GLOBAL GREEN GROWTH INSTITUTE MAY 2014
Rencana Usaha Pengembangan Singkong di Lahan Kritis, Kutai Barat
Penulis: Alfan Subekti Abdul Fatah Fariyanti Eddy Mangopo Angi
Hak Cipta Global Green Growth Institute Kantor Perwakilan Indonesia Mei 2014
1
Ringkasan Eksekutif Salah satu kegiatan kunci pertumbuhan hijau yang diidentifikasi oleh Gubernur adalah mengusahakan pemanfaatan lahan kritis secara berkelanjutan di seluruh provinsi melalui usaha masyarakat. Secara khusus, ada sejumlah kecil lahan kritis (antara 1 dan 500 hektar). Sebagai bagian dari MoU, Gubernur telah meminta GGGI untuk mengeksplorasi pilihan yang tersedia untuk membangun perusahaan masyarakat yang berkelanjutan di lahan kritis berskala kecil sebagai bagian dari strategi pertumbuhan hijau provinsi. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menginformasikan Pemerintah Kalimantan Timur dan pemangku kepentingan lainnya mengenai pilihan-pilihan untuk meningkatkan UKM yang berkelanjutan di lahan kritis berskala kecil di seluruh provinsi. Benung, sebuah desa di hulu Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, menjadi lokasi yang terpilih untuk percontohan singkong dengan potensi seluas 25 hektar. Namun, proyek ini hanya akan menggunakan 20 hektar untuk tujuan percontohan. Desa ini berada di wilayah administrasi Kecamatan Damai. Lokasi untuk percontohan menurut Laboratorium Kartografi Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman berada bawah sistem tanah Barong Tongkok (BTK) dan jenis Hapludults Dystrudeptssoil, dengan fertilitas kimia lahan yang cukup dan fertilitas fisik dan biologis lahan yang baik. Sistem lahan ini memiliki kesesuaian lahan untuk beberapa komoditas, yaitu pertanian lahan kering, agroforestri, kelapa sawit, kakao, karet (termasuk singkong), kelapa, kopi, lada, dan sebagainya. Selain itu, petani (sebagian besar Dayak Benuaq) yang akan terlibat dalam proyek ini sebagian besar berpengalaman dalam budidaya singkong. Pendekatan organik untuk penanaman singkong dalam kegiatan percontohan dapat memelihara kesuburan tanah selama periode proyek. Tujuan dari plot percontohan singkong gajah organik adalah untuk menghasilkan pendapatan daerah dengan memanfaatkan lahan kritis atau tidak produktif dan marjinal di desa Benung dan sekitarnya di Kecamatan Damai. Produk dari rencana bisnis ini adalah gaplek organik, yang dihasilkan dari singkong gajah organik atau singkong gajah (Manihot esculentaCrantz). Di tingkat desa, harga produk bervariasi antara Rp 800-1.000/Kg di tingkat petani. Sementara harga di tingkat industri antara Rp 1.500-2.500/Kg. Gaplek yang dihasilkan dari plot percontohan umumnya akan dipasarkan ke industri di Kecamatan Bongan dan Kota Bangun, dan mungkin Paser. Kemitraan dengan 2
Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) akan dibuka sejak tahun pertama, dan MSI telah berkomitmen untuk mendukung proyek tersebut. Total investasi aset tetap sebesar Rp 204.500.000 dan pendanaan tunai untuk biaya operasional selama 10 tahun adalah Rp 4.486.983.268 per 20 Ha atau Rp 224.349.163 per ha. Biaya operasional meliputi benih, pupuk, dan tenaga kerja. Jadi secara keseluruhan, proyek singkong selama 10 tahun membutuhkan dana investasi sebesar Rp 4.691.483.268 atau Rp 234.574.163 per ha. Analisis titik impas (break event point/BEP) menunjukkan bahwa proyek ini akan mencapai BEP Rp 277.355.782 atau 389.691 kg untuk 20 ha. NPV menunjukkan nilai positif dan berarti bahwa proyek singkong ini layak untuk dilaksanakan. Sementara IRR mencapai 10,076% dan berada di atas suku bunga deposito (6,00% / tahun). Nilai ARR 43,82% merupakan nilai persentase yang lebih tinggi dari keuntungan yang diharapkan (tingkat keuntungan yang diharapkan adalah 10%). Periode pengembalian menunjukkan bahwa investasi untuk proyek singkong akan benar-benar kembali ke bank setelah 8 tahun (PP adalah 6,37). Proyek ini membutuhkan dukungan keuangan yang sangat besar. Perhitungan dan analisis menunjukkan bahwa lembaga keuangan hanya menyediakan dana operasional untuk setiap tahun, dan sisanya akan disediakan oleh pemerintah daerah. Total dana aset tetap yang harus disediakan oleh program pemerintah daerah adalah Rp 204.500.000 untuk periode proyek 10 tahun. Biaya lainnya (biaya operasional) akan didukung oleh lembaga keuangan. Bank Kaltim telah berkomitmen untuk mendukung proyek ini. Manajemen dan organisasi proyek singkong mencakup: 1. Membentuk kelompok swadaya masyarakat (KSM) bagi petani singkong dengan unit usaha spesifik untuk pemasaran dan pengumpulan produk. Kelompok petani di bawah badan hukum Kelompok Swadaya Masyarakat
(KSM).
Peningkatan
kapasitas
dan
penguatan
kelembagaan akan disediakan oleh pemerintah daerah kepada para petani melalui KSM.
2. Unit usaha singkong akan berperan mengumpulkan seluruh produk dari petani dan memasarkannya kepada para pembeli;
3
3. Unit kredit akan menyediakan pinjaman lunak bagi para petani. Terkait dengan fungsi manajemen dan organisasi di atas, seluruh petani yang terlibat sebagai anggota organisasi harus menandatangani perjanjian tentang hak dan kewajiban mereka. Hal tersebut akan dituangkan dalam perjanjian pengembangan usaha untuk beras organik antara petani dan tiga unit organisasi tersebut. Hal penting utama dalam proyek ini adalah penggunaan energi surya untuk menghasilkan pompa air di daerah percontohan. Proyek ini akan memasang fotovoltaik surya untuk menghasilkan listrik untuk penggunaan pemompaan air. Akan ada empat pompa air dipasang di 20 hektar plot percontohan untuk menyimpan 5000 liter air dari tiap empat sumur artesis. Setiap pompa air akan dipasok oleh 350-500 watt dari instalasi panel surya. Sistem panel surya dan pemasangannya akan disediakan oleh pemerintah daerah sebagai bagian dari aset tetap. Selama pemasangan, proyek ini akan meminta kontraktor untuk memberikan pelatihan singkat mengenai pemeliharaan bagi petani lokal. Hal ini untuk menghindari kesalahan penggunaan oleh masyarakat setempat yang menyebabkan kerusakan atau malfungsi seperti yang biasa terjadi dalam proyek PV surya lain di daerah terpencil. Dengan total konsumsi seperti di atas per pompa air, proyek ini akan menggantikan penggunaan generator listrik dengan panel surya yang bersih dari emisi. Jumlah pengurangan emisi per pompa air dengan menggunakan sistem panel surya adalah 35.156,80 KgCO2/bulan1 atau 1.757.839,72 KgCO2 per periode panen untuk seluruh area percontohan. Dengan total proyek 20 hektar, potensi cadangan karbon dari proyek percontohan diperkirakan sebesar 2,844-83,96 tC.
1
4
Daftar Isi Ringkasan Eksekutif ........................................................................................ 2 Daftar isi........................................................................................................... 5 Daftar Tabel .................................................................................................. 7 Daftar Diagram ............................................................................................. 7 I.
Pengantar .................................................................................................. 8 I.1.
Lokasi Pilihan dan Rincian .................................................................. 8
I.1.1. Lokasi dan luas area ....................................................................... 9 I.1.2. Alasan pemilihan area ................................................................... 10 I.2.
Status Terkini (Ekologi, Ekonomi, Sosial, dan Hukum) ..................... 12
I.2.1. Status ekologi ................................................................................ 12 I.2.2. Status sosial-ekonomi ................................................................... 13 I.2.3. Status hukum................................................................................. 14 II. Tinjauan Pembangunan Berkelanjutan ................................................... 16 II.1.
Produk dan/atau Jasa ....................................................................... 16
II.2.
Pernyataan Misi, Sasaran, dan Tujuan ............................................. 17
III.2.1. Pernyataan Misi ......................................................................... 17 III.2.2. Sasaran dan Tujuan ................................................................... 18 II.3. III.
Hubungan dengan Kalimantan Timur ............................................... 19 Penilaian Pasar .................................................................................... 21
III.1. Analisis Eksternal Kondisi Pasar ...................................................... 21 III.2. Pembeli Potensial ............................................................................. 23 IV.
Keuangan............................................................................................. 24
IV.1. Proyeksi Keuangan ........................................................................... 24 IV.2. Rencana Keuangan .......................................................................... 27 IV.3. Asumsi-asumsi ................................................................................. 28 IV.4. Risiko dan Solusinya ........................................................................ 28 V. Implementasi Strategis ............................................................................ 30 V.1. Operasional ...................................................................................... 30 V.1.1.
Tahapan kegiatan ...................................................................... 30
V.1.2.
Kerangka Waktu Produksi .......................................................... 33
V.2. Sumber Daya dan Perlengkapan ...................................................... 33 V.3. Manajemen dan Organisasi .............................................................. 34 5
V.3.1.
Organisasi Petani ....................................................................... 34
V.3.2.
Unit Usaha ................................................................................. 35
V.3.3.
Unit Kredit .................................................................................. 35
V.4. Analisis SWOT.................................................................................. 36
VI.
V.4.1.
Kekuatan (Strengths) ................................................................ 37
V.4.2.
Kelemahan (Weaknesses) ......................................................... 37
V.4.3.
Peluang (Opportunities) ............................................................. 37
V.4.4.
Ancaman (Threats)..................................................................... 38
V.4.5.
Strategi Pengembangan Usaha ................................................. 39
Manfaat Pertumbuhan Hijau ................................................................ 41
VI.1. Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca ............................................. 41 VI.2. Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan .............................................. 41 VI.3. Ekosistem yang Sehat dan Produktif ................................................ 41 VI.4. Pertumbuhan yang Inklusif dan Adil ................................................. 42 VI.5. 6.5. Ketahanan Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan ........................... 42 Lampiran .......................................................... Error! Bookmark not defined.
