi siswa untuk belajar yang ditandai dengan peningkatan aktifitas diskusi, bertanya, berpendapat dan mentelaah studi pustaka. Pembelajaran melalui kegiatan praktikum sebagai upaya untuk memadukan pemahaman materi dengan studi kasus golongan darah di tiap individu siswa, sehingga belajar Biologi tidak sebatas bersumber pada buku (the biology in books) melainkan upaya untuk mengenali proses kehidupan nyata di lingkungan, atau belajar Biologi dari aspek empiris (purpose in empirical avidence). Belajar Biologi berarti upaya untuk mengenali diri sendiri sebagai makhluk (purpose in human institution). Belajar Biologi diharapkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas dan kehidupan manusia dan lingkungannya (purpose in human life) (Rustaman et al. 2003). Aktifitas belajar siswa yang kurang aktif terjadi pada pada pembelajaran pertama, disebabkan sebagian siswa belum bisa mengikuti pembelajaran secara maksimal,
dengan
menggunakan
metode
Guided
Teaching
dalam
mengorganisasikan konsep. Pertemuan kedua aktifitas belajar siswa lebih aktif bila dibandingkan dengan pertemua pertama, hal tersebut disebabkan mereka sudah memahami metode yang diterapkan. Berdasarkan hasil tanggapan siswa juga berpendapat bahwa penerapan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan keaktifan siswa maupun semangat dalam proses belajar mengajar. Pertemuan ketiga aktifitas siswa kurang aktif mengalami peningkatan, disebabkan oleh kondisi internal baik dalam hal belum optimalnya kesiapan siswa dalam menerima materi maupun kesemangatan dalam mengikuti pembelajaran dan faktor eksternal lainnya termasuk belum optimalnya guru dalam memberikan pembelajaran, sehingga terjadi penurunan aktifitas siswa dalam hal pengkajian studi pustaka, pencatatan konsep, diskusi, bertanya maupun berpendapat, kemudian pertemuan keempat dan kelima aktifitas siswa kurang aktif mengalami penurunan, hal itu dikarenakan pembelajaran berupa praktikum menjadikan semangat untuk belajar lebih aktif ditunjang dengan pertanyaan yang diberikan guru pada Guided Teaching memberikan sikap proaktif dalam mengkonstruksi jawaban dengan organisasi konsep yang dimiliki siswa melalui kajian buku referensi,
diskusi,
36
bertanya maupun berpendapat, kesemangatan tersebut memberikan pengaruh pada pertemuan terakhir. Siswa yang belum menunjukan keaktifan belajar yang lebih baik, dipengaruhi oleh kesemangatan belajar kurang. Hal tersebut
ditunjukan hasil
tanggapan siswa 14,28% (tabel 11) kesemangatan belajar kurang pada pembelajaran menggunakan metode
Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep.
Kesemangatan dalam mengikuti proses belajar mengajar bersumber dari faktor internal dan eksternal dari diri siswa. Anni et al. (2006) berpendapat faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar, bersumber dari kontribusi internal dan eksternal. 1. kondisi internal Kondisi internal mencakup kesehatan organ tubuh, kondisi psikis; seperti kemampuan intelektual, emosional dan kondisi sosial; seperti kondisi bersosialisasi dengan lingkungan. Kesempurnaan dan
kualitas kondisi internal siswa akan
berpengaruh terhadap kesiapan, proses dan hasil belajar, siswa yang bermotivasi rendah akan
mengalami kesulitan
di dalam persiapan belajar maupun proses
belajar. 2. kondisi ekternal Kondisi eksternal berasal dari lingkungan siswa. Beberapa faktor yang mempepengaruhi tingkat kesulitan yang dipelajari, iklim, suasana lingkungan dan budaya belajar malasyarakat dengan lingkungan, akan berpengaruh terhadap kesiapan, proses dan hasil belajar. Tanggapan siswa secara umum mengemukakan bahwa penggunaan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan dapat meningkatkan kesemangatan dan keaktifan siswa dalam belajar. Kesemangatan dan keaktifan di pengaruhi oleh motivasi siswa dalam belajar. Anni et al. (2006) menyampaikan tentang motivasi, bahwa motivasi mempunyai peranan yang besar dalam membuat siswa melakukan aktifitas belajar dan dapat juga menentukan berapa banyak siswa dapat belajar dari aktifitas yang dilakukan atau informasi yang dihadapi. Motivasi dapat berasal dari faktor ekstrinsik berupa apresiatif lingkungan luar berupa penilaian yang diharapkan dan faktor intrinsik dari karakteristik disiplin ilmu yang dipelajari maupaun dari individu yang didukung oleh minat yang cukup siap. Motivasi yang kuat dapat
37
ditunjukan dengan kesungguhan siswa dalam belajar, Soeparwoto et al (2006) menegaskan siswa yang menunjukan minat belajar, akan mempunyai keinginan mereka tetap walaupun akan menghadapi hambatan maupun kesulitan, sehingga kesiapan belajar yang dimilki akan memberikan pengaruh terhadap kemajuan walaupun sedikit demi sedikit dan bertahap Partisipasi siswa aktif dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan serta menanggapi
respon siswa secara positif,
menggunakan pengalaman terstruktur, menggunakan beberapa instrumen dan metode variatif yang dapat melibatkan siswa lebih aktif (Cothran dan Kulinna 2008). Pembelajaran konsep juga memberikan represantasi internal seseorang (Nasution 2009). Keaktifan siswa dalam belajar, sebagai upaya untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap materi yang diajarkan. Siswa dapat belajar, aktif, inovatif kreatif dan menyenangan menjadi harapan dalam proses belajar mengajar. Menurut Djamarah dan Zain (2002) menuturkan, dalam proses belajar mengajar perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan sangat dituntut. Perhatian siswa akan
mempengaruhi
pencapaiaan
tujuan
pendidikan,
tercapainya
tujuan
pembelajaran manakala siswa menacapai penguasaan materi yang diberikan dalam pertemuan kelas. Pengaruh metode pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menggunakan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep, aktifitas siswa lebih banyak aktif mengerjakan jawaban soal yang diberikan guru melalui referensi studi pustaka, telah
memberikan peluang siswa lebih aktif mandiri, baik dalam
mengindentifikasikan konsep maupun diskusi untuk menyelesaikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh guru serta mendengarkan penjelasan guru maupun siswa, dari proses belajar tersebut telah memberikan penguatan pemahaman yang lebih. Trianto (2007) menuturkan pemahaman materi yang diperoleh hanya dengan sikap perhatian saja tanpa adanya proses pengulangan, proses masuknya informasi lebih bersifat jangka pendek, sehingga usaha yang dilakukan siswa dalam memahami materi agar dapat tersimpan dalam memori jangka pajang, mereka harus ada usaha mandiri melalui proses pengulangan materi secara terus menerus. Berikut ini dokumentasi aktifitas belajar siswa menggunakan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep pada gambar 5 dibawah ini.
38
(a)
(b)
Gambar 5. (a). Aktifitas siswa sedang memberikan pendapat dan mendengarkan penjelasan dari siswa. (b). Hasil pengorganisasian konsep atas penerapan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep. Kriteria siswa yang tidak aktif, pada kelas eksperimen tidak ada, dikarenakan siswa secara umum melakukan aktifitas belajar minimal memperoleh skor 6 dalam aktifitas belajarnya, sehingga interpretasi aktifitasnya terendah kategori kurang aktif. Tanggapam guru juga menunjukan penggunaaan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan
membantu
siswa
dalam
meningkatkan
keaktifan
dan
kesemangatan belajar. pembelajaran dengan metode tersebut rata-rata keaktifan siswa klasikal, menunjukan keaktifan siswa kelas eksperimen 90,81% (tabel 9). Dari keaktifan siswa belajar pada kelas eksperimen, pembelajaran dengan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep termasuk kategori pembelajaran efektif, karena lebih dari 75% telah menjadikan siswa aktif dalam belajar. Mulyasa (2006) berpendapat bahwa
keberhasilan suatu proses belajar
mengajar memberikan acuan bahwa proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila minimal 75% siswa terlibat secara aktif, baik fisik mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran. Pertanyaan yang diberiakan guru dalam metode Guided Teaching dapat menjadi salah satu teknik efektif untuk menjadikan siswa untuk belajar, sesuai dengan tanggapan guru berasal dari lembar angket yang diberikan kepada guru, sebagai respon timbal balik terhadap pembelajaran. Bahwa pelaksanaan metode Guided Teaching
dalam
mengorganisasikan konsep pada
materi sistem peredaran darah dapat membantu pemahaman siswa, meningkatkan
39
semangat belajar siswa tentang konsep, meningkatkan keaktifan belajar siswa. Hal tersebut menunjukan kesesuaian dalam aktifitas belajar siswa. Aktifitas belajar siswa memberikan pengaruh besar terhadap penguasaan pemahaman materi. Penelitian antara aktifitas siswa dan hasil belajar dilakukan oleh Kustanti (2005) dalam penerapan strategi Jigsaw pada konsep sistem saraf di MTs N Parakan Temanggung, menunjukan peningkatan yang berbanding lurus antara keaktifan siswa dan ketuntasan belajar. Penelitian hasil belajar terhadap aktifitas juga dilakukan oleh Markhamah (2007), pada pokok bahasan lingkaran dengan model pembelajaran Quantum Teaching di SMP N 15 Semarang, menunjukan peningkatan yang berbanding lurus antara keaktifan siswa dan ketuntasan belajar. Sehingga data tersebut menunjukan adanya hubungan korelasi antara aktifitas belajar dengan ketuntasan belajar. Hasil belajar
menjadi alat
untuk mengetahui pencapaian siswa dalam
menguasai materi yang menjadi tujuan pembelajaran sekaligus menjadi indikator efektif atau tidaknya suatu strategi, metode maupun pendekatan pembelajaran. Pada penelitian ini untuk mengetahui tingkat keefektifan metode Guided Teaching dalam
mengorganisasikan
konsep, maka dilakukan postes
sebagai alat ukur
efektifitas pembelajaran. Anni et al. (2006) berpendapat hasil belajar siswa sebagai indikator merupakan perubahan perilaku yang diperoleh setelah mengalami aktifitas belajar. Keberhasilan pembelajaran yang diterapkan di MAN 1 Semarang diukur melalui ketuntasan penguasaan materi, yang ditandai melalui tes dengan perolehan nilai > 68, diharapkan dalam suatu kelas minimal 75% siswanya tuntas dalam penguasaan materi. Berdasarkan hasil postes pada kelas eksperimen menunjukan tingkat persentase ketuntasan kelas eksperimen
mencapai 85% (tabel 10).
