Gelar Peluncuran dan Bedah Buku, Magister Kajian Sastra dan Budaya Layak Jadi Pilihan UNAIR NEWS – Sastra Bandingan merupakan salah satu mata kuliah yang ditawarkan pada Program Studi Magister Kajian Sastra dan Budaya, Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Airlangga. Teks-teks sastra mutakhir yang banyak disadur dan didaptasi ke dalam karya sastra lain, dari novel menjadi film, dari puisi menjadi novel misalnya, merupakan kajian hangat pada mata kuliah ini. Salah satu output mata kuliah sastra bandingan yang ditawarkan Magister KSB ialah menerbitkan buku. Seperti yang baru dirilis akhir minggu lalu, mahasiswa KSB angkatan 2013 me-launching buku mereka yang diberi judul “Dari Religiusitas Hingga Seksualitas dalam Bahasa, Sastra, dan Budaya”, pada Jumat (29/4). Bedah buku berlangsung di ruang Chairil Anwar, FIB UNAIR, dengan mengundang narasumber Puji Karyanto, S.S., M.Hum dan Ida Nurul Chasanah, S.S M.Hum. “Dari Religiusitas Hingga Seksualitas merupakan spirit yang kami ambil dari salah satu tulisan dari buku yang kami terbitkan. Keseluruhan isi buku berbicara tentang sastra bandingan. Ada tentang pendidikan, gender dan seksualitas, plagiarisme dalam karya sastra. Macam-macam,” kata Akhmad Fatoni, S.S., M.Hum, salah satu mahasiswa yang memprogram mata kuliah ini. Mengenai judul buku yang terbilang “seksi” itu, Akhmad Fatoni mengatakan bahwa meskipun secara harfiah kata religiusitas dan seksualitas sangat jauh maknanya, namun keduanya memiliki terterkaitan yang erat. “Ketika berbicara seksualitas kita juga bisa berbicara religiusitas, berbicara bagaimana seseorang menempatkan
seksualitas. Ketika tingkat religus seseorang berbeda, menyikapi seksualitas juga akan berbeda. Secara harfiah memang berbeda. Tetapi secara spirit sangat mempengaruhi satu sama lain,” katanya. Layak Jadi Pilihan Pada kesempatan ini, Wakil Dekan I FIB UNAIR mengatakan, bahwa Magister KSB merupakan prodi yang patut menjadi jujugan mahasiswa sastra yang ingin melanjutkan studi jenjang magister. Pasalnya, selain karena sudah terakreditasi A, KSB merupakan salah satu dari dua prodi magister di Indonesia yang telah ditunjuk Kemenristekdikti untuk mahasiswa yang ingin mendaftar Beasiswa Unggulan Calon Dosen Dikti. “Sejak pertama berdiri, selalu ada mahasiswa asing yang mengambil prodi ini. Peminatnya selalu banyak. Namun secara keseluruhan, maksimal hanya 30 mahasiswa yang kami diterima,” kata Puji. Ada mahasiswa asing yang juga memprogram Mata Kuliah Sastra Bandingan ini. Menurut Puji, kualitas lulusan mahasiswa asing yang menempuh studi KSB bergantung dengan personalitas masingmasing mahasiswa. Persoalan penguasaan Bahasa Indonesia penting dimiliki mahasiswa asing. Ia juga menuturkan bahwa ada kebijakan baru dari Direktur Pendidikan UNAIR yang dapat membantu mahasiswa asing dalam meningkatkan kualitas diri ketika menjalani studi di UNAIR. “Terkait pembelajaran Program Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA), Prof. Nyoman mengharuskan ada tambahan materi akademic writing untuk mengejar persoalan substansi mahasiswa asing,” paparnya. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Nuri Hermawan