6
Daftar Tabel
Tabel 1. Investasi aset tetap .......................................................................... 24 Tabel 2. Biaya Operasional Proyek Singkong selama 10 tahun .................... 25 Tabel 3. Proyeksi keuangan untuk proyek singkong ...................................... 26 Tabel 4. Analisis NPV, IRR, Periode Pengembalian, ARR, dan PI ................ 26 Tabel 5. Kerangka waktu kegiatan ................................................................. 33 Tabel 6. Tahapan kegiatan terkait jumlah tenaga kerja, kerangka waktu, dan biaya .............................................................................................................. 33 Tabel 7. Analisis SWOT proyek percontohan Manihot esculenta di Benung, Kutai Barat ..................................................................................................... 38
Daftar Diagram Diagram 1. Peta Area Percontohan di Damai .................................................. 9 Diagram 2. Plot Percontohan di Benung ....................................................... 12 Diagram 3. Budidaya Singkong oleh masyarakat setempat ........................... 14 Diagram 4. Organisasi dan unitnya dalam KSM ............................................ 36
Daftar Lampiran Lampiran 1. Analisis Keuangan Perkebunan Aren di Gunung Rempah......... 44 Lampiran 2. Ringkasan Analisis Keuangan ................................................... 47 Lampiran 3. Analisis Aset Tetap .................................................................... 49 Lampiran 4. Analisis Titik Impas (Break Event Point) .................................... 51 Lampiran 5. Unit Peta Tanah Kutai Barat ...................................................... 54 Lampiran 6. Peta Sistem Lahan Damai ......................................................... 55
7
I. Pengantar Salah satu kegiatan kunci pertumbuhan hijau yang diidentifikasi oleh Gubernur adalah mengusahakan pemanfaatan lahan kritis di seluruh provinsi melalui usaha masyarakat. Secara khusus, ada sejumlah kecil lahan kritis (antara 1 dan 500 hektar) akibat pembukaan lahan untuk pertambangan, kebakaran hutan/lahan gambut (kebakaran tahun 1997-1998 mencakup lebih dari 5 juta ha) dan eksploitasi berlebihan (budidaya ikan, budidaya berbasis tebang dan bakar). Lahan ini dapat memberikan perusahaan berbasis masyarakat sebuah titik awal untuk pengembangan bisnis hijau. Sebagai bagian dari MoU, Gubernur telah meminta GGGI untuk mengeksplorasi pilihan yang tersedia untuk membangun perusahaan masyarakat yang berkelanjutan di lahan-lahan kritis berskala kecil ini sebagai bagian dari strategi pertumbuhan hijau provinsi. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menginformasikan Pemerintah Kalimantan Timur dan pemangku kepentingan lainnya mengenai pilihan untuk meningkatkan UKM secara berkelanjutan di lahan kritis berskala kecil di seluruh provinsi. Sasaran dari perusahaan-perusahaan ini adalah untuk memberikan kontribusi terhadap pembentukan ekonomi lokal berbasis lahan yang berkelanjutan sambil mengelola ekosistem yang sehat dan tangguh. Perusahaan yang sukses akan didasarkan pada produksi yang berkelanjutan dari tanaman, berbagai tanaman atau kombinasi produk dan jasa, termasuk juga jasa lingkungan.
I.1.
Lokasi Pilihan dan Rincian
Bappeda dan DDPI telah memilih Kutai Barat (Kubar) sebagai daerah penelitian untuk tugas ini. Secara historis, Kutai Barat (Kubar) didirikan pada November 1999 sebagai akibat dari ekspansi Kabupaten Kutai berdasarkan UU No 47/1999. Dengan total luas 31.628,70 km2 atau sekitar 15 persen dari wilayah Kalimantan Timur, Kubar ditempati oleh 165.934 orang. Kabupaten ini terbagi menjadi 21 kecamatan dan 238 desa (tapi kemudian pada pertengahan tahun 2013, kabupaten ini dibagi menjadi kabupaten baru lainnya "Kabupaten Mahakam Hulu"). Lokasi desa di kawasan ini umumnya terletak di tepi sungai (lebih dari 100 desa), di wilayah dataran tinggi (sekitar 86 desa) dan lereng/pegunungan (18 desa).
8
Secara khusus, penelitian ini dikembangkan di tiga kecamatan, meliputi Damai, Jempang dan Mook Manaar Bulatn. Kecamatan Damai dipilih sebagai daerah percontohan untuk rencana usaha singkong ini. I.1.1.
Lokasi dan luas area
Lokasi untuk mengembangkan singkong Manihot esculenta (atau yang dikenal sebagai Singkong Gajah) terletak di Kecamatan Damai, Kutai Barat. Secara geografis, Damai terletak di 115015 '16 "-115046' 54" Bujur Timur dan 00 18'00 52 'Bujur Selatan. Luas Kecamatan Damai adalah 1.750,43 Km² dan termasuk 16 desa yang ditempati oleh 9.625 orang (2.781 KK) dengan ratarata jumlah orang per rumah tangga 3.59. Sementara itu, Benung adalah lokasi yang dipilih untuk percontohan singkong dengan luas potensial 25 hektar. Namun, proyek ini hanya akan menggunakan 20 hektar untuk percontohan. Lokasi tersebut milik kelompok tani2 (status milik pemerintah desa) yang sebelumnya digunakan untuk proyek karet dari pemerintah. Saat ini daerah tersebut ditutupi oleh rumput alang-alang dan tumbuhan pakis. Tidak ada potensi zat beracun berbahaya dalam tanah akibat kegiatan pemotongan dan pengisian lahan, seperti pertambangan. Diagram 1. Peta Area Percontohan di Damai
9
I.1.2.
Alasan pemilihan area
Alasan pemilihan Desa Benung di Damai sebagai area utama percontohan Manihot esculenta meliputi: 1. Aksesibilitas dari desa
10
Damai adalah kecamatan yang lebih dekat ke Melak dan Barong Tongkok sebagai kota utama di Kutai Barat. Jarak dari ibu kota kota Kutai Barat ke ibu kota kecamatan adalah sekitar 42 Km. Sementara jarak dari Benung ke Damai Kota sebagai ibu kota kecamatan adalah 18 Km atau 30 Km ke ibu kota kota Kutai Barat. Kondisi jalan utama bagus (aspal) dan mudah diakses oleh mobil. 2. Kesuburan tanah Lokasi untuk plot percontohan berada di bawah sistem tanah Barong Tongkok (BTK) yang memiliki kesuburan kimia lahan cukup dan kesuburan fisik dan biologis lahan yang baik, serta sesuai untuk 'tanaman bergetah' tanaman karet (keluarga Euphorbiaceae) seperti karet dan singkong. Mengintensifkan tanah dengan perawatan organik dan mekanik akan meningkatkan
kesuburan
tanah
plot
percontohan.
Singkong
(Manihotesculenta) adalah varietas yang dikategorikan sebagai C4 (mirip dengan jagung, sorgum, dan tebu) yang membutuhkan sinar matahari langsung. Proses fotosintesis pada kondisi normal sangat tinggi, fotorespirasi sangat rendah dan efisien dalam penggunaan air. Oleh karena itu, singkong sangat cocok untuk lahan-lahan marjinal atau terdegradasi secara alami, apalagi dengan masukan bahan organik intensif untuk tanah, kesuburan tanah dapat dipertahankan. 3. Sosial budaya Sebagian besar etnis di Desa Benung adalah Dayak Benuaq dan para petani di Damai umumnya menanam singkong untuk makanan babi, terutama petani lokal di Benung yang telah menanam singkong dalam beberapa dekade. Selain singkong, petani lokal juga membudidayakan sayuran dan buah untuk penghidupan atau menjualnya ke perusahaan di dekat desa atau kecamatan. 4. Akses Pasar Pasar singkong dapat dibagi menjadi tiga kategori: Pasar untuk industri singkong; Pasar untuk pakan ternak; dan Pasar untuk konsumsi lokal. Pasar untuk industri singkong adalah pasar target utama. Sejumlah pabrik telah dibangun di Bongan dan Kota Bangun (Kutai Kartanegara). Kapasitas pabrik di Bongan (yang memakan waktu sekitar 2 jam perjalanan dari Benung) lebih dari 1.500 Ton/bulan dan untuk memenuhi kapasitas penuh 11
mesin membutuhkan bahan baku lebih segar dari desa-desa sekitar lainnya. Beberapa pabrik singkong lainnya juga dibangun di Kabupaten Kutai Kartanegara (kecamatan Sanga-Sanga dan Muara Kaman) dan barubaru ini di Kabupaten Paser. Masih ada kemungkinan para investor lokal membangun pabrik di dekat kota utama Kutai Barat karena potensinya masih tinggi. 5. Dukungan dan kebijakan pemerintah Karena Manihot esculenta (singkong gajah) adalah spesies lokal yang pertama kali diperkenalkan oleh Prof Ristono dari Universitas Mulawarman, Gubernur Kalimantan Timur pada tahun 2013 telah mengumumkan sebuah program provinsi untuk membudidayakan singkong gajah (disebut 'penanaman satu miliar tanaman singkong') di semua kabupaten untuk meningkatkan pendapatan masyarakat lokal dan memanfaatkan lahan kritis/marjinal.
I.2.
Status Terkini (Ekologi, Ekonomi, Sosial, dan Hukum)
I.2.1.
Status Ekologi
Kecamatan Damai terletak di bagian selatan Sungai Mahakam. Damai dibagi menjadi 16 desa. Kebanyakan (11 desa) terletak di lembah atau tepi sungai. Sisanya berada di daerah dataran. Dari perspektif lokasi hutan, seluruh desa terletak di luar kawasan hutan (Kecamatan Damai dalam Angka, 2013). Diagram 2. Plot Percontohan di Benung Seperti
yang umum
ditemukan Kutai kondisi lahan
di Barat,
tutupan di
Kecamatan Damai masih didominasi oleh hutan sekunder muda dan semak. Hal itu diakibatkan oleh perubahan praktik-praktik budidaya. Di beberapa
12
daerah, pohon karet tua yang tidak produktif dapat dengan mudah ditemukan. Hampir semua rumah tangga memiliki ‘hutan’ halaman rumah (disebut lembo) yang berisi berbagai pohon hutan dan buah, serta tanaman sayur musiman. Lokasi untuk plot percontohan berada di Desa Benung yang merupakan perkebunan karet beberapa dekade yang lalu. Tutupan lahan berupa alangalang (Imperata cylindrica) dan pakis semak dan kadang digunakan oleh masyarakat setempat sebagai daerah untuk menanam padi ladang. Topografinya sebagian besar datar. Jarak dari desa tidak jauh (sekitar 2,5 km) dan ini akan memudahkan masyarakat setempat, dalam hal aksesibilitas, untuk mengamati komoditas percontohan. Berdasarkan analisis spasial yang menggunakan referensi dari GIZ dan WWF, diperkirakan total lahan kritis di Benung mencapai 60% dari total luas desa. Namun itu masih kecil dibandingkan dengan lahan kritis di tingkat kecamatan (108.523,46 ha atau 62% dari total luas Damai). Lokasi plot percontohan berada di bawah sistem tanah Barong Tongkok (BTK) dan di bawah SPT (Satuan Peta Tanah) 6 dari jenis tanah Hapludults Dystrudepts3. Jenis tanah ini menjadi kompos dari sedimen di bawah relief dataran tektonik (dengan kemiringan 3-8%). Sistem tanah BTK cocok untuk beberapa komoditas pertanian, yaitu pertanian lahan kering, agroforestri, kelapa sawit, kakao, karet (termasuk singkong), kelapa, kopi, lada. I.2.2.
