TEKNIK DAN APLIKASI PRODUKTIVITAS HIJAU
(GREEN PRODUCTIVITY ) Kesadaran terhadap isu lingkungan yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola konsumsi yang ditunjukkan antara lain dengan penolakan terhadap produk yang dihasilkan melalui ekploitasi atau proses produksi yang merusak lingkungan. Disamping itu ditunjukkan juga dengan kesediaan konsumen untuk membayar lebih produk yang ramah lingkungan, mendorong produsen untuk memperhatikan “lingkungan” sebagai keunggulan daya saing. Namun demikian, perlindungan terhadap lingkungan dan peningkatan produktivitas harus dapat dicapai secara simultan. Oleh karena itu perlu digunakan pendekatan yang terintegrasi antara aspek ekonomi dan lingkungan yang direfleksikan dalam konsep Produktivitas Hijau (Green Productivity). Buku ini membahas secara komprehensif konsep dasar produktivitas dan produktivitas hijau, aplikasi alat, teknik, dan metodologi produktivitas dan manajemen lingkungan yang tepat untuk mengurangi dampak lingkungan dari kegiatan suatu agroindustri. Diharapkan setelah membaca buku ini, para pembaca, khususnya mahasiswa, pemerhati, dan praktisi agroindustri dapat lebih memperhatikan aspek lingkungan sehingga konsep dan produk yang dihasilkan dapat bersifat lebih ramah lingkungan dan dapat menurunkan limbah yang dihasilkan.
PT Penerbit IPB Press
Manajemen Produktivitas
Kampus IPB Taman Kencana Jl. Taman Kencana No. 3, Bogor 16128 Telp. 0251 - 8355 158 E-mail:
[email protected] Penerbit IPB Press
@IPBpress
ISBN : 978-979-493-845-4
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri
PADA AGROINDUSTRI
TEKNIK DAN APLIKASI PRODUKTIVITAS HIJAU
(GREEN PRODUCTIVITY ) PADA AGROINDUSTRI
Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc Prof. Dr. Ir. Machfud, MS Muh. Arif Darmawan, S.TP, MT Sri Martini, S.Kom, M.Si Dede Rukmayadi, ST, M.Si Bangkit Wiguna, S.TP Muh. Panji Islam F.P, S.TP Wibisono Adhi, S.TP
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc Prof. Dr. Ir. Machfud, MS Muh. Arif Darmawan, S.TP, MT Sri Martini, S.Kom, M.Si Dede Rukmayadi, ST, M.Si Bangkit Wiguna, S.TP Muh. Panji Islam F.P, S.TP Wibisono Adhi, S.TP
Penerbit IPB Press
Kampus IPB Taman Kencana, Kota Bogor - Indonesia
C.01/08.2015
Judul Buku: Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri Penulis: Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc Prof. Dr. Ir. Machfud, MS Muh. Arif Darmawan, S.TP, MT Sri Martini, S.Kom, M.Si Dede Rukmayadi, ST, M.Si Bangkit Wiguna, S.TP Muh. Panji Islam F.P, S.TP Wibisono Adhi, S.TP Desain Sampul: Ikrar Bey Khubaib Penata Isi: Andreas Levi Aladin Ikrar Bey Khubaib Korektor:
Dwi M Nastiti
Jumlah Halaman: 284 + 18 halaman romawi Edisi/Cetakan: Cetakan 1, Agustus 2015 Sumber Ilustrasi Sampul: www.freepik.com PT Penerbit IPB Press Anggota IKAPI Kampus IPB Taman Kencana Jl. Taman Kencana No. 3, Bogor 16128 Telp. 0251 - 8355 158 E-mail:
[email protected] ISBN: 978-979-493-845-4 Dicetak oleh Percetakan IPB, Bogor - Indonesia Isi di Luar Tanggung Jawab Percetakan © 2015, HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum wr. wb. Produktivitas telah menjadi penting dalam strategi pembangunan nasional karena pengaruhnya bagi peningkatan sosial dan ekonomi. Dewasa ini, produktivitas bukan hanya dikenal di kalangan ekonom maupun manajer, namun melibatkan kegiatan ekonomi lain. Produktivitas dewasa ini merupakan sebuah konsep yang berlaku pada tingkat internasional, nasional, perusahaan atau industri, dan bahkan pada tingkat individu. Konsep produktivitas telah berkembang lebih lanjut dengan memasukan tidak hanya aspek ekonomi semata tetapi juga memasukkan aspek lingkungan yang dikenal dengan produktivitas hijau (green productivity). Buku ini memperkenalkan konsep Produktivitas Hijau yang diperkenalkan oleh Asian Productivity Organization sebagai guidance untuk mencapai keberlanjutan dalam pengelolaan industri di Asia. Buku ini mendiskusikan secara ilustratif tahap demi tahap suatu cara pandang Produktivitas Hijau dalam pengelolaan industri, dalam pengambilan keputusan dan aplikasinya dalam agroindustri. Aspek kajian diawali dengan pembahasan tentang konsep produktivitas secara umum sehingga bisa memandang produktivitas sebagai sebuah sistem. Buku ini membahas konsep dan aplikasi Produktivitas Hijau dalam industri karet, meliputi manajemen kualitas dalah produktivitas hijau, aplikasi AHP dan desain skenario, aplikasi peta rantai nilai hijau, dan penghitungan indeks Produktivitas Hijau. Buku ini sesuai untuk dibaca bagi kalangan staf pengajar perguruan tinggi, mahasiswa program sarjana dan pascasarjana, peneliti, industri, lingkungan, dan pemerhati karet.
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri
Penulis mengucapkan terima kasih kepada LPPM-IPB dan Proyek Stranas, Dikti yang memfasilitasi penyusunan buku ajar ini melalui Program Hibah Stranas Tahun 2012–2014. Penulis menyadari tulisan ini masih dijumpai beberapa kekurangan, untuk itu diharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Semoga tulisan ini bermanfaat. Wassalamu’alaikum wr. wb.
Bogor, Agustus 2015 Penulis
vi
Daftar Isi
Kata Pengantar ............................................................................................. i Daftar Isi ..................................................................................................... ii Daftar Tabel............................................................................................... iv Daftar Gambar ........................................................................................... vi BAB I. Konsep Produktivitas...................................................................... 1 A. Pendahuluan ................................................................................... 1 B. Evolusi Produktivitas ....................................................................... 3 C. Pengertian dan Ukuran Produktivitas.............................................. 5 D. Taksonomi dan Hierarki Ukuran Produktivitas ............................ 11 E. Tujuan dan Pendekatan dalam Pengukuran Produktivitas ............. 17 F. Sistem Pengukuran Kinerja Integratif Perusahaan .......................... 20 G. Latihan Soal .................................................................................. 24 BAB II. Konsep Dasar Produktivitas Hijau .............................................. 25 A. Memahami Perubahan Konteks Bisnis .......................................... 25 B. Definisi dan Konsep Produktivitas Hijau ....................................... 35 C. Kekuatan Pendorong Produktivitas Hijau ..................................... 40 D. Posisi Produktivitas Hijau pada Pengembangan Bisnis Berkelanjutan .................................... 44 E. Latihan Soal................................................................................... 45 BAB III. Produktivitas Hijau: Metodologi, Metode, dan Teknik .............. 47 A. Proses Bisnis dalam Perspektif Produktivitas Hijau ........................ 47 B. Metodologi Produktivitas Hijau .................................................... 49
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri
C. Teknik dan Tools dalam Produktivitas Hijau ................................. 51 D. Pengukuran dalam Rangka Produktivitas Hijau ............................ 81 E. Latihan Soal................................................................................... 89 BAB IV. Perbaikan Kualitas dalam Mendukung Produktivitas Hijau ........ 91 A. Manajemen Kualitas dalam Rangka Peningkatan Produktivitas ..... 91 B. Quality Function Deployment (QFD).............................................. 94 C. Diagram Sebab-Akibat ................................................................ 103 D. Check Sheet.................................................................................. 105 E. Diagram Pareto ........................................................................... 105 F. Diagram Tebar ............................................................................ 110 G. Histogram ................................................................................... 113 H. Stratifikasi ................................................................................... 115 I. Run-Chart dan Control Chart ........................................................ 115 J. Latihan Soal.................................................................................. 144 BAB V. Strategi Produktivitas Hijau dan Desain Skenario ...................... 147 A. Proses Hierarki Analitik ............................................................... 147 B. Aplikasi AHP untuk Penetapan Strategi Peningkatan Produktivitas dengan Pendekatan Produktivitas Hijau ................ 153 C. Desain Skenario Peningkatan Produktivitas Hijau ...................... 158 D. Latihan Soal ................................................................................ 164 BAB VI. Green Value Stream Mapping..................................................... 171 A. Pemetaan Aliran Nilai Hijau (Green Value System Mapping/GVSM) ........................................ 171 B. Peta Rantai Aliran Hijau Budidaya Karet Alam ........................... 172 C. Pemetaan Rantai Aliran Hijau (GVSM) pada Proses Produksi Karet ............................................................................ 177 D. Peta Aliran Nilai Hijau Produksi Brown Crepe ............................ 184
viii
Daftar Isi
E. Peta Aliran Nilai Kondisi Masa Depan (Future State Green Value Stream Map) ..................................................................... 188 F. Latihan Soal ................................................................................. 191 BAB VII. Pengukuran Indeks Produktivitas Hijau ................................. 193 A. Permasalahan Indikator Produktivitas Agroindustri Karet ........... 193 B. Pendekatan Pengukuran dalam Produktivitas Hijau .................... 196 C. Tolok Ukur dan Indikator .......................................................... 198 D. Pengukuran Indeks Produktivitas Hijau ..................................... 206 E. Perhitungan Indeks Produktivitas Hijau Masa Depan ................. 225 F. Latihan Soal ................................................................................. 229 BAB VIII. Sistem Penunjang Keputusan Produktivitas Hijau ................. 231 A. Mengapa Perlu SPK pada Agroindustri? ...................................... 231 B. Pengambilan Keputusan .............................................................. 232 C. Konsep dan Rancang Bangun Sistem Penunjang Keputusan Produktivitas Hijau ...................... 244 D. Aplikasi Sistem Penunjang Keputusan ....................................... 250 E. Latihan Soal ................................................................................ 261 Daftar Pustaka......................................................................................... 263 Daftar Istilah Penting .............................................................................. 269 Biografi Singkat Penulis .......................................................................... 279
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Kronologi beberapa terminologi penting produktivitas ................... 4
Tabel 2.1
Penyusutan kawasan hutan di beberapa negara Asia Tenggara...........31
Tabel 2.2
Perbandingan antara paradigma lean dan green ...................................43
Tabel 3.1
Persentase jumlah industri yang menerapkan alat, teknik, dan teknologi untuk Produktivitas Hijau ............................................53
Tabel 3.2.
