Edisi Desember - 2015
MAJALAH
GRATIS
UNDUH VERSI DIGITALNYA DI
www.exposemanado.com
FREE MAGAzINE
3
Adv
Gunakan Hak Pilih Anda Sebaikbaiknya
1 Pesta Rakyat sebentar lagi, tak terasa Pilkada serentak 9 Desember tinggal menghitung waktu beberapa hari kedepan. Ketua Divisi Umum, Rumah Tangga, Organisasi dan Data Informasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulawesi Utara (Sulut), Zulkifli Golonggom, SPdI menguraikan kembali tentang mekanisme kerja hingga pelaksanaan pemungutan suara nanti. Adapun ketentua n syarat sebagai pemilih sudah pasti harus berusia 17 tahun pada hari pemungutan suara, dan masih tergolong aktif dalam artian belum meninggal, kalaupun sudah meninggal maka namanya harus dicoret dari daftar pemilih, belum pindah domisili dan tidak bertatus sebagai anggota polisi atau TNI.
2 1 Komisioner KPU Provinsi Sulawesi Utara bersama Staff dalam acara Deklarasi Kampanye Damai 2 Zulkifli Golonggom, SPdI
(Ketua Divisi Umum, Rumah
Tangga, Organisasi dan Data Informasi) KPU Prov. Sulut
“Untuk memastikan hal-hal tersebut sudah terpenuhi semua, maka harus didatangi ke setiap rumah warga. Kemudian data tersebut dikumpulkan oleh Panitia Pemungutan Suara (PPS) untuk direkap menjadi Daftar Pemilih Hasil Pemutakhiran, setelah itu dihitung dan direkap oleh PPK menjadi Daftar Pemilih Hasil Pemutakhiran Tingkat Kecamatan, dan pada kabupaten ditetapkan sebagai Daftar Pemilih Sementara (DPS),” jelas Zul Setelah DPS ditetapkan pada tanggal 3 September oleh KPU Kabupaten/Kota, direkap lagi ditingkat Propinsi Sulut menjadi Daftar Pemilih Sementara Tingkat Propinsi yang akan digunakan sebagai total keseluruhan pemilih sementara di penyelenggaraan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur. Kemudian DPS tersebut akan diumumkan ke masyarakat melalui tempat-tempat yang dianggap strategis yang dapat dilihat oleh warga seperti di TPS atau tempattempat ibadah dengan menggunakan pengeras suara. “Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan nama pemilih,atau nama si pemilih tidak terdaftar dalam DPS tersebut, maka bisa langsung dikoreksi ke panitia untuk didaftarkan kembali selama berada dalam masa pengumuman dan akan direkap kembali oleh PPS dan PPK, “ tambahnya.
Setelah selesai masa pengumuman, data tersebut disusun dan direkap kembali oleh PPS dan PPK hingga sampai pada tingkat kabupaten/kota ditetapkan menjadi Daftar Pemilih Tetap. Perlu diketahui oleh masyarakat khususnya bagi penduduk (pemilih) yang mempunyai mobilitas pekerjaan yang berpindah-pindah tempat, bisa saja pada waktu DPS dan DPT ditetapkan namun masih saja ada warga yang belum terdaftar, oleh karena itu KPU tetap melindungi setiap hak konstitusi warga Negara yang belum terdaftar tersebut dalam DPT kemudian dimasukkan dalam DPT Tambahan 1. Lalu, bagaimana dengan bila sampai pada hari pemungutan suara, masih saja ada pemilih yang belum terdaftar? Nah, dia bisa menggunakan hak pilihnya dengan menunjukkan KTP kepada PPS selama 1 jam sebelum TPS ditutup, dikarenakan ia tidak terdaftar dalam DPT dan DPT Tambahan 1 serta tidak mendapatkan undangan Form C6. Dengan catatan bahwa si pemilih memang penduduk yang berdomisili di TPS di mana ia akan menggunakan hak pilihnya. Kemudian bagi pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT dan DPT Tambahan 1 makan ia dimasukkan ke dalam DPT Tambahan Dua. “Begitu juga dengan pemilih yang telah pindah domisili dikarenakan alasan tertentu seperti studi atau kerja, maka ia bisa mengajukan Surat Pindah Memilih ke TPS tempat ia akan menggunakan hak pilihnya atau ke KPU Kabupaten/Kota asal domisilinya, “jelasnya saat ditemui tim di ruangannya. Untuk kategori pemilih yang memiliki kebutuhan khusus seperti tuna netra, akan dilayani dengan menggunakan template berupa alat khusus yang digunakan untuk mereka mencari tahu pasangan calon yang akan mereka pilih kemudian mencoblos surat suara. Kesimpulan sederhananya, siapapun dia, meski dengan kondisi jasmani yang sakit, namun rohaninya sehat, dia bisa menggunakan dan memilih pilihannya, maka ia tetap bisa menggunakan hak pilih dan melakukan pemungutan suara. (Lily)
E X P O S E
the pride of an identity
6
Destination
Destination
7
Kahakit ang Eksotika Pulau Persinggahan Dua Raja Teks dan Foto : Stenly Pontolawokang
Untuk destinasi edisi Desember kali ini, tim Expose Manado menyajikan perjalanan seru dengan pemandangan yang eksotisnya yang luar biasa di sebuah pulau indah yang ada di ujung Sulawesi Utara (Sulut). Seperti biasanya, awal perjalanan kami selalu diawali dengan rapat kecil di pagi hari awal pekan ini. Karena pemilihan pulau ini telah kami diskusikan sebulan sebelumnya, maka rapat kali ini hanya menitikberatkan pada waktu yang akan kami gunakan dan objek yang seperti apa yang akan kami ambil untuk memberikan sensasi indah bagi mata para pembaca sekalian. Perjalanan dari Manado menuju Pulau Kahakitang kami mulai di malam hari dengan menumpang kapal penumpang harian dengan tujuan Tahuna. Pulau Kahakitang sendiri merupakan bagian dari Kabupaten Kepulauan Sangihe, tentunya Anda sedikit bertanya mengapa kabupaten ini masuk dalam kategori kabupaten kepulauan? Ya, karena Sangihe memiliki 105 pulau yang terbagi atas 26 pulau berpenghuni dan 79 pulau yang tidak berpenghuni. Dan Kahakitang masuk dalam kategori 26 pulau berpenghuni. Perjalanan Manado ke Tahuna memakan waktu sekira 14 jam, kami kemudian
E X P O S E M A G A z i n e
1
E X P O S E M A G A z i n e
8
Destination
Destination
1. Pemandangan Teluk Makurese dari Tanjung Bango.
2
2. Kapal Motor Cepat di foto dari Pelabuhan Kahakitang.
melanjutkan perjalanan ke Kahakitang dengan menggunakan kapal Majestic Kawanua sekira pukul 09.30 Wita. Karena merasa lelah dengan perjalanan laut ini, saya dan tim memutuskan untuk rehat sejenak alias memejamkan mata.
3, 4. Aktifitas bermain anak-anak di Pulau Kahakitang. 5. Proses pembuatan ikan garam di Pulau Kahakitang
Serasa tidak lama kami mendengar pengumuman dari pengeras suara milik kapal cepat ini yang menyebutkan bahwa dermaga Kahakitang sudah terlihat dan dalam hitungan detik kami akan segera memulai liputan.
5 Mahengetang dan Pulau Kalama.
3
Asal Usul Kahakitang awalnya berasal dari kata Darakitang yang berarti persinggahan. Menurut cerita rakyat, dua raja yang ada di kawasan Nusa Utara yaitu Raja Siau dan Raja Manganitu singgah sementara di pulau ini untuk melakukan sebuah kesepakatan antar kerajaan.
4 E X P O S E
Kahakitang sendiri secara administratif merupakan ibukota Kecamatan dari Kecamatan Tatoareng yang dihuni oleh sekira 5.226 jiwa, dengan hampir 80 persen kepala keluarganya bekerja sebagai nelayan tradisional dan sisanya adalah petani. Selain pulau ini, kecamatan Tatoareng juga memiliki tiga pulau yaitu Pulau Para, Pulau
9
Ditinjau dari letak geografisnya, Pulau Kahakitang memiliki luas sekira 17,98 km2, dengan berbatasan langsung dengan Laut Sulawesi dan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro). Hari Pertama Hari pertama menginjakkan pulau yang dikelilingi oleh rangkaian coral sehat ini adalah melakukan survey awal di Kampung Kahakitang. Yang kami temui pertama adalah aksi kumpulan anak-anak yang berusia sekira lima hingga sembilan tahun yang bermain permainan tradisional yang mereka mainkan dengan gembira. Sekejab, saya seperti dihantar ke masa lalu, melihat
permainan-permainan ini, sepertinya saya menemukan jawaban atas nilai-nilai apa yang mulai hilang dari masyarakat modern. Anak – anak ini sejak kecil telah belajar bagaimana bekerja sama dan menjadi satu kesatuan yang kuat.
6. Proses pembuatan kapal kayu oleh penduduk.
kepala keluarga mereka tidak bisa melaut akibat cuaca ekstrem.
Tak butuh waktu lama, saya langsung memberikan kode pada tim untuk mengabadikan aksi anak-anak ini.
Ini langsung membuat asumsi saya bahwa pengolahan ikan garam di Sangihe hanya berada di Pulau Para langsung terbantahkan, tidak perlu menunggu lama, saya memutuskan untuk segera membeli sekira 1 kg ikan garam ini sebagai buah tangan untuk keluarga di Manado nantinya.
