SAWERIGADING Volume 20
No. 2. Agustus 2014
Halaman 195—203
GONGGANG RI SADOQKOQ: MORFOLOGI CERITA RAKYAT VLADIMIR PROPP (Gonggang ri Sadoqkoq: Morphology of Folklore by Vladimir Propp) Hasina Fajrin R. Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Barat Jalan Sultan Alauddin Km 7/Tala Salapang Makassar 90221 Telepon (0411) 882401, Faksimile (0411) 882403 Pos-el:
[email protected] Diterima: 6 Mei 2014; Direvisi: 7 Juni 2014; Disetujui: 6 Juli 2014 Abstract Gonggang ri Sadoqkoq is one of Torajanese oral tradition that is important to preserve. Applying descriptive method using Vladimir Propp theory that analyzes character function, scheme and pattern of the story, and the way the characters are introcuded uncover the uniqueness and the exclusivity owned by the oral tradition mentioned. Character functions found in Gonggang ri Sadoqkoq are nine functions and three spheres of action. The nine functions involve two willingness pattern, namely having wife that could accompany Gonggang and having descendant in order to make the overwhelming wealth owned by him could be bequathed. Apparently, there is deux ex machine character then have much influence the function in structure. The function is not mentioned in thirty one functions mentioned by Vladimir Propp. Keywords: Gonggang ri Sadoqkoq, morphology of folklore, Vladimir Propp Abstract Gonggang ri Sadoqkoq merupakan salah satu sastra lisan Toraja yang penting dilestarikan. Penerapan metode deskriptif menggunakan analisis Vladimir Propp yang mengkaji tentang fungsi pelaku, skema dan pola cerita, dan cara pengenalan pelaku mengungkapkan keunikan dan kekhasan bentuk sastra lisan yang dimiliki sastra lisan tersebut. Fungsi pelaku yang ditemukan dalam Gonggang ri Sadoqkoq adalah sembilan fungsi dan tiga lingkungan aksi. Sembilan fungsi tersebut melibatkan dua pola keinginan, yakni memiliki istri yang dapat terus mendampingi Gonggang dan memiliki keturunan agar harta berlimpah yang dimiliki mendapatkan pewaris. Tampak adanya tokoh deux ex machine yang kemudian banyak memengaruhi fungsi dalam struktur. Fungsi tersebut tidak disebutkan dalam tiga puluh satu fungsi yang dikemukakan Vladimir Propp. Kata kunci: Gonggang ri Sadoqkoq, morfologi cerita rakyat, Vladimir Propp
PENDAHULUAN Ada beberapa definisi mengenai sastra lisan, salah satunya dikemukakan Hutomo (1991: 1) yang menyatakan bahwa sastra lisan sebagai kesusatraan yang mencakup ekspresi kesusastraan warga suatu kebudayaan yang disebarkan dan diturunkan secara lisan (dari mulut ke mulut). Banyak kajian yang telah dilakukan terkait keberadaan sastra lisan yang telah
mengalami transformasi atau perubahan bentuk dari sastra lisan kemudian menjadi sastra tulis setelah pemerintah mengupayakan pendokumentasian sastra lisan. Hal tersebut terdorong oleh keinginan agar sastra lisan dapat terus hidup di tengah masyarakat sebagai bagian dari kekayaan budaya dan media pembelajaran kearifan lokal bagi generasi kemudian. Seperti yang diketahui, Indonesia yang berdiri kokoh dengan keanekaragaman bahasa dan budaya 195
Sawerigading, Vol. 20, No. 2, Agustus 2014: 195—203