Ketuntasan belajar siswa di kelas eksperimen menunjukan peningkatan yang lebih baik jika dibandingkan dengan hasil nilai ujian mid sebelumnya baik di kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen maupun di kelas XI IPA 3, sehingga hipotesis penelitian menunjukan bahwa Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep diterapkan efektif pada pembelajaran sistem peredaran darah di MAN 1 Semarang dan mengacu pada pendapat Mulyasa (2006) pembelajaran dikatakan berhasil
40
apabila terjadi perubahan perilaku yang positif, pada diri siswa minimal 75% yang ditandai dengan ketuntasan hasil belajar siswa. Pembelajaran dengan menggunakan organisasi konsep diteliti oleh Erman (2006) di SMUN 5 and SMUN 8 Kediri pada materi kimia dengan menggunakan strategi latihan mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep abstrak siswa. Herunata et al. (2006) melakukan penelitian tentang pemahaman konsep elektrokimia di SMA I Al Ma’arif Singosari dengan Learning Cycle 5 fase berbantuan bahan ajar terpadu berbasis pendekatan makroskopis-mikroskopis, menunjukan hasil belajar yang lebih baik. Azis dan Jair (2009) juga melakukan penelitian tentang penggunaan peta konsep di sekolah Selangor Malaysia, pada mata pelajaran Sejarah, hasilnya menunjukan dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar. Berdasarkan tiga sumber penelitian tentang konsep menunjukan, bahwa pemahaman konsep materi dapat mempengaruhi hasil belajar dan aktifitas siswa, hal tersebut tentunya didukung oleh strategi, model, metode serta
pendekatan
pembelajaran yang tepat. Metode
Guided
Teaching
dalam
mengorganisisikan
konsep,
telah
mendorong keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan, memberikan pengaruh terhadap otak untuk terlatih dalam memecahkan suatu permasalahan, sehingga keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran akan memberikan daya ingat yang lebih, bila dibandingkan siswa hanya membaca teks atau mengingat sementara (Hartono 2007). Melalui metode tersebut, siswa merefleksikan pengalaman pembelajaran menjadi pengetahuan yang baru. Trianto (2007) menyampaikan sebagai upaya dalam memasukan pemahaman materi kedalam memori jangka panjang, maka dapat dilakukan dengan cara latihan pengulangan organisasi informasi. Tingkat pemrosesan informasi, semakin banyak proses mental yang harus dilakukan terhadap stimulus, maka semakin banyak mengingat stimulus. Ausubel (Dahar 1988, dalam Trianto 2007), berpendapat dalam membantu siswa menanamkan pengetahuan baru dalam suatu materi, sangat diperlukan konsepkonsep awal yang dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari, itulah suatu proses belajar bermakna. Jeromer Burner (Dahar 1988, dalam Trianto 2007) dalam teori belajar penemuan (discovery learning) menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui partisipasi aktif dengan konsep-konsep dan
41
prinsisp-prinsip agar mereka memperoleh pengalaman dan dapat pula melakukan eksperimen-eksperimen yang dapat memberikan prinsip-prinsip secara mandiri. John et al (2004) menyampaikan dalam mengkonstruksi konsep dapat dilakukan dengan membaca secara komprehensip, melalui strategi: 1) mengaktifkan pengetahuan awal, 2) membuat pertanyaan, 3) mencari informasi, 4) meringkas, 5) mengorganisasikan grafik/ tulisan dan 6) identifikasi struktur cerita. Hasil tanggapan siswa
terhadap pembelajaran Guided Teaching dalam
mengorganisisikan konsep, berpendapat metode tersebut membantu
dalam hal;
pemahaman materi, menghubungkan antar materi, meningkatkan motivasi serta meningkatkan aktifitasnya. Melalui kegiatan belajar konsep ada beberapa manfaatyang diperoleh siswa sebagai berikut: 1.
mengurangi beban berat memori karena kemampuan manusia dalam mengategorisasikan beberapa stimulus terbatas.
2.
merupakan unsur-unsur pembangun berpikir
3.
merupakan dasar proses mental yang lebih tinggi
4.
diperlukan untuk memecah masalah (Suprijono 2007). Bull dan Ma (2001) berpendapat penggunaan strategi pembelajaran yang
tepat dapat menjadikan
konsep yang rumit menjadi
lebih mudah, dapat
menghubungkan petunjuk konsep secara jelas dan pengajaran guru yang menjemukan menjadi pengajaran menyenangan. Aziz dan Jair (2009) mengatakan bahwa guru dapat berinisiatif untuk menggunakan teknik pengajaran peta konsep pada semua mata pelajaran sebagai satu cara untuk
meningkatkan minat dan
pencapaian hasil belajar siswa, senada dengan hal tersebut, guru menyampaikan bahwa
pembelajaran
menggunakan
metode
Guided
Teaching
dalam
mengorganisasikan konsep dapat diterapkan dalam pembelajaran pada materi yang lain. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru pada penerapan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep, dapat menjadi salah satu teknik efektif untuk menjadikan siswa dapat belajar. Pertanyaan interaktif menjadi dasar semua strategi pembelajaran dan dapat menjadi pertimbangan dalam proses pembelajaran. Fungsi pertanyaan yang diberikan guru kepada siswa, menurut Kauchak dan Eggen (1998) diantaranya sebagai berikut.
42
a) Menilai pemahaman yang dimiliki (assessing current understanding) Pertanyaan interaktif menjadi strategi alat evaluasi pemahaman informal yang dimiliki dalam topik yang dipelajari, pertanyaan guru juga dapat menjadi sumber informasi apakah siswa mengetahui atau tidak mengetahui, bagaimana mereka berfikir dalam suatu topik dan apakah mereka memiliki salah konsep. Pembelajaran yang efektif dapat disimpulkan melalui pemahaman siswa yang mengacu kepada respon atas pertanyaan yang dibuat guru. Berikut ini studi kasus pada proses belajar mengajar dalam menggunakan metode Guided Teaching dalam pengorganisasian
konsep yang dilakukan
siswa pada kelas eksperimen pada
gambar 6 dibawah ini.
Gambar 6. Hasil pengorganisasian konsep dari siswa dalam kegiatan proses belajar di kelas eksperimen Berdasarkan gambar diatas menunjukan pengorganisasian konsep yang dilakukan oleh siswa dalam materi komponen darah. Pembagian komponen darah dengan model jaringan (network tree) dari konsep general ke konsep spesifik (Nur 2000, dalam Trianto 2007), namun ada beberapa konsep yang menjadi kesulitan siswa dalam memahaminya. Terlihat pada gambar,
konsep berupa bentuk dan
fungsi antara sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih (leukosit) terjadi kekeliruan. Pada gambar tampak bentuk antara sel eritrosit dan sel leukosit tampak sama berupa bikonkaf dan bentuknyapun belum jelas karakteristiknya. Penjelasan konsep sel eritrosit berentuk bikonkaf tanpa inti pada mamalia harus jelas dan begitu juga dengan konsep pada jenis sel leukosit yang berinti dengan bentuk granula (granulosit) berupa basofil, eosinofil maupun neutrofil serta sel leukosit yang tidak
43
bergranula (agranulosit) berupa monosit dan limfosit. Siswa mengalami kesulitatan untuk memahami konsep materi tersebut dan siswa kesulitan menghubungkan antar satu kesatuan konsep dalam komponen darah pada sistem peredaran darah. Siswa yang mengalami kendala pembelajaran dengan menggunakan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep pada materi sistem peredaran darah, tanggapannya cukup tinggi berkisar 42,86% (tebel 11). Kesulitan mereka umumnya dalam mengidentifikasikan konsep ataupun memahami suatu konsep pada materi, dari tanggapan siswa menunjukan beberapa siswa mengalami kesulitan dalam menghubungkan konsep yang satu dengan yang lain, hal tersebut memberikan peran bagi guru sangat besar dan harus lebih proaktif dalam membimbing konsep dan memberikan contoh konsep yang benar kepada siswa. Penggunaan metode pada kelas eksperimen secara umum
95,42% (tabel 11) siswa berpendapat dapat
membantu menghubungkan antar sub materi peredaran darah atau materi Biologi lainnya. Erman
(2006) menuturkan
kesulitan yang dialami siswa dalam
pengorganisasian konsep seringkali siswa belum bisa mengindentifikasi konsep dalam suatu kalimat sampai paragrap. Kekurangan tersebut dapat diatasi dengan kemampuan guru dalam mengarahkan siswa dalam pembelajaran atau melalui diskusi kelompok, bahkan guru juga dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan singkat untuk memberikan arah kepada siswa tentang suatu konsep yang belum teridentifikasi oleh siswa, dengan cara demikian siswa menjadi lebih mudah dalam memahami suatu konsep. Peran
guru
dalam
menerapkan
metode
Guided
Teaching
dalam
mengorganisasikan konsep memiliki peran yang besar sebagai evaluator terhadap konsep yang dimiliki siswa. Dari evaluasi tersebut guru dapat memberikan bimbingan dan penguatan akan konsep-konsep yang benar, dengan cara demikian siswa bisa lebih memberikan pesan lebih kuat dalam memorinya, karena pemahaman yang mereka miliki berdasarkan, pada konsep yang mereka pahami secara mandiri. Hal tersebut dapat memberikan manfaat sikap mandiri, kritis dan menstimulus untuk terbukanya diskusi ilmiah, dari tanggapan siswa menguatkan bahwa penggunaan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep
44
pada sistem peredaran darah, dapat membantu menghubungkan antar sub materi sistem peredaran darah atau dengan materi Biologi lainnya. Magliaro et al. (2005) berpendapat guru dalam menjabarkan konsep materi, perlu dikaitkan dengan pemahaman
awal siswa, melalui keaktifan dalam
memberikan contoh konsep dan melakukan penilaian terhadap kemajuan pemahaman konsep. Sehingga siswa dapat terhindar dari konsep yang keliru Menurut Mulyati (2005) belajar konsep hendaknya dapat memperbaiki konsep yang salah (ill defined concept). Teori pembelajaran berbasis kognitif menekankan agar siswa dapat menyimpan pengetahuan melalui memori jangka panjang. Jika siswa dapat menggunakan memori jangka panjang, maka siswa dapat menghubungakan pengetahuan secara terstruktur dan pengetahuan tersebut dapat digunakan ketika suatu saat diperlukan (Jamudin 2002, dalam Aziz dan Jair 2009). Pembelajaran
menggunakan
metode
Guided
Teaching
dalam
mengorganisasikan konsep pada sistem peredaran darah sudah tepat diterapkan pada siswa jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) atau setara dengan Madrasah Aliyah (MA). Soeparwoto et al. (2006) menyampaikan bahwa usia 11 tahun ke atas merupakan tahapan formal operasional yakni pada tahap ini tiap individu dapat mengembangkan pikiran formalnya, mereka dapat menggunakan logika, rasio dan kemampuan abstraksinya, dengan melibatkan dalam suatu kegiatan akan memberikan pengaruh lebih positif dari pada sekedar menonton. Kegiatan praktik lebih baik dari pada kegiatan teori, namun demikian keduanya semestinya saling beriringan antara penguasaan praktik dan teori. b). Meningkatkan motivasi pembelajar (increasing learner motivation) Pertanyaan efektif dapat melatih siswa untuk berfikir penuh tantangan dan menyikapi masalah dengan penuh percaya diri. Pertanyaan yang telah didesain tujuannya akan memberikan kondisi efek meningkatkan motivasi siswa. Disamping itu, pertanyaan yang diberikan oleh guru, menjadikan siswa dapat mengukur tingkat penguasaan materi secara mandiri, sehingga mereka dapat mendiagnosa kesulitan materi, sekaligus dapat mengatur strategi fokus materi yang harus dipelajari secara mendalam, begitu juga dengan pembelajaran menggunakan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan motivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.