Usai menyaksikan kegiatan penuh tawa dari anak-anak, kami pun melangkah kedalam perkampungan dan menemukan kegiatan sampingan para nelayan dan keluarganya yaitu pengolahan ikan garam secara tradisional. Selain untuk dijual, ikan garam digunakan sebagai pengganti ikan segar sebagai bahan makanan saat para suami atau
Tidak terasa, survei hari pertama kami di kampung ini menyita waktu yang cukup lama, karena saat sadar dari rasa penasaran tentang pengolahan ikan garam, mata mulai melihat warna indah saat matahari terbenam. Tidak perlu menungu lama, momen indah ini membuat saya dan tim mengambil sudut-sudut indah dari desa untuk bisa
6 E X P O S E
M A G A z i n e
M A G A z i n e
10
Destination
Destination
11
7
10
9
8 7. Sunset di Kampung Kahakitang. 8. Menuju Desa Taleko melewati jalan setapak. 9. Teluk Makurese dengan air laut yang tenang. 10. Pemandangan Gunung Karangetang dan Pulau Nitu yang terlihat dari Tanjung Bango. 11. Pemandangan hutan bakau dan air laut tenang dan jernih di Teluk Makurese. 12. PLTS di Kampung Kahakitang E X P O S E
mengkolaborasikan si jingga milik matahari dengan keelokan tradisonal milik kampung ini. Lagi-lagi saya kembali melupakan waktu karena pesona pulau hijau ini, tidak terasa kami masih berada di kampung ini walau waktu mulai gelap. Setelah beberapa kali memotret di pinggiran pantai saya kembali ke tengah kampung untuk menikmati tampilan indah yang disajikan alam pada mata manusia, gugusan bintang-bintang cantik yang berkelap-kelip menjadi hal yang mungkin disaat langit masih bebas dengan polusi dan tentu saja tidak terlalu banyak sorot lampu. Kami pun memutuskan untuk menginap di kampung tua ini. Lagi-lagi saya menemukan sebuah rasa yang luar biasa serta membuat saya kembali sadar bahwa saya memiliki hidup yang sangat luar biasa dibandingkan warga disini. Mengapa? Karena saat berada di Manado, saya dengan mudahnya
menikmati jaringan internet untuk browsing sesuai keinginan saya, kemudian saya bisa menikmati aliran listrik sekira 12 jam per hari (karena listrik di Manado dan sekitarnya sejak bulan Agustus lalu mengalami masalah pemadaman). Namun disini, listrik hanya bisa dinikmati pada malam hari selama 3 jam mulai pukul sekira 19.00 Wita. Menjelang malam listrik perlahan mulai padam, hanya suara ombak, dan beberapa suara warga yang asik bercerita yang terdengar. Semuanya terasa damai dan menenangkan. Saya pun beristirahat, mempersiapkan diri untuk perjalanan ke Tanjung Bango esok hari.
Menurut masyarakat lokal yang saya temui di Kampung Kahakitang, dari tempat itu bisa terlihat pemandangan yang indah. Tanjung Bango sendiri berasal kata Tanjung dan Bango. Kata Tanjung pastinya sudah bisa kita tebak artinya namun Bango? Jangan salah, karena itu bukanlah kata yang mengartikan salah satu jenis burung. Bango di kamus bahasa Sangihe artinya kelapa, jadi Tanjung Bango artinya Tanjung Kelapa. Saya dan tim memulai perjalanan dengan berjalan kaki tanpa mengetahui seberapa jauh dan seberapa waktu yang akan ditempuh. Karena kami hanya mengandalkan penjelasan dari warga Kampung Kahakitang untuk menuju Tanjung Bango.
Hari Kedua Dihari kedua ini, saya dan tim mempersiapkan diri menuju ke Tanjung Bango, yang ada di Kampung Taleko sekira pukul 08.00 Wita.
Seperti yang pernah kami alami, jika berjalan di daerah-daerah kepulauan, jawaban yang pasti yang kami dapatkan adalah, “disana, cuma dekat”. Bagi ukuran telinga, kata tersebut bisa disebut sebagai ukuran waktu tempuh kurang sekira 30 menit, namun bagi
kami saat ini waktu tersebut sama dengan lebih dari 30 menit. Dan ini terbukti, sesuai dengan waktu pengukur yang saya pasang pada jam tangan saya menujukkan waktu tempuh sekira 42 menit, dan jam yang saya gunakan menujukkan waktu sekira 08.42 Wita. Pada perjalanan ini, saya akui sangat banyak menguras tenaga, karena peralatan yang kami bawa rata-rata memiliki berat diatas lima kilogram, selain itu rute kali ini amat berliku dan menanjak. Namun saat sampai ke Tanjung Bango, saya langsung tersenyum puas. Luar biasa dan terima kasih ya Allah, kata saya saat melihat pemandangan yang indah milik Teluk Makurese. Lelah dan panas yang kami rasakan selama perjalanan 42 menit langsung terbayarkan, malah bisa disebut terbayar lebih. Tanpa menunggu kode, tim dan saya
berebutan segera menaikkan kamera kearah mata dan tangan serasa otomatis menyesuaikan gerakan untuk bisa mengabadikan momen yang diberikan alam. Dari tanjung ini, mata bisa langsung melihat Gunung Api Karangetang milik Pulau Siau yang ada di Kabupaten Sitaro. Tiba-tiba saya tersadar dengan alarm otomatis dari jam tangan yang saya miliki, dimana setiap pukul 12.00 Wita pasti berbunyi untuk mengingatkan bahwa waktu sudah tepat tengah hari.
11
Rasanya waktu berjalan sangat cepat kali ini, saya dan tim segera mengumpulkan peralatan dan bergegas, karena perjalanan pulang yang kami tempuh pasti memakan waktu lebih dari waktu tempuh awal. Selain itu kami memang harus cepat cepat sampai ke Dermaga Kahakitang karena pukul 14.00 Wita kami akan menumpang KM Kawaluso untuk kembali ke Tahuna dan kemudian kembali ke Manado. Banyak pengalaman baru dan menyenangkan yang kami rasakan selama dua hari berada di Kahakitang. Semoga Pulau Kahakitang tetap asri dan lestari. (Stenly Pontolowokan)
12 E X P O S E
M A G A z i n e
M A G A z i n e
12
Special Report
Special Report
13
2 Perayaan Natal baru masuk dalam ajaran Kristen Katolik pada abad keempat masehi. Peringatan ini berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala, dimana pada abad kesatu hingga abad keempat masehi dunia masih dikuasai oleh imperium Romawi yang paganis politheisme.
Mereka
Spektakuler Natal di Manado E X P O S E M A G A z i n e
Diyakini peringatan Natal baru tercetus antara tahun 325-354 oleh Paus Liberius, yang ditetapkan tanggal 25 Desember. Oleh Kaisar Konstantin, tanggal 25 Desember tersebut akhirnya disahkan sebagai hari kelahiran Yesus dan warga dunia pun menjadikannya sebagai perayaan besar, termasuk di Kota Manado. Namun gelegar Natal di ibu kota Sulawesi Utara (Sulut), memang berbeda dengan daerah lain, karena warna perayaan ini mulai dirasakan sejak awal November. Dimana lagu dan pernak-pernik Natal mulai mewarnai rumah, jalanan hingga mallmall besar yang ada di kota ini, termasuk aneka diskon yang mulai ditawarkan untuk menarik warga. Ini pula yang membuat perputaran uang di Manado meningkat tajam keangka fantastis sekira miliaran rupiah hingga triliunan. Karena penjualan barang-barang ikut terdongkrak naik, mulai dari industri mikro hingga menengah sangat menggantungkan penjualannya di Desember ini, seperti aneka parcel mulai dari kue kering, minuman,
1 1
keramik dan campurannya, kemudian ada aksesories natal seperti pohon Natal, lampu hias Natal, barang-barang elektronik hingga otomotif. Seperti yang terpantau oleh tim Expose Manado awal pekan ini, dibeberapa pusat perbelanjaan seperti di Manado Town Square (Mantos), salah satu gerai andalannya Ace Hardware The Helpfull Place mulai memberikan diskon dari 10 persen hingga 40 persen keatas. Sophian H. Adjahari, Customer Service Ace Hardware The Helpfull Place mengakui bahwa pertumbuhan ekonomi masyarakat Manado setiap bulannya pasti meningkat. “Ada beberapa macam varian pohon Natal dan asesorisnya yang kami siapkan dari harganya mulai Rp59.000 hingga Rp18 juta. Tak sedikit customer yang rela menghabiskan uang hingga puluhan juta rupiah hanya demi mendapatkan sebuah pohon natal yang mereka idamkan,” kata pria yang akrab disapa Tian. Begitu juga yang terlihat di Matahari Departmen Store yang ada di Mega Mall Manado. Gerai fashion terlengkap di Manado ini memang dikenal sebagai rajanya memberi diskon pada customernya. Tidak tanggungtanggung dengan promo diskon mulai dari 20% hingga 70% pada produk jenis tertentu seperti diskon 50% dan 70%, ada juga promo beli satu gratis satu, dan promo E X P O S E M A G A z i n e
14
Special Report
Special Report
15
1. Aneka hiasan Natal yang dijual di pusat perbelanjaan. (Foto: Juan Manengkey) 2. Suasana pusat perbelanjaan memasuki bulan Desember. (Foto: yhb) 3. Pasar rakyat menjelang Natal di pusat kota yang difasilitasi Pemerintah kota. (Foto: Juan Manengkey) 4. Pohon Natal berukuran besar di pusat perbelanjaan 5. Persiapan menyambut Natal di Sintesa Peninsula Hotel. (Foto: yhb)
3 belanja senilai Rp.150 ribu.
