GERAKAN RADIKAL, TERORISME DAN PEMAHAMAN KEAGAMAAN KONTRA RADIKAL TERORISME Jumat, 05 Desember 2014 00:00
GERAKAN RADIKAL, TERORISME DAN PEMAHAMAN
KEAGAMAAN KONTRA RADIKAL TERORISME [1]
Oleh:
Duski Samad [2]
A. PENDAHULUAN
Istilah radikal, teroris, fundamentalis, garis keras dalam pemakaiannya hampir selalu diartikan sebagai hal yang negative dan mencemaskan. Walaupun secara akademik istilah itu tidak semuanya berkonotasi negative. Radikal dan fundamental misalnya, itu artinya kembali ke aslinya dan dasar-dasarnya. Namun, pengunaan kata radikal dan fundamental oleh media sering distorsi, yaitu cara-cara, tindakan dan gerakan yang bersifat keras, kasar dan kejam.
Membincangkan gerakan radikal pada dasarnya bermula pada pencermatan terhadap perubahan sosial yang terjadi menimbulkan suasana tidak pasti bahkan cenderung membawa kemunduran moralitas sehingga terjadi degradasi moralitas kehidupan manusia. Dampak lanjutan dari bacaan yang tidak utuh pada perubahan social maka penggerak radikalisasi melihat hal ini sebagai peluang dengan cara memanipulasi emosi dan sentimen keagamaan mendorong masyarakat untuk menentang suasana mapan dalam perkembangan masyarakat.
Radikalisasi pada tahap awal adalah bahagian dari gerakan social yang mengemuka dalam tindakan kolektif yang diorganisir secara longgar tanpa cara terlembaga untuk menghasilkan perubahan dalam masyarakat. Komponen gerakan sosial (1) bangun tata kehidupan baru (2)
1/8
GERAKAN RADIKAL, TERORISME DAN PEMAHAMAN KEAGAMAAN KONTRA RADIKAL TERORISME Jumat, 05 Desember 2014 00:00
mengubah tatanan sosial (3) mengubah norma dan nilai (4) dorong atau hambat perubahan dalam masyarakat (5) mengendalikan perubahan atau mengubah arah perubahan. Gerakan social sangat berpeluang mendorong terjadinya gerakan radikalisasi.
Untuk menghindari salah sangka, curiga dan sinisme terhadap paham radikalis dan sejenisnya, dan sekaligus mewaspadai, meluruskan perlu pemahaman yang utuh dari tokoh agama dan siapa saja yang peduli dengan kebaikan umat.
B. PEMAHAMAN KONSEPTUAL
Kata radikalisasi (radikal) berasal dari kata radix artinya akar. Bila ditambah kata isme maka, radikalisme berarti paham yang bercita-cita untuk kembali ke akar ide. Ketika radikal dihubungkan dengan Islam, maka radikalisme paham yg bercita-cita kembali kapada Islam yang murni sebagaimana dibawa Nabi Muhammad SAW dan para sahabat.
Dalam realitas social keumatan radikalisme sebagai paham dan gerakan dipicu oleh fundamentalisme dalam kehidupan keagamaan yang menyebabkan terjadinya eksklusivisme dalam pergaulan sosial yang ujungnya memicu konflik horizontal. Jika radikalisme teraktualisasikan dalam bentuk interaksi politik kenegaraan, memicu terjadinya gerakan ekstrimisme dan atau terorisme.
Dapat juga dikatakan bahwa orang atau kelompok yang dikatakan radikal adalah mereka yang memiliki sikap keras dan keinginan untuk merubah sesuatu yang dianggap tidak sejalan tanpa kompromi. Lazimnya, karakter radikal dalm agama itu muncul disaat teks suci dimaknai dengan arti literalnya saja. Tertutup dalam melihat kompleksitas satu teks suci sebagai sumber dasar ajaran agama.
2/8
GERAKAN RADIKAL, TERORISME DAN PEMAHAMAN KEAGAMAAN KONTRA RADIKAL TERORISME Jumat, 05 Desember 2014 00:00
Dalam pergaulan dan interaksi social mereka yang radikal cendrung memiliki sikap ekskulsivis me(tertutup hanya dia saja yang benar, monopoli kebenaran), intoleran (tidak tolerans dan cendrung melihat lawan dari sisi negative saja), fanatisme (fanatic buta dan tidak membuka ruang untuk berbeda) dan militanisme (orang gigih, tertutup menerima masukan dan pendapat pihak lain).