Status sosial-ekonomi
Jumlah penduduk Desa Benung hanya 108 rumah tangga yang terdiri dari 345 orang: 183 laki-laki dan 162 perempuan (atau 3,58% dari total populasi kecamatan). Tingkat kepadatan desa ini 2,03 orang/km2. Terkait dengan pertanian, jumlah rumah tangga pertanian pada tahun 2013 adalah 85%. Para petani
ini
bekerja
untuk
padi
ladang,
dan
beberapa
dari
mereka
membudidayakan karet, sayuran, termasuk singkong di banyak desa, seperti JenganDanum, MuaraTokong, Tepulang, dan Keay. Singkong yang ditanam biasanya digunakan untuk memberi makan ternak mereka (babi). Terkait pekerjaan, tidak tersedia data mengenai tingkat pengangguran di desa ini. Selain menjadi petani, mata pencaharian lainnya adalah menjadi guru di Sekolah Dasar, perawat, dan bidan. Di Desa Benung, menurut data dari 3
13
Kecamatan Damai dalam Angka (2013): terdapat sejumlah kecil keluarga yang masuk dalam kelompok miskin, hanya 9 keluarga (dari total 108 keluarga di kecamatan).
Diagram 3. Budidaya singkong oleh masyarakat setempat Seperti
yang
disebutkan sebelumnya, Desa
Benung
dan desa-desa lain di sekitarnya pada dasarnya memiliki praktik pertanian yang sama, terutama padi ladang yang merupakan mata pencaharian paling umum dari masyarakat setempat. Ukuran sawah kering lokal ± 75 Ha dengan produktivitas rata-rata masih di bawah 1,50 ton beras/Ha4. Komoditas penting lainnya yang menjadi sumber pendapatan keluarga adalah karet. Jumlah perkebunan di Desa Benung ± 100 Ha dan produktivitas rata-rata adalah 0,85 ton/Ha. Di tingkat kecamatan, total perkebunan karet adalah 1.235 Ha dengan produksi 792,42 ton dan produktivitas sebesar 1,05 ton/Ha. Dalam hal lokasi pasar, Desa Benung relatif dekat dengan pasar di kota-kota besar Barong Tongkok (diakses melalui jalan darat sekitar 20 Km) dan Melak (diakses melalui jalan darat sekitar 30 Km). Kedua pasar lokal ini untuk konsumsi singkong. Sementara itu, untuk menuju pasar di Kecamatan Bongan diperlukan waktu sekitar 3 jam perjalanan. I.2.3.
Status hukum
Sebagian besar lahan di Benung telah diizinkan untuk pihak ketiga, termasuk hutan dan perusahaan swasta karet. Sekitar 30-45% dari area tersebut adalah milik masyarakat setempat (dan pemerintahan desa), dan dimanfaatkan sebagai lading budidaya atau tanaman perkebunan.
.
14
Lokasi plot percontohan perkebunan singkong adalah milik kelompok tani (status milik pemerintah desa) yang sebelumnya digunakan untuk proyek karet dari pemerintah. Saat ini wilayah tersebut tidak produktif karena tutupan lahannya hanya alang-alang dan semak-semak pakis. Terkait konflik di lokasi percontohan ini, tidak ada konflik lahan, baik antar petani dan pihak luar lainnya. Lahan untuk mengembangkan plot percontohan adalah daerah non-hutan atau APL. Seluruh lahan adalah milik petani di Desa Benung. Bebas konflik di daerah ini, baik di kalangan petani atau dengan pihak lain seperti perusahaan karet, perusahaan kelapa sawit, atau perusahaan pertambangan batu bara.
15
II. Tinjauan Pembangunan Berkelanjutan
II.1.
Produk dan/atau Jasa
Produk dari rencana usaha ini adalah gaplek organik, yang dihasilkan dari singkong gajah organik atau singkong gajah (Manihot esculenta Crantz alias Manihotutilissima Pohl.). Untuk petani lokal di desa, produk ini bukan hal yang baru karena telah digunakan untuk menghasilkan singkong dan pertanian organik. Satu-satunya yang baru adalah varietas singkong yang menggunakan umbi akar raksasa. Proses produksi gaplek raksasa oleh petani lokal adalah proses yang sederhana. Gaplek tersebut berasal dari panen umbi singkong segar dari usia tanaman 8-10 bulan. Umbi ini kemudian diiris dalam potongan kecil dan dikeringkan dengan menggunakan cahaya matahari alami selama sekitar 3-5 hari. Keripik gaplek kemudian dikemas ke dalam karung (25 kg karung ukuran normal), dan siap untuk diangkut dan dipasarkan. Meskipun umbi akar merupakan produk utama, singkong itu sendiri menawarkan beberapa manfaat ekonomi lainnya, misalnya, daun
Boks 1. Sistem Panel Surya untuk Pompa Air
muda yang memiliki protein tinggi
Proyek ini akan memasang fotovoltaik surya untuk menghasilkan listrik untuk penggunaan pompa air. Akan ada empat pompa air yang dipasang di 20 hektar plot percontohan. Setiap pompa air akan disuplai 250-500 watt dari instalasi panel surya.
sebagai sayuran, seluruh bagian dari daun singkong juga berguna untuk pakan ternak, batangnya dapat
digunakan
membangun tanaman,
untuk
pagar
kayu
bakar
untuk atau
sumber bahan organik untuk kompos. Sementara itu, produk turunan dari umbi singkong dapat dibuat
camilan
fermentasi
singkong atau tape, makanan sekunder gaplek, tepung gaplek, dan sebagai sumber bahan baku
Setiap set sistem fotovoltaik surya terdiri dari 2 panel fotovoltaik dengan kapasitas 50 watt peak (WP) per panel. Sistem tersebut akan dilengkapi dengan pengendali digital dan pengubah daya dengan kapasitas maksimum 500 watt. Listrik akan dihasilkan oleh baterai bebas perawatan dengan kapasitas 100 AH (Ampere Hour). Dengan sistem di atas, sistem panel surya akan menyuplai listrik untuk sebuah pompa air yang menggunakan daya sekitar 250 watt dari baterai. Sistem panel surya dan pemasangannya akan disediakan oleh pemerintah daerah sebagai bagian dari aset tetap. Selama pemasangan, proyek akan meminta kontraktor untuk memberikan pelatihan singkat mengenai pemeliharaan untuk petani lokal. Tujuannya untuk menghindari kesalahan penggunaan oleh masyarakat lokal yang dapat menyebabkan kerusakan atau malfungsi seperti yang biasa terjadi dalam proyek PV surya lainnya di daerah terpencil.
industri (makanan dan tekstil) dan energi bioetanol. Namun, manfaat-manfaat ekonomi tersebut berada di luar
16
cakupan rencana usaha percontohan ini, dan karena itu disarankan sebagai tahapan potensial di masa mendatang yang perlu dipertimbangkan. Jika produk tersebut dibandingkan dengan produk lain di daerah Kabupaten Kutai Barat, gaplek organik Benung memiliki varietas yang berbeda (singkong gajah dibandingkan dengan umbi singkong biasa), dan karena itu memiliki kuantitas dan kualitas produk yang berbeda (terutama berbeda untuk kadar pati). Perbedaan lainnya termasuk penggunaan panel surya yang akan disediakan oleh proyek untuk menyediakan air tanah untuk proses penyiraman. Dan juga produk ini akan dijual ke pabrik pengolahan singkong di kecamatan lain (Bongan di Kutai Barat atau Kota Bangun di Kabupaten Kutai Kartanegara). Dalam hal penggunaan panel surya untuk penyiraman, proyek ini akan memasang beberapa panel surya sebagai sumber listrik untuk menyerap air tanah melalui pipa dari sumur. Air akan disimpan sementara di beberapa wadah (kapasitas masing-masing ± 5.000 liter) dan kemudian akan didistribusikan untuk menyiram
tanaman.
Karena panel
surya
akan
dioperasikan sendiri oleh petani, mereka bisa menggunakan air untuk keperluan lainnya, seperti menyiram tanaman sayuran, atau bahkan untuk keperluan rumah tangga sehari-hari. Praktik ini dapat mendukung pelaksanaan program hijau di kabupaten tersebut. Berdasarkan data (Kecamatan Damai dalam Angka, 2013), sebagian besar masyarakat di 13 desa masih menggunakan air dari sungai untuk konsumsi sehari-hari mereka, sedangkan 3 desa lainnya menggunakan air tanah, dan masih belum ada pasokan air bersih dari pemerintah daerah atau PDAM . Proyek ini dapat memberikan contoh sederhana dalam menggunakan panel solar untuk menyediakan air tanah bagi masyarakat sehingga masyarakat bisa belajar dan menerapkan untuk diri mereka sendiri.
II.2.
Pernyataan Misi, Sasaran, dan Tujuan
III.2.1. Pernyataan Misi Percontohan pertanian singkong gajah organik untuk menghasilkan gaplek akan dikembangkan di Kampung Benung, Kecamatan Damai, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur, dengan total luas area 20 hektar. Pemerintah Kutai Barat dengan kerja sama yang kuat dan dekat dengan Global Growth Institute Hijau dan beberapa pemangku kepentingan keuangan utama
17
lainnya akan mengembangkan plot percontohan perkebunan singkong. Kemitraan ini akan berkomitmen untuk memperkenalkan dan mengembangkan plot percontohan perkebunan singkong,terutama pada lahan-lahan marjinal atau kritis, fasilitas-fasilitas pendukung dan mengembangkan jaringan pasar serta
penguatan
kelembagaan
petani.
Usaha
ini
diharapkan
dapat
meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan dari lahan kritis dan meningkatkan pendapatan petani lokal secara bersamaan. III.2.2. Sasaran dan Tujuan Sasaran utama plot percontohan singkong gajah organik adalah untuk menghasilkan pendapatan daerah dengan memanfaatkan lahan kritis atau tidak produktif rusak dan marjinal di Desa Benung dan sekitarnya di Kecamatan Damai dengan pemeliharaan lingkungan untuk menghasilkan produk pertanian yang sehat dan berkelanjutan. Mengenai target, keluarga petani akan ditargetkan untuk memiliki penghasilan tambahan dan tidak dikategorikan sebagai keluarga miskin. Berdasarkan Kecamatan Damai dalam Angka (2013), hanya ada 9 keluarga (dari total 108 keluarga di kecamatan) yang dikategorikan dalam kelompok miskin. Sayangnya tidak ada data statistik singkong untuk komoditi ini di tingkat kecamatan atau desa. Namun, dengan menggunakan 20 hektar lahan kritis untuk pertanian singkong organik, produksi singkong di Damai akan meningkat. Dan yang lebih penting, lahan kritis di desa digunakan untuk pertanian produktif. Sedangkan tujuannya meliputi: Memanfaatkan lahan kritis atau marjinal di Desa Benung, Kecamatan Damai, seluas 20 Ha.
Memperkenalkan budidaya singkong dan praktik pertanian organik yang baik, serta bahan pertanian lingkungan bagi lebih dari 20 keluarga petani di desa.
Meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi lebih dari 85% rumah tangga petani di Desa Benung (total 108 rumah tangga).
18
Memulai pertanian berkelanjutan dan lingkungan berbasis usaha kecil dan menengah di 20 Ha daerah dataran rendah di Desa Benung.
Sehubungan dengan kerangka waktu proyek, dengan pengawasan dan pemantauan intensif, tujuan-tujuan di atas diharapkan akan dicapai setelah proyek selesai. Untuk membuat data dasar (baseline) sebelum proyek masuk dan setelah intervensi proyek, disarankan untuk melakukan survey sosial ekonomi pra dan pasca-proyek.
