TEMU ILMIAH IPLBI 2016
Geometri Façade “Bola to’sama ” Arsitektur Bugis (Studi kasus: daerah pantai, dan daerah pegunungan Suku Bugis Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan) Mohammad Mochsen Sir Labo, Teori, Sejarah Arsitektur dan Lingkung Perilaku, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.
Abstrak
Façade arsitektur menghadirkan dua sisi. Pertama, penyusun unsur-unsur façade dan kedua penstrukturan geometri façade. Penelitian dilakukan pada bola to’sama arsitektur Bugis Luwu (pantai dan pegunungan). Metode konfigurasi bertujuan untuk menyusun unsur-unsur façade. Metode kritik deskriptif digunakan dalam pengkajian terhadap setiap studi kasus. Bola to’sama (rumah rakyat biasa) berbentuk rumah panggung, tersusun atas tiga bagian (awa bolaale bola dan rakkeang) Hasil penelitian Penyusunan façade bola to’sama menghadirkan dua façade yang berbeda. Komposisi geometri façade terhadap elemen vertikal dan elemen horisontal pada bagian ale bola merupakan penggabungan kedua elemen secara harmonis dan tidak terdapat elemen yang dominan. Pada rakeang terdapat elemen horisontal yang dominan dan pada awa bola elemen vertikal lebih domi-nan. Perbedaan konfigurasi terdapat pada: adanya dinding lego-lego pada façade Bugis pantai tetapi tidak dimiliki oleh Bugis daerah pegunungan. Façade Bugis pegunungan tidak memiliki lego-lego tetapi memiliki tiang sosoran atap penaungan tangga yang tidak dimiliki pada Bugis pantai. Kata Kunci: Arsitektur Bugis (Bola to’ Sama), Façade arsitektur, Geometri Pendahuluan Arsitektur tradisional merupakan cerminan sosial dan kehidupan masyarakat suatu daerah, meliputi bentuk arsitektur yang tumbuh dari masyarakat suatu komoditas tertentu. Foster (1989) 1 mengatakan, bahwa arsitektur suatu komoditas masyarakat lebih merupakan cerminan kehidupan bersama. Terkait pada tempat dan waktu tertentu yang hasil akhirnya merupakan suatu bentuk (arsitektur). Geometri Arsitektur Bugis dalam kajian ilmu morfologi dimaksudkan untuk mengeksplorasi sebuah keteraturan bentuk dan susunan arsitektur Bugis. Diharapkan hasil pengkajian ini berupa bentuk dan susunan arsitektur Bugis yang didapatkan dipergunakan sebagai sebuah rekomendasi acuan untuk pengembangan bentuk arsitektur Bugis. Steadman (1983)2 menyebutkan bahwa istilah Morphology menyinggung ide asli dari Goethe, yaitu secara umum disebut sebagai science of possible forms. Ini berarti bahwa morphology merupakan ilmu pengetahuan tentang bentukbentuk yang mencakup bentuk di alam, bentuk-
bentuk di dalam ilmu seni dan terutama bentukbentuk arsitektur. Keberadaan suatu bentuk menurut ketertiban geometrinya, berarti bahwa elemen-elemen geometrinya akan menentukan suatu bentuk, begitu juga kondisi-kondisi pertemuan elemen-elemennya. Steadman lebih lanjut menyebutkan bahwa penelitian mengenai morfologi arsitektur merupakan pengkajian yang mengikuti analogi sebagai bahasa, pengkajian studi arsitektur sesuai dengan keterlibatan suatu bahasa, dan hal ini merupakan ilmu pengetahuan tentang arsitektur. Oleh karena itu dimungkinkan studi/penelitian yang dilakukan adalah berusaha untuk menyusun geometri bentuk dan susunan arsitektur Bugis melalui morfologi arsitektur. Pengkajian bentuk secara morfologi oleh Steadman dijelaskan dan dibatasi pengkajian morfologi arsitektur dengan melakukan studi penelitian pada pengkajian geometrinya. Metode Metode yang digunakan dalam pengkajian ini adalah metode penyandingan dari analisa data yang diperoleh dari lapangan. Kemudian dilakukan penganalisaan berdasarkan metoda konfiProsiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | I 033
Geometri Façade “Bola to sama” Artsitektur Bugis
gurasi pada tiap daerah kajian. Hasil dari penganalisaan yang didasarkan atas metode tersebut kemudian disandingkan dan dibandingkan antara dengan menggunakan metode kritik deskriptif sebagai mana dilakukan oleh Attoe (1987)3 bertujuan memperoleh kebedaan dan kesamaan pada setiap daerah kajian terhadap setiap teori yang dipergunakan. Metode kritik deskriptif digunakan pada kajian pemahaman geometri façade bola to sama’ suku Bugis untuk dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya geometri façade bola to sama’ suku Bugis. Tujuan penggunaan Metode kritik deskriptif dengan menggunakan langkah-langkah sebagai sebuah metode ilmiah diharapkan akan memperoleh pengetahuan baru tentang apa dan bagaimana sebenarnya geometri façade bola to sama’ suku Bugis.