tidak bisa menafikan keberadaan sastra lokal yang kemudian menjadi pandangan hidup yang membentuk keunikan karakter dari tiap-tiap masyarakat pendukungnya. Demikian halnya sastra lisan Toraja yang merupakan salah satu suku yang eksis di Sulawesi Selatan. Selain tradisi penguburan mayat yang terkenal di Toraja, berbagai jenis sastra lisan juga banyak ditemukan. Jenis sastra lisan tersebut seperti yang dikemukakan Sikki, dkk. (1986) antara lain: mitos, sage, legenda, dan fabel. Gonggang ri Sadoqkoq merupakan salah satu sastra lisan yang merefleksi kehidupan masa lalu dan memuat kisah-kisah yang dapat dijadikan bahan pelajaran untuk kehidupan lebih baik di masa mendatang. Kajian struktural menggunakan teori naratologi Vladimir Propp dilakukan dengan tujuan agar keunikan bentuk cerita yang terdapat dalam cerita Gonggang ri Sadoqkoq dapat tergambarkan. KERANGKA TEORI Teori naratologi yang akan diterapkan dalam tulisan ini adalah naratologi Vladimir Propp. Vladimir Yakovlevich Propp lahir 29 April 1895 di St. Petersburg, Rusia dan wafat 22 Agustus 1970 adalah seorang peneliti sastra yang banyak berkenalan dengan tokoh-tokoh formalisme Rusia. Propp menulis sebuah buku yang diterjemahkan menjadi Morphology of the Folktale yang memuat tentang analisis plot dongeng-dongeng Rusia. Propp menganggap para peneliti sebelumnya membuat banyak kesalahan dalam menganalisis cerita. Dia lalu mendekonstruksi teori formalis yang menyatakan hanya suzjetlah yang benar-benar dapat dinilai sebagai karya sastra, sedangkan fabula hanya bahan mentah yang menanti adanya pengolahan tangan penulis (Syuropati dan Agustina, 2012: 13). Propp juga menganggap bahwa suatu cerita pada dasarnya memiliki konstruksi. Konstruksi yang terdiri atas motif-motif memiliki tiga unsur, yakni pelaku, perbuatan, dan penderita (Susanto, 2012: 111). Silverman (dalam Eriyanto, 2013: 73) mengungkapkan bahwa titik tolak model 196
Propp adalah fungsi dari karakter dalam narasi, dan bukan karakter itu sendiri. Hal tersebut juga ditekankan Suwondo (2011: 55--56) dengan menyatakan bahwa Propp menyadari bahwa suatu cerita pada dasarnya memiliki konstruksi. Konstruksi itu terdiri atas motif-motif yang terbagi ke dalam tiga unsur, yaitu pelaku, perbuatan, dan penderita. Ia melihat bahwa tiga unsur itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu unsur yang tetap dan unsur yang berubah. Unsur yang tetap adalah perbuatan, sedangkan unsur yang berubah adalah pelaku dan penderita. Bagi Propp, yang terpenting adalah unsur yang tetap. Ratna (2012: 133) menegaskan pernyataan tersebut dengan menyatakan bahwa fungsi merupakan unsur yang stabil, tidak tergantung dari siapa yang melakukan, jadi persona sebagai variabel. Dalam sebuah narasi, Vladimir Propp (dalam Eriyanto, 2013: 66) menganggap karakter sebagai fungsi yang dikonseptualisasikan lewat dua aspek sebagai berikut. 1. Tindakan dari karakter tersebut dalam narasi atau tindakan apa yang dilakukan oleh karakter atau aktor. 2. Akibat dari tindakan dalam narasi yang akan memengaruhi karakter-karakter lain dalam cerita. Cerita biasanya diawali dengan situasi awal. Anggota keluarga disebutkan atau pahlawannya diperkenalkan dengan menyebut nama atau sesuatu yang dapat dijadikan rujukan kepadanya. Meskipun ini tidak termasuk dalam 31 fungsi yang akan dipaparkan satu per satu, tetapi situasi awal penting untuk dibahas. Situasi awal tersebut diberi tanda α. Tiga puluh satu fungsi yang dikemukakan Propp (Scott, 1968: 12--42) adalah sebagai berikut. Fungsi 1. Absentation ‘ketiadaan’ disimbolkan dengan β 2. Interdiction ‘larangan’ disimbolkan dengan γ 3. Violation ‘pelanggaran’ disimbolkan
Hasina Fajrin R: Gonggang ri Sadoqkoq: Morfologi Cerita ...