Dengan sikap itu, maka radikalisme selalu terdorong untuk melakukan gerakan dan upaya membersihkan dan berjuang memurnikan agama dari isme-isme yang lain. Isme-isme modern bagi mereka tidak ubahnya kotoran bagi keyakinan, debu-debu keimanan dan penggoda yang memikat tetapi menjerumuskan. Modernitas yang mengandung liberalisme, humanism dan pluralisme, bagi radikalisme ini adalah ilusi yang akan menjebak ummat beragama ke ruang-ruang kegelapan, dan kesesatan.
Sebagai contoh Innaddina `indallah al-Islam dalam pandangan ini artinya menolak segala isme-isme (paham apapun). Isme-isme lainnya hanyalah menawarkan madu beracun yang tidak boleh di dekati sama sekali. Radikalisme menolak pluralitas pemaknaan kebenaran agama. Kebenaran tafsir agama adalah kebenaran yang menurut mereka benar. Di luar itu adalah kekeliruan, dzulumaat (kegelapan), kesesatan bahkan kekafiran.
Kaum radikal menolak segala paham pluralis. Sebab pluralis disamping adalah anak kandung modernism, juga paham ini membuat ruang tafsir terhadap teks agama menjadi terbuka lebar. Berjuang melakukan gerakan-gerakan lewat politik kekuasaan untuk mewujudkan tujuannya adalah jihad, kata mereka. Sikap dan karakter radikal itu adalah ekslusif, tekstualis, fanatisme aliran, anti dialog, reaktif, revolusioner, loyalitas penuh kepada pemimpin dan sangat anti pluralisme, sekularisme dan libralisme, dan paham lainnya yang hidup.
C. MENGAPA ADA GERAKAN RADIKAL?
Menelisik gerakan radikal harus mencari ke asalnya, yaitu orentalisme. Sejak awal gerakan orientalisme mendorong umat Islam yang dibentuk melalui sikap asosiatif yaitu meninggalkan
3/8
GERAKAN RADIKAL, TERORISME DAN PEMAHAMAN KEAGAMAAN KONTRA RADIKAL TERORISME Jumat, 05 Desember 2014 00:00
pemikiran agamis berubah menjadi pemikiran modern. Pemikiran orientalisme merekayasa dengan berbagai cara untuk merendahkan ajaran serta tradisi Islam agar generasi muda meninggalkan Islam. Sementara tokoh agama tidak mampu memenangkan pertarungan pemikiran (gazwul fikri) karena sikap mereka yang lunak berdamai dengan modernitas.
Bersamaan dengan itu kekuatan ekonomi dunia dikuasai oleh negara-negara Eropah Barat, Amerika dan kelompok yang berlatar budaya kuning, Korea, Taiwan, Cina, Jepang, Singapura sebaliknya negara-negara yang memiliki komitmen terhadap agama terutama muslim mengalami ketertinggalan di bidang ekonomi padahal mereka memiliki sumber daya alam yang berlimpah. Hal ini pada tingkat individu menimbulkan kesenjangan ekonomi dan pada tingkat global menumbuhkan kesadaran akan rasa keterancaman bagi kelompok umat beragama, khususnya Islam.
Kebijakan politik yang cenderung demokrasi-liberal, berpihak pada pemilik modal, kekuatan-kekuatan asing, eksploitatif, bahkan politik pembodohan rakyat, melahirkan tindakan skeptis masyarakat. Reaksi terhadap format politik tersebut mudah digerakkan serta dimanipulasi kekuatan radikal seakan-akan sebagai pejuang kebenaran dan keadilan. Faktor modernitas mendorong mobilitas sosial sehingga masyarakat yang semula homogen ras, budaya maupun agama berubah menjadi heterogen juga memicu kelompok pengamal agama yang taat, tapi lemah ilmu, mencari kemurnian memiliki identitas sendiri dalam bentuk aliran sempalan yg mengklaim sebagai umat yang masih murni mengamalkan agama.