Teknik dan tools dalam GP versi APO.................................................54
Tabel 3.3
Keterkaitan dan kegunaan alat pemetaan aliran nilai dalam menghilangkan pemborosan ................................................................70
Tabel 4.1
Hasil penilaian perbandingan berpasangan kriteria yang diinginkan kosumen ..................................................... 101
Tabel 4.2
Jumlah cacat Bead .............................................................................. 108
Tabel 4.3
Contoh data perhitungan Histogram ............................................... 114
Tabel 4.4
Distribusi frekuensi pada batas kelas ................................................. 114
Tabel 4.5
Hasil pengumpulan data pemeriksaan produk ban yang cacat....... 119
Tabel 4.6
Perhitungan batas-batas kontrol peta kontrol p................................ 120
Tabel 4.7
Hasil pemeriksan produk ban dengan ukuran subgrup tetap ......... 124
Tabel 4.8
Hasil pemeriksaan kualitas karet lembaran (sheet) dengan ukuran sampel tetap ............................................................. 126
Tabel 4.9
Hasil pemeriksaan kecacatan (noda) pada karet lembaran dengan ukuran subgrup tidak tetap ............... 129
Tabel 4.10 Hasil perhitungan batas-batas kontrol peta kontrol u ..................... 131 Tabel 4.11 Data hasil pengukuran kadar karet kering ....................................... 134
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri
Tabel 4.12 Hasil pengukuran kadar karet kering dan perhitungan MR ........................................................................ 140 Tabel 4.13 Daftar nilai koefisien dalam Perhitungan Batas-batas Peta Kontrol x − R serta Indeks Kapabilitas Proses ......................... 142 Tabel 4.14 Data kekuatan daya rentang Rubber Compound ............................. 145 Tabel 4.15 Data pengukuran panjang tabung metal (mm) dari PT XYZ ........ 146 Tabel 5.1
Karakteristik metode AHP ............................................................... 148
Tabel 5.2.
Matriks perbandingan berpasangan untuk level-1 ........................... 150
Tabel 5.3
Matriks perbandingan berpasangan untuk level-2 .......................... 150
Tabel 5.4
Tabel nilai kualitatif dari skala perbandingan berpasangan pada konteks tingkat kepentingan..................................................... 151
Tabel 5.5
Contoh perbandingan berpasangan berdasarkan skala rasio ............ 152
Tabel 5.6
Bobot penilaian masing-masing level AHP ...................................... 157
Tabel 5.7
Desain skenario perbaikan proses budidaya...................................... 161
Tabel 6.1
Perkiraan kebutuhan pupuk PT XYZ tahun 2012 ......................... 174
Tabel 6.2
Kebutuhan material penunjang budidaya karet ............................. 176
Tabel 6.3
Jarak lokasi afdeling ke pabrik pengolahan ........................................ 177
Tabel 7.1
Bobot indikator dalam ESI 2005 ...................................................... 202
Tabel 7.2
Penurunan empat indikator lingkungan GPI proses budidaya karet alam .................................... 204
Tabel 7.3
Penurunan tiga indikator lingkungan GPI proses produksi karet alam ..................................... 205
Tabel 7.4
Hasil analisis tujuh sumber pembangkit waste hijau proses budidaya karet alam ............................................. 207
Tabel 7.5
Perhitungan biaya kebutuhan proses budidaya karet alam per bulan................................................ 209
Tabel 7.6
Hasil analisis seven green wastes produksi ribbed smoked sheet .............................................................. 213
Tabel 7.7
Hasil analisis seven green wastes produksi brown crepe ....................... 216
Tabel 7.8
Komponen biaya tetap produk ribbed smoked sheet.......................... 218
xii
Daftar Tabel
Tabel 7.9
Komponen biaya tidak tetap produk ribbed smoked sheet ................ 218
Tabel 7.10 Komponen biaya tetap produk brown crepe...................................... 219 Tabel 7.11 Komponen biaya tidak tetap produk brown crepe ........................... 220 Tabel 7.12 Asumsi-asumsi yang digunakan pada perhitungan biaya produksi ribbed smoked sheet....................... 221 Tabel 7.13 Asumsi-asumsi yang digunakan pada perhitungan biaya produksi produk brown crepe ..................... 222 Tabel 7.14 Harga jual produk karet alam ............................................................ 224 Tabel 7.15 Perbandingan indeks rancangan perbaikan ...................................... 225 Tabel 7.16 Perbandingan indeks produktivitas hijau rancangan perbaikan .......................................... 227 Tabel 8.1
Permasalahan manajemen (Diadopsi dari Marimin 2004).............. 232
Tabel 8.2
Kerangka kerja pendukung keputusan (Dimodifikasi dari Turban et al. 2007)............................................. 236
Tabel 8.3
Hasil pemilihan kebijakan pada proses budidaya karet alam ................................................................ 256
Tabel 8.4
Hasil pemilihan kebijakan pada proses pengolahan karet alam ............................................................ 257
Tabel 8.5
Simulasi alternatif proses pengolahan karet alam.............................. 258
Tabel 8.6
Simulasi alternatif proses budidaya karet alam.................................. 258
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Model triple-P ..................................................................... 7
Gambar 1.2
Efisiensi dan efektivitas ........................................................ 7
Gambar 1.3
Proses transformasi dan model produktivitas...................... 10
Gambar 1.4
Taksonomi ukuran produktivitas ....................................... 13
Gambar 1.5
Konsep nilai tambah .......................................................... 15
Gambar 1.6
Level hierarki produktivitas ................................................ 16
Gambar 1.7
Delapan kriteria kinerja...................................................... 22
Gambar 2.1
Milestone gerakan hijau ..................................................... 28
Gambar 2.2
Konsep integrasi produktivitas dari Produktivitas Hijau ............................... 37
Gambar 2.3
Keterkaitan antara paradigma lean dan paradigma green.................................................... 42
Gambar 3.1
Proses bisnis dalam perspektif Produktivitas Hijau ............. 48
Gambar 3.2
Hubungan antara metodologi-teknik-tools dalam Produktivitas Hijau ................................................. 49
Gambar 3.3
Diagram sirip ikan ............................................................. 59
Gambar 3.4
VSM pada kondisi aktual ................................................... 75
Gambar 3.5
VSM pada kondisi setelah perbaikan .................................. 76
Gambar 3.6
Green Value Stream ............................................................ 78
Gambar 3.7
Perangkat analisis POA ...................................................... 79
Gambar 3.8
Value Flow Diagram (VFD) untuk contoh kasus pembuatan spaghetti........................... 80
Gambar 3.9
Resource Flow Diagram untuk kasus tahapan proses persiapan pembuatan croissant ................... 81
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri
Gambar 3.10 Skema indikator berbasis proses ......................................... 84 Gambar 3.11 Diagram metodologi pengembangan GPI .......................... 88 Gambar 3.12 Contoh objective matrix...................................................... 89 Gambar 4.1
Beberapa tools dalam umpan balik TQM ........................... 92
Gambar 4.2
Dua aspek utama QFD ...................................................... 97
Gambar 4.3
Matriks rumah kualitas ...................................................... 99
Gambar 4.4
Rumah mutu produk unggulan agroindustri pisang ......... 102
Gambar 4.5
Diagram sebab-akibat ...................................................... 104
Gambar 4.6
Check Sheet data cacat pada mesin Bead Grommet ............ 107
Gambar 4.7
Diagram Pareto jenis cacat Bead ....................................... 109
Gambar 4.8
Diagram tulang ikan (Fishbone Diagram) penyebab cacat Bead.......................... 109
Gambar 4.9
Hubungan positif............................................................. 111
Gambar 4.10 Hubungan negatif ............................................................ 112 Gambar 4.11 Tidak ada hubungan ........................................................ 112 Gambar 4.12 Histogram ........................................................................ 115 Gambar 4.13 Diagram alir penggunaan peta kontrol ............................. 117 Gambar 4.14 Peta kontrol p produk ban ............................................... 121 Gambar 4.15 Peta kontrol np produk ban ............................................. 125 Gambar 4.16 peta kontrol c karet lembaran ........................................... 128 Gambar 4.17 Peta kontrol u karet lembaran .......................................... 132 Gambar 4.18 Peta kontrol x kadar karet kering (%) ............................. 136 Gambar 4.19 Peta kontrol R kadar karet kering (%) .............................. 137 Gambar 4.20 Peta kontrol x individual kadar karet kering (%) .............. 141 Gambar 4.21 Peta kontrol MR kadar karet kering (%) .......................... 142 Gambar 5.1
Contoh struktur hierarki peningkatan Produktivitas Hijau.......................................................... 149
Gambar 5.2
Struktur hierarki dan hasil pembobotan model AHP ....... 155
xvi
Daftar Gambar
Gambar 5.3
Struktur AHP peningkatan produktivitas proses produksi karet alam PT XYZ ........... 156
Gambar 6.1
Green Value Stream Mapping proses budidaya karet alam di PT XYZ kondisi awal ................................. 177
Gambar 6.2
Diagram alir proses produksi ribbed smoked sheet.............. 180
Gambar 6.3
Green Value Stream Mapping proses produksi ribbed smoked sheet di PT XYZ kondisi awal ..................... 185
Gambar 6.4
Diagram alir proses produksi brown crepe ......................... 186
Gambar 6.5
Green Value Stream Mapping proses produksi brown crepe di PT XYZ kondisi saat ini ............................ 188
Gambar 6.6
Future state green stream map proses budidaya karet alam............................................... 189
Gambar 6.7
Future state green stream map proses produksi ribbed smoked sheet .................................. 190
Gambar 6.8
Future state green stream map proses produksi brown crepe ............................................. 191
Gambar 7.1
Posisi penghitungan GPI sebagai bagian dari upaya perbaikan ................................. 197
Gambar 7.2
Tahap pengukuran produktivitas hijau awal..................... 198
Gambar 7.3
Aliran material proses budidaya karet alam dengan basis jumlah produksi per bulan .......................... 207
Gambar 7.4
Neraca massa pada proses produksi ribbed smoked sheet .................................. 211
Gambar 7.5. Neraca massa pada proses produksi ribbed smoked sheet di PT XYZ ................ 215 Gambar 7.6
Grafik perbandingan nilai GPI ratio skenario 1, 2, 3, dan 4 produksi RSS................................ 229
Gambar 8.1
Siklus data, informasi, keputusan, dan aksi (Diadopsi dari Marimin 2008) ......................................... 233
Gambar 8.2 Struktur dasar Sistem Pendukung Keputusan................... 241 Gambar 8.3
Bagan alir pengembangan aplikasi SPK ........................... 245
xvii
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri
Gambar 8.4
Alur pembuatan SPK Produktivitas Hijau........................ 247
Gambar 8.5
Konfigurasi sistem SPK Produktivitas Hijau .................... 249
Gambar 8.6
Tampilan halaman muka SPK ......................................... 251
Gambar 8.7
Tampilan model analisis value stream mapping ................. 252
Gambar 8.8
Perhitungan Produktivitas Hijau proses budidaya ............ 253
Gambar 8.9. Perhitungan Produktivitas Hijau proses pengolahan ........ 254 Gambar 8.10 Grafik pemilihan alternatif menggunakan fuzzy AHP proses budidaya ....................... 255 Gambar 8.11 Grafik pemilihan alternatif menggunakan fuzzy AHP proses pengolahan.................... 255 Gambar 8.12 Tampilan model pemilihan strategi peningkatan produktivitas ................................................ 256 Gambar 8.13 Tampilan keluaran model pemilihan kebijakan peningkatan produktivitas ................................ 257 Gambar 8.14 Tampilan keluaran model simulasi skenario produksi ............................................... 259