dengan δ 4. Reconnaisance ‘pengintaian’ disimbolkan dengan ε 5. Delivery ‘penyampaian (informasi)’ disimbolkan dengan ζ 6. Fraud ‘penipuan (tipu daya)’ disimbolkan dengan η 7. Complicity ‘keterlibatan’ disimbolkan dengan θ 8. Villainy ‘kejahatan’ disimbolkan dengan Α 8a. Lack ‘kekurangan (kebutuhan)’ disimbolkan dengan а 9. Mediation, the connective incident ‘perantaraan, peristiwa penghubung’ disimbolkan dengan В 10. Beginning counteraction ‘penetralan dimulai’ disimbolkan dengan С 11. Departure ‘keberangkatan’ disimbolkan dengan ↑ 12. The first function of the donor ‘fungsi pertama donor’ disimbolkan dengan D 13. The hero’s reaction ‘reaksi pahlawan’ disimbolkan dengan E 14. Provition of receipt of a magical agent ‘penerimaan unsur magis’ disimbolkan dengan F 15. Spatial translocation ‘perpindahan (tempat)’ disimbolkan dengan G 16. Struggle ‘berjuang, bertarung’ disimbolkan dengan H 17. Marking ‘penandaan’ disimbolkan dengan J 18. Victory ‘kemenangan’ disimbolkan dengan I 19. The initial misfortune or lack is liquated ‘kebutuhan terpenuhi’ disimbolkan dengan K 20. Return ‘kepulangan’ disimbolkan dengan ↓ 21. Pursuit, chase ‘pengejaran, penyelidikan’ disimbolkan dengan Pr 22. Rescue ‘penyelamatan’ disimbolkan dengan Rs 23. Unrecognized arrival ‘datang tak terkenal’ disimbolkan dengan O
24. Unfounded claims ‘tuntutan yang tak mendasar’ disimbolkan dengan L 25. The difficult task ‘tugas sulit’ disimbolkan dengan M 26. Solution ‘penyelesaian’ disimbolkan dengan N 27. Recognition ‘dikenali’ disimbolkan dengan Q 28. Exposure ‘penyingkapan (tabir)’ disimbolkan dengan Ex 29. Transfiguration ‘penjelmaan’ disimbolkan dengan T 30. Punishment ‘hukuman (bagi penjahat)’ disimbolkan dengan U 31. Wedding ‘perkawinan (dan naik tahta)’ disimbolkan dengan W Namun, ketiga puluh satu fungsi tersebut tidak berarti selalu ditemukan dalam cerita. Sedangkan karakter yang menjalankan fungsi tertentu dalam cerita ada tujuh (Eriyanto, 2013: 71--72), yakni: 1. penjahat adalah orang atau sosok yang membentuk komplikasi atau konflik dalam narasi. Situasi normal berubah menjadi tidak normal dan berujung pada terjadinya konflik dengan hadirnya penjahat; 2. penderma adalah karakter yang memberikan sesuatu kepada pahlawan, pertolongan atau pemberian tersebut dapat membantu pahlawan dalam menyelesaikan masalah; 3. penolong adalah karakter yang membantu secara langsung pahlawan dalam mengalahkan penjahat dan mengembalikan situasi menjadi normal, penolong juga terlibat langsung dalam melawan penjahat; 4. putri dan ayah adalah karakter yang mengalami perlakuan secara langsung dari penjahat dan ayah adalah karakter yang berduka akan hal tersebut ; 5. pengirim adalah karakter yang mengirim pahlawan untuk menyelesaikan tugas.; 6. pahlawan adalah karakter dalam narasi 197
Sawerigading, Vol. 20, No. 2, Agustus 2014: 195—203
yang mengembalikan situasi kacau menjadi normal, dan; 7. pahlawan palsu adalah karakter abu-abu antara pahlawan dan penjahat. Eagleton (2006: 150) menyatakan bahwa cerita rakyat individual manapun hanya mengombinasikan lingkup tindakan ini dengan cara-cara yang spesifik. Penelitian cerita dengan mengaplikasi teori naratologi telah banyak dilakukan. Suwondo (2011: 72) dalam tulisannya Cerita Rakyat Damarwulan, Studi Fungsi Pelaku dan Penyebarannya Menurut Vladimir Propp menerapkan teori naratologi Vladimir Propp dan menemukan ada sembilan belas fungsi, satu pola keinginan dan dua pola kejahatan, dan mengungkap bahwa cerita Damarwulan mengandung tema moral. Eriyanto (2013) menerapkan naratologi dalam menganalisis film The Dark Knight Rises, film superhero yang diangkat dari cerita Batman dan menemukan tiga puluh satu fungsi cerita dan tujuh lingkaran tindakan dalam cerita modern tersebut. Penelitian-penelitian tersebut menerapkan teori naratologi pada cerita rakyat dan film. Perbedaan mendasar yang dimiliki penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah objek kajiannya yang membahas tentang cerita Gonggang ri Sadoqkoq yang berasal dari daerah Toraja karena setiap cerita pasti memiliki keunikan sendiri. Meskipun teori naratologi Vladimir Propp memiliki banyak kekurangan jika dibanding dengan teori-teori naratologi yang datang setelahnya, analisis sastra menggunakan teori ini tetap dapat bermanfaat untuk menemukan bentuk dongeng di belahan dunia, termasuk Toraja secara khusus. METODE Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif dan teori struktural. Metode deskriptif adalah cara pelukisan data dan analisis dalam kritik sastra sebagaimana adanya (Endraswara, 2013: 176). Teori struktural memandang bahwa karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks 198