Di counter tempat saya ditugaskan itu setiap hari selalu dibanjiri pengunjung, karena promo diskonnya yang banyak dan sesuai dengan isi kantong warga umum yang datang berbelanja di Manado
Tidak ketinggalan promo diskon Natal dan Tahun Baru yang diberikan iT Center Manado. Pusat belanja barang elektronik terbesar yang berada di Kota Manado ini tak mau ketinggalan moment penting untuk berbagi dan meraup pelangan sebanyak banyaknya, dengan mengandalkan sale-sale nya yang luar biasa. Seperti yang diungkapkan oleh Sales Promotion Girl (SPG) produk Sony X-peria yang ada di iT Center Manado, Vernanda Wewengkang, dia malah menyebut semua produk baru yang dipasarkan telah laku sejak pertengahan November lalu. Diapun mengaku jika Desember ini, target yang dibebankan bisa dicapai. “Di counter tempat saya ditugaskan itu setiap hari selalu dibanjiri pengunjung, karena promo diskonnya yang banyak dan sesuai dengan isi kantong warga umum yang datang berbelanja di Manado,” ujarnya. Bagaimana dengan hotel dan resort yang ada di Sulut? Setali tiga uang, perayaan Natal juga
E X P O S E
6
4 disebut sebagai hari yang paling ditunggu. Tidak heran Hotel-hotel berbintang yang ada di Manado mulai menjual paket-paket Natal yang lengkap dengan room terbaiknya dengan harga harga yang spesial namun berbeda dengan gaya mall dan toko-toko yang berebutan diskon harga. “Natal dan Tahun Baru adalah dua momen indah yang selalu menarik untuk kami. Khusus ditempat kami, kami menggunakan paket spesial yaitu menjual room dengan tambahan layanan fasilitas yang menarik dan yang tidak terlupakan pada para tamu,” jelas Asst. General Manager at Tasik Ria Resort Spa and Diving. Untuk hall atau gedung yang digunakan untuk pelaksanaan ibadah Pra Natal juga sebagian besar mengaku sudah di booking jauh hari oleh beberapa pengurus partai dan gereja. “Natal adalah momen yang tidak ingin kami lewati, untuk itu kami managemen juga telah menyediakan yang spesial bagi para penyewa tempat kami,” sebut Finance Manager M Icon Manado, Siska Lawendatu.
5
Dia menyebut yang spesial adalah pemberian diskon senilai Rp.9.999.000 dari harga normal sewa sekira Rp.15 juta bagi gereja dan komunitas yang ingin menyewa ditempat mereka.
6. Salah satu pohon Natal Unik di pusat perbelanjaan di kawasan bisnis Megamas. (Foto: Juan Manengkey)
ekslusif. Kemampuan beli warga di Desember ini ikut menjadi perhatian dari Bank Indonesia (BI) perwakilan Sulut. Tidak heran BI langsung menyediakan dana tunai sekira Rp.3 Triliun.
“Tak perlu diragukan lagi untuk dekorasi dan fasilitas yang kami diberikan. Dijamin sudah pasti yang oke punya. Dengan harga tersebut, sudah termasuk pohon natal, lilin serta dekorasi standar. Namun segeralah melakukan bookingan, karena kami saat ini akan segera close,” katanya.
“Karena biasanya jelang Natal dan Tahun Baru permintaan uang tunai di Kota Manado dan sekitarnya akan mengalami peningkatan yang cukup signifikan,” kata Kepala Kantor Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Utara (Sulut) Peter Jacobs.
Sementara dari Manado Convention Center (MCC), banyak warga dan gereja yang sudah memberikan uang muka sebagai tanda jadi bagi mereka untuk menggelar Ibadah Natal di tempat ini.
Tidak ketinggalan Kepala Bank Mandiri Cabang Manado Hotman Nainggolan mengatakan pihaknya sangat siap menghadapi Natal dan Tahun Baru di Manado.
“Memasuki awal Desember kami sudah full booking hingga tangal 23 Desember,” kata Asisten Manager dari Manado Convention Center (MCC), Frets S sambil menambahkan bahwa tanggal 24-27 mereka libur bersama. MCC sendiri menjadi salah satu hall favorit di Sulut, karena kemampuan tampungnya yang luar biasa serta bangunannya yang terlihat
Dia mengatakan masyarakat tidak perlu khawatir karena kesiapan dana tunai maupun penukaran uang kecil cukup tersedia menghadapi Natal dan Tahun Baru. “Kami juga telah menyiagakan seluruh ATM di Sulut terutama Manado dan Minahasa“, tutur Nainggolan saat ditemui belum lama ini. (Carol Tine) E X P O S E
M A G A z i n e
M A G A z i n e
16
Special Report
1
Tradisi Natal di Sulut Natal di Sulawesi Utara (Sulut), memang selalu unik dan berbeda karena perayaan Natal diawali dengan kehadiran Santa Claus (Sinterklass) dan Pit Hitam atau sering disebut Suartepit di minggu-minggu awal Desember. Tradisi Santa Claus mulanya bagian dari tradisi pemeluk agama Kristen Katolik, yang kemudian menjadi tradisi umum setiap gerejagereja dan komunitas warga di Manado.
2 1. Tradisi Santa Claus di Manado. (Foto: Carol Tine) 2. Umat Muslim memberikan ucapan Natal kepada umat Nasrani sesaat selesai ibadah Natal di Gereja. (Foto : Basrul Haq)
Disini, Santa Claus selalu adalah pria yang dipakaikan berjanggut dengan menggunakan kostum serba merah dan membawa tumpukan hadiah dipunggungnya, sementara si Pit Hitam yang badannya memang dihitamkan dengan pewarna, ikut mendampinginya. Keduanya akan berkeliling ke rumah warga yang memiliki anak kecil sambil membagikan hadiah. Walau kini Polres Manado telah mencabut ijin untuk pawai mobil Santa Claus, namun aksi si pembagi hadiah dan si penasihat galak ini masih bisa disaksikan di hampir seluruh kelurahan. Dan tidak ketinggalan adalah tradisi
E X P O S E M A G A z i n e
menyalakan lilin di pekuburan milik keluarga di Manado hingga Minahasa Raya serta Tomohon. Kegiatan ini biasanya dilakukan sebagai simbol untuk mendoakan kembali para keluarga yang telah meninggal dunia sekaligus sebagai salah satu cara untuk membersihkan kuburan, ini biasanya dimulai sekira tanggal 20 Desember. Tradisi ini juga kini makin heboh karena pameran kembang api bisa dilakukan disini. Sementara di Langowan, Minahasa ada juga tradisi pasiar kampung dengan menggunakan bendi pada saat perayaan Natal. Dan pada puncak Natal di tanggal 25 Desember, selain aparat keamanan yang melakukan penjagaan, gereja-gereja yang melakukan ibadah puncak akan dijaga juga oleh ormas dan masyarakat Muslim. “Ini adalah bukti kami mencintai daerah kami. Sulut adalah kota yang dihuni oleh berbagai ragam suku dan agama, namun kami semua mampu hidup berdampingan dengan rukun dan,” kata Harjadi Usman, salah satu pemuda mesjid di Manado saat ditemui oleh tim Expose Manado.*
18
Highlight
Highlight
19
Desember itu indetik dengan kegembiraan perayaan Kelahiran Jesus Kristus. Tidak heran, di ibu kota Sulawesi Utara (Sulut) perayaan untuk Natal pasti sangat luar biasa dan spektakuler mewah dan beragam. Untuk edisi kali ini, Expose Manado menyajikan 10 hal terunik dari Natal yang hanya bisa dirasakan langsung jika berada di Manado. Ini dia.
E X P O S E
E X P O S E M A G A z i n e
M A G A z i n e
20 20 Figure Figure
Figure Figure2121
Kain Kofo adalah Kearifan lokal yang sudah lama ditinggalkan oleh masyarakat Sangihe. Kain ini merupakan kain tenun khas Sangihe yang terbuat dari serat pisang hote. Pakaian yang dibuat dari tenun khas Sangihe tersebut oleh masyarakat setempat disebut dengan Balri atau Laku Hote.
3
Jejak-jejak tenun ini masih bisa ditemukan, walaupun proses menenun kain kofo yang sudah tidak dilakukan. Menurut penelitian tenun khas Sangihe ini sudah ada sebelum tahun 1020.
2 Dalam perjalanan ke Kabupaten Kepulauan Sangihe di pertengahan bulan November 2015, Tim Expose Manado mengagendakan untuk bertemu dengan seorang warga yang masih menyimpan Kain Kofo. Kami telah mendapatkan informasi awal terkait kain kofo dari kontributor Expose Manado di Sangihe, Stenly Pontolawokang. Informasi ini kemudian mengantarkan kami untuk bertemu dengan Bapak Yumbure Kelenggihan (62) lelaki parubaya yang dimaksud. Dia adalah seorang bapak yang sederhana dan memiliki kepedulian tinggi terhadap aset budaya Sangihe.
1
Perjalanan kami menuju Desa Manumpitaeng ditempuh kurang lebih 20 menit dari kota Tahuna. Kami ditemani Vander Gansalangi, Budayawan Sangihe. Vanderlah yang membantu kami mengalihbahasakan pembicaraan dengan Pak Yumbure yang kesehariannya tetap mengunakan bahasa Sangihe. Lelaki sederhana itu menyambut kami dengan hangat, setelah kami memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan kami.