xviii
BAB I Konsep Produktivitas
A. Pendahuluan Produktivitas telah menjadi penting dalam strategi pembangunan nasional karena pengaruhnya bagi peningkatan kehidupan sosial dan ekonomi. Dewasa ini, produktivitas bukan hanya dikenal di kalangan ekonom maupun manajer, namun melibatkan kegiatan ekonomi lain. Produktivitas dewasa ini merupakan sebuah konsep yang berlaku pada tingkat internasional, nasional, perusahaan atau industri, dan bahkan pada tingkat individu. Pada level nasional, peningkatan produktivitas memberikan sumbangan yang besar kepada GNP (Gross National Product) dan dapat mengurangi inflasi (Kendrick 1984). Pada level perusahaan dan industri, peningkatan produktivitas dapat menciptakan kompetisi yang mendorong pertumbuhan industri dan perusahaan (Pritchard 1992). Pada level individual, produktivitas dapat mendukung peningkatan kualitas kehidupan, peningkatan waktu senggang dan peningkatan dalam sebuah organisasi (Kendrick 1984; Pritchard 1992). McGinn (2002) mengutarakan pengaruh produktivitas pada standar hidup seseorang. Kata “produktivitas” telah menjadi suatu frase yang umum di kalangan lembaga pemerintahan, pembuat kebijakan, ekonomis, industrialis, pemerhati lingkungan, dan bahkan pekerja. Produktivitas telah menjadi suatu prioritas baik pada tingkat nasional maupun pada tingkat pelaku usaha. Pada tingkat nasional, kesejahteraan rakyat sangat tergantung pada kemampuan negara untuk menghasilkan lebih banyak “output” per unit sumberdaya yang digunakan. Selanjutnya, produktivitas memperbaiki “bahan bakar” untuk pertumbuhan ekonomi, mengatasi inflasi dan dengan produktivitas dimungkinkan tercapainya standar kehidupan yang lebih baik. Pada tingkat
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri
mikro atau individu atau kelompok perusahaan atau industri, produktivitas menunjukkan kinerja dan daya saing perusahaan atau industri. Perbaikan dan peningkatan produktivitas merupakan perangkat untuk meningkatkan daya saing, meningkatkan upah dan kualitas kehidupan kerja yang lebih baik bagi setiap individu. Merujuk kepada konsep ekonomi, bahwa sumberdaya bersifat terbatas. Sumberdaya yang terbatas dimanfaatkan melalui berbagai bentuk dan proses transformasi dan konversi dihasilkan keluaran (output) berupa barang atau produk yang dibutuhkan untuk kehidupan dan kelangsungan hidup manusia. Pemubaziran dalam penggunaan sumberdaya, dan pengelolaan proses transformasi atau konversi sumberdaya yang tidak efisien dan efektif, atau dengan kata lain bersifat “unproductive” tentunya akan lebih mempersulit kehidupan dan keturunan kita di masa depan. Masa depan yang lebih baik akan terjamin jika ada usaha yang keras. Untuk itu maka kita harus berusaha keras dan berjuang untuk memanfaatkan secara optimal sumberdaya alam dan manusia serta man-made resources. Solusi untuk itu adalah meningkatkan produktivitas baik pada level negara, perusahaan/industri atau individu. Bab pertama dalam buku ajar Produktivitas Hijau ini memberikan fondasi mendasar akan konsep produktivitas. Sebelum masuk ke dalam pembahasan mengenai Green Productivity atau selanjutnya diterjemahkan menjadi “Produktivitas Hijau”, perlu kiranya ditelaah terlebih dahulu apa sebenarnya yang dimaksud dengan “produktivitas”. Telaah mengenai istilah yang digunakan perlu dilakukan sehingga tidak terjadi penyimpangan dalam penggunaan istilah produktivitas. Kemunculan istilah produktivitas diawali dengan penggunaan oleh Quesnay di dalam Journal de l’Agriculture lebih dari dua abad yang lalu. Sejak saat itu istilah tersebut telah dipergunakan dalam banyak konteks pada berbagai level, terutama dalam sistem ekonomi (Tangen 2005). Produktivitas lahir sejak awal revolusi industri ketika geliat industri menjadi soko guru industrialisasi di dunia Barat. Adam Smith yang pertamakali menerjemahkan peningkatan produktivitas melalui spesialisasi kerja. Kemudian, seiring dengan perkembangan waktu, kalangan akademis maupun praktisi menggunakan istilah produktivitas tanpa secara jelas memberikan batasan dan definisi (Chew 1988). Oleh karena itu, sebelum masuk kepada konsep mengenai Produktivitas Hijau, perlu dilakukan kajian mengenai evolusi produktivitas beserta ukuran-ukuran yang dipakai.
2
Konsep Produktivitas
Sepanjang sejarah perkembangan industri, telah terjadi banyak sekali interpretasi terhadap ukuran keunggulan sebuah organisasi. Istilah semacam produktivitas, performansi, profitabilitas, efektivitas dan efisiensi sering digunakan pada level mikro (lantai pabrik/level operasional), meso (korporasi) maupun makro (negara/kawasan). Perlu kiranya definisi-definisi istilah tersebut diperjelas sebelum memasuki pokok bahasan mengenai Produktivitas Hijau, baik pada level konseptual, metodologis maupun aplikasi di lapangan.
B. Evolusi Produktivitas Pada tahun 1764, James Watt menemukan mesin uap sebagai pengganti manusia yang kemudian mengantar peradaban manusia ke zaman modern yang berdampak kepada peningkatan produktivitas industri. Adam Smith pada tahun 1776 merupakan orang pertama yang menyadari bahwa efisiensi hanya akan didapat dari spesialisasi buruh karena 3 hal yaitu: (1) meningkatkan keahlian dan keterampilan buruh jika satu tugas dilakukan secara berulangulang, (2) mengurangi kehilangan waktu yang biasa terjadi bila satu aktivitas diubah menjadi aktivitas lain, (3) mendorong penemuan dan pembuatan peralatan yang akan digunakan oleh tenaga kerja spesialis dan pada pekerjaan khusus. Lebih dari seabad kemudian Littre mendefinisikan produktivitas sebagai: “kemampuan untuk memproduksi”. Hal ini berlangsung hingga pada penghujung abad ke-19 dicapai suatu definisi yang lebih tepat bahwa produktivitas merupakan hubungan antara output dan metode yang digunakan untuk menghasilkan output itu (Sumanth 1984). Namun demikian definisi dan ukuran produktivitas hingga sebelum Perang Dunia II masih berhubungan dengan produktivitas pada lantai pabrik (factory floor). Pada tahun 1950, Organisasi Kerjasama Ekonomi Eropa (OECD) menghasilkan suatu definisi baru bagi produktivitas yang lebih resmi yaitu: “Produktivitas adalah suatu hasil bagi yang didapat dengan membagi luaran (output) dengan salah satu faktor produksi. Definisi ini memungkinkan produktivitas dinyatakan sebagai produktivitas modal, produktivitas investasi, atau produktivitas material, yang tergantung apakah luaran dihubungkan dengan modal, investasi, material, dan lain-lain”.
3
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri
Terdapat beberapa variasi mengenai definisi produktivitas, baik yang dikemukakan oleh suatu institusi atau negara. Di Indonesia, Dewan Produktivitas Nasional mendefinisikan bahwa “produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan untuk mencapainya”. Menurut National Productivity Board of Singapore, “produktivitas adalah sikap mental yang mengandung keinginan atau kemauan untuk bekerja keras dan melakukan perbaikan atau peningkatan kerja produktif secara kontinyu”. International Labour Organization (ILO) mendefinisikan bahwa “produktivitas adalah rasio antara hasil produksi dengan gabungan elemen produksi, seperti: lahan, modal, tenaga kerja, dan organisasi”. Menurut European Productivity Agency (EPA), produktivitas adalah tingkat efisiensi dari pemanfaatan setiap sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan produksi. Pada perkembangannya, produktivitas bukan hanya sekedar menjadi ukuran namun berkembang menjadi sebuah filosofi, yaitu sebagai sebuah sikap mental. Menciptakan hari ini yang lebih baik dari kemarin dan mengusahakan hari esok yang lebih baik dari hari ini. Untuk mengetahui apakah terjadi perbaikan dari waktu ke waktu, diperlukan suatu nilai numerik sebagai alat bantu untuk menganalisis produktivitas (Sumanth 1984). Secara lengkapnya definisi produktivitas dari zaman ke zaman dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Kronologi beberapa terminologi penting produktivitas Masa
Pakar
Tahun
Kata Kunci Produktivitas
Abad Adam ke-18 Smith
1776
“Spesialisasi akan meningkatkan Produktivitas”
Abad Littre ke-19
1883
“Kemampuan untuk memproduksi”
Abad ke-20
Awal
1900
“Hubungan antara output dan metode yang digunakan untuk memproduksi output tersebut”
OEEC
1950
“Nilai yang didapat dari membagi output dengan salah satu faktor produksi”
Davis
1955
“Perubahan yang didapat pada produk dari perluasan sumberdaya “
Fabricant 1962
“Selalu rasio output terhadap input “
4
Konsep Produktivitas
Tabel 1.1 Kronologi beberapa terminologi penting produktivitas (Lanjutan) Masa
Pakar
Tahun
Kata Kunci Produktivitas
Kendrick1965 Creamer
“Definisi fungsional untuk parsial, total-faktor, dan produktivitas total “
Siegel
1976
“Rasio output terhadap input “
Sumanth
1979
“Total produktivitas-rasio output terhadap input yang diukur”
Sumber: Manajemen Produktivitas Total: Strategi Peningkatan Produktivitas Bisnis Global (Dimodifikasi dari Gasperz 1998).
Seiring dengan perkembangan dan digunakannya paradigma dan konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development), yang salah satu dimensi yang digunakan adalah dimensi lingkungan selain dimensi ekonomi dan sosial. Pada level makro, dikenal terminologi “black GDP”, yaitu pertumbuhan ekonomi yang memberikan dampak terhadap kerusakan lingkungan. Laju pertumbuhan ekonomi yang dinyatakan dengan GDP yang dalam perhitungannnya dikurangi dengan biaya-biaya sebagai dampak dan akibat kerusakan lingkungan merupakan ukuran yang disebut “Green GDP” (Tuttle and Heap 2008). Pada level mikro yaitu perusahaan atau industri, model produktivitas tradisional hanya berfokus kepada 4 kelompok masukan, yaitu tenaga kerja, capital, material, dan energi. Pada model tradisional ini, tidak ada perhitungan ekonomi yang berkenaan dengan masukan lingkungan secara alami. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, model produktivitas yang dalam konsep dan perhitungannya memasukkan aspek lingkungan dikenal dengan terminologi Produktivitas Hijau.
C. Pengertian dan Ukuran Produktivitas C.1. Produktivitas dan tolok ukur lain Terminologi produktivitas sering dipertukarkan dengan tolok keberhasilan lain seperti performansi (kinerja), efektivitas dan efisiensi, profitabilitas serta tolok ukur keberhasilan lain. Banyaknya perkembangan dalam dunia usaha dan penelitian-penelitian mengenai keunggulan perusahaan memunculkan
5
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri
banyak sekali ukuran sehingga menjadikan analisis mengenai tolok keberhasilan menjadi kabur. Beberapa terminologi yang sering dipakai adalah produktivitas, performansi, profitabilitas, efektivitas, dan efisiensi. Pada perkembangannya produktivitas bukan hanya diukur pada level mikro (perusahaan/lantai pabrik), tetapi berkembang menjadi tolok ukur keberhasilan suatu ekonomi, sektor maupun industri suatu negara. Apabila dilihat pada jenis berdasarkan hierarki analisa, terminologi produktivitas digunakan pada level makro (industri, sektoral maupun ekonomi) maupun pada level mikro (organisasi). Namun untuk memahami konteks makro, diperlukan pemahaman akan tolok ukur keberhasilan sebuah sistem organisasi. Tangen (2005) memberikan dasar bagi terminologi produktivitas, efisiensi, efektivitas, profitabilitas, dan performansi (Gambar 1.1). Ia memperkenalkan model 3P (Produktivitas, Profitabilitas dan Performansi) untuk membedakan antara ukuran-ukuran unggul di atas. Berdasarkan model tersebut Tangen (2005) mendefinisikan istilah produktivitas dan hubungannya dengan ukuran keunggulan yang lain. Ia mendefinisikan Produktivitas dalam level operasional, yaitu hubungan antara jumlah output dan jumlah input. Sebagi ilustrasi produktivitas dalam industri pangan, jumlah produk yang sesuai spesifikasi dibagi sumber daya yang digunakan dalam proses produksi. Profitabilitas dalam perspektif Tangen juga dilihat sebagai hubungan antara output dan input tetapi merupakan hubungan moneter dan dipengaruhi oleh faktor harga (price recovery). Sementara performansi merupakan istilah untuk mengukur keprimaan (excellence) dimana di dalamnya terdapat ukuran profitabilitas dan produktivitas selain ukuran nonfinansial lain seperti kualitas, kecepatan, pengiriman serta fleksibilitas.