Mobilitas dan Prodi, Dua Aspek Program Pendidikan Internasional di UNAIR UNAIR NEWS – Internasionalisasi perguruan tinggi perlu didukung pengembangan kurikulum pendidikan. Dalam acara lokakarya ‘Pengaktifan dan Penguatan kerjasama di Lingkungan Universitas Airlangga’ yang diadakan pada Rabu (27/4), Direktur Pendidikan Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, Dra., M.Si, mengatakan bahwa program pendidikan internasional di UNAIR dibagi menjadi dua aspek yaitu mobilitas dan program studi. Untuk mempercepat gerakan menuju peringkat 500 besar perguruan tinggi kelas dunia, Prof. Nyoman menegaskan pentingnya pengembangan prodi. Dua hal yang perlu dikembangkan oleh prodi adalah akreditasi prodi dari lembaga internasional, dan penerapan sistem gelar ganda seperti prodi S-1 Psikologi dengan Universitas Teknologi Queensland, Australia. Dua pembicara asal Universitas Gadjah Mada Wakil Dekan Fakultas Geografi Prof. Dr. M. Aries Marfai, S.Si, dan Wakil Direktur Kerjasama, Alumni, dan Inisiasi Global Dr. Danang Hadmoko juga turut hadir untuk menerangkan internasionalisasi perguruan tinggi yang dilakukan oleh UGM. Dalam kesempatan ini, Prof. Aris memaparkan pengembangan kerjasama internasional dalam bidang kolaborasi penelitian, gelar ganda, dan kegiatan akademik. “Untuk mendapatkan kerjasama luar negeri, poin utamanya adalah jejaring,” tutur Prof. Aries. Prof.
Aries
juga
menuturkan
tiga
aspek
penting
dalam
mendapatkan mitra kolaborasi penelitian, diantaranya adalah asal sekolah staf pendidik. Dari situ, kemudian sivitas kampus bisa mengembangkan kerjasama yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Terakhir, sivitas menjalin kerjasama baru yang bisa didapat melalui publikasi atau bertemu dalam forum-forum internasional. Dalam sesi terakhir, Danang juga menambahkan mengenai kuliah kerja nyata tingkat internasional, hal-hal yang perlu dipersiapkan, dan manfaat yang didapat dalam implementasi program. (*) Penulis: Faridah Hari Editor: Defrina Sukma S.
Hadapi MEA, FKp UNAIR Perkuat Kompetensi Perawat UNAIR NEWS – Perawat merupakan salah satu profesi medis yang turut terdampak dengan adanya persaingan global. Pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), perawat dari negara-negara ASEAN diijinkan untuk melakukan praktik di Indonesia. Agar perawat asal Indonesia bisa bertahan dan juga melakukan ekspansi ke luar negeri, maka kompetensi yang dimiliki perlu diperkuat. Menurut Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga, Prof. Nursalam, S.Kp., M.Nurs, perawat Indonesia memerlukan banyak perbaikan kompetensi untuk bersaing di era pasar bebas. Oleh karena itu, institusi pendidikan keperawatan di Indonesia harus bertanggung jawab dalam mencetak perawat yang
berkualitas. “Kompetensi yang harus dibangun adalah kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor. Setelah itu, hal yang perlu dikembangkan adalah membangun jejaring. Kami (pimpinan FKp UNAIR, -red) membangun jejaring di luar negeri. Itu adalah sasaran kita,” tutur Prof. Nursalam. Jejaring yang telah dilakukan oleh FKp diantaranya berupa kerjasama pertukaran mahasiswa dan riset. Universitas Avans, Belanda, dan Universitas Rhode Island merupakan dua perguruan tinggi asing yang telah bekerjasama dengan FKp UNAIR. Selain itu, untuk bersaing di era pasar bebas, maka perawat perlu menguasai kompetensi di bidang keilmuan, penguasaan bahasa asing, dan teknologi. Prof. Nursalam juga mengingatkan masyarakat untuk mengubah kultur ‘bertahan’. “Kan ada kebiasaan agar seseorang tak perlu mencari ilmu atau bekerja jauh-jauh dari tempat tinggal. Itu juga penting untuk diubah,” ungkap Prof. Nursalam. Menyeragamkan kualitas Di
Indonesia
terdapat
sekitar
313
institusi
yang