45
c). Membimbing pembelajaran baru (guided new learning) Pertanyaan guru sebagai aturan instruksional dapat membantu siswa untuk menghubungkan ide baru dan mengintegrasikan pembelajaran baru dengan pemahaman yang dimiliki. Pertanyaan pada metode Guided Teaching dalam mengorgaisasikan konsep memberikan pengaruh terhadap penguasaan materi lebih bersifat berkesan, karena dibangun atas pengetahuan lama yang dimiliki siswa dan diperbaharuhi dengan pengetahuan baru. Strategi pertanyaan guru untuk menjadi efektif, harus dapat membuat siswa berfikir, sehingga harus dibuat perencanaan yang terbaik dan dalam pelaksanannya menjadi kurang bernilai jika tidak membuat siswa berfikir. Guru dan siswa
berpendapat ada manfaat
penggunaan metode Guided
Teaching dengan mengorganisasikan konsep pada materi sistem peredaran darah diantaranya dalam peningkatan pemahaman materi, aktifitas belajar dan motivasi belajar.
Erman (2006) berpendapat melibatkan siswa dalam pengorganisasian
konsep dapat mengurangi kepasifan siswa dan memacu minat serta partisipasi mereka dalam proses belajar mengajar secara bermakna. Pengorganisasian konsep juga dapat melatih siswa untuk belajar efektif dan efisien. Melalui pengorganisasian konsep, siswa menjadi lebih proaktif dalam mengorganisasikan pengetahuan dan siswa berusaha mengkonstruk pengetahuannya. Manfaat pengorganisasian konsep, bagi guru dapat menjadi alat diagnosis letak kesulitan siswa dalam memahami konsep pada suatu hirarki konsep. Melalui pengorganisasian konsep, guru dapat mengetahui konsep-konsep yang tidak atau belum dipahami siswa dengan benar, selain itu guru juga dapat mengetahui letak terputusnya rantai pemahaman siswa dalam suatu hirarki konsep yang saling berkaitan. Dengan demikian, guru dapat merumuskan tindakan yang efektif untuk membantu siswa dalam belajar bermakna
(Erman dan Wismana dalam Erman
(2006). Anni et al. (2006) mengingatkan bahwa guru dalam memberikan tugas hendaknya memperhatikan jangkauan kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas, jangan sampai menimbulkan titik balik yang menimbulkan efek negatif dalam
46
pembelajaran,
semestinya
tugas-tugas
yang
diberikan,
mendukung
antara
penguasaan materi dan tingkat perkembangannya. Erman (2006) berpendapat dalam pembelajaran mengorganisasikan konsep, siswa harus terlebih dahulu mengetahui karakteristik setiap konsep dan hubungan saling keterkaitan antara satu konsep dengan konsep lainnya, dengan kata lain siswa harus menguasai materi tersebut dengan baik terlebih dahulu atau mengetahui langkah-langkah dalam mengorganisasikan konsep. Kesulitan-kesulitan yang ada dalam pembelajaran, guru dituntut proaktif dalam memberikan bimbingan, namun demikian penerapan metode tersebut sebetulnya lebih mudah dalam pelaksanaannya karena guru memberikan materi sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki siswa, sehingga ini lebih efisien dan efektif, senada dengan itu, guru juga berpendapat tentang metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep bahwa penerapannya lebih mudah, karena guru memberikan materi sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki siswa, sehingga ini lebih efisien dan efektif. Penggunaan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep, jika dibandingkan peta konsep,
sebetulnya kedua metode tersebut mempunyai
kesamaan dalam pembentukan identifikasi konsep, namun ada beberapa perbedaan. Pembelajaran metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep, identifikasi konsep dilakukan oleh siswa, berdasarkan pertanyaan yang diberikan guru
untuk
menggunakan
mengetahui
kemampuan
yang
dimiliki
siswa.
Pembelajaran
peta konsep mempunyai dua tipe. Tipe pertama, peta konsep
dibentuk melalui identifikasi konsep yang dilakukan siswa berdasarkan topik yang diberikan guru. Tipe kedua,
pembelajaran peta konsep hanya sebagai media
pembelajaran untuk melengkapi metode ceramah serta siswa hanya dikondisikan untuk aktif mendengarkan (Aziz dan Jair 2009, Erman dan Sukirman 2002 dalam Erman 2006), sehingga dapat dikatakan bahwa metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep merupakan pengembangan dari metode peta konsep. Hasil tanggapan guru maupun siswa terhadap penggunaan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep pada pembelajaran sistem peredaran darah, berpendapat metode tersebut dapat diterapkan pada materi Biologi yang lain ataupun materi pelajaran selain Biologi. Silberman (2009) metode Guided Teaching sangat tepat diterapkan pada materi khususnya yang bersifat abstrak. Hal itu perlu
47
diupayakan, mengingat metode tersebut inovatif serta efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa yang ditunjukan dengan hasil belajar dan aktifitas siswa, oleh karenanya dalam rangka peningkatan kualitas proses belajar mengajar metode tersebut sangat tepat dikombinasikan dengan metode, strategi ataupun model pembelajaran lainnya.
48
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan metode bahwa melalui penerapan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep, efektif dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa dan ketuntasan hasil belajar pada materi sistem peredaran darah di MAN 1 Semarang.
B. Saran Penerapan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep, pada penelitian yang lain, perlu persiapan lebih optimal dalam penerapan metode tersebut antara kesesuaian alokasi waktu pembelajaran dan ketepatan soal yang diberikan kepeda siswa sesuai dengan referensi yang dimilikinya. Penerapan metode tersebut disarankan tidak dalam pembelajaran pada frekuensi yang lama, hal itu untuk menghindari kejenuhan siswa, sehingga metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep, dapat menjadi inovasi dan kolaborasi pembelajaran yang efektif.
48
49
DAFTAR PUSTAKA
Anni, C.T. Rifa’i RC, A. Purwanto, E. Purnomo, D. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UNNES Press. Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: PT Bumi Aksara. ________________. 2008. Penilitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Aziz, Z & Jair N. 2009. Penggunaan peta konsep untuk meningkatkan pencapaian mata pelajaran sejarah bagi pelajar tingkatan dua (the use of concept maps in improving achievement in the subject of history for form two students). Jurnal Pendidikan Malaysia. 34 (1): 3–15. On line at. http://www.pdfchaser.com. [diakses 21 Januari 2011]. (BNSP) Badan Nasional Standar Pendidikan. 2007. Silabus untuk SMA/ MA. Jakarta: Badan Nasional Standar Pendidikan. Bu ll, S & Ma, Y. 2001. Raising learner awareness of language learning strategies in situations of limited resources. Interactive Learning Environments 9 (2): 171-200. On line at. http://www.ingentanconnect.com. [diakses 27 Mei 2009]. Cothran, D.J. & Kulinna P.H. 2008. Teachers' knowledge about and use ofteaching models. Education Periodicals 65 (3): 122. On line at. http://www.findarticles.com. [diakses 27 Mei 2009]. Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Djamarah, S.B & Zain, A. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Erman. 2006. Latihan mengorganisasi konsep untuk meningkatkan kemampuan siswa berpikir konkrit memahami konsep abstrak. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. 13, ( 1):45-53 Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. ______________2007. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hartono, J. 2007. Filosofi, Pendekatan dan Penerapan Pembelajaran Metode Kasus untuk Dosen dan Mahasiswa. Yogyakarta: Andi.