II.3.
Hubungan dengan Kalimantan Timur
Singkong dan beras sebagai makanan pokok di Indonesia memiliki korelasi yang erat. Indonesia telah memenuhi kebutuhan swasembada beras pada pertengahan tahun 1980-an, tetapi sejak itu, pemerintah pusat menghadapi upaya besar untuk mempertahankan prestasi itu. Situasi ini juga sama di provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Hingga saat ini, provinsi ini masih mengimpor 17,25% total permintaan beras dari provinsi lain. Beras yang mengandung karbohidrat adalah makanan pokok utama provinsi ini. Ketersediaan karbohidrat sebenarnya juga dapat dipenuhi oleh singkong. Dengan pengolahan khusus, singkong dapat diubah menjadi singkong beras. Dibandingkan dengan beras padi, beras singkong lebih unggul karena meskipun memiliki kandungan karbohidrat yang sama, kadar gula beras singkong lebih rendah, dan karenanya, beras singkong sangat baik dikonsumsi oleh penderita diabetes. Data dari Badan Ketahanan Pangan (Food Service Agency) Provinsi Kalimantan Timur (2009) menunjukkan bahwa jumlah lahan kering subur di Kalimantan Timur adalah 2.861.116 Ha dan luas yang ditanami singkong hanya 7.932 Ha, dengan produktivitas 16,03 ton/ha. Kalimantan Timur masih memiliki lahan potensial yang signifikan untuk mengembangkan pertanian dengan 518.593 Ha (terdiri dari 375.198 Ha di zona APL dan 143.195 Ha di zona KBK) (sumber: Rembuk Membangun Komitmen Bersama Mewujudkan Ketahanan Pangan di Kaltim dan Kaltara di Lamin Etam, 28 January 2014). Selain itu, ada banyak lahan kritis dari bekas penggalian tambang batu bara di Kalimantan
19
Timur dan itu juga potensial untuk pengembangan singkong. Tahun lalu (2013), pemerintah Kalimantan Timur meluncurkan program penanaman pohon singkong 1 miliar, dengan varietas raksasa. Program ini berhubungan dengan kampanye
keanekaragaman
pangan
sebagai
bagian
dari
program
swasembada beras. Peluncuran ini menjadi lebih spesial karena varietas singkong gajah ini ditemukan oleh dosen/peneliti lokal dari UNMUL (Prof. Ristono) dan dari sini, saat ini varietas ini menjadi sumber utama bahan tanaman untuk penyebaran di tingkat nasional. Saat ini, BPTP-Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (di tingkat provinsi Kalimantan Timur) sedang meneliti penggunaan wilayah bekas pertambangan batu bara (PT Kitadin) di Desa Embalut, Kecamatan Tenggarong Seberang di Kutai Kartanegara, untuk mengembangkan tanaman pangan yang dapat dimakan (termasuk singkong gajah, semangka, pepaya, dll). Hasil penelitian sejauh ini menjanjikan dan sedang disiapkan lokasinya dengan paket teknologi tertentu. Selain itu, Gubernur hadir dalam beberapa kegiatan yang berhubungan dengan pengoperasian pabrik singkong. Misalnya pada bulan Juli 2013 di Kecamatan Muara Jawa, Kukar, Gubernur menangani pabrik singkong (kapasitas 60 ton/hari), dan pada bulan Juni 2012 di Sanga-Sanga, Kukar untuk pabrik etanol berbasis singkong (kapasitas 5.000 liter etanol/hari). Dalam tahun-tahun mendatang, pabrik produk lain berbasis singkong juga akan didirikan di banyak kecamatan di Kukar (Kota Bangun, Loa Janan, Tenggarong Seberang, Samboja, dan Muara Kaman), Kabupaten Kutim dan Paser. Semua ini menunjukkan pasar potensial untuk singkong di masa mendatang. Singkong memiliki potensi besar untuk berkembang karena merupakan tanaman tropis asli dan dengan demikian cocok dan dapat beradaptasi dengan iklim dan tanah Kutai Barat. Selain itu, komoditas ini sederhana dan mudah tumbuh dan memiliki tingkat keasaman tanah yang besar dan kesuburan untuk tumbuh. Selain itu, tanaman ini relatif tidak banyak terpengaruh oleh hama dan penyakit selama pertumbuhannya. Sehubungan dengan semangat Kaltim hijau melalui program "satu orang lima pohon", proyek percontohan perkebunan singkong di Damai dapat mengurangi dan meminimalkan emisi dan merehabilitasi lahan kritis.
20
III. Penilaian Pasar
III.1. Analisis Eksternal Kondisi Pasar Untuk pemasaran, harga singkong gajah bervariasi antara Rp 800-1.000/Kg di tingkat petani. Sementara harga di tingkat industri di antara Rp 1,500-2,500/Kg. Ini akan tergantung pada jarak transportasi dari lokasi produk. Seperti telah disebutkan pada bab sebelumnya bahwa produk dari rencana usaha adalah gaplek, yang dihasilkan dari akar umbi singkong gajah yang dipanen dari budaya tanam organik. Meskipun singkong itu sendiri umumnya dibudidayakan oleh petani lokal, varietas Manihot esculenta dan memproduksi gaplek relatif baru bagi para petani lokal. Sehubungan dengan masalah kandungan racun dari singkong gajah, BPTP Kaltim meyakinkan bahwa varietas singkong gajah ini mengandung lebih sedikit racun cianide hidrogen (HCN). Selain itu, Badan Pengawas Obat Dan Makanan-BPOM5 menjelaskan bahwa kandungan HCN singkong biasa berkisar 15-400 mg/kg singkong segar. Menurut FAO6, kandungan HCN singkong yang diperbolehkan untuk dikonsumsi adalah 50 mg/kg. Sedangkan kandungan HCN dalam umbi singkong gajah yang segar adalah 2,44 mg/kg. Petani lokal sejauh ini hanya akrab dengan singkong lokal yang diproduksi untuk konsumsi atau bahan makan untuk babi mereka. Oleh karena itu, produk gaplek ini tidak akan dipasarkan di tingkat lokal (desa dan kecamatan Damai), tetapi akan dipasarkan ke pabrik pengolahan singkong di kecamatan lain (Bongan) di Kabupaten Kutai Barat atau ke kabupaten lain (Kecamatan Kota Bangun di Kabupaten Kutai Kartanegara atau Kabupaten Paser). Pabrik singkong di Kecamatan Bongan (di Desa Siram Makmur, berjarak sekitar 3 jam) dengan kapasitas lebih dari 50 ton/hari telah dibangun. Menurut penyuluh setempat dan kepala unit usaha singkong di Bongan, infrastruktur (mesin dan aksesoris pendukungnya) disediakan oleh APBD (melalui Badan Ketahanan Pangan) dan unit usaha petani memberikan lahan untuk pabrik. Bahan baku diharapkan berasal dari petani singkong di desa ini, namun karena mesin memiliki kapasitas besar, bahan baku lainnya dari desa-desa di luar sangat diterima untuk menjamin agar mesin dapat berjalan optimal.
5 6
21
Prospek pasar lain untuk gaplek dari Kecamatan Damai ini adalah pabrik singkong yang terletak di Kecamatan Kota Bangun (di Desa Loleng), sekitar 5 jam perjalanan. Pabrik Mesin ini adalah investasi swasta dari Masyarakat Singkong Indonesia di Kutai Kartanegara. Investor swasta dari PT Anugerah Prima Abadi, yang telah menandatangani kerja sama dengan (perusahaan) pembeli dari Cina, juga siap untuk membeli singkong dari petani; singkong ini akan diproses dulu menjadi gaplek sebelum diekspor ke Cina. Di tingkat nasional, pemerintah pusat masih mengimpor singkong sebagai bahan baku untuk pangan dan pengembangan industri lainnya karena waktu panen singkong yang tidak merata. Jumlah singkong impor pada tahun 2009 adalah 166.813 ton, kemudian meningkat menjadi 294.832 ton (2010), dan 435.419 ton (2011) (Sumber: Departemen Pertanian, 2012). BPS Nasional mencatat bahwa pada tahun 2012 jumlah singkong impor hampir mencapai 2 juta ton. Selain itu, jumlah konsumsi tepung terigu meningkat, yaitu sebesar 5.040.000 ton pada tahun 2012 dan 4,12 juta ton di antaranya harus diimpor (Sumber: APTINDO-Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia). Tentu saja ini adalah kesempatan besar bagi petani lokal untuk meningkatkan produksi singkong, untuk menghasilkan produk turunannya, seperti (tepung tapioka, tepung singkong dan MOCAF- tepung singkong yang dimodifikasi). Mocaf memiliki peluang besar untuk menggantikan permintaan tepung terigu yang hingga saat ini masih diimpor. Namun, untuk terus memasok gaplek dari petani ke pabrik masih perlu skenario lebih lanjut. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah jumlah pasokan minimum yang dapat disediakan, kualitas produk (kinerja fisik, ukuran, kotoran pencemar, kadar air, dll), dan kesinambungan pasokan. Sebuah bagian dari itu, petani juga perlu mempertimbangkan "strategi 4P": product (produk), price (harga), promotion (promosi), dan place (tempat/strategi distribusi). Oleh karena itu, intervensi pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten) diperlukan dalam bentuk kebijakan dan penyediaan/fasilitasi sumber daya yang dibutuhkan dengan membangun pabrik-pabrik pengolahan singkong. Fasilitasi dalam saluran dan strategi pemasaran juga diperlukan untuk memperkuat posisi tawar pengusaha lokal untuk komoditas singkong ini.
22
III.2. Pembeli Potensial Gaplek yang dihasilkan dari plot percontohan akan dipasarkan terutama untuk industri di Kecamatan Bongan dan Kota Bangun. Pada tahun kedua, proyek ini akan mencoba untuk membuka lebar kemitraan dengan beberapa pihak penyerap yang besar, seperti Indofood dan industri besar serupa di tingkat nasional. Rencana lainnya adalah mendorong pemerintah daerah atau pemerintah provinsi untuk membangun pabrik baru di Damai atau Melak. Pabrik dapat menghasilkan rasa atau bahkan turunan seperti bioetanol. Ini akan menjadi inovasi baru di pasar singkong. Kemitraan dengan Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) akan dibuka sejak tahun pertama. Berdasarkan informasi dari anggota MSI, pendapatan kotor per hektar adalah Rp 70 juta untuk tahun pertama. Pada tahun kedua, petani berpotensi mengumpulkan laba bersih sebesar Rp 50 juta.