2
1
Tak berselang lama setelah kami tiba di
4 kediamannya yang asri, Pak Yumbure akhirnya mengeluarkan baju yang terbuat dari kain Tenun Kofo. Sungguh kami terharu dengan pemandangan ini. Inilah kain tenun Kofo yang proses pembuatannya telah dilupakan oleh Masyarakat Sangihe. Konon menurutnya baju ini dibuat tahun 1500 an dan kini masih terawat rapi. Kain tenun Kofo dahulu pernah mengalami kejayaan bersama kain tenun lain di Indonesia. Kerajaan Tabukan pada tahun 1927 dibawah kepemimpinan WAK Sarapil disaat itu mendorong berkembangnya pembuatan kain kofo dan telah dibeli oleh masyarakat yang lebih luas, dimana penjualannya sampai Pekalongan dan Jogjakarta sebagai basis pembuatan batik Jawa. Prakarsa dari raja Tabukan berusaha memberikan solusi untuk membangkitkan kembali kejayaan kain tenun kofo. Hanya saja prakarsa tersebut pada akhirnya lenyap sampai era 70-an. Kini tidak ada lagi pekerjaan penenunan kofo. Proses menenun disebut mengahiuang, alat tenunnya disebut kahiuang, sedangkan kainnya disebut Kahiwu. Dibeberapa desa seperti di desa Lenganeng, Manupitaeng, dan
5
Batunderang dapat ditemukan sisa-sisa alat tenun kain kofo. Sedangkan kain-kain kofo terdapat di beberapa kolektor juga di museum baik dalam maupun luar negeri. Steven Sumolang, peneliti Kain Kofo di Sangihe kepada Stenly Pontolawokang –Tim Expose Manado menjelaskan bahwa, pada awalnya warna benang kofo hanya empat macam yakni : polos, kuning, merah dan hitam. Polos artinya tidak diberi warna. Warna kuning, berasal dari celupan sari akar pohon bernama seha yang mendidih. Warna merah, dicelupkan dalam air sari buah pohon ketumbar. Sedangkan hitam, dicelupkan di dalam air buah pohon nila, yang dicampur dengan sejenis lumpur hitam pekat yang terdapat di bawah pohon Lolaroh yang tumbuh di pinggiran pantai. Seiring perkembangannya Kain Kofo pun ditemukan dengan warnawarna yang lain seperti warna lembayung, biru, hijau dan lainya. Warna yang terdapat pada Kain Kofo pun juga mempunyai makna, yakni warna putih melambangkan ketulusan hati, warna merah melambangkan keberanian di pihak kebenaran, sedangkan warna hitam tanda
1. Yumbure Kalengggihang, memainkan alat musik Tagonggong dan mengenakan baju adat yang terbuat dari kain tenun kofo. 2. Kain Tenun Kofo dan detail seratnya. 3. Motif kain Tenun Kofo 4. Serat Pisang Hote, sebagai bahan baku pembuatan Tenun Kofo. 5. Alat Tenun Kofo yang masih tersisa. (Foto-Foto: Stenly Pontolawokang) E X P O S E
E X P O S E M A G A z i n e
M A G A z i n e
22
Bussines Report2323 Opportunity
Figure
dukacita terhadap orang yang memakai Kain Kofo tersebut. Selanjutnya hiasan–hiasan atau lukisan– lukisan yang kentara, karena perbedaan warna benang Kofo yang ditenun mempunyai artinya sendiri–sendiri. Sampai abad ke 15, agama nenek moyang ialah animisme, dimana mereka memuja apa yang mereka anggap bertuah, dan takut terhadap kekuatan alam yang menerpa hidup sehari–hari. Seperti hiasan bunga–bungaan, karena bunga berbau harum, maka dipergunakan oleh mereka, untuk membujuk roh halus (bawengi, dalanise), agar roh para leluhur tetap melindungi serta memberikan kesejahteraan bagi kehidupan mereka yang ditempuh sepanjang masa. Bagi orang kecanduan menyabung ayam, sering baju Kofonya bermotifkan 2 ekor ayam jantan, sementara berlaga di arena. Matahari tinggal seperempat perjalanannya menuju peraduan. Kami masih saja terlibat pembicaraan hangat di rumah Pak Yumbure. Sajian teh hangat dan kue pia dari sang istri semakin mengakrabkan suasana. Atas permintaan kami, Pak Yumbure bersedia mengenakan pakaian yang terbuat dari tenun kofo yang ditunjukan kepada kami tadi. Kepalanya juga diikat sepotong kain kofo. Ia terlihat gagah dengan pakaian itu walaupun usianya sudah lebih dari separuh abad. Tak berselang lama, lelaki itu masuk kedalam rumahnya yang terbuat dari kayu Hoade sejenis kayu yang digunakan membuat rumah raja-raja jaman dahulu dan keluar membawa alat musik Tagonggong. Ia mengajak kami menuju depan rumah dan duduk dibawah rindang pohon. Kami berkerumun sesaat setelah ia mulai memainkan alat musik pukul itu. Dahulu kala para leluhur di tanah Sangihe memakai alat musik Tagonggong dengan melantunkan Sasambo. Sasambo adalah syair yang dilantunkan dengan irama khas dan volume yang tinggi. Kini Pak Yumbure menyajikannya kembali dihadapan kami. Kami terpana dibuatnya. Terus terang, kami E X P O S E E X P O S E M A G A z i n e
the pride of an identity
“Potensi wisata di Sulut itu luar biasa. Yang indah dan unik itu ada di 15 kabupaten dan kota di Sulut, bukan hanya di Bunaken saja. Jadi mari jo ka Manado” kata Pria kelahiran Tulungagung, Jawa Timur pada 22 Februari 1959 ini pada tim Expose Manado.
6 sedikit bergidik mendengar pak Yumbure melantunkan Sasambo. Kami seperti dibawah ke masa lalu. Ditambah lagi suasana rumahnya diatas bukit yang terpisah dari keramain kampung. Yang terdengar hanyalah musik Tagonggong dan lantunan Pak Yumbure yang menyatu dengan gemerisik pohon dan kicauan burung. Setelah ia memainkan Tagonggong dan melantunkan Sasambo, Kami meminta Pak Yumbure untuk berpose. Pikir kami, kami harus mendokumentasikannya dangan baik. Jarang sekali menemukan orang yang memiliki kepedulian tinggi terhadap budaya daerah seperti dirinya. Dengan senyum ramah ia menyanggupinya. Malahan setelah selesai memotretnya, ia menawarkan kami untuk mencoba pakain tersebut. Tentu saja
kami tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Bergantian kami mengenakannya dengan penuh kehati-hatian. Maklum usia pakaian ini sudah sangat tua. Menurutnya pakaian yang disimpan secara turun temurun ini sudah ada sejak tahun 1500an. Diakhir pertemuan kami dengan Pak Yumbure, ada satu harapan besar yang disampaikan kepada kami. Harapan jika suatu saat nanti ada usaha dalam merekonstruksi kembali kebudayaan asli Sangihe yang hilang ini. Bagi kami,ini adalah harapan yang sangat luar biasa dan tulus dari seorang yang sangat mencintai budaya daerahnya. Semoga harapan bapak bisa diwujudkan oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe dan masyarakat yang peduli terhadap kebudayaan daerah ini. (yehabe/stenly pontolawokang)
6. Menangki adalah teknik melicinkan baju adat yang terbuat dari kain Tenun Kofo. (Foto: Stenly Pontolawokang)
1 1.
Pejabat Gubernur, Soni Sumarsono
memperkenalkan program
Visit Sulawesi Utara (Sulut) 2016 dengan tagline nya #marijokamanado
(Foto: Humas Pemprov)
Pindai QR Code dengan
QR Code Scanner untuk menyaksikan videonya.
Yang mengaku travelers sejati, jangan mengaku keren kalo bloom injak Manado, kalimat aksi ini kini makin sering terlihat di media sosial sejak di perkenalkannya program Visit Sulawesi Utara (Sulut) 2016 dengan tagline nya #marijokamanado oleh Pejabat Gubernur, Soni Sumarsono bulan lalu. Ya, melalui program ini mantan Direktorat Jenderal (Dirjen) Otonomi Daerah (Otda) di Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia (Kemendagri) berharap akan makin banyak wisatawan dalam negeri dan luar negeri yang berkunjung Sulut.
Bagi Doktor lulusan Universitas Jakarta ini, pariwisata adalah sektor yang bisa membangun dan mendongkrak lini sektor perekonomian daerah. “Tentu saja program ini harus sama-sama kita dukung. Saya bangga bisa menjadi bagian dari daerah ini,” tutur Sumarsono. Ini juga dibenarkan oleh General Manager (GM) Arya Duta Hotel Manado, Jose Wawondatu dan berharap akan makin banyak kegiatan atau even yang digelar oleh pemerintah daerah pada tahun depan. “Potensi daerah dan kebudayaan harus digarap bersamaan. Kita memiliki keindahan dan adat budaya yang disukai para wisatawan,” tutur Jose yang juga dikenal sebagai salah satu pilot Paralayang Sulut
belum lama ini. Seperti kita ketahui Sulut adalah salah satu provinsi yang menjadi tujuan wisata andalan di Indonesia yang dijual ke luar negeri. Dengan memiliki total luas sekira 15.069 km2, daerah yang memiliki slogan Torang Samua Basudara ini terus dijadikan sebagai salah satu tempat rehat dari kesibukan pekerjaan para wisatawan. Tim Expose Manado sendiri belum lama ini melakukan kunjungan ke beberapa tempat wisata yang ada di kabupaten perbatasan dengan Filipina, Sangihe dan beberapa spot diving yang ada di Lembeh. Dan tidak ada kata yang bisa kami katakan selain “Luar biasa indahnya”. Jadi mari kita dukung program Visit Sulawesi Utara 2016 dengan #marijokamanado. Yuk jadi genereasi Merah Putih yang mencintai Sulut dan Indonesia. * E X P O S E M A G A z i n e
24
Mothers Day
Mothers Day
Ellen Joan Kumaat
Mereka Superwoman yang Supermom
Ibu yang satu ini adalah seorang tenaga pendidik yang memimpin sekira ribuan mahasiswa yang memilih untuk menuntut ilmu di ibu kota Sulut, ya dia adalah rektor Universitas Sam Ratulangi (Unsrat).
Selamat Hari Ibu, Di edisi kali ini, kami menyajikan tulisan tentang sepak terjang para wanita Sulawesi Utara yang modern yang memiliki prestasi nasional hingga internasional, namun tidak melupakan kewajiban mereka sebagai seorang ibu. Siapa saja mereka? Inilah tiga superwoman yang supermom pilihan tim Expose Manado. (Carol )
Jull Takaliuang
Aktivis Lingkungan dan HAM Asal Sangihe Bagi Garth Imanuel Koleangan, sang mama adalah sosok wanita yang terlihat seperti kebanyakan wanita lainnya.
Jull Takaliuang bertemu Presiden RI di Amerika Serikat. Sesaat setelah Jull Menerima N-Peace Award 2015 dari PBB. (Foto: Ist)
“Mama saya adalah ibu rumah tangga yang baik. Sejak kecil saya selalu mendapat perhatian dan kasih sayangnya yang luar biasa,” tutur pemuda tampan yang baru saja genap berusia 16 tahun ini pada tim Expose Manado belum lama ini. Menurut Garth, Jull Takaliuang tidak pernah sekalipun melupakan hal hal kecil yang berhubungan dengan dirinya. Padahal pekerjaan sang ibu yang diketahuinya adalah seorang pekerja di Yayasan Suara Nurani (YSN), yang aktivitas hariannya selalu berhubungan dengan kemasyarakatan dan lingkungan. Ya, wanita yang baru saja menjadi
satu-satunya wanita Indonesia yang menerima N-Peace Awards 2015 untuk kategori Untold Stories: Women Transforming their Communities di kantor utama Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) New York pada tanggal 19 Oktober lalu, memang luar biasa.
warga untuk menolak atas aksi reklamasi pantai Kalasey dan yang terkini adalah mengadvokasi warga pulau Bangka untuk menolak eksplorasi tambang pasir besi dari perusahaan asal China.