hasil-hasil panen, benda-benda pusaka yang dikeramatkan, tempat memingit anak gadis bila ada upacara khusus, tempat untuk upacara-upacara ritual. 2. Ale Bola (ruang tengah): Merupakan ruang aktifitas penghuni sehari-hari (bersosialisasi). 3. Awa bola (ruang bawah): tempat ternak, tempat penyimpanan alat-alat pekerjaan sehari-hari atau sebagai tempat beristirahat melepaskan lelah. Pengertian Façade seturut Krier (2001)6 dipergunakan untuk memahami tampilan bentuk dari depan rumah suku Bugis. Façade yang dimaksud adalah bagian depan dari rumah yang menghadap jalan. Pemahaman façade seturut Rob Krier dipergunakan untuk melihat dan mengidentifikasi rumah Bugis.
Kepustakaan
Geometri Façade Arsitektur Bugis
Rumah orang Bugis terlihat dari façade mencerminkan tingkatan status sosial penghuninya. Penelitian ini mengkhususkan pengkajian rumah rakyat (bola to sama’), memiliki timpalaja bola tidak bersusun atau maksimal bersusun dua. Penetapan tidak bersusun maupun bersusun dua adalah merupakan patokan pemilihan bangunan dari rumah-rumah yang dijadikan studi
Rumah bagi orang Bugis adalah pemahaman dari pembagian alam semesta. Alam semesta sebagai mikro-kosmo bagi suku Bugis dipahami menjadi tiga bagian (dunia atas, dunia tengah dan dunia bawah). Perwujudan rumah suku Bugis sebagi sebuah rumah panggung, dibagi juga menjadi tiga bagian (Rakkeang, Ale bola dan Awa Bola). Seperti yang dikemukakan oleh Mattulada (1995)4 tentang rumah orang Bugis sebagai suatu metafora pembagian dunia, Pembagian rumah suku Bugis tiga bagian yaitu atas (Rakkeang), tengah (Ale bola) dan bawah (Awa bola) sebagai sebuah bentuk geometri rumah Bugis, merupakan penjabaran jagat raya (makro-kosmos) dan rumah menurut orang Bugis merupakan mikro-kosmos alam semesta. Perbandingan makro-kosmos dan mikro-kosmos dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 1. rumah bola to sama suku Bugis
kasus. Dalam penjelasan penelitian yang dilakukakn oleh Mattulada 4 terbagi secara strata menjadi tiga bagian (Salassa’ rumah raja, saopiti’ dan bola to sama) dan demikian pula dengan ruang rumah Bugis terdiri atas tiga bagian secara vertikal maupun horisontal. Senada dengan Mattulada dalam tesis Suharto Arvan (1999)5 menjelaskan pembagian rumah secara vertikal sebagai berikut : 1. Rakkeang (ruang atas): Ruang ini dipandang sebagai ruang yang suci, memiliki fungsi yang menyiratkan hal-hal yang dihormati atau yang diagungkan, pada umumnya di fungsikan sebagai tempat penyimpanan I 038 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016
Rakkeang
Botting Langik
Alekawa
Ale bola
Urik Liung Rumah sebagai mikrokosmos
Awa Bola Jagat Raya sebagai makro-kosmos
Gambar 2. Penjabaran makro kosmos dan mikro kosmos antara
Pensejajaran makro dan mikro kosmos terhadap rumah suku Bugis, terlihat dari peman-
Mohammad Mochsen Sir
faatan dan pemahaman dari fungsi dan pemanfaatan ruang. Penjabaran makro-kosmos dalam rumah orang Bugis sebagi berikut :
Botting Langik yang merupakan tempat para
dewa-dewi atau orang yang suci dalam pandangan orang Bugis dijabarkan dalam penempatan ruang atas (rakkeang) sebagai tempat menyimpan benda-benda pusaka yang dianggap suci dan dapat memberikan ketenteraman.