dan terdiri atas unsur-unsur yang bersistem dan saling menentukan sehingga unsur-unsurnya harus diuraikan agar dapat dianalisis. Penguraian struktur tersebut dilakukan dengan menggunakan naratologi Vladimir Propp. Berdasarkan teori naratologi Vladimir Propp, langkah-langkah yang dilakukan adalah menentukan fungsi cerita, menggambarkan skema berdasarkan fungsi-fungsi yang ditemukan dalam cerita, dan menentukan lingkaran tindakan yang terdapat dalam cerita. PEMBAHASAN Fungsi Pelaku Initial Situation ‘situasi awal’ (α) Situasi awal Gonggang ri Sadoqkoq digambarkan dengan memperkenalkan seseorang yang bernama Gonggang dan kesaktian orangorang yang hidup pada masa itu, termasuk Gonggang. Situasi awal tersebut disimbolkan dengan α, berikut kutipannya. Ia tonnatipamulanna disangabangri “Gonggang”, apa undinna disangamo “Gonggang ri Sadoqkoq” battuanna “Puangna sia tounnissanan padang dio Sadoqkoq.” Ia toattu iato budabangpa tu tau manaran maqdissan-dissan sia maqgunaguna sia maqpakule-kule. Tangngaqbangmi ia naden lamorai unniruq bui kaluku manggura taeq naditekaq apa maqkadangsiakiq kumua “barakkaq doa bisa kun fayakun” nayatu tu kaluku sae tukku dio tu dinaninna maqdokko nadiala tu banuanna.( Sikki 1986: 117 ) Terjemahan Pada mulanya ia bernama Gonggang, tetapi kemudian ia terkenal dengan nama Gonggang ri Sadoqkoq, artinya yang berdiam dan berkuasa di Sadoqkoq. Pada masa itu, masih banyak orang yang memiliki ilmu sihir, gunaguna, dan kesaktian. Jika menginginkan air kelapa muda, seseorang tidak usah berpayahpayah memanjat, cukup hanya mengucapkan, barakkaq doa bisa kun fayakun,” maka pohon kelapa yang tinggi melengkung batangnya lalu orang memetiknya sambil duduk.
Lack ‘kekurangan (kebutuhan)’ α Gonggang tidak merasa sempurna meskipun dia termasuk manusia yang sakti
Hasina Fajrin R: Gonggang ri Sadoqkoq: Morfologi Cerita ...
dikarenakan tidak memiliki istri. Orang-orang di sekitarnya belum dirasa cocok sementara dia membutuhkan seseorang yang dapat mendampinginya setiap hari. Keinginan ini bahkan mengganggu tidurnya. Dalam klasifikasi Propp, keadaan Gonggang disimbolkan dengan α1, pahlawan belum menikah dan menyusun rencana untuk menemukan pasangan. Gonggang ri Sadoqkoq inang tosengaq paraganna apa denduka tu kakuranganna belanna taeq tu baine tu tolanasolan sipaqkada-kada lankatuoanna. Ia dukamote tu natangngaqbang lan kamammaranna apa ladipatumbai nataeq tu tosangbayukalammaqna tu lanarampei kapaq baqtu lanasisolan tama paqsullean allo. (Sikki, 1986:117) Terjemahan Gonggang ri Sadoqkoq sebagai manusia yang sakti, tetap mempunyai kekurangan sebab tidak mempunyai istri yang mendampingi dalam hidupnya. Keinginan ini tetap mengganggunya dalam tidurnya, tetapi apa daya manusia di sekitarnya belum ada yang sesuai dengan tempat menyatakan hasratnya. Ia mendambakan kehadiran seorang istri yang dapat mendampinginya setiap hari.
Setelah menikah, Gonggang ri Sadoqkoq pun memiliki kebutuhan lain, yakni anak. Fungsi salah seorang anggota keluarga memiliki kebutuhan akan sesuatu atau menginginkan sesuatu seperti bentuk-bentuk yang dapat dirasionalisasi seperti uang, keberadaan alat dan kadang-kadang berkembang dari kebutuhan sehari-hari menjadi sesuatu yang fantastis seperti anak dalam klasifikasi Propp disimbolkan dengan α5. Inang bida, tomaqkada misa, tosengaq garaganna, sia gannaq tu pepasan dio mai neneq todolona inang tontongbang ia unakaq penaa lamorai unnappaq maqlolo tau tu laussondai undinna. Apara gaiqna tu paqbarang-barangan sia ewanan ke taeqi tu tolaumpoapai. Susimoto kumua taeq bangsia battuananna barang apa belanna taeq tu puangna. (Sikki, 1986:121) Terjemahan Seorang penguasa manusia sakti, mempunyai warisan pesan leluhur, tetapi ia tetap berusaha
untuk mendapatkan anak sebagai generasi pelanjut. Apalah gunanya kerbau yang ratusan, susu menjadi minuman sehari-hari, jika tak ada yang akan mewarisinya, maka akan siasialah adanya.