menyelenggarakan pendidikan keperawatan. Jumlah tersebut tersebar di berbagai jenjang, mulai dari diploma hingga profesi. Sehingga lulusan pendidikan keperawatan di Indonesia terbilang cukup banyak. Namun, Prof. Nursalam yang juga lulusan pendidikan doktoral di UNAIR ini mengatakan bahwa kualitas pendidikan keperawatan berdasarkan akreditasi masih cukup bervariasi. Guru Besar Keperawatan UNAIR itu mengatakan sebanyak 5% institusi pendidikan keperawatan terakreditasi A, 25% terakreditasi B, dan 70% masih terakreditasi C. Pada akhir tahun 2015, program studi S-1 Pendidikan Ners FKp UNAIR memperoleh akreditasi A dari asesor Lembaga Akreditasi
Mandiri – Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM – PTKes). Dari pelaksanaan uji kompetensi perawat tahun 2015, tingkat kelulusan calon perawat lulusan FKp UNAIR mencapai 98%. Senada dengan Prof. Nursalam, Laily Hidayati, S. Kep, Ns., M.Kep, staf pengajar Departemen Keperawatan Medikal Bedah dan Kritis, FKp UNAIR, mengatakan bahwa kualitas institusi pendidikan keperawatan di Indonesia seharusnya diperbaiki agar menghasilkan lulusan sarjana keperawatan yang berkualitas. “Kompetensi perawat itu seharusnya sama, baik yang dari Surabaya maupun di Papua, sehingga kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat juga sama baiknya untuk Indonesia,” tutur Laily. (*) Penulis: Defrina Sukma S Editor
: Binti Q. Masruroh
Prodi Ilmu Politik Tingkatkan Kualitas Dosen dan Riset UNAIR NEWS – Seperti halnya akreditasi yang terlaksana pada beberapa program studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNAIR, Prodi Ilmu politik melihat perlunya peningkatan kapasitas dalam berbagai hal, khususnya prodi itu sendiri. Sebagaimana elemen penting yang terlibat dalam akreditasi pada beberapa minggu lalu (22/3), mahasiswa, dosen, alumni dan pengguna alumni dinilai sangat strategis dalam mengembangkan prodi. Prodi yang sebelumnya terakreditasi A oleh BAN-PT tersebut menyakini bahwa peningkatan kapasitas dapat dilakukan melalui beberapa program. Drs. Kris Nugroho MA., selaku ketua prodi
menjelaskan, dari aspek tenaga pengajar atau dosen, akan dicanangkan peningkatan ke jenjang doktoral (S3) untuk memperluas ilmu dan kualitas pengajar serta mendorong budaya riset bagi para dosen. “Tidak hanya ilmu yang selama ini dari buku saja, akan tetapi terjun langsung atau riset ke lapangan untuk meninjau seperti apa fenomena yang sedang terjadi itu akan kami kembangkan,” ujarnya. Kris juga menambahkan bahwa pengembangan riset nantinya akan dilakukan kerjasama dengan lembaga ataupun institusi terkait yang fokus pada bidang yang sama. Hal tersebut dilakukan tidak lain untuk mendapatkan info terkini seputar perkembangan isu kontermporer. “Dosen berbasis riset sangat penting bagi kami, agar ilmu yang diberikan bukan sekedar text-book lagi,” tambahnya. Tidak hanya menginginkan
itu, Kaprodi keikutsertaan
Ilmu Politik tersebut juga dosen dalam seminar profesi
keilmuan, baik domestik maupun internasional. Aktif dalam studi pengembangan, dalam Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI). Publikasi jurnal juga tidak kalah penting, akreditasi jurnal akan dan terus menerus ditingkatkan konten dan isinya. Hal ini tentu saja mendorong setiap dosen untuk mampu bersikap professional. (*) Penulis: Ahalla Tsauro Editor: Nuri Hermawan