23
IV. Keuangan
IV.1. Proyeksi Keuangan Produk usaha akhir dari proyek singkong ini adalah gaplek dalam satuan kuantitas kilogram dan unit moneter Rupiah. Proyeksi area yang digunakan dalam analisis aspek adalah lahan perkebunan seluas 20 hektar dan didukung oleh sejumlah petani sebagai pekerja. Dari persiapan lahan sampai musim panen akan dimulai pada tahun pertama. Periode proyek akan dihitung untuk proyek 5 tahun dengan 8-9 bulan musim panen (5 kali panen selama periode proyek). Investasi tetap selama proyek (5 tahun) adalah Rp 204.500.000 dengan perhitungan sebagai berikut: Tabel 1. Investasi aset tetap Kategori Biaya
Total biaya 10 thn
Asumsi
(IDR) Investasi aset tetap Gedung
30.000.000 1 unit/5 th
Cangkul
10.000.000 10 unit/th
Arit
2.500.000 10 unit/th
Pisau panjang
5.000.000 10 unit/th
Penyemprot
2.000.000 2 unit/2 th
Sumur air tanah + pompa
26.000.000 1 unit Per 5 ha untuk 20
Alkon
88.000.000 tahun
Wadah air + selang +
1 unit per 5 ha untuk 5
kerangka
tahun
Panel Surya (listrik)
16.000.000 1 unit per 5 ha untuk 20 tahun
Baterai/aki kering
25.000.000 1 unit per 1 unit untuk 2 tahun
Total investasi Aset Tetap
204.500.000
Biaya operasional selama periode proyek (10 tahun) adalah Rp 4.955.593.987 dengan rincian sebagai berikut:
24
Tabel 2. Biaya Operasional Proyek Singkong selama 10 tahun JENIS
KUANTITAS
Bibit
batang
TOTAL BIAYA 96.480.000
160.800 /Pupuk Organik "G1 WIJAYA"
kg
5.760.000.000
botol
1.400.000.000
48.000 Cairan Coklat "G1 WIJAYA" 40.000 Pestisida Cair"G1 WIJAYA"
LS
20.000.000
ret
118.500.000
10 Pengangkutan (SBY - KUBAR) KONTAINER
3
Karung
lembar
40.473.414
100 Pembukaan lahan (paket)
1 ls/ha
100.000.000
Pengolahan tanah dengan traktor
1 ls/ha
809.468.290
Tanggul/gundukan tanah
1 ls/ha
809.468.290
Pembuatan lubang
1 ls/ha
404.734.145
Penanaman
1 ls/ha
809.468.290
Penanaman kembali selama periode
4 orang
129.514.926
4 orang
323.787.316
tangan
penanaman Penyiangan, pengurukan & pembabatan Pemupukan
4 orang 24.000.000
Penyiraman
2 orang 323.787.316
Pengendalian hama
2 orang 161.893.658
Panen Pasca panen (pengepakan dan
10 orang
647.574.632
4 orang
129.514.926
transportasi)
25
JENIS
KUANTITAS
Pengawas
TOTAL BIAYA
1 orang
728.521.461
Total biaya
12.837.186.663
Tabel 3. Proyeksi keuangan untuk proyek singkong Kategori Biaya
Total biaya 10 tahun
Total biaya per ha
(IDR)
(IDR)
Investasi aset tetap
204.500.000
10.225.000
Operasional
4.486.983.268
224.349.163
Total dana yang diperlukan
4.691.483.268
234.574.163
Total investasi aset tetap sebesar Rp 204.500.000 dan pendanaan tunai untuk biaya operasional selama 10 tahun adalah Rp 4.486.983.268 per 20 Ha atau Rp 224.349.163 per ha. Biaya operasional meliputi benih, pupuk, dan tenaga kerja.
Jadi
secara
keseluruhan,
proyek
manihot
selama
10
tahun
membutuhkan dana investasi sebesar Rp 4.691.483.268 atau Rp 234.574.163 per ha. Analisis titik impas (break event point-BEP) menunjukkan bahwa proyek ini akan mencapai BEP Rp 277.355.782 atau 389.691 kg untuk 20 ha. Kelayakan investasi dapat dianalisis dengan Nilai Bersih Saat ini (Net Present ValueNPV), Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return-IRR), Periode Pengembalian
(Payback
Period-PP),
Tingkat
Pengembalian
Rata-rata
(Average Rate of Return -ARR), dan Index Keuntungan (Profitability Index-PI) seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini: Tabel 4. Analisis NPV, IRR, Periode Pengembalian, ARR, dan PI Kategori Nilai Bersih (NPV)
Nilai Sekarang IDR
Status Layak
2,738,161,741
Tingkat Pengembalian 10.076 % Internal (IRR) Periode Pengembalian 6.37 (PP) Indeks Profitabilitas (PI) 2.22
Menguntungkan Bisa Utang Menguntungkan
26
Tingkat Pengembalian 43.82 % Rata-Rata
Menguntungkan
NPV menunjukkan nilai positif dan berarti bahwa proyek singkong ini layak untuk dilaksanakan. Sementara IRR mencapai 10,076% dan berada di atas suku bunga deposito (6,00%/tahun). Sedangkan nilai ARR 43,82% merupakan nilai persentase yang lebih tinggi dari keuntungan yang diharapkan (tingkat keuntungan yang diharapkan adalah 10%). Payback period menunjukkan bahwa investasi untuk proyek singkong akan benar-benar kembali ke bank setelah 8 tahun (PP adalah 6,37).
IV.2. Rencana Keuangan Proyek singkong di Benung, Kutai Barat dapat dibiayai oleh beberapa pihak atau kemitraan termasuk PNPM, Credit Union, BPD, dan BRI dengan memberikan pinjaman lunak kepada kelembagaan petani. Namun, peran pemerintah kabupaten dan provinsi masih sangat diharapkan untuk memberikan dukungan keuangan tambahan lainnya kepada petani. Dukungan dari pemerintah daerah sangat diperlukan karena lembaga keuangan di atas memiliki plafon yang terbatas untuk memberikan pinjaman lunak, sedangkan proyek ini membutuhkan dukungan pendanaan
yang sangat besar.
Perhitungan dan analisis menunjukkan bahwa lembaga keuangan hanya menyediakan dana operasional untuk setiap tahun, dan sisanya akan disediakan oleh pemerintah daerah. Total dana aset tetap yang harus disediakan oleh program pemerintah daerah adalah Rp 204.500.000 untuk durasi proyek 10 tahun. Analisis rasio menunjukkan bahwa proyek dapat dijalankan dengan 71,48% utang dari pihak ketiga dari jumlah investasi, dan dengan margin rasio utang 2,392.93%. Utang mungkin meliputi seluruh modal kerja dalam 10 tahun proyek. Sementara itu, dukungan dana pemerintah diharapkan sebesar 28.52% (rasio ekuitas) dan rasio marjin terhadap ekuitas sebesar 5,998.13%. Perbandingan antara nilai utang dan modal ekuitas sebesar 2,5: 1 (utang terhadap ekuitas 250,66%). Risiko finansial yang memungkinkan dalam proyek ini adalah ketika pemerintah daerah tidak dapat memberikan investasi awal, terutama untuk menyediakan aset tetap. Dengan kondisi tersebut, proyek harus dilakukan dengan teknologi
27
manual atau konvensional. Namun, dukungan dari lembaga keuangan mutlak diperlukan. Tanpa dukungan mereka, tidak mungkin melaksanakan proyek ini karena dibutuhkan dana yang sangat besar untuk proyek ini.
IV.3. Asumsi-asumsi Proyeksi keuangan dibuat dengan beberapa asumsi. Tingkat pertumbuhan pendapatan rata-rata per tahun sebesar 2%, Laju inflasi tahunan rata-rata sebesar 9,7%, Tingkat bunga pinjaman rata-rata 19% (sistem suku bunga tahunan), Tingkat bunga deposito rata-rata sebesar 6,25% (sistem suku bunga tahunan). Tingkat Keuntungan yang diharapkan adalah 10%
Sejumlah catatan dalam proyek ini: Pemupukan dengan pupuk organik "G1 Wijaya" hanya diterapkan untuk tahun pertama (tergantung pada sifat fisik dan kimia tanah) periode pertumbuhan bibit. Pupuk organik ini akan mengembalikan kesuburan tanah7, sehingga tidak akan diterapkan kembali untuk tahun berikutnya. Namun, untuk menjamin kesuburan tanah yang berkelanjutan, penggunaan pupuk organik yang seimbang (nutrisi makro dan mikro) sangat penting. Pemupukan akan dilakukan dua kali per tahun dengan interval waktu 2,5 bulan, dengan meletakkan di 4 titik di sekitar pohon dengan jarak 0,5 meter dari pohon. Pemda Kutai Barat diharapkan membiayai8 keterlibatan LSM yang akan membantu petani lokal dalam memproduksi briket kayu dan pelet dari kayu Leban.
IV.4. Risikso dan Solusinya Beberapa risiko dalam proyek singkong organik meliputi:
7
8
28
Proyek ini sangat tergantung pada intervensi pemerintah (13,6%) dari investasi awal. Jika pemerintah tidak dapat memberikan intervensi mereka, maka proyek harus menyesuaikan teknologi energi surya untuk menyiram ladang menjadi penyiraman manual. Jika lembaga keuangan tidak dapat memberikan kredit dalam jumlah besar9, itu akan menjadi hambatan yang signifikan bagi para petani. Ini mungkin diselesaikan dengan memecah kredit dari beberapa lembaga keuangan.
9
29
V. Implementasi Strategis Pengembangan Manihot esculenta berpotensi strategis untuk memberikan alternatif sumber makanan dan biofuel. Umbi spesies ini dapat dipanen dalam 8-9 bulan dengan rasa lezat dan renyah. Proyek ini akan memproduksi gaplek10. Secara fisik, Manihot esculenta memiliki akar kuat yang membantu menghemat air dan mengurangi erosi termasuk menyimpan CO2.
V.1.
Operasional
Budidaya singkong (Manihot esculenta) akan menghasilkan produk yang optimal di bawah curah hujan 150-200 mm pada usia 3 bulan, 250-300 mm pada 4-7 bulan, dan 100-150 mm saat dekat masa panen. Untuk menghindari pertumbuhan yang tidak sempurna, suhu harus di atas 10oC dan kelembaban di antara 60-65% dengan sinar matahari rata-rata 10 jam per hari. Tahapan budidaya meliputi: Tahap persiapan, meliputi penyediaan bibit, pupuk organik, dan penyiraman singkong; Penanaman
dan
panen,
meliputi
penanaman,
pemupukan,
pemeliharaan, penyiraman, dan panen; Pasca panen, meliputi pengolahan singkong berdasarkan permintaan pasar. V.1.1. Tahapan Kegiatan Tahapan budidaya Manihot esculenta adalah sebagai berikut: V.1.1.1.
Menyiapkan bibit
Bibit berasal dari varietas unggul yang toleran terhadap kondisi kering, rendah, atau pH tinggi, keracunan Al, dan secara efektif memanfaatkan P yang terkandung dalam Al dan Ca. Bibit menjadi tanaman dewasa dalam 10-12 bulan. Batangnya memiliki diameter sekitar 2,5 cm, lurus dan tidak ada tunas. V.1.1.2.