C.1.1 Efisiensi dan Efektivitas Merujuk kepada pendapat Sumanth (1984) Istilah “produktivitas” seringkali dibingungkan dengan istilah “produksi”. Istilah “produksi” adalah berkenaan dengan kegiatan untuk menghasilkan barang atau jasa, sedangkan “produktivitas” berkenaan dengan penggunaan sumberdaya (input) yang efisien dalam menghasilkan output barang atau jasa (Gambar 1.2).
6
Konsep Produktivitas
Kualitas, pengiriman, kecepatan, feksibilitas Pemulihan harga (Price recovery)
Performansi Profitabilitas
Input
Produktivitas
Output
Efektiivitas Efisiensi
Gambar 1.1 Model triple-P Sumber: Diadopsi dari Tangen (2005)
Efisiensi = sumberdaya yang diharapkan digunakan/sumberdaya riil yang digunakan
Sistem Hulu
Input
Efektivitas = Output yang sebenarnya/Output yang diharapkan
Proses Transformasi
Output
Gambar 1.2 Efisiensi dan efektivitas Sumber: Diadopsi dari Sink and Tuttle (1989)
7
Sistem Hilir
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri
Ada pendapat bahwa semakin besar produksi maka semakin besar produktivitas. Hal ini tidak selalu benar, yang dapat ditunjukkan oleh ilustrasi sebagai berikut. Misalkan suatu perusahaan agroindustri memproduksi 10.000 kg tepung gaplek dengan menggunakan bahan baku ubi kayu sebanyak 50.000 kg. Maka untuk contoh ini: Produksi = 10.000 Kg Produktivitas (bahan baku) = 10.000 kg tepung / 50.000 kg ubi kayu = 0,2 tepung/kg ubi kayu. Andaikan agroindustri tersebut meningkatkan produksinya menjadi 12.000 kg dengan meningkatkan penggunaan ubi kayu menjadi 60.000 kg. Dalam hal ini, maka: Produksi = 12.000 kg Produktivitas (bahan baku) = 12.000 kg tepung / 60.000 kg ubi kayu = 0,2 tepung/kg ubi kayu Akan tetapi jika dilakukan perbaikan proses sehingga dengan bahan baku ubikayu yang sama (50.000 kg) dapat dihasilkan produksi tepung 12.000 kg, maka: Produktivitas (bahan baku) = 12.000 kg tepung / 50.000 kg ubi kayu = 0,24 tepung/kg ubi kayu Istilah “produktivitas” sering kali juga disalahartikan dengan “efisiensi” dan “efektivitas”. “Efisiensi” merupakan rasio antara output (keluaran) aktual yang diperoleh dengan keluaran baku yang diharapkan. Sebagai contoh, jika pada industri sari buah yaitu pada tahap pengupasan kulit buah, hasil buah yang terkupas oleh seorang pekerja adalah 120 unit buah per jam, sedangkan yang diharapkan atau yang merupakan standar adalah 180 unit buah per jam, maka efisiensi pekerja adalah 120/180 = 0,667 atau 66,7 persen. “Efektivitas” adalah tingkat atau derajat pencapaian tujuan. Dengan kata lain seberapa baik suatu hasil dicapai menggambarkan efektivitas, sedangkan seberapa baik sumberdaya digunakan untuk mencapai hasil menggambarkan efisiensi. “Produktivitas” merupakan kombinasi efektivitas dan efisiensi,
8
Konsep Produktivitas
jika efektivitas berkaitan dengan kinerja sedangkan efisiensi berkaitan dengan penggunaan sumberdaya. Sumanth (1984) merumuskan produktivitas sebagai suatu indeks sebagai berikut:
Indeks Produktivitas =
f (efektivitas ) F (efisiensi )
dimana f dan F merujuk kepada fungsi tertentu. Efisiensi dan efektivitas tidak selalu harus seiring sejalan, oleh karena efisiensi berimplikasi pencapaian pada kisaran atau tingkat tertentu yang dapat diterima tetapi tidak harus yang diinginkan. Sebagai contoh, mencampur bahan yang dilakukan dengan mengaduk secara manual dibandingkan dengan menggunakan alat atau mesin pencampur, mungkin suatu kegiatan yang efisien – akan tetapi jika secara manual tersebut hasil yang campuran tidak merata dan lambat, maka cara manual tersebut tidak efektif. Efektivitas adalah tingkat pencapaian hasil optimal yang direncanakan, sedangkan efisiensi adalah tingkat pemanfaatan penggunaan sumber yang seminimal mungkin. Pengertian produktivitas dapat dilihat dari beberapa konsep, yaitu konsep Teknis, Sosial, Ekonomi, Manajemen, dan konsep Integrasi (APO 2006). Pada konsep Teknis, produktivitas didefinisikan sebagai hubungan antara Output (Keluaran) dan Input (Masukan) yang dinyatakan sebagai rasio antara Keluaran dan Masukan. Sebagai suatu konsep teknis atau konsep produksi, produktivitas mengukur kemampuan untuk menggunakan secara efisien sumberdaya yang tersedia untuk menghasilkan Keluaran yang diinginkan. Konsep ini dapat menimbulkan persoalan jika masukan dan keluaran hanya dilihat dari aspek kuantitatif semata dengan mengabaikan aspek kualitatif. Dalam beberapa kasus misalnya untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja dengan mengurangi jumlah tenaga kerja seringkali menimbulkan konflik. Untuk mengatasi masalah ini, diintroduksikan konsep produktivitas yang lebih luas, yaitu sebagai konsep sosial. Pada konsep sosial, produktivitas di atas segalanya adalah sebagai suatu sikap mental (attitude in mind), yang berupaya mencari perbaikan dari apa yang telah ada secara berkesinambungan. Hal ini didasarkan atas keyakinan bahwa apa yang dilakukan hari ini akan lebih baik dibandingkan kemarin dan yang dilakukan esok hari akan lebih baik dibandingkan hari ini. Berdasarkan konsep
9
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri
ini, dikaitkan dengan terminologi efisiensi dan efektivitas, maka produktivitas tidak hanya sekedar memaksimumkan efisiensi dengan melakukan “doing things right” tetapi juga mencapai efektivitas yang maksimum dengan “doing the right things”. Dengan kata lain produktivitas dapat didefinisikan sebagai: Produktivitas
= Efisiensi + efektivitas = “doing things right” + “doing the right things”.
C.1.2 Profitabilitas Hubungan antara produktivitas dan profitabilitas diilustrasikan dalam Gambar 1.3.
Gambar 1.3 Proses transformasi dan model produktivitas Diadopsi dari Kurosawa dalam Tangen (2005)
10
Konsep Produktivitas
C.1.3 Performansi Perusahaan Pengukuran produktivitas pada level mikro, merupakan salah satu kriteria dalam penentuan performansi perusahaan. Produktivitas dalam artian sempit digunakan sebagai salah satu ukuran kinerja perusahaan yang disebut sebagai Performance Measurement System di mana di dalamnya terdapat ukuranukuran yang saling berhubungan. Sampai saat ini banyak sekali Sistem Pengukuran Kinerja Perusahaan secara teoritis maupun aplikatif. Beberapa sistem pengukuran kinerja perusahaan akan dibahas pada bagian E
D. Taksonomi dan Hierarki Ukuran Produktivitas D.1 Taksonomi Ukuran Produktivitas Jenis pengukuran produktivitas pada level makro ekonomi (ekonomi, industri, sektor) berbeda dengan produktivitas pada level mikro ekonomi (perusahaan, korporasi). Parson (2001) memperkenalkan taksonomi ukuran produktivitas untuk menggambarkan pengukuran produktivitas pada level makro maupun mikro (Gambar 1.4).
D.2 Cakupan Pengukuran Dari segi cakupan pengukuran, maka terdapat 3 jenis ukuran produktivitas yaitu (1) produktivitas total, (2) produktivitas total-faktor dan (3) produktivitas parsial, yang masing-masing mempunyai arti yang berbeda (Sumanth 1984). Produktivitas Total, rasio dari jumlah total ouput terhadap jumlah total input. Sehingga pengukuran produktivitas total merefleksikan pengaruh dari semua input dalam menghasilkan output. Pada tingkat perusahaan, produktivitas total ini merupakan produktivitas sistem total perusahaan. Output dapat berupa produk, jasa, dan produk/jasa sampingan yang dihasilkan dan dijual oleh perasahaan. Sementara input dapat berupa bahan, tenaga kerja, modal, energi, lahan, informasi, manajemen, yang diperlukan untuk menghasilkan output-output tersebut diatas. Periode untuk menghitung output maupun input harus sama, umpamanya satu tahun, kuartal, atau satu bulan.
11
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri
Produktivitas Total-Faktor merupakan ukuran produktivitas pada tingkat makro ekonomi, yang didefinisikan sebagai rasio dari output bersih terhadap jumlah input tenaga kerja dan modal yang bersangkutan, yang dirumuskan sebagai berikut: Total Factor Productivity = Net Output / (Labour + Capital) Yang dimaksud dengan output bersih adalah total output dikurangi dengan pembelian barang dan jasa antara (input antara) yang digunakan dalam proses produksi. Keluaran Bersih (Net Output) juga dirujuk sebagai Keluaran Nilai Tambah (Value-added Output) sehingga Produktivitas Total Faktor disebut juga sebagai Produktivitas Nilai Tambah. Perbedaannya dengan produktivitas total adalah bahwa pembagi dari rasio ini hanya terdiri atas input faktor tenaga kerja dan modal. Produktivitas Parsial adalah rasio dari output terhadap salah satu faktor input, sering disebut juga sebagai produktivitas faktor tunggal (single-factor productivity). Sebagai contoh, produktivitas tenaga kerja merupakan ukuran produktivitas parsial bagi input tenaga kerja, dan lain-lain. Beberapa ukuran produktivitas parsial ini adalah: Labour Productivity
= Output / Labour
Material Productivity
= Output / Raw Materials
Energy Productivity
= Output / Energy
Capital Productivity
= Output / Capital
Produktivitas Parsial ini diperlukan untuk mendeteksi penyebab terjadinya penurunan atau peningkatan produktivitas, sehingga dapat dilakukan proses yang lebih terfokus untuk perbaikan produktivitas.
12
Konsep Produktivitas
Mikro
OUTPUT
Gross (berdasarkan penjualan)
Total Factor Productivity
Multiple Input Multiple Resources
Tradisional Parsial
Single Input Multiple Resources
INPUT/ RESOURCES
Parsial Ekonomis
Multiple Input
Net (berdasarkan nilai tambah) Makro
!