Istri tercinta dari Didi Koleangan ini juga tidak mengenal takut pada Dia tidak pernah mengenal oknum aparat atau oknum pejabat lelah untuk menjadi yang disebutnya sebagai corong utama oknum yang tidak pro dari warga pada rakyat. Dan dia “Apa yang yang juga mampu membagi saya lakukan dan tertindas, waktunya untuk perjuangkan adalah kegiatan sang putra semata kecil jika dibanding advokasinya wayangnya ini. perjuangan ibu bukan Indonesia lainnya“ sebatas pada Bagi wanita kelahiran lingkungan. Jull, 31 Juli 1969, berjuang sejak 2003 sudah membela hak-hak warga turun mendukung yang tertindas dan terpinggirkan warga Buyat untuk melakukan selama hampir 18 tahun ini, perlawanan pada perusahaan butuh komitmen yang luar biasa tambang dunia asal Amerika namun tidak harus mengorbankan Serikat, dia juga turun saat waktunya pada keluarga. beberapa perempuan dan anak di Sulut yang diduga hendak dijual “Sejak kecil Garth sudah kami ke calo trafficking di Kalimantan tanamkan rasa mengasihi sesama, dan Jakarta, mendampingi warga jadi saat saya keluar untuk Likupang Timur untuk menolak mengadvokasi warga, kata kasih aksi dari perusahaan tambang lah yang saya tekankan. Selain itu asal Australia, beraksi bersama saya memiliki suami yang begitu
pengertian, kami selalu bergantian menjaga putra kami,” tutur lulusan Fakultas Sastra di Universitas Sam Ratulangi yang sempat merasakan dinginnya jeruji besi karena aksinya membela rakyat kecil di Likupangn Timur. Jull sendiri, menyebut dirinya bukan sosok ibu yang sempurna bagi anak semata wayangnya, namun dia juga tidak ingin dirinya dilupakan oleh Garth karena tuntutan pekerjaannya. Penghargaan yang diterimanya juga disebut sebagai hasil konsekuensi Garth untuk memahami dan peduli padanya. Bagaimana pandangnya sebagai Ibu Indonesia? “Saya bukan Wonder woman, tokoh animasi idola saya, apa yang saya lakukan dan perjuangkan adalah kecil jika dibanding perjuangan ibu Indonesia lainnya. Namun saya berharap capai ini bisa membuat ibu-ibu di Indonesia lebih percaya diri untuk menunjukkan eksistensi dan mengambil peran penting dalam segala bidang pembangunan di semua level,” ungkap Jull.
Ellen Kumaat foto bersama Menteri Agraria dan Tata Ruang, Ferry Mursyidan Baldan dalam sebuah acara. (Foto: Ist)
Ellen Kumaat sendiri bukannya kebetulan menjadi pemimpin tertingi di perguruan tinggi negeri ini, sebelumnya wanita lulusan Institut National des Sciences Appliquees Perancis ini adalah dekan di Fakultas Teknik Unsrat. Saat ditemui tim Expose Manado belum lama ini, ibu dua orang anak ini mengungkapkan tantangan luar biasa saat berhasil menjadi rektor.
dengan sebutan Tante Uci ini dimulai pada tahun 70 an. Dialah yang pertama membuka jalan para wanita Indonesia untuk unjuk kemampuan di udara. Walau Pembawaannya yang ramah dan sempat tidak direstui oleh sang selalu tersenyum, membuat oma ayah yang kalah itu empat cucu ini malah hampir adalah seorang terlupakan sebagai wanita Panglima Kodam pembuat sejarah di “Mama inspirasi (Pangdam), olahraga menantang bagi saya dan wanita alias Extreme sport keluarga. Wanita itu, bercucu Indonesia. bermental luar biasa kuat empat ini dan saya bersyukur atas tetap beraksi Ibu dari dua atlet hal itu“ bersama para terjun payung teman-teman kebanggaan Sulawesi prianya yang kala Utara (Sulut), Pingkan itu adalah bawahan dan Petra Mandagi ini adalah sang ayah. penerjun bebas putri pertama di Indonesia. “Saya harus main kucing-kucingan dengan Papa saat berlatih. Bisa Aksi ibu yang biasanya dipanggil dimaklumi olahraga ini memang Kesehariannya, Sritjiptowati Soebiantati Mandagi amat jauh dari kesan tampilan mantan atlet.
Rektor Universitas Sam Ratulangi
Walau begitu, istri tercinta dari yang mustahil. Hieryco Manalip ini bukanlah tipe cepat menyerah, dia “Saya hanya ingin semua bekerja, malah langsung melakukan bekerja dan bekerja demi Unsrat,” program program yang langsung tutur rektor wanita pertama di menyentuh seluruh civitas Unsrat ini. akademika Unsrat yang sempat panas dengan Dalam “Yang dugaan maraknya aksi kesehariannya, sempurna adalah KKN sebelum dirinya Ellen kasih Tuhan, dan yang menjabat sebagai mengaku mendekati sempurna pimpinan tertinggi di tidak adalah keluarga saya, lembaga pendidikan berbeda jika bukan mereka tersebut. dengan saya mungkin bukan wanita yang seperti saat ini“ Hanya dalam waktu telah menikah singkat, guru besar ini dan memiliki anak. mampu mengembalikan Dia selalu menyiapkan kepercayaan civitas akademika waktu pagi dan malam untuk bisa Unsrat. Dia mampu membangun bercekrama dengan keluarganya. komunikasi dengan para staff, Saat itu, disebut Ellen sebagai dosen hingga mahasiswa dengan waktu indah melepas lelah, walau penuh rasa kekeluargaan. Padahal kini kedua putra dan putrinya membuat Unsrat kembali bersih Teguh Andrew Ivan Manalip (telah seperti sebelumnya adalah hal menikah) dan Christine Virgin yang sempat disebut kebanyakan Manalip, telah menjalani hidup orang di Sulut sebagai sesuatu sendiri sendiri di tanah seberang.
Penerjun Bebas Putri Pertama di Indonesia
25
“Cucu, anak anak dan suami adalah kekuatan saya selain Tuhan. Mereka luar biasa hingga membentuk saya sebagai ibu yang seperti saat ini. Didikan orang tua juga amat berpengaruh dalam hidup saya,” ungkapnya, sembari menyebut dirinya bukanlah tipikal ibu sempurna. “Yang sempurna adalah kasih Tuhan, dan yang mendekati sempurna adalah keluarga saya, jika bukan mereka saya mungkin bukan seperti saat ini. Saya masih perlu banyak belajar dari ibu-ibu luar biasa milik Indonesia dan dunia,” tambahnya. Bagaimana pandangannya tentang Unsrat kedepannya? Rektor yang ramah ini pun menerangkan bahwa dirinya ingin berhasil sebagai ibu dari mahasiswa Unsrat yang berhasil membangun Sulut dan Indonesia melalui prestasi positif.
Sritjiptowati Soebiantati Mandagi
sangat menakutkan, tahun 1970 masih bisa dihitung dengan jari atlet terjun payung,” ungkap Uci yang saat itu hanya menggunakan payung bulat yang semi otomatis unt terjun dari ketinggian 3.000 kaki. Berbekal pengalamannya ini, diapun bertekad tidak akan mengekang keinginan anakanaknya untuk mengikuti jalur hobinya dan sang suami. “Satu hal yang selalu saya ingatkan adalah keselamatan diri adalah yang utama. Artinya mereka sudah tahu bahwa olahraga yang mereka geluti sangat penuh tantangan dan sangat dekat dengan maut, maka apa pun yang dikenakan haruslah dalam keadaan baik dan sempurna,” terangnya.
Ini pun diakui oleh Petra yang menyebut sang Mama adalah mentor sekaligus manager yang terbaik baginya. “Mama inspirasi bagi saya dan keluarga. Wanita itu, bermental luar biasa kuat dan saya bersyukur atas hal itu,” ungkap ayah dari dua putri ini.
Tante Uci bersama rekan sewaktu aktif menjadi menjadi penerjun di tahun 70an. (Foto: Ist)
E X P O S E
E X P O S E M A G A z i n e
M A G A z i n e
26
Community
Entrepreneur
27
Novia Indriani MamuaJa
Tampil Beda, Siapa Takut
Debora Dance Sport (DDS) Community
Sehat, Bugar dan Berprestasi Debora Dance Sport (DDS) Community salah satu komunitas yang ada di Manado. Bagi pecinta zumba dan aerobic nama ini tidak lazim di telinga masyarakat, karena kehadirannya sudah diketahui banyak masyarakat.
