116
PEMBAHASAN UMUM Domestikasi adalah merupakan suatu upaya menjinakan hewan (ikan) yang biasa hidup liar menjadi jinak sehingga dapat bermanfaat bagi manusia. Domestikasi ikan perairan umum merupakan upaya untuk melestarikan dan meningkatkan stok ikan di perairan umum yang keberadaannya mulai punah. Kepunahan tersebut dapat terjadi secara alami atau sebagai akibat dari kegiatan manusia. Beberapa aktivitas manusia yang dapat menyebabkan tekanan ekologis tersebut antara lain: pertanian dan perkebunan, penebangan kayu dan penguasaan hutan, penangkapan ikan dengan berbagai macam alat dan cara, pembendungan untuk kepentingan listrik dan irigasi serta transportasi. Salah satu ikan perairan umum yang mulai punah dan sukar didapatkan di perairan umum Kecamatan Congeang dan Buah Dua Kabupaten Sumedang adalah ikan lalawak. Untuk mengatasi hal tersebut perlu
dilakukan
upaya
pelestarian
melalui
domestikasi
dan
pengembangbiakannya. Ada tiga macam sebutan ikan lalawak yang sudah lazim di lingkungan masyarakat Kecamatan Congeang dan Buah Dua Kabupaten Sumedang yaitu lalawak jengkol, lalawak kolam dan lalawak sungai serta masing -masingnya mempunyai ciri-ciri tersendiri. Ikan lalawak jengkol sangat mudah dikenali oleh masyarakat, karena bentuk badannya membulat seperti jengkol. Sedangkan ciriciri yang lain adalah bentuk sirip punggung berwarna kehitaman dengan sedikit warna kemerahan di antara jari-jarinya. Sirip dada berwarna putih kekuningkuningan dan sirip perut berwarna putih dengan warna merah di bagian ujungnya. Sirip dubur berwarna putih dengan warna merah di ujung jari-jari kerasnya. Sirip ekor berwarna kehitaman dengan warna merah di ujung sirip bagian bawah dan ditemukan juga di ujung sirip bagian atas. Pada iris mata terdapat bintik merah. Ikan lalawak sungai bentuk tubuh dan kepalanya pipih, berwarna perak kehijauan, lebih cerah dibandingkan dengan ikan lalawak kolam dan jengkol. Pada ujung sirip dada, perut, dubur dan punggung serta iris mata juga berwarna merah. Sedangkan ikan lalawak kolam bentuk tubuh dan kepalanya pipih. Warna tubuh perak kehijauan dengan bagian punggung berwarna agak gelap dibandingkan ikan lalawak jengkol dan sungai. Pada ujung srip dubur dan iris mata juga terdapat warna merah. Berdasarkan pengamatan ikan lalawak jengkol termasuk ke dalam
117 genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda dengan lalawak sungai dan lalawak kolam walaupun jumlahnya sama 24 pasang. Semakin
jauh
hubungan
kekerabatan
suatu
organisme,
semakin
besar
kemungkinan perbedaan jumlah, bentuk, serta susunan kromosomnya dan semakin dekat kedudukan taksonomin ya semakin banyak persamaan bentuk, ukuran dan jumlah kromosomnya. Kesamaan jumlah kromosom dapat saja terdapat pada dua spesies yang berbeda dalam satu genus yang sama, tetapi ukuran, bentuk dan susunan masing-masing spesies akan terlihat berbeda. Berdasarkan kajian ekologi, ikan lalawak dapat hidup pada suhu 25 sampai 28 oC, kecerahan 25 sampai 35 cm, pH 6 sampai 7, oksigen terlarut 3.43 sampai 6.61 mg/l, kadar amonia 0.095 sampai 0.19 mg/l dan alkalinitas 85 sampai 160 ppm CaCO3. Berdasarkan analisis index of preponderance, jenis makanan ikan lalawak berupa phytoplankton, zooplankton, invertebrata air dan detritus. Sedangkan makanan utamanya adalah berupa phytoplankton. Untuk keberhasilan budidaya ikan, kualitas air, baik dari segi fisika dan kimianya, perlu dipahami. Di samping kualitas, kuantitas air juga penting dipandang dari segi besarnya kemampuan perairan untuk memproduksi suatu biomassa biota air (ikan). Kualitas air tidak hanya menentukan bagaimana ikan akan tumbuh tetapi juga bagaimana ikan tersebut dapat hidup. Masing-masing faktor saling berinteraksi dan mempengaruhi faktor-faktor lainnya. Salah satu parameter kualitas air yang dapat mempengaruhi kehidupan ikan adalah alkalinitas. Berdasarkan hasil penelitian, alkalinitas media pemeliharaan yang baik untuk pertumbuhan ikan lalawak adalah sebesar 85 ppm CaCO 3. Dalam budidaya ikan ada beberapa faktor yang penting diperhatikan, salah satunya adalah pakan. Sebagaimana organisme lainnya, ikan juga memerlukan pakan sebagai sumber energi untuk berbagai aktivitas, satu diantaranya adalah pertumbuhan. Jumlah dan kualitas protein akan mempengaruhi pertumbuhan. Pakan merupakan sumber energi bagi ikan, dan sumber energi utama pada ikan adalah protein. Protein seringkali merupakan sumber energi yang mahal dalam komponen formulasi pakan ikan, oleh karena itu kebutuhan protein perlu dipertimbangkan betul agar pada kondisi minimum masih dapat menjamin