49
50
Herunata, O. Laurent. Sulistina,O. 2006. Upaya pemahaman konsep elektrokimia di SMA I Al Ma’arif Singosari dengan learning cycle 5 (LC-5E) fase berbantuan bahan ajar terpadu berbasis pendekatan makroskopismikroskopis. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran 13, (1): 86-96. John T. Guthrie, Allan W, Pedro B, Kathleen C. Perencevich, Ana T, Marcia H. Davis, Nicole T. Scafiddi, Stephen T. 2004. Increasing Reading Comprehension and Engagement Through Concept-Oriented Reading Instruction. Journal of Educational Psychology, 96 (3): 403–423. On line at. http://www.cori.umd.edu. [diakses Januari 2011]. Kauchak, D.P & Eggen, P. 1998. Learning Teaching Reseach-Based Methode. United States of America (USA): A Viacom Company. Kustanti, E.H. 2005. Penerapan Strategi Jigsaw untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Kelas II MTs N Parakan Temanggung pada Konsep Sistem Saraf. Skripsi. Semarang: Unnes Nasution S. 2009. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Nurohman, S. 2008. Peningkatan thinking skills melalui pembelajaran IPA berbasis konstruktivisme di sekolah alam. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan 11 (1): 121-136. Magliaro, S.G. Lockee, B.B. Burton, J.K. 2005. direct instruction revisited: a key model for instructional technology. Education Periodicals. 53 (4): 41. On line at. http://www.pdfchaser.com. [diakses 27 Mei 2009]. Markhamah. S. 2007. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Quantum Teaching pada Pokok Bahasan Lingkaran Siswa Kelas VIII A Semester II SMP N 15 Semarang. Skripsi. Semarang: Unnes. Mulyasa, E. 2006. Kurukulum yang Disempurnakan pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyati. 2005. Psikologi Belajar. Yogyakata: Andi. Rustaman, N.Y. Dirdjosoemarto, S.Yudianto. S. A. Achmad, Y. Subekti, R. Rochintaniawati, D. Nurjhani, K. M. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Jurs. Pendidikan Biologi FMIPA UPI. Rosyada, D. 2007. Paradigma Pendidikan Demokrasi sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Silberman, M. 2009. Acive Learning 101 Strategi Pembelajarn Aktif. Bandung: Pustaka Insan Mandiri.
51
Soeparwoto. Hendriyani, R. Litfiah. 2006. Psikologi Perkembangan. Semarang: Unnes press. Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suprijono, A. 2007. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Zaini, H. 2002. Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga.
52
LAMPIRAN-LAMPIRAN
53 Lampiran 1. Silabus
SILABUS KEGIATAN PEMBELAJARAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas /Semester Standar kompetensi Alokasi waktu Kompetensi Dasar
3.1 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah
: Madrasah Aliyah Negeri I Semarang : Biologi : XI (sebelas) IPA / I : 3. menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu , kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas : 12 x 45 menit Kegiatan Pembelajaran
Indikator Pembelajaran
Materi Pembelajaran
a. Menjelaskan hubungan antara berbagai komponen darah dan fungsinya. b. Membuat skema proses pembekuan darah. c. Menjelaskan hubungan struktur jantung dan fungsinya. d. Menjelaskan
• Studi membaca • Komponen untuk penyusun sistem mengidentifikasi peredaran darah konsep sistem manusia: peredaran darah. 1. Darah 2. Jantung • Guided Teaching 3. Pembuluh darah Mengorganisasikan konsep • Jantung, pembuluh darah dan • Menguji golongan peredaran darah. darah • Penggolongan darah
Penilaian
1. Postes 2. aktifitas siswa Instrum en penilaia n: 1. Soal postes
Alokas i Waktu
Sumber Belajar
12x45 1. Biologi untuk SMA menit kelas XI. 2. Biologi untuk SMA kelas XI Semester 1 3. Darah
54
e.
f. g. h.
i.
j.
k.
hubungan struktur pembuluh darah dan fungsinya. Menjelaskan proses peredaran darah manusia. Menentukan golongan darah Menjelaskan sistem limfe Mendiskripsikan hubungan sistem peredaran darah dan sistem limfe Mendiskripsikan gangguan/penyakit yang terjadi pada sistem peredaran darah manusia serta implikasinya terhadp Sains, teknologi, lingkungan dan masyarakat. Mendiskripsikan sistem peredaran darah pada hewan invertebrata. Mendiskripsikan
• Sistem limfe. • Gangguan/ penyakit yang terjadi pada sistem peredaran darah manusia. • Teknologi pada sistem peredaran darah. • Sistem peredaran darah hewan invertebrata dan vertebrata.
2. Lembar observasi siswa 3. Lembar tanggapan Siswa dan guru
55
sistem peredaran darah pada hewan vertebrata.
Semarang, September 2010 Mengetahui, Kepala MAN I Semarang
Guru Biologi,
Peneliti,
Drs. Syaefudin, M. Pd NIP 19651015 199203 1 003
Drs. Budi Santoso NIP 195906231985008
Didi Nur Jamaludin NIM 4401406591
Lampiran 2. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kelas eksperimen
56
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Standar Kompetensi
: MAN 1 Semarang : Biologi : XI IPA/ I : 3.Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/ penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya saling temas. Kompetensi Dasar : 3.2 menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan/ penyakit yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah. Indikator : 1. Menjelaskan hubungan antara berbagai komponen darah dan fungsinya. 2. Membuat skema proses pembekuan darah. Alokasi Waktu : 2X 45 menit (pertemuan ke 1) A. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menjelaskan hubungan antara berbagai komponen darah dan fungsinya 2. Siswa dapat menjelaskan skema proses pembekuan darah. B. Materi Pembelajaran Komponen sistem peredaran darah C. Metode Pembelajaran Metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep. D. Langkah-langkah Pembelajaran a. Kegiatan Pendahuluan (15menit) 1. Guru membuka pelajaran 2. Guru memberikan motivasi dan apersepsi tentang darah. 3. Guru memberikan penjelasan penerapan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep. b. Kegiatan Inti (65 menit) 1. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa. a. Jelaskan dengan skema pembagian darah (beri keterangan gambar struktur dan fungsinya masing-masing? b. Jelaskan dengan skema/ bagan mekanisme penggumpalan darah? c. Jelaskan penggolongan darah dengan kolom? 2. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan. 3. Siswa menyampaikan hasil jawaban pertanyaan dengan konsep utama membentuk peta konsep (mengorganisasikan konsep). 4. Guru menyampaikan konsep utama materi dalam mengorganisasikan konsep. 5. Siswa diberi kesempatan untuk membandingkan hasil jawaban siswa / dengan konsep utama yang guru sampaikan. 6. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa. c. Kegiatan Penutup (10 menit) 1. Guru membimbing siswa memberikan kesimpulan materi. 2. Guru menutup pelajaran.
57 E. Sumber Belajar 1. Biologi untuk SMA kelas XI. Hal 80-101. 2. Biologi untuk SMA kelas XI Semester 1. Hal 127-157 F. Penilaian Penilaian dilakukan pada pertemuan ke enam dengan jenis tagihan postes dan bentuk instrumen pilihan ganda.
Guru Biologi
Drs. Budi Santoso NIP 195906231985008
Semarang, September 2010 Peneliti,
Didi Nur Jamaludin NIM 4401406591 Mengetahui, Kepala MAN I Semarang
Drs. Syaefudin, M.Pd. NIP 19651015 199203 1 003
58 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Standar Kompetensi
: : : :
MAN 1 Semarang Biologi XI IPA/ I 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/ penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya saling temas. Kompetensi Dasar : 3.2 menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan/ penyakit yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah. Indikator : 1.Menjelaska hubungan bagian-bagian jantung dan fungsinya. 2. Menjelaskan hubungan struktur pembuluh darah dan fungsinya. 3. Menggambarkan proses peredaran darah manusia. Alokasi Waktu : 2X 45 menit (pertemuan ke 2) A. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menjelaskan hubungan bagian-bagian jantung dan fungsinya. 2. Siswa dapat menjelaskan hubungan struktur pembuluh darah dan fungsinya. 3. Siswa dapat menjelaskan proses peredaran darah manusia. B. Materi Pembelajaran Jantung, pembuluh darah dan peredaran darah. C. Metode Pembelajaran Metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep. D. Langkah-langkah Pembelajaran a. Kegiatan Pendahuluan (15menit) 1. Guru membuka pelajaran 2. Guru memberikan motivasi dan apersepsi peran jantung. 3. Siswa duduk berkelompok 2 orang. b. Kegiatan Inti (65 menit) 1. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa. a. Gambarkan struktur jantung beserta fungsinya? b. Jelaskan jenis pembagian pembuluh darah dalam bentuk skema? c. Jelaskan dengan skema proses peredaran darah? 2. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan. 3. Siswa menyampaikan hasil jawaban pertanyaan dengan konsep utama membentuk peta konsep (mengorganisasikan konsep). 4. Guru menyampaikan konsep utama materi dalam mengorganisasikan konsep. 5. Siswa diberi kesempatan untuk membandingkan hasil jawaban siswa dengan konsep utama yang guru sampaikan. 6. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa. c. Kegiatan Penutup (10 menit) 1. Guru membimbing siswa memberikan kesimpulan materi 2. Guru menutup pelajaran 3.
59 E. Sumber Belajar 1. Biologi untuk SMA kelas XI. Hal 80-101. 2. Biologi untuk SMA kelas XI Semester 1. Hal 127-157 F. Penilaian Penilaian dilakukan pada pertemuan ke enam dengan jenis tagihan postes dan bentuk instrumen pilihan ganda.
Guru Biologi
Semarang, 10 September 2010 Peneliti,
Drs. Budi Santoso NIP 195906231985008
Didi Nur Jamaludin NIM 4401406591 NIM 4401406591 Mengetahui, Kepala MAN I Semarang
Drs. Syaefudin, M.Pd. NIP 19651015 199203 1 003
60 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Standar Kompetensi
: : : :
MAN 1 Semarang Biologi XI IPA/ I 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/ penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya saling temas. Kompetensi Dasar : 3.2 menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan/ penyakit yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah Indikator : 1. Siswa dapat menjelaskan sistem limfe 2. Mendiskripsikan hubungan sistem peredaran darah dan sistem limfe 3. Menjelaskan gangguan/penyakit yang terjadi pada sistem peredaran darah manusia serta implikasinya terhadap sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat. Alokasi Waktu : 2X 45 menit (pertemuan ke 3) A. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menjelaskan sistem limfe 2. Siswa dapat mendiskripsikan hubungan sistem peredaran darah dan sistem limfe 3. Siswa dapat menjelaskan gangguan/penyakit yang terjadi pada sistem peredaran darah manusia serta implikasinya terhadap sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat. B. Materi Pembelajaran a. Sistem limfe. b. Gangguan/ penyakit yang terjadi pada sistem peredaran darah c. Penerapan teknologi pada sistem peredaran darah. C. Metode Pembelajaran Metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep. D. Langkah-langkah Pembelajaran a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit) 1. Guru membuka pelajaran 2. Guru memberikan motivasi dan apersepsi tentang kelainanan sistem peredaran darah. 3. Siswa duduk berkelompok 2 orang b. Kegiatan Inti (70 menit) 1. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa. a. Deskripsikan hubungan peran sistem limfe dan sistem peredaran darah? b. Jelaskan dengan skematis sistem peredaran sistem limfe? c. Jelaskan organ penghasil kelenjar limfe? d. Jelaskan contoh gangguan/penyakit sistem peredaran darah hubungan keterkaitan sains lingkungan, teknologi dan masyarakat pada sistem peredaran darah?