FKp Siap Menyongsong WCU dengan Semangat Dies Natalis ke-17 UNAIR NEWS- Fakultas Keperawatan (FKp) memulai rangkaian Dies Natalis ke-17 dengan sejumlah kegiatan Kamis (17/3). Bertepatan dengan HUT Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) ke-42, acara hari itu ditandai dengan upacara bendara. Lantas, dilanjutkan prosesi bagi-bagi bunga pada masyarakat umum di sekitar kampus UNAIR. Sementara itu, di area fakultas, diadakan sejumlah pertandingan atau lomba bagi mahasiswa. Tak ketinggalan, lomba memasak. Pastinya, dalam lomba itu, aspek kehigienisan diperhatikan paling utama. Dekan FKp Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons) mengutarakan, kegiatan Dies Natalis akan dilangsungkan hingga 10 April 2016 mendatang. Penutupan akan dilaksanakan dengan event jalan sehat. “Pada 8 hingga 9 April nanti, kami juga mengadakan International Nursing Conference,” kata pria yang juga Ketua DPW PPNI Jatim tersebut. Dia mengatakan, semua civitas akademika FKp sudah memiliki semangat yang sama untuk menyongsong cita-cita World Class University (WCU). Momentum Dies Natalis kali ini dijadikan salah satu pemantik gairah untuk meraihnya. Konferensi internasional adalah sebuah cara untuk merangsang budaya penelitian para dosen. Pengembangan aspek ini merupakan faktor fundamental untuk menggapai mimpi menjadi WCU. Di samping itu, selama ini jurnal keperawatan milik FKp merupakan satu-satunya yang terakreditasi nasional di bidang tersebut. Akreditasi FKp secara keseluruhan juga sudah tergolong sangat baik dan akan dipertahankan. Mereka sudah tancap gas untuk menyukseskan program rektorat menuju WCU.
“Kami punya jadwal konferensi untuk mahasiswa S1 dan S2 dua kali tiap tahun,” kata lelaki yang juga menjabat Ketua Bidang Dklat DPP PPNI tersebut. (*) Penulis: Rio F. Rachman
79 Perawat Baru Lulusan UNAIR Siap Mengabdi untuk Masyarakat UNAIR NEWS – Universitas Airlangga kembali meluluskan perawat yang siap berkontribusi pada bidang kesehatan Indonesia. Sebanyak 79 perawat baru dilantik dan diambil sumpahnya di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen UNAIR, pada Selasa (1/3). Acara pengambilan sumpah dan pelantikan ini disaksikan oleh Ketua Dewan Pengurus Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Provinsi Jawa Timur Ahmad Yusuf, S.Kp, M.Kes, Dekan Fakultas Keperawatan UNAIR Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hos), Wakil Rektor I UNAIR Prof. Djoko Santoso, dr., Ph.D., Sp.PD., K-GH., FINASIM, Direktur Rumah Sakit UNAIR Prof. Dr. Nasronudin, dr., Sp.PD-KPTI, FINASIM, dan kerabat para lulusan. Setelah pelantikan dan pengambilan sumpah janji perawat baru, Ketua Dewan Pengurus Wilayah PPNI Jatim, secara simbolis menyematkan tanda keanggotaan organisasi kepada perwakilan lulusan yang ditunjuk. Acara dilanjutkan dengan pemberian kenang-kenangan dari alumni kepada Dekan FKp, serta pemberian penghargaan kepada lulusan berprestasi. Pada kesempatan ini, Prof. Nursalam memberikan ucapan selamat
kepada seluruh perawat baru. Dalam sambutannya, Dekan FKp menyampaikan kabar prestasi bahwa program studi Profesi Ners (perawat), dan program studi Pendidikan Ners memperoleh akreditasi A dari LAM-PTKes (Lembaga Akreditasi Mandiri – Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia) pada awal Januari 2016. Prof. Nursalam yang juga lulusan Universitas Wollongong ini juga memberikan semangat kepada perawat baru agar dapat bersaing di era MEA. “Ners harus mempunyai keberanian untuk berbuat dan berubah yang lebih baik dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan meningkatkan nasib profesi keperawatan. Keberanian bukanlah ketidaktahuan terhadap semua hal, tetapi kemenangan dalam mengatasi ketakutan pada diri sendiri,” terang Prof. Nursalam. Direktur RS UNAIR Prof. Nasronudin juga turut memberikan sambutan. Menurut Prof. Nasron, perawat baru harus siap beradaptasi dengan kemajuan teknologi kesehatan dan pengembangan kualitas pelayanan yang profesional. “Saat