Alekawa atau dunia tengah merupakan se-
Urik Liung dunia bawah yang dalam mitos Lagligo merupakan tempat bagi roh-roh ja-
buah tempat yang dihuni manusia untuk melakukan aktivitas di dunia, merupakan tempat untuk melangsungkan kegiatan aktivitas manusia didalam rumah.
Geometri Façade bola to sama Arsitektur Bugis Pantai Apa yang telah di paparkan terhadap bentuk dan unsur-unsur yang terdapat pada façade arsitektur Bugis pantai, akan memberikan pemahaman tentang bentuk dan unsur-unsur geometri yang menyusun façade arsitektur Bugis pantai. Apa yang di sajikan merupakan geometri yang dapat dijadikan patokan terhadap pengkajian yang akan dilaksanakan selanjutnya. Geometri dasar di peroleh dari kesamaan yang terdapat pada setiap studi kasus. Geometri dasar setiap bagian (rakkeang, ale bola, dan awa bola) pada façade Bugis pantai dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
hat, tempat ternak, tempat penyimpanan alat-alat pekerjaan sehari-hari.
Komposisi Façade arsitektur menurut Krier terdiri dari dua sisi: pertama penyusunan dan kedua adalah penstrukturan terhadap elemenelemen façade. Metoda konfigurasi merupakan sebuah metoda untuk mengungkap keterkaitan/hubungan antara setiap unsur-unsur penyusun façade arsitektur Bugis. Keterkaitan dan perubahan geometri yang terjadi memungkinkan untuk menghasilkan bakuan arsitektur yang terdapat pada façade arsitektur Bugis. Dengan memperoleh bakuan geometri perubahan yang dihasilkan dari pensejajaran setiap geometri yang terdapat pada tiap daerah, dapat dilakukan penstrukturan façade arsitektur Bugis. Analisa dan Kajian Perubahan geometri yang terkait dengan tampilan façade arsitektur Bugis dibicarakan pada awal, memperlihatkan geometri yang terjadi serta perubahannya pada setiap bagian dari pembagian rumah suku Bugis (awa bola, ale bola dan rakkeang). Meskipun pembicaraan dan penelitian ini terkait dengan façade arsitektur seturut Krier (2001)6 mengenai penghadiran façade melalui dua sisi yang selalu hadir dalam façade. Pada diskusi ini mencoba untuk melihat sebagai sebuah pembahasan yang berdiri sendiri dan merupakan pemahaman peneliti mengenai geometri yang terdapat pada façade arsitektur Bugis secara keseluruhan.
Gambar 3. Bola to sama’ Bugis Pantai
Setiap bagian pada façade rumah Bugis dapat dilihat sebagi bagian yang dapat berdiri sendiri. Dengan demikian setiap bagian memiliki kesempatan yang sama untuk digabungkan dengan bagian lainnya. Penggabungan ini dilakukan untuk memperkaya tampilan façade arsitektur Bugis. Penggabungan dilakukan tetap memperlihatkan penstrukturan façade yang jelas terhadap façade arsitektur Bugis sebagai sebuah bangunan rumah berbentuk panggung. Rumah panggung secara penstrukturan memiliki geometri tiang-tiang dan balok sebagai penopang rumah pada bagian awa bola, dinding bangunan rumah dalam wujud geometri bidang persegi dan tiang-tiang serta bidang persegi untuk dinding lego-lego pada ale bola dan geometri segitiga untuk bagian penutup rumah pada rakkeang. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | I 037
Geometri Façade “Bola to sama” Artsitektur Bugis
Timpalaja terdapat pada bagian atap. Geometri dari timpalaja adalah segi tiga. Timpalaja yang ! Lisplank% atap% rumah%
Timpalaja% % Atap% lego3lego% !
Rakkean g%
Lisplank% sosoran% % atap% % !
bersusun dua memiliki dua buah geometri. Geometri pertama adalah bentuk persegi panjang yang kedua sisinya membentuk sudut lancip mengikuti sudut dari segi tiga, geometri ini terletak pada bagian atas dari sosoran atap. Geometri kedua adalah segi tiga yang terletak pada bagian atas dari timpalaja pertama. !
Ale% bola%
Dinding% rumah%
Pembatas% lego3! lego%
!
Pattodo% riawa%
Awa% Bola%
Tangga%
Tiang% penopang%
!