Aktifitas Debora Sindoro dan DDS Community (Foto: Dokumen Debora)
DDS ini dirintis olah Debora Sindoro, yang juga saat ini bertindak sebagai coach dan zumba instructor network (ZIN). Pada tahun 2000 dibuka dengan nama Debora entertainment, namun saat itu baru ada di Semarang. Seiring berkembangnya zaman pada tahun 2006 berpindah ke Manado dengan peluang besar dan diharapkan mampu menyedot perhatian masyarakat. Maka dibukalah di Manado dengan nama Zin Debora sampai pada tahun 2007, karena sudah banyak yang bergabung maka digantilah dengan DDS (Debora Dance Sport) sampai saat ini. Menurut Debora, di tempat ini pihaknya mengajarkan zumba, aerobic, body language,
Bagi dunia hiburan dan pariwisata di kota ini, pasti seorang Novia Indriani Mamuaja, bukanlah nama yang asing ditelinga.
pilates, yoga, latin dance, bely dance, balet dan hiphop dan dilatih oleh orangorang yang profesional serta bersertifikat. “Pengajar kami adalah orang-orang yang profesional pada bidang ini. Kami bersyukur sampai saat ini masyarakat di Manado banyak yang sudah percaya dengan kami,” ungkapnya. Debora menambahkan, kehadiran DDS di Manado diharapkan akan membuat masyarakat sehat kehadiran DDS memberikan kontribusi positif bagi Kota Manado. “Olahraga yang sehat harus diimbangi juga dengan pola makan dan tidur yang teratur, sehingga kegiatan ini akan benar-benar bermanfaat,” ungkap Debora. Dia pun menguraikan, untuk jadwal yang ada sebagai berikut. Senin dan rabu aerobic, pilates, body language. Kemudian, selasa dan kamis, latihan zumba sedangkan jumat untuk yoga. “Kami membagi waktu latihan agar semua anggota dapat terlayani dengan baik,” ujarnya. Sampai saat ini, jumlah member DDS sebanyak 150-an anggota yang masih aktif sampai saat ini.
Si cantik bermata indah yang saat ini sementara menimba ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) adalah Runner Up tiga untuk Putri Indonesia 2013 dan serta Miss Grand International Indonesia dalam ajang yang diselenggarakan di Thailand di tahun yang sama.
Untuk prestasi, jangan ditanya lagi karena setiap ada iven dance DDS selalu membawa pulang piala sehingga jumlah piala cukup banyak yang ada di kantor DDS.
“Saat ini bukan jamannnya lagi hanya hidup hura-hura. Please, kita adalah genarasi muda yang dituntut mampu lebih baik dan lebih maju dari pendahulu kita. Dan sebagai anak muda, saya merasa ditantang untuk bisa tampil beda, berani, berinovatif, mandiri, dan cerdas melihat peluang yang ada,” kata Noni Manado 2012 ini saat ditemui tim Expose Manado akhir pekan lalu.
Apa yang dimaksud dengan tampil beda? Runner Up Pertama Noni Sulut 2012 ini langsung menjelaskan bahwa bukan lagi saatnya generasi muda di Sulut mengandalkan harta warisan sebagai pegangan untuk hidup. Menurutnya, kaum muda saat ini harus turun jalan alias berjuang untuk mendapatkan pekerjaan yang layak tanpa malu menggunakan atributnya. “Untuk ke puncak kesuksesan, harta warisan itu adalah nomor kesekian. Membuka usaha baru adalah salah satunya,” ungkap putri N Mamuaja dan Dr Olga Pangkerego. Inilah yang membuatnya nekad untuk terjun ke dunia usaha mikro kecil menengah di Manado, dengan membuka usaha yang jauh dari aktivitasnya sebagai mantan Noni Manado. Ya pecinta kopi pahit ini nekad membuka usaha rumah kopi di depan rumahnya, per 5 November lalu yang diberi nama Rumah Kopi NIMs. “Saya melihat peluang dan saya tertantang. Modal yang saya gunakan adalah milik pribadi sendiri bukan orangtua. Ini hasil saat saya menang putri-putrian lalu yang saya tabung. Usaha saya memang masih kecil namun ini jadi pelajaran saya untuk berbisnis. So, tampil beda, siapa takut?” tegasnya, sembari menyebut bahwa kegagalan tidak menjadi ukurannya untuk mundur dalam bisnis yang lagi trend saat ini. Bravo Novia. (Lily Arianingsih) Desain Kostum: Denniel Richard
Tata Rias Wajah & Rambut: Lolla Make Over Manado Fotografer : yehabe
Selain itu, DDS juga sering membuat iven tahunan yang dikenal dengan DDS Extravaganza dan paling banyak diminati pecinta zumba dan aerobic. So, bagi masyarakat yang berkeinginan untuk bergabung dengan DDS dapat menghubungi kantornya di Banjer jalan Daan Mogot, dijamin Anda akan puas dengan pelayanan DDS yang akan memberikan olahraga terbaik untuk menyehatkan Anda. (Bianca) E X P O S E
E X P O S E M A G A z i n e
M A G A z i n e
She
M
29
Tekun dan Pekerja Keras
MENJALANI kehidupan menjadi seorang wanita karir banyak ditemui di zaman yang modern ini. Dijana Silfana Pakasi, wanita kelahiran tahun 1962 saat ini menduduki jabatan sebagai Wakil Ketua Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Manado. Rentetan kehidupannya setiap hari tidak berbeda dengan wanita pada umumnya, hanya saja yang menjadi nilai plus bagi dirinya karena dia mampu membagi waktu bagi suami, anak-anak dan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga. Meskipun tidak dapat dipungkiri, kerap kali diperhadapkan dengan berbagai tantangan ketika menjalankan tugas sebagai wakil rakyat. Tetapi semuanya itu dapat dihadapi dengan tulus dan bijaksana karena dukungan orang-orang yang mencintai dan menyayanginya dalam keluarga. ”Puji Tuhan saya selalu diberi kemudahan dalam berkarir, bahkan hingga saya berada di tempat ini sebagai wakil rakyat. Keluarga saya selalu memberikan dukungan dan
memahami kesibukan saya ketika berada di luar rumah,” ujarnya. Bagi Dijana berkarir seperti dunia lain yang sudah ditekuninya dari masa remaja. Bahkan dirinya pernah berkarya di Bank BCA Manado dan Jakarta selama 14 tahun lamanya. Siapa yang sangka prestasi yang diukir Dijana diawali sejak tahun 1978 dengan menyandang predikat sebagai runner up Nyong dan Noni Sulut. Tidak hanya itu saja, dia juga tergabung dalam Komunitas Musik Manado (Komudo) dan kepiawaiannya dalam bernyanyi menghantarkan dia menuangkan karya seninya dalam album Pop Manado dan Rohani pada tahun 1985-1994.
Ketika ditanya tentang peran dirinya sebagai ibu oleh Tim Expose Manado Magazine diapun menguraikan, ibu adalah tempat untuk mencari Surga. Menurutnya, ibu memiliki makna yang kompleks dan tidak dapat diuraikan dengan ilmu manapun. Kebaikan serta kesabarannya tidak dapat dirumuskan diformulakan dengan rumus apapun.
(Foto: Mardhan Ramli)
“Bagi saya, hari ibu adalah hari dimana kita memperingati peran wanita secara hakiki. Dalam kekuatannya menyimpan kelembutan, dalam ketegasan menunjukkan kebijaksanaan,” tuturnya. (Lily) EE X X PP OO SS EE M A G A z i n e M A G A z i n e
30
Event
Event
1. Benny Mamoto dengan Pakaian Adat Minahasa (Foto : Edwin Pelealu)
1
Paduan Indah Antara Tarian dan Kain Minahasa Siapa yang tidak mengenal corak-corak indah dan unik dari Kain Pinawetengan? Corak yang diambil langsung dari batu adat milik suku-suku di Minahasa ini kini makin menjadi magnet dalam dunia fashion tanah air.
E X P O S E
31
3 1
4
3
2. Perpaduan apik antara tarian dengan show Kain Pinawetengan (Foto : Edwin Pelealu) 3, 4 Fashion show Kain Pinawetengan (Foto: Inoy Lagonda) 5. Salah satu penari yang tampil menggunakan pakaian yang desainnya di replikasi dari pakaian adat minahasa tempo dulu. (Foto: Inoy Lagonda)
2 90 menit ini bukanlah seperti yang biasanya. Karena pagelaran kali ini dikolaborasikan juga dengan atraksi tarian tradisional yang memikat hasil karya dari Show Director yang memiliki reputasi internasional, Denny Malik.
Ini pula yang membuat Irjen (Purn) Benny Mamoto dan sang istri, Iyarita Mawardi Mamoto kembali bekerja sama dengan perancang kebanggaan tanah air yang berdarah Minahasa, Thomas Sigar menggelar fashion show yang bertajuk “Pesona Kain Pinawetengan Minahasa” pada (19/11) lalu di Manado Convention Center (MCC).
Para penari yang terdiri dari pria dan wanita, mampu membawa para undangan yang hadir masuk dalam dunia adat Minahasa yang tergambar dalam corak pakaian yang mereka gunakan. Gerakan ketekunan menanam padi yang dibawakan para penari sangat memukau, begitu pula saat mereka menari yang menggambarkan keceriaan pertemuan antara lawan jenis begitu kental terasa.
Pada fashion show yang berdurasi sekitar
Ini juga terasa saat para model hadir
membawakan hasil karya sang maestro dari salah satu kain tradisional andalan Sulawesi Utara (Sulut) di catwalk. Beberapa undangan yang hadir mengakui kolaborasi apik dari tarian dan pesona kain indah ini begitu membuat mereka terpesona. “Ini sebuah pagelaran yang sangat sangat menarik. Tarian tradisional begitu padu dengan kain kain yang mereka tampilkan dan terlebih saat final. Kekuatan tarian yang menampilkan atraksi seorang dukun Minahasa saat memimpin warga untuk bersyukur atas berkat begitu terasa. Ini membuat saya makin bangga dengan adat dan budaya Minahasa dan alam kita,” tutur Senny Vasty Alalinti Wakkary salah satu
pimpinan di sebuah hotel di Manado pada tim Expose Manado. Mamoto sendiri dalam sambutannya menyebut iven ini adalah salah satu kegiatan yang rutin dilakukan oleh yayasannya. “Salah satu alasan saya melakukan ini semua adalah pernyataan Hetty Palm yang menyatakan bahwa tidak ada kebudayaan di Indonesia ini yang cepat hilang seperti kebudayaan Minahasa. Inilah yang mendorong saya untuk memajukan budaya Minahasa dalam bentuk apapun seperti dari kain, lingkungan dan atraksi pawai kebudayaan,” ujar mantan penuntas bom Bali ini sambil menambahkan bahwa, fashion show kali ini juga sekaligus menjadi salah satu
5
6. Dari kiri ke kanan : Thomas Sigar, Iyaritha Mawardi Mamoto, Benny Mamoto dan Denny Malik. (Foto: Inoy Lagonda)
perayaan 10 tahun berkiprahnya melalui Yayasan Institut Seni Budaya Sulawesi Utara (YISBSU) yang didirikannya sejak 2005 lalu. “Sudah 31 rekor MURI mulai seni budaya, produk andalan daerah, kuliner, religi, sumber daya manusia dan kemasyarakatan. Rekor ini terbanyak di Indonesia dan pemecahan tujuh rekor dunia seni budaya Guinness World Records,” papar manajer Perbakin Indonesia di ASEAN Games lalu. Sementara itu, pemerintah Sulut yang diwakili oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Kadisparbud) Sulut, Joy Korah mengapresiasi kegiatan ini dan berharap apa yang dilakukan YISBSU bisa terus digelar setiap tahunnya.