Gambar 1.4 Taksonomi ukuran produktivitas (Parsons 2001) Apabila pengukuran produktivitas parsial dilakukan terhadap masukan sumberdaya secara menyeluruh, maka ukuran produktivitas parsial dapat digunakan untuk mengekspresikan produktivitas total suatu perusahaan industri. Hannula (2002) menjelaskan hubungan antara produktivitas parsial dan produktivitas total sebagai berikut.
PT =
O atau I L + I M + IC + I E + IQ
1 I L + I M + IC + I E + IQ = PT O di mana PT : Produktivitas Total; IL : Input Tenaga Kerja; IM : Input Bahan;
13
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri
IC : Input Kapital; IE : Input Energi dan IQ : Input Lain. Produktivitas Parsial adalah rasio Keluaran Total dan Masukan tertentu atau
Pi =
O O ⇒ I i = , sehingga: Ii Pi
1 1 1 1 1 1 = + + + + , atau PT PL PM PC PE PQ −1
⎛1 1 1 1 1⎞ + + + ⎟⎟ PT = ⎜⎜ + ⎝ PL PM PC PE PQ ⎠
Selanjutnya dengan dasar nilai keluaran dan masukan yang sudah dideflasi pada tahun yang sama, maka menurut Hannula (2002) perubahan relatif produktivitas total juga dapat diekspresikan sebagai fungsi dari perubahan relatif rasio produktivitas parsial dan struktur biaya terhadap tahun dasar sebagai berikut.
∆P T =
=
=
=
PT − PTbase PTbase
∑( I ∑( I
=
∑( I
∑( I ) ibase
ibase
/ ( ∆Pi +1))
ITbase
−1
−1
ibase
×1 / ( ∆Pi +1))
ibase
1 −1 / ITbase ×1 / ( ∆Pi +1))
∑(C
ibase
1
/ CTbase ×1 / ( ∆Pi +1))
−1, dimana
∆PT : perubahan relatif Produktivitas Total, CTbase : total biaya pada periode dasar, Cibase : biaya input pada periode dasar, dan ∆Pi : perubahan relatif produktivitas parsial input – i.
14
Konsep Produktivitas
Sebagai tambahan, metode Nilai Tambah adalah salah satu metode lain yang digunakan untuk mengukur produktivitas. Metode ini pada dasarnya menyangkut penggunaan Keluaran untuk mengukur tambahan “kekayaan” yang dihasilkan suatu perusahaan atau industri melalui proses atau operasi produksi dan jasa. Nilai tambah diturunkan dari hasil pengurangan nilai Keluaran (pendapatan atau hasil penjualan) dengan nilai Masukan (material dan jasa yang digunakan). Sebagai contoh, suatu perusahaan membeli bahan baku dan menambahkan nilai terhadap bahan baku tersebut melalui proses produksi untuk menghasilkan produk yang mempunyai nilai lebih tinggi dibandingkan bahan baku asal. Kekayaan yang dihasilkan oleh perusahaan didistribusikan kembali misalnya sebagai upah kepada pekerja, untuk investasi mesin dan fasilitas, keuntungan bagi perusahaan, pajak, bunga kepada kreditur, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.5.
Gambar 1.5 Konsep nilai tambah Nilai Tambah dapat dihitung dengan menggunakan Metode Pengurangan atau Metode Penambahan, yang dirumuskan sebagai berikut. Value added
4
= Total Sales - Brought-in materials and Services
= Labour Cost + Interest + Taxation + Depreciation + Profit
15
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri
D.3 Hirarki Ukuran Produktivitas Pada level nasional, produktivitas ekonomi secara keseluruhan diukur dari GDP dibagi jumlah populasi dan GDP dibagi pekerja. Pada level sektoral, produktivitas sektor diukur sesuai dengan sektor, yaitu dengan nilai tambah dibagi jumlah pekerja pada sektor manufaktur. Sementara pada perdagangan dan pertambangan added value per unit modal. Tolok ukur industri diukur sesuai dengan jenis industrinya, misalnya pada industri tekstil diukur dengan value-added per pekerja karena karakteristik industri tekstil bersifat pada karya. Pengukuran dalam hospitality industry atau sering sekali diterjemahkan dengan industri perhotelan dengan angka occupancy atau penuhnya kamar hotel. Ukuran produktivitas berbeda pula untuk industri berbasis peternakan dengan ukuran ton-daging per pekerja. LEVEL PRODUKTIVITAS Hirarki pengukuran produktivitas
Ekonomi
Nasional
Sektoral
Manufaktur
Pertambangan
Added Value/worker
Industri
Perdagangan
Added Value/unit modal
Tekstil
Perhotelan
Occupancy
Value added/worker
Perusahaan A
Daging Ton/pekerja Perusahaan B
Organisasi Unit diproduksi/worker
Individual
Utilisasi mesin
Unit diproduksi/hari
Gambar 1.6 Level hierarki produktivitas (Parsons 2001)
16
Konsep Produktivitas
Pada level organisasi, perusahaan A menggunakan ukuran produktivitas banyaknya barang diproduksi per pekerja, sedangkan perusahaan B menggunakan ukuran utilisasi mesin yang digunakan. Sedangkan pada level individual digunakan ukuran unit yang diproduksi per hari. Pemahaman mengenai posisi produktivitas sebagai salah satu kriteria kinerja perusahaan, level industri, sektoral maupun nasional, merupakan dasar untuk lebih memahami peran dan fungsi produktivitas dalam mencapai keunggulan kompetitif sebuah sistem organisasi, pada level industri, sektoral maupun ekonomi. Namun demikian, ukuran produktivitas beserta pengukurannya akan sangat berarti apabila mengetahui konteks dimana produktivitas dan pengukuran produktivitas diterapkan. Untuk itu, harus diketahui jenis pengukuran produktivitas beserta konteks dimana hal itu dilakukan. Untuk itu, Parson (2001) mengklasifikasikan jenis pengukuran produktivitas menjadi 3, yaitu berdasarkan tujuan, berdasarkan hirarki pengukuran dan metode pembandingan.
E. Tujuan dan Pendekatan dalam Pengukuran Produktivitas E.1 Tujuan Pengukuran Produktivitas Pengukuran produktivitas berguna apabila mengetahui untuk apa dilakukan pengukuran. Berdasarkan tujuannya, pengukuran produktivitas terdiri dari:
a. Mengetahui kondisi produktivitas Pengukuran untuk mengetahui disebut measurement for awareness. Ukuran yang disusun untuk memunculkan awareness biasanya cakupannya luas dengan indikator yang bersifat sistem dan luas. Pada level nasional dan regional, Total Factor Productivity (TFP) dianggap sebagai sebuah metodologi yang mumpuni dan terkenal. Namun demikian pengukuran menggunakan TFP harus ditambahi analisis seri saham agar dapat lebih berguna. Ukuran nilai tambah juga lazim digunakan pada level organisasi dalam pengukuran kinerja/produktivitas maupun dalam menyusun value added statement. Input biasanya dinyatakan dalam nilai kompensasi tenaga kerja (gaji, pendapatan, kontribusi perusahaan, dan sebagainya) atau jumlah tenaga kerja.
17
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri
Untuk mengukur output, organisasi sering menggunakan ukuran fisik secara kasar untuk keluaran (output), semisal berat dalam satuan ton tanpa memasukkan aspek spesifikasi teknis. Organisasi juga menggunakan ukuran awareness yaitu menggunakan rasio keuangan atau akuntansi manajemen tradisional yang selama ini dikenal semacam ROI, Return of Sales (ROS) dan Cost per unit produced atau cost per unit yang terjual. Apabila tujuan utama adalah untuk mengetahui, jarang sekali bersifat detail.
b. Pengendalian Ukuran untuk tujuan pengendalian cenderung lebih teliti dibandingkan awareness, didefinisikan secara jelas dan sering sekali bersifat normatif. Tujuannya adalah untuk mengindikasikan kapan, dan seberapa banyak kinerja sebuah proses menyimpang untuk selanjutnya dilakukan pengendalian. Ukuran-ukuran untuk keperluan pengendalian sering sekali bersifat spesifik, dan aspek-aspek dalam proses produksi didefinisikan secara detail. Biasanya terdapat bias dengan ukuran-ukuran tradisional produktivitas. Presisi dalam pengukuran untuk pengendalian biasanya diperlukan ketika diberlakukan kebijakan perusahaan untuk memberikan insentif sebagai sarana untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi. Ukuran pengendalian digunakan pada setiap proses dalam manufaktur atau pada komponenkomponen operasional pada sektor ekonomi selain manufaktur.
c. Peningkatan Ukuran untuk peningkatan biasanya menggunakan pendekatan positif. Kategori ini bersifat luas dan menggunakan ukuran untuk mendiagnosa dan mengevaluasi beserta ukuran-ukuran yang digunakan untuk goal setting dan feedback. Ukuran diagnostik dan evaluasi didesain untuk mengidentifikasi permasalahan beserta gejalanya, letak permasalahan dan besar permasalahan. Kecenderungan pada jenis ukuran untuk peningkatan menggunakan pendekatan ukuran holistik dan multifaktor atau sekumpulan ukuran serumpun untuk mendapatkan sudut pandang menyeluruh organisasi. Munculnya berbagai pendekatan pengukuran semacam Objective Matrix (OMAX), Balanced Scorecard, dan Performance Prism serta berbagai sistem pengukuran kinerja menunjukkan usaha sungguh-sungguh untuk memahami dan menemukan hambatan peningkatan kinerja. Pendekatan semacam
18
Konsep Produktivitas
OMAX memungkinkan pengkonsepsian sekumpulan kinerja menjadi ukuran kinerja komposit untuk menghasilkan indeks kinerja. Indeks kinerja dapat memudahkan manajemen dalam menyusun perangkat kinerja yang sesuai dengan kebutuhan. Di sisi lain, pendekatan pengukuran melalui Sistem Pengukuran Kinerja (Performance Measurement System) yang telah dikembangkan oleh Kaplan Norton semacam Balanced Scorecard maupun Andy & Neely dengan Performance Prism memudahkan organisasi untuk menstrukturkan Sistem Pengukuran Kinerja yang holistik dalam rangka perbaikan berkelanjutan. Pendekatan kinerja komposit OMAX yang telah diperkenalkan oleh James L Riggs beserta BSC dan Performance Prism apabila digabungkan dengan teknik wawancara dan penyelidikan, ukuran diagnostik dan evaluasi yang sesuai dapat digunakan untuk mencari penyebab dari kinerja yang kurang dan menemukan tindakan yang tepat untuk peningkatan.
E.2 Pendekatan Pembandingan (Benchmark) Dalam pengukuran kinerja, diperlukan tindakan pembandingan atau benchmark. Tindakan ini diperlukan untuk memberikan pemaknaan akan nilai kuantitif yang didapat dari perhitungan. Misalnya, nilai 100 kardus/ tenaga kerja/hari tidak memiliki arti apa-apa kecuali dibandingkan dengan sebuah nilai tertentu untuk dibandingkan. Nilai 100 tersebut bisa berarti baik ataupun lebih buruk atau bahkan tidak ada peningkatan apa-apa. Nilai tersebut bisa dibandingkan dengan nilai masa lalu maupun masa depan yang diinginkan. Nilai tersebut juga dapat dibandingkan dengan nilai pada perusahaan terbaik yang ada dalam suatu industri untuk melihat tingkat keunggulan suatu ukuran tertentu.
a. Benchmark temporal-longitudinal Kinerja dengan pendekatan temporal-longitudinal adalah membandingkan angka kinerja antar dua periode waktu. Biasanya periode yang dibandingkan diurutkan, misalnya bulan Oktober diikuti bulan November kemudian Desember. Bisa pula antara tahun 2011 dengan 2012 dan dengan 2013, atau bisa pula dibandingkan antara kinerja bulan Oktober tahun 2012 dengan kinerja bulan Oktober tahun 2013. Secara umum, dengan benchmarking pendekatan longitudinal dapat dilihat apakah kinerja organisasi meningkat atau menurun.