!
Gambar 4. Geometri Bola to sama’ Bugis Pantai
Façade geometri Bugis pantai dari penggabungan ketiga bagian (rakkeang, ale bola dan awa bola) terhadap penghadiran elemen horisontal dan elemen vertikal secara keseluruhan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Façade terdiri dari tiga geometri yang dominan yaitu:
1. Geometri segi tiga pada bagian rakkeang 2. Geometri persegi panjang dan tiang/garis pada bagian ale bola. 3. Geometri garis/tiang dan garis/balok pada bagian awa bola. Susunan façade geometri Bugis pantai disusun secara berurutan dimulai dari bagian awa bola hingga bagian rakkeang. Geometri garis/tiang pada bagian awa bola akan menopang geometri persegi panjang pada dinding penghalang legolego dan dinding rumah. Dinding lego-lego merupakan geometri persegi panjang yang terbentuk dari geometri garis/tiang pada tiang sosoran atap dan persegi panjang pada dinding penghalang lego-lego, terletak pada bagian depan. Geometri dinding badan rumah adalah geometri persegi panjang. Dinding badan rumah terdiri dari dinding rumah dengan geometri persegi panjang, pintu dengan geometri persegi panjang dan jendela dengan geometri persegi panjang. Pada bagian atas penghadiran atap sosoran penaungan lego-lego dengan geometri persegi pajang yang kedua sisinya membentuk sudut lancip. Diatas dari sosoran atap penaungan terdapat atap dengan geometri segi tiga. I 038 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016
Gambar 5. Pusat sumbu/aksen pada façade Bugis Komposisi geometri dasar façade arsitektur Bupantai secara gis pantai terlihatkeseluruhan sebagai sebuah keseimbangan Bugis Pantai
yang identik dan murni. Keseimbangan yang identik atau keseimbangan simetris membagi dua sisi sebagai sebuah bentuk yang sama.
Geometri Façade bola to sama Arsitektur Bugis Pegunungan
Façade arsitektur Bugis Pegunungan terdiri dari pembagian Rakkeang, Ale bola, dan Awa bola. Terdapat perbedaan pada Façade arsitektur Bugis pegunungan dengan Façade arsitektur Bugis pantai. Perbedaan terdapat pada Lego-lego yang berfunsi sebagai tempat untuk bersantai, ini terlihat pada façade arsitektur Bugis pantai tetapi pada façade arsitektur Bugis pengunungan tidak mengenal adanya bentukan lego-lego pada bagian depan rumah. Bentuk sosoran atap lego-lego berubah fungsi menjadi sosoran atap penaungan tangga. !
! !
!
! !
Gambar 6. Geometri Bola to sama’ Bugis Pegunungan
Mohammad Mochsen Sir
Façade arsitektur Bugis pegunungan bagian rakkeang menggunakan timpalaja tidak bersu-
!
sun berbentuk segitiga. Lisplank berbentuk garis /balok terdapat pada bagian atap dan mengikuti bentuk atap. Atap pada façade arsitektur Bugis pegunungan tidak tertutup setelah pertemuan pada titik timpalaja, sosoran atap dengan atap/lisplank, garis atap diteruskan sehingga terkesan terlepas. Sosoran atap penaungan tangga bagian rakkeang berbentuk bidang segi empat. Hadirnya bentuk ini menyebabkan dinding badan rumah pada ale bola menjadi terhalang. Pada bagian ale bola hanya terdapat dinding rumah tanpa lego-lego. Atap sosoran berbentuk persegi panjang yang ditopang oleh dua buah kolom (bagian awa bola). Bagian ale bola, bukaan pintu berbentuk bidang persegi panjang, dan merupakan bagian dari dinding badan rumah. Pada bagian awa bola terdiri dari empat buah tiang berbentuk tiang/garis sebagai penopang badan rumah, pattodo riawa berbentuk balok/garis yang menyatukan tiang-tiang penopang, tangga yang selalu diletakkan secara vertikal, sehingga terlihat adanya susunan anak tangga dengan bentuk tiang/garis dan balok /garis dan pada bagian kedua sisi dari tangga terdapat dua buah tiang yang fungsinya sebagai penopang atap sosoran penaungan tangga yang berbentuk tiang/garis.
1. Geometri segi tiga pada bagian rakkeang 2. Geometri persegi panjang badan ale bola dan terbagi dua karena adanya penaungan atap tangga berbentuk persegi panjang dan tiang/garis pada penopang penaungan atap tangga 3. Geometri garis/tiang dan garis/balok pada bagian awa bola. !