Delivery ‘penyampaian (informasi)’ ζ Gonggang mendapat firasat mengenai seorang Ratu bernama Marrin dan tinggal di sebuah kerajaan yang terletak di dalam air. Kerajaan tersebut terletak di Liku. Dalam klasifikasi Propp, fungsi ini termasuk mendapat informasi mengenai Ratu Marrin secara langsung dan disimbolkan dengan ζ1. Den pissan masaqding kalena lan penaanna kumua den balilembangna iamo tu dio misaq lombok sikandappiq misaq liku dikasiriq tu inan disanga “Loqkoq Sumbing” diong Salu Saqdan nani torri misaq datu baine untorroi kadatuan toq mata wai. Datu iate disanga duka Marrin di Liku battuanna Datu umpoissan kawaianna tu torro diong liku mandalan. (Sikki, 1986:118) Terjemahan Pada suatu ketika, Gonggang mendapat firasat bahwa di sebuah lembah dalam daerah aliran sungai Saqdan terdapat sebuah daerah yang disebut Loqkoq Sumbing. Di sana berdiam seorang ratu yang bertahta di Liku yaitu suatu kerajaan di dalam air. Ratu itu bernama Marrin di Liku, artinya Marrin yang berkuasa dan bertahta di Liku.
Setelah mendapat informasi tentang Ratu Marrin, Gonggang ri Sadoqkoq kemudian mendapat informasi mengenai hal-hal yang harus dipersiapkan agar dapat bertemu dengan ratu tersebut. Narekenmi tu bulan melo sia natiro napemalesomi tu mintuqna bintoen do langiq. Taqkala rampomi tu disanga allo melo baqtu kullaq mapea dadi anna tumengka male lako loqkoq sumbing sisola mintuq pareana. (Sikki, 1986:119) Terjemahan Perjalanan bulan dan peredaran bintang dihitung cermat, dan hari yang dianggap tepat, ia menuju Liku di Loqkoq Sumbing, dengan membawa perlengkapannya.
199
Sawerigading, Vol. 20, No. 2, Agustus 2014: 195—203
Departure ‘keberangkatan’ ↑ Keberangkatan yang dimaksud di sini tidak ada kaitannya dengan fungsi pertama, yaitu ketiadaan atau Absentation karena fungsi keberangkatan dalam alur cerita Gonggang ri Sadoqkoq tidak diawali dengan fungsi tersebut. Keberangkatan yang dimaksud adalah perjalanan ke Tadoyang yang dilakukan oleh Gonggang ri Sadoqkoq. Tadoyang adalah sebuah bukit yang dijadikan Gonggang sebagai tempat membaca mantra. Kemakaren-makaren ia tu Gonggang mengkalao domai buntu Sadoqkoq male lako tanete Tadoyang tu maqdin dipokada kumua inan nasibalai Buntu Sadoqkoq naya tu liku nanai torro Datu Marrin di Liku. Domai inan iato nani Gonggang unpasalong matanna sia mentiro rokko liku dikasiriq diong lipuqna Salu Saqdan. (Sikki, 1986:118) Terjemahan Setiap sore, Gonggang turun dari gunung Sadoqkoq pergi ke bukit Tadoyang, satu tempat tinggi yang merupakan pemisah antara gunung Sadoqkoq dengan Liku tempat ratu bersemayam. Dari bukit inilah Gonggang mengarahkan pandangannya ke Liku yang jauh di bawah penuh keangkeran dan sibakan air sungai Saqdan sebagai penghiasnya.
Fraud ‘penipuan (tipu daya)’ η Setelah mengalami kebutuhan akan pendamping, Gonggang menggunakan mantra untuk mewujudkan keinginannya bertemu dengan sang ratu, meskipun hanya sekejap. Dalam klasifikasi Propp, fungsi ini disebut menggunakan perantara magis dan disimbolkan dengan η2. Dao tanete Todayang kemakaren-makaren tontongbang tu Gonggang tikuqbiqkuqbiq pudukna mukkun mangngando sia massambayang langngan. Totumampana den oupaq kumua ia tu datu nakailui umpabuqtu kalena mai anna sangpekkappidianri iabangri kumua lananai umpatosso maliqna. Aparaya belanna tomaqpenawa batu sia tomaqkada misa napamalontonganmi lan penaanna kumua taeq nalapallai sia tilele dio mai kaoqkoranna ketaeqpi naappaiq tu nasanganna. (Sikki, 1986:119)
200
Terjemahan Di bukit Todayang, setiap sore Gonggang dengan mulut komat-kamit mengucapkan mantra, memanjatkan doa ke hadapan Sang Pencipta agar sang ratu menampakkan diri walau sekejap, untuk sekadar penawar rindu hatinya yang sudah terbawa arus asmara. Dengan semangat membaja, ia berprinsip dan bertekad bulat, tak akan beringsut dari tempat duduknya melayangkan pandang, sebelum cita-citanya tercapai.