61 Sains; sistem peredaran darah
Contoh: Teknologi; a. tensimeter darah (Sphygmomanometer) b. operasi jantung dan pembuluh darah (operasi bypass) c. Kemoterapi
Salingtemas
Lingkungan: 1. pola makan yang tidak baik 2. Parasit
Masyarakat; 1. penderita hipertensi 2. penderita stroke 3. Leukimia 4. Malaria 2. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan. 3. Siswa menyampaikan hasil jawaban pertanyaan dengan konsep utama membentuk peta konsep (mengorganisasikan konsep). 4. Guru menyampaikan konsep utama materi dalam mengorganisasikan konsep. 5. Siswa diberi kesempatan untuk membandingkan hasil jawaban siswa dengan konsep utama yang guru sampaikan. 6. Guru memberikan kesempatan bertanya dan berpendapat kepada siswa. c. Kegiatan Penutup (10 menit) 1. Guru membimbing siswa memberikan kesimpulan materi dan memberikan motivasi 2. Guru menutup pelajaran E. Sumber Belajar 1. Biologi untuk SMA kelas XI. Hal 80-101. 2. Biologi untuk SMA kelas XI Semester 1. Hal 127-157 F. Penilaian Penilaian dilakukan pada pertemuan ke enam dengan jenis tagihan postes dan bentuk instrumen pilihan ganda. Semarang, September 2010 Guru Biologi Peneliti,
Drs. Budi Santoso NIP 195906231985008
Didi Nur Jamaludin NIM 4401406591 Mengetahui, Kepala MAN I Semarang
Drs. Syaefudin, M.Pd. NIP 19651015 199203 1 003
62
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN Sekolah : Mata Pelajaran : Kelas/ Semester : Standar Kompetensi :
MAN 1 Semarang Biologi XI IPA/ I 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/ penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya saling temas. Kompetensi Dasar : 3.2 menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan/ penyakit yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah Indikator : Menentukan golongan darah Alokasi Waktu : 2X 45 menit (pertemuan ke 4) A. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat mengetahui cara menentukan golongan darah B. Materi Pembelajaran Praktikum penentuan golongan darah C. Metode Pembelajaran 1. Metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep. 2. Praktikum D. Langkah-langkah Pembelajaran b. Kegiatan Pendahuluan (10 menit) 1. Guru membuka pelajaran. 2. Guru memberikan motivasi dan mengingatkan materi sebelumnya. 3. Siswa duduk berkelompok (4-5 orang) c. Kegiatan Inti (35 menit) 1. Guru menjelaskan petunjuk praktikum uji golongan darah. 2. Guru meminta tiap kelompok melakukan uji golongan darah. 3. Siswa melakukan praktikum uji golongan darah. 4. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa. 5. Tiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil praktikumnya. 6. Guru menyampaikan konsep utama materi dalam mengorganisasikan konsep. 7. Guru membuka kesempatan bertanya kepada siswa. d. Kegiatan Penutup (10 menit) 1. Guru memberikan motivasi. 2. Guru menutup pelajaran. E. Sumber Belajar 1 Biologi untuk SMA kelas XI. Hal 186-196 2 Biologi untuk SMA kelas XI Semester 2. Hal 117-126. 3 Darah. F. Penilaian Penilaian dilakukan pada pertemuan ke enam dengan jenis tagihan postes dan bentuk instrumen pilihan ganda
63
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PRAKTIKUM UJI GOLONGAN DARAH MAN 1 SEMARANG Nama Kelompok : Anggota Kelompok : 1…………. dst 1. Tujuan Praktikum 1. Siswa mengetahui cara penentuan golongan darah 2. Siswa mengetahui golongan darah probandus. 2. Alat dan Bahan Alat: 1. blood shet 2. plat tetes/ gelas benda 3. tisue 4. kertas label
Bahan: 1. alkohol 70% 2. darah 3. Serum anti A, serum anti B
3. Cara Kerja 1. ambil darah probandus bagaian jari manis atau tengah bagian kiri pada tangan kiri dalam keadaan steril dengan menggunakan blood shet 2. teteskan darah yang telah diambil pada plat tetes ± 1 tetes, sebanyak tiga tempat. 3. teteskan serum anti A (kode A), serum anti B (kode B) dan serum anti AB (kode C) ± 1 tetes pada plat tetes yang ada darahnya. 4. amati ada dan tidak adanya aglutinasi/ penggumpalan 4. Data Pengamatan Nama Probandus:…………………….. Keterangan Jenis S Serum A B Darah (1 tetes serum Anti A) (1 tetes serum Anti B) Probandus
C (1 tetes serum anti AB)
Darah Keterangan: + = ada aglutinasi (menggumpal) - = tidak ada aglutinasi 5. Pertanyaan Jelaskan mengapa terjadi aglutinasi/tidak aglutinasi pada darah probandus? ................................................................................................................................ .......................................................................................................................... 6. Kesimpulan .............................................................................................................................
64
Keterangan: 1. Plus (+) anti A menggumpal dan plus anti B tidak menggumpal, maka golongan darah A 2. Plus anti A tidak menggumpal dan plus anti B menggumpal, maka golongan darah B 3. Plus anti A menggumpal dan plus anti B menggumpal, maka golongan darah AB 4. Plus anti A tidak menggumpal dan plus anti B tidak menggumpal, maka golongan darah O
Guru Biologi
Semarang, September 2010 Peneliti,
Drs. Budi Santoso NIP 195906231985008
Didi Nur Jamaludin NIM 4401406591 Mengetahui, Kepala MAN I Semarang
Drs. Syaefudin, M.Pd. NIP 19651015 199203 1 003
65 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Standar Kompetensi
: MAN 1 Semarang : Biologi : XI IPA/ I : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/ penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya saling temas. Kompetensi Dasar : 3.2 menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan/ penyakit yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah Indikator : 1. Mendiskripsikan sistem peredaran darah pada hewan invertebrata. 2. Mendiskripsikan sistem peredaran darah pada hewan vertebrata. Alokasi Waktu : 2X 45 menit (pertemuan ke 5) A. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat mendiskripsikan sistem peredaran darah pada hewan invertebrata. 2. Siswa dapat mendiskripsikan sistem peredaran darah pada hewan vertebrata. B. Materi Pembelajaran Sistem peredaran darah hewan invertebrata dan vertebrata. C. Metde Pembelajaran Metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep. D. Langkah-langkah Pembelajaran a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit) 1. Guru membuka pelajaran. 2. Guru memberikan apersepsi tentang contoh peredaran darah pada hewan invertebrata. 3. Siswa duduk berkelompok 2 orang. b. Kegiatan Inti (70 menit) 1. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa. a. Jelaskan ciri khas struktur jantung pada hewan avertebrata (serangga, cacing) dan vertebrata? 2. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan. 3. Siswa menyampaikan hasil jawaban pertanyaan dengan konsep utama membentuk peta konsep (mengorganisasikan konsep). 4. Guru menyampaikan konsep utama materi dalam mengorganisasikan konsep. 5. Siswa diberi kesempatan untuk membandingkan hasil jawaban siswa dengan konsep utama yang guru sampaikan. 6. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa. c. Kegiatan Penutup (10 menit) 1. Guru membimbing siswa memberikan kesimpulan materi. 2. Guru menutup pelajaran.
66 E. Sumber Belajar 1. Biologi untuk SMA kelas XI. Hal 186-196. 2. Biologi untuk SMA kelas XI Semester 2. Hal 117-126. F. Penilaian Penilaian dilakukan pada pertemuan ke enam dengan jenis tagihan postes dan bentuk instrumen pilihan ganda
Guru Biologi
Semarang, September 2010 Peneliti,
Drs. Budi Santoso NIP 195906231985008
Didi Nur Jamaludin NIM 4401406591
Mengetahui, Kepala MAN I Semarang
Drs. Syaefudin, MPd. NIP 19651015 199203 1 003
Lampiran 3. Lembar soal postest
67
LEMBAR SOAL POST TEST SISTEM PEREDARAN DARAH MAN 1 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Petunjuk : 1. Tulis identitas diri pada lembar jawab post test 2. Pilihlah jawaban pada huruf A, B, C, D, atau E yang paling tepat dengan tanda silang (X) di lembar jawab 3. Apabila melakukan perbaikan (revisi) jawaban, maka pilihan jawaban revisi ditulis garis dua sejajar secara mendatar. Misal jawaban A diganti jawaban D B C D E A 1. Bagian komponen darah yang berfungsi mengangkut oksigen adalah... A. albumin B. fibrinogen C. serum D. hemoglobin E. leukosit 2. Eritrosit mamalia berbeda dengan leukosit dalam hal... A. eritrosit tidak mempunyai membran sel B. eritrosit mempunyai nukleus C. eritrosit tidak mempunyai nukleus D. eritrosit tidak mempunyai sitoplasma E. eritrosit jumlahnya relatif sedikit 3. Serum darah merupakan bagian dari... A. trombosit B. leukosit C. eritrosit D. monosit E. plasma darah
X
4. Gambar X adalah sel... A. eritrosit B. leukosit
C. neutrofil D. limfosit E. monosit Luka
X fibrino
........... .........