Terjadi jarak yang semakin lebar antara Islam cita-cita dengan Islam pada kenyataan oleh karena itu mendorong terjadi gerakan kembali kepada cita-cita awal. Sayangnya, dalam pelaksanaan sering terjadi penyimpangan dari tujuan yang ideal itu akibat dari perubahan pengertian menjadi tindakan kekerasan. Para ahli menyebut pada dasarnya setiap agama memiliki potensi terhadap gerakan radikalisme karena memuat ajaran konsep ideal kehidupan, ajaran etika, klaim kebenaran/keselamatan, panggilan suci, upaya dorong kepada kebenaran. Patut disayangkan opini publik umat Islam dikatakan radikalis, dan sasaran streotip/stigma yang dibangun media barat, sekalipun benturan peradaban selain Islam termasuk juga budaya kuning (yellow culture).
Secara sosiologis mengapa agama dijadikan alasan munculnya tindakan radikal, fundamental ataupun teroris, setidaknya karena ada dua pandangan mengenai agama yang dilansir justru oleh penganut agama itu sendiri, pertama pandangan bahwa agama adalah penyebab kemunduran umat Islam jika ingin maju maka harus melepaskan baju agama. Pemikiran ini merupakan produk sekularisme yang secara filosofi anti terhadap agama, sayang di antara
4/8
GERAKAN RADIKAL, TERORISME DAN PEMAHAMAN KEAGAMAAN KONTRA RADIKAL TERORISME Jumat, 05 Desember 2014 00:00
umat beragama termakan racun orentalis ini.
Pandangan kedua adalah mereka yang menyatakan bahwa dunia saat ini dipandang tidak lagi akan mendatangkan keberkahan dari Allah Swt, penuh dengan kenistaan, sehingga satu-satunya jalan harus kembali kepada agama. Namun metodenya tidak memadai dengan konsep berangsur-angsur (al tadrij fi al dakwah) oleh karena itu harus dilakukan dengan cara-cara yang sempit, keras, kaku dan memusuhi segala hal yang berbau modernitas. Jalan pikiran paham ini disebut fundamentalisme dan inilah yang dikemas oleh teroris menjadi jihad .
Dua corak pemikiran inilah yang melahirkan tindakan-tindakan yang kontra produktif bagi agama dan dampaknya terhadap keutuhan bangsa. Kedua trend pemikiran yang satunya menolak agama dan yang kedua mengajak kepada paham agama yang keras, akan melahirkan reaksi yang bertentangan dengan tujuan agama yang ramah, santun dan damai. Bila diteliti dengan mendalam p emikiran garis keras Islam sesungguhnya sangat kecil, tetapi karena ia mampu membangun citra maka akibatnya wajah Islam yang moderat dan mayoritas seolah tertutup dan hilang, malah menjadi faktor pemecah antar umat.
Mengapa radikalis dan fundamentalis mudah tersulut menjadi teroris, atau menjadi martir dalam bentuk bom bunuh diri banyak alasan, akan tetapi faktor ini sangat terkait dengan pengalaman hidup individual seseorang. Suasana kehidupan ekonomi yg miskin, pendidikan yg terputus, kondisi keluarga yg mengalami broken home , kegagalan dalam karir dan kerjanya.
Akumulasi kegagalan dan kegelisahan yang tidak terpecahkan, dapat mendorong sesorang untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dan anarkis. Perasaan sebagai orang tertekan serta diskriminasi sosial yang menggunung akibat kegagalan hidup yang dideranya, mengakibatkan perasaan terisolasi dari masyarakat sehingga mereka menjadi masyarakat berada di garis marginal. Lembaga sosial dan pendidikan tidak melakukan pembinaan dan bimbingan kemudian melahirkan tindakan nekat.
Tindakan keras dapat juga bersumber dari cara perlakukan dunia barat yang memandang
5/8
GERAKAN RADIKAL, TERORISME DAN PEMAHAMAN KEAGAMAAN KONTRA RADIKAL TERORISME Jumat, 05 Desember 2014 00:00
budaya timur tidak sesuai dengan modernitas sehingga mendorong lahirnya upaya pencerdasan serta membuat jarak antara budaya timur dengan masyarakat. Penetrasi ini sebagian berhasil sehingga membuat perubahan peta budaya masyarakat yang tidak sejalan dengan karakter mereka. Akhirnya terjadi kejutan budaya (cultural shock) yang kemudian berakibat kelambanan budaya (cultural lag) . Hal ini mendorong lahirnya pembelaan terhadap tradisi timur melalui gerakan radikal dan barat dianggap sebagai kekuatan yang akan merongrong budaya timur.