Complicity ‘keterlibatan’ θ Fungsi korban menerima dan tanpa disadari membantu adalah fungsi keterlibatan. Mantra yang diucapkan Gonggang juga memunculkan firasat yang sama bagi Ratu Marrin. Dalam klasifikasi Propp, fungsi korban bereaksi terhadap penggunaan magis atau alat lain disimbolkan dengan θ2. Yao te Marrin di Liku sengaq duka tu urratui sia memangngan. Lan kapaqinawa-nawanna nasaqding kumua dao buntu Sadoqkoq den misaq tobelang, muane maballo ungkamaliqi lamonai umpobainei. (Sikki 1986:119) Terjemahan Demikian halnya sang ratu, kesepian pun menghantuinya, dan melalui firasat pula ia mengetahui bahwa di gunung Sadoqkoq ada seorang perjaka yang tampan merindukan dan ingin memperistrinya.
Provition of receipt of a magical agent ‘penerimaan unsur magis’ F Hal-hal yang dapat dianggap sebagai perantara magis adalah (1) hewan seperti kuda, elang, kucing, dsb., (2) perantara magis yang tidak tampak seperti tongkat bertuah, (3) objek yang memiliki kekuatan magis seperti pedang, bola, (4) kualitas atau kapasitas yang diberikan secara langsung. Dalam cerita Gonggang ri Sadoqkoq digambarkan bahwa meskipun mantra yang diucapkan oleh Gonggang ri Sadoqkoq menimbulkan firasat di benak Ratu Marrin, namun hal tersebut belum mewujudkan keinginan Gonggang ri Sadoqkoq. Gonggang ri Sadoqkoq mendapat bantuan dari perantara magis secara langsung melalui mimpi. Perantara magis yang
Hasina Fajrin R: Gonggang ri Sadoqkoq: Morfologi Cerita ...
dimiliki oleh Gonggang ri Sadoqkoq adalah perantara yang berupa kualitas atau kapasitas yang diberikan secara langsung. Fungsi perantara ditransfer secara langsung dalam klasifikasi Propp disimbolkan dengan F1. Lan kamammaranna mangimpi urrangi gamara maqbisik tangmasero dirangi nakua den datu untarimai tu maliqna apa maneri labuqtu do toq randan wai ke dipodenni tu kapemalaran dio tondon Liku. (Sikki, 1986:119) Terjemahan Dalam tidur itu, ia bermimpi mendengar suara sayup-sayup yang membisikkan bahwa sang ratu membalas cintanya, dan baru akan muncul di permukaan air apabila diadakan pemujaan di pinggir Liku.
Wedding ‘pernikahan’ W Setelah mengadakan pemujaan, Ratu Marrin benar-benar menampakkan diri di permukaan. Gonggang ri Sadoqkoq dengan segera memegang t angan sang ratu dan keduanya lalu menikah. Sengaq keinang tosengaq tangnalambiq tangngaq tolino biasa marassan tu Gonggang umpogauq kapemalaran taqkala tiomboqmi do toq wai tu maqrupa tau metawa mammiq sia. Tirambanmi tu Gonggang susito na siok kilaq nasimpolo maqdondo male untoi limanna tinde dodoq datu baine namale ussolanni Gonggang sule Sadoqkoq. (Sikki, 1986:119) Terjemahan Sungguh luar biasa, di luar kemampuan pikiran manusia pada saat ini, ketika itu muncullah di permukaan air seorang dewi berbentuk manusia yang tersenyum manis dan secepat kilat Gonggang bagaikan anak panah lepas dari busurnya langsung memegang tangan sang ratu lalu dipapah, kemudian dibawa pulang ke Sadoqkoq. Jadi, cita-cita Gonggang sudah tercapai. Hiduplah keduanya di sana dengan penuh kasih saying. Dengan segala kemampuan yang ada padanya, Gonggang ri Sadoqkoq membangun rumah di Talion, persis di lereng gunung Sadoqkoq.