6 E X P O S E
M A G A z i n e
M A G A z i n e
32
My Manado
My Manado
Rock In Celebes Tour 2015 Mampir di Manado ROCK In Celebes Festival Tour 2015 sudah dilaksanakan di Manado dan menjadi lokasi tour terakhir di tahun ini. Iven ini dilaksanakan di Manado karena dilatarbelakangi dari musik Sulawesi Utara (Sulut) khususnya di Manado patut diperhitungkan dan tidak boleh dipandang dengan sebelah mata. Terbukti dengan lahirnya banyak band. Selain itu, Manado dinilai memiliki aset wisata yang sudah mendunia yaitu Taman Nasional (Foto: Tonny Rarung) Bunaken bahkan dilengkapi dengan pusat pembelanjaannya yang terletak di sepanjang pantai Utara-Selatan menjadi penunjang dilaksanakan iven ini.
Mengambil spot dipinggir pantai tepatnya di Pelataran Parkir Manado Town Square (Mantos), Rock In Celebes Festival Tour 2015 Manado dilaksanakan 28-29 November dengan menampilkan deretan band nasional seperti Jamrud, Endank Soekamti, Revenge, Kapital dan Kelompok Penerbang Roket (KPR). Deretan band lokal terbaik Sulawesi seperti Sabaoth, De’Crue, Frontxside, From Hell To Heaven, The Box, Spesialis Tendangan Bebas, Iteneps, Critical Defacement dan masih banyak lagi juga tak ketinggalan akan tampil dengan aksi terbaik mereka di Rock In Celebes Festival Tour 2015 Manado. Sebagai pengalaman pertama kali di Manado, Rock In Celebes juga lengkap menghadirkan exhibition berupa clothing dan community expo, hingga market place lainnya dan berbagai booth dengan bermacam aktivitas interaktif seru hingga talkshow yang bisa diikuti. Tidak heran, antusias masyarakat sangat besar menghadiri iven ini yang dilaksanakan di penghujung tahun di Manado. Dan dihadiri oleh band-band lokal maupun masyarakat pecinta seni. (Bianca)
Performance Asik dari Ginda Bestari Musisi Ginda Bestari, memang baru pertama kalinya tampil di public Manado, namun performance dari lulusan Universitas Widyatama, Bandung ini mampu memukau para pecinta blues yang hadir di Waroeng Charity, akhir November lalu. Tampil bersama Sound Goods, The Lezy dan The Uncles Project Band, Ginda langsung beraksi dengan Keep It Real dari albumnya yang bertitel Soulful Desire, kemudian disambung dengan Long Way yang juga merupakan karyanya sendiri. “Saya sama sekali tidak menyangka ternyata pecinta music blues di Manado sangat luar biasa,” ungkap pria kelahiran Sukabumi ini. Para pengunjung yang hadir juga mengaku menikmati alunan blues yang dimainkan musisi murah senyum ini.
Paramount Hills Hadir di Manado PASAR properti di Manado terus mengalami perkembangan yang luar biasa dan senantiasa mengikuti zaman yang semakin modern. Ini terbukti dengan dilaunching Paramount Hills Manado di Grand Atrium Manado Town Square (Mantos) III, pada pertengahan November lalu. Perumahan ini merupakan proyek residensial menengah ke atas yang berlokasi di pinggir Pantai Malalayang, dengan pemandangan menghadap ke laut Manado, Pulau Manado Tua dan Gunung Lokon apabila melihat ke Selatan. Strategisnya lokasi ini karena dibangun di atas lahan seluas 20,8 hektare berada di terusan jalan Boulevard, dan hanya sekira 10 menit ke pusat Kota Manado. Dalam launching perdana tersebut ditawarkan juga harga yang fenomenal bagi masyarakat yang ingin membeli. Andreas Nawawi, Managing Director Paramount Land mengatakan, harga yang ditawarkan sangat cocok untuk investasi di kemudian hari. Selain itu, untuk pembeli nantinya akan diberikan genset untuk mengatasi permasalahan listrik. “Kami mengambil keputusan untuk masuk
“Luar biasa, alunan musiknya nya sangat menyenangkan didengar. Penampilan berbobot seperti ini sangat jarang bisa ditemui di Manado,” tutur Matilda Serol.
ke Manado, karena akan dibukanya jaringan serat optik langsung dari Amerika serta penerbangan Internasional kedua setelah Batam. Selain itu, potensi pariwisata dan daya beli masyarakat Manado sangat besar meskipun dalam masa krisis ekonomi,” katanya. Sementara itu, Direktur Paramount Land, Aryo Tri Ananto mengemukakan, ada tiga cluster yang bisa dipilih konsumen yaitu gaya Modern Classic, France dan American. Saat ini yang disiapkan ada sekira 202 unit untuk cluster Modern Classic. Menurutnya, untuk setiap unit rumah Paramount Hills Manado dibangun semi-detached dengan berbagai pilihan luas rumah sesuai kebutuhan pembeli. Sementara itu, Presiden Direktur PT Paramount Land, Ervan Adi Nugroho mengatakan, Paramount Hills mengusung konsep custom yaitu hunian dengan desain yang dapat dipilih sesuai dengan selera dan
M A G A z i n e
(Foto: Ist)
“Boleh dibayar tunai maupun bertahap 18 sampai 60 kali sehingga masyarakat dapat memiliki hunian ini,” ungkap Ervan Adi. (Bianca)
KONTES otomotif terbesar di Sulut, Mantos Auto Contest (MAC) 2015 mengambil tema Limited Edition kembali digelar. Kegiatan yang digelar di Manado Town Square (Mantos) pada akhir bulan lalu ini langsung menjadi ajang yang spektakuler dan menarik bagi warga Manado. Pasalnya disini, kreativitas pecinta otomotif di Manado diuji untuk bisa tampil beda dan menarik. Beberapa jenis mobil sekelas Honda City, Xenia, Avanza dan Grand Livina terlihat memukau para pengunjung mall tampilan eksteriornya yang mewah serta sound nya yang menggelegar.
(Foto: yehabe)
“Sejak jam Tujuh malam, tempat ini sudah dipenuhi pengunjung. Padahal menurut jadwal Ginda tampil jam 10 Malam,” ungkap lelaki yang kerap disapa dengan om Stef ini (carol) (Foto: Juan Manengkey)
E X P O S E
kebutuhan pribadi. Pilihan desain tersebut dipasarkan dengan harga menarik mulai Rp.995 juta per unit tergantung ukuran dan spesifikasi yang diinginkan konsumen.
Mantos Auto Contest (MAC) 2015 Lebih Semarak
Antusiasme pengunjung memang luar biasa. Tak ayal waktu performance yang sedianya berakhir pukul 00.00 Wita molor hingga pukul 01.30. Stefanus Pusung, Owner Waroeng Charity mengakui bahwa kehadiran Ginda Bestari memang menjadi magnet tersediri bagi pecinta musik di Manado.
33
Coco peserta dari Pineleng mengaku, dirinya rela mengeluarkan bujet sebesar Rp.80 juta untuk memodifikasi mobil Livinanya menjadi motif Hulk. “Saya rela merogoh kocek yang banyak untuk menyalurkan hobi,” ungkapnya sambil tersenyum. Novri Rambing, PIC gelaran Mantos Auto Contest 2015 Manado mengatakan, iven ini sudah dilakukan selama tujuh tahun berturut-turut dan telah diikuti 131 motor. “Sebenarnya yang mendaftar 160 motor. Namun, 29 motor tak lolos syarat. Pesertanya dari Sulawesi Selatan, Gorontalo, Maluku Tenggara,” ungkapnya. E X P O S E M A G A z i n e
34
Flavour
Techno
35
Gurihnya Ayam Tino dari Dragonet Café
Teman Sehati Para Petualang
I
Ingin menikmati ayam bakar yang full bumbu ala Minahasa yang berbeda dengan yang biasanya, maka sempatkanlah untuk berkunjung ke Dragonet Cafe. “Menu utama adalah ayam bakar Tino, bisa dikata menu ini hampir sama dengan ayam taliwang, namun penyajiannya dan rasanya sedikit lebih berani,” kata Manager Dragonet Cafe, Sonny Porong pada tim Expose Manado belum lama ini. Namun untuk yang menyukai menu laut, maka cafe inipun menyediakan udang woku blanga, kuah asang goropa yang juga tidak kalah menggoda untuk dirasakan dan dinikmati lidah. Tidak ketinggalan aneka sayuran seperti
E X P O S E
kangkung cah ambor rica bakasang, sayur pait dan cap cae cah yang menjadi menu tambahan yang tidak kalah menggoda serta desert dari buahan buahan seperti mangga harum manis, papaya, semangka, dan nanas. Untuk minuman ringan, café yang juga seatap dengan Dragonet Dive Resort dan Manado Diving Club (MDC) ini juga menyediakan mix juice yang terdiri dari buah buahan andalan Sulut sekelas, papaya, semangka, nenas, wortel, jeruk, dan ketimun. Selain itu ada, kopi panas, teh panas dan coklat panas, serta tidak ketinggalan moctail, beers, dan coca cola. Bagaimana dengan harga yang disajikan? Ternyata sangat terjangkau, walau memiliki konsep ala restoran berbintang namun café ini melabeli menu-menu mereka sangat terjangkau.