D. UPAYA KONTRA GERAKAN RADIKAL
Langkah strategis yang segera dilakukan oleh semua pihak, terutama tentunya tokoh agama adalah menanamkan pemahaman terhadap teks suci (al-qur’an, hadis dan kitab agama yang standart) dengan pendekatan kontekstual, universal, dan tidak literal-harfiyah semata. Mendorong lahirnya tokoh umat yang tafaqquh fi al-Din artinya mereka mengerti dan menjunju ng tinggi semua ilmu agama, baik teoritis dan praktisi (jihad).
Gerakan radikalisme dan sejenisnya dapat dicegah dengan memperbanyak teladan (role model, uswatun hasanah ) yang mewujudkannya dalam sikap hidup inklusif, tolerans, antara sesama umat beragama dan intern mazhab dan aliran dalam satu agama. Menanamkan kemauan untuk mengedepankan nilai-nilai ajaran universal agama.1
Dilingkungan akademik patut juga diperhatikan bahwa benih radikalisme itu tidak jarang muncul pada kalangan anak muda terdidik di perguruan tinggi. Pemetaan radikalisme di seluruh perguruan tinggi , penguatan organisasi ekstra kampus dan p emasyarakatan agama yang moderat, santun, rahmatan lil alamin dan ideologi Pancasila
6/8
GERAKAN RADIKAL, TERORISME DAN PEMAHAMAN KEAGAMAAN KONTRA RADIKAL TERORISME Jumat, 05 Desember 2014 00:00
adalah agenda penting yang harus dilakukan pihak pengelola perguruan tinggi.
Patut juga dipikirkan dan dicarikan cara yang tepat bagaimana menjadikan pemahaman tentang t erorisme dan radikal isme a gama dengan benar dan tidak menyesatkan. Pemberian kuliah dan ataupun terhadap apa itu radikalisme dan terorisme atau sebagai materi dalam mata kuliah dasar umum, serta memantau dan membimbing aktivitas kampus, adalah upaya lain yang dapat dikaji lebih mendalam . Melakukan upaya penanggulangan di madrasah, pesantren, sekolah umum, dan institusi pendidikan l ainnya, melakukan p reventif di lembaga keagamaan dan masyarakat. P emberdayaan rumah ibadah secara multifungsi, mengembangkan dialog antar tokoh agama, kampanye budaya damai dan hidup rukun, dan melakukan pengembangan budaya toleransi.
Membentuk forum silaturrahmi antar pemuka agama guna melakukan tukar pikiran terhadap berbagai persolan keummatan. Ajakan berdialog utk membangun persepahaman tentang agama sesuai dengan konsep wasathiyah, tawazun dan i’tidal. Melakukan pendekatan kepada kelompok atau pribadi guna mempertemukan pandangan tentang Islam ajaran sebagai substansi dan Islam budaya sebagai instrumen sehingga terwujud pemikiran yang utuh. Mengusahakan peningkatan kesejahteraan para da’i/penyiar agama melalui organisasi keagamaan agar mereka fokus perhatian berdakwah. Pemerintah perlu melakukan pemetaan sosial (social mapping) guna mengetahui tingkat potensi eskalasi konflik yang dimitovasi oleh tindakan radikal. Pemerintah dan lembaga agama hendaknya menempatkan diri sebagai rekan dialog (overlapping consensus) guna mempertemukan persepahaman. Pokok pikiran di atas adalah bahagian yang harus digerakkan secara bersamaan untuk terwujudnya
7/8
GERAKAN RADIKAL, TERORISME DAN PEMAHAMAN KEAGAMAAN KONTRA RADIKAL TERORISME Jumat, 05 Desember 2014 00:00
Islam Rahmatan lil alamin dalam Negara RI yang damai dan menyejahterakan. Ds. 1312014. Plaza Jokyakarta.
[1] ToT Kemitraan Ulama dan Tokoh Agama, Sabtu 15 November 2014, di Padang.
[2] Ketua Bidang Pendidikan MUI Sumbar, Wakil Ketua FKUB Sumbar dan Guru Besar/Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Padang.
8/8