ini
tuntutan
masyarakat
terhadap
mutu
pelayanan
kesehatan dari para perawat juga semakin meningkat. Seiring dengan tuntutan tersebut maka para perawat harus membekali diri dengan ilmu dan pengalamannya,” papar Guru Besar Bidang Penyakit Tropik tersebut. Dalam penutupan acara pelantikan perawat baru, Wakil Rektor I UNAIR, Prof. Djoko menuturkan agar para perawat baru aktif berkontribusi pada upaya pemecahan masalah kesehatan sebagaimana yang telah dirumuskan dalam Millenium Development Goals. (*) Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S
SNMPTN 2016, Sesuai Minat
Pilih
Prodi
UNAIR NEWS – Pendaftaran SNMPTN 2016 resmi dibuka hari ini. Ratusan ribu siswa SMA akan mulai saling berkompetisi untuk mendapatkan tempat di berbagai PTN yang tersebar di seluruh Indonesia. Dalam memilih program studi, para siswa diharapkan untuk memilih program studi yang sesuai dengan minatnya. Hal itu diungkapkan oleh Haryo Puntodewo, staf PPMB UNAIR ketika memberikan materi dalam kunjungan SMAN 4 Cibinong, Bogor di UNAIR, Senin (29/2), di R. Kahuripan 301. “Pilih program studi yang sesuai minat. Jangan dipengaruhi orang lain. Orang tua dan guru hanya sebatas membimbing,” ujarnya. Selain itu, ia juga mengingatkan para siswa untuk memperhatikan daya tampung dan jumlah peminat dari program studi yang dipilih. Hal tersebut menurutnya, bisa memperbesar peluang siswa yang bersangkutan untuk diterima di program studi yang dipilih. Dalam kunjungan ke UNAIR, para siswa dan guru SMAN 4 Cibinong nampak antusias mendengarkan informasi mengenai UNAIR dan proses penerimaan mahasiswa baru di UNAIR. Beberapa siswa misalnya menanyakan tentang diperbolehkannya pemilihan program studi lintas minat. Dalam kesempatan tersebut, pihak PPMB menyatakan bahwa UNAIR memperbolehkan siswa dengan minat ilmu alam untuk mendaftar ke program studi berbasis ilmu sosial dan juga sebaliknya. Salah seorang guru, Evi Sukenti, juga meminta penjelasan tentang dimungkinkannya SMA yang belum terakreditasi untuk
diterima di UNAIR. Pasalnya, SMAN 4 Cibinong memang sekolah baru yang akan meluluskan angkatan pertamanya di tahun ini. “Hal tersebut memang jadi kendala bagi sekolah baru karena salah satu penilaian SNMPTN adalah berdasarkan jumlah alumni dan juga IPK alumni,” ujar Haryo sambil mengingatkan bahwa SMAN 4 Cibinong pasti memiliki kelebihan lain untuk mengatasi kekurangan tersebut. Sebanyak 270-an siswa dan guru pendamping SMAN 4 Cibinong menyambangi UNAIR. Kunjungan mereka ke Surabaya tidak lepas dari banyaknya siswa yang tertarik untuk melanjutkan studi di UNAIR. “Banyak siswa yang berminat ke UNAIR. Mereka penasaran dengan PTN yang di Surabaya. Walaupun jauh, kami tetap membawa mereka berkunjung ke sini,” pungkas Evi.(*) Penulis : Yeano Andhika
Sosialisasi SN-SBMPTN untuk SMA di Madiun UNAIR NEWS – Universitas Airlangga melalui Pusat Informasi dan Humas (PIH) melakukan sosialisasi SN-SBMPTN ke tiga SMA Negeri di Madiun. Tiga SMA tersebut yaitu SMAN 1 Madiun, SMAN 2 Madiun, dan SMAN 3 Madiun. Sosialisasi diberikan kepada murid, guru, dan orangtua, sebagai pertimbangan untuk memberikan pilihan atas perguruan tinggi yang ingin di tuju. Sosialisasi dilakukan pada Kamis-Jumat (26-27/2). Terlihat antusiasme pada raut wajah para siswa ketika acara sosialisasi dibuka.