& Geometri Façade arsitektur Bugis pegunungan secara visual memperlihatkan bentuk keseimTimpalaja& Lisplank! terhadap Rakkean bangan yang kuat. Pembagian geog& metri Atap! persegi panjang menjadi tiga petak dengansosoran! sendirinya memberikan penekanan pada ! bentuknya. Petak tengah menjadi & aksen sehingAtap! ga bentuk ini terlihat memiliki keseim-bangan sosoran! yang kuat. Geometri atap penaungan tangga Bukaan! Ale&bola& berfungsi sebagai aksen pada pintu! façade Bugis Tiang!penopang!atap! pegunungan dengan perletakan dan penghadisosoran! Dinding! ran tiang tangga. Kerumah! sosoran atap penaungan ! seimbangan dari geometri-geometri sederhana ! Tiang!penopang!atap! yang terdapat pada façade arsitektur Bugis sosoran! Awa&Bola& pegunungan terlihat sebagai Pattodo& sebuah keseimriawa& bangan yang identik dan murni. Keseimbangan Tiang!penopang! Tangga!! rumah!identik atau keseimbangan simetris. yang ! Gambar!IV.21.!!Geometri!!Dasar!Façade&Arsitektur!! Bugis!Pegunungan! !
& Timpalaja&
Lisplank!
Rakkean g&
Atap! sosoran! ! &
Atap! sosoran!
!
Bukaan! pintu!
Tiang!penopang!atap! sosoran! Dinding! rumah! Tiang!penopang!atap! sosoran!
Ale&bola&
Bugis
Pengunungan
!
Kesimpulan
! Pattodo& riawa& Tangga!!
Tiang!penopang! rumah!
Awa&Bola&
! Gambar!IV.21.!!Geometri!!Dasar!Façade&Arsitektur!! Gambar 7.Bugis!Pegunungan! Geometri Bola to sama’ ! Pengunungan
Bugis
Façade geometri Bugis pengunungan dari penggabungan ketiga bagian terhadap penghadiran elemen horisontal dan elemen vertikal secara keseluruhan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Façade terdiri dari tiga geometri yang dominan yaitu:
Gambar!IV.22!Geometri!Dasar!penggabungan!kembali!! !!!!!!!!!!!!!Façade&Arsitektur!Bugis!Pegunungan! ! Gambar 8. Geometri Bola to sama’
! Gambar!IV.22!Geometri!Dasar!penggabungan!kembali!! !!!!!!!!!!!!!Façade&Arsitektur!Bugis!Pegunungan! !
Pembagian ketiga bagian (rakkeang, ale bola dan awa bola) yang terdapat pada rumah suku Bugis merupakan pemahaman kosmologi terhadap dunia (alam semesta). Arsitektur Bugis adalah rumah berbentuk panggung. Dilihat dari pembagian façade arsitektur Bugis melalui geometri Bugis pantai dan Bugis pegunungan terdapat kesamaan dan kebedan dari geometrinya. Kesamaan kedua daerah memiliki keseimbangan simetris yang identik secara geometris dan pada bagian awa bola yang terdiri dari geometri garis /tiang dan garis/balok. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | I 037
Geometri Façade “Bola to sama” Artsitektur Bugis
Kebedaan terdapat pada bagian rakkeang pada façade Bugis pantai lebih variatif, pada bagian ale bola pada Pantai terdapat geometri lego-lego dan pada façade Bugis pengunungan tidak terdapat lego-lego. Penelitian ini hanya membahas kebedaan dan kesamaan dari geometri façade Arsitektur Bugis yang terletak pada dua daerah yang memiliki mata pencaharian yang berbeda. Daftar Pustaka Foster, Michael, 1989, The Principles of Architeture, New Burlington Books; Reprint edition Steadman, J (1983) Architectural Morphologi, Pion Limited. London. Attoe, Wayne (1987) Architecture and Critical Imagination, John Wiley & Sons. Chichester. Mattulada (1995) Latoa Suatu Lukisan Analitis terhadap Antropologi Politik Orang Bugis, Hassanuddin Press. Ujung Pandang Arvan, Suharto (1999) Karakteristik Pola Permukiman Suku Bajo-E di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan, Tesis S2 UGM. Yogyakarta. Krier, Rob (2001) Komposisi Arsitektur, Airlangga. Indonesia
I 038 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016