Spatial translocation ‘perpindahan (tempat)’ G Pernikahan Gonggang ri Sadoqkoq
dan Ratu Marrin belum juga menghasilkan keturunan. Adat istiadat masyarakat Toraja ketika belum mendapatkan keturunan adalah berpindah tempat. Dalam klasifikasi Propp, fungsi pemindahan ruang dengan berjalan di atas bumi disimbolkan dengan G2. Iate tau sola dua maqtaunmo lan tananan dapoqna nataeqpa naapaq tu disanga maqlolotaunna. Belanna ia tu kabiasanna lan Toraya ia anna taeqpa malolotaunna iatu tosibali male undakaq penaa umpalelelele tuan rambunna lako toq inan sengaq. Iate tosibali sola dua malemi tipalele lako Pangasan. (Sikki, 1986:119) Terjemahan Mereka sudah bertahun-tahun di sana, tetapi belum juga mempunyai keturunan. Sesuai dengan kebiasaan di Toraja bahwa apabila sepasang suami istri belum mempunyai keturunan, mereka mencari peruntungan ke tempat lain. Keduanya meninggalkan tempat yang lama lalu pindah ke Pangasan.
Ketika perpindahan tempat yang pertama belum membuahkan hasil, Gonggang dan sang istri tidak menyerah. Gonggang berpindah lagi ke Kapessoq. Tipalelenni te tosibali lako Kapesso sae lako. Dio toq inan iato tontongbang napentoli kumua ninda minda tu undedek baqba manassa dibungkaran, naninda tu malaku situruq kamaloloan penaa manassa ladiben. (Sikki, 1986:121) Terjemahan Pindahnya Gonggang bersama istrinya ke Kapessoq dan di tempat yang baru ini, ia tetap berprinsip bahwa siapa yang mengetuk pasti akan dibukakan pintu, siapa yang memohon dengan kesungguhan pasti akan terkabul.
Solution ‘penyelesaian’ N Kepindahan Gonggang ri Sadoqkoq ke Kapessoq benar-benar membuahkan hasil. Gonggang ri Sadoqkoq dikaruniai buah hati yang memiliki paras yang tampan dan cantik. Kedua buah hatinya menjadi simbol stratifikasi sosial yang tinggi pada masyarakat Toraja saat ini. Dio Kapesso, ia tu Gonggang sola bainena unnapparan paqkamase malolo tau iamo tu
201
Sawerigading, Vol. 20, No. 2, Agustus 2014: 195—203 pia muane sola pia baine tosengaq tampana, tolaen garaganna. Iatu baine disanga Loloq mendapoq na garagai banua dio Surakan iamoto tu mendadi misaq Tongkonan. Iatu pia muane disanga Puang mandapoq sia umpabendan banua dio Limbong nayamo sae lako totemo disanga Tongkonan Layuk, iamo Tongkonan adaq malaqbiq. (Sikki, 1986:121122) Terjemahan Di Kapessoq, Gonggang dan istrinya mendapat karunia putra dan putri yang elok dan tampan parasnya. Putrinya yang bernama Loloq menikah dan membuat rumah di Surakan. Surakan adalah sebuah Tongkonan. Putranya yang bernama Puang menikah dan membuat rumah di Limbong tak jauh dari Kapessoq. Pongkonan Layuq adalah rumah adat yang berstatus sosial tinggi.
Setelah keinginan menikah dengan seseorang yang dia cintai, kebahagiaan Gonggang ri Sadoqkoq makin terlengkapi dengan kehadiran putra dan putri. Dalam klasifikasi Propp, kisah yang berakhir dengan bahagia disimbolkan dengan lambang X. Skema dan Pola Cerita Berdasarkan fungsi-fungsi yang dibahas di atas, skema struktur cerita Gonggang ri Sadoqkoq dapat digambarkan sebagai berikut. (α) α1 ζ1 ↑ η2 θ2 F1W G2N X Pergerakan atau perkembangan cerita Gonggang ri Sadoqkoq berdasarkan skema tersebut dapat dipolakan seperti berikut. I. α1............................................W II. G2............................................N Pola pertama adalah kebutuhan Gonggang ri Sadoqkoq akan seorang istri, lalu kemudian membaca mantra, dan mantra tersebut juga tersampaikan kepada Ratu Marrin, Gonggang ri Sadoqkoq akhirnya dapat bertemu dengan ratu tersebut dan keduanya kemudian menikah. Pola kedua bermula ketika pernikahan Gonggang ri Sadoqkoq dengan Ratu Marrin belum membuahkan anak sehingga keduanya berpindah tempat tinggal, mengikuti adat suku Toraja jika belum memiliki anak. Perpindahan tempat tersebut kemudian menjadi berkah tersendiri bagi 202