“Untuk paket ayam bakar Tino tidak lebih dari Rp40.000, sementara untuk minumannya tidak masih rata rata sekira Rp10.000 keatas. Dan semua menu yang kami siapkan disini adalah menu 100 % halal,” tambah sang owner Dragonet Café, James Saerang. Cafe yang berkonsep green dengan pemandangan indah dari Teluk Manado, memulai aktivitas untuk pengunjung umum sekira pukul 15.00 wita hingga 23.00 Wita. Jadi bagi Anda yang ingin merasakan sensasi gurih dan kenikmatan yang sedikit beda dan ingin menikmati alam Minahasa dan Manado secara bersamaan, maka luangkan waktu untuk ke Dragonet Café, Desa Kalasey Minahasa. (Carol)
BAGI para petualang pasti cukup mengenal dengan kamera GoPro. Saat ini sudah hadir GoPro Hero 4 Session tampil dengan ukuran lebih kecil setelah GoPro 4 dibuat dalam beberapa model camera action cam, seperti GoPro Silver Black. Produk ini sangat unik, karena bentuknya berbeda seperti kotak (kubus). Kemampuan GoPro Hero4 Session untuk recording video full HD 60 fps. Nah, untuk foto kamera GoPro Hero 4 Session dapat mengabadikan gambar wide 8 Mpix, atau 5 Mpix untuk format medium. Fitur lain seperti timelapse serta burst mode 10 foto perdetik. Harga camera GoPro Hero4 Session terbaru ini kabarnya dijual $399, atau sama seperti GoPro yang dilengkapi dengan layar sentuh di panel LCD. Camera GoPro Hero4 Session mulai dipasarkan bulan Juli 2015. Bentuknya yang unik dan simpel menjadikan GoPro Hero4 Session ini adalah teman sehati para petualang.(Bianca)
Video Resolution
Frame Per Second (fps)
Sudut Gambar Kamera (FOV)
Screen Resolution
1440p
30, 25
Ultra Wide
1920 x 1440
1080p
60, 50, 30, 25
Ultra Wide, Medium
1920 x 1080
1080p Superview
48, 30, 25
Ultra Wide
1920 x 1080
960p
60, 50, 30, 25
Ultra Wide
1280 x 960
720p
100, 60, 50, 30, 25
Ultra Wide, Medium
1280 x 720
720p Superview
60, 50, 30, 25
Ultra Wide
1280 x 720
WVGA
120, 100
Ultra Wide
848 x 480
E X P O S E M A G A z i n e
M A G A z i n e
36
Underwater
Underwater
37
Bagi dunia wisata bawah air, nama spot Pantai Kombi di Minahasa, belumlah setenar Pantai Malalayang milik Kota Manado. Namun siapa yang menyangka jika alam bawah airnya menarik. Inilah yang saya temui saat melakukan penyelaman bersama tim Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) Sulawesi Utara (Sulut) yang dipimpin oleh Sangari Malontong, Debora Rumaouw dan Nelson Uada belum lama ini. Cuaca yang sedikit tidak mendukung membuat rencana awal kami untuk menyelam dari bibir pantai terpaksa kami tiadakan, dan mencoba menggunakan perahu nelayan untuk mengantar kami ke titik kedalaman sekira lima meter.
Menjajaki Keindahan Bawah Laut
Pant ai Kombi E X P O S E
Tidak perlu menunggu lama, kamipun bisa langsung menyaksikan gugusan hardcoral dan softcoral yang sehat plus angelfish yang berwarna-warni yang berseliweran didepan mata tanpa rasa takut. Hampir sekitar 15 menit kami berada dikedalaman awal, kamipun kembali melanjutkan hingga di kedalaman sekitar 9 meter, disini mata kamipun menikmati pemandangan eksotis lainnya yang indah seperti seahorse dan aneka lionfish plus stingray yang luar biasa besar karena terlihat berdiameter sekira tiga meter.
Bisa disebut penyelaman kali ini adalah penyelaman untuk mencari spot baru di Pantai Kombi, namun siapa yang menyangka jika apa yang kami temukan ternyata juga luar biasa. “Coral-coralnya sehat, ikan-ikan nya juga beraneka ragam. Ini yang kita lakukan penyelaman baru satu tempat saja. Dan saya yakin ada spot-spot menarik yang juga sama indahnya,” tutur Uada yang merupakan salah satu instruktur selam CMAS. Sambil menyebut bahwa spot indah tersebut dinamakan Spot Dira sesuai dengan permintaan Debora yang merupakan Ketua POSSI Minahasa.
Nah, bagi para penyelam yang ada di Sulut yang berminat untuk bisa ketempat ini dengan menggunakan kendaraan roda empat, maka Anda membutuhkan waktu sekira 1 jam 20 menit jika perjalanan dimulai dari Winangun Manado, dan sekira 1 jam jika ditempuh dari Desa Maumbi Minahasa Utara. Dan bagi yang belum memiliki sertifikat, sangat tidak dianjurkan untuk menyelam disini.
Pindai QR Code dengan
QR Code Scanner untuk menyaksikan videonya.
Selain itu, bagi para penyelam yang belum memiliki perlengkapan menyelam, maka jangan ragu untuk mendapatkannya di dive resort dan dive center yang ada Manado, Minahasa dan Bitung. (Carol Tine) E X P O S E
M A G A z i n e
M A G A z i n e
38
Event
Beauty
39
Event
39
Mengejar Prestasi di
Gunung Tumpa Trip of Indonesia (TroI) Seri Ketiga atau Grand Final dari Kejuaraan Nasional Paragliding 2015 berhasil digelar di Manado, ibu kota Sulawesi Utara (Sulut) pada 5 November lalu. Sebanyak 130 pilot (sebutan untuk atlet paragliding) yang mewakili 15 provinsi di Indonesia plus satu atlet asal Malaysia, ikut unjuk gigi dalam event yang berlabel junior, senior,open, dan Tandem yang dibuka secara langsung oleh Gubernur Sulut Soni Sumarsono didampingi Wali kota Manado GS Vicky Lumentut, Ketua Umum Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) Sulut, Kolonel Pnb Djoko Tjahjono dan Deputi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) bidang Pembudayaan Olahraga Faisal Abdullah. “Saya sangat berharap kejuaraan ini bisa menjadi event yang terkenal hingga mancanegara, dan membuat makin banyak atlet luar tertarik untuk ikut,” kata Direktur Jendral (Dirjen) Otonomi Daerah (Otda) di Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) sambil menyebut bahwa kejuaraan ini akan mampu meningkatkan perekonomian Sulut melalui sektor pariwisata. “Jadi bisa sinergi dengan program Visit Sulawesi Utara, #MariJoKaManado” tambahnya. Dari pantauan Tim Expose Manado para pilot paragliding terlihat antusias dengan kejuaraan yang digelar selama tiga hari, cuaca Manado yang sering berubah tidak menjadi halangan. “Sangat luar biasa bisa terlibat langsung pada kejuaraan ini, terutama sebagai pilot asal Manado,” kata pilot Ifa Kurniawati pada
tim Expose Manado. Berikut adalah Hasil Kejuaraan Paragliding Trip of Indonesia (TRoI) Grand Final 2015 dimana untuk kategori Junior putra tampil sebagai juara pertama adalah pilot Sulthon Nurzeha Opier dengan 142 poin, kemudian pilot Kurniadi Rusnandi dengan 205 poin duduk sebagai posisi kedua sementara pilot Syafri Jhon Hendri berhasil mengumpulkan 232 poin. Di kategori Senior putra, pilot Roni Pratama berhasil tampil terbaik dengan 56 poin, disusul ditempat kedua oleh pilot Umar Suparman dengan 88 poin kemudian di posisi ketiga ada pilot Reza C. Kambey yang mengumpulkan 229 poin. Di nomor Senior putri, pilot Nofrica Yanti berhasil menjadi juara pertama setelah mengumpulkan 869 poin, disusul Ifa Kurniawati dengan 1.036 poin diposisi kedua dan diposisi ketiga ada Rika Wijayanti dengan 1.294 poin. Untuk nomor Tandem, keluar sebagai juara adalah Umar Suparman dengan 9 poin, diposisi kedua ada pilot Ardi Kurniawan dengan 146 point, dan pilot Joni Efendi dengan 494 point meraih posisi ketiga. “Gunung Tumpa ini sangat istimewa, bisa buat lomba ataupun pemula yang baru mau belajar Paragliding,” ujar pilot Nanvie Tagah yang juga ikut serta pada kegiatan ini. (Teks :Carol. Foto : Fernando Rakian) Model : Novia Indriani Mamuaja / Fotografer : yehabe
E X P O S E M A G A z i n e
E X P O S E M A G A z i n e
40
Photography
Photography
1
2
41
4
4 Foto karya Andrew Supit. Lokasi : Dermaga Pantai Tateli 5 Foto karya Armando Loho. Lokasi : Teluk Manado 6
Sunset
Foto karya Mikael Pandeinuwu. Lokasi : Pusat bisnis Boulevard Bahu
Sunset mempunyai pesona tersendiri bagi kalangan fotografer landscape. Banyak fotografer yang menyiapkan waktu khusus untuk berburu momen ini. Memotret sunset tidaklah mudah seperti yang anggapan banyak orang. Para pemburu sunset tak selamanya membawa pulang hasil foto yang memuaskan. Faktor alam dan teknis kadang menjadi kendala. Di edisi ini Expose Manado menurunkan hasil bidikan para Sunset Hunter yang di beberapa lokasi di Sulawesi Utara. Selamat Menikmati.
PESONA 1 Foto karya Adith Sanjaya. lokasi Kawasan Megamas 2
3
5
6
Foto karya Ruedix Palamani. Lokasi : Gunung Tumpa Kecamatan Wori. 3 Foto karya Armando Loho. Lokasi : Areal Persawahan Boulevard Tondano.
E X P O S E
E X P O S E M A G A z i n e
M A G A z i n e
(Foto: Hermondo Kasiadi)