19
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri
b. Benchmark spatial-cross sectional Perbandingan cross-sectional mengambil beberapa teknik pengukuran yang memungkinkan suatu entitas, baik itu perusahaan atau divisi, membandingkan kinerjanya dengan entitas lain yang serupa atau sekelas. Perbandingan ini dapat digunakan misalnya pada benchmarking BUMN yang bergerak dalam bidang agroindustri dengan BUMN serupa di luar negeri ataupun membandingkan perusahaan BUMN yang bergerak dalam bidang agroindustri dengan perusahaan swasta murni lainnya. Secara umum pendekatan ini dapat digunakan untuk menilai apakah sebuah organisasi lebih baik atau lebih buruk dibandingkan pesaing terbaiknya.
c. Benchmark normatif Pendekatan Benchmark normatif adalah jika dilakukan perbandingan antara kinerja dengan sebuah norma atau standar. Sebagai contoh hasil aktual bulan ini dibandingkan target perusahaan bulan ini, maka ada kemungkinan terjadi penyimpangan yang terjadi, apakah penyimpangan yang dapat diterima, tidak dapat diterima ataukah tidak ada penyimpangan sama sekali. Karaktersitik sebuah norma biasanya bervariasi. Ia bisa berupa standar teknis yang kuantitatif-kaku yang diturunkan dari standar teknik industri atau dari studi kerja. Sebuah norma bisa juga diturunkan dari pengalaman masa lalu atau pandangan manajemen semacam target anggaran dan penjualan. Untuk pertama kali, ukuran normatif secara langsung menjawab pertanyaan akan baik buruknya kinerja sebuah organisasi/perusahaan.
F. Sistem Pengukuran Kinerja Integratif Perusahaan Dewasa ini terdapat beberapa sistem pengukuran kinerja perusahaan dimana didalamnya terdapat ukuran-ukuran untuk mencapai kinerja perusahaan. Banyak sekali konseptualisasi sistem pengukuran kinerja yang dikembangkan sebagai alat untuk meningkatkan kinerja perusahaan, tetapi hanya beberapa yang popular digunakan pada tahap aplikasi. Dalam bab ini akan dijelaskan hanya model delapan kriteria kinerja.
20
Konsep Produktivitas
Sink, et al (1995) mengembangkan sistem delapan kriteria kinerja yang diperluas. Dalam sistem yang diperluas tersebut, dipaparkan delapan kriteria kinerja terintegrasi dimana di dalamnya terdapat efisiensi, efektivitas, produktivitas, profitabilitas beserta kriteria kinerja lain seperti kualitas, utilitas, inovasi dan Quality of Worklife. Model tersebut diilustrasikan pada Gambar 1.7. Gambar tersebut menggambarkan penggunaan produktivitas sebagai salah satu kriteria kinerja dalam sebuah sistem organisasi. Pelanggan menilai keluaran dari perusahaan berupa produk yang berkualitas. Untuk mencapai kualitas yang diinginkan maka dilakukan pada kelima titik uji (check-point) kualitas. Kriteria kualitas tergantung pada produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Pada beberapa industri terdapat persyaratan minimal kualitas dan check point khusus. Hal ini terdapat pada industri pangan serta industri lain yang peka terhadap deviasi lingkungan. Pada industri pangan diterapkan HACCP (Hazzard Analysis and Critical Control Points), GMP (Good Manufacturing Practices). Utilisasi atau sering juga disebut sebagai tingkat okupansi berhubungan dengan tingkat penggunaan dari sumber daya (mausia, mesin, material). Ia adalah koefisien sederhana yang mengonversikan waktu kalender atau elapsed time menjadi waktu produksi riil. Misalnya, apabila mesin/peralatan atau manusia tersedia untuk waktu produksi delapan jam namun hanya menghasilkan selama empat jam, utilisasi alat sebesar 50%. Kualitas kehidupan kerja meliputi berbagai faktor. Ukuran ini merepresentasikan respons afektif manusia di dalam organisasi akan isu-isu yang berhubungan dengan konten pekerjaan, gaji, keamanan kerja (job security), kondisi kerja, rekan kerja, supervisi, kultur, pelatihan serta pengembangan, otonomi dan variasi keahlian. Sampai sejauh mana mampu untuk mempengaruhi dan memodifikasi cara kerja juga memengaruhi kualitas kehidupan. Berbagai penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa hampir dalam semua kasus, kepuasan kerja berhubungan dengan kerja produktif sedangkan stress dan ketidakpuasan berhubungan dengan perilaku non-produktif. Karena produktivitas merupakan gabungan dari aspek proses teknis dan sosial, maka kualitas kerja merupakan indikator sejauh mana aspek sosial dapat dikelola. Moral kerja dan motivasi yang rendah dapat menurunkan tingkat produktivitas.
21
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri
Lima titik uji kualitas
Q1
Q2
Q3
Q4
Input Penyedia Hulu
Q5
Output Pelanggan Hilir
Sistem Organisasi : Apa yang dikelola Kualitas kehidupan kerja
Inovasi Efektivitas
Efisiensi Utilisasi
Produktivitas
Profitabilitas
Gambar 1.7 Delapan kriteria kinerja Sumber: diadopsi dari (Sink et al. 1995)
Inovasi merupakan respons kreatif dari pegawai yang berhasil mengatasi perubahan yang terjadi pada lingkungan eksternal maupun internal sebuah organisasi. Meskipun inovasi merupakan respon situasi saat ini, inovasi cenderung untuk mempengaruhi kinerja masa mendatang dibandingkan saat ini. Inovasi merupakan rangkaian tindakan yang dilakukan untuk mempegaruhi kriteria kinerja lain seperti efektivitas maupun efisiensi. Kualitas merupakan ukuran menyeluruh suatu organisasi agar menghasilkan produk yang sesuai spesifikasi serta dapat memuaskan konsumen. Kualitas sering sekali dianggap berhubungan dengan efektivitas dan dalam banyak kesempatan dianggap sub-ukuran dari efektivitas, tetapi dalam pandangan Sink and Morris kualitas dapat didefinisikan lebih operasional. Kualitas dalam pandangan Sink dan Morris dianggap konsisten dengan concept of
22
Konsep Produktivitas
the extended system. Sampai sejauh mana sebuah perusahaan menerapkan manajemen kualitas total dapat dilihat dari sejauh mana perusahaan tersebut mendefinisikan, mengukur, dan mengelola kinerja pada setiap lima checkpoint kualitas. Adapun kelima checkpoint tersebut adalah: -
Checkpoint 1 merupakan pemilihan dan manajemen sistem hulu/ sistem penyedia sumber daya material
-
Checkpoint 2 merupakan penjaminan kualitas masuk
-
Checkpoint 3 merupakan manajemen kualitas bahan dalam proses
-
Checkpoint 4 merupakan penjaminan kualitas produk keluar
-
Checkpoint 5 merupakan penjaminan proaktif dan reaktif bahwa sistem organisasi bisa memenuhi kebutuhan konsumen saat ini maupun saat yang akan datang
Model delapan kriteria tersebut hanyalah salah satu dari sekian banyak model peningkatan dan pengukuran kinerja dimana peningkatan dan pengukuran kinerja berada dalam satu model. Selain model delapan kriteria kinerja Sink dan Morris, beberapa model peningkatan kinerja dapat disebutkan sebagai berikut : -
Objective Matrix yang diperkenalkan oleh James L. Riggs
-
Balanced Scorecard diperkenalkan oleh Kaplan dan Norton
-
SMART (Strategic Measurement Analysis and Reporting Technique) yang diperkenalkan Cross dan Lynch
-
Performance measurement for world class manufacturer yang diperkenalkan oleh Maskel
-
Performance measurement questionnaire yang diperkenalkan oleh Dixon
-
Performance criteria system oleh Globerson
-
Cambridge performance measurement design process oleh Neely dan kawan-kawan
-
Integrated performance measurement systems reference model oleh Bititci
23
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri
G. Latihan Soal G.1 Soal Tipe 1 1. Apakah yang dimaksud dengan produktivitas, performansi, efisiensi, efektivitas dan profitabilitas? 2. Apakah yang dimaksud dengan taksonomi dan hierarki pengukuran produktivias? Berikan penjelasan! 3. Berdasarkan cakupannya, sebutkan tiga jenis pengukuran produktivitas. Jelaskan! 4. Berdasarkan tujuannya, jelaskan jenis pengukuran kinerja! 5. Apakah yang dimaksudkan dengan benchmarking? Jelaskan tiga jenis pendekatan dalam benchmarking!
G.2 Soal Tipe 2 1. Sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang agroindustri pengalengan buah ingin mengukur kinerjanya dalam rangka memperbaiki kinerja perusahaan. Kriteria apa saja yang diperlukan untuk mengukur kinerja perusahaan tersebut berdasarkan extended system! 2. Apabila perusahaan agroindustri tersebut hanya ingin mengetahui sampai sejauh mana produktivitas/kinerja-nya maka jenis pengukuran apakah yang disarankan. Jelaskan mengapa jenis pengukuran tersebut anda sarankan, dibandingkan dengan jenis pengukuran yang lain! 3. Sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengalengan ikan mempertimbangkan pengukuran sekaligus peningkatan kinerja perusahaan, berdasarkan extended system Sink et al. 1989 kembangkanlah menjadi sistem pengukuran kinerja berdasarkan pola berfikir sistem. (Gunakanlah diagram sebab akibat untuk memperjelas hubungan antarkriteria dalam extended system tersebut)!