Pengolahan media tanam
Sebelum mengolah media tanam, pH tanah perlu diukur terlebih dulu. Selain itu, sampel tanah perlu dianalisis di laboratorium untuk mengidentifikasi ketersediaan bahan organik dan nutrisi. Kemudian, proyek harus menentukan
10
30
waktu tanam. Pengaturan volume produksi harus dipertimbangkan karena akan berkaitan dengan estimasi harga pasar pada musim panen. Penting untuk membersihkan gulma dan akar pada tahap pembukaan lahan untuk memberikan ruang pertumbuhan yang baik bagi akar singkong. Kemudian, gundukan disiapkan setelah penyiapan lahan mencapai 70%. Tujuan membuat gundukan adalah untuk memudahkan pemeliharaan dan membersihkan gulma liar. Untuk meningkatkan pH tanah, harus ada kalsifikasi dengan menggunakan kalsit (CaCO3) dengan dosis 2,5 ton/ha. Ini bisa dilakukan saat membajak tanah atau membuat gundukan. Pada saat tersebut juga perlu menyuntikkan bakteri mychorrizaor yang bisa menstimulasi proses biologi tanah agar nutrisi fosfat menjadi lebih mudah larut dan mudah diserap oleh akar tanaman. pH tanah yang cocok untuk singkong adalah antara 4,5-8,0; idealnya adalah pH 5,8.
V.1.1.3.
Teknik penanaman
Jarak tanam singkong adalah 1 x 1 m di lahan kering. Waktu tanam yang ideal adalah di awal musim hujan atau setelah penanaman padi. Bagian-bagian kecil (stek) dari batang Manihot esculenta harus direndam dalam cairan pupuk organik MIG-6 Plus. Selain itu, stek singkong ditanam dengan kedalaman sepertiga dari stek (5-10 cm). V.1.1.4.
Pemeliharaan
Penanaman kembali akan dilakukan untuk menggantikan stek yang mati atau abnormal. Ini akan dilakukan pada pagi hari atau sore hari untuk menghindari cuaca panas. Selain itu, penyiangan dilakukan setidaknya dua kali dalam satu periode penanaman. Periode kritis untuk penyiangan adalah antara minggu 510 setelah tanam. Jika penyiangan tidak terkontrol selama minggu-minggu kritis maka produktivitas akan menurun 75%. Langkah terakhir adalah membuat gundukan agar tanah tetap gembur. Hal ini dapat dilakukan selama penyiangan untuk efisiensi biaya dan tenaga kerja. V.1.1.5.
Pemupukan
Pemupukan yang sama (N, P, K) akan menggunakan pupuk organik dengan dosis 1/3: 1: 1/3. Pemupukan dengan menggunakan MiG-6 lebih efisien dari segi kuantitas. Pupuk akan digunakan di setiap lubang tanam. Proyek ini akan 31
membutuhkan 5 ton/ha pupuk kandang. Tiga hari sebelum menggunakan pupuk kandang, lahan harus sudah menggunakan 2 liter MiG-6 Plus/hektar dengan komposisi 1 liter Mig-6 Plus dicampur dengan 200 liter air. Semprotkan ke lahan, terutama di lubang tanam atau area yang akan menggunakan pupuk kandang. MiG-6 Plus juga harusdigunakan saat singkong berusia 2 bulan, dengan komposisi 2 liter; 2 liter pada usia 4 bulan; 2 liter saat 6 bulan; dan 2 liter saat 8 bulan. V.1.1.6.
Penyiraman dan Penyemprotan
Kondisi gundukan Manihot esculenta yang telah ditanam hingga 4-5 bulan harus dalam kondisi lembab tetapi tidak basah. Penyiraman dan penyemprotan harus diterapkan ketika tanah kering. Pasokan air dari sumur akan mengalir ke tangki air di dekat lokasi. Ini akan menjamin pasokan air untuk penyiraman dan penyemprotan. V.1.1.7.
Pengendalian hama
Pestisida dapat digunakan jika ada indikasi serangan hama pada singkong. Penyemprotan pestisida dilakukan di pagi atau sore hari dengan dosis sesuai dengan tingkat serangan. Proyek ini akan mencoba menggunakan biopestisida dan mengurangi penggunaan pestisida kimia. V.1.1.8.
Panen
Panen dapat dilakukan ketika singkong berusia 6-12 bulan, tergantung pada permintaan pasar. Panen singkong dilakukan hanya dengan menarik keluar batangnya dari tanah. Potong akar/umbi dari batang sesuai ukuran yang diminta, keringkan dengan menggunakan matahari terbit, dan dikumpulkan ke sebuah tempat dan dimasukkan ke dalam karung. Kemudian siap untuk dipasarkan. V.1.1.9.
Pengolahan pasca panen
Pengolahan pasca panen tergantung pada permintaan pasar. Umbi spesies ini dapat dipanen pada usia 8-9 bulan dengan rasa lezat dan renyah, singkong dapat menghasilkan turunannya, seperti geplak dan sayuran pengganti lainnya. Sedangkan umbi dengan usia 9-12 bulan mengandung kadar pati yang tinggi dan sangat baik untuk tepung gaplek, tepung tapioka, tepung terigu pengganti, pupuk organik dari singkong, dan bioetanol.
32
V.1.2. Kerangka Waktu Produksi The time frame of production may be drawn as followings: Kerangka waktu produksi dapat disusun sebagai berikut: Tabel 5. Kerangka waktu kegiatan No.
Tahapan Kerja
Kerangka Waktu (bulan) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1.
Menyediakan stek
2.
Pengolahan tanah
3.
Penanaman
4.
Pemeliharaan
5.
Pemupukan
6.
Penyiraman
dan
penyemprotan 7.
Penyemprotan pestisida
8.
Panen
9.
Pasca panen
V.2.
Sumber Daya dan Perlengkapan
Berdasarkan perhitungan awal, pekerja lapangan untuk proyek ini disusun dalam Tabel di bawah ini: Tabel 6. Tahapan kegiatan terkait jumlah tenaga kerja, kerangka waktu, dan biaya Tahapan Kerja
Tenaga
Durasi Kerja
Biaya
Kerja
(hari/bulan)
(Rp)
1
4
5.000.000
dengan 1
5
2.000.000
Pembuatan gundukan
1
5
2.000.000
Pembuatan lubang tanam
1
5
1.000.000
Penanaman
1
10
1.000.000
Penanaman kembali
4
2
200.000
Pemeliharaan
4
5
200.000
(orang) Pembukaan lahan (paket) Membajak
lahan
traktor
33
Pemupukan
4
30
200.000
Penyemprotan
2
30
200.000
5
200.000
Pengendalian
hama
dan 2
penyakit Panen
10
5
200.000
Pasca panen
4
10
200.000
Pengawas
1
12
800.000
Sepuluh orang akan dipekerjakan dalam proyek ini untuk kegiatan mulai dari persiapan lahan, penanaman singkong, panen, dan pengolahan pasca panen. Proyek ini juga membutuhkan pengawas untuk mengontrol dan mengawasi pekerjaan mulai dari persiapan lahan sampai pasca panen. Para pekerja berasal dari Benung, atau desa lain di dekat Benung seperti Keay, Tepulang atau Jengan Danum. Para petani akan diberikan serangkaian pelatihan yang berkaitan dengan penyiapan lahan, perkebunan, pemeliharaan, dan proses pasca panen.
V.3.
Manajemen dan Organisasi
Manajemen dan organisasi dalam proyek singkong ini mencakup tiga komponen penting: Kelompok petani di bawah badan hukum Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Unit usaha singkong (singkong gajah) berperan mengumpulkan seluruh produk dari petani dan memasarkannya kepada pembeli. Unit kredit akan memberikan pinjaman lunak kepada petani. V.3.1. Organisasi Petani Organisasi berbasis masyarakat (KSM) adalah organisasi petani di kabupaten Damaisub, khususnya di desa Benung. KSM berperan sebagai tempat diskusi dan pertukaran informasi, termasuk pembangunan kapasitas. KSM adalah kelompok petani lokal, khususnya petani singkong di setiap desa di kecamatan untuk meningkatkan kehidupan mereka dengan mengembangkan singkong (singkong gajah) sebagai komoditas. TSM akan membuka kemitraan dengan
34
Masyarakat Singkong Indonesia untuk meningkatkan peran dan fungsi KSM di Damai, terutama dalam meningkatkan keterampilan dan pengetahuan petani. V.3.2. Unit Usaha Unit usahas berfungsi untuk menjual/memasarkan produk panen dari petani kepada pembeli berdasarkan permintaan. Unit usaha berada di bawah struktur KSM tetapi badan hukumnya mungkin berupa koperasi atau entitas lain (seperti UD, CV, PT, KSU11) yang berperan memfasilitasi proses pemasaran. Ini akan menghindari praktik monopoli dan mendapatkan harga yang lebih baik di tingkat petani. Kemitraan dengan MSI (Masyarakat Singkong Indonesia) harus dikembangkan untuk mendukung KSM dan unit usahanya dalam memperbesar jaringan pemasaran kepada mitra MSI. V.3.3. Unit Kredit Di Kecamatan Damai, ada Credit Union (CU Sepekat Ningkah Olo) yang beroperasi sejak beberapa tahun yang lalu dan membuka kantor di Desa Jengan Danum. Sebagian besar masyarakat setempat di Damai adalah anggota CU Sepekat Ningkah Oloh dengan jumlah anggota 5.300 orang dengan 4 loket pembayaran. Unit kredit akan menjadi bagian dari struktur KSM di mana anggota KSM adalah anggota dari unit credit juga. Aset CU Sepekat Ningkah Olo mencapai Rp 82 miliar. Dengan menerapkan suku bunga 1-1,25% per bulan atau sama dengan 8% per tahun, CU Sepekat Ningkah Olo memberikan kemudahan bagi anggota untuk menerima pinjaman lunak untuk kebutuhan mereka, terutama untuk tujuan pertanian. Sementara itu, dibandingkan dengan bank lokal di Kutai Barat, skema kredit oleh bank lokal berlaku 0,8% per bulan (berfluktuasi) berdasarkan tingkat saat ini. Menurut kantor pusat Bank Kaltim di Samarinda, mereka memiliki program untuk memberikan pinjaman untuk sektor agribisnis, termasuk singkong. Sebuah bagian dari proyek singkong di Kota Bangun telah didukung oleh Bank Kaltim bekerja sama dengan Masyarakat Singkong Indonesia (MSI). Alternatif lain untuk membiayai KSM secara memadai dapat digunakan dari pinjaman lunak lokal yang diberikan oleh pemerintah daerah Kutai Barat. Kredit dapat diterima melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat Kutai Barat yang
11
UD: Usaha Dagang, CV: Persekutuan Komanditer, PT: Perseroan Terbatas, KSU: Koperasi Serba Usaha
35
menyediakan kredit mikro hingga Rp 5 juta per Kegiatan Usaha Masyarakat. Sedangkan Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kutai Barat memberikan pinjaman lunak hingga IDR 100 juta per kegiatan usaha masyarakat dengan tingkat bunga 0,5% per bulan. Berdasarkan informasi ini, hubungan komponen struktur/organisasi dapat digambarkan sebagai berikut: Diagram 4. Organisasi dan unitnya dalam KSM
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
Unit Usaha (UD, CV, PT, KSU)
Dengan dukungan dari Msyarakat Singkong Indonesia/ MSI
Kelompok tani
Unit Keuangan (CU, BPR, PNPM)
Terkait dengan fungsi manajemen dan organisasi di atas, semua petani yang terlibat sebagai anggota organisasi harus menandatangani perjanjian yang terkait dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Itu akan ditulis dalam perjanjian pengembangan usaha untuk proyek singkong antara petani dan tiga unit organisasi.
V.4.