“Kunci untuk sukses dalam SNMPTN dan SBMPTN itu ada tiga. Pertama belajar, kedua belajar dengan rajin, dan ketiga adalah memaksakan untuk belajar dengan rajin,” ujar ketua PIH UNAIR, Suko Widodo, ketika memberikan sambutan kepada para siswa. Materi sosialisasi adalah pengenalan tentang UNAIR, kriteria umum dan khusus penerimaan mahasiswa baru di UNAIR, serta tips-tips memilih program studi pada SN-SBMPTN. Setelah sosialisasi selesai, para siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah mengenai akreditasi dari sekolah dan pengaruh akreditasi terhadap peluang diterimanya siswa di sebuah universitas, khususnya UNAIR. “Apa yang dimaksud dengan blacklist? Apakah UNAIR juga memberlakukan blacklist?,“ papar salah satu siswa dari SMAN 1 Madiun. Tim dari PIH UNAIR menjelaskan bahwa sekolah dengan akreditasi A memiliki kuota pendaftar sebanyak 75% siswa terbaik di sekolah, 50% siswa terbaik di sekolah untuk akreditasi B, dan 20% terbaik di sekolah untuk akreditasi C. “UNAIR dan universitas lain mengikuti peraturan yang sama. Jika sekolah ketahuan curang, maka tahun depan kena blacklist (tidak diikutsertakan dalam SNMPTN, -red),” ujar Suko menjawab pertanyaan siswa terkait blacklist. Di akhir sosialisasi, Suko selalu memberikan motivasi kepada para murid untuk siap dan optimis dalam menghadapi Ujian Nasional (UN) hingga seleksi SNMPTN maupun SBMPTN. “Sing penting belajar, belajar, dan belajar yang rajin,” ujar Suko. (*) Penulis: Alifian Sukma Editor: Binti Q. Masruroh
Kejar Peringkat 500 Kampus Dunia, UNAIR Perkuat Sistem Pembelajaran UNAIR NEWS – Menanggapi isu kebijakan pendidikan tinggi terbaru mengenai mengenai Permenristekdikti no. 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, Prof. Nyoman Tri Puspaningsih selaku Direktur Pendidikan Universitas Airlangga mengatakan bahwa UNAIR telah siap dengan peraturan baru itu. Pihaknya mengatakan karena sistem tersebut sudah berjalan di UNAIR. Menurut Prof. Nyoman, ada lima perubahan utama antara Permenristekdikti no. 44 tahun 2015 dengan Permenristekdikti no. 49 tahun 2014. Pertama, izin penyelenggaraan semester pendek atau semester antara. Tujuan penyelenggaraan semester pendek atau semester antara ini untuk memberi wadah bagi mahasiswa yang berprestasi untuk lulus tepat waktu, meningkatkan kompetensi lulusan agar learning outcome tercapai, dan menekan angka mahasiswa drop out. Kedua, perpanjangan masa studi jenjang magister dan doktoral. Masa studi mahasiswa master berubah dari yang semula dua tahun dapat diperpanjang hingga empat tahun. Sedangkan, masa studi mahasiswa doktor, dari yang semula empat tahun dapat diperpanjang hingga tujuh tahun. Perpanjangan masa studi ini memberikan peluang yang dapat dimanfaatkan mahasiswa untuk mempublikasikan jurnal terakreditasi baik di tingkat nasional maupun internasional. Ketiga, kurikulum wajib bertumpu pada student center learning yaitu mengintegrasikan aspek akademik dan non-akademik. “UNAIR