24
REFERENCES DAFTAR PUSTAKA Alter, S.L. (1980) Decision Support Systems : Current Practices and Continuing Challenges. Reading. MA : Addison Wesley Anthony, R.N. (1965). Planning and Control Systems : A Framework for Analysis. Cambridge, MA : Harvard University Graduate School of Business Asian Productivity Organization.2003. Achieving Higher Productivity Thorugh Green Productivity. Tokyo : Asian Productivity Organization. Asian Productivity Organization.2006. “Handbook on Green Productivity”.Asian Productivity Organization. Assauri, S. 1993. Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE-UI), Jakarta. Chen, J. Q., danLee, S. M. (2003). An exploratory cognitive DSS for strategic decision making. Decision support systems, 36(2), 147-160. Chew, W. 1988. “No-nonsense guide to measuring productivity”, Harvard Business Review, Vol. 66 No. 1, pp. 110-18 Dües, C. M., Tan, K. H., & Lim, M. 2013. Green as the new Lean: how to use Lean practices as a catalyst to greening your supply chain. Journal of cleaner production, 40, 93-100. Donaldson, G. danLorsch, J.W., Decision Making at the Top:The Shaping of Strategic Direction, Basic Books, NewYork, 1983. Dunnette, M. D., & Hough, L. M. (1991). Handbook of industrial and organizational psychology, Vol. 2 . Consulting Psychologists Press. Feigenbaum, A. V. 1991.Total quality control. 3rd ed., McGraw-Hill, New York Gandhi M, Selladurai V, and Santhi P. 2006. Green productivity indexing: A practical step towards integrating environmental protection into corporate performance.International Journal of Productivity and
Performance Management. 55(7): 594-606. Gasperz, V. 1998. Manajemen produktivitas total: strategi peningkatan produktivitas bisnis global. Gramedia Pustaka Utama. Gaspersz, V. 2001. "ISO 9001: 2000 and Continual Improvement." PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta (2001). Gorry, G.A. dan Morton, M.S.S. (1971).A Framework for Management Information Systems”. Sloan Management Review, Vol. 13, No.1. Hannula, M, 2002. Total productivity measurement based on partial productivity ratios. Int. J. Production Economics 78 : 57-67. Hines, P., & Taylor, D. 2000. Going lean. Cardiff, UK: Lean Enterprise Research Centre Cardiff Business School. Hur T, Kim I, and Yamamoto, R. (2004). Measurement of green productivity and its improvement. Journal of Cleaner Production. 12(7): 673-683 Jones D T dan Hines P. 2004. Lean logistics. International Journal of Physical Distribution and Logistics Management 12 (4): 235-246 Kardinan A. 2002. Pestisida Nabati: Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya. Kendrick, J. W. (1984). Improving company productivity. Baltimore: Johns Hopkins University Press Kurosawa, K. (1991), Advances in Industrial Engineering, Vol. 14: Productivity Measurement andManagement at the Company Level: the Japanese Experience, Elsevier Science,Amsterdam. Marimin, M.A. Darmawan, Machfud, M.P. Islam, 2014. Value Chain Analysis for Green Productivity Improvement in The Natural Rubber Supply Chain: a case strategy. Journal of Cleaner Production 85: 201-211. Marimin, (2008). Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. PT Gramedia. Jakarta Mintzberg, H., The Nature of Managerial Work, Harper &Row, New York, 1973
Mukherjee, A., Mitchell, W.,dan Talbot, F. B. (2000). The impact of new manufacturing requirements on production line productivity and quality at a focused factory. Journal of Operations Management, 18(2), 139-168. McGinn, P. (2002). ‘The single most important company.’ Newsweek, 139, p. 55 Meyer, U. B., Creux, S. E., & Marin, A. K. W. (2010). Process oriented analysis: design and optimization of industrial production systems. CRC Press. Nasution, A.H. 2006. Manajemen Industri. Jakarta: Penerbit Andi. Newell, B. R., dan Bröder, A. (2008). Cognitive processes, models and metaphors in decision research. Judgment and Decision Making, 3(3), 195204. Pan, G.Q., D.Z. Feng, and M.X. Jiang,. Application Research of Shortening Delivery Time through Vale Stream Mapping Analysis. Proceeding, IEEE 17Th International Conference on Industrial Engineering and Engineering Management (IE&EM). Parsons, J. (2001) Current Approaches to Measurement within the Service Sector&Service Sector /White Collar Institutions. In: Asian Productivity Organization, (ed.) Productivity Measurement in the Service Sector.Tokyo: Asian Productivity Organization. Parveen, C.M., A.R.P. Kumar, and T.V.V.L. N. Raao, 2011. Integration Of Lean And Green Supply Chain - Impact On Manufacturing Firms In Improving Environmental Efficiencies. Proceeding International Conference on Green Technology and Environmental Conservation. Payongyam, P., A. Sopadang, and P. Holimchayachotikul, 2010. Improvement of the Supply Chain System for Cooked Chicken Product Exported to Japan: a Case Study in Thailand for this Industry. Proceeding of IEEE International Conference onManagement of Innovation and Technology (ICMIT). Pritchard, R. D. (1992). Organizational productivity. In M. D. Dunnette & L. M. Rao, P. (2003), Greening of the Supply Chain – A Guide for Managers in South East Asia, AIMpublication, Manila Rao, P. (2004). “Greening production: a South East Asian experience”.
International Journal of Operations & Production Management. Vol 24 No. 3. Pp. 289-320. Riggs, J.L. (1986). Monitoring with a Matrix that Motivates as it Measures. Industrial Engineering Journal.
Saxena A.K., Bhardwaj K.D, Sinha, K.K. 2003. Sustainable growth through green productivity: a case of edible oil industry in India. Journal of International Energy 4 (1): 81-91. Seng T.L., M.Z. Shamsudin, and L.C. Ling, 2005. Sustainable Development with Green Productivity in Manufacturing. Proceeding in 2005 IEEE International Symposium on Semiconductor Manufacturing Sink, D.S. and Tuttle, T.C. (1989), Planning and Measurement in your Organisation of the Future,ch. 5, Industrial Engineering and Management Press, Norcross, GA, pp. 170-84. Sink, D.S., Morris, W.T., and Johnston, C.S. (1995). By what method?: Are you, developing the knowledge and skills to lead large-scale quality. Industrial Engineering and Management Press. Georgia Subagyo, P. (2000). Manajemen Operasi. BPFE. Yogyakarta Sumanth, D.J. (1984). “Productivity Engineering and Management”. Mc Graw Hill Book Co. Suder, A (2006). Green Productivity and Management. PICMET 2006 Proceeding, Istanbul Tangen, S. (2005) Demystifying productivity and performance. International Journal of Productivity and Performance Management, 54(1), 34-46. Taryo-Adiwiganda Y. 2007. Manajemen tanah dan pemupukan perkebunan karet. In: Mangoensoekarjo S. (ed). Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya Perkebunan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Turban, E., Aronson, J., dan Liang, T. P. (2005). Decision Support Systems and Intelligent Systems 7 “” Edition. Pearson Prentice Hall. Tuttle, T. and Heap, J. (2008) International Journal of Productivityand
Performance ManagementVol. 57 No. 1, 2008.pp. 93-106 Wang, Y., dan Ruhe, G. (2007). The cognitive process of decision making. International Journal of Cognitive Informatics and Natural Intelligence (IJCINI), 1(2), 73-85. Wills B. 2009. Green Intentions: Creating a Green Value Stream to Compete and Win. New York: Productivity Press.
REFERENCES DAFTAR PUSTAKA Alter, S.L. (1980) Decision Support Systems : Current Practices and Continuing Challenges. Reading. MA : Addison Wesley Anthony, R.N. (1965). Planning and Control Systems : A Framework for Analysis. Cambridge, MA : Harvard University Graduate School of Business Asian Productivity Organization.2003. Achieving Higher Productivity Thorugh Green Productivity. Tokyo : Asian Productivity Organization. Asian Productivity Organization.2006. “Handbook on Green Productivity”.Asian Productivity Organization. Assauri, S. 1993. Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE-UI), Jakarta. Chen, J. Q., danLee, S. M. (2003). An exploratory cognitive DSS for strategic decision making. Decision support systems, 36(2), 147-160. Chew, W. 1988. “No-nonsense guide to measuring productivity”, Harvard Business Review, Vol. 66 No. 1, pp. 110-18 Dües, C. M., Tan, K. H., & Lim, M. 2013. Green as the new Lean: how to use Lean practices as a catalyst to greening your supply chain. Journal of cleaner production, 40, 93-100. Donaldson, G. danLorsch, J.W., Decision Making at the Top:The Shaping of Strategic Direction, Basic Books, NewYork, 1983. Dunnette, M. D., & Hough, L. M. (1991). Handbook of industrial and organizational psychology, Vol. 2 . Consulting Psychologists Press. Feigenbaum, A. V. 1991.Total quality control. 3rd ed., McGraw-Hill, New York Gandhi M, Selladurai V, and Santhi P. 2006. Green productivity indexing: A practical step towards integrating environmental protection into corporate performance.International Journal of Productivity and
Performance Management. 55(7): 594-606. Gasperz, V. 1998. Manajemen produktivitas total: strategi peningkatan produktivitas bisnis global. Gramedia Pustaka Utama. Gaspersz, V. 2001. "ISO 9001: 2000 and Continual Improvement." PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta (2001). Gorry, G.A. dan Morton, M.S.S. (1971).A Framework for Management Information Systems”. Sloan Management Review, Vol. 13, No.1. Hannula, M, 2002. Total productivity measurement based on partial productivity ratios. Int. J. Production Economics 78 : 57-67. Hines, P., & Taylor, D. 2000. Going lean. Cardiff, UK: Lean Enterprise Research Centre Cardiff Business School. Hur T, Kim I, and Yamamoto, R. (2004). Measurement of green productivity and its improvement. Journal of Cleaner Production. 12(7): 673-683 Jones D T dan Hines P. 2004. Lean logistics. International Journal of Physical Distribution and Logistics Management 12 (4): 235-246 Kardinan A. 2002. Pestisida Nabati: Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya. Kendrick, J. W. (1984). Improving company productivity. Baltimore: Johns Hopkins University Press Kurosawa, K. (1991), Advances in Industrial Engineering, Vol. 14: Productivity Measurement andManagement at the Company Level: the Japanese Experience, Elsevier Science,Amsterdam. Marimin, M.A. Darmawan, Machfud, M.P. Islam, 2014. Value Chain Analysis for Green Productivity Improvement in The Natural Rubber Supply Chain: a case strategy. Journal of Cleaner Production 85: 201-211. Marimin, (2008). Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. PT Gramedia. Jakarta Mintzberg, H., The Nature of Managerial Work, Harper &Row, New York, 1973
Mukherjee, A., Mitchell, W.,dan Talbot, F. B. (2000). The impact of new manufacturing requirements on production line productivity and quality at a focused factory. Journal of Operations Management, 18(2), 139-168. McGinn, P. (2002). ‘The single most important company.’ Newsweek, 139, p. 55 Meyer, U. B., Creux, S. E., & Marin, A. K. W. (2010). Process oriented analysis: design and optimization of industrial production systems. CRC Press. Nasution, A.H. 2006. Manajemen Industri. Jakarta: Penerbit Andi. Newell, B. R., dan Bröder, A. (2008). Cognitive processes, models and metaphors in decision research. Judgment and Decision Making, 3(3), 195204. Pan, G.Q., D.Z. Feng, and M.X. Jiang,. Application Research of Shortening Delivery Time through Vale Stream Mapping Analysis. Proceeding, IEEE 17Th International Conference on Industrial Engineering and Engineering Management (IE&EM). Parsons, J. (2001) Current Approaches to Measurement within the Service Sector&Service Sector /White Collar Institutions. In: Asian Productivity Organization, (ed.) Productivity Measurement in the Service Sector.Tokyo: Asian Productivity Organization. Parveen, C.M., A.R.P. Kumar, and T.V.V.L. N. Raao, 2011. Integration Of Lean And Green Supply Chain - Impact On Manufacturing Firms In Improving Environmental Efficiencies. Proceeding International Conference on Green Technology and Environmental Conservation. Payongyam, P., A. Sopadang, and P. Holimchayachotikul, 2010. Improvement of the Supply Chain System for Cooked Chicken Product Exported to Japan: a Case Study in Thailand for this Industry. Proceeding of IEEE International Conference onManagement of Innovation and Technology (ICMIT). Pritchard, R. D. (1992). Organizational productivity. In M. D. Dunnette & L. M. Rao, P. (2003), Greening of the Supply Chain – A Guide for Managers in South East Asia, AIMpublication, Manila Rao, P. (2004). “Greening production: a South East Asian experience”.
International Journal of Operations & Production Management. Vol 24 No. 3. Pp. 289-320. Riggs, J.L. (1986). Monitoring with a Matrix that Motivates as it Measures. Industrial Engineering Journal.