Analisis SWOT
Terkait dengan pengembangan proyek Manihot esculenta di Damai, analisis SWOT mutlak diperlukan. Termasuk di dalamnya adalah dua faktor eksternal dan dua faktor internal. Faktor eksternal meliputi peluang dan ancaman. Sedangkan faktor internal merupakan kekuatan dan kelemahan. Atau dari sudut pandang lain, Kekuatan dan Peluang dapat dianggap sebagai faktor positif, dan Kelemahan dan Ancaman adalah faktor negatif.
36
Analisis SWOT proyek singkong di desa Benung Kecamatan Damai digambarkan sebagai berikut: V.4.1. Kekuatan (Strengths) Lahan kritis di Damai adalah area besar yang berpotensi dan akan menjadi faktor penting dalam pengembangan proyek. Berdasarkan hasil analisis, terdapat sekitar 108,523.46 hektar lahan kritis di Kecamatan Damai. Sebagian besar lahan tersebut terletak di kawasan non-hutan. Teknologi dalam budidaya singkong tidak terlalu diperlukan karena tahapannya biasanya dilakukan oleh petani lokal. Hal ini menyebabkan kemauan dan antusiasme petani lokal untuk terlibat dalam proyek tersebut. Kekuatan yang lain terkait dengan pinjaman lunak dari CU di Damai. Credit Union telah menyediakan skema kredit untuk budidaya manihot cassava. Jika proyek ini cukup berhasil, maka lembaga keuangan lokal lainnya juga akan memberikan skema kredit yang sama. V.4.2. Kelemahan (Weaknesses) Manihot esculenta atau biasa dikenal dengan singkong raksasa (singkong gajah) merupakan varietas yang baru ditemukan dan spesies endemik di Kalimantan Timur. Produksi umbi mungkin 10 kali dari spesies singkong biasa. Namun, Manihot esculenta tidak dikenal secara umum oleh petani setempat. Hal ini menyebabkan salah urus dan kesulitan untuk mengolahnya di lahan mereka. Selain pengalaman dan keterampilan, informasi dan pengetahuan tentang bagaimana cara mengolah Manihot esculenta masih terbatas.
Kondisi
lain
yang
dikategorikan
sebagai
kelemahan
terkait
dengan
kelembagaan/organisasi petani. Keterampilan manajemen organisasi petani sangat rendah. Hal ini menyebabkan terbatasnya pasar yang dapat diakses dan disuplai. V.4.3. Peluang (Opportunities) Salah satu prioritas pengembangan pertanian di Kalimantan Timur seperti yang diumumkan oleh gubernur Kaltim terpilih—Awang Farouk Ishak dan Mukmin Faisal—adalah mengintensifkan pengembangan pangan alternatif selain beras. Program penanaman Manihot esculenta merupakan salah satu prioritas provinsi Kalimantan Timur. Pengurangan ketergantungan pada beras tidak hanya untuk pilihan makanan, tetapi juga untuk tujuan lain, termasuk energi. 37
Manihot esculenta memiliki kandungan yang sangat baik untuk bioetanol sebagai energi alternatif untuk masa depan kita. Selain itu, pasar Manihot esculenta semakin baik dan luas. Cina adalah negara yang telah menginvestasikan dana mereka untuk mengembangkan industri tapioka di Kalimantan Timur. Investor Cina juga telah memindahkan industri mereka di Sulawesi Tengah ke Kalimantan Timur karena peluang di Kalimantan Timur lebih baik daripada Sulawesi Tengah. Dukungan besar dari pemerintah daerah Kutai Barat adalah faktor lain yang mendukung proyek ini. Pemda Kutai Barat telah berkomitmen untuk memberikan pinjaman lunak untuk pengembangan proyek singkong. Komitmen ini juga didukung oleh MSI (Masyarakat Singkong Indonesia) dengan memperkuat jaringan pemasaran. V.4.4. Ancaman (Threats) Para petani singkong yang terlibat dalam proyek singkong di Kecamatan Damai akan menghadapi setidaknya dua ancaman, termasuk ketersediaan sarana produksi singkong dan ketidakpastian pasar. Karena program ini diperkenalkan secara gencar dan intensif oleh pemerintah provinsi, ketergantungan kepada pemerintah provinsi akan tinggi. Ini akan mencakup ketersediaan bibit, dana, dan sarana produksi lainnya. Tanpa dukungan yang besar dari pemerintah kabupaten setempat, akan sulit bagi petani untuk menanam. Sementara itu, pasar juga terbatas pada beberapa industri tanpa ada informasi tentang bagaimana pasokan dari petani singkong yang ada dan kapasitas pabrik. Kelebihan pasokan dari petani akan menjadi ancaman serius bagi proyek ini, selain ketidakpastian harga di tingkat petani atau industri. Tabel 7. Analisis SWOT proyek percontohan Manihot esculenta di Benung, Kutai Barat
E
k
s
t
e
Internal
38
Kekuatan (S) 1.
Kelemahan (W)
Lahan
untuk
budidaya
singkong
2.
1.
Manihot
varietas baru yang belum
esculenta tersedia banyak
pernah
di Desa Benung
skala besar.
Budidaya
singkong
(Manihot
esculenta)
2.
perlu
teknologi
hampir
tinggi,
sama
menanam
3.
dengan
Keterampilan
dan
budidaya
Manihot
esculenta terbatas
Petani lokal di Benung
melakukan
organisasi
pengetahuan tentang cara
singkong
dan
Manajemen
dalam
rendah.
spesies lainnya.
bersedia
ditanam
lemah. Kapasitasnya masih
sangat sederhana, tidak
3.
Manihot esculenta adalah
antusias budidaya
4.
Tidak tersedia pengawas atau penasihat di Benung atau Damai
Manihot esculenta 4.
Mendukung
organisasi
untuk menyediakan kredit dan
pemasaran
telah
disiapkan.
V.4.5. Strategi Pengembangan Usaha Berdasarkan analisis SWOT di atas, strategi pengembangan usaha adalah sebagai berikut: V.4.5.1.
Strategi
pengembangan
organisasi
petani
Manihot
esculenta; Bekerja sama erat dengan MSI untuk meningkatkan manajemen organisasi, termasuk pengetahuan tentang budidaya, pemasaran, jaringan dan pengawasan. Meningkatkan kelompok tani untuk menjadi Organisasi Berbasis Masyarakat (KSM) sebagai kelompok besar petani singkong (Manihot esculenta). Penting untuk membantu komunikasi antarpetani dalam
39
membahas masalah yang dihadapi selama penanaman, aspek kelembagaan dan pembiayaan usaha. Sosialisasi kepada petani terkait strategi pengembangan singkong, peluang usaha, peluang pasar, ketersediaan lahan yang memadai, dan budidaya. V.4.5.2.
Strategi budidaya singkong (Manihot esculenta)
Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mengenai budidaya untuk meningkatkan produktivitas dan turunannya. Sosialisasi hasil penelitian kepada para petani terkait Manihot esculenta. Dukungan
dari
pemerintah
provinsi
dan
kabupaten
untuk
mengembangkan proyek singkong V.4.5.3.
Strategi pengembangan unit kredit
Pengembangan kemitraan dengan credit union/CU di Benung atau Damai untuk memberikan pinjaman lunak untuk proyek ini Kerja sama yang kuat dengan pemerintah daerah Kutai Barat untuk mendapatkan
pengetahuan
teknis
dan
pinjaman
lunak
untuk
mendukung proyek untuk memastikan keberlanjutan usaha. V.4.5.4.
Strategi pengembangan unit usaha
Membangun unit usaha untuk mengumpulkan dan memasarkan produkproduk dari petani Mendukung program pemerintah dengan memanfaatkan lahan kritis yang tidak dikelola di Damai, terutama dalam memasok alternatif makanan dan biofuel melalui budidaya Manihot esculenta. Perluasan perkebunan untuk memasok industri. Membangun kemitraan yang kuat dengan MSI (Masyarakat Singkong Indonesia), terutama untuk segmen pasar dan jaringan. Meningkatkan kapasitas petani dalam pengelolaan keuangan dan pemasaran
4 0
VI. Manfaat Pertumbuhan Hijau
VI.1. Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca Menurut Christanty12 et al. (1996), penelitian menunjukkan bahwa singkong pada usia 2-9 bulan berpotensi menyerap 0,1422-3,3584 ton/ha. Dengan proyek seluas 25 hektar, potensi cadangan karbon dari budidaya singkong adalah 2,844-83,96 tC. Hal penting lainnya dalam proyek ini adalah penggunaan energi surya untuk mengaktifkn pompa air di daerah percontohan. Dengan total konsumsi 250-300 watt per pompa air, proyek ini akan menggantikan penggunaan generator listrik dengan panel surya yang akan bersih dari emisi. Jumlah pengurangan emisi per pompa air dengan menggunakan sistem panel surya adalah 35.156,7945 kgCO2/bulan13 atau 1.757.839,725 kgCO2/periode panen untuk seluruh wilayah percontohan.
VI.2. Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan Aspek ini menyoroti pentingnya keluaran ekonomi nasional, provinsi dan kabupaten (PDB), didukung sedemikian rupa sehingga menghasilkan pembangunan sosial berbasis luas dan kemakmuran. Pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat setempat, khususnya di Damai akan meningkat jika institusi dan pasar jaringan petani lokal diperkuat. Pendapatan lokal per bulan untuk petani di Desa Benung adalah Rp 2.000.000 – 1.500.000. Sedangkan jika petani memiliki minimal 2 hektar lahan, proyek singkong akan memberikan kontribusi untuk menghasilkan setidaknya Rp 50 juta per 10 bulan atau Rp 5 juta per bulan. Artinya, kenaikan lebih dari 100% dari pendapatan yang akan diterima oleh petani.
VI.3. Ekosistem yang Sehat dan Produktif Bagian ini menyoroti pertumbuhan yang menopang modal alam, terutama stok alam yang memasok aliran jasa ekosistem penting secara berlanjut. Stok ini, misalnya, menyediakan air bersih, memberikan kontribusi penting bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan manusia tetapi sering diabaikan dalam pengambilan keputusan karena mereka tidak dilihat sebagai masukan dalam produksi ekonomi.
41
Sebuah lingkungan yang lebih baik yang dihasilkan dari penggunaan bahan ramah
lingkungan
menunjukkan
bahwa
perkebunan
singkong
akan
mengurangi tidak hanya emisi, tetapi juga sumber daya tidak efektif dan tidak efisien lainnya. Dampak dari ini, ekosistem dan lingkungan akan lebih sehat, produktif, dan berkelanjutan. Khusus untuk kebakaran hutan/lahan di lahan yang ditinggalkan atau tidak dikelola akan berisiko tinggi dan menyebabkan masalah kesehatan.