5. Pada skema diatas gambar yang ditunjukan kode X adalah... A. fibrin B. eritrosit C. protombin D. keping darah E. thrombin 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembekuan darah, Kecuali... A. Tromboplastin B. Trombokinase C. Ion Ca D. Vitamin K E. Ion K 7. Antigen-antigen dalam eritrosit yang membuat peka terhadap penggumpalan darah disebut... A. aglutinogen B. sistem imun C. aglutinin D. antibodi E. aglutinasi
8. Golongan darah yang tidak mempunyai aglutinin... A. A D. O B. B E. AB C. AB dan O 9. Pernyataan yang benar tentang gol darah B... A. ada aglutinogen A B. tidak ada aglutinogen B C. ada serum anti A D. tidak ada seum anti A E. ada antigen A dan B 10. Jika darah seorang ditetesi serum anti A tidak menggumpal dan ditetesi serum anti B menggumpal, kemungkinan golongan darahnya... A. A B. AB C. A dan AB D. O E. B 11. Valvula trikuspidalis terletak diantara… A. serambi kanan dan bilik kanan B. bilik kanan dan bilik kiri C. bilik dan aorta D. serambi kanan dan bilik kanan E. serambi kiri dan bilik kir Gambar untuk soal no 12
Y
12. Bagian yang ditunjuk Y adalah... A. katup trikuspidalis B. katup aortik C. katup bikuspidalis D. katup pulmonari E. sekat antar bilik
68 13. Darah dari bilik kanan akan di pompa lewat... A. aorta B. vena kava superior C. arteri pulmonalis D. vena kava inperior E. vena pulmonalis 14. Pada saat sistol, darah aerasi (darah bersih) dipompa melalui... A. serambi kiri B. bilik kiri C. bilik kanan D. serambi kanan E. vena cava pulmonalis 15. Berikut ini perbedaan pembuluh arteri dengan pembuluh vena yang tepat... Pembuluh arteri Pembuluh Vena Elastis A Tidak elastic Dinding B Dinding pembuluh tebal pembuluh tipis Umumnya C Umumnya mengandung CO2 mengandung O2 Letak didalam D Letak dipermukaan tubuh Tekanan tinggi E Tekanan rendah 16. Secara umum tekanan darah manusia normal sebesar... A. 160/30 mmHg B. 120/80 mmHg C. 100/20 mmHg D. 150/30 mmHg E. 90/60 mmHg 17. Sifat pembuluh getah bening (limfa) adalah berikut ini, kecuali… A. mekanisme pengedaran dipengaruhi oleh otot rangka B. berwarna kuning C. memproduksi limfosit D. mengedarkan oksigen dan karbondioksida E. mampu mengangkut lemak
18. Pembuluh limfa dada (ductus limfatikus toraksikus) merupakan muara dari cairan limfa yang berasal dari... A. kepala B. leher C. paru-paru D. lengan kanan E. kaki 19. Kelainan sistem peredaran darah yang menyebabkan darah sukar membeku... A. anemia B. varises C. leukimia D. talasemia E. hemofilia 20. Leukemia dapat disembuhkan melalui.... A. tensimeter (sphymomanometer) B. transfusi darah C. kemoterapi D. operasi E. pola makan yang baik 21. Malaria dan demam berdarah dapat menyebabkan anemia yang disebabkan oleh faktor... A. gizi B. parasit C. keturunan (genetis) D. umur E. usia 22. Hewan berikut yang sistem peredaran darahnya terbuka adalah... A. pisces B. amphibian C. belalang D. Annelida E. Reptilia
69 23. Pada sistem peredaran darah ikan, darah dari seluruh tubuh di pompa ke jantung melalui vena berkumpul pada… A. konus arteriosus B. vena cardinalis posterior C. sinus venosus D. vena porta renalis E. vena cardinalis anteriol 24. Foramen panizze terdapat pada sebagian kelompok hewan… A. mamalia B. pisces C. reptilia D. amphibi E. aves 25. Berikut ini pernyataan yang benar tentang sistem peredaran darah vertebrata... A. jantung ikan hanya terdiri dari satu ruang B. jantung katak terbagi menjadi tiga ruang C. foramen panizze terdapat pada aves D. aves mempunyai sistem peredaran darah tunggal dan tertutup E. reptil mempunyai peredaran darah tunggal
Lampiran 4. Kunci jawaban soal postest
KUNCI JAWABAN SOAL POST TEST 1. D 2. C 3. E 4. C 5. C 6. E 7. A 8. E 9. C 10. B 11. C 12. A 13. C 14. B 15. B 16. B 17. D 18. E 19. E 20. C 21. B 22. C 23. C 24. C 25. B
70
Lampiran 5. Kisi-kisi soal postest
71 KISI-KISI SOAL MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas /Semester Standar kompetensi Alokasi waktu Kompetensi Dasar 3.2 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah
: Madrasah Aliyah Negeri I Semarang : Biologi : XI (sebelas) IPA / I : 3. menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu , kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas : 12 x 45 menit Indikator Pembelajaran
Nomor Soal
1. Menjelaskan hubungan antara berbagai komponen darah dan fungsinya.
1,2, 3,4
2. Membuat skema proses pembekuan darah
5, 6
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
11, 12 13, 14, 15, 16 27, 28 7, 8, 9, 10 18 17 19, 21
Menjelaskan hubungan struktur jantung dan fungsinya. Menjelaskan hubungan struktur pembuluh darah dan fungsinya. Menjelaskan proses peredaran darah manusia Menentukan golongan darah. Menjelaskan sistem limfe Mendiskripsikan hubungan sistem peredaran darah dan sistem limfe Mendiskripsikan gangguan/penyakit serta implikasinya terhadap sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 10. Menjelaskan penerapan teknologi pada sistem peredaran darah 11. Mendiskripsikan sistem peredaran darah pada hewan invertebrata 12. Mendiskripsikan sistem peredaran darah pada hewan vertebrata
20 22 23, 24, 25
72
Lampiran 6. Distribusi jenjang kognitif Bloom pada soal postest
JENJANG KOGNITIF BLOOM SOAL POSTES MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH KELAS XI IPA MAN 1 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Distribusi Jenjang Kognitif Bloom pada Nomor Soal Postes C1 1, 3, 7, 16, 18, 19, 22
Keterangan: C1 = Hafalan C2 = Pemahaman C3 = Penerapan C4 = Analisis C5 = Sintesis C6 = Evaluasi
C2 2, 6, 11, 13, 14, 17, 23, 24
C3 8, 20
C4 4, 12
C5 5, 9, 15, 21
C6 10,25
73 Lampiran 7. Contoh lembar kerja siswa (LKS) kelas eksperimen pada praktikum uji golongan darah
Keterangan: 1. Plus (+) anti A menggumpal dan plus anti B tidak menggumpal, maka golongan darah A 2. Plus anti A tidak menggumpal dan plus anti B menggumpal, maka golongan darah B 3. Plus anti A menggumpal dan plus anti B menggumpal, maka golongan darah AB 4. Plus anti A tidak menggumpal dan plus anti B tidak menggumpal, maka golongan darah O
74
Keterangan: 5. Plus (+) anti A menggumpal dan plus anti B tidak menggumpal, maka golongan darah A 6. Plus anti A tidak menggumpal dan plus anti B menggumpal, maka golongan darah B 7. Plus anti A menggumpal dan plus anti B menggumpal, maka golongan darah AB 8. Plus anti A tidak menggumpal dan plus anti B tidak menggumpal, maka golongan darah O
Lampiran 8. Dokumen foto proses belajar (PBM) mengajar di kelas eksperimen
75
DOKUMEN FOTO PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS EKSPERIMEN
Foto 1.
Peneliti sedang memberikan penjelasan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep
Foto 3.
Aktifitas siswa dalam menjawab soal yang diberikan guru
Foto 2.
Guru sedang memberikan penjelasan konsep materi pada siswa
Foto 4.
Siswa menuliskan jawaban soal yang diberikan guru dengan cara mengorganisasikan konsep
76
Foto 5.
Hasil belajar siswa dalam mengorganisasikan konsep
Foto 7.
Kegiatan siswa dalam praktikum uji golongan darah
Foto 6.
Foto 8.