Saxena A.K., Bhardwaj K.D, Sinha, K.K. 2003. Sustainable growth through green productivity: a case of edible oil industry in India. Journal of International Energy 4 (1): 81-91. Seng T.L., M.Z. Shamsudin, and L.C. Ling, 2005. Sustainable Development with Green Productivity in Manufacturing. Proceeding in 2005 IEEE International Symposium on Semiconductor Manufacturing Sink, D.S. and Tuttle, T.C. (1989), Planning and Measurement in your Organisation of the Future,ch. 5, Industrial Engineering and Management Press, Norcross, GA, pp. 170-84. Sink, D.S., Morris, W.T., and Johnston, C.S. (1995). By what method?: Are you, developing the knowledge and skills to lead large-scale quality. Industrial Engineering and Management Press. Georgia Subagyo, P. (2000). Manajemen Operasi. BPFE. Yogyakarta Sumanth, D.J. (1984). “Productivity Engineering and Management”. Mc Graw Hill Book Co. Suder, A (2006). Green Productivity and Management. PICMET 2006 Proceeding, Istanbul Tangen, S. (2005) Demystifying productivity and performance. International Journal of Productivity and Performance Management, 54(1), 34-46. Taryo-Adiwiganda Y. 2007. Manajemen tanah dan pemupukan perkebunan karet. In: Mangoensoekarjo S. (ed). Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya Perkebunan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Turban, E., Aronson, J., dan Liang, T. P. (2005). Decision Support Systems and Intelligent Systems 7 “” Edition. Pearson Prentice Hall. Tuttle, T. and Heap, J. (2008) International Journal of Productivityand
Performance ManagementVol. 57 No. 1, 2008.pp. 93-106 Wang, Y., dan Ruhe, G. (2007). The cognitive process of decision making. International Journal of Cognitive Informatics and Natural Intelligence (IJCINI), 1(2), 73-85. Wills B. 2009. Green Intentions: Creating a Green Value Stream to Compete and Win. New York: Productivity Press.
Biografi Singkat Penulis
Marimin lahir di Sukoharjo, Jawa Tengah, September 1961. Setelah menamatkan pendidikan dasar dan menengah di Sukoharjo, melalui program PMDK diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 1980 dan tamat dari jurusan Teknologi Industri Pertanian tahun 1984. Pada tahun 1987 beliau melanjutkan pendidikan program S-2 di University of Western Ontario, Canada dan pada tahun 1990 memperoleh gelar M.Sc pada bidang Ilmu Komputer dengan menyusun tesis dalam topik Expert System/Artificial Intelligence. Pada tahun 1994, beliau mempunyai kesempatan untuk meneruskan ke jenjang pendidikan S-3 di Osaka University, Jepang dan pada tahun 1997 memperoleh gelar Ph.D dengan menyusun disertasi dengan topik Intelligence System/Fuzzy Decision Analysis. Pada bulan Juni 2003, beliau diangkat sebagai guru besar tetap di bidang Teknik Kesisteman (System Engineering) di Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Ia menjadi anggota The Institute of Electrical and Electronic Engineers (IEEE); International System Science and Studies (ISSS); Asosiasi Sarjana Teknologi Industri Pertanian Indonesia, Persatuan Insinyur Indonesia, Assosiasi Sarjana Teknik dan Manajemen Industri Indonesia; dan Assosiasi Kecerdasan Komputasional dan Ilmu Komputer Indonesia. Menikah dengan Lisa Chandrasari Desianti, S.TP, M.Si. pada tahun 1996. Pada tahun 1997 dikaruniai putra pertama bernama Sugoi Marsaputra Karsodimejo dan pada tahun 2010 dikaruniai putra yang kedua bernama Nurrasyid Marsaputra Karsodimejo. Saat ini penulis sebagai staf pengajar di program sarjana dan pascasarjana di Bagian Teknik Sistem Industri, Departemen Teknologi Industri PertanianIPB, Departemen Ilmu Komputer-IPB dan Program Manajemen dan Bisnis
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri
IPB serta di beberapa universitas negeri dan swasta ternama di Jakarta. Beliau saat ini menjabat sebagai Seketaris Program Doktor, Sekolah Pascasarjana IPB. Mata ajaran yang diasuh Penulis antara lain adalah Teori dan Analisis Keputusan, Sistem Penunjang Keputusan, Sistem Pakar, Sistem Intelijen, Sistem Informasi Manajemen, Manajemen Teknologi Informasi, serta Manajemen Produksi dan Operasi. Karya ilmiah beliau telah dipublikasi pada berbagai media: 9 paper pada jurnal internasional, lebih 20 paper pada prosiding seminar internasional, lebih dari 70 paper pada jurnal dan atau prosiding seminar nasional serta 5 buah buku. Penulis dapat dihubungi di email
[email protected]. Machfud lahir di Banjamasin, Kalimantan Selatan, 21 Maret 1951. Menyelesaikan pendidikan sarjana Teknologi Hasil Pertanian di Fakultas Teknologi dan Mekanisasi Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 1977. Pada tahun 1984 menempuh pendidikan pasca sarjana S-2 Teknik dan Manajemen Industri di Intitut Teknologi Bandung dan lulus pada tahun 1987. Pada tahun 1995 penulis melanjutkan pendidikan program S-3 Teknologi Industri Pertanian di Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor selesai pada tahun 2001 dengan disertasi berjudul Rekayasa Model Pengambilan Keputusan Kelompok dengan FuzzyLogic untuk Sistem Pengembangan Agroindustri Minyak Atsiri. Penulis adalah staf pengajar di Departemen Teknologi Hasil PertanianFatemeta, IPB sejak tahun 1978 dan pada tahun 2013 diangkat sebagai guru besar tetap di bidang Teknologi Industri Pertanian di Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Selain sebagai staf pengajar program Sarjana dan Pasca Sarjana Teknologi Industri Pertanian Fateta IPB, penulis juga aktif sebagai staf pengajar pada program Magister dan Doktor Magister Manajemen SPs IPB dan program Doktor di Program Studi Sumberdaya Alam dan Lingkungan SPs IPB. Beberapa karya ilmiah telah dipublikasikan di beberapa jurnal internasional, prosiding seminar nasional maupun jurnal nasional terakreditasi. Minat penelitian penulis adalah pada pengembangan dan aplikasi teknik industri pada sistem agroindustri, sistem rantai pasok dan logistik agroindustri, serta analisis aliran nilai.
280
Biografi Singkat Penulis
Saat ini penulis menjabat sebagai Ketua Program Studi Pasca Sarjana Teknologi Industri Pertanian SPs IPB, dan menjadi anggota Persatuan Insinyur Indonesia, Ikatan Sarjana Teknik dan Manajemen Industri serta Asosiasi Agroindustri Indonesia (AGRIN).Penulis dapat dihubungi melalui e-mail
[email protected] atau
[email protected]. Muhammad Arif Darmawan, STP, MT adalah staf di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB). Beliau menyelesaikan pendidikan sarjana dan memperoleh Sarjana Teknologi Pertanian (STP) dari Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada pada tahun 1999. Pada tahun 2004, ia meraih gelar Magister Teknik (MT) pada program pascasarjana Teknik dan Manajemen Industri dari Institut Teknologi Bandung dengan bidang kekhususan Manajemen Industri. Beberapa karya ilmiah beliau telah dipublikasikan di beberapa jurnal internasional, prosiding seminar nasional maupun jurnal nasional terakreditasi. Minat penelitian beliau adalah pada pengembangan dan aplikasi teknik industri pada sistem agroindustri, sistem rantai pasok dan logistik agroindustri serta analisis aliran nilai. Penulis dapat dihubungi melalui e-mail
[email protected]. Sri Martini (
[email protected]) adalah staf di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB). Gelar Sarjana Komputer (S.Kom) diperolehnya dari Jurusan Teknik Informasi Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Dian Nuswantoro, Semarang. Gelar Magister Sain (M.Si) diperolehnya dari Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Sekolah Pascsarjana, Institut Pertanian Bogor. Minat penelitian yang dilakukan berkaitan dengan aplikasi studi kelayakan fuzzy dan sistem informasi untuk manajemen rantai pasok.
281
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri
Dede Rukmayadi (
[email protected]) bekerja sebagai dosen di Teknik Industri, Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal (ISTA) Jakarta dengan jabatan fungsional akademik terakhir Lektor Kepala. Gelar Sarjana Teknik (ST) diperolehnya dari Jurusan Teknik Industri, ISTA Jakarta pada tahun 1995 dan mendapat gelar Magister Sains (M.Si) pada tahun 2002 dari Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor (IPB). Saat ini, sedang menempuh studi lanjut (S3) di Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Sekolah Pascsarjana, IPB dengan topik penelitian Green Logistic pada agroindustri karet. Kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat pada tiga tahun terakhir antara lain: Perancangan dan Optimasi Produksi Tepung Lidah Buaya (Aloe Vera) dari Daun/Pelepah Lidah Buaya Pada Skala Industri Menengah, Perancangan dan Optimasi Produksi ATC Chips dari Rumput Laut (Euchema Cotonii) Skala IKM dan Studi Kelayakannya dan Pengabdian Kepada Masyarakat Mono Tahun 2012 berjudul “IbM Kelompok Tani Pembibitan Lele. Bangkit Wiguna, lahir di Bogor, 19 April 1990. Pendidikan dasar dan menengah beliau selesaikan di Kota Depok. Pada tahun 2008 melalui program Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi negeri (SNMPTN) beliau diterima di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fateta IPB. Pada masa akhir perkuliahan beliau mengambil peminatan Teknik Sistem dan Industri. November 2012 beliau memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian (S.T.P.) dengan topik skripsi Peningkatan Produktivitas pada Proses Produksi Karet dengan Pendekatan Green Productivity. Saat ini beliau berkarir di salah satu industri pangan ternama asal Jepang.
282
Biografi Singkat Penulis
Muhammad Panji Islam Fajar Putra lahir di Martapura, Kalimantan Selatan, November 1990. Sebagian pendidikan dasar diperolehnya di Makassar sebelum akhirnya melanjutkan pendidikan dasar dan menengah di Bogor. Pada tahun 2008 melalui program PMDK ia diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan berhasil menyelesaikan pendidikan program sarjananya di tahun 2012 pada jurusan Teknologi Industri Pertanian. Selepas studi ia bekerja sebagai Investment Executive di salah satu perusahaan multinasional yang bergerak dibidang marketing selama satu tahun. Saat ini ia bekerja sebagai wirausaha dan menjabat sebagai direktur di CV. Unikindo, perusahaan yang telah ia rintis sejak semester akhir di masa perkuliahan. Di samping menjalankan usaha, saat ini ia pun sedang mempersiapkan mimpi dan rencananya untuk dapat melanjutkan studi program S-2 di bidang energi terbarukan. Muhammad Panji dapat dihubungi melalui email
[email protected] atau muhammadpanji@ hotmail.com. Wibisono Adhi dilahirkan di Bogor pada tanggal 4 Februari 1992. Pada tahun 2010 beliau lulus dari SMA Negeri 5 Bogor dan pada tahun yang sama beliau lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, beliau pernah menjadi asisten mata kuliah Perhitungan Dasar Rekayasa Proses dan mata kuliah Analisis Sistem dan Pengambilan Keputusan. Pada November 2014 beliau memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian (STP) dengan judul skripsi Sistem Penunjang Keputusan Manajemen Rantai Pasok Karet Alam dengan Pendekatan Sustainable Balanced Scorecard. Selepas studi beliau juga aktif menulis mengenai manajemen logistik. Salah satu karya ilmiah yang telah dipublikasikannya berjudul Penerapan Good Logistic Practices Sebagai Penunjang Ekspor Buah Tropis. Wibisono Adhi dapat dihubungi melalui email
[email protected].
283