keduanya. Di tempat tersebut, mereka dikaruniai putra dan putri.Kehadiran anak menjadi solusi bagi keduanya yang telah lama menantikan anak dan diliputi rasa cemas akan harta yang akan siasia jika tidak akan ada yang dapat mewarisi. Selain ketiga puluh satu fungsi yang dibahas Propp, distribusi lingkaran tindakan yang terdapat dalam cerita Gonggang ri Sadoqkoq adalah: 1. α1 , ζ1, ↑, η2, W, G2, Nadalah lingkungan aksi pahlawan 2. θ2 adalah lingkungan aksi seorang putri 3. F1 adalah lingkungan aksi donor Cara Pengenalan Pelaku Beberapa pengenalan pelaku seperti pahlawan, putri, dan donor berdasarkan pengamatan terhadap cerita Gonggang ri Sadoqkoq yang diperoleh digambarkan sebagai berikut. Dalam cerita Gonggang ri Sadoqkoq, kemunculan donor diperkenalkan sebagai penghubung fungsi-fungsi pelaku. Firasat yang dimunculkan meskipun merupakan deux ex machina sangat penting dan memengaruhi alur. Donor menjadi motif perjalanan cerita selanjutnya. Donor diperkenalkan sebelum Gonggang ri Sadoqkoq menikahi Ratu Marrin dan ketika Gonggang ri Sadoqkoq menginginkan anak. Putri diperkenalkan sekali dalam perjalanan cerita, yakni saat mantra yang diucapkan Goonggang ri Sadoqkoq juga menimbulkan firasat di benak sang ratu. PENUTUP Setelah membahas mengenai fungsi cerita berdasarkan teori naratologi Propp ditemukan bahwa cerita Gonggang ri Sadoqkoq tidak memiliki struktur cerita yang lengkap, yakni memiliki tiga puluh satu fungsi. Cerita tersebut hanya memenuhi sembilan fungsi dan tiga lingkungan aksi. Sembilan fungsi tersebut terbentuk dari dua pola keinginan. Keinginan yang pertama adalah memiliki istri yang dapat terus mendampinginya. Keinginan kedua adalah memiliki keturunan agar harta berlimpah yang
Hasina Fajrin R: Gonggang ri Sadoqkoq: Morfologi Cerita ...
dimiliki mendapatkan pewaris. Hal tersebut menjadi gambaran sifat dasar manusia yang tidak pernah puas. Setelah keinginan pertama terpenuhi, keinginan-keinginan lain pun mulai bermunculan pemenuhannya. Meskipun tokoh yang diperkenalkan secara gamblang dalam cerita Gonggang ri Sadoqkoq hanya Gonggang ri Sadoqkoq dan Ratu Marrin, tampak adanya tokoh yang mengandung unsur deux ex machina, tokoh yang banyak muncul dalam cerita, tokoh tersebut adalah tokoh yang tidak digambarkan keberadaannya, tetapi dampak tindakannya berpengaruh pada alur cerita. Tokoh tersebut adalah kekuatan di luar kekuatan yang dimiliki oleh Gonggang ri Sadoqkoq karena dia yang memunculkan firasat pada Gonggang ri Sadoqkoq dan Ratu Marrin serta mewujudkan keinginan keduanya memiliki keturunan. Tokoh tersebut adalah kekuatan di luar kemampuan manusia yang tidak disebutkan Propp dalam ketiga puluh satu fungsinya. DAFTAR PUSTAKA Eagleton. Terry. 2006. Teori Sastra: Sebuah Pengantar Komprehensif. Terjemahan. Yogyakarta: Jalasutra Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Kritik Sastra. Yogyakarta: Penerbit Ombak
Eriyanto. 2013. Analisis Naratif: Dasar-Dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media. Jakarta: Penerbit Kencana Hutomo, Suripan Sadi. 1991. Mutiara yang Terlupakan: Pengantar Sastra Lisan. Surabaya: Penerbit HISKI Jawa Timur Ratna, Nyoman Kutha. 2012. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Scott, Laurence. 1968. Morphology of the Folktale. Terjemahan. Amerika: The American Folklore Society and Indiana University Sikki, Muhammad, dkk. 1986. Struktur Sastra Lisan Toraja. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Susanto, Dwi. 2012. Pengantar Teori Sastra: Dasar-Dasar Memahami Fenomena Kesusatraan, Psikologi Sastra, Strukturalisme, Formalisme Rusia, Marxisme, Interpretasi dan Pembaca, dan Pascastrukturalisme. Jakarta: Caps Suwondo, Tirto. 2011. Studi Sastra: Konsep Dasar Teori dan Penerapannya pada Karya Sastra. Yogyakarta: Gama Media Syuropati, A. Muhammad dan Agustina Soebachman. 2012. 7 Teori Sastra Kontemporer dan 17 Tokohnya. Yogyakarta: In Azna Books
203
204