VI.4. Pertumbuhan yang Inklusif dan Adil Pilar pertumbuhan yang inklusif dan adil menyoroti pertumbuhan untuk kepentingan masyarakat, baik yang di daerah perkotaan maupun pedesaan, yang kaya maupun yang terpinggirkan. Dimensi ini merupakan tujuan utama dari pertumbuhan hijau, dan sangat berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi dan kualitas lingkungan. Negara-negara dengan tingkat kemiskinan dan ketimpangan yang lebih tinggi cenderung mendapatkan manfaat lebih dari intervensi pertumbuhan hijau. Jumlah orang miskin di Kutai Barat adalah 11.256 orang atau sekitar 22,31% dari total rumah tangga (Kutai Barat Dalam Angka, 2013). Sementara itu, di Damai 770 orang berada di bawah garis kemiskinan atau sekitar 8% dari total penduduk Damai. Diharapkan bahwa proyek akan memberikan kontribusi peningkatan pendapatan yang signifikan di Benung dari budidaya singkong. Ini setidaknya akan mengurangi kemiskinan di Damai.
VI.5. 6.5. Ketahanan Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Ketahanan
sosial,
ekonomi,
dan
lingkungan
sangat
terkait
dengan
pertumbuhan yang membangun ketahanan ekonomi, keuangan, sosial, dan lingkungan dan tentang kemampuan sistem untuk menahan guncangan eksternal (misalnya beradaptasi dengan dampak fisik dari perubahan iklim, diversifikasi sektor ekonomi, ketahanan pangan, mata uang, dan stabilitas perdagangan). Budidaya singkong di desa Benung tidak hanya akan memberikan kontribusi pada ketahanan sosial ekonomi, tetapi juga meningkatkan ketahanan lingkungan dengan menggunakan kompos pupuk kandang dan pupuk organik, dan menggantikan listrik dari fosil (generator) ke sistem panel surya.
42
Menggunakan limbah singkong untuk pakan babi juga akan berkontribusi terhadap efisiensi dan efektivitas produk.
43
Lampiran Lampiran 1. Analisis Keuangan Perkebunan Aren Gunung Rempah JENIS
NILAI
PENJELASAN
KEMAMPUAN MEMENUHI
43.066.817
Kemampuan dana
PERSYARATAN MODAL (IDR)
maksimum > dana yang disediakan
PERIODE MODAL KERJA
20
DALAM BEBERAPA TAHUN TOTAL KREDIT
Periode kerja komoditas proyek
2.648.915.76
Total pinjaman dari pihak
4
ketiga (lembaga keuangan)
PERIODE KREDIT DALAM
5
Periode pinjaman
PENDAPATAN SEBELUM
125.828.876.
pendapatan bersih
PAJAK (IDR)
037
sebelum pajak selama
BEBERAPA TAHUN
periode proyek PENDAPATAN SEBELUM
6.291.443.80
pendapatan bersih rata-
PAJAK (RATA-RATA - IDR)
2
rata sebelum pajak selama periode proyek
PENDAPATAN SETELAH
124.262.895.
total pendapatan bersih
PAJAK (TOTAL - IDR)
161
setelah pajak selama periode proyek
PENDAPATAN SETELAH
6.213.144.75
pendapatan bersih rata-
PAJAK (RATA-RATA- IDR)
8
rata setelah pajak selama periode proyek per tahun
LABA BERSIH SETELAH
123.313.129.
total pendapatan bersih
BUNGA (TOTAL - IDR)
189
setelah dikurangi bunga pinjaman selama periode proyek
LABA BERSIH SETELAH BUNGA (RATA-RATA - IDR)
total pendapatan bersih 6.165.656.45
rata-rata setelah
9
dikurangi bunga pinjaman
4 4
JENIS
NILAI
PENJELASAN selama periode proyek per tahun
Nilai Bersih Sekarang (NPV)
12.073.242.2
nilai sekarang dari arus
(IDR)
32
kas bersih dari pengeluaran investasi (harus bernilai positif)
Tingkat Pengembalian Internal
37%
(IRR)
Persentase yang dihasilkan pendapatan bersih harus lebih tinggi dari suku bunga pinjaman
Tingkat Pengembalian Rata-
345%
rata (ARR)
persentase rata-rata pendapatan bersih harus lebih tinggi dari perkiraan persentase tingkat pendapatan
Periode Pengembalian (PP)
6,03
periode pengembalian investasi (dalam tahun, harus di bawah periode proyek)
Index Profitabilitas (PI)
34,73
nilai sekarang di masa depan dibandingkan dengan nilai investasi saat ini harus di atas 1
Titik Impas (BEP) (IDR)
1.181.945.41
Penjualan minimum
9
dalam Rupiah dalam satu periode panen
Titik Impas (BEP) (UNIT)
-
total kuantitas penjualan minimum dalam satu musim
RASIO OPERASI
19,65%
Total biaya produksi harus di bawah nilai jual (di bawah 100%)
45
JENIS
NILAI
PENJELASAN
RASIO MARGIN OPERASI
80,35%
Nilai profit sebelum pajak di atas nilai perkiraan laba + pajak pendapatan
RASIO MARGIN BERSIH
79,35%
nilai pendapatan setelah pajak di atas nilai perkiraan laba
TINGKAT PENGEMBALIAN
657,46%
INVESTASI (ROI)
nilai laba sebelum pajak di atas 100% nilai investasi aset tetap
TINGKAT PENGEMBALIAN
649,28%
INVESTASI BERSIH
nilai laba setelah pajak di atas nilai investasi aset tetap
OMSET ASET
818,23%
0
OMSET MODAL KERJA
525,28%
nilai jual di atas 100% modal kerja
MARGIN UNTUK RATIO
4691,09%
0
12985,54%
nilai jual di atas 100%
UTANG MARGIN UNTUK RASIO EKUITAS RASIO UTANG
modal kerja 73,46%
perbandingan dengan rasio ekuitas
RASIO EKUITAS
26,54%
perbandingan dengan rasio utang
RASIO UTANG TERHADAP
8,89%
MODAL KERJA UTANG TERHADAP EKUITAS
utang dibandingkan modal kerja
276,81%
utang dibandingkan modal sendiri
4 6
Lampiran 2.Ringkasan Analisis Keuangan NO.
Aspek Nilai
indikator
Ringkasan Analisis
Kemampuan 1
memenuhi persyaratan
Nilai positif
modal Periode 2
Pengembalian (PP) Nilai Bersih
3
Sekarang (NPV) Indeks
4
Profitabilitas (PI) Tingkat
5
Pengembalian Internal (IRR)
Periode Pengembalian < pengembalian
1 tahun
0.33 BULAN
8 HARI
maksimum Nilai Bersih Sekarang (NPV) > 0
8.258.026.219
Indeks Profitabilitas
17,3
(PI) > 1 Tingkat Pengembalian
154,006%
Internal (IRR) > PERKIRAAN LABA Tingkat Pengembalian
Tingkat 6
Rata-rata (ARR) >
Pengembalian PERKIRAAN Rata-rata
Tingkat
(ARR)
Pengembalian
342,11%
Perhitungan Minimum 7
8
277.355.78
Titik Impas (BEP) Analisis Rasio
389.69 LABA
7
OPERASIONAL
47
PENJUALAN (EBIT/PENJUALAN) LABA OPERASIONAL
26
TERHADAP BIAYA (EBIT/BIAYA) LABA BERSIH PENJUALAN
7
(EAT/PENJUALAN) LABA BERSIH TERHADAP BIAYA
26
(EAT/BIAYA)
4 8
Lampiran 3. Analisis Aset Tetap
JENIS
Lahan
KUANTI TAS
20
HARGA/ KUANTITA
HARGA
S
ha
-
USIA
TOTAL
-
DEPRESIASI @BULA
TH BLN @ TAHUN
N
@ MUSIM
10
-
-
120
-
uni Bangunan
1
t
30.00 15.000.000 15.000.000
5
60
3.000.000
250.000
3.000.000
uni Cangkul
10
t
TOT
0
10.00 100.000 1.000.000
1
12
1.000.000
83.333
1.000.000
0
25.000 250.000
1
12
250.000
20.833
250.000
2.500
50.000 500.000
1
12
500.000
41.667
500.000
5.000
200.000 400.000
2
24
200.000
16.667
200.000
2.000
uni Arit
10
t
uni Parang
10
Penyemprot Serangga
t
uni 2
t
Sumur+ pompa air dalam
26.00 4
set
13.000.000 52.000.000
20
240
2.600.000
216.667
2.600.000
0
Galon air 5000 liter + Pipa + Kerangka
88.00 4
set
11.000.000 44.000.000
5
60
8.800.000
733.333
8.800.000
0
Fotovoltaik Surya +Pengendali + Pengubah
16.00 4
set
8.000.000 32.000.000
20
240
1.600.000
133.333
1.600.000
4 9
0
Baterai Bebas Perawatan (MF)
TOTAL
25.00 4
set
1.250.000 5.000.000
2
24
2.500.000
208.333
2.500.000
0
150.150.00
20.450.00
1.704.1
20.450.00
204.5
0
0
67
0
00
50
Lampiran 4. Analisis Titik Impas (Break Event Point) JENIS
TOTAL
HASIL DALAM SATUAN PRODUKSI
24.000.000
HARGA JUAL PER SATUAN PRODUKSI
712
TOTAL SALES
17.081.564.760
JENIS
TOTAL
Bangunan
30.000.000
Cangkul
10.000.000
Arit
2.500.000
Parang
5.000.000
Penyemprot Serangga
2.000.000
Sumur + pompa air dalam
26.000.000
Galon air 5000 liter + Pipa + Kerangka
88.000.000
Fotovoltaik Surya + Pengendali + Pengubah
16.000.000
Baterai Bebas Perawatan (MF)
25.000.000
TOTAL BIAYA TETAP
204.500.000
JENIS
BIAYA BIBIT
TOTAL
-
BIBIT (STEK BATANG SINGKONG)++
160.800.000
Total biaya “bibit”
160.800.000
BIAYA PUPUK
-
Pupuk Organik "G1 WIJAYA"
1.304.760.000
Cairan Coklat "G1 WIJAYA"
60.888.800
Pestisida Cair Organik
217.460.000
Pengiriman (SBY - KUBAR) - KONTAINER
858.967.000
total biaya pupuk
BIAYA BAHAN LAINNYA
2.442.075.800
-
51
JENIS
TOTAL
karung
15.709.958
Total biaya lain
15.709.958
BIAYA TENAGA KERJA
-
Pembukaan lahan (paket)
200.000.000
Pembajakan lahan dengan traktor
157.099.577
Pembuatan gundukan
157.099.577
Pembuatan lubang tanam
78.549.789
Penanaman
157.099.577
Penanaman kembali
25.135.932
Pemeliharaan
62.839.831
Pemupukan
377.038.985
Penyemprotan
188.519.493
Pengendalian hama dan penyakit
31.419.915
Panen
157.099.577
Pasca panen
125.679.662
Supervisor Pengawas
150.815.594
Total biaya tenaga kerja
1.868.397.510
TOTAL BIAYA VARIABEL
4.486.983.268
JENIS
NILAI
TOTAL PENJUALAN
17.081564.760
HARGA PENJUALAN/KUANTITAS
712
TOTAL BIAYA TETAP
204.500.000
TOTAL BIAYA VARIABEL
4.486.983.268
BIAYA VARIABEL/KUANTITAS
187
ANALISIS
52
BEP dalam MONETER (TOTAL AREA)
277.355.781,58
IDR
BEP dalamUNIT (TOTAL AREA)
389.691,39
KG
53
Lampiran 5. Unit Peta Tanah Kutai Barat
54
Lampiran 6. Peta Sistem Lahan Damai
55