Hasil belajar siswa dalam mengorganisasikan konsep
Observer sedang melakukan penilaian terhadap aktifitas belajar siswa
Lampiran 10. Contoh lembar jawab posttest materi sistem peredaran darah
77
78
Lampiran 10. Hasil belajar siswa kelas eksperimen. HASIL BELAJAR SISWA KELAS EKSPERIMEN No Kode Siswa 1 E-04 2 E-12 3 E-28 4 E-40 5 E-16 6 E-24 7 E-29 8 E-37 9 E39 10 E-06 11 E-02 12 E-25 13 E-17 14 E-07 15 E-09 16 E-08 17 E-30 18 E-13 19 E-27 20 E-02 21 E-22 22 E-10 23 E-01 24 E-35 25 E-36 26 E-15 27 E-21 28 E-34 29 E-23 30 E-38 31 E-19 32 E-20 33 E-26 34 E-06 35 E-18 36 E-14 37 E-32 38 E-31 39 E-05 40 E-33 Rata-Rata Nilai Tertinggi Nilai Terendah Persentasi Kelulusan
Nama siswa Ade Yayang Yuliawan Ahmad Sakirin Aida Retnosari Alfatur Rohmaniyah Alifa Sandra Rahmawati Amida Amalia Amirotul Chamidah Anisun Yumiaspi Anna Mila Arfan Lubis Jilani Ary Farida Cahyaningtyas Dewi Sri Wahyuni Dian nur Khayutullah Eko budi Susilo Fad Ulil Albab Fatma Fauziyah Fitri Rahayu Ika Aprliyani Imam Sofwan Zuhri Lina Fathma M Choirul Fajar M Dzihni Ashfahani Zain M Syaiful Bahri Maulida Nailul Muna Nailil Amania Nailin Nur Diana Niswatun Najikhah Nurul Azizatun N Nurul Hidayati Nurul Hikmah Nurul Novitas sari Puryanti Risma nur apriliyani Riza Yusus Isnando Rizka noviana Rofiud darojah Siti Nurul Taufiqi R Syafaatun Wiji Santoso Zalussy Deby S
Nilai 44 80 68 88 76 72 84 88 88 76 72 76 76 76 84 80 56 77 84 72 80 76 88 76 76 80 72 76 76 88 56 48 72 72 68 36 28 32 84 72 71.825 88 28 85%
Ketuntasan Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas
Lampiran 11. Hasil mid semester kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3
79
HASIL MID SEMESTER GASAL KELAS XI IPA 2 DAN XI IPA 3 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Rata-rata Ketuntasan
XI IPA 2 50 60 60 50 64 50 40 55 70 70 60 70 68 70 70 70 65 70 68 60 70 68 68 60 60 76 70 60 60 60 50 60 60 50 60 30 30 55 68 60 60 37,50%
Ketuntasan Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas
XI IPA 3 50 40 60 60 64 50 50 70 50 60 50 70 68 60 60 50 50 50 50 50 65 60 68 60 60 60 60 55 60 60 55 60 68 50 50 50 70 50 60 60 57 15%
Ketuntasan Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas
Lampiran 12. Contoh lembar observasi aktifitas belajar pada siswa kelas eksperimen
80
Lampiran 13. Rekapitulasi aktifitas belajar siswa kelas eksperimen. REKAPITULASI AKTIFITAS BELAJAR SISWA KELAS EKSPERIMEN Kode siswa
1
2
3
4
Aspek penilaian Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR
81
I 4
Pembelajaran pada pertemuan II III IV 4 4 2
V 3
3 4 3
3 3 1
3 2 1
1 3 1
3 4 1
3 17 SA 4
2 13 A 4
1 11 A 4
2 9 KA 2
1 12 A 4
4 4 2
3 3 1
3 2 1
1 3 3
3 3 1
2 16 SA 3
3 14 A 4
1 11 A 4
2 11 A 3
1 12 A 4
4 4 2
3 3 1
3 2 1
2 3 3
3 3 1
2 15 A 3
2 13 A 4
4 14 A 4
2 13 A 3
1 12 A 4
4 4 4
4 3 1
3 2 1
1 3 3
3 3 1
4 19 SA 3
3 15 A 3
4 14 A 4
1 11 A 3
1 12 A 4
3 3 2
3 3 4
3 2 1
2 3 3
3 3 1
2 13
4 17
4 14
3 14
1 12
82
6
7
8
9
10
11
KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku)
A 3
SA 3
A 1
A 3
A 4
3 3 2
4 3 1
2 2 1
3 2 2
3 3 1
2 13 A 3
3 14 A 3
1 7 KA 4
3 13 A 3
1 12 A 4
4 3 2
3 3 1
2 4 4
3 3 2
2 3 1
2 14 A 3
2 12 A 4
1 15 A 4
3 14 A 3
1 11 A 4
3 4 2
3 3 1
1 4 4
2 2 2
2 3 1
2 14 A 3
2 13 A 3
4 17 SA absen
2 11 A 3
1 11 A 4
3 3 4
3 3 4
3 3 3
2 2 1
4 17 SA 3
4 17 SA 4
4
1 13 A 4
1 10 KA 4
3 3 2
3 3 1
1 2 1
3 4 4
3 2 1
2 13 A 3
2 13 A 4
1 9 KA 1
2 17 SA 4
1 11 A 3
0
83
12
13
14
15
16
Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep
4 4 2
4 3 4
1 2 1
4 3 3
3 2 1
2 15 A 4
4 19 SA 4
1 6 KA 4
2 16 SA 3
1 10 A 4
4 4 4
4 4 2
3 2 1
3 3 2
3 1
4 20 SA 4
3 17 SA 4
1 11 A 4
3 14 A 3
1 12 A 4
4 4 2
4 3 1
3 2 1
3 3 3
3 3 1
2 16 SA 4
3 15 A 4
1 11 A 4
2 14 A 3
1 12 A 4
4 4 2
4 3 1
3 2 1
3 3 3
3 3 1
2 16 SA 4
2 14 A 4
1 11 A 4
1 13 A absen
1 12 A 4
4 4 2
4 4 1
3 4 1
3 3 1
2 16 SA 4
2 15 A 4
1 13 A 4
1
1 12 A 4
2
4
4
1
3
84
17
18
19
20
21
Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan
3 4
4 1
4 1
3 3
3 1
1 14 A 4
3 16 SA 4
4 17 SA 3
3 11 A 1
4 15 SA 4
3 3 3
3 3 3
3 1 1
3 4 4
3 3 1
1 14 A 4
1 14 A 4
1 9 KA 3
1 13 A 1
1 12 A 4
3 3 1
4 4 1
4 1 1
3 4 4
3 3 1
1 12 A 4
3 16 SA 4
1 10 KA 2
1 13 A 1
1 12 A 4
3 4 1
3 4 1
4 1 1
3 4 4
4 3 1
1 13 A 4
2 14 A 4
1 9 KA 2
2 14 A 1
1 13 A 3
3 3 1
4 4 1
4 2 1
3 4 4
3 4 1
1 12 A 4
3 16 SA 4
4 13 A 3
1 13 A 1
1 12 A 3
4 4 4
4 4 1
4 2 4
3 4 4
4 3 4
85
22
23
24
25
26
Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat
4 20 SA 4
3 16 SA 4
4 17 SA 3
1 13 A 1
1 15 SA 3
3 4 3
4 4 1
4 2 1
3 4 4
4 4 4
3 17 SA 4
3 16 SA 4
4 14 A 3
1 13 A 1
1 16 SA 4
3 4 3
4 4 1
4 2 4
1 4 4
4 4 4
1 15 A 4
3 16 SA 4
4 17 SA 3
4 14 A 2
1 17 SA 4
3 4 1
4 4 1
4 1 1
3 4 1
4 4 4
1 13 A 4
2 15 A 4
4 13 A 3
2 12 A 1
4 20 SA 4
3 4 1
4 4 1
4 2 1
1 4 4
4 3 4
1 13 A 4
2 15 A 4
4 14 A 3
1 11 A 1
2 17 SA 4
3 4 2
4 4 1
4 1 1
1 4 4
4 3 1
1
2
1
2
1
86
27
28
29
30
31
JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI
14 A 4
15 A 4
10 KA 3
12 A 1
13 A 3
3 3 1
4 4 1
3 1 1
2 4 4
4 3 1
1 12 A 4
2 15 A 4
1 9 KA 3
1 12 A 1
1 12 A 3
3 3 1
4 4 1
3 1 1
3 4 1
3 3 1
1 12 A 4
2 15 A 4
1 9 KA 3
1 10 A 1
1 11 A 3
1 3 1
4 4 1
1 1 1
1 4 4
4 3 1
1 10 A 4
3 16 SA 4
1 7 KA 3
1 11 A 2
1 12 A 3
2 3 4
4 4 1
3 1 1
1 4 4
3 4 4
4 17 SA 4
3 16 SA 4
1 9 KA 3
1 12 A 3
1 15 SA 3
1 2 1
4 4 1
3 1 1
4 3 2
3 1 4
1 9 KA
2 15 A
1 9 KA
3 15 A
1 12 A
87
32
33
34
35
36
37
Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta
4
4
3
3
3
1 2 1
4 4 4
3 1 1
2 4 1
3 1 1
1 9 KA 4
4 20 SA 4
4 12 A 3
2 12 A 3
4 12 A 3
2 1 1
4 2 1
3 1 1
2 4 3
3 3 4
1 9 KA 4
2 13 A 4
1 9 KA 3
3 15 A 2
1 14 A 3
2 1 1
3 3 1
4 1 1
2 4 2
4 3 4
1 9 KA 4
2 13 A 4
1 10 KA 3
2 12 A 2
1 15 SA 3
3 1 1
3 4 1
3 2 1
4 3 3
4 4 4
1 10 KA 4
2 14 A 4
1 10 KA 3
3 15 SA 3
1 16 SA 4
4 4 4
4 4 4
4 4 4
3 4 4
3 4 4
4 20 SA 4 3
4 20 SA 4 4
4 19 SA 3 3
2 16 SA 3 3
1 16 SA 3 3
88
88
konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI Mengkaji studi pustaka (buku) Membuat catatan belajar/ peta konsep Berdiskusi Mengungkapkan pertanyaaan Menjawab pertanyaan/ berpendapat JUMLAH SKOR KATEGORI
38
39
40
PERSENTASE KEAKTIFAN
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
1 1
4 1
1 1
3 2
4 1
1 10 A 4
2 15 A 4
1 9 A 4
2 13 A 3
1 12 A 4
3 2 1
3 4 1
3 1 1
3 4 3
3 3 1
1 11 A 4
2 14 A 4
1 10 KA 4
3 16 SA 3
1 12 A 4
3 2 1
3 4 1
3 1 1
3 4 3
4 3 1
1 11 A 4
2 14 A 4
1 10 KA 4
3 16 SA 3
1 13 A 4
3 2 1
3 4 1
3 1 1
3 4 3
4 3 1
1 11 A 92,5%
2 14 A 100%
3 16 SA 97,49%
1 13 A 97,5%
4 13 A 66,57%
Keterangan: pertemuan I, pokok bahasan materi tentang komponen darah pertemuan II, pokok bahasan materi tentang peredaran darah pertemuan III, pokok bahasan materi tentang sistem limfe pertemuan IV, pokok bahasan materi tentang praktikum\ uji golongan darah pertemuan V, pokok bahasan materi tentang sistem peredaran darah pada hewan SA = sangat aktif A = aktif KA = kurang aktif TA = tidak aktif
89 Lembar 14. Contoh lembar tanggapan siswa kelas eksperimen
90
91 Lembar 15. Contoh lembar tanggapan guru terhadap kelas eksperimen
92
Lampiran 16. Uji validitas, daya beda dan tingkat kesukaran pada soal uji coba.