118 pertumbuhan yang cukup tinggi. Protein merupakan nutrien yang paling penting karena merupakan bagian terbesar dari daging ikan dan berfungsi sebagai bahan pembentuk jaringan tubuh dalam proses pertumbuhan. Jika kebutuhan protein tidak terpenuhi di dalam makanan, maka akan terjadi penurunan pertumbuhan secara cepat, dan ikan akan mempergunakan kembali protein dari berbagai jaringan. Sebaliknya apabila ketersediaan protein berlebih dan tidak digunakan dalam sintesis protein akan dikatabolisme dan sisa buangan nitrogen terutama dalam bentuk amonia diekresikan ke perairan, yang selanjutn ya akan meningkatkan kadar amonia di dalam perairan dan hal tersebut berbahaya bagi kehidupan ikan. Oleh karena itu pemberian protein yang cukup di dalam pakan secara terus menerus perlu dilakukan, agar pakan tersebut dapat diubah menjadi protein tubuh. Berdasarkan hasil penelitian kandungan protein pakan yang cocok untuk pertumbuhan ikan lalawak jengkol adalah 29.27%. Ikan lalawak jengkol, lalawak sungai dan lalawak kolam mempunyai potensi reproduksi yang dapat dikembangkan. Dari beberapa indikator kualitas telur, ikan lalawak jengkol lebih baik dari ikan lalawak sungai dan lalawak kolam. Dimana ikan lalawak jengkol mempunyai bobot telur dan diameter telur lebih besar bila dibandingkan dengan ikan lalawak sungai dan kolam. Kelangsungan hidup larva juga sangat ditentukan oleh ketersedian nutrisi di dalam kuning telur itu sendiri, karena masa kritis dari awal daur hidup larva terletak pada saat sebelum dan sesudah penghisapan kuning telur dan masa transisi mulai mengambil makanan dari luar. Selain itu nilai fekunditas, bobot telur dan diameter telur juga dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhinya adalah ketersediaan pakan, karena pakan berperan dalam menghasilkan hormon yang kualitas dan kuantitasnya memp unyai nilai optimum, sehingga pakan dapat mempengaruhi sintesa dan sekresi hormon, bahkan juga dapat mempengaruhi kelenjar endokrin itu sendiri. Bahan baku dalam proses pematangan gonad terdiri atas karbohidrat, lemak dan protein. Protein merupakan komponen esensial yang dibutuhkan untuk reproduksi. Protein merupakan komponen dominan kuning telur, sedangkan jumlah dan komposisi kuning telur menentukan besar kecilnya ukuran telur dan ukuran telur merupakan indikator kualitas telur. Sedangkan komposisi kimia kuning telur bergantung
119 kepada status nutrisi yang diberikan dan kondisi induk itu sendiri. Selanjutnya lemak juga mempunyai peranan yang penting bagi ikan, karena selain sebagai sumber energi non protein juga berfungsi memelihara struktur dan fungsi membran sel. Disamping itu lemak pakan juga berguna untuk mempertahankan daya apung tubuh. Peranan asam lemak esensial bagi perkembangan embrio adalah sebagai penyusun struktur membran sel dan sebagai prekursor prostaglandin yang berperan sebagai hormon. Salah satu cara untuk mendapatkan hasil pengembangbiakan yang baik, adalah
dengan jalan memperbaiki performans reproduksinya. Performans
reproduksi dapat ditingkatkan antara lain dengan melakukan perbaikan kualitas pakan induk yang cukup mengandung nutrien, ses uai dengan proporsinya. Upaya mempercepat masuknya unsur nutrisi ke dalam sel memerlukan peningkatan fungsi permeabilitas membran sel dengan menggunakan vitamin. Vitamin merupakan zat gizi esensial yang dibutuhkan ikan dari makanannya, karena ikan tidak dapat mensintesa sendiri di dalam tubuhnya. Salah satu vitamin yang berperan dalam meningkatkan performans reproduksi ikan adalah vitamin C dan E. Vitamin C bersama-sama dengan vitamin E (VCE) secara sinergis berperan sebagai antioksidan di dalam sel. Sifat sinergis tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya autooksidasi asam-asam lemak tidak jenuh pada tubuh ikan. Pemanfaatan VCE untuk beberapa spesies hewan maupun ikan tampaknya dapat menjamin adanya proses reproduksi yang sempurna. Sebagai antioksidan, VCE sangat berguna untuk mengawetkan vitamin -vitamin dan asam lemak tidak jenuh yang mudah teroksidasi, baik yang terdapat di dalam pakan, campuran bahan pakan maupun dalam tubuh ikan. VCE dapat juga melindungi asam lemak yang terdapat pada membran sel supaya tidak teroksidasi, sehingga proses embriogenesis dapat berjalan dengan normal dan performans reproduksi dapat ditingkatkan. Pertumbuhan embrio sangat bergantung kepada kualitas dan kuantitas nutrien yang disimpan dalam kuning telur, sebab membran telur tidak permiabel terhadap asam amino dan nukleotida (Neyfakh dan Ambramova 1974 dalam Mokoginta 2000). Sedangkan pada waktu akan terjadi penetasan, embrio sering mengubah posisinya karena kekurangan ruang di dalam cangkang. Dengan
120 pergerakan-pergerakan tersebut bagian cangkang telur yang telah lunak akan pecah. Larva ikan yang baru menetas pergerakannya hanya sewaktu -waktu saja dengan menggerakkan bagian ekornya ke kiri dan ke kanan dengan banyak diselingi oleh istirahat karena tidak dapat mempertahankan keseimbangan posisi tegak. Berdasarkan hasil penelitian pada ikan lalawak 18 jam setelah penetasan sirip dada lebih jelas terlihat dan sisik mulai terlihat jelas sejak larva berumur 60 jam, menyerupai dewasa setelah larva berumur 504 jam (21 hari). Effendie (1997) mengemukakan bahwa, sirip yang pertama ada pada saat telur menetas adalah sirip dada dan ekor tetapi belum sempurna, sirip perut hanya berbentuk tonjolan saja.