sudah memiliki sistem yang mengatur hal tersebut, misalnya untuk pengembangan kepribadian terfasilitasi dalam mata kuliah wajib umum (MKWU),” tutur Direktur Pendidikan UNAIR. Keempat, lulusan wajib dibekali SKPI (surat keterangan pendamping ijazah). Di UNAIR, selain menerapkan satuan kredit semester, lulusan prodi jenjang S-1 dibekali dengan transkrip satuan kredit prestasi. Sedangkan, bagi lulusan prodi jenjang S-2 dan S-3, termasuk program profesi tak perlu dibekali dengan transkrip satuan kredit prestasi. Kelima, Prof. Nyoman mengatakan batas minimal satuan kredit semester (sks) untuk mahasiswa jenjang S-2 adalah 32 sks. Ke depannya, menurut Guru Besar bidang Biokimia pada Fakultas Sains dan Teknologi, kualitas pembelajaran dan lulusan di UNAIR perlu ditingkatkan. Apalagi, dengan rencana UNAIR untuk menembus peringkat 500 kampus dunia, standar nilai perlu ditingkatkan. “Misalnya, di tingkat ASEAN. UNAIR harus mengikuti standar nilai ASEAN agar transfer nilai diakui jika ada mahasiswa yang mengikuti program pertukaran pelajar,” imbuh Prof. Nyoman. Penulis: Rekha Finazis Editor: Defrina Sukma S
Prodi S2 Media dan Komunikasi Perluas Jaringan Internasional UNAIR NEWS – Program Studi (prodi) S2 Media dan Komunikasi FISIP UNAIR berencana memperluas jaringan internasional. Hal
itu dilakukan untuk mencapai mimpi kampus untuk menjadi World Class University. “Kami sudah rutin menjalankan konferensi tiap tahun. Ke depan, kami akan meningkatan kualitas konferensi tersebut dengan mengundang lebih banyak pemakalah dan pembicara kunci dari luar negeri,” kata Ketua Prodi S2 Media dan Komunikasi Dr. Santi Isnaini S.Sos., MM., saat diwawancara di ruang kerjanya Jumat lalu (12/2). Di sisi lain, terdapat rencana menggeser momentum pelaksanaan konferensi tersebut. Biasanya, kegiatan diadakan saban akhir tahun. Nah, tercetus rencana untuk menggesernya di seputar bulan Mei. “Kami ingin menggandengnya dengan rangkaian peringatan HUT departemen komunikasi,” ujar dia. Selain itu, Prodi tersebut juga kerap menyelenggarakan seminar internasional. Para dosen pun secara bergiliran berangkat ke luar negeri untuk mengikuti konferensi maupun seminar internasional. Baik sebagai pembicara, pemakalah, atau peserta. Santi menambahkan, pihaknya juga akan meningkatkan kualitas jurnal. Baik dari sisi akreditasi, maupun dari sisi variasi penulis. Termasuk, latar belakang institusi dan tempat asal mereka. Dengan demikian, khazanah keilmuan yang terlahir melalui jurnal tersebut bakal lebih berwarna. (*) Penulis: Rio F. Rachman