93
93
UJI VALIDITAS, DAYA PEMBEDA DAN TINGKAT KESUKARAN SOAL UJI COBA POST TEST MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH
NOMOR SOAL
Y2
Y
No
Kode 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
1
UC-04
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
27
729
2
UC-03
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
25
625
3
UC-01
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
25
625
4
UC-08
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
25
625
5
UC-13
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
25
625
6
UC-11
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
25
625
7
UC-19
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
24
576
8
UC-23
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
24
576
9
UC-33
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
23
529
10
UC-24
1
1
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
23
529
11
UC-06
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
23
529
12
UC-16
1
1
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
23
529
13
UC-17
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
22
484
14
UC-05
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
22
484
15
UC-12
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
22
484
16
UC-20
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
22
484
17
UC-27
1
1
1
0
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
21
441
18
UC-18
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
21
441
19
UC-15
1
1
0
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
21
441
20
UC-09
0
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
20
400
21
UC-28
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
20
400
22
UC-35
1
1
0
1
0
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
20
400
23
UC-02
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
20
400
24
UC-10
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
19
361
25
UC-07
1
1
0
1
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
19
361
26
UC-31
1
1
1
0
0
0
1
0
0
0
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
18
324
27
UC-30
1
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
18
324
28
UC-37
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
18
324
29
UC-36
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
18
324
94
30
UC-29
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
17
289
31
UC-14
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
17
289
32
UC-25
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
16
256
33
UC-26
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
16
256
34
UC-32
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
1
16
256
35
UC-22
1
1
0
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
0
0
0
14
196
36
UC-21
0
0
1
1
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
14
196
37
UC-38
0
1
0
0
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
14
196
38
UC-39
1
1
0
0
0
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
14
196
34
37
12
21
10
19
26
28
26
23
31
35
22
27
17
26
22
17
23
33
38
30
10
31
11
24
34
32
35
37
771
16129
Mp
20.53
6.70
63.08
21.29
21.20
27.74
15.50
21.18
21.54
21.26
22.97
18.40
21.73
20.74
21.88
21.65
22.27
20.94
21.17
21.06
20.29
20.20
65.70
7.32
63.64
9.50
14.79
20.81
20.66
20.46
Mt
20.29
20.29
20.29
20.29
20.29
20.29
20.29
20.29
20.29
20.29
20.29
20.29
20.29
20.29
20.29
20.29
20.29
20.29
20.29
20.29
20.29
20.29
20.29
20.29
20.29
20.29
20.29
20.29
20.29
20.29
p
0.89
0.97
0.32
0.55
0.26
0.50
0.68
0.74
0.68
0.61
0.82
0.92
0.58
0.71
0.45
0.68
0.58
0.45
0.61
0.87
1.00
0.79
0.26
0.82
0.29
0.63
0.89
0.84
0.92
0.97
0.03
0.68
0.45
0.74
0.50
0.32
0.26
0.32
0.39
0.18
0.08
0.42
0.29
0.55
0.32
0.42
0.55
0.39
0.13
0.00
0.21
0.74
0.18
0.71
0.37
0.11
0.16
0.08
0.03
Validitas
Jumlah
q
0.11
pq
0.09
0.0
0.2161
0.2472
0.1939
0.2500
0.2161
0.1939
0.2161
0.2389
0.1503
0.0727
0.2438
0.2057
0.23
0.2161
0.2438
0.2472
0.2389
0.1143
0.0000
0.1662
0.1939
0.1503
0.20
0.23
0.09
0.1330
0.0727
0.0256
St
3.57
3.57
3.576
3.576
3.576
3.576
3.576
3.576
3.576
3.576
3.576
3.576
3.576
3.576
3.576
3.576
3.576
3.576
3.576
3.576
3.576
3.576
3.576
3.576
3.576
3.576
3.576
3.576
3.576
3.576
rpbis
0.196
-23.11
8.131
0.310
0.152
2.083
-1.972
0.416
0.514
0.336
1.576
-1.805
0.472
0.198
0.401
0.562
0.650
0.164
0.306
0.554
#DIV/0!
-0.048
7.590
-7.632
7.738
-3.951
-4.481
0.338
0.351
0.289
#DIV/0!
0.3068
#NUM!
#NUM!
#NUM!
#NUM!
#NUM!
2.3725
1.91057
Tingkat Kesukaran
Daya Pembeda
thitung
1.95
#NUM!
#NUM!
1.95411
0.92387
#NUM!
#NUM!
2.74547
3.59694
2.1434
#NUM!
#NUM!
3.2082
1.21028
2.63
4.07327
5.1376
0.99745
1.93057
3.99334
2.26
ttabel
1.688
1.688
1.688
1.688
1.688
1.688
1.688
1.688
1.688
1.688
1.688
1.688
1.688
1.688
1.688
1.688
1.688
1.688
1.688
1.688
1.688
1.688
1.688
1.688
1.688
1.688
1.688
1.688
1.688
1.688
Kriteria
Tidak
#NUM!
#NUM!
Valid
Tidak
#NUM!
#NUM!
Valid
Valid
Valid
#NUM!
#NUM!
Valid
Tidak
Valid
Valid
Valid
Tidak
Valid
Valid
#DIV/0!
Tidak
#NUM!
#NUM!
#NUM!
#NUM!
#NUM!
Valid
Valid
Valid
JBA
18
19
6
13
5
12
13
17
17
15
17
19
14
15
10
18
17
9
14
19
19
15
8
19
6
15
18
18
19
19
JBB
16
18
6
8
5
7
13
11
9
8
14
16
8
12
7
8
5
8
9
14
19
15
2
12
5
9
16
14
16
18
JSA
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
JSB
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
DP
0.11
0.05
0.00
0.26
0.00
0.26
0.00
0.32
0.42
0.37
0.16
0.16
0.32
0.16
0.16
0.53
0.63
0.05
0.26
0.26
0.00
0.00
0.32
0.37
0.05
0.32
0.11
0.21
0.16
0.05
Kriteria
Jelek
Jelek
Jelek
Cukup
Jelek
Cukup
Jelek
Cukup
Baik
Cukup
Jelek
Jelek
Cukup
Jelek
Jelek
Baik
Baik
Jelek
Cukup
Cukup
Jelek
Jelek
Cukup
Cukup
Jelek
Cukup
Jelek
Cukup
Jelek
Jelek
JBA + JBB
34
37
12
21
10
19
26
28
26
23
31
35
22
27
17
26
22
17
23
33
34
30
10
31
11
24
34
32
35
37
2JSA
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
IK
0.89
0.97
0.32
0.55
0.26
0.50
0.68
0.74
0.68
0.61
0.82
0.92
0.58
0.71
0.45
0.68
0.58
0.45
0.61
0.87
0.89
0.79
0.26
0.82
0.29
0.63
0.89
0.84
0.92
0.97
Kriteria
Mudah
Mudah
Sedang
Sedang
Sukar
Sedang
Sedang
Mudah
Sedang
Sedang
Mudah
Mudah
Sedang
Mudah
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Mudah
Mudah
Mudah
Sukar
Mudah
Sukar
Sedang
Mudah
Mudah
Mudah
Mudah
95 Lampiran 17. Uji reliabilitas soal Uji coba postest UJI RELIABILITAS SOAL UJI COBA POST TEST Perhitungan Reliabilitas Instrumen
. Rumus:
k M(k − M r11 = k - 1 kVt Keterangan: K : Banyaknya butir soal Spq : Jumlah dari pq s2 : Varians total Kriteria Apabila r11 > r tabel, maka instrumen tersebut reliabel. Berdasarkan tabel pada analisis ujicoba diperoleh: K = 30 M = 20.2895 771 38
16129 Vt
=
2
=
12.7846
38
30 r11
=
20.289 1
30
1
30 -
20.29
30
12.785
= 0.32 Hasil analisis uji reliabilitas soal diperoleh r11 = 0, 50, kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel pada α = 5% dengan n= 38 diperoleh r tabel = 0,32, sehingga nilai r11 > nilai rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel.
Nilai r11
diinterpretasikan dengan derajat reabilitas pada interval 0,4-0,6 dikategorikan cukup reliabel.
Lampiran 18. Uji homogenitas populasi kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 96 UJI HOMOGENITAS POPULASI KELAS XI IPA 2 DAN KELAS XI IPA 3
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Kelas XI XI IPA IPA 2 2 50 50 60 40 60 60 dk=n1
50
60
64
64
50
50
40
50
55 70 70 60
70 50 60 50
70
70
S2
68
68
70
60
Log S2 = 1,81 B = log S x jumlah dk
70
60
70 65 70 68 60 70 68 68 60
50 50 50 50 50 65 60 68 60
60
60
76 70 60 60 60 50 60 60 50 60
60 60 55 60 60 55 60 68 50 50
Kelas XI IPA 2 XI IPA 3 Jumlah
1/dk
Si2
Log Si2
dkl log Si2
39
0,03 109,26
2,04
79,50
39
0,03
53,76
1,73
67,49
78
0,05
163,03
3,77
146,99
Varian gabungan dari semua kelas
B
=
64,79
= 141,30 χ² = (ln 10)(B-jumlah dk log si^2) ln 10 2,30 χ² hitung - -13,10 dk = k-1 1 χ² tabel dengan dk 1 dan 1- α = 5%, χ² hitung (-13,10) < χ² tabel (7,19) = Ho diterima berarti kelima kelompok perlakuan mempunyai keadaan awal yang sama, sehingga proses pengambilan sampel dapat dilakukan secara acak (random).
97
36 37 38 39 40 ∑
30 30 55 68 60 2415
50 70 50 60 60 2293
Lampiran 19. Uji normalitas hasil belajar kelas eksperimen.
98
UJI NORMALITAS DATA HASIL BELAJAR SISWA KELAS EKSPERIMEN
Hipotesis Ho Ha
: :
Data berdistribusi normal Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis: Rumus yang digunakan:
χ = 2
k
(Oi − E i )2
i =1
Ei
∑
Kriteria yang digunakan Ho diterima jika χ² hitung < χ² table Pengujian Hipotesis Nilai maksimal
=
88,00
Nilai minimal Rentang Banyak kelas
= = =
28,00 60,00 6
Kelas Interval 28,00 39,00 50,00 61,00 72,00 83,00
-
38,00 49,00 60,00 71,00 82,00 93,00
Batas Kelas 27,50 38,50 49,50 60,50 71,50 82,50
Z untuk batas kls. -2,89 -2,17 -1,45 -0,72 0,00 0,72 -4,70
Panjang kelas Rata-rata (x) S N
=
10
= = =
71,53 15,218 40 (Oi-Ei)²
Peluang untuk Z 0,4981 0,4850 0,4261 0,2657 0,0008 0,2645 0,5000
Luas Kls. Untuk Z 0,0131 0,0589 0,1604 0,2649 0,2653 0,2355
Ei 0,5232 2,3549 6,4171 10,5971 10,6116 9,4198
Untuk α = 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh χ² tabel = 7,81
7,81
34,035
Karena χ² hitung berada pada daerah penolakan Ho, maka data tersebut berdistribusi tidak normal. Jadi hasil belajar siswa kelas eksperimen berdistribusi tidak normal.
Oi 3 2 2 2 22 9 40 χ²
Ei 11,7257 0,0535 3,0404 6,9746 12,2221 0,0187 34,0350
Lampiran 20. Surat permohonan ijin observasi
99
100 Lampiran 21. Surat penetapan dosen pembimbing
Lampiran 22. Surat keterangan penelitian
101